hait teransfer
TRANSCRIPT
-
8/6/2019 hait teransfer
1/10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Linier Heat Conduction
Percobaan ini dilakukan dengan mengukur suhu disetiap termokopel pada
masing-masing bahan Aluminium 25 mm, Stainless Steel25 mm, Brass 13 mm, dan
Brass 25 mm dengan run yang masing-masing dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada
variable tegangan 4,5 volt, 5,5 volt, 6 volt dan 8 volt.
Dari percobaan ini didapatkan data-data temperatur di setiap posisitermokopel T1, T3, T6, T7, dan T8 untuk bahan Aluminium 25 mm, Stainless Steel
25 mm, dan Brass 13 mm. Untuk bahan Brass 25 mm data-data temperatur yang
didapatkan yaitu T1, T3, T4,T6, T7, dan T8.
Untuk semua percobaan ini didapatkan bahwa sesuai dengan urutannya, nilai
temperatur didapatkan berurut dari T1 hingga T8 cenderung menurun. Hal ini
disebabkan karena termokopel pada posisi T1 menerima panas paling awal,
sedangkan T8 menerima panas paling akhir, karena posisinya paling bawah. Pada
posisi paling bawah dialirkan air pendingin. Air pendingin dialirkan agar perpindahan
panas terus berjalan, karena panas mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur
rendah.
-
8/6/2019 hait teransfer
2/10
3.1.1. BahanStainless stell(D = 25 mm)
Dari Gambar 3.1 menunjukkan hubungan temperatur dengan jarak termokopel
pada konduksi linier bahan stainless stelldimana temperatur tertinggi terdapat pada
T1 dengan 8 volt yaitu 107,10Cdan temperatur terendah terdapat pada T8 dengan 4,5
volt yaitu 29,9 0C.
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa suhu menurun dengan meningkatnya
jarak termokopel. Berdasarkan hukumFourier:
Q =kAdT
dX
Temperatur berbanding terbalik dengan selisih jarak. Semakin jauh jarak
termokopel maka temperatur akan semakin menurun. Laju perpindahan panas
berbanding lurus dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan jarak, artinya
laju perpindahan panas akan meningkat dengan meningkatnya temperatur dengan
syarat jarak harus kecil.
Dari hasil perhitungan didapatkan konduktivitas panas dari bahan Stainless
stell25 mm, yaitu Kint. Nilai Kint hasil percobaan pada run 1 (4,5 volt) dengan suhu
rata rata 38,54 0C, yaitu 104,39 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data
literatur setelah diinterpolasi pada suhu 38,54 0C, yaitu 44,98 Watt/m0C. Nilai Kint
hasil percobaan pada run 2 (5,5 volt) dengan suhu rata rata 46,52 0C, yaitu 59,97
Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diinterpolasi pada
suhu 46,52 0C, yaitu 44,98 Watt/m0C. Nilai Kint hasil percobaan pada run 3 (6 volt)
dengan suhu rata rata 49,92 0C, yaitu 48,98 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas
dari data literatur setelah diinterpolasi pada suhu 49,92 0C, yaitu 44,98 Watt/m0C.
Nilai Kint hasil percobaan pada run 4 (8 volt) dengan suhu rata rata 63,040C, yaitu
27,18 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diiterpolasi
Gambar 3.1. Kurva hubungan antara temperatur0C dengan jarak termokopel
pada bahan Stainless stell
-
8/6/2019 hait teransfer
3/10
pada suhu 63,04 0C, yaitu 44,98 Watt/m0C. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar tegangan maka semakin kecil konduktivitas termal suatu bahan. (Kern, 1965)
Jadi, jika di bandingkan dengan konduktivitas panas percobaan, dapat
disimpulkan bahwa konduktivitas panas percobaan lebih tinggi dari konduktivitas
panas dari data literatur, hal ini didapat pada run 1 (4,5 volt), run 2 (5,5 volt) dan run
3 (6 volt) masing masing dengan persentase kesalahan sebesar 132,1%, 33,34% dan
8,9%. Besarnya persentase kesalahan disebabkan karena kurang stabilnya arus yang
mengalir pada bahan, sehingga temperatur yang ditampilkan pun tidak stabil. Dan
juga disebabkan karena pada 4,5 volt dan 5,5 volt tegangannya terlalu kecil sehingga
tidak sesuai dengan tegangan pada literatur. Sedangkan pada 6 volt, persentasekesalahannya kecil dari 10%, sehingga data percobaan itu sepenuhnya akurat dan
tepat. Sedangkan pada run 4 (8 volt) konduktivitas panas literatur lebih besar daripada
konduktivitas panas dari percobaan, dengan persentase kesalahannya sebesar 39,58%.
