grup imc inter olecular...
TRANSCRIPT
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 0
PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU
GRUP IMC
(INTERMOLECULAR CHEMISTRY)
OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS
JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO Jl. Prof. Soedarto, SH. Tembalang, Semarang 50275
Telp./Fax.: 024-7474754 / 024-76480690 Websitegrup IMC: http://imc.kimia.undip.ac.id
e-mail ketua grup: [email protected]
2012
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 1
Standar Kompetensi (SK):
Mahasiswa dapat menguraikan dan membandingkan
(C4-menganalisis) beberapa metoda hasil studi literatur
dan hasil praktikum kimia terpadu, serta memprediksi
(C5-mengevaluasi) hasilnya.
Kompetensi Dasar (KD):
Membandingkan (C4-menganalisis) metode hasil
studi literatur dalam bentuk bahan dan alat yang
diperlukan, langkah-langkah kerja, serta menguraikan
(C4-menganalisis) hasil studi literatur dan hasil praktikum
dalam bentuk uraian, tabel, grafik, gambar, yang
dituangkan dalam laporan dan seminar, serta memprediksi
(C5-mengevaluasi) hasil praktikum dalam bentuk hipotesa
atau kesimpulan sementara.
1. Pendahuluan
Mengapa perlu membuat buku panduan Praktikum Kimia Terpadu (PKT)
untuk Grup Riset Interaksi Antarmolekul (InterMolecular Interaction atau
disingkat IMC)? Tujuan utama adalah:
a. Memberikan informasi kepada mahasiswa cara pandang Grup dalam
melakukan penelitian.
b. Memberikan informasi kepada mahasiswa penelitian apa saja yang dapat
dilakukan berkaitan dengan Interaksi Antarmolekul.
c. Membantu mahasiswa untuk mencapai SK dan KD.
Panduan Praktikum Kimia Terpadu Grup IMC
Gambar 1.1.
Struktur 3-dimensi
unit penyusun
polimer selulosa.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 2
2. Cara Pandang Grup
Fokus penelitian grup IMC adalah dengan memandang sistem kimia pada
tiga tingkatan yaitu (a) molekul, (b) mikroskopik, dan (c) makroskopik.
Pemahaman molekul akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam pada
sistem mikroskopik dan makroskopik. Pemahaman pada tingkat molekul tanpa
mengkaitkan dengan sistem mikroskopik dan makroskopik, nilai kemanfaatan
aplikasi kurang optimal. Pemahaman mikroskopik dan makroskopik tanpa
memperhatikan pemahaman pada tingkat molekul akan membatasi inovasi pada
pengembangan dan perluasan nilai kemanfaatan pada ranah aplikasi.
Gambar 1. Cara pandang molekul, mikroskopik, dan makroskopik.
(Siahaan dan Windarti, 2009)
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 3
Cara pandang grup IMC pada tiga tingkatan secara sinergis dan holistik
telah mulai digambarkan dan dikembangkan pada analisis sifat-sifat fisik
selulosa melalui pembuatan selulosa dari bahan nata de coco (Siahaan dan
Windarti, 2009), Gambar 1. Selulosa nata de coco yang masih basah, Gambar
2a, dan setelah dikeringkan (makroskopik), Gambar 2b, dapat digunakan
sebagai bahan dasar kertas (aplikasi). Selulosa adalah polimer alam yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar kertas. Kualitas kertas (uang, buku, dll) yang
menggunakan selulosa sebagai bahan baku sangat tergantung pada kualitas
selulosa itu sendiri. Selulosa nata de coco dapat dikembangkan sebagai bahan
dasar plastik dan baju tahan peluru. Pertanyaan pertama, apa parameter yang
menggambarkan kualitas material seperti kertas dari bahan selulosa? Parameter
yang digunakan tergantung cara pandang yang telah disebutkan di atas.
(a) (b)
Gambar 2. Selulosa nata de coco basah (a) dan setelah dikeringkan (b).
Pada cara pandang makroskopik, salah satu uji parameter kualitas
kertas adalah uji kekuatan tarik (Siahaan dan Windarti, 2009), Gambar 3. Uji
tarik menggambarkan kekuatan putus (strain) bila diberi gaya dari luar (stress).
