geologi dan studi alterasi hidrotermal daerah andulan kecamatan walenrang utara kabupaten luwu...

135
i GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI HIDROTERMAL DAERAH ANDULAN KECAMATAN WALENRANG UTARA KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI OLEH : RIFKI FEBRIANTO 111.040.005 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2011

Upload: hutriani-hirar

Post on 28-Jul-2015

2.959 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

i

GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI HIDROTERMAL

DAERAH ANDULAN KECAMATAN WALENRANG UTARA

KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

OLEH :

RIFKI FEBRIANTO

111.040.005

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

ii

GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI HIDROTERMAL

DAERAH ANDULAN KECAMATAN WALENRANG UTARA

KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

Mengetahui,

Ketua Jurusan

Ir. Sugeng Raharjo, M.T.

NIP . 030217238

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Sutanto, DEA.

NIP . 030168171

Pembimbing II

Ir.F.Soehartono, M.Si.

NIP . 030146745

SKRIPSI

Oleh :

RIFKI FEBRIANTO

111.040.005

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Geologi

Yogyakarta, 11 Agustus 2011

Menyetujui,

Page 3: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

iii

.

Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua,

anak dan istri tercinta.

Page 4: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang baik secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu terselesaikannya laporan penelitian

ini, adapun diantaranya ialah :

Kedua orang tua, yang selama ini telah mendidik dan membesarkan penulis

dengan kasih sayangnya serta membiayai pendidikan hingga ke jenjang ini.

Ir. Sugeng Raharjo, MT. selaku ketua jurusan

Prof. Dr. Ir. Sutanto, DEA., selaku dosen pembimbing pertama yang telah

berkenan meluangkan waktu, mencurahkan pikiran dan tenaganya guna

membimbing penulis dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul

sewaktu menyelesaikan penyusunan laporan penelitian.

Ir. F.Soehartono, M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah

berkenan meluangkan waktu, mencurahkan pikiran dan tenaganya guna

membimbing penulis menyelesaikan laporan, dengan diselingi humor-humor

ringan dan guyonannya.

Ir. M. Hasyir Naufalin, MT., selaku koordinator dan pembimbing lapangan,

terima kasih atas segala dukungan, dan waktu yang telah banyak terbuang

untuk membantu.

Ir. Nugrahanto, Ir. Taryoko dan Ir. Amin Dahrussalam, selaku pembimbing di

lapangan. Bersama orang-orang hebat seperti anda pekerjaan terasa lebih

ringan.

Seluruh teman-teman, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya.

Terima kasih atas motivasi dan kerjasamanya, termasuk dukungan sarana dan

prasarananya.

Page 5: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

v

SARI

GEOLOGI DAN STUDI ALTERASI HIDROTERMAL

DAERAH ANDULAN KECAMATAN WALENRANG UTARA

KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :

RIFKI FEBRIANTO

111.040.005

Lokasi penelitian secara UTM terletak pada zona 51M, berada di antara titik

175000 mE – 180000 mE dan 9690000 mS – 9696000 mS dan secara astronomis

terletak dikoordinat 02o45’00” LS sampai 02

o49’05” LS dan 120

o03’40,80” BT

sampai 120o07’18,04” BT.

Daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan geomorfologi dan empat sub

satuan geomorfologi yaitu satuan vulkanik yang mempunyai dua sub satuan, yaitu

sub satuan perbukitan vulkanik berlereng curam (V1), dan sub satuan perbukitan

vulkanik berlereng menengah (V2), satuan fluvial yang mempunyai satu sub satuan,

yaitu sub satuan dataran aluvial (F1), dan satuan struktural yang mempunyai satu sub

satuan yaitu sub satuan perbukitan homoklin (S9), (Van Zuidam, 1983). Pola aliran

di daerah telitian termasuk pola sub dendritik. Berdasarkan tingkat erosi dan stadia

sungai maka daerah telitian termasuk dalam stadia dewasa dimana dicirikan dengan

lembah sungai berbentuk “U”, bermunculan anak sungai dan erosi lateral lebih

dominan.

Stratigrafi daerah penelitian dari tua kemuda adalah satuan batugamping

(Formasi Toraja) berumur Eosen awal–tengah, satuan breksi (Formasi Gunungapi

Lamasi) berumur Oligosen, satuan andesit (Formasi Gunungapi Lamasi) berumur

Oligosen.

Hubungan stratigrafi antara batugamping dengan satuan yang ada diatasnya

adalah tidak selaras. Diatas batugamping diendapkan secara tidak selaras satuan

breksi (Formasi Gunungapi Lamasi), dan satuan andesit (Formasi Gunungapi

Lamasi), dimana hubungan antara breksi dan andesit ialah bersilang jari.

Struktur geologi yang berkembang juga sangat bervariasi, struktur geologi

yang terdapat pada daerah penelitian yaitu berupa kekar, baik kekar terorientasi

maupun kekar terorientasi semu. Pada daerah penelitian juga terdapat sesar, yaitu

sesar geser dan sesar normal yang mempunyai arah relatif tenggara-barat laut.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang didukung dengan hasil

analisis termasuk diantaranya analisis petrografi dan XRD, zona alterarsi yang

terdapat di daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga zonasi, antara lain

adalah, zona alterasi filik, yang kedua ialah zona alterasi advanced argilik dan yang

ketiga ialah zona alterasi propilitik.

Page 6: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,

dan karunia-Nya sehingga terselesaikannya laporan yang berjudul “Geologi dan

Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan kecamatan Walenrang Utara Kabupaten

Luwu Propinsi Sulawesi Selatan” ini.

Merupakan suatu pengalaman dan proses belajar yang tidak terlupakan,

menerapkan dan mengaplikasikan apa yang telah didapatkan didapatkan dari bangku

perkuliahan yang syarat akan teori-teori dan hukum-hukum, di lapangan. Pada

akhirnya penulis sadar bahwa segala sesuatu yang telah diberikan oleh para pengajar

selama ini ada maksud dan tujuan tersendiri yang kesemuanya demi kebaikan anak

didiknya.

Penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam

penyusunan laporan skripsi ini, sangatlah penulis harapkan masukan-masukan,

koreksi serta kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan

kualitas penulis dalam pembuatan laporan maupun karya tulis ilmiah pada

kesempatan berikutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat sesuai yang penulis

harapkan.

Yogyakarta, Juni 2011

Penulis

Page 7: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................................

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................................

SARI ..........................................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

DAFTAR TABEL ...................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................

DAFTAR FOTO .....................................................................................................

BAB 1 PEDAHULUAN...........................................................................................

1.1. Latar Belakang Penelitian .............................................................................

1.2. Sistematika Penelitian ...................................................................................

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian .....................................................................

1.4. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian ................................................

1.5. Rumusan Masalah .........................................................................................

1.6. Hasil Penelitian .............................................................................................

1.7. Manfaat Penelitian ........................................................................................

BAB 2 METODOLOGI KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI....................

2.1. Metodologi Peneletian ..................................................................................

2.2. Pengumpulan Data ........................................................................................

II.2.1. Sumber Data .....................................................................................

II.2.2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................

2.3. Bahan dan Alat .............................................................................................

2.4. Peneliti Terdahulu ........................................................................................

2.5. Dasar Teori Alterasi Hidrotermal .................................................................

2.5.1. Alterasi Hidrotermal ..........................................................................

2.5.2. Tipe Endapan Hidrotermal …………………………………………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xi

xii

1

1

2

2

2

3

4

4

6

6

8

8

8

9

10

11

12

14

Page 8: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

viii

2.5.2.a. Hipotermal .........................................................................

2.5.2.b. Mesotermal .........................................................................

2.5.2.c. Epitermal .............................................................................

2.5.3. Proses Alterasi Hidrotermal ...............................................................

2.5.2.a. Kaolinisasi ............................................................................

2.5.2.b. Serisitisasi .............................................................................

2.5.2.c. Silisifikasi .............................................................................

2.5.2.d. Propilitisasi ...........................................................................

2.5.2.e. Saussuritisasi .........................................................................

2.5.4. Ubahan ..............................................................................................

2.5.5. Pembagian Zonasi Ubahan …………………………………............

2.5.6. Model Zonasi Ubahan ……………………………………………...

2.5.6.1. Model Zona Ubahan Creasey (1966) ……………………....

2.5.6.2. Model Zonasi Ubahan Lowel dan Guilbert (1970) ………..

2.5.7. Resume ……………………………………………………………..

BAB 3 TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL .......................................................

3.1. Geomorfologi Regional ...............................................................................

3.2. Stratigrafi Regional ......................................................................................

3.2.1. Formasi Latimojong (K1)…………………………………………..

3.2.2. Formasi Toraja ……………………………………………………..

3.2.3. Batuan Gunungapi Lamasi (Tolv) ………………………………….

3.2.4. Formasi Date (Tomd) dan Formasi Makale (Tomm) ………………

3.2.5. Formasi Salowajo (Toms) ………………………………………….

3.2.6. Formasi Loka (Tml) ………………………………………………..

3.2.7. Formasi Mandar (Tmn) …………………………………………….

3.2.8. Formasi Sekala(Tmps) dan Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv)

3.2.9. Formasi Mapi (Tmpm)……………………………………………...

3.3. Struktur Geologi dan Tektonika ..................................................................

BAB 4 GEOLOGI DAERAH ANDULAN DAN SEKITARNYA ........................

4.1. Geomorfologi ...............................................................................................

14

14

14

15

15

15

16

16

16

16

18

20

20

21

22

25

25

27

27

27

27

28

28

28

28

29

29

30

36

36

Page 9: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

ix

4.1.1. Kelerengan ......................................................................................

4.1.2. Bentuk Lahan ....................................................................................

4.1.2.a. Satuan Perbukitan Vulkanik Berlereng Terjal (V1) ..........

4.1.2.b Satuan Perbukitan Vulkanik Berlereng Menengah (V2) ..

4.1.2.c. Satuan Dataran Aluvial (F1) …….....................................

4.1.2.d. Satuan Perbukitan Homoklin Berlereng Terjal (S9) …….

4.1.3. Pola Pengaliran ................................................................................

4.1.4. Stadia Geomorfologi .......................................................................

4.1.5. Morfogenesis ...................................................................................

4.2. Stratigrafi .....................................................................................................

4.2.1. Satuan Andesit Formasi Gunungapi Lamasi .......................................

4.2.2. Satuan Breksi Formasi Gunungapi Lamasi ......................................

4.2.3. Satuan Batugamping Formasi Toraja..............................................

4.3. Struktur Geologi ..........................................................................................

4.3.1. Struktur Kekar ..................................................................................

4.3.1.a. Kekar Terorientasi Semu ....................................................

4.3.1.b. Kekar terorientasi ..............................................................

4.3.2. Struktur Sesar ...................................................................................

4.3.2.a. Sesar Mataluntun .................................................................

4.3.2.b. Sesar Makawa ....................................................................

4.4. Analisis dan Interpretasi Pola Struktur Geologi .............................................

BAB 5 STUDI ALTERASI HIDROTERMAL……................................................

5.1. Alterasi Hidrotermal Daerah Sungai Mataluntun dan Makawa ....................

5.1.1. Alterasi Filik …..............................................................................

5.1.2. Alterasi Advanced Argilik ..................................................................

5.1.3. Alterasi Propilitik ……………………………………………………

5.2. Hasil Analisa Kadar AAS .............................................................................

5.3. Hubungan Alterasi Dengan Sruktur dan Litologi Pada Daerah Penelitian..

BAB 6 KESIMPULAN ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

LAMPIRAN .............................................................................................................

37

39

39

40

41

42

44

44

45

46

46

49

51

53

53

55

56

56

57

58

59

62

62

62

67

69

75

75

77

78

80

Page 10: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tipe-tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral (Creasy, 1966;

Lowell dan Guilbert, 1970 dalam anonim, 1997) ..............................

Tabel 3.1. Kolom stratigrafi regional (Djuri, dkk, 1998) ...................................

Tabel 4.1. Hubungan antara presentase sudut lereng dan beda tinggi dalam

klasifikasi relief (Van Zuidam, 1983).................................................

Tabel 4.2. Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan genetik ITC dalam

Van Zuidam 1983 ..............................................................................

Tabel 4.3. Kolom lithostratigrafi daerah telitian ................................................

Tabel 5.1. Hasil analisa XRD LP 48 ..................................................................

Tabel 5.2. Hasil analisa XRD LP 55 ..................................................................

Tabel 5.3. Tabulasi data kandungan unsur dari hasil analisa AAS ...................

13

30

37

38

46

66

73

75

Page 11: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Lokasi daerah telitian ......................................................................

Gambar 3.1. Peta satuan lithotektonik Sulawesi (Van Leeuwen, 1994) ..........

Gambar 3.2. Geologi regional Sulawesi (Hamilton, 1979) ..................................

Gambar 3.3. Pembagian Mandala Geologi Sulawesi (R.A.B. Sukamto, 1973),

Dibagian tengah mandala ini juga didapatkan suatu terban yang

memanjang kearah utara–selatan yang disebut terban Walanae.

Terban ini dibatasi oleh dua sesar normal yang berarah utara-

selatan. Kemudian terban ini terisi oleh produk-produk vulkanik

Kuarter..............................................................................................

Gambar 3.4. Tumbukan antara Mikrokontinen Banggai-Sula dengan subduksi

Sunda pada kala Pliosen akhir (Sartono, dkk. 1991)

................................................................................................

Gambar 4.1. Klasifikasi stadia geomorfologi, Lobeck, 1939...............................

Gambar 4.2. Hubungan antara Shear Joint, Extension dan Release Joint

terhadap prinsip arah tegasan ..........................................................

Gambar 4.3. Klasifikasi penamaan sesar berdasarkan (Rickard, 1972) ..........

Gambar 4.4. Mekanisme struktur geologi berdasarkan model teori strain

ellipsoid menurut Reidel (modifikasi dari teori Harding, 1974)

dalam Mc Clay, 1987 ......................................................................

Gambar 4.5. Mekanisme pembentukan struktur geologi daerah penelitian yang

menunjukkan arah umum tegasan maksimum relatif barat laut-

tenggara yang menyebabkan terbentuknya sesar geser Makawa

dan sesar turun Mataluntun .............................................................

Gambar 5.1. Grafik analisa XRD LP 48 ..............................................................

Gambar 5.2. Temperatur pembentukan mineral alterasi .....................................

Gambar 5.3. Grafik analisa XRD LP 55 ..............................................................

Gambar 5.4. Temperatur pembentukan mineral pada sampel alterasi propilitik

..........................................................................................................

3

25

33

34

35

45

54

57

60

62

65

67

72

74

Page 12: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

xii

DAFTAR FOTO

Foto 4.1. Satuan bentuklahan perbukitan vulkanik berlereng terjal di daerah

gunung Biang, arah kamera N040oE

............................................................................................................

Foto 4.2. Satuan bentuklahan perbukitan vulkanik berlereng terjal di daerah

sungai Mataluntun, arah kamera N040oE

............................................................................................................

Foto 4.3. Satuan bentuklahan perbukitanvulkanik berlereng menengah di

sebelah utara gunung Rangiri, arah kamera N043oE

............................................................................................................

Foto 4.4. Satuan bentuklahan dataran aluvial di daerah sungai Makawa, arah

kamera N336oE ..................................................................................

Foto 4.5. Satuan bentuklahan dataran aluvialdi daerah sungai Makawa, arah

kamera N138oE .................................................................................

Foto 4.6. Satuan bentuklahan perbukitan homoklin berlereng terjal, arah

kamera N260oE, lokasi pengamatan 39 ..........................................

Foto 4.7. Satuan bentuklahan perbukitan homoklin berlereng terjal, arah

kamera N254oE ..................................................................................

Foto 4.8. Singkapan andesit pada LP 23 dengan arah kamera N084°E………

Foto 4.9. Singkapan andesit dengan parameter palu geologi (Insert foto 4.8)

………………………………………………………………………

Foto 4.10. Sayatan batuan beku volkanik LP 23, beserta deskripsi petrografi

………………………………………………………………………

Foto 4.11. Singkapan breksi pada lokasi pengamatan 64 dengan kamera

menghadap N084°E ………………………………………………...

Foto 4.12. Singkapan breksi dengan parameter kompas geologi (insert foto

4.11.) ..................................................................................................

Foto 4.13. Sayatan batuan beku volkanik LP 64, beserta deskripsi

…………………………………….................................................

39

40

41

42

42

43

43

47

47

48

49

50

50

Page 13: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

xiii

Foto 4.14. Foto singkapan batugamping pada lokasi pengamatan LP 70

dengan arah kamera N270°E …………………………………………..

Foto 4.15. Singkapan batugamping dengan parameter kompas geologi LP 70

(insert foto 4.14) ……………………………………………………

Foto 4.16. Foto sayatan tipis LP 70, beserta deskripsi …………………………

Foto 4.17. Kekar terorientasi semu yang terletak pada lokasi pengamatan 27

daerah Gunung Biang, dengan arah kamera menghadap ke bawah

………………………………………………………………………

Foto 4.18. Kekar terorientasi yang dijumpai pada lokasi pengamatan 46,

dengan arah kamera menghadap ke bawah ………………...............

Foto 4.19. Zona hancuran (breksiasi) pada andesit, dan kenampakan kekar

pada lokasi pengamatan 52 dengan arah kamera N189°E ................

Foto 4.20. Bidang sesar mendatar, di daerah Makawa, arah kamera N327oE …

Foto 5.1. Singkapan andesit teralterasi didapatkan mineral pirit dan

kalkopirit yang menyebar pada batuan ..............................................

Foto 5.2. Andesit teralterasi dengan parameter uang logam (insert foto 5.1)

............................................................................................................

Foto 5.3. Sayatan batuan teralterasi, beserta deskripsi .....................................

Foto 5.4. Alterasi advanced argilik di batuan andesit pada satuan

andesit.................................................................................................

Foto 5.5. Singkapan andesit teralterasi dan didapatkan mineral pirit dan

kalkopirit yang menyebar pada batuan ……………………………..

Foto 5.6. Singkapan andesit teralterasi dengan parameter spidol (insert foto

5.5) ……………………………………………………………..

Foto 5.7. Sayatan batuan teralterasi, beserta deskripsi ………………………...

Foto 5.8. Sayatan poles batuan alterasi ……………………………..................

51

52

52

55

56

58

59

63

64

64

68

69

69

70

70

Page 14: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Saat ini bidang ilmu geologi mulai memiliki peranan sangat penting

dikalangan masyarakat, khususnya informasi mengenai kondisi geologi yang

berkembang dan bekerja di daerah tersebut. Dari perkembangan dan kemajuan ilmu

ini akan mendorong para ahli untuk melakukan penelitian secara regional, namun

masih diperlukan suatu penelitian yang lebih detail guna melengkapi data geologi

yang telah ada mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi serta

aspek geologi teraplikasi lainnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai

keadaan geologi daerah Andulan dan sekitarnya, Kecamatan Walenrang Utara,

Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data-data geologi

daerah Andulan yang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan

Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan, terutama untuk

pengembangan daerah tersebut.

Penelitian geologi lapangan ini meliputi kegiatan pemetaan terhadap aspek

geomorfologi yaitu dengan melihat permukaan bumi diantaranya gerakan tanah

proses erosi, bentukan sungai dan beberapa gejala lainnya. Aspek stratigrafi

membahas mengenai jenis batuan, urutan lapisan dan umur batuan yang ada di

daerah penelitian. Struktur geologi membahas mengenai pengaruh struktur yang

bekerja serta hubungannya dengan stratigrafi di daerah tersebut. Sedangkan potensi

bahan galian membahas mengenai indikasi penyebarannya yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan penduduk di daerah sekitar maupun oleh penduduk di luar daerah

tersebut, serta dapat menceritakan sejarah geologi daerah penelitian.

Page 15: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

2

1.2. Sistematika Penelitian

Dalam penyelesaiannya penulis melakukan pendekatan masalah dengan

melakukan penelitian dan pengamatan langsung di lapangan, penelitian laboratorium,

analisa dan sintesa, serta studi pustaka dengan harapan dapat membantu

menyelesaikan masalah geologi daerah telitian.

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan geologi

permukaan secara umum sebagai salah satu upaya untuk menyajikan informasi

geologi yang ada dengan menggunakan peta dasar skala 1: 25.000, serta melakukan

suatu analisa berdasar atas data pada daerah telitian, kemudian dibuat suatu laporan

penelitian untuk melengkapi persyaratan akademik yang sudah ditentukan oleh

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Yogyakarta untuk mendapatkan gelar sarjana program

pendidikan strata-1 (S1) dengan topik sesuai dengan teori yang didapatkan di bangku

perkuliahan serta aplikasinya.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kondisi geologi yang meliputi

aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan potensi bahan

galian

1.4. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian

Lokasi daerah penelitian terletak di Desa Andulan dan sekitarnya yang secara

administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten

Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan. Secara astronomis daerah penelitian terletak pada

koordinat 02o45’00” LS - 02

o49’05” LS dan 120

o03’40,80” BT - 120

o07’18,04” BT.

