bisnis telekomunikasi di indonesia, prospek dan tantangannya

17
Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum 1 BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA PROSPEK DAN TANTANGANNYA Oleh Satrio Arismunandar Pengantar Telekomunikasi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia modern kita. Masyarakat dunia umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya kini tak bisa lagi hidup tanpa telekomunikasi. Pengembangan telekomunikasi di Indonesia juga merupakan salah satu wahana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggaraan telekomunikasi juga mempunyai arti strategis dalam upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Krisis ekonomi dan politik yang berlarut-larut, ditambah ancaman perpecahan, disintegrasi, konflik antarwarga masyarakat, dan sebagainya yang mengemuka akhir-akhir ini di Tanah Air, telah meningkatkan tuntutan terhadap sektor telekomunikasi, untuk memberi kontribusi bagi penanggulangan masalah-masalah di atas. Saat ini, pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat juga mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi. Akibatnya, cara kita dalam menata dan mengatur penyelenggaraan telekomunikasi nasional juga selalu diperbarui, diselaraskan, dan disesuaikan dengan perkembangan dinamis kondisi sektor telekomunikasi global.

Post on 21-Oct-2014

576 views

Category:

Business


3 download

DESCRIPTION

Prospek bisnis telekomunikasi di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

1

BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

PROSPEK DAN TANTANGANNYA

Oleh Satrio Arismunandar

Pengantar

Telekomunikasi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia

modern kita. Masyarakat dunia umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya

kini tak bisa lagi hidup tanpa telekomunikasi. Pengembangan telekomunikasi di

Indonesia juga merupakan salah satu wahana untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional, yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang

merata materiil dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.

Penyelenggaraan telekomunikasi juga mempunyai arti strategis dalam

upaya memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan

pemerintahan, mendukung terciptanya tujuan pemerataan pembangunan dan

hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa. Krisis ekonomi dan

politik yang berlarut-larut, ditambah ancaman perpecahan, disintegrasi, konflik

antarwarga masyarakat, dan sebagainya yang mengemuka akhir-akhir ini di

Tanah Air, telah meningkatkan tuntutan terhadap sektor telekomunikasi, untuk

memberi kontribusi bagi penanggulangan masalah-masalah di atas.

Saat ini, pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi

telekomunikasi yang sangat pesat juga mengakibatkan perubahan yang

mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi.

Akibatnya, cara kita dalam menata dan mengatur penyelenggaraan

telekomunikasi nasional juga selalu diperbarui, diselaraskan, dan disesuaikan

dengan perkembangan dinamis kondisi sektor telekomunikasi global.

Page 2: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

2

Dengan latar belakang situasi dan kondisi seperti demikian, bisnis

telekomunikasi Indonesia umumnya dan bisnis telekomunikasi satelit khususnya

menghadapi berbagai tantangan. Namun bersamaan dengan itu, juga terdapat

potensi dan peluang-peluang yang masih bisa dieksplorasi lebih lanjut. Masalah-

masalah inilah yang akan diuraikan lebih lanjut dalam makalah ini.

Pemanfaatan Satelit Komunikasi di Indonesia

Bisnis telekomunikasi di Indonesia sebenarnya sudah lama berlangsung.

Namun sektor ini mencatat perkembangan pesat terutama sejak penggunaan

Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD), yang diresmikan penggunaannya

oleh Presiden Soeharto pada 16 Agustus 1976. SKSD telah memperlancar

hubungan telepon, telegrap, dan telex di seluruh Indonesia, serta memperluas

jangkauan siaran RRI dan TVRI ke seluruh provinsi.1

Di Indonesia sendiri, penggunaan satelit untuk berbagai tujuan

sebenarnya sudah sangat luas. Selain untuk komunikasi, satelit juga bisa

bermanfaat untuk siaran langsung (direct broadcasting satellite) dan

penginderaan jarak jauh (remote sensing).2 Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT), misalnya, mengunakan teknologi penginderaan jarak jauh

untuk menentukan daerah perairan Indonesia yang banyak ikannya, dan dengan

teknologi ini BPPT mencoba membantu meningkatkan hasil tangkapan ikan para

nelayan. Departemen Pertambangan juga memperoleh manfaat dari teknologi ini

untuk mengetahui lokasi cadangan-cadangan mineral dan minyak bumi.

Di sektor telekomunikasi, dengan peluncuran Satelit Palapa generasi

pertama (Palapa A), itulah pertama kalinya Indonesia memanfaatkan pelayanan

satelit komunikasi milik sendiri. Manfaat ini sangat dirasakan terutama oleh

daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas telekomunikasi yang dapat

diandalkan, termasuk daerah-daerah terpencil di pedesaan. SKSD pada waktu

1 Ditjen Pos dan Telekomunikasi. 1981. Satelit Palapa Generasi Kedua. Jakarta: Dijen Postel – Dephub RI.

Hlm. 8. 2 CNES. 1986. French Space Day, Thursday, June 26

th, kumpulan makalah untuk dipresentasikan pada

Indonesia Air Show, 1986, Jakarta. Hlm. 5.

