kegiatan belajar 1 hakekat sosiologi pendidikan a...

51
1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning Outcome: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Sosiologi Pendidikan. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan objek kajian Sosiologi Pendidikan. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan studi Sosiologi Pendidikan. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan perspektif dalam Sosiologi Pendidikan. b. Uraian Materi 1. Pengertian Sosiologi Pendidikan Ditinjau dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. Menurut Payne (dalam Abu Ahmadi, 2004: 6) aspek-aspek sosiologis dalam sosiologi pendidikan dapat dilihat dalam: lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses sosial yang mana di dalamnya terdapat socialrelationship. Sedangkan aspek-aspek pendagoginya menurut Payne terlihat dari: Social relationship pare for there more regarded particulary in relation to the educational system in its evolution and changing finction. Menurut H.PFairchild(dalam Abu Ahmadi, 2004: 1): sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah- masalah pendidikan yang fundamental. Sosiologi pendidikan tergolong appliedsociology. Nasution (2011: 5) mendefinisikan sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola-pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.

Upload: truongnguyet

Post on 16-Apr-2018

288 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

1

Kegiatan Belajar 1

HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN

a. Learning Outcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Sosiologi Pendidikan.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan objek kajian Sosiologi Pendidikan.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan studi Sosiologi Pendidikan.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan perspektif dalam Sosiologi Pendidikan.

b. Uraian Materi

1. Pengertian Sosiologi Pendidikan

Ditinjau dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri

atas dua perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. Menurut Payne (dalam

Abu Ahmadi, 2004: 6) aspek-aspek sosiologis dalam sosiologi pendidikan

dapat dilihat dalam: lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial, proses

sosial yang mana di dalamnya terdapat socialrelationship. Sedangkan

aspek-aspek pendagoginya menurut Payne terlihat dari: Social

relationship pare for there more regarded particulary in relation to the

educational system in its evolution and changing finction.

Menurut H.PFairchild(dalam Abu Ahmadi, 2004: 1): sosiologi

pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-

masalah pendidikan yang fundamental. Sosiologi pendidikan tergolong

appliedsociology. Nasution (2011: 5) mendefinisikan sosiologi

pendidikan adalah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola-pola sosial

yang terdapat dalam sistem pendidikan.

Page 2: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

2

Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat

sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari

sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi

masyarakat. Sosiologi pendidikan memandang gejala-gejala pendidikan

sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat.(RavikKarsidi, 2005:

1)Masalah sentral dalam sosiologi pendidikan adalah aspek-aspek

sosiologi di dalam pendidikan.

2. Objek Kajian Sosiologi Pendidikan

Objek penelitian sosiologi pendidikan adalah tingkah laku sosial,

yaitu tingkah laku manusia dan institusi sosial yang terkait dengan

pendidikan. Sosiologi pendidikan berbicara tentang kelas, sekolah,

keluarga, masyarakat desa, kelompok-kelompok masyarakat dan

sebagainya.

Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain

meliputi pokok-pokok berikut ini;

a. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam

masyarakat

b. Hubungan antar manusia di dalam sekolah

c. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di

sekolah/ lembaga pendidikan

d. Lembaga pendidikan dalam masyarakat

Page 3: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

3

3. Perkembangan Studi Sosiologi Pendidikan

Perkembangan sosiologi pendidikan dimulai dari Lester F. Ward (

Rifa’i, 2011: 67) yang dianggap sebagai penerus gagasan timbulnya studi

baru ini. Yard hadir dengan idenya mengenai evolusi sosial. Ia juga

menekankan peranan pendidikan sosial yang realistis dalam memimpin

perencanaan kehidupan pemerintah.

Pelopor sosiologi pendidikan dalam arti formal ialah John Dewey

yang menerbitkan buku School Ana Society tahun 1889. Dalam buku

tersebut, dijelaskan pendapatnya mengenai sekolah sebagai lembaga

sosial. Pada waktu itu, beberapa ahli ilmu pendidikan sosiologi

menekankan pentingnya peranan sosiologi bagi pendidikan.

Sosiologi pendidikan pertama kali dikuliahkan oleh Henry Suzzalo

tahun 1910 di TeacherCollege, UniveritasColombia. Tahun 1917 terbit

buku textbook sosiologi pendidikan yang pertama kali karya Walter R.

Smith dengan Judul Instroductionto Educational Sociology. Tahun 1916,

di Universitas New York dan Columbia didirikan Jurusan Sosiologi

Pendidikan.

Di Indonesia, baru tahun 1967, sosiologi pendidikan pertama kali

diajarkan di IKIP Negeri Yogyakarta Jurusan Didaktik Kurikulum.

4. Perspektif dalam Sosiologi Pendidikan.

Perspektif merupakan sebuah cara pandang seseorang mengenai

dunia sosial disekitarnya atau dapat juga disebut sebagai sudut pandang

(poin of view) (Nanang Martono, 2010: 19). Beberapa perspektif yang

Page 4: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

4

digunakan oleh para sosiolog dalam melihat serta menganalisis berbagai

permasalahan pendidikan.

1) Perspektif Struktural Fungsional

Asumsi utama perspektif struktural fungsional adalah melihat

bahwa masyarakat sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat

subsistem. Subsistem tersebut memiliki fungsi masing-masing yang

tidak dapat dipertukarkan satu sama lain. Agar sistem masyarakat

dapat berjalan stabil maka subsistem tersebut harus selalu ada dan

selalu menjalankan fungsinya masing-masing. Apabila salah satu atau

beberapa subsistem tidak berperan sebagaimana fungsinya, maka

sistem tersebut akan hancur atau masyarakat akan mengalami

kekacauan.

Pada dasarnya terdapat dua pertanyaan mendasar mengenai

pendidikan yang dikemukakan para fungsionalis dalam menganalisis

praktik pendidikan, yaitu:

a. Apa fungsi pendidikan bagi masyarakat secara keseluruhan?

b. Apa fungsi hubungan fungsional antara (institusi) pendidikan

dengan bagian (institusi) yang lain dalam sistem sosial?

Secara umum, para analis fungsional, melihat fungsi serta

kontribusi yang positif lembaga pendidikan dalam memelihara atau

mempertahankan keberlangsungan sistem sosial.

Page 5: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

5

2) Perspektif Konflik

Perspektif konflik menekankan adanya perbedaan pada diri

individu dalam mendukung suatu sistem sosial. Menurut perspektif

konflik masyarakat terdiri atas individu yang masing-masing memiliki

berbagai kebutuhan yang terbatas. Kemampuan individu untuk

mendapatkan kebutuhan pun berbeda-beda.

Berkaitan dengan lembaga pendidikan, bagi analis konflik,

pendidikan justru memberikan kontribusi negatif bagi masyarakat.

asumsi dasar, diantaranya bahwa setiap unsur dalam sistem sosial

memiliki potensi memunculkan konflik dalam masyarakat. konflik ini

terjadi karena adanya perbedaan kedudukan atau posisi

antarsusbsistem.

3) Perspektif Interaksionisme Simbolik

Asumsi perspektif interaksionisme simbolik adalah masyarakat

itu terdiri atas individu yang mengalami proses sosialisasi dan

eksistensi serta strukturnya nampak dan terbentuk melalui interaksi

sosial yang berlangsung Siantar individu dalam masyarakat. Interaksi

sosial menurut perspektif ini merupakan bagian yang penting dalam

masyarakat.

Perspektif interaksionisme simbolik melihat pendidikan dari sisi

mikro, yaitu melihat pendidikan dari komponen interaksi tatap muka

antarindividu yang terlibat dalam proses pendidikan. Analis perspektif

interaksionisme simbolik menemukan bahwa ekspektasi (harapan)

Page 6: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

6

guru membawa konsekuensi yang sangat besar bagi siswa mereka

(Henslin, 2006). Bagi kaum interaksionis, pandangan terhadap diri

sendiri atau konsep diri (sel Condet) diproduksi oleh siswa yang lain.