Hal ini dikarenakan tegangan pada percobaan tidak sesuai tegangan yang ada
diliteratur, sehingga terjadi persentase kesalahan yang besar.
3.1.2. Bahan Aluminium (D = 25 mm)
Percobaan kedua yaitu mengukur suhu dengan menggunakan termokopel
untuk jenis bahan aluminium berdiameter 25 mm. Dari percobaan ini diperoleh data
T1, T3, T6, T7 dan T8 dengan variasi tegangan (volt) sebesar 4,5 volt, 5,5 volt, 6 volt
dan 8 volt
Gambar 3.2 menunjukkan hubungan temperatur dengan jarak termokopel
pada konduksi linier bahan aluminium. Temperatur tertinggi terdapat pada T1 dengan
Gambar 3.2. Kurva hubungan antara temperatur0C dengan jarak termokopel
pada bahan Aluminium
-
8/6/2019 hait teransfer
4/10
8 volt yaitu 93,3 0C dan temperatur terendah terdapat pada T8 dengan 4,5 volt yaitu
31,7 0C.
Besarnya jarak termokopel berbanding terbalik dengan temperatur. Semakin
jauh jarak termokopel maka temperatur akan semakin menurun artinya laju
perpindahan panas pun akan semakin kecil. Laju perpindahan panas berbanding lurus
dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan jarak, artinya laju perpindahan
panas akan meningkat dengan meningkatnya temperatur dengan syarat jarak harus
kecil.
Dari hasil perhitungan didapatkan konduktivitas panas dari bahan aluminium
25 mm, yaitu Kint. Nilai Kint hasil percobaan pada run 1 (4,5 volt) dengan suhu ratarata 40,55 0C, yaitu 195,84 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data
literatur setelah diinterpolasi pada suhu 40,55 0C, yaitu 203,813 Watt/m0C. Nilai Kint
hasil percobaan pada run 2 (5,5 volt) dengan suhu rata rata 45,65 0C, yaitu 160,15
Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diinterpolasi pada
suhu 45,65 0C, yaitu 203,98 Watt/m0C. Nilai Kint hasil percobaan pada run 3 (6 volt)
dengan suhu rata rata 49,5 0C, yaitu 138,3 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas
dari data literatur setelah diinterpolasi pada suhu 49,5 0C, yaitu 204,12 Watt/m0C.
Nilai Kint hasil percobaan pada run 4 (8 volt) dengan suhu rata rata 65,32 0C, yaitu
76,41 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diiterpolasi
pada suhu 65,32 0C, yaitu 204,67 Watt/m0C. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar tegangan maka semakin kecil konduktivitas termal suatu bahan. (Kern, 1965)
Jadi, jika di bandingkan dengan konduktivitas panas percobaan, dapat
disimpulkan bahwa konduktivitas panas literatur lebih tinggi dari konduktivitas panas
dari percobaan, hal ini didapat pada run 1 (4,5 volt), run 2 (5,5 volt) run 3 (6 volt) dan
run 4 (8 volt) masing masing dengan persentase kesalahan sebesar 3,9%, 21,48%,
32,24% dan 62.66%. Pada 4,5 volt, persentase kesalahannya kecil dari 10%, sehingga
data percobaan itu sepenuhnya akurat dan tepat. Tetapi pada tegangan 5,5 volt, 6 volt
dan 8 volt tegangannya terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan tegangan pada
literatur, sehingga menimbulkan perbedaan yang cukup besar antara konduktivitas
percobaan dengan konduktivitas literatur.
-
8/6/2019 hait teransfer
5/10
3.1.3. BahanBrass ( D = 13 mm)
Percobaan ketiga yaitu mengukur suhu dengan menggunakan termokopel
untuk jenis bahan brass berdiameter 13 mm. Dari percobaan ini diperoleh data T1,
T3, T6, T7 dan T8 dengan variasi tegangan (volt) sebesar 4,5 volt, 5,5 volt, 6 volt dan
8 volt
Gambar 3.3 menunjukkan hubungan temperatur dengan jarak termokopel
pada konduksi linier bahan brass ( D = 13 mm). Temperatur tertinggi terdapat pada
T1 dengan 8 volt yaitu 110,10C dan temperatur terendah terdapat pada T8 dengan 4,5
volt yaitu 31,7 0C.
Besarnya jarak termokopel berbanding terbalik dengan temperatur. Semakin
jauh jarak termokopel maka temperatur akan semakin menurun artinya laju
perpindahan panas pun akan semakin kecil. Laju perpindahan panas berbanding lurus
dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan jarak, artinya laju perpindahan
panas akan meningkat dengan meningkatnya temperatur dengan syarat jarak harus
kecil.
