geospacial jabfungsurta

72
GEOSPASIAL DAN JABFUNGSURTA DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) Hotel Mirah, Bogor, 17-23 Juli 2011 Prof. Dr. Aris Poniman

Upload: jasa16

Post on 16-Jul-2015

758 views

Category:

Business


5 download

TRANSCRIPT

GEOSPASIAL DAN JABFUNGSURTA

DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN)

Hotel Mirah, Bogor, 17-23 Juli 2011

Prof. Dr. Aris Poniman

PETA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

GEOSPASIAL = RUANG KEBUMIAN

• Geospasial atau ruang kebumian adalah aspekkeruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di ataspermukaan bumi yang dinyatakan dalamsistem koordinat tertentu (UU No. 4 tentangInformasi Geospasial Tahun 2011)

JABFUNGSURTA

• Surveyor Pemetaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang, tanggungjawab dan haksecara penuh oleh Pejabat yang berwenang untukmelakukan kegiatan survei dan pemetaan.

• Meningkatkan mutu profesionalisme jabatanfungsional Surveyor Pemetaan melalui pembinaankarier dan prestasi kerja, sehingga PNS sebagaiAparatur Negara yang berdayaguna dan berhasilguna didalam melaksanakan tugas umum pemerintahan danpembangunan dapat terwujud.

10 Januari 2003

(Sebelum Tsunami)

29 Desember 2004

(Sesudah Tsunami)

Kerusakan di Lhok Nga

2004 Sumatra EarthquakeCoastal Change Inferred from SAR

Derivation of Coastal Changes using

Two Radar Backscatter Intensity Images

http://cais.gsi.go.jp/Research/topics/topic041226/index_e.html

2005 Sumatra Earthquake (after shock)

Coastal Change Inferred from SAR

Derivation of Coastal Changes using Two Radar Backscatter Intensity Images

Uplift and subsidence due to 27 March

2005 earthquake revealed by the satellite

radar images analyses

1) NW coast of Nias island emerged

about 1 km distance. More than 10 new

islands were created, which length is100

m to 1.5 km.

2) Whole Bangkaru island uplifted.

3) Coast of Tuangku island submerged

100 m in distance at maximum.

4) Line of no vertical change separating

the uplift and subsidence zones is

shown in orange.

$T

$T

$T

$T

$T$T

$T

$T

$T

$T

$T

$T

NORWEGIAN

Map = 387 sheets

Area = 6.000 Km2

Topographic Mapping Coverage

Scale 1:10.000 & 1:5.000

Norwegian dan Australian (Grant)

NAD & Northern Sumatra Provinces

AUSTRALIAN

Map = 896 sheets

Area = 13.537 Km2

NORWEGIAN

Aerial Photograhy by Digital

Camera

AUSTRALIAN

Interferometric Synthetic

Apperture Radar (IFSAR)

Technology

Simeulue Is.

Nias Is.

We Is.

NAD Prov.

N. Sumatra Prov.

Meulaboh

Lhokseumawe

Banda

Aceh

Bireun

Bakosurtanal

GPS control pointBanyak Is.

SEWON

KONDISI SAAT INI

• UU-IG No. 4 tentang Informasi Geospasial, diundangkan 21 April 2011

• BAKOSURTANAL sebagai Pembina JabatanFungsional Surveyor Pemetaan (Kepmen PAN No :

134/KEP/M.PAN/12/2002)

• Produk IG dan manfaatnya bagiPemerintah, Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota), Akademisi, Peneliti, masyarakat, pebisnis, LSM, dan pemangkukepentingan lainnya.

Kondisi saat ini• IG Nasional dan Global tersedia pada

skala/resolusi tertentu dengan variasi kualitasyang berbeda.

• IG terdiri dari IGD dan berbagai macam IGT yang mengacu IGD

• Perlu integrasi IGT menjadi IGT baru

• Perlu IGT multitemporal Spatial Dynamic

• Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atauukuran, dan/atau karakteristik objek alamdan/atau buatan manusia yang berada dibawah, pada, atau di atas permukaan bumi.

• Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkatIG adalah DG yang sudah diolah sehingga dapatdigunakan sebagai alat bantu dalam perumusankebijakan, pengambilan keputusan, dan/ataupelaksanaan kegiatan yang berhubungan denganruang kebumian.