Konsep diri siswa juga dipengaruhi oleh siswa yang lain, oleh guru

melalui interaksi.

Bacaan:

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang

Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Martono, Nanang. 2010. Pendidikan Bukan Tanpa Masalah: mengungkapkan

Problematika Pendidikan dari Perspektif Sosiologi. Yogyakarta: Gava

Media.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Edisi Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta:

Rajawali.

Rifa’i, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan: Struktur dan Interaksi Sosial di

dalam Institusi Pendidikan. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 7: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

7

Kegiatan Belajar 2

HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah pendidikan di Indonesia.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan sekolah dan masyarakat.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi-fungsi sekolah.

b. Uraian Materi

1. Sejarah Pendidikan di Indonesia

Sejarah pendidikan di Indoensia dapat dilihat dari masa kerajaan

Sriwijaya, masa kerajaan Islam, dan masa kerajaan pemerintahan

Belanda.

a. Pendidikan pada masa Pemerintahan Belanda dikenal dengan istilah

“Trichotomi Social”, atau “threetractSystem”:

1) Pendidikan untuk golongan bawahan atau rakyat jelata

2) Pendidikan untuk golongan atas yang disederajatkan dengan

Belanda

3) Pendidikan untuk golongan bangsa Belanda, bangsa Eropa dan

bangsa Timur lainnya.

b. Sekolah yang didirikan Oleh Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.

Tujuan didirikan sekolah adalah untuk menghidupkan rasa

kebangsaan, dan kecintaan kepada kebudayaan sendiri, mempelajari

kesenian sendiri, memelihara bahasa sendiri, mempelajari

kesusastraan sendiri, dan lain sebagainya.

Page 8: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

8

c. Pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah oleh Kyai Ahmad

Dahlan (1868-1925). Tujuannya adalah untuk perbaikan hidup

beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial

d. Perguruan nasional taman siswa yang didirikan oleh Ki Hajar

Dewantoro tahun 1922. Tujuannya adalah membangun perekonomian

rakyat yang berdasarkan koperasi serta pendidikan rakyat yang

berdasarkan kebangsaan.

e. Sekolah-sekolah pada zaman Jepang dikenal dengan nama “Doo-

gekkoo” (sekolah rendah) lama belajar adalah 6 tahun. “Tui Gakkoo”

(sekolah menengah pertama) lama belajar 3 tahun. “Si hanGakkoo”

(sekolah guru atas).

f. Pendidikan di zaman kemerdekaan (1945-1950) adalah pendidikan

rendah (SR) selama enam tahun; pendidikan menengah umum terdiri

atas SMP dan SMA yang lamanya masing-masing adalah 3 tahun;

pendidikan kejuruan; dan perguruan tinggi.

g. Pada periode 1950-1975, berdirinya pendidikan: pra sekolah dan

pendidikan dasar (TK) dan (SD); SMP; SMA; Pendidikan kejuruan;

Perguruan Tinggi (akademik, dsb)

h. Periode 1978 hingga sekarang telah terjadi banyak perkembangan di

bidang pendidikan, yaitu: TK dan PAUD, SD, SLTP, SLTA, SMK,

dan Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta.

Page 9: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

9

2. Sekolah dan Masyarakat

Secara singkat, pendidikan merupakan produk dari masyarakat.

bagi masyarakat, pendidikan sangat bermanfaat untuk kelangsungan dan

proses kemajuan hidup. Setiap masyarakat berupaya meneruskan

kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai dengan corak

masing-masing melalui pendidikan. Dengan demikian pendidikan dapat

diartikan sebagai proses sosialisasi.

Pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali

berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya di luar dirinya, yakni

keluarga. Seiring dengan perkembangan waktu yang terus dilalui, maka

setelah keluarga masih ada lagi tempat seseorang untuk dapat menerima

pembelajaran secara formal, yaitu sekolah. Sekolah adalah lembaga sosial

yang turut menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi

anggota masyarakat seperti yang diharapkan.

Sekolah memiliki kurikulum sebagai acuan dalam pelaksanaan

pendidikan dan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

secara nasional. Maka dari itu, kurikulum yang dibuat harus relevan

dengan kebutuhan masyarakat. Anak-anak dididik di sekolah tujuannya

adalah agar menjadi anggota masyarakat yang berguna demi

pembangunan dan kemajuan masyarakat yang lebih baik.

Maksud hubungan sekolah dengan masyarakat (dalam Abdullah,

2011: 66) adalah untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-

maksud dan saran-saran dari sekolah; untuk menilai program sekolah;

Page 10: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

10

untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anak didik; untuk mengembangkan kesadaran

tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan; untuk

membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah;

untuk memberitahukan masyarakat tentang pekerjaan sekolah; dan untuk

mengarahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan

program sekolah. Pemerintah Indonesia juga telah mengatur adanya

peranan masyarakat terhadap pendidikan dalam UURI Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kebutuhan pendidikan di sekolah dan masyarakat memiliki ikatan

hubungan rasional antarkeduanya, yakni:

1) Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang selaras dan positif

terhadap sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat

2) Ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangi oleh lembaga

prasekolah akan ditentukan oleh kejelasan perumusan komitmen

antara sekolah selaku pelayanan dengan masyarakat selaku pemesan

3) Keberhasilan pelaksanaan fungsi sekolah sebagai layanan pesanan

masyarakat akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.

Ikatan objektif yang dimaksud adalah berupa perhatian, penghargaan

dan tunjangan tertentu, seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lain

yang memberikan makna penting bagi eksistensi dan produk sekolah.

Hubungan sekolah dan masyarakat yang konstruktif diharapkan

dapat meningkatkan kualitas kinerja sekolah yang ditandai dengan adanya

Page 11: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

11

peningkatan kualitas proses pendidikan di sekolah secara efektif, efisien,

dan produktif dalam menciptakan lulusan masa depan yang diharapkan.

3. Fungsi-Fungsi Sekolah

Adapun fungsi sekolah (Nasuiton, 2011:14) adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan seseorang untuk mendapatkan satu pekerjaan

b. Memberikan keterampilan dasar

c. Sebagai alat transmisi kebudayaan

d. Mengajarkan peranan sosial

e. Menyediakan tenaga pembangunan

f. Membuka kesempatan memperbaiki nasib

g. Menciptakan integrasi sosial

h. Membantu memecahkan masalah-masalah sosial

i. Sebagai tempat menitipkan anak, khususnya anak-anak para sekolah.

perguruan tinggi dapat dipandang juga sebagai tempat penitipan

pemuda menunggu mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan jodoh.

Bacaan:

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Edisi Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 12: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

12

Kegiatan Belajar 3

STRUKTUR DAN PERANAN SUB STRUKTUR DALAM PENDIDIKAN

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Struktur Sosial.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan kedudukan dan peranan (berbagai

kedudukan dalam masyarakat sekolah).

3. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan guru dengan murid.

b. Uraian Materi

1. Struktur Sosial

Struktur sosial merupakan tatanan sosial dalam kehidupan

masyarakat dimana terjadinya hubungan timbal balik antara status sosial

dan peranan sosial yang mengacu pada suatu ketentuan perilaku di dalam

masyarakat..

Status atau kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang

dalam suatu kelompok sosial. Peranan (role) adalah aspek dinamis

kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.

Dengan demikian, status dan peranan yang dimaksud adalah status dan

peranan seseorang dalam struktur sekolah.

Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan

anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari

kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan yang paling banyak

sampai kedudukan yang paling rendah. Kepala sekolah menduduki posisi

Page 13: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

13

yang paling tinggi dan pesuruh kedudukan yang paling rendah. Dalam

kelas guru memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada murid.

Biasanya murid-murid kelas rendah merasa mempunyai kedudukan yang

lebih rendah daripada murid-murid kelas yang lebih tinggi.

