laporan pkt 55.docxnnn

Upload: khumaira-sekartria-husnaeni

Post on 14-Jul-2015

834 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Laporan Kelompok Praktik Kimia Terpadu 55 yang mengambil judul Analisis Losio Ultraviolet (Uv)-Whitening Merek X ini merupakan laporan kegiatan selama praktikum kimia terpadu, serta untuk memenuhi nilai pelajaran Kimia Analisis Terpadu di Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor tahun ajaran 2011/2012. Laporan ini berisi tentang tingkat mutu losio kulit yang kami analisis secara fisika, kimia, serta mikrobiologi. Garis besar laporan ini meliputi pendahuluan, tinjauan pustaka, bahan dan metode analisis, hasil dan pembahasan serta simpulan dan saran. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Praktikum Kimia Terpadu beserta laporannya. Pada kesempatan kali ini tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dra. Hj. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. 2. Dra. E. Yanny Priantieni, M.Pd, selaku pembimbing PKT 55 yang telah berkenan memberikan pengarahan dan dorongan kepada kami. 3. Hj. Sulistiowati, S.Si, M.Pd, selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Pendidikan Keterampilan yang telah memberi kemudahaan kepada kelompok kami selama kegiatan praktikum berlangsung. 4. Seluruh guru dan staf laboratorium SMAKBo yang telah membantu selama kegiatan praktikum. 5. Orang tua kami yang telah memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil. 6. Rekan-rekan kelas XIII angkatan 54 yang telah memberikan banyak masukan berupa saran dan kritik kepada kami. 7. Semua pihak yang turut membantu penyusunan laporan ini baik berupa morill maupun materil sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan ini. Sesuai dengan pepatah tiada gading yang tak retak, demikianlah adanya makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca

1

8. sungguh kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor,September2011

Tim Penyusun

1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v DAFTAR TABEL...................................................................................................vi BAB I ....................................................................................................................1 BAB II ...................................................................................................................4 A. B. C. D. Kosmetik.................................................................................................4 Losio.......................................................................................................5 Placenta..................................................................................................6 Pelindung Sinar Ultra Violet....................................................................8 1. Vitamin E Sebagai Antioksidan dan Swbagai pelindung Sinar Ultra Violet......................................................................................10 E. Whitening Agent...................................................................................13 2.5.1 2.5.2 2.5.3 3.1 3.2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 3.3 4.1 4.2 Arbutin...........................................................................................13 Hidrokuinon...................................................................................15 Merkuri..........................................................................................16

BAB III ANALISIS................................................................................................18 Metode Analisis....................................................................................18 Cara Kerja Analisis...............................................................................19 Keadaan Contoh Metode Organoleptik.................................................19 pH Metode Potensiometri.....................................................................19 Efektivitas Humektan Metode Gravimetri..............................................19 Kadar Pengawet Metode Titrasi Asidimetri...........................................20 Logam Hg (raksa) Metode SSA............................................................21 Jumlah Bakteri Metode Angka Lempeng Total (ALT)............................22 Pseudomonas auruginosa Metode Plate Count....................................23 Candida albicans Metode Plate Count..................................................24 Bahan Analisis......................................................................................25 Hasil Analisis........................................................................................27 Pembahasan........................................................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................27

1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................31 5.1 5.2 Kesimpulan...........................................................................................31 Saran....................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32 LAMPIRAN.........................................................................................................33

1

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Struktur Kimia Tokoferol........................................................................12 Gambar 2 : Struktur Kimia Arbutin............................................................................14 Gambar 3 : Struktur Kimia Hidrokuinon....................................................................15

2

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Metode analisis losio UV-whitening...........................................................18 Tabel 2 : Bahan-bahan analisis................................................................................25 Tabel 3 : Hasil analisis.............................................................................................27 Tabel 4 : Data Analisis Efektivitas Humektan...........................................................33 Tabel 5 : Data Analisis Uji pH...................................................................................33 Tabel 6 : Data Analisis Kadar Pengawet..................................................................33 Tabel 7 : Data Analisis ALT......................................................................................34

3

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala . Di Mesir 3500 tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, batubara, bahkan api, air, embun, pasir, atau sinar matahari. Penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan, madu, dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu.Hal ini dapat diketahui melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam papirus atau dipahat pada dinding piramid. Kosmetik menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (No.HK.00.05.4.1745) tentang kosmetik, dinyatakan bahwa Definsi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis ,rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau memperbaiki bau badan, melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Berdasarkan bahan dan penggunaanya serta untuk penilaian, kosmetik dibagi menjadi 2 (dua) golongan : 1. Kosmetik golongan I adalah a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi. b. Kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya. c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar penandaan. d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatanya. 2. Kosmetik golongan II adalah : Kosmetik yang tidak termasuk golongan I.

1

Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Jika disadari bahwa wanita maupun pria sejak dari bayi hingga dewasa, semua membutuhkan kosmetik. Losio untuk kulit, powder, sabun, deodorant merupakan salah satu dari sekian banyak kategori kosmetik dan sekarang makin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukannya dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisannya dalam penggunaannya . Kosmetik dengan berbagai macam merk banyak beredar dipasaran, ditambah pula kosmetik impor yang menambah jajaran merk kosmetik dipasaran, khususnya losio. Losio adalah produk perawatan kulit yang digunakan untuk menenangkan kulit kering dan kadang-kadang diformulasikan dengan bahan bahan yang dimaksudkan untuk menawarkan manfaat tambahan pada kulit. Umumnya komponen penyusunnya adalah pelembut, pelembab, pengemulsi, bahan pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Schmit, 1996) . Losio impor yang beredar dipasaran dengan merk dagang merek X, menjadi losio yang sering dicari masyarakat karena harganya yang sangat murah dibanding losio lokal yang beredar dipasaran. Membuat para wanita ini seringkali mengacuhkan komposisi dari losio tersebut dengan jaminan dapat memutihkan kulit dengan waktu yang cepat membuat masyarakat tergiur membelinya . Namun, masyarakat tidak menyadari jika alasannya, membuat mereka sendiri merasakan sakit. Karena di beberapa kasus yang ditemui setelah pengguanaan losio tersebut mengeluhkan masalah-masalah seperti setelah pemakaian biasanya terjadi iritasi kulit, kulit menjadi kering, gejala awal ditandai dengan gatal-gatal yang memerah pada kulit . Dari keterangan beberepa buku dan sebuah berita diketahui gejala tersebut akibat terdapat adanya merkuri ataupun hidrokuinon yang melampaui batas dalam kosmetik. Setelah kami melihat komposisi dalam losio tersebut terdapat arbutin. Arbutin adalah zat untuk pencerah kulit yang juga dikenal sebagai ultraviolet (UV) A ursi dan ekstrak bearberry, arbutin dapat di temukan

3

dalam gandum. Arbutin ini lebih mahal harganya

dibandingkan hidrokuinon.