• Informasi Geospasial Dasar yang selanjutnyadisingkat IGD adalah IG yang berisi tentang objekyang dapat dilihat secara langsung atau diukurdari kenampakan fisik di muka bumi dan yang tidak berubah dalam waktu yang relatif lama.

• Informasi Geospasial Tematik yang selanjutnyadisingkat IGT adalah IG yang menggambarkansatu atau lebih tema tertentu yang dibuatmengacu pada IGD.

• Titik Kontrol Geodesi adalah posisi di muka bumi yang ditandaidengan bentuk fisik tertentu yang dijadikan sebagai kerangkaacuan posisi untuk IG.

• Jaring Kontrol Horizontal Nasional yang selanjutnya disingkatJKHN adalah sebaran titik kontrol geodesi horizontal yang terhubung satu sama lain dalam satu kerangka referensi.

• Jaring Kontrol Vertikal Nasional yang selanjutnya disingkatJKVN adalah sebaran titik kontrol geodesi vertikal yang terhubung satu sama lain dalam satu kerangka referensi.

• Jaring Kontrol Gayaberat Nasional yang selanjutnya disingkatJKGN adalah sebaran titik kontrol geodesi gayaberat yang terhubung satu sama lain dalam satu kerangka referensi.

• Peta Rupabumi Indonesia adalah peta dasaryang memberikan informasi secara khususuntuk wilayah darat.

• Peta Lingkungan Pantai Indonesia adalah petadasar yang memberikan informasi secarakhusus untuk wilayah pesisir.

• Peta Lingkungan Laut Nasional adalah petadasar yang memberikan informasi secarakhusus untuk wilayah laut.

ASAS DAN TUJUANIG diselenggarakan berdasarkan asas:

a. kepastian hukum;

b. keterpaduan;

c. keterbukaan;

d. kemutakhiran;

e. keakuratan;

f. kemanfaatan; dan

g. demokratis.

UU-IG bertujuan untuk:

a. menjamin ketersediaan dan akses terhadap IG yang dapat dipertanggungjawabkan;

b. mewujudkan penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi; dan

c. mendorong penggunaan IG dalampenyelenggaraan pemerintahan dan dalamberbagai aspek kehidupan masyarakat.

JENIS INFORMASI GEOSPASIAL

Jenis IG terdiri atas:

a. IGD; dan

b. IGT.

Informasi Geospasial Dasar

IGD meliputi:

a. jaring kontrol geodesi; dan

b. peta dasar.

Jaring kontrol geodesi meliputi:

a. JKHN;

b. JKVN; dan

c. JKGN.

Peta dasar berupa:

a. Peta Rupabumi Indonesia;

b. Peta Lingkungan Pantai Indonesia; dan

c. Peta Lingkungan Laut Nasional.

• Setiap orang wajib menjaga tanda fisik jaringkontrol geodesi.

Peta dasar terdiri atas:a. garis pantai;b. hipsografi;c. perairan;d. nama rupabumi;e. batas wilayah;f. transportasi dan utilitas;g. bangunan dan fasilitas umum; danh. penutup lahan.

(1) Garis pantai merupakan garis pertemuan antaradaratan dengan lautan yang dipengaruhi oleh pasangsurut air laut.

(2) Garis pantai terdiri atas:a. garis pantai surut terendah;b. garis pantai pasang tertinggi; danc. garis pantai tinggi muka air laut rata-rata.(3) Pada Peta Rupabumi Indonesia, garis pantai

ditetapkan berdasarkan garis kedudukan muka air laut rata-rata.

(4) Pada Peta Lingkungan Pantai Indonesia dan PetaLingkungan Laut Nasional, garis pantai ditetapkan berdasarkan kedudukan muka air laut surut terendah.

(5) Garis pantai ditentukan dengan mengacu pada JKVN.

Pasal 17 UU-IG No.4/2011:(1) IGD diselenggarakan secara bertahap dan sistematis untuk

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia danwilayah yurisdiksinya.

(2) IGD dimutakhirkan secara periodik dalam jangka waktutertentu.