2. Kedudukan dan Peranan (Berbagai kedudukan dalam Masyarakat

Sekolah)

Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur

sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau

kedudukan individu, apakah ia di atas atau di bawah status orang lain

mempengaruhi peranannya. Kepala sekolah adalah pimpinan dalam suatu

sekolah tertentu, yang bertugas dalam membina dan mengayomi

bawahannya seperti guru, pegawai, pesuruh, dan peserta didik.

Guru merupakan pimpinan di dalam kelas sesuai dengan mata

pelajaran yang diampunya. Guru bertugas untuk memberikan pendidikan

dan membimbing peserta didiknya sesuai dengan bidang masing-masing.

Pegawai merupakan staf administrasi sekolah yang bertugas dalam urusan

dokumentasi sekolah. Pesuruh sekolah merupakan pegawai tingkat paling

rendah di sekolah yang bertugas dalam memelihara kebersihan

lingkungan sekolah dan memelihara semua peralatan dan prasarana

sekolah dengan baik. Peserta didik merupakan orang yang akan dididik

dan dibimbing untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan

membangun generasi bangsa yang cerdas dan bertanggung jawab

terhadap diri sendiri dan negaranya.

Page 14: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

14

3. Hubungan guru dengan murid

Guru merupakan orang yang memberikan pengetahuan kepada

anak Didi. Sementara anak didik atau murid adalah setiap orang yang

menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang

menjalankan kegiatan pendidikan. Keduanya merupakan unsur paling

vital dalam proses pembelajaran.

Aktivitas dalam proses pembelajaran selalu berhubungan dengan

adanya guru yang bertugas sebagai pendidik dan menyampaikan berbagai

informasi berkaitan dengan materi pelajaran kepada anak didik selaku

penerima didikan dan informasi dari berbagai materi yang disampaikan.

Dengan demikian, guru dan murid dapat dikatakan sebagai pilar utama

dalam terselenggaranya aktivitas pendidikan.

Dalam proses pembelajaran antara guru dengan murid akan terjadi

proses interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya edukatif. Ciri-ciri

interaksi edukatif (RavikKarsidi, 2005: 67) adalah sebagai berikut:

a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membantu anak dalam satu

perkembangan tertentu.

b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Ditandai dengan satu penggarapan materi khusus.

d. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa, baik fisik maupun secara

mental aktif.

Page 15: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

15

e. Guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus berusaha

menghidupkan dan memberikan motivasi terjadinya proses interaksi

yang kondusif. Guru sebagai mediator dan sebagai desainer dalam

proses pembelajaran.

f. Adanya disiplin. Disiplin yang dimaksud adalah sebagai suatu pola

tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang

sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik guru

maupun murid.

g. Ada batas waktu. Setiap pencapaian suatu tujuan memiliki batasan

waktu tertentu.

Proses pembelajaran, interaksi berlangsung secara edukatif antara

guru dengan murid. Guru harus selalu memberikan dan memperlihatkan

prilaku yang baik kepada muridnya dengan tujuan dapat mendidik dan

membimbing murid menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan.

Proses interaksi guru dengan murid bisa terjadi dalam berbagai

bentuk. Usman dalam (RavikKarsidi, 2005: 69) mengklasifikasikan lima

pola interaksi yang terjadi antara guru dengan murid, yaitu:

a. Pola Guru - Anak Didik

Komunikasi sebagai aksi (satu arah)

b. Pola Guru - Anak Didik – Guru

Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa

c. Pola Guru – Anak Didik – Anak Didik

Interaksi optimal antara guru dan anak sisik dan antara anak didik.

Page 16: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

16

d. Pola Guru – Anak Didik, Anak didik - Guru, Anak Didik - Anak

Didik

Interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antara anak didik

dengan anak didik.

e. Pola Melingkar

Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan

atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap

anak didik belum mendapat giliran.

Bacaan:

Karsidi, Ravik, 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Edisi Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

Rifa’i, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan: Struktur dan Interaksi Sosial di

dalam Institusi Pendidikan. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru 4, Cetakan

ketigapuluh dua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Pemecahannya. Jakarta:

Kencana.

Page 17: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

17

Kegiatan Belajar 4

KELAS SEBAGAI SEBUAH SISTEM DALAM PENDIDIKAN

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan kelas sebagai sistem sosial.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan sekolah sebagai sistem sosial.

b. Uraian Materi

1. Kelas Sebagai Sistem Sosial

Pendidikan secara formal dan informal berlangsung di ruang kelas.

Berdasarkan perspektif sosiologi, kelas merupakan bagian dari

mikrososiologi yang menelaah kehidupan kelompok sosial di sekolah

dengan keseluruhan dinamika yang terjadi di dalamnya.

Pada ruang kelas terdapat gabungan dari individu-individu yang

membentuk suatu kelompok sosial yang teratur dan memiliki fungsi dan

peran yang kompleks dalam kacamata pendidikan. Ruang kelas

memenuhi standar definisi kelompok sosial karena sekumpulan orang

yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling

berinteraksi. Hakikat keberadaan kelompok sosial bukan tergantung dari

dekatnya jarak fisik, melainkan pada kesadaran untuk berinteraksi,

sehingga kelas sifatnya permanen. Pada akhirnya, peran dan ungsi yang

diembannya dalam struktur pendidikan lebih terjamin.

Berdasarkan pengamatan Parsons (dalam RavikKarsidi, 2005: 14)

tentang kelas sebagai sistem sosial, kelas merupakan kepanjangan dari

proses sosialisasi anak di lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Page 18: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

18

kiprah interaksi di kelas secara khusus berusaha untuk memantapkan

penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

Pendekatan interaksionis cenderung menekankan analisis sosio-

psikologis untuk melihat ruang kelas. Dalam rangkaian penelitian

Flanders (1967), menemukan bahwa semakin besar ketergantungan murid

kepada guru, semakin kurang siswa tersebut mengembangkan strategi-

strategi belajarnya sendiri. Inti penerapan analisisi interaksi adalah

menganalisis seluruh proses interaksi edukatif di kelas dan pengaruh-

pengaruh psikologisnya kepada para siswa. Hal ini erat kaitannya dengan

metode yang diterapkan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas.

Sebagai sistem sosial, di dalam kelas terbentuk konfigurasi sosial

di dunia pergaulan siswa. Di dalam kelas terdapat pengelompokkan yang

berakibat pada polarisasi antarkelompok. Ada kelompok si bodoh, si

kaya, si pandai, si pemalu dan sebagainya. Apabila guru mengetahui fakta

tersebut dan mampu mengelola interaksi antarkelompok maka

penangkapan pengetahuan menjadi semakin dinamis dan cukup kaya.

Sebaliknya apabila guru cenderung masa bodoh dengan keadaan demikian

justru semakin mempertegas potensi disintegrasi antarsiswa.

Berdasarkan analisisi sosiologis juga mengungkapkan betapa

eratnya kaitan antara tingkah laku dan sikap-sikap seseorang dengan latar

belakang kelompok aspirasi yang digandrunginya. Kelompok-kelompok

atau aspirasi-aspirasi acuan merupakan tempat berlabuh yang harus

diperhitungkan di dalam upaya pembinaan tingkah laku siswa.

Page 19: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

19

Konsekuensi pentingnya dari hasil analisis diatas, dapat memberikan

wawasan sosiologi kelas kepada pengajar agar proses pendidikan dan

pembinaan siswa lebih efektif.

2. Sekolah Sebagai Sistem Sosial

Sekolah merupakan organisasi formal yang mengemban fungsi

sebagai lembaga yang memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada

anak Didi, dengan mengkoordinasikan individu-individu yang memiliki

tugas dan peran yang berbeda-beda dalam satuan jaringan kerja yang

bersifat fungsional.

Guru secara formal bertugas mengajar dan mengelola pembelajaran

dengan para siswanya di kelas. Supervisor berfungsi mengadakan

pembinaan kepada para guru, agar kinerja mereka berlangsung secara

efektif dan efisien, sementara tugas administratur sekolah untuk

mengkoordinasikan dan memadukan berbagai ragam aktivitas dalam

lingkungan sekolah.