Hidrokuinon berguna untuk menurunkan pembentukan melanin pada kulit dengan mencerahkan daerah gelap pada kulit seperti pada kerutan. Melanin adalah pigmen pada kulit yang memberikan warna gelap atau coklat . Penggunaan hidrokuinon yang melampaui batas normal mengakibatkan kerusakan pada kulit, apalagi jika digunakan jangka panjang, maka akan mengakibatkankeracunan pada kulit. Kesenjangan harga dengan fakta yang terdapat yang pada komposisi bahwa tersebut semakin menguatkan kami untuk tidak menganalisis produk ini. Ditambah dengan suatu pernyataan dari surat kabar menyatakan kemungkinan bahan-bahan tersebut dicantumkan dalam komposisinya. Merkuri (Hg) juga sering digunakan dalam pembuatan losio yang dapat digunakan sebagai bahan pemutih kulit. Memberikan efek putih dengan cepat namun terdapat bahaya didalamnya seperti dapat memperlambat pertumbuhan janin, mengakibatkan keguguran, dan dapat mengakibatkan kanker kulit. Unsur merkuri yang ada di losio akan diserap melalui kulit, kemudian akan dialirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap didalam ginjal yang berakibat terjadinya gagal ginjal yang sangat parah. B. Tujuan Praktikum Kimia Terpadu dilaksanakan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman siswa dan siswi Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor dalam menganalisis suatu produk yang telah beredar luas dipasaran dan mengidentifikasi serta membandingkan hasilnya dengan Standar Nasional Indonesia dan Farmakope sehingga dapat menentukan kualitas dan kelayakan pakai dari produk tersebut . Analisis harus mencakup parameter yang terkait dalam kehidupan yang dicantumkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 16-6069-1999 untuk sediaan pencerah kulit (skin lightener) dan Farmakope.

BAB II

2

TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetika Kosmetik yang merupakan hal yang pokok untuk menunjang penampilan diri. Membuat wanita rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk menunjang penampilannya. Dengan kemasan dan manfaat dari setiap kosmetik yang diberikan , membuat wanita semakin tergiur untuk membeli. Tetapi, mungkin wanita pun memakai berbagai macam kosmetik tersebut tanpa mengetahui pengertian kosmetik tersebut. Kosmetika memiliki definisi yang berbeda dari setiap instansi ataupun seseorang. Kosmetik menurut Wasitaatmadja (2003) menyatakan bahwa Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias . Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. Kosmetik yang dibuat umumnya merupakan penyusunan dari berbagai macam zat zat kimia . Zat zat kimia tersebut biasanya yang memberikan dampak untuk para pemakainya seperti melembabkan kulit, pemutih kulit, dll. Namun, zat zat kimia yang dipakai pada kosmetik tidak boleh sembarangan. Zat zat yang dipakai haruslah yang aman, dan tidak memberikan efek samping untuk penggunanya. Untuk itulah Peraturan Menteri Kesehatan tentang kosmetik dibuat agar memberikan rasa aman untuk para pemakainya,walaupun sering juga ditemukan sejumlah kosmetik yang dibuat menggunakan zat zat yang dilarang. Kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (No.220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976) menyayakan bahwa Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa , dan tidak termasuk golongan obat. Perkembangan kosmetik yang demikian pesat dan semakin tingginya tingkat kritisi dari masyarakat . Membuat pemerintah khususnya Badan

1

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia untuk dapat membuat kebijakan dan aturan aturan tentang kosmetik. Kosmetik yang tidak saja mampu mengkomodasi kemauan dan keinginan industri kosmetik dari sisi inovasi dan kreativitasnya. Namun juga, harus harus dapat mengajak industri kosmetik untuk dapat menghasilkan kosmetik yang aman, bermutu, dan bermanfaat.Untuk itu Badan Pengawa Obat dan Makanan pun memilki standar tersendiri dalam memberikan batasan zat zat yang terkandung dari kosmetik tersebut. Adapun Obat dan Selain itu kosmetik menurut Keputusan Badan Pengawas Republik Indonesia (No.HK.00.05.4.1745) tentang Makanan

kosmetik , dinyatakan bahwa Definsi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau memperbaiki bau badan, melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

B. Losio Losio merupakan suatu sediaan emulsi yang dapat didefinisikan sebagai campuran dua fase yang tidak dapat bercampur, dapat distabilkan dengan sistem emulsi sehingga pada suhu ruang berbentuk cairan yang dapat dituang. Pembuatan losio dilakukan dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase cair dan fase minyak dengan pemanasan dan pengadukan (Schmitt, 1996). Secara umum losio dipakai untuk melembabkan, melembutkan, dan menghaluskan kulit dengan menggunakan emolien, humektan, dan zat pembawa (Wasitaatmadja,1997). Menurut Slamet (1972) ada beberapa macam losio perawatan kulit, yaitu sebagai berikut : 1. Cold cream 2. Cleaning cream 3. Emollient cream 4. Foundation cream 5. Vanishing cream 6. Massage cream : untuk mendingikan kulit : untuk membersihkan kuit : untuk melemaskan dan melembutkan kulit : dipakai sebagai alas bedak : untuk membersihkan bedak : untuk memijat kulit

2

7. Lubricating cream 8. Hormone cream 9. Vitamin cream A. Plasenta

: untuk meminyaki kulit : digunakan untuk usia 40 tahun ke atas supaya kulit tidak keriput : untuk memberikan vitamin pada kulit

Plasenta adalah organ yang berbentuk vascular yang berkembang di dalam uterus selama kehamilan dan merupakan penghubung antara kebutuhan janin calon bayi dengan ibunya. Oleh karena itu, plasenta merupakan bahan yang kandungan nutrisinya sangat kaya. Plasenta ada setelah proses persalinan atau melahirkan dan mengandung hormone yang dapat menstimulasi jaringan pertumbuhan. Pemanfaatan plasenta sebagai obat konon sudah dimulai sejak zaman Cleopatra yang berarti sudah berlangsung selama ribuan tahun. Setelah itu, Marie Antoinette, Ratu Prancis yang terkenal dengan kecantikannya pun memanfaatkan zat yang sama. Di tahun 1930-an, Vladimir Filatov memanfaatkan plasenta untuk mengobati luka bakar. Hasilnya cukup baik, sehingga ia di beri gelar Bapak bedah plastik modern. Selanjutnya di tahun 1970-an, Dr. Uriy Lubimov menemukan fakta bahwa plasenta dapat meningkatkan imunitas dan mengobati saluran cerna. Pemanfaatan lebih lanjut di tahun 1980-an adalah digunakannya plasenta sebagai penambah imunitas para astronot yang akan menjalankan misi ke luar angkasa. Selanjutnya secara menakjubkan di sekitar tahun 1990-an, seorang model asal Rusia, Ludmila Ilich yang mengalami luka bakar parah dapat tertolong dengan pengobatan yang menggunakan formula dari plasenta. Secara umum plasenta yang banyak dimanfaatkan berasal dari hewan biri-biri maupun sapi. Agar dapat diserap tubuh, Plasenta harus dalam bentuk molekul protein terkecil atau dalam istilah medis disebut peptida, baik monopeptida, dipeptida, maupun polipeptida. Adapun zat-zat bermanfaat yang terkandung di dalamnya antara lain glinin, prolin, asam glutamat, nitrogen, lisin, histidin, dan sebagainya. Plasenta tidak dapat digunakan begitu saja. Pengolahannya pun membutuhkan proses yang rumit. Setelah diambil, Plasenta kemudian 1