Dari hasil perhitungan didapatkan konduktivitas panas dari bahan brass 13
mm, yaitu Kint. Nilai Kint hasil percobaan pada run 1 (4,5 volt) dengan suhu rata rata
43,28 0C, yaitu 302,11 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur
setelah diinterpolasi pada suhu 43,28 0C, yaitu 99,87 Watt/m0C. Nilai Kint hasil
percobaan pada run 2 (5,5 volt) dengan suhu rata rata 50,14 0C, yaitu 241,065
Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diinterpolasi pada
suhu 50,14 0C, yaitu 100,34 Watt/m0C. Nilai Kint hasil percobaan pada run 3 (6 volt)
dengan suhu rata rata 57,04 0C, yaitu 205,57 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas
dari data literatur setelah diinterpolasi pada suhu 57,04 0C, yaitu 100,82 Watt/m0C.
Nilai Kint hasil percobaan pada run 4 (8 volt) dengan suhu rata rata 67,360C, yaitu
Gambar 3.3. Kurva hubungan antara temperatur0C dengan jarak termokopel
pada bahan brass ( D = 13 mm)
-
8/6/2019 hait teransfer
6/10
228,68 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diiterpolasi
pada suhu 67,36 0C, yaitu 101,54 Watt/m0C. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar tegangan maka semakin kecil konduktivitas termal suatu bahan. (Kern, 1965)
Jadi, jika di bandingkan dengan konduktivitas panas percobaan, dapat
disimpulkan bahwa konduktivitas panas percobaan lebih tinggi dari konduktivitas
panas dari data literatur, hal ini didapat pada run 1 (4,5 volt), run 2 (5,5 volt) , run 3
(6 volt) dan run 4 (8 volt) masing masing dengan persentase kesalahan sebesar
202,49%, 140,23%, 103,88% dan 125,21%. Besarnya persentase kesalahan
disebabkan karena kurang stabilnya arus yang mengalir pada bahan, sehingga
temperatur yang ditampilkan pun tidak stabil. Dan juga disebabkan karena pada 4,5volt, 5,5 volt, 6 volt dan 8 volt tegangannya terlalu kecil sehingga tidak sesuai dengan
tegangan pada literatur.
3.1.4. BahanBrass ( D = 25 mm)
Percobaan keempat yaitu mengukur suhu dengan menggunakan termokopel
untuk jenis bahan brass berdiameter 25 mm. Dari percobaan ini diperoleh data T1,
T3, T4, T6, T7 dan T8 dengan variasi tegangan (volt) sebesar 4,5 volt, 5,5 volt, 6 volt
dan 8 volt
Gambar 3.4. Kurva hubungan antara temperatur
0
C dengan jarak termokopelpada bahan brass ( D = 25 mm)
-
8/6/2019 hait teransfer
7/10
Gambar 3.4 menunjukkan hubungan temperatur dengan jarak termokopel
pada konduksi linier bahan brass ( D = 25 mm). Temperatur tertinggi terdapat pada
T1 dengan 8 volt yaitu 94,80C dan temperatur terendah terdapat pada T8 dengan 4,5
volt yaitu 33,6 0C.
Temperatur untuk bahan brass (D = 13 mm) lebih besar daripada brass (D =
25 mm), hal ini dikarenakan luas area perpindahan pada brass (D = 13 mm) lebih
kecil dibandingkan dengan brass (D = 25 mm). Besarnya jarak termokopel
berbanding terbalik dengan temperatur. Semakin jauh jarak termokopel maka
temperatur akan semakin menurun artinya laju perpindahan panas pun akan semakin
kecil. Laju perpindahan panas berbanding lurus dengan temperatur dan berbanding
terbalik dengan jarak, artinya laju perpindahan panas akan meningkat dengan
meningkatnya temperatur dengan syarat jarak harus kecil.
Dari hasil perhitungan didapatkan konduktivitas panas dari bahan brass 25
mm, yaitu Kint. Nilai Kint hasil percobaan pada run 1 (4,5 volt) dengan suhu rata rata
40,95 0C, yaitu 435,66 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur
setelah diinterpolasi pada suhu 40,95 0C, yaitu 99,71 Watt/m0C. Nilai Kint hasil
percobaan pada run 2 (5,5 volt) dengan suhu rata rata 45,7 0C, yaitu 334,11
Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diinterpolasi pada
suhu 45,7 0C, yaitu 100,04 Watt/m0C. Nilai Kint hasil percobaan pada run 3 (6 volt)
dengan suhu rata rata 48,530C, yaitu 297,38 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas
dari data literatur setelah diinterpolasi pada suhu 48,53 0C, yaitu 100,24 Watt/m0C.