(3) Dalam hal terjadi bencana alam, perang, pemekaran atauperubahan wilayah administratif, atau kejadian lainnya yang berakibat berubahnya unsur IGD sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 sehingga mempengaruhi pola dan strukturkehidupan masyarakat, pemutakhiran IGD harus dilakukantanpa menunggu pemutakhiran secara periodiksebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria pemutakhiran IGD diatur dengan PeraturanKepala Badan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jangka waktupemutakhiran IGD diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 18 UU-IG No. 4/2011:(1) Peta Rupabumi Indonesia sebagaimana dimaksud dalamPasal 7 huruf a diselenggarakan pada skala 1:1.000.000,1:500.000, 1:250.000, 1:100.000, 1:50.000, 1:25.000,1:10.000, 1:5.000, 1:2.500, dan 1:1.000.(2) Peta Lingkungan Pantai Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 huruf b diselenggarakan padaskala 1:250.000, 1:50.000, 1:25.000, dan 1:10.000.(3) Peta Lingkungan Laut Nasional sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 huruf c diselenggarakan pada skala1:500.000, 1:250.000, dan 1:50.000.

Kondisi saat ini• IG Nasional dan Global tersedia pada skala/resolusi

tertentu dengan variasi kualitas yang berbeda.

• IG terdiri dari IGD dan berbagai macam IGT yang mengacu IGD

• Perlu integrasi IGT menjadi IGT baru

• Perlu IGT multitemporal Spatial Dynamic

• IG Pertanahan

Informasi Geospasial Tematik

IGT wajib mengacu pada IGD.

Dalam membuat IGT dilarang:

a. mengubah posisi dan tingkat ketelitiangeometris bagian IGD; dan/atau

b. membuat skala IGT lebih besar daripada skalaIGD yang diacunya.

Pasal 21(1) IGT yang menggambarkan suatu batas yang mempunyaikekuatan hukum dibuat berdasarkan dokumenpenetapan batas secara pasti oleh Instansi Pemerintahyang berwenang.(2) Penetapan batas yang dibuat oleh Instansi Pemerintahdan/atau Pemerintah daerah yang berwenang dilampiridengan dokumen IGT yang akurat dan dapatdipertanggungjawabkan.(3) Dalam hal terdapat batas yang belum ditetapkan secarapasti oleh Instansi Pemerintah yang berwenangsebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan batassementara yang penggambarannya dibedakan denganmenggunakan simbol dan/atau warna khusus.

PENYELENGGARA INFORMASI GEOSPASIAL

Pasal 22:(1) IG yang berjenis IGD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf a hanya diselenggarakan oleh Pemerintah.(2) Penyelenggaraan IGD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Badan yang disebut Badan InformasiGeospasial sebagai pengganti Badan Koordinasi Survei danPemetaan Nasional sesuai dengan amanat Undang-Undangini.

(3) Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukandi bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunanorganisasi, dan tata kerja Badan diatur dengan PeraturanPresiden.

Pasal 23(1) IG yang berjenis IGT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf b dapat diselenggarakan oleh InstansiPemerintah, Pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

(2) Instansi Pemerintah atau Pemerintah daerah dalammenyelenggarakan IGT berdasarkan tugas, fungsi, dankewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Instansi Pemerintah atau Pemerintah daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dalam menyelenggarakan IGT dapatbekerja sama dengan Badan.

(4) Setiap orang dapat menyelenggarakan IGT hanya untukkepentingan sendiri dan selain yang diselenggarakan olehInstansi Pemerintah atau Pemerintah daerah.

Pasal 24(1) Badan dapat mengintegrasikan:a. lebih dari satu IGT yang diselenggarakan oleh

Instansi Pemerintah atau Pemerintah daerahmenjadi satu IGT baru; dan

b. IGT yang diselenggarakan oleh lebih dari satuInstansi Pemerintah dan/atau Pemerintah daerahmenjadi satu IGT baru.

(2) Badan dapat menyelenggarakan IGT dalam halIGT yang belum diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah selain Badan atau yang belum diselenggarakan oleh Pemerintah daerah.

