govern birokrasi

11
 Birokrasi & Birokrasi & Governance Governance S.Firdaus S.Firdaus UNSOED UNSOED

Upload: rosafina-utami

Post on 05-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pd

TRANSCRIPT

  • Birokrasi & GovernanceS.FirdausUNSOED

  • PROBLEM DALAM BIROKRASI(Sumber: Dwiyanto, dkk. 2003.Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia)Masih ditemukan pelayanan birokrasi yang diskriminatif, seperti hubungan pertemanan, kerabat/saudara, status sosial-ekonomi.Transparansi masih lemah, terutama menyangkut penentuan biaya, masih adanya uang rokok, uang administrasi, uang sukarela, dsb.Pelayanan birokrasi belum responsif; birokrasi belum terbiasa mendengar apa aspirasi, kebutuhan, dan harapan pelayanan dari masyarakat.Tidak adanya kepastian layanan [unpredictable], terutama dari aspek biaya, waktu, prosedur, persyaratan, informasi, dsb.

  • Budaya dan Mindset Pelayanan Birokrasi (1)Pelayanan yang dilakukan oleh swasta dikendalikan oleh profit seeking, oleh karena itu memusatkan pada kepentingan customer menjadi suatu keharusan.Pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi, dikendalikan oleh aturan/juklak [rule-driven] secara rigid. Ini yang membuat birokrasi sulit beradaptasi dengan perubahan dan dinamika lingkungan pelayanan.Motivasi kerja belum ke arah profesionalisme, melainkan baru sebatas melaksanakan tugas yang diberikan oleh Atasan dan mendapatkan gaji.

  • Budaya dan Mindset Pelayanan Birokrasi (2)Memberikan pelayanan yang baik pada pengguna jasa, seperti ramah, murah senyum, menyapa, bersikap helpful, justru dianggap sebagai beban.Masih ada rente-pelayanan, siapa yang mampu membayar lebih banyak, akan memperoleh pelayanan yang excellence dari birokrasi.Pelayanan dianggap sebagai urusan birokrasi, bukan menjadi urusan dan masalah bersama. Ini yang membuat pelayanan publik tidak partisipatif, contoh; penentuan biaya, persyaratan, prosedur, waktu, dan sistem pelayanan dilakukan sepihak oleh birokrasi.

  • Akar Budaya Pelayanan BirokrasiInternalisasi budaya kekuasaan dalam bentuk paternalisme [sistem bapak]. Ini terlihat dari adanya budaya minta petunjuk, mohon restu dari pejabat atasan. Minta petunjuk merupakan cerminan sikap sopan dari orang yang memiliki kekuasaan yang lebih rendah.Sejarah birokrasi Indonesia terbentuk dari kalangan priyayi, suatu kelompok elit di masyarakat yang mempunyai hubungan erat dengan penguasa [raja] pada waktu itu.

  • Birokrasi = Officialdom [1]Birokrasi pemerintah seringkali diartikan sebagai officialdom atau kerajaan pejabat. Suatu kerajaan yang raja-rajanya pejabat dalam suatu bentuk organisasi yang modern.Mereka bekerja dalam tatanan pola hierarki sebagai perwujudan dari tingkatan otoritas dan kekuasaannya.Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu dalam birokrasi pemerintah. Kekuasaan pejabat ini sangat menentukan, karena segala urusan yang berkaitan dengan jabatan ini maka pejabat yang bersangkutan yang akan menentukan.

  • Birokrasi = Officialdom 2]Semua jabatan yang disandang oleh pejabat dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan atribut yang mencerminkan kekuasaan itu.Di luar hierarki kerajaan pejabat, terdapat rakyat yang powerless di hadapan pejabat birokrasi. Itu sebabnya, birokrasi pemerintah seringkali disebut kerajaan pejabat yang jauh dari rakyat. [Thoha, 2003].Pejabat birokrasi menjadi sentral segala penyelesaian urusan masyarakat. Rakyat menjadi tergantung pada pejabat, bukannya pejabat yang tergantung pada rakyat. Kualitas pelayanan pada rakyat dengan demikian tidak menjadi prioritas.

  • Pandangan birokrasi tentang kekuasaanKekuasaan dalam birokrasi melekat pada diri pejabat yang membuat mereka menjadi sakral, begitu menakutkan, tidak dapat disentuh, sulit untuk ditemui, rakyat tidak bisa sembarangan bisa bertemu pejabat.Konsekuensinya, posisi tawar warga pengguna ketika berhadapan dengan pejabat menjadi lemah. Ini yang memunculkan adanya praktik suap, korupsi, kolusi, proses bertele-tele, dsb.Pejabat yang menyandang kekuasaan ini ibarat raja, sedang rakyat tidak punya kekuasaan. Bila rakyat membutuhkan pelayanan, maka pejabat mempunyai kekuasaan untuk mendistribusikan pelayanan tsb.

  • Mitos Reformasi Pelayanan Birokrasi utk pencapaian Good GovernanceMitos Liberal; sistem birokrasi dapat diperbaiki dengan memberikan anggaran yang lebih banyak dan berbuat lebih banyak. Mitos Bisnis; sistem birokrasi dapat diperbaiki dengan menjalankannya seperti lembaga bisnis dengan teknik dan strategi bisnis.Mitos teknologi: sistem birokrasi dapat diperbaiki dengan menerapkan teknologi mutakhir (mis: elektronik) untuk menjamin efisiensi sistem pelayanan.Mitos Pegawai; pegawai negeri dapat memiliki kinerja bagus jika mereka punya cukup uang.Mitos Orang; sistem birokrasi dapat diperbaiki dengan cara mempekerjakan orang-orang yang lebih baik, masalahnya ternyata bukan pada orang tetapi pada sistem yang membuat mereka terjebak.

  • Apa yang harus dilakukan ?Mencoba memperkenalkan suatu proses perubahan norma, nilai, budaya dan mindset baru kepada birokrasi dan masyarakat tentang pentingnya etika dalam pemberian pelayanan. Birokrasi mulai mengenal dan membiasakan diri pada penerapan budaya melayani [culture of serving] dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Membiasakan birokrasi untuk mempergunakan manajemen pelayanan yang lebih partisipatif dan kolaboratif, sehingga birokrasi terbiasa untuk mendengar apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pelayanan dari masyarakat.

  • Apa yang harus dilakukan?Kinerja birokrasi juga menjadi indikator utama untuk menilai sejauh mana kepemerintahan (governance) sudah semakin baik.Unit pelayanan dalam birokrasi adalah entry point masyarakat ke dalam birokrasi kinerja birokrasi menjadi titik strategis untuk membangun kepercayaan masyarakat.Oleh karena itu, birokrasi perlu memiliki kemauan untuk membuka diri terhadap berbagai kritikan dari stakeholders pelayanan, menjalin dialog secara intensif dengan stakeholders, dan menciptakan kultur kemitraan dan kepercayaan dengan stakeholders. Ini akan membawa konsekuensi pada transparansi dan partisipasi dalam penyelenggaraan kepemerintahan