Nilai Kint hasil percobaan pada run 4 (8 volt) dengan suhu rata rata 63,890C, yaitu
185,21 Watt/m0C, sedangkan nilai konduktivitas dari data literatur setelah diiterpolasi
pada suhu 63,89 0C, yaitu 101,30 Watt/m0C. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar tegangan maka semakin kecil konduktivitas termal suatu bahan. (Kern, 1965)
Jadi, jika di bandingkan dengan konduktivitas panas percobaan, dapat
disimpulkan bahwa konduktivitas panas percobaan lebih tinggi dari konduktivitas
panas dari data literatur, hal ini didapat pada run 1 (4,5 volt), run 2 (5,5 volt) , run 3
-
8/6/2019 hait teransfer
8/10
(6 volt) dan run 4 (8 volt) masing masing dengan persentase kesalahan sebesar
336,92%, 233,97%, 196,67% dan 82,83%. Besarnya persentase kesalahan disebabkan
karena kurang stabilnya arus yang mengalir pada bahan, sehingga temperatur yang
ditampilkan pun tidak stabil. Dan juga disebabkan karena pada 4,5 volt, 5,5 volt, 6
volt dan 8 volt tegangannya terlalu kecil sehingga tidak sesuai dengan tegangan pada
literatur.
-
8/6/2019 hait teransfer
9/10
3.2. Radial Heat Conduction
Percobaan konduktivitas panas pada aliran radial ini dilakukan dengan
mengukur besar suhu pada termokopel T1, T2, T3, T4, T5, dan T6. Sesuai dengan
posisi termokopel di atas, Run dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada variable
tegangan 4,5 volt, 5,5 volt, 6 volt, dan 8 volt.
Gambar 3.5 menunjukkan hubungan antara temperatur dengan jarak
termokopel untuk bahan brass 13 mm dengan konduksi perpindahan panas radial.
Berbeda dengan konduksi linier, pada konduksi radial temperatur yang diperoleh
tidak sebesar dari konduksi linier.
Temperatur tertinggi terdapat pada T1 dengan 8 volt yaitu 76,20C dan
temperatur terendah terdapat pada T6 dengan 4 volt yaitu 32,90C. Perbedaan
temperatur untuk masing masing volt tidak jauh berbeda.
Dari hasil percobaan didapatkan konduktivitas bahanBrass pada aliran radial
paling tinggi pada run 1, yaitu sebesar 35,14 Watt/m0C. Dari data literatur didapatkan
konduktivitas panas brass adalah sebesar 99,46 watt/m0C setelah diinterpolasi untuk
suhu yang sama.
Jadi, jika di bandingkan dengan konduktivitas panas percobaan, dapat
disimpulkan bahwa konduktivitas panas dari literatur lebih tinggi dari konduktivitas
panas dari percobaan, dengan persentasi kesalahan yang cukup besar yaitu sebesar
64,67% . Hal ini disebabkan karena kurang stabilnya arus yang mengalir pada bahan,
sehingga nilai temperatur yang ditampilkan pun tidak stabil.
Gambar 3.5. Kurva hubungan antara temperatur0C dengan jarak termokopel
pada bahan brass ( D = 13 mm) pada konduksi radial
-
8/6/2019 hait teransfer
10/10
BAB IV
KESIMPULAN
1. Laju perpindahan panas sebanding dengan konduktivitas termal, luas
penampang dan temperatur tetapi berbanding terbalik dengan jarak, sesuai
dengan hukumFourier:
Q=kAdTdx
2. Konduktivitas termal dari percobaan pada aliran linier dapat disimpulkan :
kbrass (d=25mm) = 435,668 Watt/m0C kliteratur = 99,7143 Watt/m
0C
kbrass (d=13mm) = 302,114 Watt/m0C kliteratur = 99,8749 Watt/m
0C
kalluminium = 195,848 Watt/m0C kliteratur = 203,813 Watt/m
0C
kstainless stell = 104,398 Watt/m0C kliteratur = 44,98 Watt/m
0C
Benda yang memiliki konduktivitas termal yang besar berarti penghantar
kalor yang baik, dari data diatas berarti brass (d=25mm) penghantar kalor
yang baik.
3. Konduktivitas termal pada aliran radial pada bahan brass (d = 13 mm) sebesar
35,14 Watt/m0
C, sedangkan konduktivitas termal dari literatur didapat nilaisebesar 99,46 Watt/m0C
4. Distribusi temperatur pada masing masing bahan (brass, stainles steeldan
alumunium) berbanding terbalik dengan jarak termokopel.