Daerah ini tergambar dalam peta tunjuk lokasi penelitian dan masuk dalam

peta lembar Palopo, nomor 2113-11 edisi I tahun 1991, yang diterbitkan oleh

Bakosurtanal Cibinong Bogor dengan skala 1 : 50.000. Luas daerah penelitian

yang diukur berdasarkan peta dasar berskala 1 : 50.000 adalah 5000 Ha.

Penelitian terletak di sebelah barat laut kota Palopo. Lokasi penelitian dapat dicapai

melalui jalan darat dengan kendaraan baik roda dua maupun roda empat, namun

Page 16: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

3

tidak semua lokasi dapat ditempuh dengan berkendaraan, ada beberapa daerah yang

harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Lokasi penelitian tersebut dapat dicapai :

Jakarta-Makasar dengan pesawat udara selama 2 jam

Makasar-Palopo dengan mobil selama 7 jam

Palopo-Kecamatan Walenrang Utara dengan mobil selama +1 jam

Pada perjalanan Palopo-Walenrang Utara, kondisi jalan masih beraspal, tetapi masuk

lokasi penelitian kondisi jalan belum beraspal.

Gambar 1.1. Lokasi daerah telitian

1.5. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kedalam beberapa

bagian, yaitu :

1. Bagaimana permasalahan geomorfologi pada daerah telitian?

Permasalahan yang timbul mengenai pembagian satuan geomorfik serta pola

pengaliran dan stadia geomorfologi daerah telitian.

2. Bagaimana permasalahan stratigrafi daerah telitian?

Page 17: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

4

Permasalahan yang timbul adalah mengenai batas penyebaran satuan batuan

seperti kontak antar dua satuan batuan yang dapat berupa batas tegas maupun

berangsur .

3. Bagaimana permasalahan struktur geologi daerah telitian?

Permasalahan yang timbul ialah mengenai struktur geologi apa saja yang

mengontrol daerah telitian.

1.6. Hasil Penelitian

Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu berupa :

1. Peta lokasi pengamatan, mencakup segala informasi lintasan pengukuran

kedudukan dan lithologi yang berkembang di daerah telitian.

2. Peta geomorfologi daerah telitian, mengandung informasi mengenai

geomorfologi daerah telitian yang meliputi bentuk asal dan bentukan lahan.

3. Peta geologi daerah telitian, mencakup segala informasi geologi mengenai

daerah telitian yang diantaranya sebaran litologi penyusun daerah telitian

serta struktur geologi yang berkembang.

4. Peta alterasi daerah telitian, mencakup informasi mengenai penyebaran

alterasi pada daerah telitian.

5. Peta semi detail alterasi daerah telitian, mencakup informasi mengenai

penyebaran alterasi pada daerah telitian.

1.7. Manfaat Penelitian

Adapun dari penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh manfaat-manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi keilmuan:

a. Mengetahui kondisi geologi daerah telitian.

b. Dapat mengetahui dan memahami alterasi hidrotermal dan hubungannya

dengan proses mineralisasi yang terbentuk serta faktor-faktor

pengontrolnya.

2. Bagi pemerintah :

a. Mengetahui lokasi keberadaan daerah daerah yang berpotensi .

Page 18: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

5

b. Sebagai acuan untuk perencanaan, kebijakan, penataan, pengendalian, dan

arah pembangunan yang akan diambil oleh pemerintah daerah Kabupaten

Luwu, pada daerah telitian.

c. Sebagai acuan pengembangan lokasi penambangan.

3. Bagi masyarakat :

a. Masyarakat setempat dapat mengetahui potensi yang terdapat didaerah

tersebut.

b. Sebagai wacana untuk melakukan pengembangan terhadap potensi

daerahnya.

Page 19: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

6

BAB 2

METODOLOGI KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Metode Penelitian

Pemetaan geologi yang dilakukan bersifat pemetaan permukaan melalui

observasi lapangan yang menggunakan jalur lintasan tertentu. Observasi yang

dilakukan di lapangan meliputi orientasi medan, pengamatan morfologi, pengamatan

singkapan dan batuan, pengukuran, serta pengambilan sampel batuan.

Sebelum melakukan observasi ke lapangan, terlebih dahulu melakukan

analisis data sekunder yang didapatkan dari pustaka dan sumber yang lain yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan observasi lapangan

secara detail. Setelah mendapatkan data dari hasil observasi lapangan, langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis data tersebut yang kemudian disusun sebagai

laporan. Adapun beberapa metodologi yang dipergunakan dalam penelitian dan

pembuatan laporan geologi ini adalah sebagai berikut :

1. Studi pustaka

Studi pustaka mempelajari geologi daerah Sulawesi dan daerah penelitian

berdasarkan publikasi–publikasi dan literatur–literatur yang telah dibuat oleh

peneliti terdahulu. Hal ini sangat penting untuk mengetahui geologi dan

aspek–aspek teoritis dalam ilmu geologi yang berguna sebagai dasar

pemikiran dalam penyelesaian masalah geologi yang dihadapi di lapangan.

Tahapan ini dilakukan sebelum penelitian lapangan dilaksanakan.

2. Pemetaan awal

Pemetaan awal ini sangat berguna untuk mengetahui nama–nama desa atau

daerah yang ada pada daerah penelitian, serta mengetahui macam–macam

lithologi dan penyebarannya. Kegiatan semacam ini sangat berguna untuk

menentukan jalur dan kegiatan penelitian.

3. Pemetaan

Pemetaan ini meliputi :

a. Pengamatan jenis batuan.

Page 20: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

7

b. Hubungan antar jenis batuan.

c. Struktur geologi.

d. Struktur sedimen, maupun gejala-gejala geologi lainya.

Apabila mendapatkan kesulitan–kesulitan dalam tahapan–tahapan ini, maka

diadakan diskusi bersama dengan tim dan pembimbing lapangan dalam

mencari penyelesaian masalahnya. Kemudian disinkronkan dengan

penyebaran lateral geologi dengan daerah yang bertampalan dan bila

dianggap perlu diadakan penelitian lapangan bersama–sama.

4. Tahapan pemeriksaan ulang

Tahapan ini dilakukan bersama–sama dengan dosen pembimbing yang

bertujuan untuk memecahkan masalah–masalah dan kesulitan–kesulitan

geologi yang penulis hadapi selama melakukan penelitian di lapangan.

5. Analisa

Tahapan analisa ini meliputi berbagai macam kegiatan–kegiatan

laboratorium, diantaranya adalah :

a. Tahap analisis geomorfologi

Meliputi analisis data lapangan, pengelompokan dan pemerian satuan

geomorfik, analisis sungai, analisis stadia daerah dan morfogenesis.

b. Tahap deskripsi petrografi

Melakukan pengamatan sayatan tipis batuan yang meliputi pengamatan

struktur, tekstur dan komposisi mineralogi/materi penyusun batuan dengan

bantuan mikroskop polarisasi dengan tujuan mengklasifikasikan batuan

dan membantu interpretasi petrogenesa batuan.

c. Tahap identifikasi paleontologi

Melakukan pengamatan makropaleontologi dan atau mikropaleontologi

dengan tujuan untuk membantu menentukan umur.

d. Tahap analisis struktur geologi

Melakukan analisis data struktur geologi dengan bantuan metode-metode

yang ada (diagram kipas, stereonet) dan merekonstruksi struktur geologi

dengan mengacu pada teori dan model yang sudah ada.

Page 21: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

8

6. Sintesa

Tahapan ini adalah kelanjutan dari tahapan analisa yang selanjutnya penulis

mencoba untuk menerapkan konsep atau model serta teori–teori geologi yang

ada dalam memecahkan fenomena–fenomena geologi yang ada pada daerah

penelitian.

7. Pembuatan laporan

Pembuatan laporan merupakan kegiatan paling akhir setelah tahapan–tahapan

tersebut di atas dilakukan dan selanjutnya nanti dipresentasikan.

2.2. Pengumpulan Data

2.2.1. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari hasil survei lapangan (data primer) dan data yang

diperoleh melalui survei instansional (data sekunder), yaitu:

a. Data primer adalah data yang langsung diambil dari lapangan, yaitu:

Data bentuklahan (morfografi, morfometri dan morfogenesa) dan

hubungannya dengan sebaran daerah telitian.

Data geologi (litologi, stratigrafi dan struktur geologi) di lokasi penelitian

Data pengukuran-pengukuran kedudukan batuan dan kedudukan struktur

geologi di lapangan.

b. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu:

Data peta geologi berikut laporan yang diperoleh dari instansi terkait

seperti dinas energi dan sumberdaya mineral Propinsi Sulawesi Selatan,

Bakosurtanal (Cibinong), hasil penelitian dari pemerintah kabupaten

Luwu, P3G.

Data hasil analisa laboratorium dari sampel yang sudah diambil di lokasi

penelitian.

2.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, yaitu:

a. Pengumpulan data sekunder, diperoleh dari:

Peta rupabumi dari Bakosurtanal di outlet Bakosurtanal.

Page 22: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

9

Peta geologi regional dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

(P3G) di Bandung.

Hasil analisa laboratorium yang berasal dari laboratorium terkait.

b. Pengumpulan data primer diperoleh dari:

Pemetaan langsung dilapangan, melalui pemetaan awal dan pemetaan semi

detail dengan skala 1:25.000.

Pengamatan langsung di lapangan, meliputi aspek geologi (batuan, struktur

geologi dan sedimentologi), geomorfologi dan stratigrafi.

2.3. Bahan dan Alat

Beberapa peralatan dan bahan yang dipergunakan untuk kelancaran penelitian

geologi ini adalah sebagai berikut :

1. Peta topografi skala 1 : 25.000.

Digunakan sebagai peta dasar untuk melakukan orientasi medan dan

pengeplotan titik pengamatan di lapangan.

2. Peta geologi lembar Malili, Majene, dan lembar Palopo bagian barat dengan

skala 1 : 250.000.

3. Palu geologi.

Digunakan untuk mengambil sampel batuan yang ada di lokasi pengamatan.

4. Lup.

Digunakan untuk mengamati sampel batuan yang diambil serta untuk

mengamati komposisi penyusun batuan tersebut.

5. Komparator lithologi, ukuran butir serta klasifikasi dasar penamaan batuan.

6. Kantong sampel.

Digunakan sebagai tempat sampel untuk digunakan pada saat analisa

laboratorium.

7. Kompas geologi.

Digunakan untuk melakukan orientasi medan/pengeplotan titik pengamatan,

mengukur kelerengan morfologi dan untuk mengukur data struktur baik

struktur primer maupun sekunder.

8. Buku catatan lapangan.

Page 23: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

10

Digunakan untuk mencatat data-data yang ada pada saat melakukan observasi

lapangan.

9. Clipboard.

Digunakan sebagai alas peta topografi dan sebagai alat bantu dalam

melakukan pengukuran data-data di lapangan.

10. Alat tulis.

Digunakan sebagai alat untuk tulis-menulis di lapangan.

11. Penggaris dalam berbagai bentuk.

Digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan pengeplotan titik

pengamatan.

12. Busur derajat.

Digunakan sebagai alat bantu dalam orientasi medan.

13. Kamera.

Digunakan untuk mengambil data lapangan.

14. HCl 0,1 M.

Digunakan untuk mengetes ada tidaknya kandungan karbonat dalam suatu

batuan.

15. Tas ransel.

Digunakan sebagai tempat untuk menyimpan semua peralatan yang

digunakan di lapangan.

2.4. Peneliti Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian di daerah Pulau

Sulawesi diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Djuri dan Sudjatmiko (1949), melakukan pemetaan geologi pada lembar

Majene dan bagian barat lembar Palopo menurut pembagian dari dinas

topografi. Hasil dari pemetaan ini diterbitkan sebagai peta geologi skala 1 :

250.000 dan secara resmi disebut sebagai peta lembar majene beserta

keterangan peta dan laporan tertulisnya.

2. Rab. Sukamto (1975), menurutnya ada tiga mandala geologi yang dapat di

wilayah Sulawesi dan sekitarnya. Perbedaan itu terdapat pada stratigrafi,

struktur, dan sejarah geologinya. Ketiga mandala geologi tersebut adalah :

Page 24: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

11

a. Mandala Banggai-Sula

b. Mandala Sulawesi Timur

c. Mandala Sulawesi Barat

3. Hamilton.W (1979), dalam “Tectonic of The Indonesian Region”,

menekankan bahwa adanya pulau-pulau dari kelompok Punggungan Sula

merupakan fragmen-fragmen kebenuaan yang berasal dari New Guinea

(Papua) yang bertumbukan dengan Sulawesi bagian timur yang terjadi pada

Kala Tersier Tengah atau Miosen Tengah.

4. Rab. Sukamto dan Simandjuntak T.O. (1983), dalam “Tectonic Relationship

Between Geology Province of Western Sulawesi and Banggai-Sula In The

Light of Sedimention Aspect”.

2.5. Dasar Teori Alterasi Hidrotermal

Bateman (1956), menyatakan bahwa larutan hidrotermal adalah suatu cairan

atau fluida yang panas, kemudian bergerak naik ke atas dengan membawa

komponen-komponen mineral logam, fluida ini merupakan larutan sisa yang

dihasilkan pada proses pembekuan magma.

Alterasi dan mineralisasi adalah suatu bentuk perubahan komposisi pada

batuan baik itu kimia, fisika ataupun mineralogi sebagai akibat pengaruh cairan

hidrotermal pada batuan, perubahan yang terjadi dapat berupa rekristalisasi,

penambahan mineral baru, larutnya mineral yang telah ada, penyusunan kembali

komponen kimia-nya atau perubahan sifat fisik seperti permeabilitas dan porositas

batuan ( Pirajno,1992).

Alterasi dan mineralisasi bisa juga termasuk dalam proses pergantian unsur-

unsur tertentu dari mineral yang ada pada batuan dinding digantikan oleh unsur lain

yang berasal dari larutan hidrotermal sehingga menjadi lebih stabil. Proses ini

berlangsung dengan cara pertukaran ion dan tidak melalui proses pelarutan total,

artinya tidak semua unsur penyusun mineral yang digantikan melainkan hanya unsur-

unsur tertentu saja.

Page 25: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

12

2.5.1. Alterasi Hidrotermal

Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks yang melibatkan

perubahan mineralogi, kimiawi, tekstur, dan hasil interaksi fluida dengan batuan

yang dilewatinya. Perubahan–perubahan tersebut akan bergantung pada karakter

batuan dinding, karakter fluida (Eh, pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada

saat reaksi berlangsung, konsentrasi, serta lama aktifitas hidrotermal. Walaupun

faktor–faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida kemungkinan

merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal.

Menurut Corbett dan Leach (1996), faktor yang mempengaruhi proses

alterasi hidrotermal adalah sebagai berikut :

a. Temperatur dan tekanan

Peningkatan suhu membentuk mineral yang terhidrasi lebih stabil, suhu juga

berpengaruh terhadap tingkat kristalinitas mineral, pada suhu yang lebih

tinggi akan membentuk suatu mineral menjadi lebih kristalin, menurut Noel

White (1996), kondisi suhu dengan tekanan dapat dideterminasi berdasarkan

tipe alterasi yang terbentuk. Temperatur dan tekanan juga berpengaruh

terhadap kemampuan larutan hidrotermal untuk bergerak, bereaksi dan

berdifusi, melarutkan serta membawa bahan–bahan yang akan bereaksi

dengan batuan samping.

b. Permeabilitas

Permeabilitas akan menjadi lebih besar pada kondisi batuan yang terekahkan

serta pada batuan yang berpermeabilitas tinggi hal tersebut akan

mempermudah pergerakan fluida yang selanjutnya akan memperbanyak

kontak reaksi antara fluida dengan batuan.

c. Komposisi kimia dan konsentrasi larutan hidrotermal

Komposisi kimia dan konsentrasi larutan panas yang bergerak, bereaksi dan

berdifusi memiliki pH yang berbeda-beda sehingga banyak mengandung

klorida dan sulfida, konsentrasi encer sehingga memudahkan untuk bergerak.

d. Komposisi batuan samping

Komposisi batuan samping sangat berpengaruh terhadap penerimaan bahan

larutan hidrotermal sehingga memungkinkan terjadinya alterasi.

Page 26: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

13

Tabel 2.1. Tipe-tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral.(Creasey, 1966; Lowell dan

Guilbert, 1970 dalam Anonim, 1997) .

Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrothermal akan menghasilkan kumpulan

mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral (mineral assemblage)

(Corbett & Leach, 1996). Secara umum himpunan mineral tertentu akan

mencerminkan tipe alterasinya.

Tipe Mineral Kunci Mineral Asesoris Keterangan

Propilitik

Klorit

Epidot

Karbonat

Albit

Kuarsa

Kalsit

Pirit

Lempung/illit

Oksida besi

Temperatur 200 – 300oC ,

salinitas beragam, pH mendekati

netral , daerah dengan permeabilitas

rendah

Argilik

Smektit

Montmorilonit

Illit-smektit

Kaolinit

Pirit

Klorit

Kalsit

Kuarsa

Temperatur 100 – 300oC, salinitas

rendah, pH asam – netral .

Advanced

Argilik

(low

temperature)

Kaolinit

Alunit

Kalsedon

Kristobalit

Kuarsa

Pirit

Temperatur 180oC, pH asam

Advanced

Argilik (high

temperature)

Pirofilit

Diaspor

Andalusit

Kuarsa

Tourmalin

Enargit

Luzonit

Temperatur 250 – 350oC, pH asam

Potasik

Adularia

Biotit

Kuarsa

Klorit

Epidot

Pirit

Illit-serisit

Temperatur > 300oC, salinitas tinggi,

dekat dengan batuan intrusif .

Filik

Kuarsa

Serisit

Pirit

Anhidrit

Pirit

Kalsit

Rutil

Temperatur 230 – 400oC, salinitas

beragam, pH asam – neutral, zona

permeable pada batas urat .

Serisitik

Serisit (illit)

Kuarsa

Muskovit

Pirit

Illit-serisit -

Silisik Kuarsa

Pirit

Illit-serisit

Adularia

-

Skarn Garnet

Piroksen

Amfibol

Epidot

Magnetit

Wolastonit

Klorit

Biotit

Temperatur 300 – 700oC, salinitas

tinggi, umum pada batuan samping

karbonat

Page 27: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

14

2.5.2. Tipe Endapan Hidrotermal

Berdasarkan jauh dekat terjadinya proses alterasi hidrotermal, serta

temperatur dan tekanan pada saat terbentuknya mineral-mineral, Lingrend (1983)

dan Beteman (1962) membagi tiga golongan alterasi hidrotermal, yaitu :

1. Endapan Hipotermal dengan ciri sebagai berikut :

a. Endapan berasosiasi dengan dike (korok) atau vein (urat) dengan

kedalaman yang besar.

b.“Wall Rock Alteration”, dicirikan oleh adanya replacement yang kuat

dengan asosiasi mineral : albit, biotit, kalsit, pirit, kalkopirit, kasiterit,

emas, hornblende, plagioklas, dan kuarsa.

c. Asosiasi mineral sulfida dan oksida pada intrusi granit sering diikuti

pembentukan mineral logam, yaitu : Au, Pb, Sn, dan Zn.

d.Tekanan dan temperatur relatif paling tinggi yaitu 500°C – 600°C

e. Merupakan jebakan hidrotermal paling dalam

2. Endapan mesotermal mempunyai ciri-ciri :

a. Endapan berupa “cavity filling” dan kadang-kadang mengalami

proses replacement dan pengkayaan.

b.Asosiasi mineral : klorit, emas, serisit, kalsit, pirit, kuarsa.

c. Asosiasi mineral sulfida dan oksida batuan beku asam dan batuan

beku basa dekat dengan permukaan.

d.Tekanan dan temperatur medium, yaitu : 300°C – 372°C.

e. Terletak di atas hipotermal.

3. Endapan epitermal mempunyai ciri–ciri :

a. Endapan dekat dengan permukaan dan replacement tidak pernah

dijumpai.

b.Asosiasi mineral : kalsit, klorit, kalkopirit, dolomit, emas, kaolin,

muskovit, zeolit, dan kuarsa.

c. Asosiasi mineral logam (Au dan Ag) dengan mineral gangue.

d. Tekanan dan temperatur rendah yaitu 50°C – 300°C.