Gambar 3. Hasil uji tarik selulosa nata de coco setelah dikeringkan.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 4
Pertanyaan kedua, apa faktor dalam material yang menyebabkan harus
diperlukan gaya-gaya dari luar agar lembaran selulosa nata de coco dapat
putus? Untuk menjawab pertanyaan kedua, cara pandang yang harus digunakan
adalah cara pandang mikroskopik. Tiga uji parameter kualitas kertas pada
tingkat mikroskopik adalah uji spektroskopi, uji porositas dan uji
kristalinitas (Siahaan dan Windarti, 2009), Gambar 4. Interpretasi kualitatif
ketiga parameter adalah bahwa ada faktor ikatan primer (ikatan kovalen),
ikatan sekunder (interaksi antarmolekul), struktur dan geometri molekul,
mobilitas rantai utama polimer, polaritas dan mobilitas gugus fungsi pada
rantai polimer yang mempengaruhi sifat mikroskopik dan makroskopik.
(a) (b)
(c)
Gambar 4. Hasil uji porositas (a) dan kristalinitas (b) selulosa nata de
coco setelah dikeringkan.
100012501500175020002500300035004000450050005500600065007000
1/cm
60
65
70
75
80
85
90
95
100
%T
50
55
.43
39
65
.65
37
70
.84
36
95
.61
34
48
.72
34
29
.43
30
76
.46
29
24
.09
28
52
.72
27
02
.27
25
15
.18
23
60
.87
23
35
.80
22
25
.85
21
33
.27
20
71
.55
16
56
.85
16
31
.78
16
00
.92
14
60
.11
13
77
.17
10
89
.78
10
16
.49
85
2.5
4
0 jam Pellet KBr
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 5
Pertanyaan ketiga, bagaimana membuktikan secara kualitatif dan
kuantitatif keberadaan dan besarnya ikatan primer (ikatan kovalen), ikatan
sekunder (interaksi antarmolekul), struktur dan geometri molekul, mobilitas
rantai utama polimer, polaritas dan mobilitas gugus fungsi pada rantai polimer?
Untuk menjawab pertanyaan ketiga, cara pandang yang harus digunakan adalah
cara pandang molekular. Salah satu uji parameter ikatan kovalen, interaksi
antarmolekul, dan struktur molekul adalah uji (perhitungan) energi potensial
interaksi dengan metode komputasi (Siahaan dan Windarti, 2009), Gambar 5
sampai dengan Gambar 13.
Gambar 5. Hasil uji (perhitungan) energi potensial interaksi segmen
trimer selulosa...segmen trimer selulosa.
Gambar 6. Hasil uji energi mobilitas rotasi pada sudut torsi c dan c
ikatan glikosida molekul dimer glukosa.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 6
Gambar 7. Hasil uji energi interaksi fungsi ∆E (kJ/mol) terhadap jarak
interaksi R(Å) segmen dimer selulosa...Ca2+
; E= - 247,134
kJ/mol (-59,0665 kkal/mol); jarak interaksi 2,3 Å; Catatan:
Energi ikatan hidrogen kuat (14-40 kkal/mol); Energi ikatan
kovalen yaitu sekitar 100 kkal/mol; Analisis potensial Mie:
energi keadaan dasar segmen dimer selulosa...Ca2+
, Ev=0=
3,1953 kJ/mol, tetapan vibrasi sebesar 603,886 Nm-1
.
Berdasarkan harga tetapan vibrasi dan tingkat-tingkat energi
vibrasinya menunjukkan bahwa interaksi antara dimer
glukosa...Ca2+
adalah kuat.
Gambar 8. Hasil uji energi interaksi fungsi ∆E (kJ/mol) terhadap jarak
interaksi R (Å) segmen dimer selulosa...PO43-
; E= - 321,1693
kJ/mol (-76,7613 kkal/mol); jarak interaksi 3,1 Å; Analisis
potensial Mie: energi keadaan dasar segmen dimer
selulosa...PO43-
, Ev=0= 3,1953 kJ/mol, tetapan vibrasi sebesar
368,626 Nm-1
.
Komputasi kimia dapat menjelaskan geometri molekul dengan presisi
tinggi yang tidak dapat dilakukan dengan metode difraksi sinar-X, SEM, dan
spektroskopi. Interaksi segmen trimer selulosa...segmen trimer selulosa pada
Gambar 5 menunjukkan dengan jelas bahwa orbital hibridisasi sp3 pada atom C
memberi geometri kursi pada unit penyusun polimer selulosa. Uji kuat tarik
pada selulosa mengindikasikan adanya gaya-gaya interaksi antara rantai
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 7
polimer selulosa, dan komputasi kimia mengkonfirmasi bahwa hal ini terutama
terjadi karena interaksi ikatan-H antara gugus hidroksida, -OH. Hasil lain
adalah bahwa gugus –CH2OH yang meruah berada sedemikian sehingga tidak
diantara rantai polimer tetapi menjauh agar tolak-menolak paling kecil.
