hakekat dan ragam belajar
DESCRIPTION
semoga bisa bermanfaat......!TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam proses kegiatan belajar mengajar sebelumnya ada yang harus
diperhatikan baik pengajar maupun peserta pendidik, salah satunya yaitu
mengenai ragam-ragam pembelajaran. Hal tersebut penting sekali karena
diharapkan nanti dalam proses belajar mengajar dapat terlaksana sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.
Untuk mempertemukan tujuan pembelajaran dapat di upayakan dengan
cara mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa. Dampaknya memang
berbeda–beda pada diri rangsangan agar siswa merumuskan sendiri apa yang
diingikan atau diharapkan dari kegiatan belajar yang hendak dilakukan.
Keanekaragaman belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan
dengan kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam–macam. Lebih
jelasnya mengenai ragam-ragam pembelajaran akan diterangkan pada bab
selanjutnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Ragam-Ragam Belajar?
2. Prinsip Belajar?
3. Prinsip Mengajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. RAGAM-RAGAM BELAJAR
Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan
sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam–macam.
1. Ragam abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara–cara berpikir
abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah–masalah yang tidak nyata.
2. Ragam keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan
gerakan–gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat–urat
syaraf dan otot–otot (neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini
latihan–latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar
dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, music, menari, melukis,
memperbaiki benda–benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran
agama, seperti ibadah, sholat dan haji.
3. Ragam social
Belajar social pada dasarnya adalah belajar memahami masalah–
masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah–masalah sosial seperti dalam masalah keluarga,
masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah–masalah lain yang
bersifat kemasyarakatan.
4. Ragam pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode–metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan
kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan
tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep–konsep,
prinsip– prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat
diperlukan.
5. Ragam rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan
berpikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya
ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip–
prinsip dan konsep–konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan
belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan
memiliki kemampuan rasional problem solving, yaitu kemampuan
memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi
akal sehat, logis dan sistematis (Reber, 1998).
6. Ragam kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan–kebiasaan
baru atau perbaikan kebiasaan–kebiasaan yang telah ada. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suritauladan dan pemgalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa
memperoleh sikap–sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat
dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu
(kontekstual).
7. Ragam apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan ( judgment )
arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa
memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills)
yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai
objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi music, dan sebagainya.
8. Ragam pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini
juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk
menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan
eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa
memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat
khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat–alat
laboratorium dan penelitian lapangan.
Setelah tadi di atas, kita telah menyimak tentang ragam-ragam belajar,
marilah sekarang kita tengok lagi pada hal yang tidak kalah penting dari
penjelasan di atas yakni tentang ragam cara mengetahui kebutuhan belajar. Di
sini, saya rangkumkan rekomendasi menurut Mel Silberman (1990), adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Mengumpulkan informasi melalui hasil pengamatan pada sejumlah
kriteria yang dapat diukur dan teramati langsung. Keunggulan metode ini
adalah dalam hal penggunaan waktu yang cukup efisien. Keterbatasannya,
subyektifitas ketika melakukan interpretasi terhadap apa yang terobservasi.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut biasanya metode observasi sering
dilengkapi dengan wawancara dan memanfaatkan sejumlah ahli sebagai
observer.
2. Kuesioner
Dokumen yang berisi sejumlah pertanyaan untuk menjaring
tanggapan dari calon peserta. Kuesioner yang efisien sebaiknya disusun
sesingkat dan seringkas mungkin sehingga tidak memakan waktu banyak
untuk mengisinya. Salah satu masalah yang perlu dipertimbangkan saat
menggunakan metode ini adalah waktu, terkait dengan pengambilan,
pengolahan dan interpretasi data. Selain itu, kesulitan melakukan
eksplorasi lebih lanjut berkaitan dengan informasi yang diperoleh pada
saat itu juga dan keengganan responden untuk mengisi atau
mengembalikan kuesioner yang diterimanya.