Sebagai organisasi, sekolahpun memanfaatkan prinsip-prinsip

birokrasi dalam melayani kerja dan agenda-agenda aktivitasnya.

Organisasi formal menggunakan sebuah pola hubungan yang bersifat

legal rasional untuk menggerakkan roda organisasi. Sistem jabatan ini

dinamakan birokrasi yang berarti pengaturan atau pemerintahan oleh

pejabat.

Menurut ReinhardBendix (dalam RavikKarsidi, 2005: 96),

organisasi birokrasi mengandung sejumlah prinsip yaitu sebagai berikut:

Page 20: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

20

a. Urusan kedinasan dilaksanakan secara berkesinambungan

b. Urusan kedinasan didasarkan pada aturan dalam suatu badan

administratif

c. Tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat merupakan bagian dari

suatu hierarki wewenang

d. Pejabat dan pegawai administratif tidak memiliki sarana dan prasarana

yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas

e. Para pemangku jabatan tidak dapat memperjualbelikan jabatan

f. Urusan kedinasan dilaksanakan dengan menggunakan dokumentasi

tertulis.

Sebagai sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi komponen-

komponen sosial integral yang saling berinteraksi dan memiliki kiprah

yang bergantung antara satu sama lain.

Pendekatan fungsional struktural melihat lingkungan sekolah pada

hakikatnya merupakan susunan dari peran dan status yang berbeda-beda,

dimana masing-masing bagian tersebut terkonsentrasi pada satu kekuatan

legal struktural yang menggerakkan daya orientasi demi mencapai tujuan

tertentu.

Dalam struktur sekolah akan ditemui tingkatan-tingkatan jabatan

sesuai dengan status dan peran yang diemban masing-masing seperti;

kepala sekolah, para wakil kepala sekolah untuk setiap bidang, guru-guru

mata pelajaran sesuai dengan jenjang pendidikan, staf administratif, dan

pegawai sekolah atau penjaga sekolah.

Page 21: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

21

Bacaan:

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang

Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta:

Rajawali.

Page 22: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

22

Kegiatan Belajar 5

PENDIDIKAN DALAM KONTEKS MULTIKULTURALISME

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pendidikan sebagai sosialisasi kebudayaan.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan pergulatan manusia dalam

keanekaragaman.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan pendidikan dalam ruang lingkup

kebudayaan.

b. Uraian Materi

1. Pendidikan Sebagai Sosialisasi Kebudayaan

Kebudayaan merupakan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide

yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai

landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat dalam bersikap dan

berprilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada

(Sairin dalam RavikKarsidi, 2005: 115)

Sebagai suatu sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang

dimiliki suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak

(invisible Power), yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia

pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berprilaku sesuai dengan

pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut, baik

dibidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan sebagainya.

Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan

begitu saja secara acribed, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung

Page 23: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

23

tanpa henti, sejak dari manusia itu dilahirkan sampai dengan ajal

menjemputnya. Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan hanya

dalam bentuk internalisasi dari sistem “pengetahuan” yang diperoleh

manusia melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga, lewat sistem

pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya,

melainkan juga diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan

lingkungan alam dan sosialnya.

Melalui pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap

individu, pendidikan hadir dalam bentuk sosialisasi kebudayaan,

berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan memelihara

hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan tatanan

sosio-kultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan

peradabannya.

Dalam hal ini, pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial

masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota

masyarakat yang relevan dengan tuntutan perubahan zaman. Sehingga

dunia pendidikan merasa perlu untuk membekali diri dengan perangkat

pembelajaran yang dapat memproduk manusia zaman sesuai dengan

atmosfer tuntutan global. Penguasaan teknologi informasi, penyediaan

SDM yang profesional, terampil dan berdaya guna bagi masyarakat,

kemahiran menerapkan iptek, perwujudan tatanan sosial masyarakat yang

terbuka, demokratis, humanis serta progresif dalam menghadapi

kemajuan jaman merupakan beberapa bekal mutlak yang harus dimiliki

Page 24: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

24

oleh semua bangsa di dunia ini yang ingin tetap bertahan menghadapi tata

masyarakat baru berwujud globalisasi.

2. Pergulatan Manusia Dalam keanekaragaman

Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk

manusia itu sendiri. Pewarisan kebudayaan tidak selalu terjadi secara

vertikal atau kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara

horizontal yaitu manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia

lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manusia dalam rangka

kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi

berikutnya oleh individu lain.

Kebudayaan mengenal ruang dan tempat tumbuh kembangnya,

dengan mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan. Manusia

tidak berada pada dua tempat atau ruang sekaligus, ia hanya dapat pindah

ke ruang lain pada masa lain. Pergerakan ini telah berakibat pada

persebaran kebudayaan, dari masa ke masa, dan dari satu tempat ke

tempat lain. Sebagai akibatnya diberbagai tempat dan waktu yang

berlainan, dimungkinkan adanya unsur-unsur persamaan di samping

perbedaan-perbedaan. Oleh karena itu di luar masanya, suatu kebudayaan

dapat dipandang ketinggalan zaman (anakronistis), dan di luar tempatnya

dipandang asing atau janggal.

3. Pendidikan Dalam Ruang Lingkup Kebudayaan

Page 25: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

25

Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari

ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan

manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan

fisik maupun nun fisik. Hasil Perolehan tersebut berguna untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia.

Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah

mengkisahkansuatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada

ahkirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia. Kebudayaan dapat dikatakan sebagai hasil

pembelajaran manusia dengan alam.

Bacaan:

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNP Press.

Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta:

Rajawali.

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

NgainunNaim dan Ahmad Syaugi. 2010. Pendidikan Multikultural Konsep dan

Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 26: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

26

Kegiatan Belajar 6

HUBUNGAN STRATIFIKASI DENGAN PENDIDIKAN

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan penggolongan sosial.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara-cara menentukan golongan sosial.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tingkat pendidikan dan tingkat golongan

sosial.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan golongan sosial dan jenis pendidikan.

b. Uraian Materi

1. Penggolongan Sosial

Ada berbagai penggolongan yang terjadi dalam masyarakat yaitu:

lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah. Penggolongan

masyarakat ini disebut dengan konsep stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial

memiliki tiga sifat yaitu: tertutup, terbuka, dan campuran.

Stratifikasi sosial tertutup merupakan pengelompokan masyarakat

berdasarkan kelahiran, dimana seseorang yang berasal dari kelas priyayi

tidak bisa berubah menjadi kelas bangsawan. Stratifikasi sosial terbuka

merupakan penggolongan masyarakat yang didasarkan pada usaha

seseorang, sepertihalnya seorang anak petani miskin dengan usahanya

memperoleh pendidikan tertentu mampu menjadi seorang direktur bank.

Hal ini menandakan bahwa ada kemungkinan bagi seseorang untuk bisa

pindah kelas dari yang rendah ke yang lebih tinggi.

Page 27: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

27

Latar belakang munculnya stratifikasi sosial dapat disebabkan

adanya perbedaan perlakuan dan penghargaan masyarakat terhadap suatu

yang dimiliki. Setiap masyarakat memiliki sesuatu yang dihargai, bisa

berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan

masyarakat, dan lain sebagainya. Selama manusia membedakan

penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan

menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. semakin banyak

kepemilikan, kecakapan masyarakat atau sesuatu yang dihargai, semakin

tinggi kedudukan atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka

mempunyai kedudukan dan lapisan (strata yang rendah).

2. Cara-Cara menentukan Golongan Sosial

Banyak cara untuk menentukan penggolongan sosial seperti:

jabatan, jumlah dan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, agama, jenis

dan luas rumah, lokasi rumah, asal keturunan, partisipasi dalam kegiatan

organisasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan status sosial seseorang.

Menurut SoerjonoSoekanto (2001: 263) beberapa kriteria yang

biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam

suatu lapisan adalah sebagai berikut:

a. Ukuran kekayaan. Orang yang memiliki kekayaan yang paling banyak

termasuk dalam lapisan teratas.

b. Ukuran kekuasaan. Orang yang memiliki kekuasaan atau wewenang

terbesar menempati lapisan atas.