Page 28: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

15

2.5.3. Proses Alterasi Hidrotermal

Proses alterasi hidrotermal akan tergantung daripada kondisi-kondisi geologi

zona jebakan, antara lain aspek fisik, kimia, dan temperatur baik dari pengaruh

larutan magma maupun dari pengaruh–pengaruh luar lainnya. Proses-proses alterasi

hidrotermal tersebut antara lain :

a. Kaolinisasi

b. Serisitisasi

c. Silisifikasi

d. Propilitisasi

e. Saussuritisasi

2.5.3. a. Kaolinisasi

Menurut Ries dan Watson (1958) bahwa alkali feldspar dan plagioklas asam

dapat terubah menjadi mineral kaolin karena proses pelapukan yang intensif dan

disertai dengan penggantian unsur K secara sempurna.

Kaolin dapat pula terjadi di bawah kondisi hidrotermal. Pada ortoklas,

mineral kaolin akan terlihat seperti kabut, sedangkan pada plagioklas asam kaolin

akan terlihat seperti bintik-bintik dalam satu warna. Kaolinisasi terjadi karena

pengaruh larutan sisa magma dan dapat pula terjadi karena sirkulasi vertikal ataupun

lateral dari air permukaan.

2.5.3.b. Serisitisasi

Menurut Ries dan Watson (1958), proses pelapukan mineral feldspar

teralterasi menjadi serisit. Proses ini disebabkan oleh larutan sisa magma dan gas air

permukaan yang mengandung gas CO. Pada umumnya proses serisitisasi terjadi pada

daerah dekat dengan vein dan dekat dengan sumber panas. Biasanya proses

serisitisasi mengakibatkan penambahan mineral serisit dan kuarsa sekunder yang

berasal dari feldspar. Mineral serisit yang terbentuk akan terlihat seperti bintik-bintik

halus bersama kuarsa halus dalam feldspar.

Page 29: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

16

2.5.3.c. Silisifikasi

Proses ini terjadi karena introduksi (pemasukan) silikat oleh larutan magma

akhir. Silisifikasi biasanya terbentuk dari alterasi yang berhubungan dengan

pengendapan bijih primer dan dapat pula terjadi pada “post alteration”, yaitu suatu

pengisian pada rongga atau rekahan dari pengaruh luar atau pengaruh dari dalam

batuan itu sendiri. Peristiwa ini sering terjadi pada batuan asam, dan sangat jarang

dijumpai pada batuan basa. Kadang-kadang kuarsa terbentuk sebagai rijang dan

struktur asli dari batuan masih terlihat.

2.5.3.d. Propilitisasi

Menurut Walstrom, propilitisasi adalah hasil alterasi hidrotermal yang

disertai pemasukan yang terbentuk setempat. Kemungkinan mineral yang terbentuk

adalah karbonat, silikat sekunder, klorit, dan sulfida sekunder. Proses akan terjadi

secara maksimal jika batuan berbutir sedang pada daerah mesotermal ataupun

epitermal bawah.

Proses propilitisasi terjadi disebabkan larutan hidrotermal mengandung asam

sulfida pada batuan beku asam sampai intermediet. Proses ini merupakan campuran

dari kwarsa, klorit, alkali feldspar, zeolit, dan disertai adanya pirit. Banyak propilit

ditemukan berhubungan dengan tubuh bijih. Kenampakan alterasi ini pada tingkat

awal, ditandai dengan warna hijau kecoklatan yang disebabkan oleh perubahan

hornblende dan biotit menjadi klorit.

2.5.3.e. Saussuritisasi

Proses ini terjadi karena pengaruh larutan hidrotermal dan sirkulasi air

permukaan yang mengakibatkan terubahnya plagioklas menjadi mineral-mineral

saussurit, yaitu : klorit, albit, kalsit, hornblende, aktinolit, prehnit, dan epidot.

2.5.4. Ubahan

Secara umum di dalam urut-urutan zona ubahan dari batuan asal dimulai dari

yang paling dalam yaitu : zona potasik yang dicirikan dengan hadirnya mineral-

mineral kuarsa, K-feldspar, biotit, serisit, anhidrit yang hadir dalam batuan. Zona

yang kedua adalah zona filik yang dicirikan oleh kehadiran mineral kuarsa, serisit,

dan pirit. Zona propilitik terjadi mobilitas unsur pengkayaan Ca, dimana unsur dari

Page 30: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

17

plagioklas dan piroksen akan terubah menjadi epidot dan klorit. Pada zona argilik

terjadi pengkayaan Al, dimana plagioklas dalam kondisi jenuh H2O akan terubah

menjadi kaolinit. Pada kedua zona tersebut akan terjadi pengkayaan Fe dan Mg,

dimana klorit berasal dari ubahan biotit, plagioklas, dan piroksen. Pengkayaan SiO2

di dalam batuan ubahan disebabkan oleh pengendapan lokal kuarsa di dalam urat

kecil, sedangkan pada zona klorit akan ditunjukkan oleh pengkayaan MgO dan

penurunan CaO. Pada batuan kuarsa adularia terjadi penambahan Si, Al, dan K serta

penurunan dalam Mg, Ca, Na, dan H2O.

Tingkat ubahan secara petrologi didasarkan oleh pengkayaan mineral ubahan

yang terjadi. Temperatur dan komposisi kimia fluida diasumsikan sebagai faktor

yang sangat penting di dalam tingkat ubahan, bila dibandingkan dengan kedalaman.

Mineral ubahan terjadi di dalam keseimbangan kimia dan temperatur yang khas

(Elders, dkk, 1979), dan komposisi batuan akan terubah selama proses alterasi

(Elders, dkk, 1979). Selama proses hidrotermal berlangsung maka terjadi mobilisasi

unsur kimia mineral.

Pada zona propilitik terjadi penambahan O2, H2, dan CO2 serta dicirikan oleh

pembentukan epidot, klorit, albit, dan kalsit. Sedangkan proses yang

bertanggungjawab pada zona ini adalah metasomatis. Kehadiran himpunan mineral

ubahan tersebut mencirikan terjadinya pengkayaan kalsium, besi, dan magnesium.

Plagioklas dan piroksen berasal dari batuan asal, pada zona ini akan terubah menjadi

albit, epidot, klorit, kalsit, dan kuarsa dalam persamaan reaksi :

2Na(Al Si3 O8) Ca(Al2 SiO8) + 2Ca (Mg Fe) (Si2 O3) + 2(Mg Fe) 2(SiO2) + 5O2

Plagioklas Klinopiroksen Orthopiroksen

+ 4H2O + 2CO3 3Na AlSi3O8 + Ca2Al2Fe3 (O(OH))

Albit Epidot

(SiO2)) + (Mg Fe) 5Al (OH) 8(Al Si2 O8) + 2 CaCO3 + 4SiO2

Klorit Kalsit Kuarsa

Zona argilik dicirikan oleh hadirnya mineral lempung seperti kaolinit, ilit,

monmorilonit, dan klorit, pada batuan asal dengan mineral plagioklas akan terubah

Page 31: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

18

menjadi kaolinit dalam kondisi jenuh H2O, dimana hal ini terjadi penghilangan

kalium, magnesium, dan besi. Proses ini berlangsung pada kondisi diagenesa.

Pada pembentukan klorit terjadi pengkayaan besi, magnesium, dan sedikit

aluminium. Disamping itu terjadi penghilangan kalium sehingga pada pembentukan

klorit berlangsung dari titik keseimbangan feldspar dan biotit. Selain itu

monmorilonit juga berlangsung dari titik kesetimbangan feldspar dan biotit dalam

kondisi jenuh H2O. Plagioklas di dalam batuan asal terubah menjadi kaolinit dapat

diikuti dalam persamaan reasi sebagai berikut :

3Na Al2Si3O8 + 2H2O Al2 Si2 O3 (OH)4 + 4 SiO2 + Na2 O

Albit Kaolinit

Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa batuan asal

dengan komposisi mineral plagioklas, piroksen, biotit, dan gelas mengalami ubahan

hidrotermal dengan mineral ubahan seperti : serisit, epidot, klorit, kaolinit,

monmorilonit, dan kuarsa

2.5.5. Pembagian Zonasi Ubahan

Menurut Corbett & Leach (1996), pada alterasi hidrotermal dapat dibagi

menjadi 6 zonasi ubahan, yaitu:

1) Potasik

Mineral utama dalam alterasi ini berupa potash feldspar sekunder & biotit

sekunder, serta aktinolit + klinopiroksen.

2) Silisik

Zona alterasi ini dicirikan oleh kehadiran mineral dari kelompok silika yang

stabil pada pH < 2. Kuarsa akan terbentuk pada suhu tinggi sedangkan pada

suhu rendah (< 10000 C) akan terbentuk opal silika, kristobalit, tridimit, pada

suhu menengah (1000-20000 C) akan terbentuk kalsedon.

3) Filik

Dicirikan oleh serisitisasi hampir seluruh mineral silikat, kecuali kuarsa.

Plagioklas feldspar tergantikan oleh serisit dan kuarsa halus. K-Feldspar

magmatik juga mengalami serisitisasi tapi lebih kecil intensitasnya dari

plagioklas.

Page 32: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

19

4) Argilik Lanjut (Advanced Argilik)

Alterasi ini terbentuk dari hasil pencucian alkali dan kalsium dari fase

alumina seperti feldspar dan mika, tetapi hanya hadir jika aluminium tidak

bersifat mobile, apalagi aluminium bergerak lagi diikuti dengn bertambahnya

serisit dan terjadi alterasi serisit (Evans, 1992). Alterasi advanced argilik ini

dicirikan oleh hadirnya mineral yang terbentuk pada kondisi asam terutama

kaolinit, dickit, piropilit, diaspor, alunit, jarosit dan zunyit. Perlu dibedakan

antara alterasi hipogen dan supergen. Alterasi advanced argilik hipogen

terbentuk hasil kondensasi gas alam (terutama gas HCl) dan

ketidakseimbangan SO2 dalam membentuk asam sulfur dan hidrogen sulfida.

Alterasi advanced arrgilik supergen dapat terbentuk dalam 2 macam, pertama

terbentuk oleh kondensasi gas hasil pendidihan fluida hidrotermal yang

membentuk air tanah yang teroksidasi. Oksidasi oleh atmosfer merubah H2S

membentuk asam sulfur yang akan merombak silikat dan akan membentuk

kaolinit dan alunit. Pada proses ikatan silikat terlepas akan membentuk

desposit (dengan alunit) sebagai layer silikaan pada permukaan air tanah.

Erosi yang datang kemudian membentuk layer silikaan yang berasal dari

kaolinit dan membentuk silika cap. Kedua alterasi ini terbentuk oleh

pelapukan batuan kaya sulfida, oksida sulfida membentuk asam sulfur yang

merusak batuan kemudian membentuk kaolinit & alunit.

5) Argilik

Jenis alterasi ini dicirikan dengan kehadiran anggota dari kaolin (Halloysit,

kaolinit dan dickit) dan illit (smektit, interlayer, illit-smektit, illit), serta

asosiasi mineral transisi yang terbentuk pada pH menengah dan suhu rendah.

Kelompok dari mineral temperatur rendah-transisi yaitu kelompok klorit-illit

juga hadir.

6) Propilitik

Jenis alterasi ini umumnya dicirikan oleh kehadiran mineral klorit – epidot –

aktinolit. Menurut White (1996), alterasi ini mempunyai penyebaran yang

terluas dan kaitannya secara langsung dengan mineralisasi sangat kecil.

Page 33: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

20

Kristal plagioklas mengalami argilitisasi dengan intensitas kecil, biotit

mengalami perubahan menjadi klorit dengan atau tanpa karbonat.

2.5.6. Model Zonasi Ubahan

Model zona ubahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu proses ubahan yang

dibuat berdasarkan atas genetik dan deskriptif. Model tersebut antara lain :

2.5.6.1. Model Zona Ubahan Creasey (1966)

Berdasarkan genetiknya, Creasey membagi zona ubahan menjadi:

a) Zona Propilitik

Zona ini dapat dibagi menjadi empat :

i. Klorit – kalsit – kaolin

ii. Klorit – kalsit – talk

iii. Klorit – epidot – kalsit

iv. Klorit – epidot

Kelompok i, ii, dan iii terbentuk pada lingkungan CO2 tinggi, sedangkan

kelompok iv pada lingkungan CO2 rendah. Himpunan mineral di atas kecuali

kelompok ii merupakan batas terluar yang mengelilingi endapan tembaga

porfiri pada batuan intermediet-kuarsa/granodiorit. Himpunan mineral ii

dijumpai pada batuan mafik seperti diorit dan diabas yang mengalami

propilitisasi. Tidak semua mineral di atas hadir dalam keadaan setimbang.

Mineral lain dapat hadir dalam tiap kelompok apabila suatu komponen

tertentu ditambah kedalam sistem.

b) Zona Argilik

Zona ini ditunjukkan oleh hadirnya mineral lempung (kaolin dan

monmorilonit) serta hilangnya kandungan mineral kelompok epidot dan

karbonat. Zona ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

i. Muskovit – kaolin – monmorilonit

ii. Muskovit – klorit – monmorilonit

Pada himpunan mineral di atas, mineral kuarsa selalu hadir. Pirit akan hadir

apabila komponen FeS2 terdapat dalam sistem, demikian pula mineral

tembaga lainnya seperti kalkopirit. K-feldspar bukan merupakan mineral

Page 34: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

21

stabil yang dapat hadir pada ubahan ini, karena temperatur zona ini baru stabil

antara 400°C – 800°C.

c) Zona Potasik

Zona ini dicirikan dengan munculnya biotit – muskovit – K-feldspar atau

salah satu mineral tersebut dimana mineral penunjuk yang hadir sebagai

mineral baru (mineral sekunder). Mineral bijih kalkopirit merupakan satu-

satunya mineral hipogen yang banyak terdapat pada zona ini.

2.5.6.2. Model Zona Ubahan Lowell dan Guilbert (1970)

Mereka membuat zona hidrotermal di San Manuel-Kalamazoo (Amerika Serikat)

dengan pola konsentris dari bagian tengah ke luar adalah sebagai berikut :

a) Zona Potasik

Sebagai mineral petunjuk dalam zona ini adalah mineral ortoklas – biotit atau

ortoklas – biotit – klorit. Mineral penunjuk seperti biotit – klorit – K-feldspar

– kuarsa – serisit – anhidrit terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe

dan Mg yang diikuti mineral sulfida dengan kadar rendah.

b) Zona Filik

Mineral pencirinya adalah kuarsa – serisit – pirit dan sedikit klorit, hidro

mika, rutil, dan kadang-kadang pirofilit. Pirit dan kalkopirit sering muncul

yang merupakan mineral bijih utama pada endapan tembaga porfiri. Kontak

antara zona potasik dengan filik secara berangsur.

c) Zona Argilik

Ditandai dengan ubahan mineral plagioklas menjadi kaolin-monmorilonit.

Tipe ubahan argilik lanjut terutama ditunjukkan dengan kehadiran pirofilit

dan topas.

d) Zona Propilitik

Merupakan zona ubahan terluar yang selalu muncul pada endapan tembaga

porfiri. Klorit merupakan mineral ubahan umum dan berasosiasi dengan

kalsit, pirit, dan epidot. Plagioklas biasanya masih segar dan sebagian terubah

Page 35: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

22

menjadi mineral lempung. Biotit diganti oleh mineral klorit/karbonat. Kuarsa

tidak terlalu efektif terubah, kalkopirit jarang, dan pirit hadir sangat sedikit.

2.5.7. RESUME

Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50

sampai >500C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang

bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua

komponen utama, yaitu : sumber panas dan sumber fluida.

Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan

dinding menjadi tidak stabil, dan cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru

dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisi yang baru, yang

dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal.

Beberapa hal yang dapat digaris bawahi diantaranya ialah :

1. Sumber panas

Dalam hal ini magmatisme, tempat dimana terjadi proses magmatisme, cenderung

terbentuk sistem hidrotermal. Baik magmatisme yang membentuk plutonisme

maupun vulkanisme.

2. Fluida

Fluida hidrotermal dapat berasal dari:

• Fluida Magmatik

• Air Meterorik

• Air Connate

• Air Metamorfik

• Air Laut

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

• karakter batuan dinding,

• karakter fluida (Eh, pH),

Page 36: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

23

• kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert

dan Park, 1986),

• konsentrasi, serta lama aktivitas hidrotermal (Browne, 1991 dalam Corbett

dan Leach, 1996).

• temperatur dan kimia fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh pada

proses ubahan hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996).

4. Pola alterasi

Pervasive

Penggantian seluruh atau sebagian besar mineral pembentuk batuan

Selectively Pervasive

Proses ubahan hanya terjadi pada mineral-mineral tertentu pada batuan. misalnya

klorit pada andesit hanya mengganti piroksen saja.

Non pervasive

5. Intensitas alterasi

• Tidak terubah

• Lemah

• Kuat

• Sangat kuat

6. Tipe alterasi berdasarkan himpunan mineral (Creasey, 1966; Lowell dan Guilbert,

1970, dalam Anonim, 1997) .

• Propilitik

• Argilic

• Advanced argilic low temperature

• Advanced argilic high temperature

• Potasik

• Filik

• Serisitik

• Silisik

• Skarn

Page 37: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

24

Gambar 3.1. Peta satuan litotektonik Sulawesi (Van Leeuwen,1994)

BAB 3

TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

3.1. Geomorfologi Regional

Sulawesi terletak pada pertemuan lempeng besar Eurasia, lempeng Pasifik,

serta sejumlah lempeng lebih kecil (lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi

tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan

bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses

penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).

Berdasarkan keadaan litotektonik, Sulawesi dibagi tiga mandala, yaitu : mandala

barat sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda,

mandala tengah berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai

bagian dari blok Australia, dan mandala timur berupa ofiolit yang merupakan

segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen

(Gambar 3.1).

Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur

magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara

Page 38: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

25

memanjang dari Buol sampai sekitar Manado, dan bagian barat dari Buol sampai

sekitar Makassar. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk

pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen-

Oligosen. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat

kontinen yang terdiri atas batuan gunung api dan batuan sedimen berumur

Mesozoikum-Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos

granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit,

stok, dan retas.

Lengan utara dan selatan dibentuk oleh satu kesatuan geologi yang disebut

sebagai mandala Sulawesi Barat. Secara serupa, lengan timur dan lengan tenggara

adalah satu kesatuan geologi yang disebut sebagai mandala Sulawesi Timur. Dua

busur Sulawesi tergabung bersama pada area Sulawesi Tengah, tapi dipisahkan

secara jelas di selatan oleh teluk Bone dan di utara oleh teluk Tomini. Kedua teluk

itu dalamnya lebih dari 2000 meter besarnya dari luasan kedua teluk tersebut ; terisi

batuan sedimen dengan tebal 5000 meter ; dan sepertinya mempunyai batuan dasar

samudra pada bagian terdalam dari kedua teluk tersebut.

Fisiografi daerah telitian termasuk dalam fisiografi lengan selatan Sulawesi

yang berarah utara–selatan. Bagian barat terdapat dua baris pegunungan yang

memanjang hampir sejajar pada arah utara–barat laut dan terpisahlah oleh lembah

Sungai Walanae. Pegunungan pada bagian barat menempati hampir setengah luas

daerah, melebar di bagian utara (50 km) dan menyempit di bagian selatan (20 km)

pembentuknya sebagian besar adalah batuan gunungapi. Lereng barat dan di

beberapa tempat di lereng selatan terdapat topografi berupa karst, dimana

pencerminannya adalah batugamping.

Pegunungan yang di barat relatif lebih sempit dan lebih tinggi dan sebagian

besar juga terbentuk dari batuan gunungapi daripada pada di bagian selatan yang

relatif lebih rendah, dan akhirnya menunjam dibatas lembah Walanae dan dataran

Bone, fisiografi daerah telitian masuk dalam pegunungan bagian barat

Page 39: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

26

3.2. Stratigrafi Regional

Stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam peta geologi lembar Malili,

Majene dan Palopo bagian barat (Djuri, dkk 1998). Urutan stratigrafi batuan dari

tertua sampai termuda yang dijumpai di daerah ini adalah

3.2.1. Formasi Latimojong (K1)

Formasi Latimojong atau Kapur Latimojong (Kl) yang berumur Kapur

dengan ketebalan ±1000 m. Secara umum formasi ini mengalami pemalihan lemah

hingga sedang dan terdiri dari ; serpih, filit, rijang, marmer, kuarsit dan breksi

terkersikkan. Batuan ini diterobos oleh batuan beku intermediet sampai basa.

3.2.2. Formasi Toraja

Di atas Formasi Latimojong diendapkan secara tidak selaras, Formasi Toraja

yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja Shale (Tets) dan Tersier Eosen Toraja

Limestone (Tetl) yang berumur Eosen, yang terdiri dari serpih coklat kemerahan,

serpih napalan kelabu, batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat, batugamping,

dan setempat batubara. Ketebalan Formasi ini ±1000 m. Fosil Foraminifera besar

pada batugamping menunjukan umur Eosen-Miosen sedangkan lingkungan

pengendapannya adalah laut dangkal. Formasi ini menindih tidak selaras Formasi

Latimojong dan ditindih tidak selaras oleh batuan Gunungapi Lamasi.