Page 3: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

3

itu terdiri dari satelit beserta 40 stasiun bumi, yang tersebar di 26 ibukota provinsi

dan 14 tempat penting lainnya.

Selain sambutan positif dari pemerintah-pemerintah daerah, kalangan

bisnis lokal dan internasional yang beroperasi di Indonesia juga menyambut

positif perkembangan baru ini. PT. International Nickel Indonesia (INCO),

perusahaan pertambangan nikel yang beroperasi jauh di pedalaman Sulawesi

Selatan itu, misalnya, mengatakan, SKSD Palapa telah memberi dimensi baru

kepada corak komunikasi INCO terhadap dunia luar. Hubungan telex, yang

semula menggunakan peralatan yang bisa dibilang "kuno", telah berubah drastis.

SKSD memungkinkan INCO memperoleh private line dari kantornya di Soroako,

Makassar, Jakarta, bahkan akhirnya ke kantor di New York dan Toronto.

Yang paling mendapat manfaat tentu adalah Pemerintah. Berkat adanya

SKSD, dengan mudahnya dan dengan kualitas yang lebih baik pula, siaran

televisi telah menjangkau seluruh ibukota provinsi dan tempat-tempat lainnya di

Tanah Air. Hal ini memungkinkan kebijaksanaan Pemerintah diketahui oleh

masyarakat luas dari berbagai lapisan dalam waktu singkat. SKSD

memungkinkan program-program penyuluhan pemerintah (seperti penyuluhan

pertanian, kesehatan, keluarga berencana, transmigrasi, dan pendidikan) lebih

mudah mencapai sasarannya.

Manfaat SKSD ternyata kemudian bukan cuma dirasakan oleh

masyarakat di Indonesia, tetapi juga oleh warga negara-negara tetangga kita di

ASEAN. Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura juga berminat menyewa

transponder Palapa untuk keperluannya. Filipina lewat Domestic Satellite

Philippines Inc (Domsatphil) waktu itu menyewa 1½ transponder, Malaysia lewat

Jabatan Telekom Malaysia menyewa 1 transponder, Thailand lewat Bangkok

Broadcasting TV and Co Ltd (BBTV) menyewa 1 transponder, sedangkan

Singapura menyewa Palapa untuk keperluan hubungan lintas batas antara

Singapura dan beberapa kota di Indonesia.3

3 Satelit Palapa A memiliki 12 transponder, sedangkan Palapa B memiliki 24 transponder. Daerah kerja

Palapa A mencakup Indonesia dan ASEAN, sedangkan Palapa B mencakup Indonesia, ASEAN, ditambah

Papua Niugini. Tarif sewa Palapa A waktu itu adalah US$ 693.000 / transponder / tahun. Sedangkan untuk

tiap unit US$ 500 / tahun.

Page 4: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

4

Dengan perkembangan semacam itu, praktis Palapa bukan lagi sekadar

satelit untuk kepentingan domestik, tetapi juga satelit yang bermanfaat untuk

kepentingan regional negara-negara ASEAN. Setelah Palapa generasi pertama

(Palapa A1 dan A2) habis masa operasionalnya pada tahun 1983, diluncurkanlah

satelit Palapa generasi kedua (Palapa B1 dan B2) yang beroperasi sampai tahun

1990, dan begitulah seterusnya sampai sekarang. Dengan adanya Palapa,

Indonesia termasuk negara berkembang pertama yang mempelopori

penggunaan satelit untuk komunikasi domestik.

Pertumbuhan Ekonomi dan Krisis Ekonomi

Penggunaan satelit komunikasi ternyata dapat memberi dampak meluas.

Sejak dioperasikannya satelit Palapa, pembicaraan telepon di Indonesia tercatat

meningkat. Pembicaraan telepon otomat pada tahun 1976 tercatat

1.137.971.712 pulsa. Ini meningkat menjadi 1.543.183.738 pulsa (tahun 1977),

2.164.647.936 pulsa (tahun 1978), 2.504.542.206 pulsa (tahun 1979), dan

3.353.441.979 pulsa (tahun 1980).4

Ekonomi Indonesia kemudian juga terus tumbuh secara mantap, sehingga

Indonesia dijuluki sebagai salah satu “macan Asia” (Asian tigers) bersama

negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Korea, Taiwan, dan lain-

lain. Bahkan Indonesia bersama negara-negara ini mendapat julukan “keajaiban

Asia” (the Asian miracles) dari Bank Dunia.

Tentu saja semua prestasi ekonomi itu tidak semata-mata karena

Indonesia menggunakan satelit untuk telekomunikasinya. Banyak faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, terutama stabilitas politik dan iklim

investasi, ditambah lagi ketersediaan sarana dan prasarana pendukung.

Dalam hal terakhir inilah, peran sarana dan prasarana perhubungan serta

telekomunikasi --yang menentukan cepat-lambatnya pertukaran informasi dan

data-- menjadi penting. Arti pentingnya karena kecepatan pertukaran informasi

dan data ikut menentukan cepat-lambatnya pengambilan keputusan-keputusan

4 Ditjen Pos dan Telekomunikasi. Op cit. hlm. 10.

Page 5: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

5

bisnis. Pada akhirnya, peran telekomunikasi ini akan memberi dukungan pada

pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional.