Page 28: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

28

c. Ukuran kehormatan. Orang yang disegani dan dihormati mendapat

tempat yang teratas.

d. Ukuran ilmu pengetahuan. Orang yang berkualitas dalam

pendidikannya mendapatkan posisi yang tertinggi dilingkungannya.

3. Tingkat Pendidikan dan Tingkat Golongan Sosial

Dalam berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh

seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut

penelitian memang korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial

seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Walaupun

tingkat sosial seseorang tidak dapat diramalkan sepenuhnya berdasarkan

pendidikannya, namun pendidikan tinggi bertalian erat dengan kedudukan

sosial yang tinggi. Ini tidak berarti bahwa pendidikan tinggi dengan

sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi.

Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi

karena anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkannya sampai

perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan atas akan berupaya agar

anaknya dapat menyelesaikan pendidikan tinggi.

4. Golongan Sosial dan Jenis Pendidikan

Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan

untuk pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umumnya

mahal, tidak semua orangtua mampu membiayai studi anaknya. Pada

Page 29: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

29

umumnya anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah

menengah umum sebagai persiapan untuk studi universitas.

Orangtua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan

cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya anak-anak

orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan.

Bacaan:

Abdullah, Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan, Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

Cetakan kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru 4, Cetakan

ketigapuluh dua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Pemecahannya. Jakarta:

Kencana.

Page 30: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

30

Kegiatan Belajar 7

HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN PERUBAHAN SOSIAL

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian mobilitas sosial.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan determinasi mobilitas sosial.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan mobilitas sosial melalui pendidikan.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tingkat sekolah dan mobilitas sosial.

5. Mahasiswa dapat menjelaskan pendidikan menurut perbedaan sosial.

b. Uraian Materi

1. Pengertian Mobilitas Sosial

Menurut Horton& Hunt (1999), mobilitas sosial adalah sebagai

suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial yang

lainnya.

Tipe-tipe mobilitas sosial adalah vertikal dan horizontal

(SoerjonoSoekanto, 2001: 276). Mobilitas sosial vertikal adalah

perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke

kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Mobilitas sosial vertikal

memiliki dua jenis yaitu yang naik (socialclimbing) dan yang turun

(Social sinking). Sedangkan mobilitas sosial horizontal adalah peralihan

individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke

kelompok sosial lainnya yang sederajat.

2. Determinasi Mobilitas Sosial

Page 31: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

31

Zaman dahulu seseorang mendapatkan status tinggi dalam sistem

stratifikasi dalam masyarakatnya karena faktor keturunan dan inipun akan

berlangsung selama seumur hidup tanpa ada proses kompetisi untuk

menggapai ataupun mempertahankan status tertentu (kecuali atas dasar

pengkhianatan terhadap orang-orang kelas dan perkawinan). Ini sangat

jarang terjadi, kini pada masyarakat industri modern kesempatan-

kesempatan untuk berkompetisi meraih status pada kelas-kelas atas sangat

terbuka sekali. Dalam masyarakat seperti ini yang lebih dihargai pada diri

seseorang adalah prestasi, kecakapan, keahlian dan faktor determinasi

utama, yakni struktur sosial yang menentukan jumlah relatif dari

kedudukan tinggi yang terdistribusi dan kemudahan untuk

memperolehnya. Ketika individu yang ada di dalamnya adalah pemainnya

yang akan menentukan siapa yang berhasil mencapai kedudukan tertentu

dalam masyarakat.

Dalam masyarakat juga terdapat saluran-saluran tertentu bagi

mobilitas sosial, melalui saluran-saluran ini status seseorang warga bisa

bergerak naik dari lapisan yang rendah ke dalam lapisan yang lebih tinggi.

Saluran mobilitas sosial ini antara lain organisasi pemerintahan, lembaga

keagamaan, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan, angkatan bersenjata,

ekonomi, keahlian, dan perkawinan. Lembaga pendidikan merupakan

salah satu cara yang dapat diperoleh seseorang untuk dapat mobilitas

sosial dalam kehidupannya.

Page 32: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

32

3. Mobilitas Sosial Melalui Pendidikan

Dalam realitas kehidupan zaman sekarang banyak ditemukan

bahwa orang-orang yang meningkat status sosialnya disebabkan

pendidikan yang diperolehnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka akan semakin tinggi pula peluang untuk memperoleh

status yang lebih baik. Misalnya, untuk tamatan SMA, pekerjaan yang

sesuai untuk saat sekarang adalah sebagai pesuruh kantor. Mereka yang

tamatan SMA tidak punya peluang besar untuk dapat memperoleh posisi

jabatan yang lebih tinggi, misalnya sebagai pimpinan atau direktur suatu

perusahaan tertentu.

Lain halnya dengan seseorang yang memiliki pendidikan pada

perguruan tinggi. Mereka yang tamatan dan memperoleh ijazah perguruan

tinggi tertentu dengan lebih mudah untuk memperoleh kedudukan sebagai

pimpinan perusahaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekolah dapat membuka

kesempatan untuk meningkatkan status anak-anak dari golongan rendah.

Di sekolah mereka mempunyai hak yang sama atas pelajaran,

mempelajari buku yang sama, mempunyai guru yang sama, bahkan

berpakaian seragam yang sama dengan anak-anak dari golongan tinggi.

Dengan prestasi yang tinggi dalam bidang akademis, olahraga, kegiatan

ekstra-kurikuler, organisasi sekolah, dan lain-lain, mereka akan diterima

dan dihargai oleh semua murid.

Page 33: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

33

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya mobilitas sosial

melalui saluran pendidikan (Abdullah, 2011: 201) adalah perubahan

kondisi sosial; ekspansi teritorial dan gerak populasi; komunikasi yang

bebas; pembagian kerja; tingkat fertilitas yang berbeda; kemudahan dalam

akses pendidikan.

Faktor-faktor yang dapat menghambat terjadinya mobilitas sosial

dalam pendidikan adalah: perbedaan kelas rasial; agama; diskriminasi

kelas; dan kemiskinan perbedaan jenis kelamin.

4. Tingkat Sekolah dan Mobilitas Sosial

Tingkat pendidikan seseorang dapat memberikan peluang besar

untuk bisa mobilitas sosial. Dengan memiliki ijazah yang sama yaitu

tamatan suatu perguruan tinggi tertentu, membawa kemungkinan bagi

anak-anak golongan rendah untuk dapat memiliki kedudukan yang lebih

tinggi. Meskipun secara biaya mereka tidak memiliki, namun dengan

adanya program beasiswa bagi anak-nak yang kurang mampu untuk bisa

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, hal ini ini akan membawa

perubahan karah yang lebih baik bagi masa depan si anak tersebut.

5. Pendidikan Menurut Perbedaan Sosial

Menurut Undang-Undang semua warga negara sama, sama hak dan

sama kewajiban perlakuan di hadapan undang-undang. Dalam

kenyataannya tak dapat disangkal adanya perbedaan sosial itu yang

tampak dari sikap rakyat biasa terhadap pembesar, orang miskin terhadap

Page 34: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

34

orang kaya, pembantu terhadap majikan, pegawai rendah terhadap atasan.

Perbedaan itu terdapat dalam simbol-simbol status seperti mobil mewah,

rumah mentereng, perabot luks, dan lain-lain.

Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-

masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat tinggi yang

setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan

batas-batas tingkatan sosial itu, oleh sebab banyak daya-daya di luar

sekolah yang memelihara atau mempertajam, sepertihalnya memilih guru

sesuai dengan golongan sosial murid yang bersangkutan.

Bacaan:

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: 2005: LPP UNS dan UNS

Press.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Edisi ke enam. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru 4, Cetakan

ketigapuluh dua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Pemecahannya. Jakarta:

Kencana.

Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta:

Rajawali.