disterilisasi menggunakan tekanan tinggi sekitar 5 ribu atm. Tujuannya adalah membersihkan Plasenta dari segala bentuk penyakit maupun virus yang mungkin bercokol. Setelah dipastikan steril barulah diolah untuk berbagai kepentingan. Selain menggunakan tekanan tinggi, proses sterilisasi dapat juga dilakukan dengan gelombang ultrasonik. Gelombang tersebutdapat mematikan bakteri tanpa merusak inti dari protein yang akan digunakan. Dalam perkembangannya, formula tersebut ditambahkan dengan unsur lain sesuai manfaat yang ingin didapat, seperti jojoba, chamomile, vitamin A dan E, aloe vera, dan sebagainya. Plasenta bersifat antioksidan dan mempunyai kemampuan regenerasi yang sangat bagus. Dengan kemampuan ini, plasenta dapat merangsang pertumbuhan sel baru. Selain itu plasenta juga mempunyai sifat moisturizing atau pelembab. Ditambah lagi dengan kemampuan oksigenasi, oleh karena itu plasenta bisa memperbaiki kulit yang rusak dari luar sel sebaik kemampuan tubuh memperbaikinya sendiri. Secara klinis, plasenta dipercaya dapat mencegah penuaan kulit serta mampu meremajakan kulit yang telah keriput, menghaluskan, melmbabkan, dan membuat kulit Nampak segar seperti bayi. Plasenta babi biasa digunakan dalam produk hand and body lotion. Memang plasenta dapat diperoleh dari binatang yang halal dikonsumsi (sehingga halal dimanfaatkan sebagai kosmetik), akan tetapi dalam dunia kosmetik, plasenta yang dianggapmemiliki kualitas terbaik adalah Plasenta manusia, pada tingkat selanjutnya digunakan plasenta babi dan dua jenis plasenta itulah yang paling sering digunakan di dunia kosmetik. Namun di Indonesia plasenta yang dipakai berasal dari sapi.

B. Pelindung sinar UltravioletSalah satu komponen sinar matahari disebut sinar ultraviolet atau sinar Ultraviolet (UV). Sinar Ultraviolet (UV) berbahaya bagi kulit dan bias menimbulkan berbagai komplikasi. Sinar matahari terdiri dari berbagai sinar

2

elektromagnetik dengan panjang gelombang yang bervariasi. Sinar-sinar itu masuk ke dalam kulit dan menyebabkan efek-efek biologis positif maupun negatif. Sinar ultraviolet adalah sinar elektromagnetik dengan panjang gelombang sedang, panjangnya di antara panjang gelombang sinar yang bisa ditangkap oleh mata dan sinar X yang tidak dapat dilihat. Ada beberapa jenis sinar Ultraviolet (UV), yaitu : 1. Ultraviolet (Ultraviolet (UV)) A (400-315 nm), jenis sinar Ultraviolet (Ultraviolet (UV)) yang memiliki gelombang yang relatif panjang ini 2. mewakili sekitar 95 % dari semua sinar ultraviolet (UV) yang mencapai permukaan bumi. 3. Ultraviolet (UV) B (315-280 nm), sinar ultraviolet (UV) B memiliki panjang gelombang sedang dan tidak dapat menembus lapisan permukaan kulit. 4. Ultraviolet (UV) C (280-10 nm), jenis sinar ultraviolet (UV) yang satu ini adalah yang paling berbahaya, tapi sinar ultraviolet (UV) C tidak dapat sampai ke permukaan bumi karena lapisan ozon di atmosfir sudah menyaringnya. Sinar ultraviolet (UV) B dapat mempengaruhi epidermis, dengan cara menstimulasi melanin atau pigmen warna kulit berwarna merah coklat yang mewarnai kulit, yang berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar matahari berbahaya. Ultraviolet (UV) B dapat memberikan warna kecoklatan pada kulit yang bertahan selama 48 jam. Sinar ini juga berguna mengubah vitamin D di dalam tubuh agar dapat memperbaiki kandungan kalsium dalam tulang. Sayangnya, sinar ultraviolet (UV) B dapat menyebabkan kulit terbakar dan selsel kulit bermutasi. Sementara itu, sinar ultraviolet (UV) A masuk ke dalam lapisan kulit lebih dalam lagi. Sinar ultraviolet (UV) A menyebabkan kulit menua karena menyerang elastin, serat-serat kolagen, dan protein dalam kulit, yang dampaknya akan yang dampaknya akan Salah satu komponen sinar matahari disebut sinar ultraviolet atau sinar Ultraviolet (UV). Sinar Ultraviolet (UV) berbahaya bagi kulit dan bias menimbulkan berbagai komplikasi. Sinar matahari terdiri dari berbagai sinar elektromagnetik dengan panjang gelombang yang