Namun masa kemakmuran itu rupanya tidak bisa dinikmati Indonesia lebih

lama. Krisis ekonomi yang melanda Asia, yang dimulai dengan krisis moneter di

Thailand pada Juli 1997, akhirnya juga melanda Indonesia. Persoalannya bukan

terletak pada sektor telekomunikasi, tetapi pada kesalahan pengelolaan ekonomi

negara, antara lain dengan menjamurnya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Praktik KKN itu muncul sejalan dengan boom kenaikan harga minyak di

pasar global, yang sempat memberi pemasukan besar buat negara. Ketika

ekonomi sedang booming, dampak praktik-praktik KKN dan penyimpangan itu

memang belum terasa. Namun begitu krisis ekonomi melanda, berbagai praktik

menyimpang itu mempercepat keterpurukan Indonesia. Struktur ekonomi yang

ternyata tidak sekuat yang diperkirakan, serta ambruknya dunia perbankan yang

mengucurkan kredit tanpa batas dan berkolusi dengan grup-grup perusahaan

yang sama, membuat Indonesia terbenam dalam krisis tersebut.

Lebih buruk lagi, krisis ekonomi ini juga memicu krisis politik yang

berkepanjangan hingga sekarang, Juli 2001. Sesudah berhentinya Presiden

Soeharto akibat tekanan rakyat pada Mei 1998 dan diadakannya Pemilu 1999,

yang menghasilkan pemerintahan baru di bawah Presiden Abdurrahman Wahid,

kondisi ekonomi Indonesia hanya sempat membaik sebentar, tapi lalu terpuruk

lagi. Pertarungan politik antara DPR dan Presiden yang berlarut-larut, serta tidak

jelasnya arah kebijaksanaan ekonomi karena Pemerintah terlalu sibuk mengurus

politik, tidak membantu pulihnya ekonomi nasional.

Namun bahkan dalam kondisi keterpurukan di berbagai sektor, serta

kondisi ekonomi yang belum terangkat semacam itu, bisnis telekomunikasi di

Indonesia ternyata tetap menunjukkan perkembangan yang meningkat. Sebagai

salah satu indikator, hal ini bisa dilihat pada kinerja keuangan dua pemain utama

telekomunikasi di Indonesia, yakni PT. Telkom dan PT. Indosat.

Dalam laporan kinerja keuangannya, Telkom mencatatkan laba bersih Rp

2,54 trilyun pada tahun 2000. Jumlah itu meningkat 16,88 persen dari laba tahun

1999. Peningkatan pendapatan usahanya mencapai 20,35 persen atau sekitar

Page 6: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

6

9,38 persen dari pendapatan tahun 1999 yang mencapai Rp 7,79 trilyun.

Peningkatan beban usaha juga mengiringi peningkatan pendapatan. Tercatat

beban usaha meningkat 10,14 persen dari Rp 4,85 trilyun pada tahun 1999.

Sementara itu, beban utang jangka panjang Telkom tercatat Rp 10,36 trilyun.

Jumlah itu meliputi 58,24 persen dalam mata uang asing dan 41,76 persen

dalam mata uang rupiah.5

Sedangkan Indosat dalam laporan keuangannya mencatat laba bersih Rp

1,8 triliun. Jumlah itu dibagi untuk dividen 30 persen atau setara dengan Rp 540

miliar. Sedangkan laba tertahan yang digunakan untuk mengembangkan full

network service provider (FNSP) mencapai 67 persen atau sekitar Rp 1,2 triliun.

Sisanya dicatatkan sebagai dana cadangan.6

Restrukturisasi Industri Telekomunikasi di Indonesia

Dunia telekomunikasi di Indonesia mengalami perkembangan baru pada

pertengahan 2001 ini. Pertama, dari diterapkannya perundang-undangan

telekomunikasi baru yang mendorong terjadinya iklim kompetisi yang lebih sehat

di antara para pemain bisnis telekomunikasi utama, khususnya adalah PT.

Telkom dan PT. Indosat. Pemberitaan media massa nasional pada pertengahan

2001 sempat diramaikan oleh pro-kontra masalah cross ownership antara dua

badan usaha milik negara (BUMN) bidang telekomunikasi yang besar ini.

Masyarakat pengguna jasa telekomunikasi umumnya mungkin telah

mengikuti perdebatan tentang cross ownership ini di media massa. Namun

mereka belum menangkap secara jelas, apa pentingnya dan apa manfaat cross

ownership antara Telkom dan Indosat ini bagi mayarakat.

Cross ownership adalah program yang diminta Dana Moneter

Internasional (IMF) kepada Pemerintah Indonesia, agar penyertaan saham

Telkom dan Indosat di berbagai perusahaan swasta yang bergerak di bidang

telekomunikasi diubah komposisinya, untuk suatu perusahaan hanya

5 Untuk data ini, lihat pemberitaan Koran Tempo, 11 Mei 2001, hlm. 16.

6 Ibid.

Page 7: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

7

diperbolehkan dikuasai salah satu saja: Indosat atau Telkom. Maka Telkom dan

Indosat diharapkan memecah kepemilikan silangnya.