PENYELENGGARAAN INFORMASI GEOSPASIAL

Penyelenggaraan IG dilakukan melalui kegiatan:

a. pengumpulan DG;

b. pengolahan DG dan IG;

c. penyimpanan dan pengamanan DG dan IG;

d. penyebarluasan DG dan IG; dan

e. penggunaan IG.

Pengumpulan Data Geospasial

(1) Pengumpulan DG merupakan proses ataucara untuk mendapatkan DG yang dilakukandengan menggunakan metode dan instrumenpengumpulan DG.

(2) DG terdiri atas:

a. DG Dasar; dan

b. DG Tematik.

Pasal 29(1) Instansi Pemerintah atau Pemerintah daerah dalam pengumpulan DG

pada suatu kawasan harus memberitahukan kepadapemilik, penguasa, atau penerima manfaat dari kawasan tersebut.

(2) Pemilik, penguasa, atau penerima manfaat dari kawasan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat menolak dan/atau menyarankan agar kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada waktu lain hanya apabila dikawasan tersebut ada hal yang dapat membahayakan pengumpul data.

(3) Penolakan dan/atau saran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pemberitahuandisampaikan oleh pengumpul data.

(4) Pengumpul data dapat melanjutkan kegiatan pada kawasan tersebutapabila pemilik, penguasa, atau penerima manfaat dari kawasan tidakmemberi jawaban dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebagaimanadimaksud pada ayat (3).

Pengolahan Data dan Informasi Geospasial

Pasal 30Pengolahan DG dan IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b

merupakan proses atau cara mengolah data dan informasi geospasial.Pasal 31(1) Pengolahan DG dan IG dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

yang:a. berlisensi; dan/ataub. bersifat bebas dan terbuka.(2) Pemerintah memberikan insentif bagi setiap orang yang dapat

membangun, mengembangkan, dan/atau menggunakan perangkat lunak pengolah DG dan IG yang bersifat bebas dan terbuka.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentifsebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan PeraturanPemerintah.

Pasal 32(1) Pengolahan DG dan IG harus dilakukan di dalam

negeri.(2) Dalam hal sumber daya manusia dan/atau

peralatan yang dibutuhkan belum tersedia di dalam negeri, pengolahan DG dan IG dapatdilakukan di luar negeri.

(3) Pengolahan DG dan IG di luar negerisebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukansetelah mendapat izin dari Badan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 33Pengolahan DG dan IG meliputi pemrosesan DG dan penyajian IG.Pasal 34(1) Pemrosesan DG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 harus dilakukan sesuai dengan

standar yang meliputi:a. sistem proyeksi dan sistem koordinat yang dengan jelas dan pasti dapat ditransformasikan

ke dalam sistem koordinat standar nasional; danb. format, basisdata, dan metadata yang dapat dengan mudah diintegrasikan dengan IG lain.(2) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.Pasal 35Penyajian IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dilakukan dalam bentuk:a. tabel informasi berkoordinat;b. peta cetak, baik dalam bentuk lembaran maupun buku atlas;c. peta digital;d. peta interaktif, termasuk yang dapat diakses melalui teknologi informasi dan komunikasi;e. peta multimedia;f. bola dunia; ataug. model tiga dimensi.Pasal 36Penyajian IG dalam bentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b sampai dengan

huruf g wajib menggunakan skala yang ditentukan berdasarkan tingkat ketelitian sumberdata dan tujuan penggunaan IG.

Pasal 38(1) Penyimpanan dan pengamanan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 37 dilakukan sesuai dengan standarprosedur penyimpanan dan mekanisme penyimpananuntuk pengarsipan DG dan IG.(2) Penyimpanan dan pengamanan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan mediapenyimpanan elektronik atau cetak.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar prosedurpenyimpanan dan mekanisme penyimpanan untukpengarsipan DG dan IG sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

Pasal 39(1) Instansi Pemerintah menyerahkan duplikat IGT yangdiselenggarakannya kepada Instansi Pemerintah yangbertanggung jawab di bidang perpustakaan nasional dandi bidang arsip nasional dan dapat mengaksesnyakembali.(2) Pemerintah daerah menyerahkan duplikat IGT yangdiselenggarakannya kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang perpustakaan daerah dan di bidang arsipdaerah dan dapat mengaksesnya kembali.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyerahanIGT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 40

(1) Pengamanan DG dan IG juga dilakukan terhadap tanda

fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), Pasal

9 ayat (2), dan Pasal 10 ayat (2).