Page 35: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

35

Kegiatan Belajar 8

HUBUNGAN ANTAR GOLONGAN DAN PENDIDIKAN

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan prasangka dan hubungan antar kelompok.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur hubungan antar kelompok di

sekolah.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan efektivitas pendidikan antar golongan.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar pendidikan antar golongan.

b. Uraian Materi

1. Prasangka dan Hubungan Antar Kelompok

Prasangka merupakan suatu bentuk tindakan yang didasarkan pada

dugaan belaka tanpa ada pembuktian atau kejelasan yang rasional.

Prasangka diawali adanya “dislike of theunlike”. Menurut Dollard,

manusia memiliki instink agresi atau instink mati (menurut Freud) yaitu

rasa benci yang universal terhadap seseorang.

Prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari

Prasangka bisa juga timbul karena adanya pengaruh sikap yang

pada umumnya terdapat dalam lingkungan, khususnya di rumah dan

sekolah.

Guru dan orangtua sangat besar pengaruhnya karena mudah

mempengaruhi anak pada usia muda yang memandang orang dewasa

sebagai orang yang serba tahu. Mass media seperti surat kabar, radio,

film, televisi memiliki pengaruh besar terhadap seseorang. Bila

Page 36: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

36

bangsa tertentu sering dilukiskan sebagai inferior, licik, kejam, dan

sebagainya maka stereotip itu akan diterima oleh para pembaca,

pendengar, atau penonton, termasuk anak-anak. Dengan demikian,

prasangka tidak muncul begitu saja melainkan bisa diperoleh melalui

hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya.

Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis

Ada pula mencari harga-diri pribadi dalam prasangka. Orang

Kulit Putih yang miskin di bagian selatan Amerika Serikat pada suatu

masa dapat membanggakan diri dalam penderitaannya bahwa biarpun

ia miskin namun ia masih lebih terhormat daripada orang Negro yang

paling kaya.

Pada umumnya Oran tidak mau terang-terangan mengaku

bahwa ia berprasangka dan biasanya mencari perlindungan di

belakang alasan-alasan yang mulia.

Prasangka sebagai aspek pribadi

Menurut penelitian Murphy dan Likert, ada orang yang

mempunyai pribadi yang berprasangka. Ia tidak hanya berprasangka

terhadap orang Yahudi, tetapi juga terhadap orang Cina, orang

beragama lain, dan berbagai masam prasangka lainnya. Orang yang

berprasangka terhadap orang asing akan memperluasnya kepada

kelompok-kelompok lain. Jadi ada kemungkinan bahwa prasangka

tidak semata-mata ditimbulkan oleh kelakuan kelompok lain, akan

tetapi berdasarkan pribadi seseorang.

Page 37: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

37

Orang yang berprasangka tampaknya harmonis, penuh percaya

diri, akan tetapi pada hakikatnya merasa diri tak aman, menaruh

perasaan bermusuhan yang tak terpendam terhadap dunia luar, sangat

terikat pada pola-pola hidup yang diterimanya dari orangtua, mudah

mempersalahkan orang lain atas kegagalannya, sadar akan statusnya,

memandang rendah terhadap orang bawahan. Maka kepribadian

merupakan suatu faktor penting bila kita ingin memahami hakikat dan

perkembangan prasangka.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, ada tidaknya prasangka

tidak semata-mata ditentukan pendidikan. Pendidikan dapat merupakan

faktor yang menentukan kedudukan, rasa harga diri, rasa ketentraman

hidup yang turut menentukan prasangka. Ada kemungkinan mengurangi,

tetapi dapat pula memperkuat prasangka.

2. Struktur Hubungan Antar Kelompok di Sekolah

Sekolah biasanya terlalu memusatkan perhatian kepada pendidikan

akademis peserta didik. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian

ialah memupuk hubungan sosial di kalangan murid-murid. Program

pendidikan antar-murid, antar-golongan ini bergantung pada struktur

sosial murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas dikalangan mereka

mempengaruhi hubungan antar-kelompok.

Murid-murid di sekolah menunjukkan perbedaan tentang asal

kebangsaan, kesukuan, agama, adat-istiadat, kedudukan sosial.

Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu mungkin timbul golongan-

Page 38: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

38

golongan minoritas di kalangan murid-murid, yang tersembunyi ataupun

yang nyata. Anak-anak yang terdiskriminasi akan merasa dirinya asing

dan tidak diterima sebagai anggota penuh dari masyarakat sekolahnya.

Dengan demikian, masyarakat sekolah mempengaruhi anak dalam

pergaulannya dengan anggota-anggota lain dalam masyarakat tersebut.

3. Efektivitas Pendidikan Antar Golongan

Sekolah hanya salah satu dari sejumlah daya-daya sosial yang

mempengaruhi hubungan antar golongan. Pendidikan dan pengaruh yang

diperoleh anak dalam rumah tangga, pergaulan dengan teman-teman

sepermainan dan lapangan interaksi sosial lainnya sering lebih kuat dan

membuat sekolah hampir tidak berdaya.

Sekolah tak mampu mengubah masyarakat. untuk menghilangkan

prasangka terhadap golongan lain, seluruh masyarakat harus turut serta,

termasuk pemerintah yang harus berusaha meniadakan segala macam

bentuk diskriminasi. Guru-guru haru bisa menjadi model pribadi yang

toleran dalam ucapan maupun perbuatannya.

4. Dasar-Dasar Pendidikan Antar Golongan

Hubungan antar golongan dapat dikaitkan dengan teori prasangka,

antara lain adalah:

Prasangka disebabkan oleh rasa frustasi-agresi, seperti terdapat dalam

pribadi otoriter, maka perlu diperhatikan pendidikan anak dalam

rumah tangga sejak kecil. Bila kepribadiannya serupa itu dibiarkan

Page 39: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

39

terus berkembang, ada kemungkinan ia hanya mendapat kesembuhan

dengan pertolongan ahli psikiatri.

Prasangka yang disebabkan oleh persaingan dalam mencari

keuntungan, status, kekuasaan, yang terdapat dalam sistem politik

ekonomi, maka di sekolah dapat diajarkan bahwa prestasi seseorang

ditentukan oleh usaha dan kemampuannya, yang bagi setiap orang

mempunyai batas-batas tertentu. Prasangka yang ditimbulkan oleh

persaingan ekonomi di dalam masyarakat dapat melumpuhkan usaha

sekolah.

Prasangka dari aspek kebudayaan diperoleh melalui proses sosialisasi,

melalui situasi-situasi yang dihadapi anak dalam hidupnya. Bila

lingkungan itu menunjukkan rasa prasangka terhadap golongan lain,

maka dapat diharapkan anak itupun akan berbuat sesuai dengan

lingkungannya. Sekolah dapat memberikan pelajaran agar anak tidak

berprasangka, namun apakah akan terjadi transfer ke dalam situasi-

situasi lain diluar sekolah menjadi pertanyaan, karena kelakuannya

akan bertentangan dengan yang lazim dilihatnya di dalam masyarakat.

hanya dengan penuh keyakinan dan keberanian seorang dapat

bertindak menurut cara yang berlawanan dengan kelakuan umum.

Bacaan:

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Edisi ke enam. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 40: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

40

Kegiatan Belajar 10

HUBUNGAN PENDIDIKAN TERHADAP KESEJAHTERAAN

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan kontribusi pendidikan terhadap kesuksesan

ekonomi.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa tantangan dunia pendidikan di

Indonesia.

b. Uraian Materi

1. Kontribusi Pendidikan Terhadap Kesuksesan Ekonomi

Setiap masyarakat di seluruh dunia senantiasa menghendaki

kesejahteraan. Secara terminologi sosiologi memfokuskan studi

kesejahteraan dan sistem kesejahteraan fisik tersebut dalam suatu wadah

subkajian bernama lembaga sosial ekonomi.

Dalam perkembangannya, pranata ekonomi memelihara

kelangsungan sistem nilainya tidak pernah lepas dari keterkaitan dengan

ruang-ruang sosial lainnya baik itu pranata politik, pendidikan,

kemasyarakatan atau keluarga maupun agama.