Tujuannya untuk jangka panjang adalah agar terjadi persaingan yang

sehat antara keduanya untuk berbagai bidang jasa telekomunikasi. Ketentuan

baru ini membuka ruang bagi iklim yang lebih liberal, kompetitif, antimonopoli,

multi-operator dan berpihak pada pelanggan. Reformasi telekomunikasi

Indonesia ini sebenarnya juga menjadi bagian dari reformasi sektor

telekomunikasi dunia.

Selama ini, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang lama,

Telkom dan Indosat memang diberi semacam “monopoli” oleh Pemerintah untuk

mengelola jasa dasar sektor telekomunikasi. Telkom menguasai jasa dasar

telekomunikasi domestik, sedangkan Indosat menguasai jasa dasar

telekomunikasi yang terkait dengan internasional (sambungan langsung

internasional). Pihak swasta yang bergerak di bisnis telekomunikasi non-dasar

harus bekerjasama dengan pengelola bisnis dasar, sehingga Telkom dan

Indosat akhirnya terlibat dalam kepemilikan saham, baik secara sendiri maupun

bersama, di perusahaan-perusahaan swasta tersebut. Akibatnya, terjadi

semacam “monopoli” atau dominasi oleh keduanya terhadap sektor

telekomunikasi Indonesia.

Dengan adanya ketentuan perundang-undangan baru, yang menghapus

praktik monopolistik-proteksionis di sektor telekomunikasi tersebut, tentu saja

muncul sambutan positif dari kalangan bisnis. Dengan ketentuan baru ini,

monopoli di bidang telekomunikasi akan berubah menjadi kompetisi. Ujung-

ujungnya, ini akan bermuara pada persaingan harga, tingkat pelayanan, efisiensi

kedua perusahaan, dan sebagainya. Bagi masyarakat dan pengguna jasa,

sangat jelas keuntungannya. Mereka dapat memilih jasa atau produk yang

diinginkan. Mereka juga dapat membandingkan tingkat layanan keduanya dan ini

lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Bagi para karyawan Indosat dan Telkom sendiri jelas ada yang setuju dan

tidak setuju dengan cross ownership. Namun jika dilihat dari sisi positifnya, ini

adalah pengembangan bisnis yang lebih besar dari sebelumnya, dan hal ini akan

Page 8: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

8

menciptakan peluang-peluang baru. Memang bisa dipahami, setiap perubahan,

apalagi yang skala dan tingkat kecepatannya besar, mungkin menimbulkan

penolakan-penolakan karena tidak semua orang siap dengan perubahan. Hanya

yang dapat menyesuaikan diri secara cepat bisa mengambil manfaat dari

program ini. Di sini diperlukan sosialisasi yang lebih intens, agar para karyawan

memahami arti penting dan manfaat kesepakatan cross ownership ini.

Bagi pemerintah sendiri, dampak langsung dari transaksi antara Telkom

dan Indosat adalah meningkatnya perolehan pajak. Pemerintah akan

memperoleh masukan yang relatif lebih besar dan akan membantu membiayai

operasional pemerintahan/APBN, yang tertekan oleh krisis ekonomi akhir-akhir

ini.

“Tukar Guling” antara Telkom dan Indosat

Setelah menjadi polemik sekian lama di media massa, bahkan muncul

sejumlah aksi penolakan dan unjuk rasa dari karyawan, transaksi silang atau

tukar guling antara PT. Telkom dan PT. Indosat akhirnya terjadi juga. Tukar

guling antara Telkom dan Indosat ini menandai era baru dalam retrukturisasi

industri telekomunikasi di Indonesia. Pasar dan para analis menyambut positif

terjadinya tukar guling senilai 1,54 miliar dollar AS antara kedua BUMN, yang

menjadi operator jasa dasar dan pemain besar di bisnis telekomunikasi

Indonesia ini.

Dengan dipecahnya kepemilikan ini, masing-masing pihak bisa lebih

mandiri. Pada 15 Februari 2001, kedua perusahaan menandatangani MoU tukar

guling saham empat perusahaan. Disepakati perjanjian jual-beli pemisahan

saham silang di PT, Telkomsel, PT. Satelindo, PT. Aplikanusa Lintasarta, dan

PT. Mitra Global Telekomunikasi Indonesia.

Transaksi tukar guling senilai US$ 1,5 miliar itu meliputi pengalihan 35

persen saham Indosat di PT. Telkomsel senilai US$ 945 juta kepada Telkom,

22,5 persen saham Telkom di PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) senilai

US$ 186 juta kepada Indosat, 37,66 persen saham Telkom di PT. Aplikanusa

Page 9: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

9

Lintasarta senilai US$ 38 juta kepada Indosat, dan pengalihan Telkom Divisi

Regional IV (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) senilai US$ 375

juta kepada Indosat.

Transaksi ini membuat Telkom menguasai 77,7 persen saham PT.