3.2.3. Batuan Gunungapi Lamasi (Tolv)

Di atas Formasi Toraja terbentuk batuan vulkanik yang disebut Tersier

Oligosen Lava Vulkanik (Tolv) yang berumur Oligosen karena menindih Formasi

Toraja yang berumur Eosen. Batuan vulkanik ini terdiri dari aliran lava bersusunan

basaltik hingga andesitik, basalt, tuff, breksi vulkanik, batupasir dan batulanau,

setempat mengandung feldspatoid. Batuan tersebut terkersikkan dan terkloritisasi.

Umumnya lava basal berwarna kelabu kehijauan, porfiritik-afanitik, subhedral-

anhedral, berstruktur aliran dan terdiri dari plagioklas, piroksen, dan sifatnya kompak

dan keras. Breksi vulkanik umumnya berwarna kelabu kecoklatan dan kelabu tua,

tersusun dari basalt dan andesit, berbutir kasar dan sangat kasar antara 2-8 cm,

menyudut tanggung dengan kemas terbuka. Umurnya Oligosen karena menindih

Formasi Toraja yang berumur Eosen. Ketebalan satuan ini ± 500 m.

Page 40: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

27

3.2.4. Formasi Date (Tomd) dan Formasi Makale (Tomm)

Diatas satuan batuan vulkanik (Tolv) terendapkan secara tidak selaras

Formasi Date atau Tomd (Tersier Oligosen Miosen Date) dan Tomm (Tersier

Oligosen Miosen Makale) yang merupakan Formasi Makale, Formasi Date terdiri

dari napal diselingi lanau gampingan dan batupasir gampingan. Ketebalan satuan ini

mencapai 500–1000 meter, kandungan umur Foraminifera menunjukkan umur

Oligosen Tengah-Miosen Tengah, dengan lingkungan pengendapan pada laut

dangkal, Formasi ini terdiri dari batugamping terumbu yang terbentuk dilaut dangkal,

umurnya diduga Miosen Awal–Miosen Tengah. Hubungan kedua Formasi ini adalah

kontak menjemari.

3.2.5. Formasi Salowajo (Tms)

Berikutnya terendapkan secara tidak selaras Formasi Salowajo atau Tms

(Tersier Miosen Salowajo) yang terdiri dari napal dan batugamping yang tersisip,

setempat mengandung batupasir gampingan berwarna abu–abu biru sampai hitam,

konglomerat dan breksi. Fosil Foraminifera yang terkandung pada formasi tersebut

menunjukkan umur Miosen Awal-Miosen Tengah.

3.2.6. Formasi Loka (Tml)

Selanjutnya terbentuk Formasi Loka atau Tml (Tersier Miosen Loka) yang

terdiri dari batuan epiklastik gunungapi terdiri dari batupasir andesitan, lanau,

konglomerat, dan breksi, berlapis hingga masif, terutama sebagai endapan darat

hingga delta dan laut dangkal. Fosil Foraminifera yang terkandung dalam formasi ini

menunjukkan umur Miosen Tengah-Miosen Akhir.

3.2.7. Formasi Mandar (Tmm)

Berikutnya terendapkan secara selaras Formasi Mandar atau Tmm (Tersier

Miosen Mandar) yang terdiri dari batupasir, batulanau dan serpih, berlapis baik,

mengandung lensa lignit, dan mengandung foraminifera berumur Miosen Akhir,

dengan ketebalan mencapai 400 meter. Formasi ini terendapkan pada lingkungan laut

dangkal–delta.

Page 41: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

28

3.2.8. Formasi Sekala (Tmps) dan Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv)

Formasi Sekala atau Tmps (Tersier Miosen-Pliosen Sekala), yang terdiri dari

batupasir, konglomerat, serpih, tuff, sisipan lava andesit dan basalt, mengandung

Foraminifera berumur Miosen Tengah-Pliosen dengan lingkungan pengendapan

yaitu laut dangkal dengan ketebalan sekitar 500 meter. Batuan Gunungapi

Walimbong atau Tmpv (Tersier Miosen Pliosen vulkanik), terdiri dari lava

bersusunan basalt hingga andesit, lava bantal, breksi andesit piroksen, breksi andesit

trakit. Batuan gunungapi ini terendapkan di lingkungan laut, berumur Miosen-

Pliosen karena menjemari dengan Formasi Sekala yang berumur Miosen-Pliosen.

3.2.9. Formasi Mapi (Tmpm)

Formasi Mapi atau Tmpm (Tersier Miosen–Pliosen Mapi), terdiri dari

batupasir tufaan, lanau, batulempung, batugamping pasiran dan konglomerat.

Berdasarkan kandungan umur fosil Foraminifera, Formasi ini berumur Miosen

Tengah-Pliosen. Formasi ini tersingkap di Sungai Mapi dengan ketebalan sekitar

100 m.

Page 42: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

29

Tabel 3.1 : Kolom Stratigrafi Regional (Djuri , dkk, 1998)

3.3. Struktur Geologi dan Tektonika

Sulawesi terdiri dari 4 bagian pulau-pulau, yaitu yang dikenal sebagai lengan,

tubuh, leher, dimana dikelilingi oleh teluk yang menjorok kedalam. Terletak pada

wilayah tektonik yang sangat kompleks dimana tiga lempeng utama saling

berinteraksi dari zaman Mesozoikum sampai sekarang. Wilayah ini telah dibagi

menjadi 4 bagian lithotektonik, yang terhubung oleh skala besar tektonik yang

berbeda-beda tempat dan sesar naik (Sukamto, 1975; Hamilton, 1979) terjadi dari

barat hingga ke timur.

Busur Plutono-Vulkanik Sulawesi Barat yang dijelaskan diatas dapat dibagi

menjadi segmen continental margin (Sulawesi Barat) dan busur kepulauan Tersier

yang didasari oleh oceanic crust (Sulawesi Utara). Sabuk metamorfik Sulawesi

Tengah batuan metamorfnya terdiri dari material asal benua dan samudera, mungkin

Page 43: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

30

termasuk kerak Australia (Parkinson, 1991; Charlton, 2000; Hall, 2002).Ofiolit

Sulawesi Timur, secara tektonik terhubung oleh sedimen laut dalam yang berumur

Mesozoikum, dan mungkin termasuk mid oceanic ridge Samudera Hindia, tepi

cekungan, dan bagian dari busur depan Sundaland (Hall, 2002).

Fragmen kontinen yamg berasal dari Australia (Buton-Tukang Besi dan

Banggai-Sula) dimana bertumbukan dengan bagian timur Sulawesi selama Awal

Miosen-Pliosen (Fortuin et al., 1990; Davidson, 1991; Smithand Silver, 1991;

Davies, 1990; Hall, 1996, 2002).Hamilton. W (1979) mengatakan bahwa adanya

pulau–pulau dari kelompok punggungan Sula merupakan fragmen–fragmen

kebenuaan yang berasal dari New Guinea (Irian Jaya) yang bertumbukan dengan

Sulawesi bagian tinur yang terjadi pada kala Tersier Tengah.

Noer Azis Magetsari (1987), menyebutkan adanya beberapa kelurusan di

pulau Sulawesi yang disebutnya sebagai trans Sulawesi. Disamping adanya

kelurusan–kelurusan tersebut didapatkan pula adanya rekahan–rekahan yang teratur

dan cekungan–cekungan sedimen yang menyertai terjadinya kelurusan–kelurusan

tersebut. Diantara kelurusan–kelurusan yang besar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kelurusan Palu–Koro

2. Kelurusan Matano dan Malili–Kendari

3. Kelurusan Batui dan struktur imbrikasi

Simandjuntak T.O, (1990) mengatakan di lengan timur didapatkan adanya

struktur sesar naik berupa sesar yang berbentuk konveks yang mengarah barat laut.

Sesar tersebut berakhir dan menghilang di teluk Tolo yang dicerminkan dengan

adanya sesar Sula–Matano. Di sebelah utara daerah Poh sesar Batui bertemu dengan

sesar Balantak yang merupakan sesar geser jurus menganan yang berpotongan pada

bagian timur. Selanjutnya menerus ke pantai laut Banda yang bertemu dengan sesar

Sangihe yang panjangnya lebih dari 100 km. Sesar Batui merupakan sesar hasil

tumbukan antara lempeng Banggai–Sula dengan lempeng Sulawesi timur.

Mandala geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan

Neogen, intrusi Neogen dan sedimen Mesozoikum yang diendapkan di pinggiran

Page 44: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

31

benua (Paparan Sunda). Mandala Sulawesi Timur, batuan tertuanya adalah batuan

ofiolit yang terdiri dari ultramafik termasuk dunit, harzburgit, lherzolit, piroksenit

websterit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basalt.

Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi dapat diperkirakan sama dengan ofiolit di

lengan timur Sulawesi yang berumur Kapur Awal-Tersier. Susunan paparan Tersier

Tengah, batuan vulkanik Tersier Atas dan intrusi batuan granit. Mandala timur

Sulawesi terdiri dari fragmen dari ofiolit dan zona subduksi. Perbedaan penting

antara kedua mandala Sulawesi ialah kemunculan dari granit dan asosiasi granodiorit

pada mandala barat dan ketidakhadiran granit dan asosiasi granodiorit pada lengan

timur, yang lebih melimpah batuan beku basa dan ultrabasa.

Menurut Hamilton (1979), berdasarkan asosiasi litologi dan perkembangan

tektonik, Sulawesi dan sekitarnya dibagi dalam 5 provinsi tektonik (gambar 3.2),

yaitu :

1. Busur volkanik tersier Sulawesi bagian barat,

2. Busur volkanik Minahasa-Sangihe,

3. Sabuk metamorfik Cretaceous-Paleogene Sulawesi bagian tengah,

4. Sabuk ofiolit Cretaceous Sulawesi bagian timur dan yang berasosiasi dengan

lapisan sedimen pelagic,

5. Fragmen benua mikro Paleozoic Banggai-Sula yang berasal dari benua

Australia.

Page 45: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

32

Gambar 3.2. Geologi regional Sulawesi (Hamilton 1979)

Mandala Sulawesi Barat dibatasi oleh mandala Sulawesi Timur karena

adanya suatu jalur sesar yang arah jurusnya kurang lebih utara–selatan. Dibagian

barat, mandala Sulawesi Barat dibatasi oleh terjadinya rifting karena penipisan kerak

benua yang kemudian mengakibatkan sistem sesar blok di selat Makasar.

Terbukanya selat Makasar ini oleh rifting yang terjadi awal Miosen ini sedikit

banyaknya dikarenakan pengaruh struktur geologi di mandala Sulawesi Barat.

Secara umum pada mandala ini didapatkan adanya sesar–sesar mendatar yang

pada umumnya memiliki arah sesar pergerakannya kekiri disertai beberapa sesar

naik. Sesar mendatarnya kurang lebih memiliki arah jurus N 160o

E dan N 340o

E

dengan arah pergerakan ke kiri. Sedangkan untuk sesar naik umumnya didapatkan

didaerah Bantimala Complex yang mampu mengangkat kelompok mélange ini

muncul ke permukaan di beberapa tempat.Di sebelah barat mandala Sulawesi Barat

Page 46: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

33

Gambar 3.3 . Pembagian Mandala Geologi Sulawesi (R.A.B. Sukamto, 1973),

Dibagian tengah mandala ini juga didapatkan suatu terban yang memanjang

kearah utara – selatan yang disebut terban Walanae. Terban ini dibatasi oleh

dua sesar normal yang berarah utara-selatan. Kemudian terban ini terisi oleh

produk-produk vulkanik Kuarter.

dibatasi oleh selat Makasar yang merupakan marginal basin, dimana efek keluar

dengan terjadinya pemekaran di lantai samudera antara Sulawesi dan Kalimantan.

Terbentuknya selat Makasar terjadi pada zaman Kuarter sepanjang sesar mendatar

Pasternoster dan sesar mendatar Palu – Koro.

Mandala Banggai-Sula merupakan lempeng yang relatif mudah mantap sejak

akhir Mesozoikum. Kemudian lempeng tersebut bergerak ke arah barat sejak Miosen

Tengah dan bertemu dengan lempeng Banggai-Sula yang menunjam ke arah bawah

lempeng Sulawesi Timur, tetapi hanyalah pada bagian utaranya.

Sartono. S, dkk (1991) mengatakan bahwa bergeraknya benua Mikro

Banggai ke arah barat yang sebelumnya terkoyak dari tepi utara Benua Australia di

Irian Jaya – Papua New Guinea melalui sesar Sorong mulai terjadi pada akhir

Miosen bawah. Benua Mikro Banggai yang berada paling depan bertumbukan

dengan busur Sunda yang mengakibatkan terjadinya obduksi batuan mafik-

ultramafik serta bercampuran dengan melange tektonik dan menyebabkan juga

Page 47: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

34

terjadinya berbagai undak pantai zaman Kuarter, yang elevasinya mencapai beberapa

ratus meter.

Tumbukan antara benua Mikro Banggai dengan busur non volkanik di atas

menggencet dan mempersempit cekungan depan Busur Sunda hingga menyebabkan

terjadinya punggungan tengah Sulawesi yang sebagian tertutup oleh Danau Poso dan

Teluk Bone serta Teluk Tomini.

Gambar. 3.4. Tumbukan antara Mikrokontinen Banggai-Sula dengan

subduksi Sunda padaKala Pliosen Akhir (Sartono, dkk. 1991)

Page 48: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

35

BAB 4

GEOLOGI DAERAH ANDULAN DAN SEKITARNYA

4.1. Geomorfologi

Pemetaan geomorfologi pada dasarnya adalah memisahkan bentuk lahan

berdasarkan relief, batuan dan proses pembentuknya. Metode yang digunakan dalam

pembagian satuan geomorfologi pada daerah pemetaan adalah :

1. Morfografi : menyangkut aspek-aspek yang bersifat pemerian atau

descriptive antara lain; teras sungai, kipas alluvial, plato, dataran, perbukitan,

pegunungan , dsb.

2. Morfometri : menyangkut aspek-aspek yang bersifat kuantitatif; seperti

kemiringan lereng, bentuk lereng, beda tinggi, tingkat pengikisan sungai, dsb.

3. Morfogenesis : menyangkut faktor-faktor yang mengontrol pembentukan

morfologi suatu daerah, seperti proses struktural, proses denudasi, proses

fluviatil, dsb.

Daerah penelitian secara umum, sebagian besar terdiri dari pegunungan dan

bukit–bukit landai yang berkelompok dengan bentuk memanjang atau hampir

membulat dan mempunyai arah penyebaran relatif utara selatan. Ketinggian daerah

penelitian antara 125 meter hingga 800 meter diatas permukaan laut. Pembagian

daerah penelitian menjadi beberapa satuan geomorfologi pada dasarnya adalah untuk

memisahkan dan mengelompokkan kesamaan aspek pada suatu lahan yang memiliki

karakteristik fisik tertentu. Dasar pemisahan dan penamaan satuan geomorfologi

pada daerah pemetaan mengacu pada konsep dan klasifikasi berdasarkan sistem

pemetaan geomorfologi ITC (International Institute Aerospace and Earth Science)

dalam Van Zuidam (1983). Aspek relief (morfologi) menunjukkan gambaran umum

relief daerah yang terdiri dari aspek deskriptif seperti dataran, dan perbukitan, serta

aspek morfometri yaitu berupa besar sudut lereng, ketinggian maupun kekasaran

permukaan lahan.

Page 49: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

36

Tabel 4.1. Hubungan antara persentase sudut lereng dan beda tinggi dalam

klasifikasi relief (Van Zuidam, 1983)

Berdasarkan beberapa aspek tersebut, pembagian relief daerah penelitian

mengacu pada klasifikasi berdasarkan pada ketinggian relatif terhadap permukaan

laut, beda tinggi dan persentase sudut lereng.

Satuan Relief Sudut lereng

(%)

Beda tinggi

( meter)

Datar atau hampir datar 0 – 2 < 5

Bergelombang/ miring landai 3 – 7 5 – 50

Bergelombang/ miring 8 – 13 51 – 75

Berbukit bergelombang/ miring 14 – 20 76 – 200

Berbukit tersayat tajam/ terjal 21 – 55 200 – 500

Pegunungan tersayat tajam/ sangat

tajam 56 – 140 500 – 1000

Pegunungan/ sangat curam > 140 > 1000

4.1.1. Kelerengan

Berdasarkan klasifikasi tingkat kelerengan (Van Zuidam, 1983), daerah

penelitian terbagi atas tiga satuan relief yaitu:

1. Satuan berelief terjal dengan klas releng 21-55%, menempati 85% dari luas

total daerah telitian, dijumpai hampir diseluruh daerah telitian.

2. Satuan berelief berbukit bergelombang dengan klas lereng 14 - 20%,

menempati 5 % dari luas total daerah telitian, dijumpai di bagian timur-

tenggara daerah telitian.

3. Satuan berelief datar atau hampir datar dengan klas lereng 3-7 %, menempati

10% dari total luas daerah telitian, dijumpai di bagian tengah dan selatan

daerah telitian.

Aspek genetik menggambarkan asal-usul pembentukan dan perkembangan

morfologi serta proses-proses yang bekerja padanya. Aspek ini meliputi proses

endogen berupa bentukan batuan yang berhubungan dengan proses denudasi dan

proses eksogen yang berhubungan dengan angin, air, es maupun pergerakan

Page 50: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

37

Tabel 4.2. Klasifikasi satuan bentang alam

berdasarkan genetik menurut ITC, dalam Van

Zuidam 1983.

massa. Berdasarkan genesa sebagai kontrol utama pembentuknya, morfologi

dikelompokkan menjadi 8 kelas, yaitu:

1. Bentukan asal struktural

2. Bentukan asal vulkanik

3. Bentukan asal fluvial

4. Bentukan asal marine

5. Bentukan asal pelarutan/karst

6. Bentukan asal glasial

7. Bentukan asal aeolian dan

8. Bentukan asal denudasional

Adapun dalam pewarnaan peta geomorfologi, untuk membedakan baik itu

satuan bentuk asalnya ataupun bentuk lahannya dengan menggunakan dasar

pewarnaan (Van Zuidam,1983).

Untuk pewarnaan bentuk asal seperti terlihat tabel (tabel 4.2.), sedangkan untuk

bentuk lahannya dengan menggunakan modifikasi dari dasar pewarnaan yang telah

ada, misalnya dengan gradasi warna dari muda ke tua ataupun sebaliknya.

Satuan Warna / simbol

Struktural Ungu

Vulkanik Merah

Denudasional Coklat

Marine Hijau

Fluvial Biru Tua

Glasial Biru Muda

Karst Orange

Eolian Kuning

Page 51: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

38

Foto 4.1. Satuan bentuklahan perbukitan vulkanik berlereng terjal di

daerah gunung Biang, arah kamera N040oE.

Perbukitan berlereng terjal

4.1.2. Bentuk Lahan

Bentuk lahan daerah penelitian ditentukan berdasarkan data yang diperoleh

dari analisa peta topografi dan hasil pengamatan langsung keadaan lapangan, yaitu

meliputi bentukan lahan (morfografi), kelerengan (morfometri), jenis litologi

penyusun dan struktur geologi (morfostruktur pasif) dan proses-proses geologi

(morfostruktur aktif).

Berdasarkan klasifikasi Zuidam (1983) serta dikombinasikan dengan aspek

genetik yang menggambarkan asal-usul pembentukan dan perkembangan morfologi

serta proses-proses yang bekerja padanya, daerah penelitian dapat dibagi menjadi

empat satuan bentuklahan dari tiga satuan bentuk asal, yaitu:

a. Satuan perbukitan vulkanik berlereng terjal (V1)

b. Satuan perbukitan vulkanik berlereng menengah (V2)

c. Satuan dataran aluvial (F1)

d. Satuan perbukitan homoklin berlereng terjal (S9)

4.1.2.a. Satuan Perbukitan Vulkanik Berlereng Terjal (V1)

Satuan ini menempati area seluas 60 % dari seluruh area penelitian dengan

penyebaran terletak hampir diseluruh daerah telitian. Dengan lithologi andesit breksi

dan tuff. Penamaan satuan perbukitan berlereng curam ini berdasarkan morfologi

yang ada berupa perbukitan, memiliki sudut lereng 21-55% , tergolong perbukitan

berlereng terjal (Van Zuidam,1983). Pada peta topografi satuan geomorfologi ini

dicirikan oleh kenampakan pola kontur yang rapat.