Interaksi rantai selulosa ketiga, keempat, ke-n. dengan dimer selulosa Gambar 5
tidak dapat menghindari bahwa gugus meruah –CH2OH akan berada diantara
rantai dan dapat diperkirakan bahwa energi interaksi akan lebih kecil.
Gambar 9. Hasil uji energi interaksi fungsi ∆E (kJ/mol) terhadap jarak
interaksi R (Å) segmen dimer selulosa...CaPO4-; E= - 78,7903
kJ/mol (-18,8313 kkal/mol); jarak interaksi 2,5 Å; Analisis
potensial Mie: energi keadaan dasar segmen dimer
selulosa...CaPO4-, Ev=0= 1,2427 kJ/mol, tetapan vibrasi
sebesar 245,3743 Nm-1
; konfigurasi-1.
Gambar10.Hasil uji energi interaksi fungsi ∆E (kJ/mol) terhadap jarak
interaksi R(Å) segmen dimer selulosa...CaPO4-; E= - 62,0921
kJ/mol (-14,8404 kkal/mol); jarak interaksi 3,75 Å; Analisis
potensial Mie: energi keadaan dasar segmen dimer
selulosa...CaPO4-, Ev=0= 1,0898 kJ/mol, tetapan vibrasi
sebesar 188,7269 Nm-1
; konfigurasi-2.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 8
Gambar11.Hasil uji energi interaksi fungsi ∆E (kJ/mol) terhadap jarak
interaksi R (Å) segmen dimer selulosa...CaPO4-; E= - 42,4796
kJ/mol (-10,153 kkal/mol); jarak interaksi 3,0 Å; Analisis
potensial Mie: energi keadaan dasar segmen dimer
selulosa...CaPO4-, Ev=0= 0,839 kJ/mol, tetapan vibrasi sebesar
111,8431 Nm-1
; konfigurasi-3.
Gambar12.Hasil uji energi interaksi fungsi ∆E (kJ/mol) terhadap
jarak interaksi R(Å) segmen dimer selulosa...Ca3(PO4)2;
E=-65,3545 kJ/mol (-15,6201 kkal/mol); jarak interaksi 2,5 Å;
Analisis potensial Mie: energi keadaan dasar segmen dimer
selulosa...Ca3(PO4)2, Ev=0= 0,8684 kJ/mol, tetapan vibrasi
sebesar 201,6728 Nm-1
.
Interaksi antarmolekul dapat berubah dengan pemanasan menghasilkan
jarak interaksi yang lebih besar. Kelarutan dapat meningkat dengan pemanasan
menunjukkan berubahnya interaksi menjadi antara zat terlarut dengan pelarut.
Hal ini mengindikasikan jarak interaksi yang lebih besar yang menyebabkan
pelarut dapat masuk diantara rantai polimer. Perubahan interaksi dapat
dikonfirmasi secara molekular dengan metode komputasi.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 9
Gambar13.Hasil uji energi interaksi fungsi ∆E (kJ/mol) terhadap
jarak interaksi R (Å) segmen dimer selulosa...Ca5(PO4)3OH;
E=-93,9667 kJ/mol (-22,4586 kkal/mol); jarak interaksi 2,5 Å;
Analisis potensial Mie: energi keadaan dasar segmen dimer
selulosa...Ca5(PO4)3OH, Ev=0= 0,8221 kJ/mol, tetapan vibrasi
sebesar 226,3475 Nm-1
.
Cara pandang di atas akan memberi kekuatan pada ranah aplikasi. Inovasi
produk akan dapat dilakukan dengan baik. Hal itu akan dijelaskan pada hasil-
hasil penelitian yang sedang dilakukan. Secara garis besar, aplikasi kimia bila
selalu melihat dunia ilmu lain, Gambar 14 dan Gambar 15, serta dilandasi
dengan dasar ilmu kimia yang kuat akan memberi pengaruh yang besar.
Contoh aplikasi ilmu kimia adalah masalah yang ditimbulkan dari usaha
ketersediaan ikan tawar untuk memenuhi kebutuhan makanan, Gambar 14.
Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan makanan tersebut adalah
pertanian air tawar (AquaFarm) dengan pembuatan keramba di danau. Pakan
yang digunakan sebagai konsumsi ikan adalah makanan protein tinggi, ternyata
dapat menimbulkan masalah baru yaitu matinya ikan, dan diduga karena pakan
berlebih. Salah satu alasan dugaan pakan berlebih adalah bahwa pakan dapat
menghasilkan gas beracun H2S dan NH3. Dugaan tersebut harus dibuktikan
dengan hasil analisis kimia.
Kompetensi ahli kimia adalah bahwa sebelum dilakukan analis terhadap
air telah dapat diprediksi bahwa pakan dapat menghasilkan gas NH3, tetapi
H2S hanya dapat dihasilkan bila pakan mengandung asam amino sistein. Untuk
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 10
membuktikan, harus dilakukan analisis secara kimia, dengan teknologi yang
selalu berkembang berdasarkan teori atom dan molekul, Gambar 14, untuk
menentukan kadar gas H2S dan NH3, dan dibandingkan dengan batas ambang
kadar H2S dan NH3 berbahaya untuk ikan, serta jenis asam amino dalam pakan.
Contoh masalah kedua yang dapat terjadi dalam usaha memenuhi
kebutuhan manusia adalah sampah plastik. Lingkungan yang tercemar, seperti
air sungai dan danau, dapat kekurangan oksigen. Kebutuhan plastik ramah
lingkungan dapat dikembangkan dengan inovasi perancangan zat baru
berdasarkan kemampuan ilmu dasar.
Gambar 14a.Cara pandang aplikasi ilmu kimia berbasis teori dan aplikasi.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 11
Masalah-masalah baru yang lebih berat yang membutuhkan ahli kimia
dalam inovasi perancangan zat baru berdasarkan kemampuan ilmu dasar adalah
dalam dunia kesehatan, Gambar 15. Alam tidak mampu menyediakan semua
zat-zat kimia yang dibutuhkan manusia. Penyakit yang timbul saat ini
memerlukan obat-obat baru yang dapat diperoleh dengan sintesis, dan peralatan
baru yang dapat menganalisis hingga tingkat molekul.
Gambar 14b.Cara pandang aplikasi ilmu kimia berbasis teori dan aplikasi.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 12
3. Interseksi Praktikum Kimia Terpadu dan Matakuliah
Cara pandang dan fokus penelitian pada grup IMC memerlukan
pemahaman dasar-dasar ilmu kimia yang baik, Gambar 15.
Gambar 15. Peta pengembangan dasar-dasar ilmu kimia dan penelitian.
Selulosa nata de coco adalah molekul polimer. Salah satu yang penting
dalam polimer adalah berat molekul yang dipelajari pada matakuliah ilmu
kimia polimer. Polimer dapat dimodifikasi misalnya selulosa menjadi selulosa
asetat, kitosan menjadi kitosan amida. Modifikasi kitosan menjadi kitosan
amida memerlukan pemahaman molekul seperti reaksi antara gugus –NH2
dengan gugus karboksilat. Pemahaman molekul sangat diperlukan pada
pengembangan material organik dan anorganik. Pemahaman molekul
memerlukan metode-metode eksperimen seperti spektroskopi UV/VIS,
spektroskopi IR, dan spektroskopi NMR. Pemahaman molekul dengan metode
spektroskopi dapat dipelajari pada matakuliah spektroskopi kimia.
Penelitian jangka pendek IMC: berbasis polimer
selulosa, kitosan, zeolit, dll.
Pengembangan
Komputasi Kimia Energi
Pengembangan
Komposit
Pengembangan Bahan
Sumber Energi
Pengembangan
Surfaktan, Katalis
Pemodelan molekul &
Interaksi Antarmolekul/
Supramolekul
Pengembangan Material
Dasar Organik
Pengembangan
polimer modifikasi
Kimia Zat Padat
Jangka
panjang:
Material
Baru dan
Energi
Pengembangan Material
Dasar Anorganik
Kimia Molekul
Kimia Polimer
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 13
Selulosa nata de coco adalah material zat padat. Salah satu aspek
penting pada material zat padat adalah porositas dan kristalinitas yang dapat
dipelajari pada matakuliah zat padat. Pemahaman molekul pada zat padat
memerlukan metode-metode eksperimen seperti difraksi sinar-X dan mikroskop
elektron, yang dapat dipelajari pada matakuliah zat padat.
