belajar alterasi
DESCRIPTION
Belajar Alterasi Hidrothermal 2014TRANSCRIPT
PEMBAHASAN
Dari hasil interpretasi peta kontur secara vertikal dan juga horisontal
berdasarakan distribusi mineral hidrothermal yang ada pada lapangan Matsukawa
Geothermal Field dihasilkan peta kontur sebagai berikut:
Gambar 1. Deliniasi Kontur Thermal
Dari hasil pendeliniasian peta kontur tersebut didasarkan pada range nilai
perpotongan yang di hasilkan dari setiap mineral hidrothermal yang didapatkan
pada setiap titik peta, baik secara lateral maupun dari hasil kenampakan sayatan
dari hasil pemboran. Kondisi keterdapatan jenis-jenis mineral yang berbeda satu
1
sama lain pada setiap titiknya memberikan artian khusus. Dimana dari hasil
pengamatannya dapat menunjukan perbedaan suhu yang mendominasi adanya
mineral hidrothermal tersebut. Sehingga keterdapatan mineral-mineral tersebut
membantu menunjukan dimana sumber source zona boilling yang berada pada
lapangan Matsukawa.
Dari hasil interpretasi kontur panas tersebut dapat menunjukan adanya
suatu sistim panas bumi yang berada di bawah lapangan Matsukawa. Kenampakan
pada daerah penelitian secara lateral tersebut juga ditunjukan oleh adanya peta
sayatan hasil pengeboran pada daerah tersebut yang menunjukan mineral indeks
penciri daerah hidrothermal yang dapat di bagi menjadi beberapa zonasi alterasi
hidrothermal yaitu zona potassic, propilitic, pilitic, dan argilic. Sisitem panas
bumi yang menunjukan zonasi yang cukup lengkap tersebut menunjukan adanya
source yang baik pada dasar lapangan Matsukawa ini. Secara umum proses
hidrothermal pada lapangan ini berasosiasi dengan sistim vulkano yang berciri
stratovolcano yang merupakan jenis gunung tipe A yang terbentuk akibat proses
adanya zona subduksi pada daerah tersebut. Daerah lapangan Matsukawa ini
terletak di Negara Jepang dimana negara ini masih masuk dalam kawasan zona
cincin api yang didominasi oleh pembentukan gunung secara subduksi.
Gambar 2. Penampang Zona Subduksi
2
Dari proses subduksi yang bekerja pada lempang benua dan juga lempeng
samodra tersebut akan menghasilkan proses dari pembentukan sistem panas bumi
seperti gambar berikut:
Gambar 3. Penampang Geothermal
Proses geologi yang menghasilkan daerah geothermal pada lapangan
Matsukawa ini secara keseluruhanya dapat di asosiakan dengan proses subduksi
ini. Selayaknya daerah geothermal yang berada di negara Indonesia ini dimana
secara keseluruhan proses yang mendominasi adalah hasil dari adanya proses
subduksi. Dari proses subduksi ini akan menghasilkan adanya sistim panas bumi
yang akan terbentuk secara bertahap dimana sistem panas bumi secara umum
adalah:
1. Heat Source
2. Reservoar
3. Zona Recharge
4. Zona Discharge
5. Seal (Penutup)
3
Gambar 4. Sistem Vulkanik Hidrothermal
Dari sistem panas bumi diatas saling berkesinambungan dimana heat
source yang dapat diinterpretasikan berasal dari sistem subduksi di daerah
stratovolcano tersebut yang mampu menghasilkan panas minimal adalah pada
150 o-300o C. Kondisi tersebut merupakan kondisi minimal dimana sistem panas
bumi yang akan menghasilkan nilai energi yang baik. Adanya sistim zona
recharge yang masuk melalui rekahan batuan di sekitar daerah vulkanik tersebut
akan menghasilkan akumulai fluida yang ada di dalam reservoar yang bersifat
permeabel. Adanya panas yang dihasilkan oleh magma tersebut akan
menghasilkan senyawa senyawa SO2, HCL, CO2 maupun H2O yang akan
berasosiasi dengan fluida yang ada dalam reservoar tersebut. Proses pemanasan
ini juga tidak lepas dari adanya suatsu struktur geologi di bawah permukaan yang
manghasilkan adanya trobosan paas tersebut ke arah reservoar atau zona upflow.
Proses dari adanya pemanasan di dalam reservoar dari heat source ini akan
menghasilkan proses boilling atau pemanasan yang akan mengahsilkan larutan
fluida bikarbonat atau HCO3 diaman kondisi ini akan mengkikuti arah aliran
fluidanya hingga masuk pada daerah zona discharge sehingga nantinya juga akan
menghasilkan endapan silika sinter pada daerah discharge tersebut sebagai penciri
4
adanya daerah hidrothermal. Sebagian akan berkondensasi diatas batas muka air
tanah yang membantuk gas H2SO4 proses ini nantinya akan mengalami upflow
keatas dimana adanya struktur kekar maupun rekahan yang terbentuk menjadi
jalan gas ini dan muncul di permukaan menjadi fumarol. Proses tersebut juga
tidak lepas dari adanya keberadaan seal dimana seal ini merupakan batuan
penutup reservoar sebagai penampung dari adanya panas bumi yang tersimpan
dan terpanaskan di reservoar tersebut. Secara umum seal ini dapat terbentuk dari
akibat proses alterasi hidrothermal pada daerah argilik yang memiliki suhu
berkisar 100o-200o C menghasilkan mineral-mineral lempung seperti
monmorilonit, ilit, smektit. Proses ini juga akan berpengaruh seberapa besar
manifestasi yang terkandung dalam reservoarnya karena semakin tebal seal maka
akan semakin baik panas bumi yang tersimpan di dalam reservoarnya. Proses
alterasi yang semakin intens pada daerah argilik ini juga akan membantu dalam
pembentukan seal yang baik sehingga lapisan yang impermeabel ini mampu
menahan fluida maupun panas bumi sehingga tidak mengalami upflow secara
bebas.