2

bervariasi. Sinar-sinar itu masuk ke dalam kulit dan menyebabkan efek-efek biologis positif maupun negatif. Sinar ultraviolet adalah sinar elektromagnetik dengan panjang gelombang sedang, panjangnya di antara panjang gelombang sinar yang bisa ditangkap oleh mata dan sinar X yang tidak dapat dilihat. Ada beberapa jenis sinar Ultraviolet (UV), yaitu : 5. Ultraviolet (Ultraviolet (UV)) A (400-315 nm), jenis sinar Ultraviolet (Ultraviolet (UV)) yang memiliki gelombang yang relatif panjang ini 6. mewakili sekitar 95 % dari semua sinar ultraviolet (UV) yang mencapai permukaan bumi. 7. Ultraviolet (UV) B (315-280 nm), sinar ultraviolet (UV) B memiliki panjang gelombang sedang dan tidak dapat menembus lapisan permukaan kulit. 8. Ultraviolet (UV) C (280-10 nm), jenis sinar ultraviolet (UV) yang satu ini adalah yang paling berbahaya, tapi sinar ultraviolet (UV) C tidak dapat sampai ke permukaan bumi karena lapisan ozon di atmosfir sudah menyaringnya. Sinar ultraviolet (UV) B dapat mempengaruhi epidermis, dengan cara menstimulasi melanin atau pigmen warna kulit berwarna merah coklat yang mewarnai kulit, yang berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar matahari berbahaya. Ultraviolet (UV) B dapat memberikan warna kecoklatan pada kulit yang bertahan selama 48 jam. Sinar ini juga berguna mengubah vitamin D di dalam tubuh agar dapat memperbaiki kandungan kalsium dalam tulang. Sayangnya, sinar ultraviolet (UV) B dapat menyebabkan kulit terbakar dan selsel kulit bermutasi. Sementara itu, sinar ultraviolet (UV) A masuk ke dalam lapisan kulit lebih dalam lagi. Sinar ultraviolet (UV) A menyebabkan kulit menua karena menyerang elastin, serat-serat kolagen, dan protein dalam kulit, yang dampaknya akan permanen. Area yang terbakar sinar matahari akan selalu sensitif seumur hidup, dan harus dilindungi dengan perawatan ekstrim. Sinar ini juga membuat radikal bebas yang membuat serat dan sel-sel pendukung berubah yang akhirnya berakibat penuaan dini. Ini akan menimbulkan munculnya kerutan, noda penuaan, dan penyakit kulit ringan maupun serius (melanoma atau kanker kulit).

2

Cara yang paling efektif untuk melindungi kulit dari sina ultraviolet (UV) A dan Ultraviolet (UV) B adalah menggunakan losio Ultraviolet (UV)-whitening. Selain untuk melindungi dari sinar ultraviolet (UV), ultraviolet (UV)-whitening dibutuhkan untuk mencerahkan kulit akibat kontak langsung dengan udara yang berpolusi maupun kontak langsung dengan sinar matahari. Kulit yang terkena sinar matahari langsung secara terus menerus akan menjadi gelap, kasar, tebal, dan membuat kulit menjadi berkerut lebh cepat dari orang dewasa. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih Ultraviolet (UV)-whitening sebagai berikut : 1. Komposisi bahan dasar dan bahan tabahan lalinnya yang aman digunakan tubuh. 2. Faktor perlindungan dari sinar matahari yaitu angka yang menerangkan seberapa lama produk tersebut akan tahan melindungi kulit. 3. Jenis kulit Ada 4 jenis kulit yaitu sebagai berikut : a. Kulit normal adalah, kulit yang tidak kering, berminyak, atau sensitif. b. Kulit kombinasi c. Kulit berminyak adalah, kulit wajah di bagian pipi kering dan daerah biasanya jenis kulit berminyak memiliki pori-pori yang zona T berminyak yang meliputi bagian dahi, hidung, dan dagu. besar dan kelihatan mengkilap. d. Kulit kering, adalah kulit yang terlihat tidak mulus dan merah di berbagai tempat, jarang berjerawat karena produksi minyak di kulit sangat sedikit. e. Kulit sensitif, adalah kulit yang bereaksi dengan cepat terhadap sabun tertentu, rias wjah, dan bahkan perubahan suhu. 1. Vitamin E Sebagai Antioksidan dan Pelindung Sinar Ultraviolet Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat pembentukan karsinogenik dan menghalanginya untuk menetap dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara menangkap radikal bebas sehingga karsinogenik tidak memilki kesempatan menempel dan merusak Deoxyribonucleic Acid (DNA). Beberapa vitamin yang bersifat antioksidan adalah vitamin A, C, D, dan E. Berdasarkan asalnya antioksidan terdiri dari 2 jenis yaitu : yang sesuai dengan kebutuhan kulit, antara lain

2

1) Antioksidan Alami Antioksidan ini diperoleh dari tanaman atau hewan yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid, dan senyawa fenolik. 2) Antioksidan Sintetik Antioksidan ini dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu butylated hidroxyanisole (BHA), butylated hidroxytoluene (BHT), tertbutylhidroquinone (TBHQ), propylgallate (PG), dan Nordihidroquairetic Acid (NGDA) yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah kerusakan lemak. Awalnya antioksidan hanya digunakan untuk mencegah pada makanan yang dikonsumsi manusia. Antioksidan dalam tubuh bermanfaat untuk mencegah reaksi oksidasi yang ditimbulkan oleh radikal bebas yang berasal dar metabolisme tubuh atau faktor eksternal lainnya, seperti proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar minyak dan radiasi oleh matahari atau benda-benda dengan tenaga listrik. Antioksidan dalam tubuh akan berperan sebagai perlindungan dari ultraviolet (UV) karena radiasi sinar matahari yang dapat merusak kulit manusia. Oleh karena itu, dibuatlah losio yang dapat mencegah kulit dari radiasi sinar matahari. Piliang (2001), antioksidan yang sangat bermanfaat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Antioksidan primer berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas, contohnya enzim Super Oksida Dismutase (SOD) dan Glutathione Peroxidase (GPx). 2) Antioksidan sekunder berfungsi untuk menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai dari radikal bebas yang terbentuk, contohnya vitamin E dan vitamin C. 3) Antioksidan tersier berfungsi untuk memperbaiki molekul-molekul yang rusak oleh radikal bebas. Antioksidan yang digunakan didalam kosmetik pada umumnya mempunyai sifat pereduksi atau penangkal radikal. Antioksidan yang digunakan pada losio ini adalah vitamin E.

1

Gambar 1 : Struktur Kimia Tokoferol Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang membuang radikal bebas dan molekul oksigen secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah proses peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Vitamin E dan vitamin C berhubungan dengan efektivitas antioksidan masing-masing. -tokoferol yang aktif dapat diregenerasi dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang mengahambat oksidasi radikal bebas peroksi. Alternatif lain, -tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glukonat ketika ekskresi di ginjal. Vitamin E adalah vitamin yang larut dengan baik dalam lemak dan melindungi tubuh dari radikal bebas. Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hati, mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena vitamin E berperan dalam mensuplai oksigen ke darah sampai dengan keseluruh organ tubuh. Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh darah kapiler dan mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun. Vitamin E juga membantu mencegah sterilitas dan destrofi otot. Vitamin E banyak digunakan untuk tujuan melawan kekeringan pada kulit, sebagai produk tabir surya. Produk-produk tabir surya yang terbaik adalah yang mengandung sekurang-kurangnya 1 % vitamin E. Riset membuktikan bahwa vitamin E memberi perlawanan terhadap kekeringan dengan membantu memberikan pelembab natural pada kulit. Apabila digunakan sebelum terkena matahari, vitamin E dapat mencegah kulit kemerahan, bengkak, dan kering. Vitamin E biasanya dipakai sebelum dan sesudah terkena paparan sinar matahari, karena sinar matahari langsung bisa merusak setengah dari suplai