Menurut Robert K. Merton (dalam RavikKarsidi, 2005: 192)

menyatakan bahwa, setiap lembaga sosial tidak sekedar memelihara

sembuh tujuan dan fungsi yang manifes, yakni sebuah fungsi yang

mencerminkan kegunaan dari terbentuknya sebuah pranata.

Page 41: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

41

Munculnya asumsi sosial bahwa pendidikan mempengaruhi

kesuksesan ekonomi seseorang bukanlah suatu keyakinan yang tidak

mendasar. Di Indonesia, pada awal dekade Orde Baru sebagian besar lini

pekerjaan membutuhkan tenaga kerja berlatar belakang pendidikan

formal. Hampir semua yang mengenyam pendidikan formal mampu

terserap di lahan-lahan pekerjaan. Dimana kebutuhan pemerintah terhadap

tenaga terdidik untuk mengoperasikan skill dan keahliannya dalam rangka

industrialisasi dan modernisasi pembangunan negara.

Dalam buku Repelita II ditegaskan bahwa pendidikan pada

hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Dikatakan juga bahwa pendidikan harus mempunyai hubungan yang erat

dengan kebutuhan serta kemungkinan-kemungkinan perkembangan

ekonomi dan sosial, sehingga dapat memberi bekal hidup para murid-

murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pada zaman kolonial Belanda, para pribumi (meskipun hanyalah

bangsawan dan golongan priyayi) yang memiliki ijazah dari sekolah-

sekolah bentukan kolonial mendapat kesempatan untuk ditempatkan pada

instansi-instansi pemerintah kolonial. Dengan demikian, lembaga

pendidikan tepatnya sekolah dianggap sebagai tangga strategis untuk

meraih pemalaman hidup tanpa harus melalui usaha-usaha ekonomi lain

yang tampaknya lebih lambat dan berisiko tinggi untuk mengalami

kegagalan.

Page 42: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

42

Argumen lain yang melandasi kepercayaan umum bahwa melalui

sekolah atau pendidikan formal para individu dapat mencapai tingkat

keberhasilan ekonomi dengan relatif cepat lantaran dalam lembaga

sekolah menyediakan serangkaian proses pengajaran yang mampu

membekali para pesertanya dengan perangkat kemampuan yang

dibutuhkan oleh lahan pekerjaan di era modern.

Persepsi lain yang tidak bisa dipungkiri pada kondisi sekarang

adalah munculnya problem besar yang tengah dihadapi yaitu persoalan

krisis Sumber Daya Manusia yang cukup akut. Krisis ekonomi yang

terjadi pada tahun 1998, didapatkan data jumlah angkatan kerja nasional

sekitar 92, 73 juta orang. Sementara jumlah kesempatan kerja yang ada

hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang yang

menganggur. Angka ini terus meningkat hingga sekarang. Bahwa tidak

semua yang memperoleh pendidikan mampu mendapatkan pekerjaan

yang sesuai dengan keahlian mereka masing-masing, dan banyak diantara

mereka yang menganggur. Berdasarkan fakta statistik tersebut dapat

menjadi bukti lemahnya sistem dan orientasi lembaga pendidikan kita

untuk memproduk tenaga kerja yang siap kerja.

Dengan demikian, besarnya angka pengangguran terdidik sudah

membuktikan bahwa proses aktivitas pendidikan nasional tengah

mengalami kegagalan. Sebagai salah satu institusi masyarakat yang

bertanggung jawab untuk menjamin tersedianya manusia-manusia yang

Page 43: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

43

mampu menjadi katalisator kesejahteraan sosial ekonomi, pendidikan

telah berbalik arah membebani masyarakat.

Studi sosiologi pendidikan tidak berusaha memberikan solusi yang

bernuansa etis, akan tetapi kajian teoritisnya berusaha memberikan

gambaran objektif tentang seluruh komponen yang mempengaruhi

konstruksi hubungan antara pranata pendidikan dan pranata ekonomi.

2. Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi

Konsekuensi dunia pendidikan dengan sektor ekonomi masyarakat

Indonesia memiliki hubungan yang erat, dimana kedua komponen

lembaga tersebut merupakan aset negara yang memerlukan pengelolaan

secara hati-hati dan cermat. Secara lebih khusus hubungannya

menyangkut modal fisik, tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang

menjadi tiga faktor pokok sebagai masukan (input) dalam produksi

pendapatan nasional. Semakin besar jumlah tenaga kerja (yang berarti laju

pertumbuhan penduduk tinggi) semakin besar pendapatan nasional dan

semakin tinggi pertumbuhan ekonomi.

Aspek pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting

dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan, manusia

dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya

manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih

baik. Implikasinya, semakin tinggi tingkat pendidikan, hidup manusia

akan semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara

Page 44: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

44

umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin

tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.

Menurut Tobing (dalam RavikKarsidi, 2005: 203) ada tiga teoritis

yang mennjelaskan hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan

ekonomi, yaitu teori modal manusia, teori alokasi dan teori reproduksi

strata sosial.

Teori modal manusia menjelaskan proses Diana pendidikan

memiliki pengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Argumen yang

disampaikan pendukung teori ini adalah manusia yang memiliki tingkat

pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya waktu sekolah,

akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibandingkan yang

pendidikan lebih rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas,

maka semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin

tinggi produktivitas dan hasilnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih

tinggi.

Teori alokasi atau persaingan status menyatakan bahwa orang yang

berpendidikan rendah tetapi mendapat pelatihan (yang memakan periode

jauh lebih pendek dan sifatnya nonformal) akan memiliki produktivitas

relatif sama dengan orang berpendidikan tinggi dan formal. Teori ini

memperlakukan pendidikan sebagai suatu lembaga sosial yang salah satu

fungsinya mengalokasikan personil secara sosial menurut strata

pendidikan. Keinginan mencapai status lebih tinggi menggiring orang

untuk mengambil pendidikan lebih tinggi. Meskipun orang-orang

Page 45: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

45

berpendidikan tinggi memiliki proporsi lebih tinggi dalam pendapatan

nasional, tetapi peningkatan proporsi orang yang berpendidikan lebih

tinggi dalam suatu bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan

ekspansi ataupun pertumbuhan ekonomi.

Teori pertumbuhan kelas atau strata sosial berargumen bahwa

fungsi utama pendidikan adalah menumbuhkan struktur kelas dan

ketidakseimbangan sosial. Pendidikan ditingkat lebih elit menekankan

studi-studi tentang hal-hal klasik, kemanusiaan dan pengetahuan lain yang

tidak relevan dalam pembangunan ekonomi masyarakat.

Pertanyaannya adalah, teori mana yang relevan dalam situasi

sekarang? Menurut Roger (dalam RavikKarsidi, 2005: 204) menyatakan

bahwa modal manusia merujuk pada stok pengetahuan dan keterampilan

berproduksi seseorang. Pendidikan adalah satu cara di mana individu

meningkatkan modal manusianya. Semakin tinggi pendidikan seseorang,

diharapkan stok modal manusianya semakin tinggi. Oleh karena modal

manusia, seperti dikemukakan di atas memiliki hubungan positif dengan

pertumbuhan ekonomi, maka implikasinya pendidikan juga memiliki

hubungan positif dengan produktivitas atau pertumbuhan ekonomi.

3. Beberapa Tantangan Dunia Pendidikan di Indonesia

Kenyataan menunjukkan bahwa meskipun kegiatan pendidikan

telah berlangsung di Indonesia selama 68 tahun, namun mutu pendidikan

Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti:

Malaysia, Philipina, Singapura, dan Thailand.