Page 52: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

39

Perbukitan berlereng terjal

Foto 4.1 menujukkan suatu kenampakkan rangkaian perbukitan di daerah

gunung Biang, suatu morfologi perbukitan dengan lereng terjal, foto diambil di

lokasi pengamatan 22 dengan arah kamera N040oE, gunung Biang sendiri berbentuk

membundar dan meluas mulai dari barat laut, selatan hingga timur laut daerah

telitian, puncaknya tertingginya 792 m yang terletak di sebelah utara daerah telitian,

dengan lithologi didominasi oleh batuan beku andesit dan dialiri beberapa alur liar

yang membentuk pola radial.

4.1.2.b. Satuan Perbukitan Vulkanik Berlereng Menengah (V2)

Satuan ini menempati area seluas 5% dari seluruh area telitian, terletak di

timur-tenggara daerah telitian. Dengan lithologi didominasi oleh batuan beku andesit.

Penamaan satuan perbukitan menengah ini berdasarkan morfologi yang ada berupa

perbukitan, dengan sudut lereng 16-20%, tergolong topografi bergelombang-berbukit

(Van Zuidam, 1983).

Pada peta topografi satuan geomorfologi ini dicirikan oleh kenampakan pola

kontur yang agak renggang. Pola pengaliran yang berkembang pada satuan ini

adalah sub dendritik.

Foto 4.2. Satuan bentuklahan perbukitan vulkanik berlereng terjal di

daerah sungai Mataluntun, arah kamera N040oE

Page 53: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

40

Foto 4.3. Satuan bentuklahan perbukitan berlereng menengah di

sebelah tenggara gunung Rangiri, arah kamera N043oE.

Tampak dalam foto 4.3. perbukitan berlereng menengah, perbukitan ini

memanjang dengan arah utara selatan, terletak di sebelah tenggara daerah telitian,

dengan lithologinya batuan beku andesit. Foto diambil dilokasi pengamatan 7,

dengan arah kamera N043oE.

4.1.2.c. Satuan Dataran Aluvial (F1)

Satuan ini menempati area seluas 10% dari seluruh dareah telitian dengan

penyebaran sebagian terletak di tengah melampar dari utara hingga tengah lembar,

dan dari tengah lembar ke arah tenggara – selatan daerah telitian. Penamaan satuan

dataran aluvial ini berdasarkan morfologi yang ada berupa dataran bergelombang

akibat pengaruh dari erosi, serta hasil pemetaan menunjukkan aktivitas tektonik yang

membentuk pola topografi berupa dataran. Pada peta topografi satuan geomorfologi

ini dicirikan oleh kenampakan pola kontur yang renggang. Pola pengaliran yang

berkembang pada satuan ini adalah pola sub dendritik.

Tampak dalam foto 4.4. dan foto 4.5. satuan bentuklahan dataran aluvial yang

terletak di sekitar sungai Makawa, topografi relatif atau hampir datar dengan sedikit

bergelombang banyak dimanfaatkan untuk persawahan dan ladang serta tempat

tinggal oleh warga sekitar, topografi yang relatif datar dipengaruhi oleh adanya

sungai Makawa yang merupakan sungai utama dengan arus airnya yang deras

dengan tingkat erosional yang cukup tinggi. Foto diambil dari lokasi pengamatan 74

dan lokasi pengamatan 4.

Perbukitan berlereng menengah

Page 54: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

41

Dataran aluvial

Foto 4.4. Satuan bentuklahan dataran aluvial di daerah sungai

Makawa, arah kamera N336oE.

Dataran aluvial

Foto 4.5. Satuan bentuklahan dataran aluvial di daerah sungai

Makawa, arah kamera N138oE.

N336oE.

4.1.2.d. Satuan Perbukitan Homoklin Berlereng Terjal (S9)

Satuan ini menempati area seluas 25% dari seluruh dareah telitian dengan

penyebaran sebagian terletak di barat daya lembar. Penamaan satuan ini berdasarkan

topografi dengan kontur yang relatif rapat dan banyaknya tinggian dan lereng yang

curam dalam foto 4.6. menunjukkan topogrfi perbukitan dengan lereng lereng yang

curam.

Page 55: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

42

Foto 4.6. Satuan bentuklahan perbukitan homoklin, arah

kamera N260oE lokasi pengamatan 39

Bentukan asal struktural dengan bentuk lahannya perbukitan homoklin dihasilkan

oleh proses endogen. Pada bentuklahan perbukitan ini mempunyai tekstur yang kasar

dengan bentuk yang tidak teratur serta mempelihatkan kesan topografi tinggi yang

seragam dan alur sungai rapat dengan pola yang seragam, dengan lereng-lereng nya

yang curam, hal ini menandakan bahwa permukaannya tersusun oleh batuan-batuan

yang kompak serta proses erosi intensif yang tidak mampu menggerus permukaan

secara utuh.

Foto 4.7. Satuan bentuklahan perbukitan

homoklin arah kamera N254oE.

Page 56: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

43

4.1.3. Pola Pengaliran

Pola pengaliran adalah semua yang menyangkut sistem aliran yang terpolakan

akibat erosi yang bekerja pada suatu daerah yang bersangkutan. Pola pengaliran

sangat erat hubunganya dengan resistensi batuan, jenis litologi, struktur geologi, dan

stadia geomorfologinya. Pada daerah telitian semua sungai mengalir menuju sungai

Makawa yang mengalir dari utara ke selatan karena pada daerah utara batuannya

lebih resisten. Untuk membantu dalam penafsiran jenis pola penyaluran, maka

penulis mengklasifikasikan berdasarkan jenis pola aliran yang dibuat oleh A.D.

Howard, 1967. Apabila penafsiran jenis pola aliran sulit, maka penulis membuat

sungai – sungai tambahan melalui alur – alur liar yang mengalir menuju arah sungai

utama. Jenis pola aliran pada daerah penelitian dapat diklasifikasikan kedalam pola

sungai sub dendritik.

4.1.4. Stadia Geomorfologi

Untuk menentukan stadia geomorfologi suatu daerah, maka sangat erat

hubungannya dengan proses pelarutan, denudasional, dan stadia sungai yang telah

terbentuk. Stadia erosi juga akan menentukan stadia geomorfologi suatu daerah. Hal

ini semua dapat ditafsirkan dari ciri-ciri morfologi, sub satuan geomorfologi, pola

aliran sungai dan ciri-ciri yang lainnya.

Menurut Lobeck (1939), stadia daerah ada 3 dan mempunyai ciri tersendiri

yaitu stadia muda dicirikan oleh dataran yang masih tinggi dengan lembah sungai

yang relatif curam dimana erosi vertikal lebih dominan dan kondisi geologi masih

orisinil. Stadia dewasa dicirikan oleh adanya bukit sisa erosi dan erosi lateral lebih

dominan, sungai bermeander dengan point bar, pola pengaliran berkembang baik,

kondisi geologi mengalami pembalikan topografi seperti punggungan sinklin atau

lembah antiklin. Stadia tua dicirikan permukaan relatif datar, aliran sungai tidak

berpola, sungai berkelok dan menghasilkan endapan di kanan kiri sungai dan litologi

relatif seragam.

Page 57: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

44

Gambar. 4.1. Klasifikasi stadia geomorfologi, Lobeck

(1939)1. stadia muda, 2. stadia dewasa, 3. stadia tua

Atas dasar keterangan tersebut di atas, dengan lembah-lembah sungainya

yang berbentuk “U”, banyaknya anak sungai, erosi lateral lebih dominan dan adanya

lembah-lembah yang cukup terjal maka stadianya dapat digolongkan kedalam stadia

dewasa (Lobeck, 1939).

4.1.5. Morfogenesis

Secara morfogenesis, pembentukan relief topografi daerah pemetaan terutama

dikontrol oleh adanya sistem struktur yang berkembang. Struktur yang berkembang

di daerah pemetaan terutama berupa struktur sesar, maupun kekar. Sistem retakan

tersebut mengontrol pembentukan zona-zona lemah pada batuan yang akhirnya

mengakibatkan intensifnya proses erosi di daerah pemetaan. Adanya proses-proses

eksogenik berupa erosi, yang berkembang intensif di daerah ini menyebabkan

terjadinya alur-alur dan lembah-lembah.

Proses eksogenik berupa erosi ini didukung oleh struktur geologi terutama

berupa struktur sesar dan kekar yang mengakibatkan terbentuknya zona lemah pada

Page 58: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

45

Tabel 4.3. Kolom lithostratigrafi daerah telitian

batuan. Secara keseluruhan daerah pemetaan lebih banyak dikontrol oleh adanya

proses endogenik dan eksogenik, maka proses tersebut lebih tepat untuk

menggambarkan morfogenesis yang terjadi di daerah pemetaan.

4.2. Stratigrafi

Berdasarkan pengamatan dilapangan, serta analisa kandungan fosil yang

didapatkan selama penelitian berlangsung, dan setelah dibuat penampang

stratigrafinya maka penulis membagi daerah telitian ini tersusun oleh tiga satuan

batuan dari muda ke tua adalah sebagai berikut:

1. Satuan andesit (Formasi Gunungapi Lamasi )

2. Satuan breksi (Formasi Gunungapi Lamasi)

3. Satuan batugamping (Formasi Toraja)

4.2.1. Satuan Andesit Formasi Gunungapi Lamasi

Penamaan satuan ini melihat dari litologi yang mendominasi pada daerah

telitian. Batuan beku andesit adalah batuan penyusun yang paling mendominasi pada

Formasi Gunungapi Lamasi. Kenampakan dilapangan dari satuan andesit ini

sebagian ada yang segar dan juga ada yang telah teralterasi, seperti terlihat pada

(Foto 4.8).

Adapun ciri fisik andesit secara megaskopis dilapangan menunjukan:

Warna Abu-abu, dengan struktur: masif, tekstur; derajad kristalisasi: Hipokristalin;

Granularitas: Fanerik halus <1mm ;Bentuk kristal:Subhedral; Relasi: Inequigranular-

porfiritik dengan komposisi mineral : hornblend , piroksen, plagioklas.

Page 59: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

46

Foto 4.8. Singkapan andesit pada LP 23 dengan arah kamera

N084°E.

Foto 4.9. Singkapan andesit dengan parameter palu geologi

(Insert foto 4.8)

Page 60: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

47

Satuan andesit tersebar pada daerah utara dan tengah lembar telitian. dengan

menempati areal sekitar 40% dari luas daerah telitian.

Berdasarkan penarikan pada batuan basalt di daerah Palopo (Sukamto,

1975) dan korelasi dengan batuan gunungapi di daerah Biru (Van Leeuwen, 1979)

dan daerah Bantimala (Sukamto, 1982), satuan ini diperkirakan berumur Oligosen.

Batuan gunungapi ini merupakan hasil kegiatan gunungapi bawah laut. Sebarannya

mulai dari Palopo, melampar ke utara sampai Sabang. Tebal satuan diperkirakan

mencapai 500 m.

Batuan Gunungapi Lamasi dapat dikorelasikan dengan batuan Gunungapi

Miosen di lembar Majene (Djuri & Sudjatmiko, 1975; Sunarya & Surawinata, 1980).

Berdasarkan peta geologi lembar Majene dan Palopo bagian barat (Djuri, dkk 1998)

satuan ini berumur Oligosen dan terbentuk pada lingkungan darat.

Foto 4.10. Sayatan batuan beku volkanik LP 23, warna abu-abu

kehijauan-kecoklatan, tekstur porfiritik (fenokris tertanam dalam

masa dasar fine grain plagioklas, piroksen, min opak dan gelas),

subhedral-anhedral, komposisi mineral :plagioklas, piroksen,

mineral opak dan gelas, mineral sekunder :klorit hijau-hijau

kekuningan, belahan parallel / satu arah, ukuran butir 0,05-0,1

mm. Hadir sebagai ubahan dari piroksen.Nama : Andesit

piroksen (William 1982)

Page 61: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

48

Satuan andesit ini secara stratigrafi merupakan satuan berumur muda yang

terdapat di daerah telitian. Dari pengamatan di lapangan menunjukkan hubungan

stratigrafi antara satuan andesit dan satuan breksi merupakan beda fassies

4.2.2. Satuan Breksi Formasi Gunungapi Lamasi

Satuan breksi pada daerah telitian ditunjukkan dengan hadirnya breksi yang

mendominasi pada daerah telitian.

Adapun ciri fisik breksi ialah sebagai berikut :

Pada pengamatan di lapangan breksimemperlihatkan warna abu-abu, struktur masif,

ukuran butir pasir sampai bongkah, terpilah buruk, menyudut, kemas terbuka,

komposisi mineral fragmen : andesit, matriks: material berukuran pasir sedang-

kerikil, dan semen karbonat

Foto 4.11.Singkapan breksi pada lokasi pengamatan 64

dengan kamera menghadap N084°E

Page 62: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

49

Foto 4.12. Singkapan breksi dengan parameter kompas

geologi (insert foto 4.11.)

Foto 4.13. Sayatan batuan beku volkanik LP 64, warna abu-abu

kehijauan-kecoklatan, tekstur trachite bentuk subhedral-anhedral,

komposisi mineral terdiri dari plagioklas, piroksen, mineral opak

dan gelas. Nampak lubang-lubang amigdoloidal trerisi oleh

mineral sekunder kalsit dan kuarsa. Mineral sekunder yang hadir:

Chlorite, warnahijau-hijau kekuningan, belahan parallel / satu

arah, ukuran butir 0,05-0,1 mm. Hadir sebagai mineral ubahan

dari mineral piroksen

Silica (quartz) tidak berwarna-kuning jerami orde I, relief

rendah, pemadaman bergelombang, berukuran <0,05

mm(kriptokristalin) - 0,25mm, hadir mengisi lubang

amigdoloidal.Andesit piroksen (William 1982)

Page 63: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

50

Satuan breksi tersebar dibagian tengah dan timur daerah telitian. dengan

menempati sekitar 30% dari luas daerah telitian.Berdasarkan penampang geologi

yang dibuat dari sayatan pada peta geologi, satuan ini memiliki ketebalan ±450 m.

Untuk penentuan umur, pada satuan breksi monomik ini sangat tidak

memungkinkan untuk dilakukan dengan analisa fosil. Akan tetapi penulis dalam

menentukan umur satuan tersebut dengan menggunakan pendekatan secara

kesebandingan dengan hasil telitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu.

Berdasarkan peta geologi lembar Majene dan Palopo bagian barat (Djuri, dkk 1998)

satuan ini berumur oligosen dan terbentuk pada lingkungan darat. Satuan breksi ini

diendapkan sebagai hasil dari aktifitas gunung api dan transportasi dari batuan

andesit, terbentuk bersamaan dengan pembentukan andesit.

Satuan breksi Formasi Gunungapi Lamasi dengan satuan andesit Formasi

Gunungapi Lamasi mempunyai umur yang sama dan menindih batugamping Formasi

Toraja yang mempunyai umur lebih tua. Hubungan satuan breksi Formasi

Gunungapi Lamasi dengan batugamping Formasi Toraja tidak selaras.

4.2.3. Satuan Batugamping Formasi Toraja

Foto 4.14. Foto singkapan

batugamping pada lokasi pengamatan

70 dengan arah kamera N270°E

Satuan batugamping dengan batuan yang

berkomposisi karbonat memiliki warna putih

kekuningan sampai abu abu kehitaman didominasi

oleh batugamping berfosil. Batugamping

memperlihatkan struktur masif dan perlapisan

seperti terlihat pada lokasi pengamatan 70 (lihat

foto 4.14).

Page 64: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

51

Foto 4.15. Singkapan batugamping dengan parameter

kompas geologi LP 70 (insert foto 4.14)

Foto 4.16. Foto sayatan tipis LP 70 batugamping klastik,

berwarna abu-abu kecoklatan - krem, klastik, grain suppoted,

dengan sedikit detritus mineral opak, berukuran 0,1–1,2mm.

Fosil (74%), tidak berwarna (sudah terekristalisasi) –

kecoklatan, relief sedang, bentuk sebagian pecah (skeletal),

berukuran 0,5–1,2m), bias rangkap ekstrim, berupa foram

plankton dan bentos, foram besar serta pecahan ganggang/koral,

hadir merata dalam sayatan.

Mineral opak (1%), hitam, isotrop, relief tinggi, ukuran 0,1-

0,1mm, bentuk membulat-membulat tanggung.Mikrit (15%),

tidak berwarna, relief bervariasi, berukuran kurang dari 0,02mm,

warna interferensi sangat tinggi – ekstrim, hadir merata dalam

sayatan.Sparit (10%), tidak berwarna, relief sedang, berukuran

0,1–0,3mm, bias rangkap ekstrim, hadir merata dalam sayatan.

Page 65: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

52

Adapun ciri fisik Batugamping secara megaskopis dilapangan menunjukan:

Batugamping memperlihatkan warna putih-coklat muda, dan kelabu muda, struktur

masif dan perlapisan dominan fosil dan pada umumnya bersifat keras.

Satuan batugamping ini tersebar dan tersingkap di barat daya daerah telitian

menempati sekitar 30% daerah luas total peta. Ketebalan satuan batugamping jika

ditinjau dari penampang geologi yang dibuat dari sayatan pada peta geologi, satuan

ini memiliki ketebalan mencapai 500 meter dan berdasarkan acuan dari peneliti

terdahulu.

Untuk penentuan umur, pada satuan batugamping dilakukan dengan analisa

fosil. Berdasarkan kandungan fosil foram besar dan beberapa plankton yang dijumpai

yaitu : Diccocylina sp, Lepidocylina sp tersebut didapat satuan batugamping berumur

Eosen Awal-Tengah (Blow 1969). Dan berdasarkan peta geologi lembar Majene dan

Palopo bagian barat (Djuri, dkk 1998) satuan batugamping Formasi Toraja ini

berumur Eosen dan terendapkan pada laut dangkal.

Satuan batugamping Formasi Toraja ini secara stratigrafi ditumpang tidak

selaras oleh satuan breksi dan satuan andesit Formasi Gunungapi Lamasi. Hasil ini

didapat setelah penulis melakukan analisa fosil dan melakukan pengukuran detail

pada kedua litologi.

4.3. Struktur Geologi

Berdasarkan analisis peta topografi, pola pengaliran dan hasil survei

lapangan, daerah pemetaan secara umum memiliki beberapa arah kelurusan

morfologi dan pengaliran. Pola kelurusan yang ada didominasi oleh arah barat-timur.

Selain itu di lapangan juga ditemukan adanya gejala struktur yang terbentuk akibat

proses tektonik. Seperti struktur geologi kekar dan sesar.

4.3.1. Struktur Kekar

Kekar adalah struktur rekahan yang terbentuk pada batuan dengan tidak atau

sedikit sekali mengalami pergeseran (Billing, 1968). Kekar yang terbentuk dapat

disebabkan oleh aktivitas tektonik maupun non tektonik. Dalam pembahasan kekar

Page 66: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

53

1

3

2

Shear Joint Shear Joint

Extension Joint

Release Joint

3 3

1

1

Gambar 4.2. Hubungan antara Shear Joint, Extension Joint dan Release Joint

terhadap prinsip arah tegasan.

daerah penelitian lebih dititik beratkan pada pembahasan kekar yang terbentuk akibat

aktivitas tektonik dimana hasil analisanya akan digunakan dalam analisa struktur

geologi daerah penelitian.

Klasifikasi kekar ada beberapa macam tergantung dari dasar klasifikasi yang

digunakan salah satunya adalah berdasarkan genesa atau cara terjadinya yang

berhubungan dengan gaya pembentuk kekar tersebut (gambar 4.3.). Klasifikasi kekar

berdasarkan genesa, terdiri dari :

a) Shear joint (kekar gerus), terjadi akibat adanya tegasan tekanan (compressive

stress).

b) Tension joint (kekar tegangan), terjadi akibat adanya gaya tarikan. Kekar ini

dibedakan atas:

- Extension joint (kekar tarik), terjadi akibat pemekaran/tarikan

- Release joint, terjadi akibat berkurangnya atau terhentinya gaya atau

tekanan yang bekerja

Page 67: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

54

Berdasarkan atas penyebab dan orientasi arah gaya yang bekerja, maka

pada daerah penelitian struktur kekar ini penulis kelompokan menjadi dua jenis,

yaitu :

a. Kekar terorientasi semu

b. Kekar terorientasi

4.3.1.a. Kekar Terorientasi Semu

Kekar ini termasuk dalam kekar gerus (shear) dan kekar tarik (tention).

Jenis kekar ini dapat memotong matriks atau fragmenya saja, tetapi tidak dapat

memotong keduanya. Kekar jenis ini tidak dapat dipergunakan untuk menentukan

arah tegasan (δ1, δ2, dan δ3). Hal itu dikarenakan oleh karena orientasi kekar ini

bukanlah orientasi yang sebenarnya.