3

vitamin E alami kulit. Penelitian juga membuktikan bahwa vitamin E bisa mengurangi molekul jahat yang terjadi akibat paparan asap rokok. A. Whitening Agent Whitening agent adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam kosmetik untuk memutihkan dan mencerahkan kulit. Bahan-bahan yang ditambahkan sebagai whitening agent adalah arbutin, hidrokuinon, dan merkuri. 1) Arbutin Arbutin adalah gabungan dari eter dan glioksida, benzokuinion glikosilat dan merupakan pembentuk hidrokuion glukosilat. Arbutin adalah bahan pencerah kulit (whitening agent) hasil penelitian terbaru untuk mencerahkan vlek hitam (brown spot), vlek hitam bekas jerawat (post-inflamation pigmentation), aging spot dan melasma yang timbul karena faktor eksternal ataupun internal tubuh. Arbutin sangat aman untuk pemakaian luar, tidak ada toksisitas, ataupun efek samping seperti hidrokuinon maupun merkuri. Bahan ini berfungsi sebagai pencerah kulit (skin lightening) yang bekerja dengan menghambat formasi pigmen melanin dengan menghambat aktivitas tyrosinase dalam mengoksidasi tirosin dan L-3,4-dihidroxyphenylalanine (DOPA) dengan cara antagonis kompetitif substrat. Bentuk lebih aktif dalam menghambat proses biosintesis melanin daripada dan lebih stabil terhadap hidrolisis pada pH 3,5 - 6,5 daripada bentuk .

2

Gambar 2 : Struktur Kimia Arbutin Arbutin juga merupakan antioksidan yang melindungi kulit terhadap radiasi ultraviolet (UV) dan mempunyai efek depigmentasi yang dianggap lebih kuat dibanding asam kojik maupun asam askorbat (vitamin C). Produk yang mengandung arbutin 3-7 % mempunyai efek samping dermatitis kontak iritan atau alergi. Arbutin berasal dari alam, tidak bekerja pada kulit dengan cara pengelupasan (exfoliating), tetapi bekerja pada sumber proses hiperpigmentasi kulit, sehingga cocok untuk kulit yang kering maupun berminyak. Arbutin adalah pembentuk hidrokuinon yang terdapat di daun cranberry, bearberry, semak blueberry, gandum, kulit buah pir, dan banyak tanaman lainnya melalui ekstraksi cairannya dan proses lingkungan. 2) Hidrokuinon Hidrokuinon adalah zat reduktor yang mudah larut dalam air dan biasanya digunakan dalam proses cuci cetak foto. Molekul kimianya mirip karbol. Hidrokuinon bekerja pada system sel melanosit dengan menghambat aktivitas tyrosinase (menjadi aktif akibat sinar matahari, hormonal, penyakit, obat, alergi, dan iritasi), yang memicu pembentukan melanin (zat pigmen kulit penyebab kulit terlihat lebih gelap, hiperpigmentasi, atau noda kecoklatan) dengan cara menghancurkan melanosom (bagian dari melanosit, tempat menyimpan pigmen-pigmen melanin).

1

Gambar 3 : Struktur Kimia Hidrokuinon Kemampuan hidrokuinon yang luar biasa untuk menghambat

pembentukan melanin menjadikannya sebagai bahan kosmetik yang populer sebagai produk pencerah kulit. Para dermatologi beranggapan bahwa hidrokuinon paling efektif bila digunakan dengan konsentrasi 4-10 % untuk mencerahkan kulit, dan awalnya merupakan satu-satunya pencerah kulit yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) selama 25 tahun. Banyak ahli dermatologis yang masih menentang pelarangan hidrokuinon karena beranggapan bila digunakan dengan dosis yang tepat, hidrokuinon aman dan efektif untuk mengatasi ,masalah pigmentasi pada kulit. Pemakaian hidrokuinon pada jangka waktu yang panjang, bahan kimia ini akan diserap ke dalam darah. Dengan demikian, hidrokuinon dapat digolongkan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter adalah menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan terbakar. Penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa penggunaan hidrokuinon dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan efek mutagenik (perubahan sel menjadi sel ganas) yang memicu kanker. Penelitian menunjukan bahwa hidrokuinon dapat menyebabkan okronosis, yaitu kulit berbibtik-bintik seperti pasir dan berwarna coklat kebiruan. Penderitanya akan merasa kulit seperti terbakar dan gatal. Namun, penelitian ini dilakukan pada pemakaian hidokuinon diatas 2 %. Karena itu, hidrokuinon tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan pemakaian lebih dari 2 %, dan harus dibawah pengawasan dokter. Penggunaan hidrokuinon yang

3

berlebihan bisa menyebabkan okronosis pada orang yang berkulit gelap, seperti kulit orang Asia dan Afrika. 3) Merkuri Merkuri (Hg) atau air raksa termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecil pun dapat bersifat racun. Merkuri menghambat pembentukan sel pigmen kulit dan menjdikan kulit lebih putih. Didalam kosmetik, kandungan merkuri yang diperbolehkan hanya sebatas kurang dari 2%. Di Indonesia, penggunaan merkuri sudah dilarang karena untuk pemakaian jangka panjang akan mengakibatkan efek samping seperti : 1) 2) 3) 4) 5) 6) Dapat memperlambat pertumbuhan janin Mengakibatkan kematian janin (keguguran) dan kemandulan Flek hitam pada kulit akan memucat (seakan pudar) dan bila pemakaian dihentikan flek itu akan timbul lagi dan bertambah parah atau melebar. Memberikan respon berlawanan(kulit akan menjadi gelap dan kusam saat pemakaian dihentikan). Bagi wajah yang awalnya bersih lambat laun akan timbul flek yang parah dan melebar. Dapat mengakibatkan kanker kulit. Merkuri akan diserap melalui kulit kemudian dialirkan melalui darah ke seluruh tubuh dan akan mengendap di ginjal yang berakibat terjadinya gagal ginjal yang sangat parah dan dapat menyebabkan kematian. Merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan keracunan bila digunakan untuk waktu yang panjang. Walau tidak separah efek merkuri yang tertelan (dari ikan yang tercemar) tetapi tetap menimbulkan efek buruk pada tubuh. Walaupun hanya dioleskan ke permukaan kulit, merkuri akan terserap ke dalam darah lalu memasuki sistem saraf tubuh. Manifestasi gejala keracunan akibat merkuri muncul gangguan sistem saraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (kesulitan untuk tidur), pikun, gangguan pengelihatan, ataksia (gerakan tangan tidak normal), gangguan emosi, depresi, dan lain-lain. Oleh karena itu umumnya tidak terduga kalau itu penyakit akibat kasus keracunan merkuri sering didiagnosis sebagai kasus Alzheimer, Parkinson, atau penyakit gangguan otak.