(2) Pengamanan DG dan IG sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan untuk menjamin agar IG:

a. tetap tersedia dan terjaga keutuhannya; dan

b. terjaga kerahasiaannya untuk IG yang bersifat tertutup.

Penyebarluasan Data dan Informasi Geospasial

Pasal 41Penyebarluasan DG dan IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal

25 huruf d merupakan kegiatan pemberianakses, pendistribusian, dan pertukaran DG dan IG yang dapatdilakukan dengan menggunakan media elektronik dan media cetak.

Pasal 42IGD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a bersifat

terbuka.Pasal 43(1) IGT yang dibuat oleh Instansi Pemerintah dan/atau

Pemerintah daerah bersifat terbuka.(2) IGT tertentu yang dibuat oleh Instansi Pemerintah dan/atau

Pemerintah daerah dapat bersifat tertutup sesuai denganketentuan peraturan perundangundangan.

Pengembangan Teknologi IDS

• Dari DG menjadi multi-layanan IG

(1) Penyelenggara IG yang bersifat terbukamenyebarluaskan IG sebagaimana dimaksuddalam Pasal 41 dengan cara yang berdaya gunadan berhasil guna.

(2) Penyelenggara IG sebagaimana dimaksud padaayat (1) membuat dan mengumumkan standarpelayanan minimal untuk penyebarluasan IG yang iselenggarakan.

(3) Pemerintah dapat memberikan penghargaanbagi setiap orang yang membantumenyebarluaskan IG yang bersifat terbuka.

Pasal 45(1) Pemerintah membangun jaringan IG untuk penyebarluasan IG

secara elektronik.(2) Jaringan IG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibangun

secara bertingkat dan terintegrasi pada jaringan IG pusat dan jaringan IG daerah.

(3) Jaringan IG pusat dilaksanakan oleh Badan.(4) Jaringan IG daerah dilaksanakan oleh Pemerintah daerah dan

diintegrasikan dengan jaringan IG pusat oleh Badan.(5) Ketentuan mengenai jaringan IG dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 46Dalam hal IG memiliki kekuatan hukum, IG tersebut wajib

disahkan oleh pejabat yang berwenang sebelum diumumkandan disebarluaskan.

Penggunaan Informasi Geospasial

Pasal 47(1) Penggunaan IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

huruf e merupakan kegiatan untuk memperolehmanfaat, baik langsung maupun tidak langsung.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperolehmanfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh penyelenggara IG.

Pasal 48Untuk memperoleh dan menggunakan IG yang

diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah dan Pemerintah daerah dapat dikenakan biaya tertentu yang besarnyasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 49(1) Pengguna IG berhak mengetahui kualitas IG

yang diperolehnya.(2) Penyelenggara IG wajib memberitahukan

kualitas setiap IG yang diselenggarakannya dalam bentuk metadata dan/atau riwayat data.

(3) Pengguna IG berhak menolak hasil IG yang tidakberkualitas.

(4) Metadata dan/atau riwayat data sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dibuat dalam format tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan.

Pasal 50Instansi Pemerintah, Pemerintah daerah, dan setiap orang yang

membuat produk turunan suatu IG dengan maksud untukdiperjualbelikan wajib mendapat izin dari pemilik IG.

Pasal 51Instansi Pemerintah dan Pemerintah daerah harus menggunakan IG

yang akurat dalam pengambilan keputusan dan/atau penentuankebijakan yang berhubungan dengan ruang kebumian.

Pasal 52Untuk keperluan penanggulangan bencana, setiap orang harus

memberikan IGT yang dimilikinya apabila diminta oleh Instansi Pemerintah atau Pemerintah daerah yang diberi tugas dalamurusan penanggulangan bencana.

Infrastruktur Penyelenggaraan InformasiGeospasial

Pasal 53(1) Pemerintah wajib memfasilitasi pembangunan

infrastruktur IG untuk memperlancarpenyelenggaraan IG.