Dari arah orientasi yang berbeda-beda pada fragmen batuan, hal ini

membuktikan bahwa fragmen tersebut memiliki kedudukan yang acak di dalam

matriksnya. Kenampakan kekar terorientasi semu ini sangat jelas terlihat pada lokasi

pengamatan 27 yang terletak pada Gunung Biang.

Foto 4.17. Kekar terorientasi semu yang terletak pada lokasi

pengamatan 27 daerah Gunung Biang, dengan arah kamera

menghadap ke bawah

Page 68: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

55

Foto 4.18. Kekar terorientasi yang dijumpai pada lokasi

pengamatan 46, dengan arah kamera menghadap ke bawah

4.3.1.b. Kekar Terorientasi

Kekar ini termasuk dalam kekar gerus (shear) dan kekar tarik (tention).

Jenis kekar ini dapat memotong matriks dan fragmenya, orientasi dari kekar ini dapat

digunakan untuk menentukan arah gaya tegasan utamanya (δ1, δ2, dan δ3). Pada

beberapa lokasi pengamatan kekar ini sering ditemukan. Lihat foto. 4.18.

Pada lokasi pengamatan 46, yaitu pada batuan andesit dijumpai adanya

struktur kekar. Berdasarkan hasil analisa menggunakan diagram roset, maka

didapatkan bahwa kekar-kekar pada lokasi pengamatan 46 memiliki orientasi arah

umum N085°E – N265°E, dengan arah tegasan utama; δ1 : N115°E, δ2 : N000°E,

dan δ3 : N205°E.

4.3.2 Struktur Sesar

Seperti yang telah disebutkan di muka bahwa daerah penelitian adalah suatu

daerah yang sangat aktif tektoniknya dan batuannya telah bercampur aduk. Dengan

sendirinya struktur geologi seperti kekar, sesar dan lipatan sesar banyak dijumpai di

daerah telitian.

Page 69: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

56

Gambar 4.3. Klasifikasi penamaan sesar berdasarkan (Rickard,

1972)

Sesar adalah merupakan suatu bidang rekahan atau rekahan yang telah

mengalami pergeseran akibat adanya gaya yang bekerja (D.M.Ragan,1973). Untuk

menentukan jenis pergerakan sesar yang terjadi pada daerah penelitian, maka penulis

menggunakan klasifikasi penamaan sesar berdasarkan (Rickard, 1972). (Lihat

gambar 4.3)

Pada daerah penelitian, ada dua struktur sesar yang penulis temukan, yaitu

berupa sesar geser makawa dan sesar normal mataluntun. Terbentuknya struktur

sesar tersebut diperkirakan akibat adanya pergerakan pada lempeng yang mengalami

tumbukan. Struktur yang terdapat di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Sesar normal Mataluntun (sesar Mataluntun)

b. Sesar geser Makawa (sesar Makawa)

4.3.2.a. Sesar Mataluntun

Pada daerah penelitian, sesar normal ini terdapat pada lokasi pengamatan

52, sesar tersebut terdapat pada batuan andesit yang mengarah barat laut-tenggara.

Indikasi keberadaan struktur sesar di lapangan adalah ditemukannya adanya struktur

yang berupa kekar-kekar, baik berupa kekar gerus dan juga kekar tarik. Tanda yang

lain adalah didapatkanya jalur breksiasi pada andesit yang terletak di lokasi tersebut.

Page 70: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

57

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, dari data kekar didapatkan arah

umum untuk kedudukan kekar gerus adalah N268°E/78° dan untuk kekar tarik

N201°E/66°. Kedudukan bidang sesar adalah N282°E/32°.

Sesuai dengan klasifikasi (Rickard, 1972), dengan data berupa dip bidang

sesar sebesar 32° danrake 19° maka penulis menafsirkan jenis sesar yang terdapat

pada lokasi pengamatan 51 adalah normal right slip fault (Rickard,1972). Hasil

analisa terlampir.

4.3.2.a. Sesar Makawa

Pada derah telitian sesar mendatar ini dijumpai pada lokasi pengamatan 5d,

sesar tersebut mengarah relatif barat laut-tenggara dan terdapat pada lithologi

andesit, indikasi keberadaan sesar ditandai dengan adanya kekar kekar, baik kekar

gerus maupun kekar tarik, juga ditemukan adanya air terjun yang mengindikasikan

suatu hasil struktur berupa sesar naik, dan zona breksiasi dengan arah kemenerusan

N123oE-N303

oE, serta bidang sesar.

Foto 4.19. Zona hancuran (breksiasi) pada andesit,dan kenampakan kekar pada lokasi

pengamatan 52 dengan arah kamera N189°E.

Page 71: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

58

Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan arah umum untuk kekar gerus yaitu

N130oE/70

o, dan N180

o/60

o untuk kekar tarik, namun ketika berjalan sekitar 30m

menyusuri lebih dalam dari anak sungai Makawa ditemukan bidang sesar dengan

kedudukan N120oE/74

o, setelah dilakukan analisa struktur diketahui bidang sesar

memiliki netslip 25o, N127

oE dan rake sebesar 27

o, penulis menafsirkan sesar

Makawa, ialah reverse right slip fault (Rickard, 1972) hasil analisa terlampir.

4.4. Analisis dan Interpretasi Pola Struktur Geologi

Berdasarkan data-data lapangan dan didukung data regional maka

pembentukan pola-pola struktur geologi di daerah pemetaan disebabkan adanya

aktivitas penunjaman lempeng yang terjadi di sekitar pulau Sulawesi. Pembentukan

tersebut dimulai dengan pengendapan satuan batuan yang terdapat di daerah

pemetaan yang terjadi selama kurun waktu Eosen-Oligosen. Pada daerah telitian

terjadi aktivitas tektonik yang menghasilkan struktur geologi baik kekar maupun

sesar. Sesar mendatar yang mempunyai tegasan berarah relatif tenggara – barat laut,

yang mengenai satuan andesit Formasi Gunungapi Lamasi yang berumur Oligosen

dan satuan breksi Formasi Gunungapi Lamasi.

Mekanisme pembentukan struktur geologi daerah penelitian di dasarkan pada

pendekatan teori strain elipsoid menurut Reidel yang merupakan modifikasi dari

teori Harding, 1974 (Gambar 4.4), dimana dalam pembentukannya terjadi dalam satu

Foto 4.20. Bidang sesar mendatar, di daerah

Makawa, arah kamera N327oE

Page 72: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

59

periode pembentukan dengan arah umum tegasan maksimum berarah barat laut –

tenggara.

Akibat adanya aktivitas tektonik yang menghasilkan gaya kompresi dengan

arah umum tegasan maksimumnya relatif berarah barat laut – tenggara

menyebabkan batuan pada daerah penelitian mengalami fasa deformasi anyal

(elastis). Kemudian gaya tersebut terus bekerja sehingga menyebabkan batas

elatisitas batuan dalam keadaan minimal sehingga batuan tersebut mengalami fasa

deformasi plastis yaitu dengan terbentuknya kekar gerus (shear joint). Gaya

kompresi terus berlanjut sehingga menghasilkan gaya tension (gaya tarik) yang

relatif tegak lurus arah tegasan maksimum (σ 1) dan kemudian akan menyebabkan

terbentuknya kekar tarik (extension joint) .

Selanjutnya tekanan (gaya kompresi) yang terus bekerja tersebut semakin

meningkat sehingga mengakibatkan batuan pada daerah penelitian mencapai fasa

dimana batuan tersebut akan patah dan bergeser sehingga menghasilkan terbentuknya

sesar geser Makawa yang bersifat mengiri (sinistral) dan sesar turun Mataluntun.

Gambar 4.4. Mekanisme struktur geologi

berdasarkan model teori strain ellipsoid

menurut Reidel (modifikasi dari Teori

Harding, 1974) dalam Mc Clay, 1987.

Page 73: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

60

σ1

σ1 σ1

σ1

Penentuan umur dari struktur geologi daerah penelitian ditentukan secara

relatif berdasarkan pendekatan umur batuan termuda yang mengalami pengaruh

struktur geologi. Batuan termuda pada daerah penelitian yang mengalami pengaruh

struktur geologi adalah andesit yang berumur Oligosen. Jadi dapat disimpulkan

bahwa umur dari struktur geologi daerah penelitian adalah Oligosen.

Gambar 4.5. Mekanisme pembentukan struktur geologi

daerah penelitian yang menunjukan arah umum tegasan

maksimum relatif barat laut-tenggara yang menyebabkan

terbentuknya sesar geser Makawa dan sesar turun Mataluntun.

Sesar geser

Makawa

Sesar turun Mataluntun

Page 74: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

61

BAB 5

STUDI ALTERASI HIDROTERMAL

5.1. Alterasi Hidrotermal Daerah Sungai Mataluntun dan Makawa

Alterasi hidrotermal pada suatu tempat tertentu mempunyai karakteristik atau

ciri – ciri tersendiri. Fluida hidrotermal yang mempunyai kondisi fisika-kimia

tertentu akan melewati suatu batuan dinding (wall rock) melewati permeabilitas

sekunder maupun primer, dan menghasilkan atau merubah batuan yang ada menjadi

kumpulan/asosiasi mineral ubahan (alteration). Pengendapan mineral tertentu ada

yang bersifat pengisian dan juga pengalterasian terhadap batuan yang ada. Alterasi

itu menyangkut kimiawi, mineralogi, dan tekstur.

Zona alterasi merupakan zona dimana proses ubahan mineral dari mineral

primer menjadi mineral sekunder. Pada prinsipnya proses alterasi hidrotermal ini

merupakan ubahan yang disebabkan oleh sirkulasi fluida hidrotermal yang

menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan

cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral

yang sesuia dengan kondisi yang baru.

Pada daerah penelitian dijumpai beberapa zona ubahan, dimana setiap zona

alterasi ini memiliki keterdapatan mineral khusus (himpunan mineral) sebagai penciri

setiap tipe alterasi tersebut. Zona alterasi yang berkembang di daerah penelitian

antara lain zonasi ubahan filik zonasi ubahan advanced argilik dan zonasi ubahan

propilitik. Setiap alterasi diatas dikelompokkan ke dalam tipe – tipe alterasi sesuai

dengan keterdapatan mineral penciri yang sesuai dengan jenis alterasinya.

5.1.1. Alterasi Filik

Zona ini tersebar di daerah selatan daerah telitian yang sebarannya mengikuti

arah kekar yang ditimbulkan oleh sesar yang berada pada daerah telitian, dimana

fluida hidrotermal ini keluar melewati zona-zona lemah. Alterasi ini terlihat jelas

bahwa batuan yang teralterasi akan mengalami pengkayaan akan mineral serisit dan

kuarsa sekunder yang berasal dari feldspar.

Page 75: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

62

Foto 5.1.Singkapan andesit teralterasi didapatkan

mineral pirit dan kalkopirit yang menyebar pada

batuan

Secara megaskopis, alterasi ini berwarna abu abu pada batuan dan banyak

dijumpai mineral serisit dan mineral-mineral silika seperti kuarsa dan tidak jarang

terdapat mineral-mineral bijih seperti pirit, kalkopirit pada batuan tersebut. Zona filik

terdapat pada tubuh batuan andesit. Proses ini disebabkan oleh larutan sisa magma

dan air permukaan yang mengandung gas CO.

Secara megaskopis memperlihatkan warna abu-abu kecoklatan-kehijauan,

dengan asosiasi mineral yang hadir dominan kuarsa dan serisit, dimana batuan ini

terpotong oleh urat kuarsa (veinlet). Sedangkan pengamatan dengan mikroskopis

pada contoh batuan LP 48 dapat dilihat pada foto 5.1. Pembentukan tipe alterasi filik

ini diinterpretasikan sebagai hasil proses pelapukan mineral feldspar teralterasi

menjadi serisit. Proses ini disebabkan oleh larutan sisa magma dan gas air permukaan

yang mengandung gas CO. Pada umumnya proses serisitisasi terjadi pada daerah

dekat dengan vein dan dekat dengan sumber panas. Biasanya proses serisitisasi

mengakibatkan penambahan mineral serisit dan kuarsa sekunder yang berasal dari

feldspar. Mineral serisit yang terbentuk akan terlihat seperti bintik-bintik halus

bersama kuarsa halus dalam feldspar (Ries & Watson, 1958).

Page 76: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

63

Foto 5.3.Sayatan batuan teralterasi, warna abu-abu kecoklatan-kehijauan,

komposisi mineral tersusun oleh kuarsa (veintlet), serisit, dan mineral bijih.

Tampak fe-oksida mengisi rekahan. Silika (Kuarsa) (75%), Serisit (20%),

mineral bijih (5%) jenis alterasi: filik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A A

B B

C C

D D

E E

F F

G G

H H

I I

J J

Nikol silang 0,5 mm

Foto 5.2. Andesit teralterasi dengan parameter uang

logam (insert foto 5.1)

Page 77: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

64

Gam

bar

5.1

. G

rafi

k a

nal

isa

XR

D L

P 4

8

Qu

art

z

Illite

,Qu

art

z

Pyri

te

Illite

,Mic

as

Qu

art

z

Pyri

te

Pyri

te

Page 78: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

65

Berdasarkan tabel hasil analisa XRD sampel LP 48 dapat diketahui adanya

mineral-mineral penciri dari zonasi ubahan filik di daerah telitian,mineral-mineral

tersebut adalah :

1. Quartz

2. Pyrite

3. Illite (serisit)

Peak Search Report (17 Peaks, Max

P/N = 25.5)

[Lp 48.raw] LP 48

PEAK: 17-pts/Parabolic Filter, Threshold=3.0, Cutoff=0.1%,

BG=3/1.0, Peak-Top=Summit

2-Theta d(Å) B

G Height I% Area I%

FWH

M Mineral

12.441 7.1089 19 32 1.2 416 1.7 0.221 Chrysotile

20.822 4.2626 10 490 18.7 4479 17.9 0.155 Quartz low

26.619 3.346 11 2620 100 25005 100 0.162 Illite,quartz

28.482 3.1312 9 33 1.3 350 1.4 0.18 Cordierite

33.021 2.7105 8 110 4.2 1112 4.4 0.172 Pyrite

36.501 2.4596 11 163 6.2 1751 7 0.183 Quartz

37.021 2.4262 10 54 2.1 746 3 0.235 Pyrophillite

39.439 2.2829 8 181 6.9 1893 7.6 0.178 Manganite

40.279 2.2372 8 60 2.3 852 3.4 0.241 Kutnahorite,calcian

40.739 2.213 7 46 1.8 548 2.2 0.203 Mullite

42.4 2.13 5 117 4.5 1359 5.4 0.197 Diaspore

45.741 1.982 7 76 2.9 798 3.2 0.178 Illlite.micas

47.382 1.9171 5 33 1.3 355 1.4 0.183 Marcasite

50.1 1.8192 6 255 9.7 3342 13.4 0.223 Quartz

54.823 1.6732 6 80 3.1 1182 4.7 0.251 Graphite

55.282 1.6603 8 35 1.3 452 1.8 0.22 Pyrite

56.221 1.6348 7 46 1.8 462 1.8 0.171 Pyrite

Tabel 5.1Hasil analisa XRD LP 48

Page 79: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

66

Gambar 5.2. Temperatur pembentukan mineral alterasi

silisik

.

Dari gambar 5.2. diiketahui bahwa alterasi filik yang berada di daerah telitian

terbentuk pada suhu relatif 200-230o C. Hadirnya mineral quartz, illite (serisit), dan

pirit. Alterasi ini merupakan penambahan proporsi dari serisit dan kuarsa sekunder

pada batuan dinding. Penambahan mineral serisit diakibatkan pelapukan felsdspar

terubah oleh larutan sisa magma dan gas air permukaan yang mengandung gas CO.

Fasa mineral yang berasosiasi dengan tipe alterasi ini adalah K-feldspar, kaolinit,

kalsit, biotit, rutil, anhidrit dan apatit.

5.1.2. Alterasi Advanced Argilik.

Alterasi ini sebarannya mengikuti arah veinlet, alterasi advanced argilik

mempunyai ciri-ciri dilapangan dengan hadirnya himpunan mineral-mineral

lempung. Mineral-mineral lempung yang hadir umumnya illite, serta hadirnya

mineral quartz dan diaspore, pyrophillite. Akibat kuatnya intensitas pelapukan pada

lithologi andesit sehingga mengalami kesulitan dalam proses penarikan batas alterasi.

Page 80: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

67

Foto 5.4. Alterasi advanced argilik di batuan andesit

pada satuan andesit

Secara megaskopis kenampakan alterasi ini berwarna putih keabuan dan pada batuan

ini didominasi dengan kelompok mineral lempung (clay mineral ). Pada alterasi

advanced argilik ini juga hadir pirit sebagai mineral bijih, alterasi advanced argilik

ditemukan mengalterasi pada lava andesit.

Selama proses pembentukan alterasi argilik terjadi pengkayaan CO2 dari uap air yang

terpanaskan (steam heated waters) ke arah batuan andesit (wall rock) oleh hadirnya

asam sulfat / kondensasi zat volatil magmatik (Corbett dan Leach, 1996)

2-Theta d(Å) BG Height I% Area I% FWHM MINERAL

36.501 2.4596 11 163 6.2 1751 7 0.183 Quartz

37.021 2.4262 10 54 2.1 746 3 0.235 Pyrophillite

42.4 2.13 5 117 4.5 1359 5.4 0.197 Diaspore

47.382 1.9171 5 33 1.3 355 1.4 0.183 Marcasite

Dari hasil analiasa XRD dapat diketahui adanya mineral mineral penciri tipe alterasi

advanced argilik yaitu dengan terdapatnya mineral :

1. Quartz

2. Pyrophillite

3. Diaspore

4. Marcasite

Page 81: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

68

5.1.3. Alterasi Propilitik.

Perkembangan zona jenis ini umumnya cenderung menempati zona paling

luar atau menyelimuti semua jenis alterasi pada sistim hidrotermal. Akibat kuatnya

intensitas pelapukan pada litologi andesit sehingga mengalami kesulitan dalam

proses penarikan batas alterasi.

Alterasi ini dikarenakan perubahan komposisi dan temperatur fluida

hidrotermal yang awalnya bersifat asam kemudian berubah mendekati pH netral

akibat dari kontaminasi air meteorik. Proses kloritisasi ini didominasi oleh mineral

klorit-epidot. Hadirnya himpunan mineral klorit pada alterasi propilitik ini karena

terubahnya mineral-mineral piroksen dan plagioklas akibat dari interaksi fluida

hidrotermal dengan wall rock.

Foto 5.5. Singkapan andesit teralterasi dan

didapatkan mineral pirit dan kalkopirit yang

menyebar pada batuan

Foto 5.6. Singkapan andesit teralterasi

(insert foto5.5)

Page 82: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

69

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A

A

B B

C C

D D

E E

F F

G G

H H

I I

J J

Nikol silang 0,5 mm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A

A

B B

C C

D D

E E

F F

G G

H H

I I

J J

Nikol silang 0,5 mm

Foto 5.8. Sayatan poles batuan alterasi, abu-abu kehijauan-hijau, batuan telah

mengalami alterasi dengan dijumpainya mineral sekunder klorit (G-8) (hijau

gelap) yang merubah mineral plagioklas serta mafik mineral. Nampak mineral

sulfida (F-5) (pirit dan kalkopirit) tersebar secara merata dan mengisi urat (I-4),

dengan ukuran halus.

Foto 5.7.Sayatan batuan teralterasi, warna abu-abu kehijauan, komposisi

mineral plagioklas (50%), piroksen (15%), opak (5%), gelas (10%), klorit

(15%) serisit (5%)

Page 83: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

70

Secara megaskopis dilapangan tekstur ataupun sifat fisik dari batuan asal

pada zona ini umumnya sudah tidak terlihat. Proses alterasi ini ditandai dengan

hadirnya mineral klorit. Zona ini terdapat pada batuan yang memiliki sifat

permeabilitas yang rendah dan salinitas beragam. Alterasi ini dapat terlihat baik pada

tubuh batuan andesit.