2

BAB III ANALISIS 1.1 Metode Analisis Keseluruhan parameter analisis yang dilakukan pada losio UV-whitening berdasarkan SNI No. 16-6069-1999 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:Tabel 1 : Metode analisis losio UV-whiteningNo. Analisis Metode Parameter Aroma Organoleptik 1. Fisika Homogenitas Potensiometri Gravimetri 2. Kimia Titrasi Asidimetri Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Angka Lempeng Total 3. Mikrobiologi Plate Count Candida albicans Derajat Keasaman (pH) Efektivitas Humektan Kadar Pengawet Logam: Hg (raksa) Jumlah Bakteri Pseudomonas auruginosa Warna

1

1.2 1.

Cara Kerja Analisis Keadaan Contoh Metode Organoleptik a. Dasar Uji organoleptik berdasarkan pengamatan dengan menggunakan panca indera meliputi penampakan, bau, warna, dan homogenitas terhadap losio yang dianalisis. b. Cara kerja 1) Contoh disiapkan di atas piring kecil secukupnya. 2) Dirasakan, Diamati dan dicatat keadaan aroma, warna dan homogenitas.

1.

pH Metode Potensiometri a. Dasar Adanya ion H+ atau OH- dalam larutan contoh dapat diukur menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan larutan buffer pH 7, sehingga pH contoh dapat diketahui. b. Cara kerja 1) Ditimbang 1 g contoh di dalam piala gelas 100 ml. 2) 2) Ditambahkan 25 ml air suling. Diukur pH larutan contoh menggunakan pH meter. 1) pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan pH 7.

1.

Uji Hidrokuinon Metode Kromatografi Lapis Tipis a. Dasar pemisahan komponen hidrokuinon dalam sampel dilakukan secara kromatografi lapis tipis dengan lapis tipis sebagai fase diam dan campuran metanol:kloroform (1:1) sebagai fase gerak, kemudian dibandingkan nilai retention factor (Rf) atau nilai retensi sampel terhadap standar . b. Cara Kerja 2) Dibuat lempeng kromatografi setebal 0,25 mm.

1

3) Dibuat larutan uji yaitu contoh 0,1 % dalam metanol pekat (0,1 g contoh dilarutkan dalam butanol pekat dan dihimpitkan dalam labu ukur 100 ml) sebagai larutan A. 4) 5) 6) 7) 8) 9) Dibuat larutan standar Hidrokuinon BPFI 0,1 % sebagai larutan B. Ditotolkan secara terpisah sebanyak 0,5 l larutan A dan B pada lempeng kromatografi yang telah dibuat. Dimasukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak metanol pekat:kloroform pekat (50:50) yang telah dijenuhkan. Dibiarkan fase gerak merambat naik hingga bagian lempeng. Diangkat lempeng, biarkan fase gerak menguap. Dihitung Rf noda yang timbul pada lempeng.

perhitungan: HargaRf=JarakcontohJarakeluen

10) Kadar Pengawet Metode Titrasi Asidimetri a. Dasar Metil paraben dalam contoh direaksikan dengan NaOH 1 N berlebih terukur dalam keadaan panas, kemudian dititar menggunakan H2SO4 1 N dengan indikator PP hingga mencapai titik akhir tak berwarna. Dilakukan pengerjaan blanko untuk mengetahui jumlah metil paraben yang bereaksi dengan NaOH. b. Reaksi

c. Cara kerja 1) Ditimbang 2 g contoh, dimasukkan kedalam erlenmeyer 300 ml. 2) Ditambahkan 50 ml NaOH 1 N secara terukur. 3) 4) Direfluks selama 30 menit. Ditambahkan indikator PP.

1

5) Dititrasi menggunakan H2SO4 1 N hingga diperoleh titik akhir tidak berwarna. a. Perhitungan % pengawet= Vb-Vcx N HCl x Bst Metil Paraben (158)mg contoh x 100% 1) Logam Hg (raksa) Metode SSA

a. Dasar Contoh dilarutkan dan dijadikan garam klorida, dengan bahan bakar dibuat menjadi aerosol dan atom bebas yang dapat menyerap energi cahaya sehingga membentuk atom yang tereksitasi dan absorbansi sinar dapat dibaca pada spektrofotometer serapan atom. b. Reaksi Hg+HNO3Hg(NO3)2 2Hg(NO3)2+4NaBH4Hg2H2+4NaNO3+4BH3+H2 Hg2H22Hg0+H2

c. Cara kerja a) Deret standar 1) 2) 3) Dipipet 1 ml larutan standar Hg 1000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml, dihimpitkan, dan dihomogenkan (larutan baku Hg 1 ppm). Larutan baku Hg 1 ppm dimasukan ke dalam buret mikro. Ditambahkan larutan baku ke dalam labu ukur 100 ml sebanyak 0 ml; 0,25 ml; 0,5 ml; 1 ml; dan 2 ml lalu dihimpitkan dan dihomogenkan (konsentrasi 0,0025 ppm; 0,005 ppm; 0,01 ppm; 0,02 ppm). a) Contoh 1) Ditimbang 10 g contoh. 2) 3) 4) Dimasukkan kedalam labu takar 100ml. Ditambahkan HCl 4N. Dihimpitkan dan dihomogenkan. 1

5) 6) 1)

Disaring menggunakan kertas saring berabu. Diukur Absorbansi deret standar dan contoh menggunakan AAS.