Gambar 5. Zonasi Alterasi Hidrothermal
Secara sistem panas bumi diatas dapat ditunjukan bahwa proses dari
adanya sistem tersebut akan menghasilkan zonasi alterasi yang terbentuk pada
daerah tersebut. Dari hasil pendeliniasiannya daerah secara lateral tersebut dapat
5
di bagi menajadi dua yakni adalah adanya zonasi upflow biasanya berada pada
daerah zonasi potassic sampai propilitik dan daerahproximal zone ini biasanya
adalah daerah argilik. Proses alterasi ini mampu menghasilkan mineral-mineral
alterasi yang mampu mencirikan daerah lokasi upflow dengan baik sehingga
dalam eksplorasinya zonasi upflow ini sering dicari dalam eksplorasinya. Berikut
merupakan daerah zonasi alterasi yang dihasilkan dari lapangan Matsukawa yang
dapat diinterpretasikan:
1. Zona Potassic :
Merupakan zona alterasi hidrothermal yang berada dalam satu sistem
sumber panas yang berkedalaman ratusan meter dengan suhu berkisara dalah
>300o C. Pada kondisi ini di cirikan adanya keadaan salinitas tinggi dan
keadaan magmatik yang tinggi.
Keadaan tersebut juga diperlihatkan pada kondisi alterasi yang terdapat
pada lapangan Matsukawa tersebut. Dimana dicirikan dari adanya mineral-
mineral bersuhu tinggi dalam pembentukannya seperti garnet, Amphibol,
biotit, serpentin, monmorilonit. Pada proses alterasi ini biasanya akibat adanya
metasomatisme yang terjadi dengan adanya unsur potasium yang tertambahkan
dan juga unsur kalsium yang masuk dalam proses tersebut.
2. Zona Pilitik :
Merupakan zona alterasi yang berada pada bagian luar dari zonapotasic
sendiri. Dengan suhu antara 280o-400o C zona alterasi ini biasanya berbentuk
cirkular mengikuti bentuk dari daerah intrusi tersebut. Dari hasil deliniasi
kontur dan interpretasi kedalam dan juga suhunya pada lapngan matsukawa ini
juga ditunjukan dengan adanya beberapa mineral alterasi yang menunjukan
keadaan zonasi alterasi tersebut seperti: illit, andalusit, chlorit, epidot dimana
mineral mineral ini mampu menunjukan indeks suhu yang hampir menyamai
dengan keadaanzonasi ini.
3. Zona Propilik :
Zonasi alterasi ini letaknya di atas zona pilitik dimana dari keseluruhan
zona alterasi yang terbentuk pada daerah ini adalah pada suhu 200o-300o C.
Dari hasil pengamatan pembuatan kontur pada lapngan Matsukawa ini
6
menunjukan bahwa mineral mineral yang dapat menjadi penciri suhu pada
alterasi ini adalah illite, smektit, klorit, Andalusit.
4. Zona Argilik:
Merupakan suatu zona alterasi yang berada pada bagian paling terluar dari
zonasi alterasi tersebut dimana pada zonasi ini lebih didominasi oleh adanya
proses pembentukan mineral lempung seperti smektit, kalsedon, opal,
kimberlit, dan mineral lempung seperti monmoriloni, kaolinit. Dimana pada
zonasi ini dapat di jadikan sebagai parameter pembentukan seal yang berada
pada daerah lapangan matsukawa sebagai penutup reservoar daripanas bumi
tersebut.
Gambar 6. Zonasi Daerah Prospektif
Proses alterasi yang terbentuk pada lapngan Matsukawa ini adalaha hasil dari
pemanasan dari proses magmatisme pada daerah gunung stratovolcano tersebut
sehingga menghasilkan zona boilling atau pemanasan dimana dari adanya
pemanasan tersebut membawa unsur-unsur kimia baik dengan salinitas tinngi dan
konsentrasi magmatik yang tinggi sehingga menghasilkanadanya proses
perubahan mineral asal batuan menjadi mineral alterasi atau biasa merupakan
jenis mineral hidrothermal yang dapat mencirikan indeks keadaaan suatu bawah
permukaan bumi. Dari alterasi tersebut dapat menunjukan bahwa zona upflow
berada pada daerah dengan ketinggian zonasi suhunya berada pada >300o C, dan
7
Zona Upflow (Prospektif)
Zona Proksimal
padadaerah proksimal atau daerah sekitar zonasi upflow ini berada pada suhu
<300o C. Dapat disimpulkan bahwa keadaan tersebut menunjukan bahwa daerah
zona upflow tersebut merupakan daerah yang baik untuk di eksplorasi panas
buminya karena sesuai kriteria dari sistem panas bumi sangan memungkinkan
untuk diambil energinya.
8