Zona ini dijumpai di sungai Mataluntun dengan banyak urat urat yang mempunyai

arah umum N 185 o

E/60 o

. Berdasarkan pengamatan dilapangan zona ini berkembang

di wilayah timur dari daerah telitian pada satuan andesit, zona ini menempati kurang

lebih 5% dari daerah telitian

Page 84: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

71

Gam

bar

5.3

. H

asil

anal

isa

XR

D L

P 5

5

Alb

ite

-

low

Calc

it

e

Qu

art

z

Ch

lori

te

Qu

art

z

Illite

Page 85: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

72

Tabel 5.2 Hasil analisa XRD LP 55

Dari tabel hasil analisa XRD LP 55 dapat diketahui adanya mineral-mineral

penciri dari alterasi propilitik atau kloritisasi di daerah telitian,mineral-mineral

tersebut adalah :

1. Klorit ( Mg,Fe2+

,Fe3+

)6AlSi3O10(OH)8

2. Albite-low

3. Illite

4. Calcite (CaCO3)

Peak Search Report (23 Peaks, Max

P/N = 15.3)

Peak Search Report

(23 Peaks, Max P/N

= 15.3)

Peak Search Report (23 Peaks, Max P/N = 15.3)

[LP 55.raw] Z 300 10

2-Theta d(Å) BG Height I% Area I% FWHM Mineral

6.179 14.2916 36 31 3.2 721 7.6 0.395 chloritic-swelling

12.459 7.0986 18 72 7.5 1136 11.9 0.268 cromsieditic

18.7 4.7413 16 20 2.1 225 2.4 0.191 sudotic

19.762 4.4888 20 31 3.2 430 4.5 0.236 sepiolite

20.824 4.2622 19 211 22 1874 19.7 0.151 quartz

22.037 4.0303 14 61 6.4 703 7.4 0.196 plagioclase

23.62 3.7635 17 28 2.9 1089 11.4 0.661 plagioclase

24.24 3.6688 19 37 3.9 1125 11.8 0.517 hematite

25.118 3.5425 20 40 4.2 702 7.4 0.298 stronitantie

26.639 3.3436 23 959 100 9518 100 0.169 quartz

27.92 3.1929 20 165 17.2 3688 38.7 0.38 albite-low

30.459 2.9323 17 28 2.9 583 6.1 0.354 chabazite

33.038 2.7091 13 55 5.7 431 4.5 0.133 tremolite

35.059 2.5574 17 42 4.4 1348 14.2 0.546 mallotsitit

36.521 2.4583 21 96 10 1259 13.2 0.223 chamosite,ferric

37.044 2.4248 18 30 3.1 1064 11.2 0.603 pyrophtllite

39.478 2.2807 17 69 7.2 731 7.7 0.18 calcite

40.262 2.2381 15 33 3.4 478 5 0.246 bayerite

42.422 2.129 11 59 6.2 1073 11.3 0.309 diaspore

45.779 1.9804 12 36 3.8 788 8.3 0.372 illite,micas

50.122 1.8185 11 104 10.8 1494 15.7 0.244 quartz

54.839 1.6727 14 27 2.8 540 5.7 0.34 oriphite

56.259 1.6338 13 19 2 192 2 0.172 pyrite

Page 86: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

73

Gambar 5.4. Temperatur pembentukan mineral pada sampel alterasi propilitik

.

Mineral-mineral penciri yang hadir dalam analisa XRD kemudian dapat

dimasukkan kedalam diagram temperatur pembentukan mineral untuk epitermal

deposit (White & Headenquist, 1995). Sehingga dapat diketahui pada suhu berapa

alterasi propilit atau kloritisasi yang hadir di daerah telitian terbentuk dan pada pH

bagaimana dapat terbentuk. Pembentukan mineral-mineral yang hadir dalam alterasi

kloritisasi atau propilitik ternyata terbentuk pada suhu >2500 C dan pH fluida yang

dari asam kemudian mendekati netral karena kemungkinan adanya kontak dengan air

meteorik.

Pembentukan alterasi propilitik pada daerah telitian disebabkan oleh adanya

ruang (sesar dan kekar) sebagai jalan keluar fluida hidrotermal yang kemudian

bereaksi dengan batuan vulkanik sehingga terbentuk himpunan mineral-mineral

ubahan yang mencirikan tipe alterasi propilitik. Sebagai contoh, mineral klorit yang

Page 87: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

74

Tabel 5.3.Tabulasi data kandungan unsur dari hasil analisa AAS dan tipe ubahan

hadir diinterpretasikan sebagai hasil ubahan dari mineral plagioklas dengan reaksi

kimia sebagai berikut (Stanton, 1972 dalam Heru Sigit, 2002)

2 NaAlSi3O8 + 4(Mg,Fe)2+

+ 10 H2O (Mg,Fe)42+

(Fe,Al)23+

Si2O10 (OH)8 + 4 SiO2 +2 Na + 12 H

Albit Klorit

Pembentukan tipe alterasi propilitik atau kloritisasi terjadi pada kisaran

temperatur 200o – 300

oC dengan salinitas beragam dan kondisi pH mendekati netral

(5 – 7) yang umumnya terjadi pada batuan dengan permeabilitas kecil (Creasy,

1966). Tipe ini juga dipengaruhi komposisi fluida hidrothermal yang kaya unsur Ca,

H2O, dan CO2 serta sedikit H+ (Pirajno, 1992 dalam Heru Sigit, 2002).

5.2. Hasil Analisa Kadar AAS (Atomic Absorbtion Spectofotometry)

Analisis geokimia dengan metode AAS (Atomic Absorbtion Spectofotometry)

dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur Au, Ag, Zn, Pb dan Cu di dalam urat

kuarsa dan batuan dinding yang diambil contoh batuannya dari lapangan derah

telitian yang termasuk dalam data primer penelitian. Hasil analisa mineralisasi bijih

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3

sampel zona

ubahan

Au

(ppm)

Ag

(ppm)

Cu

(ppm)

Pb

(ppm)

Zn

(ppm)

As

(ppm)

S1 Propilit 0.1 0.05 0.02 0.01 0.01 70

S2 Adv.

Argilik 1.1 0.5 0.14 0.86 0.79 436

S3 Silisik 0.1 0.03 0.02 0.01 0.01 89

5.3. Hubungan Alterasi Dengan Sruktur dan Litologi Pada Daerah Penelitian

Alterasi yang ada di daerah telitian hadir memiliki pola tertentu dalam setiap

lokasi keterdapatannya. Kehadiran alterasi hidrotermal dicirikan dengan kenampakan

kelompok mineral ubahan yang berbeda-beda untuk tiap jenis alterasi. Tiap jenis

alterasi hidrotermal memiliki sebaran yang setempat-setempat mengikuti arah dari

zona-zona lemah. Semakin mendekati zona lemah, maka akan hadir jenis alterasi

Page 88: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

75

yang berbeda dibandingkan pada tempat yang jauh dari zona lemah. Ini

menunjukkan bahwa alterasi hidrotermal dikontrol oleh struktur geologi yang

berkembang di daerah tersebut. Trend dari alterasi ialah tenggara-barat laut relatif

searah bidang sesar normal di daerah telitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa

struktur geologi adalah sebagai pengontrol terdapatnya alterasi hidrotermal di daerah

penelitian.

Alterasi pada daerah penelitian ini juga dikontrol oleh litologi pembawa,

litologi yang membawa alterasi berasal dari basalt sedangkan batuan yang berperan

sebagai wallrock adalah andesit. Peran dari litologi pembawa ini sangat berpengaruh

terhadap alterasi hidrotermal karena litologi tersebut nantinya yang akan

menghasilkan fluida hidrotermal pada saat pembekuan yang mempengaruhi sifat pH

larutan hidrotermal. Perbedaan litologi pembawa akan menghasilkan sifat fluida

hidrotermal yang berbeda yang apabila fluida tersebut melewati wall rock dengan

litologi yang berbeda, maka fluida tersebut akan bereaksi dan menghasilkan mineral-

mineral ubahan dan akhirnya akan menciptakan adanya alterasi hidrotermal yang

berbeda.

Kedua peran antara stuktur dan litologi sangat mempengaruhi dari proses

terbentuknya alterasi hidrotermal, karena struktur sebagai ruang tempat terisi fluida,

dan litologi sebagai pembawa dari larutan hidrotermal yang berperan sebagai faktor

dalam proses alterasi.

Page 89: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

76

BAB 6

KESIMPULAN

Daerah telitian memiliki geomorfologi yang menarik, keanekaragaman

jenis litologi dan kompleksitas struktur geologi. Dari penelitian yang telah dilakukan

dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Daerah telitian dapat dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu:

a. Bentuk asal vulkanik dengan bentukan lahan perbukitan vulkanik berlereng

curam (V1)

b. Bentuk asal vulkanik dengan bentukan lahan perbukitan vulkanik berlereng

menengah (V2)

c. Bentuk asal fluvial dengan bentuk lahan dataran aluvial (F1)

d. Bentuk asal struktural dengan bentuk lahan perbukitan homoklin berlereng

curam (S9)

2. Jenis pola aliran yang terdapat pada daerah penelitian diklasifikasikan kedalam

pola sungai sub dendritik. Dengan adanya lembah-lembah sungai yang

berbentuk “U” yang dicirikan dengan adanya meander sungai. Selain itu

dengan adanya lembah yang cukup terjal maka stadia geomorfologi daerah

telitian dapat digolongkan kedalam stadia dewasa.

3. Daerah telitian tersusun oleh beberapa satuan batuan dari tua ke muda adalah:

satuan batugamping Formasi Toraja, diatasnya terendapkan secara tidak selaras

satuan breksi Formasi Gunungapi Lamasi yang bersilang jari dengan satuan

andesit Formasi Gunungapi Lamasi.

4. Berdasarkan analisa kelurusan topografi dan data lapangan pada daerah telitian

terdapat struktur geologi kekar dan sesar. Struktur sesar yang berkembang

adalah : sesar geser dan sesar normal.

5. Zona ubahan yang terdapat di daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi

tiga zonasi ubahan, yaitu zona filik, zona advanced argilik dan zona propilitik.

Page 90: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

77

DAFTAR PUSTAKA

Billings, M. P, 1968, Structural Geology, Second ed. Prentice of India Private

Limited, New Delhi.

Carmichael, I.S.E., Turner, F.J., and Verhoogen, J., 1974, Igneous Petrology, Mc

Graw – Hill.

Corbett, G.J & Leach, T.M. (1996), Southwest Pasific Rim Gold / Copper System :

Structure, Alteration and Mineralitation, A workshop presented for the

Society of Eksploration Geochemist, Townsville.

Creasy, S.C., 1961, Hydrothermal Alterations in Geology of Porphyry Copper

Deposits (S.R.Tettley & C.L.Hickx,ed), Tuscon:Univ. of Ariz. Press, pp.51-

74

Djuri, dkk, 1998, Geologi Lembar Majene dan Palopo Bagian Barat, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi dan Sumber Daya Mineral,

Departemen Pertambangan dan Energi.

Hamilton, W. H., 1979. Tectonics of the Indonesian Region. U.S. Geol. Surv.

Prof.Pap.1078, 345 pp.

Heru Sigit Purwanto. (2002), PemineralanEmas dan Kawalan Struktur Pada Kawasan

Penjom, Pahang Dan Lubok Mandi Terengganu, Semenanjung Malaysia.

Disertasi Doktor, Universitas Kebangsaan Malaysia Hal 39-83, tidak

dipublikasikan.

Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 1973, Sandi Stratigrafi Indonesia, Departemen

Pertambangan Republik Indonesia.

Katili. J. A., 1978, Past and Present Geotektonic Position of Sulawesi, Indonesia,

Tectonophysics, 45: 289-322.

Koesoemadinata, R.P., 1981, Prinsip – Prinsip Sedimentasi, ITB., Bandung.

Lindgren, W. (1983) Mineral Deposit McGraw-Hill Book Company, Inc, USA.

Sukamto, Rab 1975, Perkembangan tektonik dengan membagi pulau Sulawesi dan

pulau-pulau disekitarnya kedalam tiga mandala geologi, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi dan Sumber Daya Mineral,

Departemen Pertambangan dan Energi.

Page 91: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

78

Sukamto, Rab (1975), Perkembangan Tektonik Sulawesi dan Sekitarnya, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi dan Sumber

Saya Mineral, Departemen Pertambangan dan energi.

Sukamto, Rab (1985), Penelitian tentang Tektonik Sulawesi yang menghasilkan Peta

Pola Tektonik Sulawesi Regional, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi, Direktorat Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen

Pertambangan dan Energi.

Sukamto, Rab, and Simanjuntak R.O., (1983), Sintesis terhadap hubungan tektonik

ketiga Mandala Geologi Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi, Direktorat Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen

Pertambangan dan Energi.

Sukamto, Rab, and Simanjuntak R.O., (1983), Tectonic Relationship Between

Geologic Provinces of Western Sulawesi, Eastern Sulawesi and Banggai -

Sula in the Light of Sedimentological Aspect, Bull. Geol. Res and Dev.

Centre, No. 7. .

Van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of IndonesiaVol.II, Martinus Nijhoff The

Hague.

Van Leeuwen, T.M., 1974. The gology of Birru area, South Sulawesi; PT Riotinto

Bethlehem Indonesia, unpubl. Rept. 277-304.

William, H. F., Turner, and Gilbert, C. M., 1955, Petrography : Introduction To

Study of Rock In Thin Section, W. H. Freeman and Co. San Fransisco

Zuidam, Van, R.A, 1983, Aerial Photo Interpretation in Terrain Analysis and

Geomorphologic Mapping, Smith Publishers, The Hague, Neatherlands.

Page 92: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

79

LAMPIRAN

Page 93: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

80

ANALISIS PETROGAFI

Nomor Foto : 1 Nama Megaskopis : Andesit

No. Sampel : PLP 2 Daerah : S.Makawa

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol silang Nikol sejajar

0 0,5mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Batuan beku intermediet vulkanik; warna:abu-abu; indeks warna 20%;

kristalinitas:hypokristalin; granularitas:fanerik sedang-halus; bentuk

kristal:subhedral-anhedral; ukuran kristal:2-0.1 mm; relasi:Inequigranular vitroverik

yang disusun oleh:

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (45%); berwarna coklat; relief:sedang; bentuk kristal:subhedral;

indeks bias Nmin<Nkb, menunjukkan kembaran Albit, pada fenokris

Page 94: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

81

berukuran 2 mm dengan An 33 jenis labradorit, dan mikrolit berukuran 0.1

mm dengan An 28 jenis andesin. Hadir merata dalam sayatan.

Piroxen (20%); berwarna coklat kebiruan; relief:rendah; menunjukkan adanya

belahan 2 arah; bentuk kristal:subhedral; hadir setempat dalam sayatan.

Massa gelas (20%), yang hadir merata dalam sayatan.

Mineral opaque (15%); berwarna hitam; relief:rendah; bentuk

kristal:anhedral, hadir menyebar dalam sayatan.

Penamaan petrografi : Andesit piroksen.

Page 95: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

82

Nomor Foto : 2 Nama Megaskopis : Tuff

No. Sampel : PLP 3 Daerah : S.Makawa

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan tipis batuan piroklastik (lapuk), berwarna abu-abu-krem, tekstur klastik

dengan butiran berukuran 0,05–0,5 mm, terdiri dari lithic, feldspar, kuarsa dan

mineral opak, bentuk menyudut tanggung, butiran tertanam dalam matriks gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Lithic (15%), abu-abu, kecoklatan, berupa pecahan batuan pumice dan batuan

beku, ukuran butir 0,1-0,5 mm, bentuk menyudut tanggung.

Page 96: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

83

Feldspar (10%), putih, relief rendah, berukuran 0,1–0,25mm, bentuk

menyudut tanggung, berupa plagioklas.

Kwarsa (2%), tidak berwarna-kuning orde I, relief relief rendah, indeks bias

n>nKb, berukuran 0,05–0,1mm, pemadaman bergelombang.

Min opak (3%), hitam, kedap cahaya, relief sangat tinggi, berukuran 0,05–

0,1mm, bentuk menyudut tanggung, hadir setempat– setempat dalam sayatan.

Gelas (70%), tidak berwarna, pengamatan dengan menggunakan nikol silang

menjadi gelap, sebagian besar telah terubah menjadi mineral lempung.

Penamaan Petrografis:

Vitric Tuff (Klasifikasi Williams, 1982)

Welded tuff

Page 97: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

84

Nomor Foto : 3 Nama Megaskopis : Tuff

No. Sampel : PLP 4 Daerah : Makawa

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan tipis batuan piroklastik (lapuk), berwarna coklat, tekstur klastik dengan

butiran berukuran 0,05–0,3 mm, terdiri dari lithic,piroksen feldspar, kuarsa dan

mineral opak, bentuk menyudut tanggung, butiran tertanam dalam matriks gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Feldspar (10%), putih, relief rendah, berukuran 0,1–0,25mm, bentuk

menyudut tanggung, berupa plagioklas.

Lithic (5%), abu-abu, kecoklatan, berupa pecahan batuan pumice, ukuran

butir 0,1-0,3 mm, bentuk menyudut tanggung.

Page 98: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

85

Piroksen (5%), hijau muda, abu-abu pucat, relief sedang, pleokroisme lemah-

tidak ada, bentuk subhedral - anhedral, ukuran 0,05-1,3 mm.

Kwarsa (1%), tidak berwarna-kuning orde I, relief relief rendah, indeks bias

n>nKb, berukuran 0,05–0,1mm, pemadaman bergelombang.

Min opak (4%), hitam, kedap cahaya, relief sangat tinggi, berukuran 0,05–

0,1mm, bentuk menyudut tanggung, hadir setempat– setempat dalam sayatan.

Gelas (75%), tidak berwarna, pengamatan dengan menggunakan nikol silang

menjadi gelap, sebagian besar telah terubah menjadi mineral lempung.

Penamaan petrografis : Vitric tuff (Klasifikasi Williams, 1982)

Page 99: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

86

Nomor Foto :4 Nama Megaskopis : Tuff

No. Sampel : PLP 5c Daerah : anak S.Makawa

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan tipis batuan piroklastik (lapuk), berwarna abu-abu-krem, tekstur klastik

dengan butiran berukuran 0,05–0,5 mm, terdiri dari lithic, feldspar, kuarsa dan

mineral opak, bentuk menyudut tanggung, butiran tertanam dalam matriks gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Lithic (15%), abu-abu, kecoklatan, berupa pecahan batuan pumice dan batuan

beku, ukuran butir 0,1-0,5 mm, bentuk menyudut tanggung.

Feldspar (10%), putih, relief rendah, berukuran 0,1–0,25mm, bentuk

menyudut tanggung, berupa plagioklas.

Page 100: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

87

Kwarsa (2%), tidak berwarna-kuning orde I, relief relief rendah, indeks bias

n>nKb, berukuran 0,05–0,1mm, pemadaman bergelombang.

Min opak (3%), hitam, kedap cahaya, relief sangat tinggi, berukuran 0,05–

0,1mm, bentuk menyudut tanggung, hadir setempat– setempat dalam sayatan.

Gelas (70%), tidak berwarna, pengamatan dengan menggunakan nikol silang

menjadi gelap, sebagian besar telah terubah menjadi mineral lempung.

Penamaan petrografis :

Vitric Tuff (Klasifikasi Williams, 1982)

Welded tuff

Page 101: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

88

Nomor Foto : 5 Nama Megaskopis : Batulempung

No. Sampel : PLP 5f Daerah : anak S.Makawa

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan tipis lempung, berwarna coklat, komposisi butiran terdiri dari feldspar,

kuarsa dan mineral opak, dengan ukuran butir 0,05–0,3mm. Butiran mengambang

dalam matrik lempung.

KOMPONEN PENYUSUN:

Feldspar (5%), warna putih abu-abu, relief rendah-sedang, dengan ukuran

butir 0,1-0,2mm, sebagian menampakkan kembaran, bentuk butir menyudut

tanggung-membulat tanggung, merata dalam sayatan.

Page 102: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

89

Kwarsa (5%), tidak berwarna-kuning orde I, relief relief rendah, berukuran

0,05–0,1mm, pemadaman bergelombang.

Mineral opak (5%), hitam, isotrop, relief tinggi, dengan ukuran 0,05-0,1mm,

bentuk membulat-membulat tanggung.

Lempung (70%), kecoklatan, nikol silang gelap

Gelas (15%), tidak berwarna, pengamatan dengan menggunakan nikol silang

menjadi gelap, sebagian besar telah terubah menjadi mineral lempung.

Penamaan petrografis :

Claystone (Klasifikasi R.L. Pettijohn, 1972)

Sandy Mudstone (klasifikasi Dott (1964) vide Gilbert, 1982)

Claystone (Klasifikasi Gilbert, 1954)

Page 103: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

90

Nomor Foto : 6 Nama Megaskopis : Andesit

No. Sampel : PLP 9a Daerah : anak S.Makawa

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan batuan beku volkanik, warna abu-abu kehijauan, tekstur porfiritik (fenokris

tertanam dalam oleh masa dasar fine grain plagioklas, piroksen, min opak dan gelas),

bentuk subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri dari mineral plagioklas,

piroksen, mineral opak dan gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (65%), warna putih-abu-abu, relief sedang, kembaran karlsbad-

Albit sebagai fenokris (20%) berukuran 0,3-0,5 mm, bentuk subhedral-

Page 104: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

91

anhedral, An 42 (jenis andesin), sebagai massa dasar (45%) berukuran 0,05-

0,1mm, An42 (jenis andesin), tersebar merata dalam sayatan.