3. Key Consultation
Konsultasi dengan pihak yang dianggap mengetahui kebutuhan
belajar para calon peserta, misalnya: atasan, pelanggan, bidang
pengembangan SDM dan anggota asosiasi profesional. Metode ini sering
dipilih saat perancang menghadapi keterbatasan waktu. Keandalan metode
ini ditentukan oleh penentuan “orang kunci” dan informasi yang
diberikannya.
4. Wawancara
Metode ini menggunakan serangkaian pertanyaan, yang akan
ditanyakan satu persatu kepada responden. Media yang biasanya
digunakan adalah tatap muka secara langsung, melalui telepon, ataupun e-
mail. Metode ini akan sangat berguna khususnya ketika dibutuhkan
informasi yang kompleks dan belum sepenuhnya jelas, sebab metode ini
dapat dimodifikasi dengan cepat untuk memperoleh informasi yang tiba-
tiba muncul. Selain itu melalui metode ini informasi yang diperoleh cukup
padat hanya dalam waktu yang singkat, idealnya tidak lebih dari 30 menit
tiap responden. Hal yang perlu diwaspadai adalah bila pewawancara tidak
hati-hati responden akan merasa terancam dan terintimidasi. Selanjutnya,
metode ini seringkali sulit dilakukan berkaitan dengan pengaturan waktu
untuk melakukan proses wawancara.
5. Focus Group Discussion
Metode ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang disampaikan
pada sekelompok orang dengan jumlah bervariasi (idealnya 7 sampai 9
orang), dengan pengarahan. Orang-orang yang terlibat di dalamnya sering
kali teridentifikasi (setidaknya nama panggilan saja), tapi tidak menutup
kemungkinan anonim. Proses diskusi ini dapat berlangsung dalam waktu
lama, namun jarang berlangsung lebih dari satu jam. Metode ini akan
sangat berguna khususnya ketika dibutuhkan informasi yang kompleks dan
belum sepenuhnya jelas, sebab teknik ini dapat dimodifikasi dengan cepat
untuk memperoleh informasi baru yang tiba-tiba muncul. Metode ini
efektif untuk mengatasi responden yang keberatan untuk dieksplorasi
mengenai isu atau masalah yang rumit atau kontroversial. Melalui
kelompok, setiap responden akan bertukar ide dan isu, untuk selanjutnya
mencari consensus bersama tentang permasalahan yang diajukan. Materi
pertanyaan diskusi dapat berbentuk pertanyaan yang terdefinisi dengan
jelas ataupun terbuka. Kekurangan metode ini adalah berkaitan dengan
penggunaan waktu yang cukup lama, tidak menutup kemungkinan ada
responden yang “menghalangi” responden lain untuk berpendapat, relasi
antara pemandu dengan responden (kesamaan minat atau pemikiran) dapat
memunculkan interpretasi yang bias, dan sulit dilakukan berkaitan dengan
pengaturan waktu khususnya bila pihak manajemen tidak mendukung
sepenuhnya.
6. Catatan atau Laporan
Laporan yang biasa digunakan adalah laporan tampilan kerja dari
calon peserta pelatihan, baik itu self report maupun hasil evaluasi atasan,
ataupun laporan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laporan tersebut
akan dianalisis oleh sejumlah ahli guna menentukan letak ketidaksesuaian
dari apa yang dimunculkan dengan yang seharusnya.
B. PRINSIP BELAJAR
Prinsip belajar menurut Wingo (1970:194)
a. Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi
Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai
sebagai hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang
konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan
menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi
dan memberi respon yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari,
diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.
b. Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
Kemauan dan dorongan untuk melakukan kegiatan yang dapat
memberi pengalaman belajar untuk mencapai pemahaman sepatutnya
muncul dari dalam diri sendiri. Kemunculan hal tersebut disebabkan oleh
adanya rangsangan yang datang dari luar lingkungan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, rangsangan dapat ditimbulkan dari guru dengan
menyodorkan suatu materi pelajaran yang bersifat problematik yang
menuntut upaya menemukan pemecahan melalui suatu proses pencarian
dan penemuan atau proses pemecahan masalah.
c. Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan
dan dimiliki oleh setiap siswa. Tujuan belajar bukan berarti tujuan
pembelajaran, karena tujuan pembelajaran merupakan tujuan dan harapan
yang ingin dicapai guru dari kegiatan yang dilakukan. Meskipun apa yang
diinginkan guru atau yang diharapkan itu kemunculannya pada diri siswa,
namun belum tentu apa yang diinginkan guru itu sesuai dengan apa yang
diinginkan siswa.
C. PRINSIP MENGAJAR
Prinsip–prinsip yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan
pembelajaran adalah
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari
materi pembelajaran yang akan diajarkan. Oleh karena itu tingkat
kemampuan siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung harus
diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini di sebut entry
behavior. Entry behavior dapat diketahui diantaranya dengan
melakukan pra tes. Hal ini sangat penting agar proses pembelajaran
dapat efektif dan efisien
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
Materi–materi pembelajaran yang berkaitan dengan segi– egi
kehidupan yang bersifat praktis pada umumnya dapat menarik minat
siswa untuk mempelajari. Dengan mempelajari materi pembelajaran
yang dikaitkan dengan hal itu perhatian yang bersifat khusus akan
muncul, karena bisa jadi, materi pembelajaran yang sama, namun
dikaitkan dengan kehidupan yang praktis akan memunculkan
keterkaitan dengan seg segi tertentu yang sangat beragam.
3. Mengajar harus memperhatikan perrbedaan individual setiap siswa.
Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap
individu mempunyai kemampuan potensial (seperti bakat dan
intelegensi) yang berbeda antara satu dengan yang lainnya . Apa yang
dapat dipelajari seseorang secara cepat, mungkin tidak dapat di lakukan
oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu mengajar harus
memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing–masing siswa.
4. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar.
Kesiapan adalah kapasiti (kemampuan potensial) baik bersifat
fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Jika siswa siap untuk
melakukan proses belajar, hasil belajar dapat di peroleh dengan baik,
oleh karena itu pembelajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai
kesiapan.
5. Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa.
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan
perilaku apa yang akan diperoleh setelah proses pembelajaran. Jika
tujuan diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan
mengajar mudah diketahui, maka tujuan harus di rumuskan secara
khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.
Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus
bertahap dan menigkat oleh karena itu mengajar harus mempersiapkan
materi pembelajaran yang bersifat gradual seperti yang telah di uraikan
sebelumnya, yaitu dari sederhana kepada yang kompleks (rumit),
konkrit kepada yang abstrak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ragam-ragam belajar antara lain : 1) Abstrak, 2) Keterampilan, 3) Social,
4) Pemecahan masalah, 5) Rasional, 6) Kebiasaan, 7) Apresiasi, 8)
Pengetahuan
Prinsip pembelajaran terdiri dari 1) Prinsip belajar yang meliputi a) Hasil
belajar sepatutnya menjangkau banyak segi, b) Hasil belajar diperoleh berkat
pengalaman, c) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan.
dan Prinsip mengajar meliputi a) Mengajar harus berdasarkan pengalaman
yang sudah dimiliki siswa, b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan
harus bersifat praktis, c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual
setiap siswa, d) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan
dalam mengajar, d) Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa, dan e)
Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar
B. Saran
Apapun nanti yang dilakukan seorang pengajar terhadap anak didiknya,
tidak bisa memaksa. Dalam hal ini, memaksa menerapkan apa yang menjadi
keinginan pengajar sedangkan tidak diinginkan oleh anak didik tersebut.
Harusnya adalah bagaimana kemudian pengajar berusaha menyajikan ilmu
pengetahuan sesuai dengan kemauan dan dorongan hati si anak didik yang
bisa diwujudkan dengan ragam-ragam belajar tersebut di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Lukman. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima,
2008.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers, 2009.