Jumlah Bakteri Metode Angka Lempeng Total (ALT)

a. Dasar Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan media plate count agar (PCA) selama 24-48 jam pada suhu 370C dalam inkubator. b. Cara Kerja 1) Disiapkan 5 buah tabung reaksi dan 7 buah cawan petri yang steril beserta label yang sesuai. 2) Ditimbang 10 g contoh, dilarutkan dalam erlenmeyer 90 ml dengan Buffer Peptone Water (BPW) sebagai pengenceran 10-1 (dalam erlenmeyer yang telah disterilkan yang berisi magnetic stirrer) 3) Disiapkan larutan fisiologis 0,85% dan media Plate Count Agar (PCA) 40oC. 4) Dipipet 9 ml larutan fisiologis 0,85% dimasukkan ke dalam tabung reaksi secara aseptik sebagai pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 dan blanko. 5) Dipipet 1 ml contoh, dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 -2, kemudian dihomogenkan. 6) Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi 10-2, dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-3, kemudian dihomogenkan. 7) Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi 10-3, dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-4, kemudian dihomogenkan. 8) Dipipet 0,1 ml larutan dari tabung reaksi 10-2, dimasukkan ke dalam cawan petri. Dilakukan hal yang sama pada tabung reaksi 10-3, 10-4 dan blanko (untuk blanko dilakukan penetesan duplo). 9) Dimasukkan media Plate Count Agar (PCA) secukupnya ke dalam cawan petri yang telah ditetesi contoh, dibiarkan sampai memadat. 10)Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. 11)Dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah bakteri dengan colony counter. a. Perhitungan 1

Jumlah bakteri per g= Jumlah bakteri rata-ratag contoh

1) Pseudomonas auruginosa Metode Plate Count a. Dasar Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan media pseudomonas agar P (PAP) selama 24-48 jam pada suhu 370C dalam inkubator. b. Cara kerja 1) Disiapkan alat dan bahan serta area kerja secara aseptik. 2) Dituangkan media Pseudomonas Agar P. (PAP) ke dalam cawan petri dan ditunggu sampai memadat. 3) Dicelupkan ose pijar ke dalam larutan fisiologis 0,85%, kemudian ke dalam contoh. 4) Digoreskan pada media Pseudomonas Agar P. (PAP) yang telah memadat. 5) Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. 6) Dilakukan pengamatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. 1) Candida albicans Metode Plate Count a. Dasar Pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan media potatto dextrose agar (PDA) selama 24-48 jam pada suhu 370C dalam inkubator. b. Cara kerja 1) 2) 3) 4) Disiapkan alat dan bahan serta area kerja secara aseptik. Dituangkan media Potatto Dextrose Agar (PDA) ke dalam cawan petri dan ditunggu sampai memadat. Dicelupkan ose pijar ke dalam larutan fisiologis 0,85%, kemudian ke dalam contoh. Digoreskan pada media Potatto Dextrose Agar(PDA) yang telah memadat. 5) Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

3

6) 1.1

Dilakukan pengamatan pertumbuhan bakteri Candida albicans.

Bahan Analisis Bahan Contoh Contoh Contoh Contoh Derajat Keasaman (pH) Air Suling Buffer pH 4 Buffer pH 7 3. Uji hidrokuinon metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Contoh Butanol pekat Metanol pekat Kloroform 4. Kadar Pengawet Metode Asidimetri Contoh Larutan NaOH 1 N Larutan H2SO4 1 N Indikator PP Air Suling 5. Logam Hg (raksa) Metode Sektrofotometri Seapan Atom (SSA) 1. Jumlah Bakteri (Angka Lempeng Total) Contoh HNO3 4 N l Air suling Contoh Buffer Pepton Water 50 g 250 ml Jumlah 10 g 10 g 10 g 10 g 25 ml 20 ml 20 ml 5g 200 ml 20 ml 20 ml 20 g 200 ml 200 ml 50 ml 500 ml 20 g 50 ml

Tabel 2 : Bahan-bahan analisis No. Parameter Uji 1. Uji Warna Uji Bau Uji Homogenitas 2.

1

Larutan Fisiologis 0,85 % Media Plate Count Agar Alkohol 70 % Spirtus 2. Contoh Air Suling Uji Candida albicans Metode Plate Count Larutan Fisiologis 0,85 % Media Potatoes Dextrose Agar Alkohol 70 % Spirtus 3. Contoh Air Suling Uji Pseudomonas auruginosa Metode Plate Count Larutan Fisiologis 0,85 % Media Pseudomonas Agar Alkohol 70 % Spirtus

50 ml 10 g 20 ml 10 ml 50 g 50 ml 50ml 10 g 20 ml 10 ml 50 g 50 ml 50 ml 10 g 10 ml 10 ml

2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1

Hasil Analisis Tabel Hasil Analisis Losio UV-whitening yang mengandung Placenta yang

dibandingkan dengan SNI No. 16-6069-1999. Tabel 3 : Hasil analisisAnalisis Fisika 1. Keadaan: a. b. c. Bau Warna Homo genita s d. Keber adaan benda asing Analisis Kimia 1. 1. 2. 3. pH Logam Hg Hidrokuinon Kadar Pengawet % b/b 6,8 Positif Positif 4,42 3,5-8,5 Negatif Negatif Maks 0,40 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Analisis Mikrobiologi 1. Cemaran Mikroba a. b. c. d. ALT Candida albicans Pseudomnas auruginosa Staphylococcu s aureus Negatif Negatif Koloni/gram 1,32x102 Negatif 1x105 Negatif

1

Negatif Negatif

1

1.1

Pembahasan Setelah melakukan analisis UV-whitening impor yang mengandung Placenta

didapatkan hasil bahwa losio tersebut tidak layak pakai dikarenakan ada beberapa parameter analisis yang tidak sesuai dengan SNI No. 16-6069-1999 yaitu : penetapan kadar pengawet, uji kualitatif merkuri dan uji hidokuinon. Kadar pengawet yang diatas standar dapat disebabkan oleh penambahan pengawet yang berlebih oleh produsen dari negeri asal untuk menambah daya tahan losio, karena losio akan diekspor ke negara tujuan dengan waktu pengiriman dalam waktu yang cukup lama. Kelebihan pengawet yang terdapat dalam losio yaitu pengawet metil paraben dapat menyebabkan ruam kulit, iritasi dan gangguan hormonal. Metil paraben atau yang biasa kita kenal dengan nipagin merupakan senyawa fenolik, stabil di udara, sensitif terhadap pemaparan cahaya, tahan terhadap panas dan dingin termasuk uap sterilisasi, stabilitas menurun dengan meningkatnya pH yang dapat menyebabkan hidrolisis. Mekanisme kerja senyawa fenolik adalah dengan menghilangkan permeabilitas membrane sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat bakteri g positif dibandingkan bakteri g negatif. Uji kualitatif merkuri menunjukkan bahwa dalam losio yang dianalisis terdapat sejumlah merkuri (40,8 ppb). Merkuri yang terdapat pada losio disebabkan karena ditambahkannya secara sengaja merkuri ke dalam losio sebagai zat pemutih (whitening agent) oleh produsen karena merkuri lebih efektif dalam hal mencerahkan dan memutihkan kulit dan efek pemutihannya lebih cepat dibandingkan dengan pemutih yang diperbolehkan yaitu arbutin. Namun penggunaan merkuri pada losio dalam jangka waktu yang lama sangat berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi parah pada kulit serta gangguan sistem syaraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tidak normal), gangguan emosi dan depresi. Untuk melakukan analisis ini kami melakukan tahapan awal yaitu proses destruksi basah. Dengan melarutkan sampel dengan asam yang bersifat oksidator yaitu HNO3. Destruksi bertujuan untuk mengubah senyawa organik pada sampel menjadi senyawa anorganik. Kemudian jika dalam proses destruksi tersebut didapatkan hasil larutan sampel yang berwarna hitam maka larutan tersebut harus ditambahkan HCLO4 untuk menyempurnakan reaksi dan menjernihkan larutan. 1