Page 46: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

46

Adapun tantangan yang menghadang dunia pendidikan Indonesia

saat ini meliputi:

1) Heterogenitas tingkat pendidikan masyarakat

Heterogenitas tingkat pendidikan masyarakat Indonesia dapat

dilihat pada masyarakat di seluruh Indonesia. Masih banyak penduduk

yang buta aksara terutama di pedesaan, disamping mayoritas sudah dapat

membaca dan menulis bahkan banyak yang sarjana. Pada jenjang sekolah

dasar, terutama di pedesaan banyak anak-anak usia sekolah yang tidak

pernah mengikuti sekolah dasar, putus sekolah, di samping banyak yang

tamat sekolah dasar. Hal yang sama juga terjadi pada jenjang pendidikan

SLTP dan SLTA. Penyebab utamanya adalah masalah kemiskinan dan

ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anaknya ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas adalah: (1)

kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal dan berbagai pelatihan

keterampilan teknis bagi anak-anak (pemuda) sangat terbatas, (2) jumlah

pemuda putus sekolah meningkat, bahkan banyak yang tidak pernah

sekolah, (3) jumlah pemuda melek huruf fungsional sangat rendah, dan

(4) mutu SDM generasi muda sangat buruk.

2) Keterpurukan perekonomian masyarakat

Krisis ekonomi yang berawal dari krisis moneter tahun 1997,

memiliki pengaruh signifikan terhadap dunia pendidikan Indonesia.

Jumlah masyarakat miskin dan yang hidup di bawah garis kemiskinan

Page 47: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

47

meningkat. Pengangguran terbuka sudah mencapai 40 juta orang pada

tahun 2004. Tahun 2004-2006, berdasarkan data statistik Indonesia

jumlah pengangguran terbuka adalah 10, 92 juta orang.

Dampak yang terjadi akibat krisis ekonomi adalah terjadinya putus

sekolah karena keterbatasan ekonomi keluarga. Bagi siswa yang putus

sekolah pada usia dini, mengakibatkan emosi mereka belum stabil, tidak

toleran terhadap orang lain, agresif secara fisik, rendah kesadaran akan

kesalahan diri, dan menunjukkan perilaku yang egoistik.

Apabila keluarga dan pemerintah tidak tanggap terhadap

permasalahan tersebut, maka cepat atau lambat pengaruh lingkungan

yang tidak kondusif akan membuat penyalahgunaan narkoba, atau

perilaku-perilaku kejahatan yang lebih ekstrim. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembangunan pendidikan berhubungan erat dengan

pembangunan ekonomi, terutama pembangunan ekonomi yang berakar

pada ekonomi rakyat dan sumber daya domestik.

Menurut Tilaar (dalam RavikKarsidi, 2005: 207), kesalahan

ekonomi dan pengaruh negatifnya pada pendidikan adalah pembangunan

ekonomi yang dijadikan panglima dengan hanya memprioritas target

pertumbuhan telah melahirkan pembangunan ekonomi yang tidak

berperasaan. Akibatnya terjadi kesenjangan antar daerah, antarsektor, dan

antarmasyarakat. Pendidikan tidak mempunyai akuntabilitas sosial oleh

karena masyarakat tidak diikutsertakan di dalam manajemennya. Sejalan

dengan itu lahirlah ekonomi biaya tinggi karena korupsi yang melahirkan

Page 48: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

48

penanganan ekonomi yang tidak profesional tetapi mengikuti jalan pintas.

Dengan sendirinya output pendidikan tidak mempunyai daya saing

apalagi mempunyai daya saing global.

3) Masalah pemerataan pendidikan

Konsep “pendidikan untuk semua” mempunyai makna bahwa

semua warga negara mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan yang

baik, juga mempunyai kewajiban untuk membangun pendidikan nasional

yang bermutu. Konsekuensinya diperlukan pemerataan pendidikan.

Adapun kendala internal yang menghambat pemerataan pendidikan

adalah (1) kendala geografis, artinya banyak pulau-pulau atau daerah-

daerah yang sulit dijangkau pendidikan karena faktor komunikasi, (2)

sarana pendidikan yang terbatas akibat alokasi dana yang sangat minim,

(3) pemerintah masih mengutamakan pembangunan ekonomi sebagai

prioritas, sementara pendidikan belum memperoleh porsi yang wajar, (4)

tidak ada penghargaan yang wajar terhadap profesi guru, terutama yang

menyangkut kesejahteraan, padahal kunci utama pendidikan bermutu

ialah mutu guru itu sendiri, dan (5) perencanaan pendidikan yang

sentralistik yang mengabaikan kemampuan dan karakteristik daerah.

Bacaan:

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Page 49: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

49

Kegiatan Belajar 11

HUBUNGAN POLITIK DAN PENDIDIKAN

a. LearningOutcome:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan politik dan pendidikan.

b. Uraian Materi

1. Hubungan Politik dan Pendidikan

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem

sosial politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara

berkembang. Keduanya memiliki hubungan yang saling bahu-membahu

dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara.

Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam

membentuk perilaku politik masyarakat. sebaliknya, lembaga-lembaga

dan proses politik di suatu negara membawa dampak besar pada

karakteristik pendidikan di negara tersebut.

Menurut Rasyid (dalam M. Sirozi, 2005: 2) menyatakan bahwa

dalam sejarah perkembangan Islam, institusi politik ikut mewarnai corak

pendidikan yang dikembangkan. Keterlibatan para penguasa dalam

kegiatan pendidikan waktu itu tidak hanya sebatas dukungan moral

kepada para peserta didik, melainkan juga dalam bidang administrasi,

keuangan, dan kurikulum.

Berdasarkan pernyataan di atas, hubungan antara politik dan

pendidikan sangat erat. Perkembangan kegiatan-kegiatan kependidikan

banyak dipengaruhi oleh penguasa dan para penguasa memerlukan

Page 50: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

50

dukungan institusi-institusi pendidikan untuk membenarkan dan

mempertahankan kekuasaan mereka.

Plato menggambarkan adanya hubungan dinamis antara aktivitas

kependidikan dan aktivitas politik. Keduanya seakan dua sisi dari satu

koin, tidak mungkin terpisahkan. Menurut Plato, sekolah adalah salah satu

aspek kehidupan yang terkait dengan lembaga-lembaga politik. Setiap

budaya mempertahankan kontrol atas pendidikan di tangan kelompok-

kelompok elite yang secara terus-menerus menguasai kekuasaan politik,

ekonomi, agama, dan pendidikan.

Di negara-negara pascakolonial, kelompok masyarakat yang

mendapat privilese pendidikan lebih mampu melakukan konsolidasi

kekuatan, lalu muncul menjadi kelompok penguasa yang menguasai

partai-partai politik dan sektor pelayanan publik. Privilese atau

diskriminasi pendidikan bisa terjadi karena alasan-alasan budaya atau

agama.

Keterkaitan antara pendidikan dan politik berimplikasi pada semua

dataran, baik pada dataran filosofis maupun dataran kebijakan. Misalnya,

filsafat pendidikan di suatu negara sering kali merupakan refleksi prinsip

ideologis yang diadopsi oleh negara tersebut. Di Indonesia, misalnya

filsafat pendidikan nasional adalah artikulasi pedagogis dari nilai-nilai

yang terdapat pada Pancasila dan UUD 1945.

Bacaan:

Sirozi, M. 2005. Politik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Page 51: Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a ...sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/SOSIOLOGI PENDIDIK… · 1 Kegiatan Belajar 1 HAKEKAT SOSIOLOGI PENDIDIKAN a. Learning

51

Daftar Bacaan

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Pemecahannya. Jakarta:

Kencana.

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang

Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Karsidi, Ravik. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.

Martono, Nanang. 2010. Pendidikan Bukan Tanpa Masalah: mengungkapkan

Problematika Pendidikan dari Perspektif Sosiologi. Yogyakarta: Gava

Media.

Nasution, S. 2011. Sosiologi Pendidikan. Edisi Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

NgainunNaim dan Ahmad Syaugi. 2010. Pendidikan Multikultural Konsep dan

Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Robinson, Philip. 1986. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Jakarta:

Rajawali.

Rifa’i, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan: Struktur dan Interaksi Sosial di

dalam Institusi Pendidikan. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Sirozi, M. 2005. Politik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru 4, Cetakan

ketigapuluh dua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.