Penelitian jangka pendek Kimia Interaksi Antarmolekul (IMC)
memerlukan pemahaman yang baik dasar-dasar ilmu kimia di atas, Gambar
15, dan menjadi penelitian strategis pada berbagai pengembangan bidang ilmu
kimia, yang menjadi landasan kuat bagi para pengembangan material baru dan
energi pada jangka panjang.
Praktikum kimia terpadu menjadi bagian dari peta dasar-dasar ilmu
kimia di atas, Gambar 15, dan mahasiswa yang mau bekerja di kelompok IMC
dapat memilih salah satu pengembangan tersebut, tetapi dengan fokus
penelitian adalah fenomena molekul dan interaksi antarmolekul baik
dengan eksperimen maupun dengan pemodelan komputasi. Praktikum kimia
terpadu diharapkan menjadi praktikum yang bernilai strategis untuk
menghasilkan tugas riset dan hasil penelitian yang berkualitas.
4. Praktikum Kimia Terpadu dan Penelitian Terkini
Ilmu kimia berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan
masalah dan teknologi. Fokus penelitian terkini di grup IMC adalah:
a. Perancangan protein baru dengan metode komputasi (GROMACS dan
DOCKING) yang berfungsi untuk membuka dan meningkatkan porositas
T-junction pada E-Cadherin sel yang akan dilalui obat-obat berukuran
besar dalam pengobatan penyakit di sekitar otak seperti parkinson, dll.
Penelitian ini adalah kerjasama dengan Prof. Dr. Teruna Siahaan dan
Prof. Dr. K. Kuzcera dari Universitas Kansas, USA.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 14
b. Sintesa peptida dengan metode komputasi ab initio yang berfungsi
untuk memami pengaruh jenis dan urutan asam amino pada kestabilan
peptida, dll.
Dasar-dasar ilmu kimia yang diperlukan untuk (a) dan (b):
Teori Struktur Geometri Molekul: persamaan Schrodinger, operator
energi, energi kinetik, energi potensial, fungsi gelombang, metode MO,
metode variasi, metode HF (ab initio), metode DFT, parameter molekul
jari-jari ikatan, sudut ikatan, dihedral, energi molekul, momen dipol, dll.;
Teori Klasik dan Kuantum Interaksi Antarmolekul: persamaan Lennard-
Jones, grafik persamaan Lennard-Jones, kedalaman potensial, jarak
interaksi antarmolekul, dll.; Dasar-Dasar Kimia Komputasi: basis set,
perintah-perintah operasi Linux, dll.
c. Perancangan kitosan dan derivatnya untuk enkapsulasi molekul yang
berfungsi untuk manjaga kestabilan molekul (seperti vitamin C),
ketersediaan molekul dalam jangka waktu tertentu (lepas lambat atau
time-release; seperti vitamin B), dll.
Dasar-dasar ilmu kimia yang diperlukan untuk (c): kelarutan polimer,
penentuan berat molekul polimer, konduktivitas larutan polimer,
pengaruh temperatur pada konduktivitas, degradasi dan modifikasi
polimer, analisis IR, SEM/EDS, dan XRD, uji kekuatan, analisis interaksi
kitosan dan turunannya dengan zat lain dengan konduktivitas, kinetika
pelepasan zat dari kitosan dan turunannya, pengaruh temperatur dan berat
molekul polimer pada kinetika pelepasan, dll.
d. Studi interaksi segmen kitosan dan turunannya dengan molekul lain
dengan metode komputasi yang berfungsi untuk menentukan pengaruh
geometri dan jenis molekul serta temperatur (eksperimen) pada energi
interaksi antara kitosan dan turunannya dengan molekul zat lain.
P a n d u a n P K T G r u p I M C | 15
Dasar-dasar ilmu kimia yang diperlukan untuk (d):
Teori Struktur Geometri Molekul: persamaan Schrodinger, operator
energi, energi kinetik, energi potensial, fungsi gelombang, metode MO,
metode variasi, metode HF (ab initio), metode DFT, parameter molekul
jari-jari ikatan, sudut ikatan, dan dihedral, energi molekul, momen dipol,
dll.; Teori Klasik dan Kuantum Interaksi Antarmolekul: persamaan
Lennard-Jones, grafik persamaan Lennard-Jones, kedalaman potensial,
jarak interaksi antarmolekul, dll.; Dasar-Dasar Kimia Komputasi: basis
set, perintah-perintah operasi Linux, dll.
e. Aplikasi kitosan dan derivatnya untuk pengobatan, pertanian, dll.