Telkomsel, operator telepon seluler terbesar di Indonesia.7 Sedangkan Indosat

kemudian menguasai penuh seluruh saham PT. Satelindo, dengan mengakuisisi

PT. Bimagraha Telekomunindo dari kelompok Bimantara, yang semula

memegang saham mayoritas Satelindo.

Dengan restrukturisasi industri telekomunikasi tersebut, Telkom dan

Indosat kini berkompetisi. Kedua BUMN tersebut akan berebut pasar, mengingat

bisnis inti mereka sama: bidang jasa telekomunikasi terintegrasi. Kedua

perusahaan ini akan bersaing ketat di empat bisnis utama, yakni: usaha layanan

telepon tetap, sambungan langsung internasional (SLI), telepon selular, dan

multimedia.

Pemerintah sendiri, melalui Menko Perekonomian Rizal Ramli8,

mendukung penuh kesepakatan itu agar restrukturisasi dapat berjalan dengan

baik. Dengan demikian, nilai tambahnya akan meningkat dan mendorong

investasi baru di bidang telekomunikasi. “Kita harus mempersiapkan diri mulai

sekarang, untuk memperkuat sektor telekomunikasi menujui liberalisasi sektor

telekomunikasi,” tegasnya.

Analis independen juga berpendapat, tukar guling antara kedua

perusahaan itu merupakan langkah maju ketimbang hanya ada satu perusahaan

telekomunikasi yang memonopoli. Selain itu, transaksi tukar guling akan

berdampak positif pada kinerja Telkom dan Indosat sendiri, daripada jika

membiarkan pihak asing masuk di sektor telekomunikasi saat ini. Artinya, pasca

tukar guling ini, kinerja dan mungkin juga perolehan keuntungan justru akan

melaju.

7 Untuk angka-angka transaksi ini, lihat Bisnis Indonesia, 14 Mei 2001, hlm. 2.

8 Sekarang, Juli 2001, sudah berganti jabatan menjadi Menteri Keuangan RI.

Page 10: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

10

Perkembangan Teknologi

Dalam bisnis telekomunikasi, faktor teknologi memegang peranan

penting, kalau bukan peran yang sangat menentukan. Oleh karena itu, bicara

tentang prospek bisnis telekomunikasi menjadi tidak bermakna tanpa bicara

tentang perkembangan teknologi.

Kalau bicara tentang teknologi telekomunikasi, perlu dibedakan dua

kategori besar dari fungsi jaringan (network).9 Pertama, transmisi jaringan

(network transmission) yang diwakili oleh tagihan telepon, yang berkaitan

dengan nada panggil dan penggunaan jaringan (lamanya pembicaraan, jarak,

dan waktu ketika pembicaraan dilakukan). Kategori kedua, berkaitan dengan

akses jaringan (network access). Akses secara harfiah berarti "kemampuan

untuk masuk." Teknologi-teknologi akses, seperti komputer dengan modem, unit

konferensi-video, handset telepon, dan sebagainya adalah sesuatu yang

dibutuhkan konsumen untuk masuk ke jaringan (memanfaatkan pelayanan

transmisi jaringan).

Teknologi akses biasanya padat modal. Teknologi ini menentukan atau

membatasi cara dan gaya aplikasi jaringan yang tersedia untuk konsumen.

Misalnya, sebuah komputer dan sebuah handset telepon menentukan cara

penggunaan jaringan yang berbeda. Lebih banyak orang menggunakan telepon

dari pada Internet sebagian karena lebih banyak orang yang memiliki pesawat

telepon ketimbang komputer.

Sebaliknya, transmisi jaringan relatif tidak berkaitan dengan cara

penggunaannya oleh konsumen. Untuk transmisi, secara digital ukurannya

hanyalah bit, tidak peduli apakah konsumen menggunakan komputer atau

pesawat telepon biasa.

Dengan penjelasan di atas, terlihat bahwa teknologi akses sangat

mempengaruhi siapa yang berpartisipasi dalam masyarakat dan dalam peranan

apa. Selama ini distribusi teknologi akses jarang dibahas, karena dianggap

9 Untuk penjelasan panjang-lebar tentang hal ini, lihat Siembab, Walter dan Thomas O'Brien, "Digital

Broadband Networks for Economic Development and Mobility: A Bricks and Bits Strategy for Retrofitting

Cities", dalam Journal of Municipal Telecommunications, Vol. 1 No. 1, April 1999.

Page 11: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

11

hanya sekadar produk dari pasar yang kompetitif. Diasumsikan bahwa pengguna

rumah tangga dan bisnis akan memperolehnya sesuai kebutuhan mereka.

Padahal teknologi akses ini akan mempengaruhi pola penggunaan jaringan.

Maka setiap perusahaan telekomunikasi harus tanggap terhadap perkembangan

teknologi akses ini.