(2) Infrastruktur IG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kebijakan, kelembagaan, teknologi, standar, dan sumber daya manusia.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan, kelembagaan, teknologi, standar, dan sumberdaya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIPELAKSANA INFORMASI GEOSPASIAL

Pasal 54Kegiatan penyelenggaraan IG oleh Instansi Pemerintah atau

Pemerintah daerah dapat dilaksanakan oleh setiap orang.Pasal 55(1) Pelaksanaan IG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54

yang dilakukan oleh orang perseorangan wajib memenuhikualifikasi kompetensi yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh kelompok orang wajibmemenuhi kualifikasi sebagai kelompok yang bergerak dibidang IG sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 56(1) Pelaksanaan IG yang dilakukan oleh badan usaha wajib memenuhi:a. persyaratan administratif; danb. persyaratan teknis.(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

paling sedikit meliputi:a. akte pendirian badan hukum Indonesia; danb. izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:a. memiliki sertifikat yang memenuhi klasifikasi dan kualifikasi sebagai

penyedia jasa di bidang IG; danb. memiliki tenaga profesional yang tersertifikasi di bidang IG.(4) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan oleh

lembaga independen yang telah mendapat akreditasi dari Badan.(5) Sertifikat tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b

diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuanPeraturan Kepala Badan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara sertifikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

PEMBINAAN

Pasal 57(1) Badan melakukan pembinaan mengenai pemaknaan, pengarahan, perencanaan, dan

evaluasi terhadap penyelenggaraan IGT.(2) Pembinaan penyelenggaraan IGT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kepada:a. penyelenggara IGT; danb. pengguna IG.(3) Pembinaan kepada penyelenggara IGT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

dilakukan melalui:a. pengaturan dalam bentuk penerbitan peraturan perundang-

undangan, pedoman, standar, dan spesifikasi teknis serta sosialisasinya;b. pemberian bimbingan, supervisi, pendidikan, dan pelatihan;c. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi; dan/ataud. penyelenggaraan jabatan fungsional secara nasional untuk sumber daya manusia di

Instansi Pemerintah dan Pemerintah daerah.(4) Pembinaan kepada pengguna IG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan

melalui:a. sosialisasi keberadaan IG beserta kemungkinan pemanfaatannya; dan/ataub. pendidikan dan pelatihan teknis penggunaan IG.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIIILARANGAN

Pasal 58Setiap orang yang tanpa hak dan melawan hukum dilarangmenghilangkan, merusak, mengambil, memindahkan, ataumengubah tanda fisik yang merupakan bagian dari JKHN,JKVN, dan JKGN serta instrumen survei yang sedangdigunakan.Pasal 59(1) Setiap orang dilarang mengubah IGD tanpa izin dariBadan dan menyebarluaskan hasilnya.(2) Setiap orang dilarang menyebarluaskan IGD yangdiubah-tanpa izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 60(1) Setiap orang dilarang mengubah IGT tanpa izin dari

penyelenggara IGT dan menyebarluaskan hasilnya.(2) Setiap orang dilarang menyebarluaskan IGT yang diubah

tanpa izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1).Pasal 61Setiap orang dilarang membuat IG yang penyajiannya tidaksesuai dengan tingkat ketelitian sumber data yangmengakibatkan timbulnya kerugian orang dan/atau barang.Pasal 62Setiap orang dilarang menyebarluaskan IG yang belumdisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46.

BAB XKETENTUAN PIDANA

Pasal 64(1) Setiap orang yang memenuhi unsur Pasal 58 dipidana dengan pidana penjara

paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan timbulnyabahaya atau kerugian bagi orang atau barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp1.250.000.000,00 (satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah). Pasal 65 . . .

Pasal 65(1) Setiap orang yang memenuhi unsur Pasal 59 ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

(2) Setiap orang yang memenuhi unsur Pasal 59 ayat (2) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

(3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan timbulnyabahaya atau kerugian bagi orang atau barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 66(1) Setiap orang yang memenuhi unsur Pasal 60 ayat (1) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyakRp125.000.000,00

(seratus dua puluh lima juta rupiah).(2) Setiap orang yang memenuhi unsur Pasal 60 ayat (2) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyakRp125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta rupiah).