Piroksen (15%), hijau muda, abu-abu pucat, relief sedang, pleokroisme

lemah-tidak ada, bentuk subhedral - anhedral, ukuran 0,05-0,5 mm. Hadir

sebagai klinopiroksen (Augite) Sebagian besar mineral telah mengalami

ubahan menjadi mineral klorit. Hadir merata dalam batuan.

Mineral opak (5%), hitam, isotrop relief tinggi, ukuran pada fenokris 0,05-

0,1mm. hadir sebagai inklusi pada piroksen.

Gelas (10%) tidak bewarna, pengamatan dengan nikol silang bewarna

gelap, dengan menggunakan keping gips berwarna ungu muda berkabut.

Penamaan petrografi : Andesit Piroksen (klasifikasi Williams, 1982)

Mineral sekunder yang hadir:

Klorit (5%) hijau-hijau kekuningan, belahan parallel / satu arah, ukuran butir

0,05-0,1 mm. Hadir sebagai mineral ubahan dari mineral piroksen

Page 105: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

92

Nomor Foto : 7 Nama Megaskopis : Tuff

No. Sampel : PLP 9c Daerah : anak S.Makawa

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan tipis batuan piroklastik (lapuk), berwarna abu-abu-krem, tekstur klastik

dengan butiran berukuran 0,05–0,3 mm, terdiri dari feldspar, kuarsa dan mineral

opak, bentuk menyudut tanggung, butiran tertanam dalam matriks gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Feldspar (5%), putih, relief rendah, berukuran 0,1–0,25mm, bentuk menyudut

tanggung, berupa plagioklas.

Kwarsa (1%), tidak berwarna-kuning orde I, relief relief rendah, indeks bias

n>nKb, berukuran 0,05–0,1mm, pemadaman bergelombang.

Page 106: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

93

Min opak (4%), hitam, kedap cahaya, relief sangat tinggi, berukuran

0,05–0,1mm, bentuk menyudut tanggung, hadir setempat– setempat dalam

sayatan.

Gelas (90%), tidak berwarna, pengamatan dengan menggunakan nikol silang

menjadi gelap, sebagian besar telah terubah menjadi mineral lempung.

Penamaan petrografis : Vitric Tuff (Klasifikasi Williams, 1982)

Page 107: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

94

Nomor Foto : 8 Nama Megaskopis : Tuff

No. Sampel : PLP 9f Daerah : anak S.Makawa

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan tipis batuan piroklastik (sangat lapuk), berwarna abu-abu, tekstur klastik

dengan butiran berukuran 0,05–15,5 mm, terdiri dari lithic, kuarsa, feldspar dan

mineral opak, bentuk menyudut tanggung, butiran tertanam dalam matriks gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Lithic (50%), abu-abu, kecoklatan, didominasi oleh pecahan batuan

piroklastik (pumice) dengan ukuran butir 0,3-15,5 mm, bentuk menyudut

tanggung.

Page 108: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

95

Kwarsa (1%), tidak berwarna-kuning orde I, relief relief rendah, berukuran

0,06–0,1mm, pemadaman bergelombang.

Feldspar (2%), putih, relief rendah, berukuran 0,1–0,25mm, bentuk menyudut

tanggung, berupa ortoklas.

Min opak (2%), hitam, kedap cahaya, relief sangat tinggi, berukuran 0,05–

0,15mm, bentuk menyudut tanggung, hadir setempat– setempat dalam

sayatan.

Gelas (45%), tidak berwarna, pengamatan dengan menggunakan nikol silang

menjadi gelap, sebagian besar telah terubah menjadi mineral lempung.

Penamaan petrografis : Lithic tuff (Klasifikasi Williams, 1982)

Page 109: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

96

Nomor Foto : 9 Nama Megaskopis : Andesit

No. Sampel : PLP 29 Daerah : G.Biang

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol silang nikol sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Batuan beku intermediet vulkanik; warna abu abu; indeks warna 20%;

kristalinitas:hipokristalin ; granularitas:fanerikhalus-afanetik ; bentuk

kristal:subhedral-anhedral; ukuran kristal:0.5-3 mm; relasi:Inequigranular vitroverik

yang disusun oleh:

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (60%); warna:coklat; relief:sedang; bentuk kristal:subhedral;

indeks bias:Nmin<Nkb, menunjukkan kembaran Albit, pada fenokris

Page 110: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

97

berukuran 2 mm, dengan An 55 jenis Labradorit, dan pada mikrolit berukuran

0.5 mm dengan An 28 jenis Oligoklas, hadir merata dalam sayatan.

Piroxen (20%); berwarna biru; relief:rendah; menunjukkan adanya belahan 2

arah; bentuk cristal:subhedral; hadir setempat dalam sayatan.

Massa gelas (20%), yang hadar merata dalam sayatan.

Penamaan petrografi : Andesit piroksen.

Page 111: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

98

Nomor Foto : 10 Nama Megaskopis : Batuan alterasi

No. Sampel : PLP 48 Daerah : S.Mataluntun

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS :

Sayatan batuan teralterasi, warna abu-abu kecoklatan-kehijauan, komposisi mineral

tersusun oleh kuarsa (veint let), serisit, dan mineral bijih. Nampak fe oksida mengisi

rekahan.

KOMPOSISI MINERAL:

Silika (Kuarsa) (75%), tidak berwarna-kuning jerami orde I, relief rendah,

pemadaman bergelombang, berukuran 0,05–0,3mm, hadir mengisi fracture

Serisit (20%), tidak berwarna, belahan satu arah, bf kuat, hadir sebagai

ubahan dari mineral plagioklas dan K-feldspar.

Page 112: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

99

Mineral bijih (5%), hitam, relief sangat tinggi, isotrop, berukuran 0,02 –

0,1mm. dari pengamatan megaskopis berupa mineral sulfide pyrite, tersebar

mengisi urat dan.

Jenis Alterasi : Filik

Page 113: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

100

Nomor Foto : 11 Nama Megaskopis : Batuan alterasi

No. Sampel : PLP 49 Daerah : S.Mataluntun

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan batuan teralterasi, warna abu-abu kecoklatan-kehijauan, komposisi mineral

tersusun oleh kuarsa, serisit, dan mineral bijih.

KOMPOSISI MINERAL:

Silika (Kuarsa) (75%), tidak berwarna-kuning jerami orde I, relief rendah,

pemadaman bergelombang, berukuran 0,05–0,3mm, hadir mengisi fracture

Serisit (20%), tidak berwarna, belahan satu arah, bf kuat, hadir sebagai

ubahan dari mineral plagioklas dan K-feldspar.

Mineral bijih (5%), hitam, relief sangat tinggi, isotrop, berukuran 0,02 –

0,1mm. dari pengamatan megaskopis berupa mineral sulfide pyrite, tersebar

mengisi urat.

Jenis Alterasi : Filik

Page 114: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

101

Nomor Foto : 12 Nama Megaskopis : Batuan alterasi

No. Sampel : PLP 51 Daerah : S.Mataluntun

Posisi nikol : Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS :

Sayatan batuan teralterasi, warna abu-abu kecoklatan-kehijauan, komposisi mineral

tersusun oleh kuarsa, serisit, klorit dan mineral bijih.

KOMPOSISI MINERAL:

Silika (Kuarsa) (70%), tidak berwarna-kuning jerami orde I, relief rendah,

pemadaman bergelombang, berukuran 0,05–0,3mm, hadir mengisi rekahan

(vein).

Klorit (20%), hijau - hijau kekuningan, belahan parallel/satu arah, fibrous,

ukuran butir 0,05-0,1 mm.

Page 115: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

102

Serisit (5%), tidak berwarna, belahan satu arah, bf kuat, hadir sebagai ubahan

dari mineral plagioklas dan K-feldspar.

Mineral bijih (5%), hitam, relief sangat tinggi, isotrop, berukuran 0,02 –

0,1mm. dari pengamatan megaskopis berupa mineral sulfide pyrite.

Jenis Alterasi : Propilitik

Page 116: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

103

Nomor Foto : 13 Nama Megaskopis : Batuan alterasi

No. Sampel : PLP 52 Daerah : S.Mataluntun

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan batuan beku volkanik (teralterasi), warna abu-abu kehijauan, tekstur

porfiritik (fenokris tertanam dalam oleh masa dasar fine grain plagioklas, piroksen,

min opak dan gelas), bentuk subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri dari

mineral plagioklas, piroksen, mineral opak dan gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (50%) warna putih-abu-abu, relief sedang, kembaran karlsbad-

Albit sebagai fenokris (20%) berukuran 0,3-0,5 mm, bentuk subhedral-

anhedral, An 42 (jenis andesin), sebagai massa dasar (45%) berukuran 0,05-

0,1mm, An42 (jenis andesin), tersebar merata dalam sayatan.

Page 117: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

104

Piroksen (15%) hijau muda, abu-abu pucat, relief sedang, pleokroisme

lemah-tidak ada, bentuk subhedral - anhedral, ukuran 0,05-0,3 mm. Hadir

sebagai klinopiroksen (Augit) Sebagian besar mineral telah mengalami

ubahan menjadi mineral klorit. Hadir merata dalam batuan.

Mineral opak (5%) hitam, isotrop relief tinggi, ukuran pada fenokris 0,05-

0,1mm. hadir sebagai inklusi pada piroksen.

Gelas (10%) tidak bewarna, pengamatan dengan nikol silang bewarna gelap,

dengan menggunakan keping gips berwarna ungu muda berkabut..

Penamaan petrografi : Andesit piroksen(klasifikasi Williams, 1982)

Mineral sekunder yang hadir:

Klorit (15%) hijau-hijau kekuningan, belahan parallel / satu arah, ukuran

butir 0,05-0,1 mm. Hadir sebagai mineral ubahan dari mineral piroksen

Jenis alterasi : Propilitik

Page 118: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

105

Nomor Foto : 14 Nama Megaskopis : Batuan Alterasi

No. Sampel : PLP 53 Daerah : S.Mataluntun

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan batuan beku volkanik (teralterasi), warna abu-abu kehijauan, tekstur

porfiritik (fenokris tertanam dalam oleh masa dasar fine grain plagioklas, piroksen,

min opak dan gelas), bentuk subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri dari

mineral plagioklas, piroksen, mineral opak dan gelas. Nampak adanya urat klorit

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (50%), warna putih-abu-abu, relief sedang, kembaran karlsbad-

Albit sebagai fenokris (25%) berukuran 0,3-0,5 mm, bentuk subhedral-

anhedral, An 42 (jenis andesin), sebagai massa dasar (40%) berukuran 0,05-

0,1mm, An42 (jenis andesin), tersebar merata dalam sayatan.

Page 119: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

106

Piroksen (15%), hijau muda, abu-abu pucat, relief sedang, pleokroisme

lemah-tidak ada, bentuk subhedral - anhedral, ukuran 0,05-0,3 mm. Hadir

sebagai klinopiroksen (Augite) Sebagian besar mineral telah mengalami

ubahan menjadi mineral klorit. Hadir merata dalam batuan.

Mineral opak (5%), hitam, isotrop relief tinggi, ukuran pada fenokris 0,05-

0,1mm. hadir sebagai inklusi pada piroksen.

Gelas (10%) tidak bewarna, pengamatan dengan nikol silang bewarna gelap,

dengan menggunakan keping gips berwarna ungu muda berkabut.

Penamaan petrografi : Andesit piroksen (klasifikasi Williams, 1982)

Mineral sekunder yang hadir:

Klorit (15%) hijau-hijau kekuningan, belahan parallel / satu arah, ukuran

butir 0,05-0,1 mm. Hadir sebagai mineral ubahan dari mineral piroksen,

sebagian hadir mengisi urat

Serisit (5%) tidak berwarna, belahan satu arah, bf kuat, hadir sebagai ubahan

dari mineral plagioklas.

Jenis alterasi : Propilitik

Page 120: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

107

Nomor Foto : 15 Nama Megaskopis : Batuan Alterasi

No. Sampel : PLP 54 Daerah : S.Mataluntun

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol Silang Nikol Sejajar

0 0,5 mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan batuan beku volkanik(teralterasi), warna abu-abu kehijauan, tekstur

porfiritik (fenokris tertanam dalam oleh masa dasar fine grain plagioklas, piroksen,

min opak dan gelas), bentuk subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri dari

mineral plagioklas, piroksen, mineral opak dan gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (45%), warna putih-abu-abu, relief sedang, kembaran karlsbad-

Albit sebagai fenokris (20%) berukuran 0,3-1,5 mm, bentuk subhedral-

anhedral, An 42 (jenis andesin), sebagai massa dasar (40%) berukuran 0,05-

0,1mm, An42 (jenis andesin), tersebar merata dalam sayatan.

Page 121: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

108

Piroksen (15%), hijau muda, abu-abu pucat, relief sedang, pleokroisme

lemah-tidak ada, bentuk subhedral - anhedral, ukuran 0,05-1,3 mm. Hadir

sebagai klinopiroksen (Augit) Sebagian besar mineral telah mengalami

ubahan menjadi mineral klorit, hadir merata dalam batuan.

Mineral opak (5%), hitam, isotrop relief tinggi, ukuran pada fenokris 0,05-

0,1mm. hadir sebagai inklusi pada piroksen.

Gelas (15%) tidak bewarna, pengamatan dengan nikol silang bewarna gelap,

dengan menggunakan keping gips berwarna ungu muda berkabut..

Penamaan petrografi : Piroksen andesit (klasifikasi Williams, 1982)

Mineral sekunder yang hadir:

Klorit (15%) hijau-hijau kekuningan, belahan parallel / satu arah, ukuran

butir 0,05-0,1 mm. hadir sebagai mineral ubahan dari mineral piroksen

Serisit (5%) tidak berwarna, belahan satu arah, bf kuat, hadir sebagai ubahan

dari mineral plagioklas.

Jenis alterasi : Propilitik

Page 122: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

109

Nomor Foto : 16 Nama Megaskopis : Andesit

No. Sampel : Lp 64 Daerah : S.Andulan

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol silang Nikol sejajar

0 0,5mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan batuan beku volkanik, warna abu-abu kehijauan-kecoklatan, tekstur trachite

bentuk subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri dari plagioklas, hornblende,

mineral opak dan gelas. Nampak lubang-lubang amigdaloidal terisi oleh mineral

sekunder kalsit dan kuarsa.

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (60%), putih-abu-abu, relief sedang, kembaran karlsbad-Albit,

sebagai fenokris (20%) berukuran 0,3-1,5 mm, bentuk subhedral-anhedral,

An 43 (jenis andesin), sebagai massa dasar (40%) berukuran 0,05-0,1mm,

An42 (jenis andesin), tersebar merata dalam sayatan. Nampak pada masa

dasar memperlihatkan penjajaran mineral plagioklas.

Page 123: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

110

Piroksen (15%), hijau muda pucat, abu-abu pucat, relief sedang, pleokroisme

lemah-tidak ada, bentuk subhedral - anhedral, ukuran 0,05-1,3 mm. Hadir

sebagai klinopiroksen (Augite) Sebagian besar mineral telah mengalami

ubahan menjadi chlorit. Hadir merata dalam batuan.

Mineral opak (5%) hitam, isotrop relief tinggi, ukuran butir 0,05-0,1mm.

Gelas (20%) tidak bewarna, pengamatan dengan cross nikol berwarna gelap,

dengan Keping gips bewarna ungu muda berkabut. Sebagian besar telah

mengalami ubahan menjadi lempung.

Penamaan Petrografis : Andesit (klasifikasi Williams, 1982)

Page 124: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

111

Nomor Foto : 17 Nama Megaskopis : Batugamping

No. Sampel : Lp 71 Daerah : anak S.Andulan

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol silang Nikol sejajar

0 0,5mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan tipis batugamping klastik, berwarna abu-abu kecoklatan - krem, klastik,

grain supported, dengan sedikit detritus mineral opak, berukuran 0,1–1,2mm.

KOMPONEN PENYUSUN:

Fosil (74%), tidak berwarna (sudah terekristalisasi) – kecoklatan, relief

sedang, bentuk sebagian pecah (skeletal), berukuran 0,5–1,2 mm, bias

rangkap ekstrim, berupa foram plankton dan bentos, foram besar serta

pecahan ganggang/koral, hadir merata dalam sayatan.

Mineral opak (1%) hitam, isotrop, relief tinggi, ukuran 0,1-0,1mm, bentuk

membulat-membulat tanggung.

Page 125: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

112

Mikrit (15%), tidak berwarna, relief bervariasi, berukuran kurang dari

0,02mm, warna interferensi sangat tinggi – ekstrim, hadir merata dalam

sayatan.

Sparit (10%), tidak berwarna, relief sedang, berukuran 0,1–0,3mm, bias

rangkap ekstrim, hadir merata dalam sayatan.

Kehadiran fosil foram: Diccocylina sp, Lepidocylina sp.

Penamaan Petrografis :

Packstone (Klasifikasi Dunham, 1962)

Biomicrite (Klasifikasi R.L. Folk, 1962)

Fosilliferous Limestone (Klasifikasi Gilbert, 1954)

Page 126: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

113

Nomor Foto : 18 Nama Megaskopis : Andesit

No. Sampel : PLP 89 Daerah : S.Makawa

Posisi nikol : Nikol Silang dan Sejajar Perbesaran : 30 kali

Nikol silang Nikol sejajar

0 0,5mm

PEMERIAN PETROGRAFIS:

Sayatan batuan beku volkanik, warna abu-abu kehijauan-kecoklatan, tekstur

porfiritik(fenokris tertanam dalam oleh masa dasar fine grain plagioklas, piroksen,

min opak dan gelas), bentuk subhedral-anhedral, komposisi mineral terdiri dari

mineral plagioklas, hornblende, mineral opak dan gelas.

KOMPOSISI MINERAL:

Plagioklas (60%), putih-abu-abu, indek bias n>nkb, relief sedang, kembaran

kalsbad-Albit, sebagai fenokris (20%) berukuran 0,3-1,5 mm, bentuk

subhedral-anhedral, An 43 (jenis andesin), sebagai massa dasar (40%)

berukuran 0,05-0,1mm, An42 (jenis andesin), tersebar merata dalam sayatan.

Page 127: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

114

Piroksen (20%), hijau muda pucat, abu-abu pucat, relief sedang, pleokroisme

lemah-tidak ada, bentuk subhedral - anhedral, ukuran 0,05-1,3 mm. Hadir

sebagai klinopiroksen (Augite) Sebagian besar mineral telah mengalami

ubahan menjadi chlorit. Hadir merata dalam batuan.

Mineral opak (5%) hitam, isotrop relief tinggi, ukuran butir 0,05-0,1mm.

Gelas (15%) tidak bewarna, pengamatan dengan cross nikol bewarna gelap,

dengan keping gips bewarna ungu muda berkabut. Sebagian besar telah

mengalami ubahan menjadi lempung.

Penamaan petrografis: Andesit (klasifikasi Williams, 1982)

Mineral sekunder yang hadir:

Klorit (15%) hijau-hijau kekuningan, belahan parallel / satu arah, ukuran

butir 0,05-0,1 mm. Hadir sebagai mineral ubahan dari mineral hornblende

Silika (quartz)(5%) tidak berwarna-kuning jerami orde I, relief rendah,

pemadaman bergelombang, berukuran <0,05 mm(kriptokristalin) - 0,25mm,

hadir mengisi lubang amigdoloidal.

Page 128: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

115

ANALISIS STEREONET SESAR MAKAWA

Page 129: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

116

ANALISIS STEREONET SESAR MATALUNTUN

Page 130: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

117

No.contoh batuan : PLP 71 Formasi : Toraja

Lokasi : Anak Sungai Andulan Umur : Eosen Awal - Tengah (Tab)

Batuan : Batugamping

Awal Tengah Awal Tengah Awal Akhir

1 2 3 4 5 1 2 3

Discocylina Sp.

Lepidocylina Sp.

Foraminifera Besar Ta Th

U M U R

EOSEN OLIGOSEN MIOSEN

Plio

sen

Van Der Vlerk & Umbgrove (1927)

Tb Tc TdTe Tf

Tg

Plisto

sen

Akhir Tengah

LABORATORIUM MIKROPALEONTOLOGI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNOLOGI MINERALUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

ALISIS PALEONTOLOGI

Page 131: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

118

PETA LINTASAN SEMI DETAIL

Page 132: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

119

PE

TA

LO

KA

SI

PE

NG

AM

AT

AN

Page 133: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

120

PE

TA

GE

OM

OR

FO

LO

GI

Page 134: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

121

PE

TA

GE

OL

OG

I

Page 135: Geologi Dan Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Andulan Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan

122

PETA ALTERASI