Saat ini, salah satu teknologi baru yang sedang dipasarkan di Indonesia

dan sedang tren di dunia adalah DSL (Digital Subscriber Line). Teknologi DSL

secara sederhana adalah menggunakan jalur telepon biasa untuk menyalurkan

data, termasuk data multimedia, dengan kecepatan tinggi. Hanya sebagian dari

frekuensi yang tersedia pada kabel itu yang digunakan. DSL membagi frekuensi

tinggi untuk data dan frekuensi rendah untuk suara dan facsimile. Teknologi ini

menjadi penting karena karena makin meningkatnya permintaan penggunaan

Internet dengan akses kecepatan tinggi, untuk urusan bisnis, e-commerce, dan

transaksi online.

Jasa DSL ini sekilas mirip SDL DOV, di mana kebutuhan akses

komunikasi data pelanggan menggunakan jalur telepon yang sudah ada, dan

jalur telepon tetap dapat digunakan oleh pelanggan. Namun dari sisi teknologi

sebenarnya berbeda, karena jasa yang ditawarkan sudah menyentuh lapisan

ketiga dalam protokol komunikasi, yaitu jasa multimedia (IP). Selain berfungsi

sebagai modem, DSL juga mempunyai fungsi routing sederhana di dalamnya.

Dalam keluarga DSL terdapat beberapa alternatif produk. Yaitu: HDSL

(High-bit-rate Digital Subcriber Line), SDSL (Symmetric Digital Subscriber Line),

ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line), VDSL (Very high bit rate Digital

Subscriber Line), dan IDSL (ISDN Digital Subscriber Line). Masing-masing

berbeda dari segi kecepatan dan kapasitas penyaluran datanya.

Ada sejumlah keuntungan bagi pelanggan dengan menggunakan

teknologi DSL. Pertama, pelanggan memperoleh akses Internet berkecepatan

tinggi dengan harga lebih murah. Kedua, tidak tergantung pada adanya line fisik

kabel. Ketiga, ketika menggunakan line telepon untuk penyaluran data, telepon

masih tetap dapat digunakan. Keempat, modem DSL juga berfungsi sekaligus

sebagai router. Dengan demikian, pelanggan tidak memerlukan terlalu banyak

Page 12: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

12

perangkat untuk mengakses jasa Internet. Dari PC maupun LAN (local area

network) skala kecil bisa langsung dapat tersambung dengan Internet. DSL ini

sekarang sedang dipasarkan gencar oleh PT. Aplikanusa Lintasarta, yang

sekarang dikuasai Indosat, karena saham Telkom di perusahaan itu telah dijual

ke Indosat.

Selain teknologi DSL, masih ada sejumlah teknologi lain yang perlu

dicermati. PT. Pasifik Satelit Nusantara, misalnya, baru-baru ini meluncurkan

PASTI (ACeS Satellite Fixed Aplication), yakni sebuah aplikasi tetap dari layanan

telekomunikasi bergerak berbasis satelit yang menggunakan jaringan ACeS

(ASIA Cellular Satellite). PASTI didesain secara sederhana untuk memenuhi

semua kebutuhan telekomunikasi melalui telepon. Tingal dibeli, dipasang sendiri,

dan langsung kring. Cara memasangnya semudah memasang peralatan rumah

tangga lainnya.

Wilayah cakupannya meliputi seluruh Indonesia dan Asia, mulai dari India,

Pakistan, Cina, Jepang, sampai Papua Niugini. Teknologi ini memungkinkan

pemakai terhubung di manapun berada, meski di tempat terpencil seperti hutan

belantara dan pelosok pedesaan sekalipun. PASTI menggunakan satelit yang

akan menerima sinyal dari antena dan menyambungkannya ke telepon tujuan,

baik telepon biasa, handphone, maupun telepon PASTI lainnya.

Perkembangan teknologi Internet juga harus diwaspadai. Bisnis

sambungan langsung internasional (SLI) Telkom dan Indosat, bahkan

perusahaan telekomunikasi sejenis di negara-negara lain, bisa terancam dengan

berkembangnya telepon Internet (VoIP). Telepon Internet ini sudah hadir dan

memberi solusi tarif lebih murah ketimbang biaya SLI yang ditetapkan Indosat.

Cukup dengan beberapa ribu rupiah sudah bisa tersambung ke Amerika,

ketimbang harus membayar belasan ribu rupiah jika menggunakan jasa SLI

001.10

Tentu masih banyak perkembangan tekonologi telekomunikasi lain, yang

belum tercakup dalam tulisan singkat ini. Namun tiga teknologi ini saja sudah

cukup untuk menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telekomunikasi

10

Media Indonesia, 10 Mei 2001, hlm. 12.

Page 13: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

13

memang cukup pesat, dan para pemain di bisnis ini harus selalu awas dan

tanggap jika ingin tetap bertahan di pasar.