(3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkantimbulnya bahaya atau kerugian bagi orang atau barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau dendapaling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 67Setiap orang yang memenuhi unsur Pasal 61 dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyakRp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 68(1) Setiap orang yang memenuhi unsur Pasal 62 dipidanadengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun ataudenda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah).(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengakibatkan timbulnya bahaya atau kerugian bagiorang atau barang, pelaku dipidana dengan pidanapenjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda palingbanyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jutarupiah).

KepMenPan No. 134/KEP/M.PAN/12/2002 tentang Jabfunghsurta dan angka kreditnya

Menimbang

• bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna survei dan pemetaan, diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan secara penuh untuk melaksanakan tugas survei dan pemetaan secara profesional;

• bahwa untuk menjamin pembinaan karier kepangkatan, jabatan dan peningkatan profesionalisme surveyor pemetaan, dipandang perlu menetapkan Jabatan

Fungsional Surveyor Pemetaan dan Angka Kreditnya.

• Instansi pembina jabatan fungsional Surveyor Pemetaan adalah instansi yang secara fungsional bertanggung jawab dalam kegiatan survei dan pemetaan, dalam hal ini Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)

Pasal 3• Surveyor Pemetaan berkedudukan sebagai

pelaksana teknis fungsional dibidang survei danpemetaan pada instansi pemerintah.

• Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan adalahjabatan karier yang hanya dapat diduduki olehseorang yang telah berstatus sebagai PegawaiNegeri Sipil.

•Pasal 4• Tugas pokok Surveyor Pemetaan adalah melakukan

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pengembangan serta pemasyarakatan survei danpemetaan.

Jenjang Pangkat dan golongan ruang: sampaiSurveyor Pemetaan Madya:

• Pembina, golongan ruang IV/a,

• Pembina Tingkat 1, golongan ruang Vb,

• Pembina Utama Muda, golongan ruang IVc

KEPUTUSAN BERSAMAKEPALA BADAN KOORDINASI

SURVEI DAN PEMETAAN NASIONALDAN

KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARANOMOR : 0T.02/60-KA/VII/2003

NOMOR : 26 Tahun 2003

TENTANGPETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR

PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA•

• Mengingat dst

• M E M U T U S K A N

• Menetapkan• :• KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN KOORDINASI

SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL SURVEYOR PEMETAAN DAN ANGKA KREDITNYA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 1994TENTANG

JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JENIS DAN KRITERIA JABATAN FUNGSIONAL

• Jabatan-jabatan fungsional dihimpun dalamrumpun jabatan fungsional.

• Jabatan fungsional terdiri dari :

a. jabatan fungsional keahlian;

b. jabatan fungsional ketrampilan.

Jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsionalketrampilan ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :

• Mempunyai metodologi, teknik analisis, teknik danprosedur kerja yang didasarkan atas disiplin ilmupengetahuan dan/atau pelatihan teknis tertentu dengansertifikasi;

• Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasiprofesi;

• Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan :– Tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian;– Tingkat ketrampilan bagi jabatan fungsional ketrampilan;

• Pelaksanaan tugas bersifat mandiri; • Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.

PERATURAN KEPALA

BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

NOMOR : HK.01.04/54-KA/II/2006

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN ANGKA KREDIT SURVEYOR PEMETAAN

KEGIATAN YANG DAPAT DINILAI DAN DIBERIKAN ANGKA KREDIT

A.

UNSUR UTAMA

1. Unsur Pendidikan

2. Unsur Kegiatan Survei

3. Unsur Kegiatan Pemetaan

4. Unsur Pengembangan Profesi

B.

UNSUR PENUNJANG

Unsur Penunjang Tugas Survei Pemetaan

UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI

• Pengembangan profesi adalah semua kegiatanyang berkaitan dengan peningkatanpengetahuan dan wawasan atau penyampaianpendapat atau gagasan yang disampaikan olehSurveyor Pemetaan yang dituangkan dalambentuk karya tulis di bidang survei pemetaan.

PENUTUP

• Perlu peningkatan jumlah dan pengembanganProfesionalisme Surveyor Pemetaan dalamupaya mewujudkan tersedianya informasigeospasial yang berkualitas dan mudahdiakses.