Uji kualitatif hdrokuinon menggunakan metode kromatografi lapis tipis meghasilkan sampel yang positif pada sampel. Dengan menggunakan eluen methanol dan kloroform dengan perbandingan (1:1) karena sifat pelarut yang polar maka digunakan eluen yang bersifat polar. Hidrokuinon tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan pemakaian lebih dari 2 %, dan harus dibawah pengawasan dokter. Penggunaan hidrokuinon yang berlebihan bisa menyebabkan okronosis pada orang yang berkulit gelap. Didalam analisis mikrobiologi uji Kamir Patogen Candida albicans metode Plate Count Agar digunakan media Potatto Dextrose Agar (PDA) selama 3-5 hari pada suhu 28 0C dalam inkubator. Penggunaan media tersebut Karena karena pada media tersebut kamir Patogen Candida albicans memberikan bentuk dan warna yang spesifik yaitu koloni berwarna putih susu. Bakteri tersebut dapat menyebabkan panu pada kuit. Selanjutnya Uji Bakteri Patogen Pseudomonas aeruginosa Metode Plate Count,dengan media Centrimin Agar (CA) selama 24-48 jam padasuhu 37 0C. Memeberikan hasil yang spesifik pada media tersebit. Media berwarna merah setelah pembenihan memberikan hasil yang kontras dengan warna bakterinya . Bakteri tersebut dapat menyebabkan nanah, dan jerawat pada kulit. Losio ini berfungsi ganda dalam pemakaiannya yaitu sebagai pemutih serta untuk tabir surya. Komposisi dalam kosmetik ini memiliki manfaat yang khas , seperti Oktil metoksisinamat yang digunakan dalam sunscreen dan kosmetik lainnya untuk menyerap UV-B dan UV-A dari sinar matahari, melindungi kulit dari kerusakan. Didalam sebuah kometik pemutih umunya mencantumkan SPF atau Sun Protection dalam kemasannya. SPF atau Sun Protection digunakan untuk mengukur efek sunscreen terhadap sinar UV. Sunscreen digunakan untuk melindungi kulit kita dari sinar UV dari kerusakan inar UV terdiri dari UVA dan UVB. UVB dapat menyebabkan kulit kita terbakar sinar matahari, sedangkan UVA memiliki waktu yang lebih panjang untuk merusak kulit. Didalam berbgai komposisi kosmetik atau losio sering digunakan SPF 15, SPF 30, dan lainnya. Tergantung pada produsen tersebut, sebagai contoh SPF 15 yang dimasukkan pada suatu kosmetik artinya jika kita telah terpapar sinar matahari selama 10menit, SPF 15 akan melindungi kulit kita dari kerusakan (akibat terbakar sinar matahari) selama 150 menit, begitu juga dengan SPF 30 dan SPF 70. SPF yang lebih tinggi berarti memiliki waktu yang lebih banyak

3

bisa terpapar sinar matahari. Untuk SPF yang cocok seperti negara kita yang tropis ini digunakan SPF 30 yang akan memberikan perlindungan yang optimum namun aman. Losio ataupun kosmetik yang lebih mengandung dari SPF 30 sifat perlindungannya hanya meningkat sedikit saja , tetapi resiko kulit teriritasi makin besar karena makin banyaknya zat kimia.

4

1.2 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah hasil analisis UV-whitening dibandingkan dengan SNI No. 16-60691999 tentang persyaratan Sediaan losio UV-whitening, diperoleh Kesimpulan bahwa Losio UV-whitening yang dianalisis bermutu kurang baik.

5.2

Saran

1. Adanya sosialisasi pemerintah kepada konsumen untuk dapat memilih produk yang meyakinkan untuk dipakai yaitu produk berkualitas dan tidak berdampak negatif bagi konsumen tersebut. 2. Pemerintah seharusnya lebih memperketat jalur masuk produk impor dari negara lain, dengan cara menentukan syarat-syarat yang tinggi serta di terapkan pada pelaksanaannya. 3. Sebaiknya dilakukan analisis lanjutan berikutnya harus di analisis seperti arbutin dan tokoferol.

1

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonimus. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2. Anonimus. SNI 16-0212. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 3. Anonimus. Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (No.HK.00.05.4.1745). Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 4. Anonimus. SNI 16-4771.1. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II Volume I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 5. Anonimus. SNI 16-4771.2. 1997. Kodeks Kosmetika Indonesia Edisi II Volume II. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 6. Anonimus. SNI 16-6069-1999 Sediaan Pencerah Kulit (skin lightener). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. 7. Anonimus. 12.30. 8. Daniel. Merkuri dan Hidrokuinon Dalam Kosmetik. 20 Januari 2009. http://danieldokter.multipy.com/journal/item/63, Rabu, 20 Juli 2011, pukul 22.20. 9. Ghani, Ester Nathalia. Referat Arbutin. 12 November 2009. http://love316.com/index.php?, Rabu, 20 Juli 2011, pukul 22.20. 10. Joshita, Juheini. Teknologi Kosmetik. Jakarta : Universitas Indonesia. 11. Simatupang, Maria Magdalena. 2009. Candida Albicans. Medan: Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 12. Wasitaatmaja, Sjarif M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Media Konsumen.Jakarta: http://www.mediakonsumen.com/artikel215.html, Minggu,24 Juli 2011, pukul

1

LAMPIRAN 1. Uji pH Tabel 5 : Data Analisis Uji pH Penimbangan KeBobot 10,0276 g 10,0181 g Hasil 6,75 6,85

2. Kadar Pengawet Tabel 6 : Data Analisis Kadar Pengawet Penimbangan Bobot Volume KePenitar (ml) 1. 2. 2,0240 g 2,0285 g 42,40 42,48 Volume Blanko (ml) 43,00 Kons. Penitar (N) 0,1050 Hasil (%) 4,74 4,09

1. Uji Hidrokuinon Tabel 7: Data Anlisis hidokuinon Keterangan Jarak eluen Standar Sampel simplo Sampel duplo 6,9 6,9 6,9

Jarak contoh 6,0 5,6 6,1

hasil 0,88 0,87 0,82

4. ALT (Angka Lempeng Total) Jumlah bakteri menurut ALT : 1,33x103 Koloni Bobot Sampel Jumlah bakteri dalam losio : 10,0023 g : 1,32x102 Koloni/g

1