Prospek, Tantangan dan Langkah-langkah Strategis

Semua yang telah diuraikan di atas menunjukkan besarnya prospek,

tetapi sekaligus juga tantangan bagi para pelaku bisnis telekomunikasi

Indonesia. Menko Perekonomian Rizal Ramli, telah menyatakan bahwa

Indonesia mulai sekarang harus mempersiapkan diri dan memperkuat sektor

telekomunikasi, menuju liberalisasi sektor sektor telekomunikasi. Karena

menyadari hal itulah, Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Agum

Gumelar11 telah membentuk dewan telekomunikasi yang independen.12

Dalam mengantisipasi perkembangan lebih lanjut dari bisnis

telekomunikasi yang berubah cepat, sangatlah tepat jika para pemain di bisnis ini

melakukan langkah-langkah pembenahan internal dan pada saat yang sama

menetapkan langkah-langkah strategis ke depan. PT. Telkom, misalnya, secara

prinsip telah menyetujui restrukturisasi bisnis dan reorganisasi. Telkom akan

mengubah portofolio usaha dan menyelaraskan pembagian tugas direksi dengan

portofolio baru.13

Ketika transaksi cross-ownership antara PT. Telkom dan PT. Indosat

sedang dilakukan, Telkom memiliki satu direktur utama dan empat direktur

(keuangan, sumberdaya manusia, perencanaan dan teknologi, serta direktur

operasi dan pemasaran). Sesudah pembenahan, Telkom akan memiliki satu

direktur utama dengan lima direktur. Yakni: direktur pengembangan usaha,

direktur jasa selular dan multimedia, direktur sistem network, direktur

pemasaran, serta direktur keuangan dan sumberdaya manusia.

Langkah restrukturisasi ini tampaknya sangat tepat. Jika kita melihat tren

perkembangan teknologi telekomunikasi, misalnya, teknologi selular, multimedia,

dan Internet sedang marak saat ini. Berdasarkan struktur baru, Telkom telah

11

Sekarang, Juli 2001, menjabat Menko Polsoskam. 12

Suara Pembaruan, 10 Mei 2001, hlm. 4. 13

Pernyataan Direktur Utama Telkom Moch. Nazief, sebagaimana dikutip Republika, 11 Mei 2001.

Page 14: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

14

menempatkan satu direktur untuk menangani jasa selular dan multimedia. Ini

baru langkah pertama, karena banyak hal yang harus dipersiapkan untuk

menjadi full network and services provider.14

Tentu saja, Telkom bukan satu-satunya perusahaan telekomunikasi yang

melakukan restrukturisasi dan reorganisasi. PT. Indosat yang semula mengelola

satelit dan SLI (sambungan langsung internasional) kini juga sudah mengubah

misi bisnisnya. Kini Indosat sedang menyiapkan investasi hingga Rp 15 triliun

untuk menggarap empat bisnis utamanya, yaitu backbone, fixed access (telepon

tetap), selular, serta internet/multimedia.15

Indosat akan mengedepankan bisnis selularnya, karena bisnis telepon

selular dianggap dengan cepat bisa mengembalikan investasi. Jika investasi

cepat kembali, maka Indosat akan punya modal untuk mengembangkan usaha

lainnya.

Masalah Hubungan Masyarakat

Namun di luar masalah restrukturisasi dan reorganisasi itu, tampaknya

ada hal-hal yang kurang mendapat perhatian. Hal yang sering kurang

diperhatikan itu adalah aspek hubungan masyarakat (humas). Banyak

kebijaksanaan tidak bisa efektif bahkan tidak bisa dilaksanakan karena ditentang

oleh masyarakat. Ini terlihat dalam kasus penolakan terhadap rencana kenaikan

tarif telepon, walau yang menikmati sambungan telepon saat ini baru 15 persen

penduduk atau sekitar 32 juta penduduk lewat 6,7 juta SST (satuan sambungan

telepon).16

Dalam proses usulan kenaikan tarif telepon terakhir, Juni 2001, tarif

secara umum naik rata-rata 21,67 persen dan diberlakukan zona tunggal (single

zone) untuk telepon berkode akses 021. Ada kesan, Pemerintah secara terburu-

buru telah mengumumkan kenaikan tarif ini tanpa sosialisasi dan penjelasan

14

Pernyataan Direktur Pemasaran dan Operasi Telkom, Komarudin, sebagaimana dikutip Republika, 11

Mei 2001. 15

Keterangan Direktur Pengembangan Perusahaan Indosat, Budi Prasetyo, sebagaimana dikutip Republika,

11 Mei 2001. 16

Kompas, 3 Juli 2001, hlm. 15.

Page 15: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

15

yang cukup kepada masyarakat. Bahkan kepada Komisi IV DPR yang dianggap

mewakili masyarakat pun masih kurang diberi penjelasan.

Persoalannya bukan terletak pada kekeliruan kebijaksanaan kenaikan tarif

yang diusulkan PT. Telkom, tetapi lebih kepada kurang pasnya cara memberi

penjelasan dan sosialisasi kepada masyarakat. Apalagi pada bulan yang sama,

berbagai tarif lain juga mengalami kenaikan, seperti: listrik, BBM, transportasi

umum, dan tentu saja harga-harga kebutuhan pokok. Jadi ada suasana

psikologis di kalangan masyarakat yang sangat peka terhadap pengumuman

kenaikan tarif tertentu.

Kebijaksanaan pemberlakuan zona tunggal, yang tampaknya ingin

diberlakukan PT. Telkom untuk seluruh kota metropolitan di Indonesia, memang

sudah menjadi kecenderungan dunia. Selain itu sistem zona tunggal juga lebih

sederhana dari sistem sebelumnya. Dari segi pelanggan, karena proses dan

hitungan lebih sederhana, tingkat kesalahan tagihan menjadi lebih rendah.

Selain itu, di pihak Telkom, kerancuan perhitungan tarif semakin kecil dan klaim

pulsa diharapkan makin berkurang.

Dari sudut pandang pihak Telkom, penerapan zona tunggal juga bisa

menguntungkan dari segi ekonomi, terutama di bidang perdagangan. Lebih

murahnya biaya telepon dari daerah non-DKI akan menyebabkan pergeseran

kegiatan ekonomi dan perdagangan ke wilayah pinggiran non-DKI. Pada

gilirannya, karena pergeseran ini maka bisnis akan lebih kebal terhadap gejolak

sosial-politik di DKI.

Namun penjelasan yang terlalu teknis dari pihak Telkom ternyata terlalu

rumit, tidak mudah dimengerti masyarakat, atau masyarakat umumnya memang

tidak mau tahu. Ketika tekanan penolakan masyarakat makin gencar, DPR dan

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun akhirnya ikut arus dengan

mempertanyakan kembali kebijaksanaan kenaikan tarif dari PT. Telkom. Padahal

semula tampaknya mereka sudah memahami.

Page 16: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

16

Kesimpulan dan Saran

Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa bisnis telekomunikasi di

Indonesia telah memiliki sejarah cukup panjang dan menunjukkan peningkatan

pesat, terutama sejak pemanfaatan Sistem Komunikasi Satelit Domestik.

Perkembangan positif ini sempat terganggu oleh krisis ekonomi, ditambah krisis

politik, yang berlarut-larut di Indonesia. Namun bahkan dalam kondisi terpuruk

seperti itu pun masih ada peningkatan bisnis, dan itu menunjukkan prospek dan

potensi bisnis telekomunikasi sebenarnya cukup cerah.

Selain terdapat peluang, tentu juga terdapat tantangan-tantangan.

Tantangan itu antara lain adalah perkembangan bisnis telekomunikasi dunia,

liberalisasi, dan globalisasi, yang menuntut para pelaku bisnis telekomunikasi

Indonesia untuk siap bersaing dalam pasar yang terbuka.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, para pelaku bisnis

telekomunikasi perlu melakukan pembenahan, dalam bentuk restrukturisasi dan

reorganisasi, serta perumusan kembali misi dan core bisnis yang ditekuni.

Langkah-langkah semacam ini telah mulai dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan telekomunikasi utama, seperti PT. Telkom dan PT. Indosat, dan

tentu akan diikuti oleh yang lain-lain.

Namun selain langkah-langkah itu, untuk kasus Indonesia, ada satu aspek

yang tak boleh dilupakan yaitu aspek hubungan masyarakat (humas). Kasus

penolakan masyarakat terhadap usulan kenaikan tarif telepon membuktikan hal

ini. Pihak pelaku bisnis telekomunikasi perlu memberi perhatian lebih besar pada

aspek humas, supaya segala pembenahan, restrukturisasi, dan reorganisasi

yang dilakukan benar-benar bisa diterapkan dan ditetrima oleh masyarakatnya.

Hal ini penting, karena memang tidak ada perusahaan yang bisa berkembang

sendiri tanpa dukungan masyarakat konsumen yang membeli produk dan

jasanya. ***

Jakarta, 4 Juli 2001

Page 17: Bisnis Telekomunikasi di Indonesia, Prospek dan Tantangannya

Bisnis Telekomunikasi di Indonesia Kategori Umum

17

Daftar Pustaka :

1. Bisnis Indonesia, 14 Mei 2001.

2. CNES. 1986. French Space Day, Thursday, June 26th, kumpulan makalah

untuk dipresentasikan pada Indonesia Air Show, 1986, Jakarta.

3. Ditjen Pos dan Telekomunikasi. 1981. Satelit Palapa Generasi Kedua.

Jakarta: Dijen Postel – Dephub RI.

4. Kompas, 3 Juli 2001.

5. Koran Tempo, 11 Mei 2001.

6. Media Indonesia, 10 Mei 2001

7. Republika, 11 Mei 2001.

8. Siembab, Walter dan Thomas O'Brien, "Digital Broadband Networks for

Economic Development and Mobility: A Bricks and Bits Strategy for

Retrofitting Cities", dalam Journal of Municipal Telecommunications, Vol. 1

No. 1, April 1999.

9. Suara Pembaruan, 10 Mei 2001.

10. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 1999 Tentang

Telekomunikasi.

Biodata Penulis: * Satrio Arismunandar adalah anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994), Sekjen AJI

(1995-97), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat Buruh Sejahtera

Indonesia (SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (1986-88), Kompas (1988-1995), Majalah

D&R (1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV

(Februari 2002-Juli 2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013).

Alumnus Program S2 Pengkajian Ketahanan Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI (Asosiasi

Ilmu Politik Indonesia) 2002-2011.

Kontak Satrio Arismunandar:

E-mail: [email protected]; [email protected]

Blog pribadi: http://satrioarismunandar6.blogspot.com

Mobile: 081286299061