petrologi - bahan ajar identifikasi mineral dan alterasi

20
ii BAHAN AJAR Identifikasi Mineralisasi dan Alterasi Mata Kuliah Petrologi

Upload: wandy-gunawan

Post on 17-Dec-2015

103 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

petrologi mineral alterasi

TRANSCRIPT

  • ii

    BAHAN AJARIdentifikasi Mineralisasi dan Alterasi

    Mata Kuliah Petrologi

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya dengan bantuandan pertolongannya, maka bahan ajar ini dapat tersusun.Bahan ajar Identifikasi Mineralisasi dan Alterasi untuk menunjang kegiatan pendidikan.Melalui ketersediaan bahan ajar ini diharapkan peserta diklat akan lebih mudah memahamiberbagai hal tentang mineralisasi dan kaitannya dengan alterasi.Bahan ajar ini disusun supaya peserta diklat dapat mengetahui identifikasi mineralisasi danalterasi yang merupakan salah satu pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukaneksplorasi mineral. Melalui pemahaman terhadap mineralisasi dan alterasi merupakan suatuinformasi yang mendukung kegiatan eksplorasi mineral.Penyusun menyadari dalam bahan ajar ini masih banyak ditemui berbagai kekurangan. Kritikdan saran dari semua pihak sangat kami tunggu. Semoga modul ini bermanfaat bagipeningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral diIndonesia.

    Penyusun

  • iii

    DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL iKATA PENGANTARDAFTAR ISI

    iiiii

    BAB 1PENDAHULUAN 11.1 Latarbelakang 11.2 Deskripsi 21.3 Tujuan Pembelajaran Umum 21.4 Tujuan Pembelajaran Khusus 2

    BAB 2PENGANTAR MINERALOGI 32.1 Pengertian Mineral 32.2 Sifat-sifat Fisik Mineral 3

    BAB 3ALTERASI HIDROTERMAL 83.1 Pengantar Alterasi Hidrotermal 83.2 Alterasi pada Porfiri 11

    BAB 4TIPE-TIPE ALTERASI 144.1. Propilitik (Propylitic) 144.2. Argilik (Argillic) dan Advanced Argillic 144.3. Potasik (Pottasic) 144.4. Filik (Phyllic) 154.5. Skarn dan Greisen 15

    SUMBER PUSTAKA 17

  • 1BAB 1PENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangBahan tambang bukan hanya mineral atau bijih, tetapi juga bahan-bahan lain yang dapatdiusahakan dan dipasarkan, misalnya batubara, permata/batu mulia, bahan galian industri,bahan bangunan atau bahkan tanah urug (bahan galian konstruksi).Dalam tahapan eksplorasi, pada observasi lapangan selalu dimulai untuk menemukanketerdapatan mineral, dimana kegiatan-kegiatan eksplorasi selanjutnya berusaha untukmenghasilkan (membuktikan) suatu keterdapatan mineral dapat ditingkatkan menjadikonteks endapan mineral dan bahkan jika beruntung dapat ditingkatkan menjadi endapanbijih.Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannyadisebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan sifatnya bahan galiandapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok ; mineral logam, mineral industri serta batubara dangambut. Karakteristik ketiga bahan galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasiyang dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode untukmengetahui keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.Kegiatan eksplorasi bahan galian umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi, dimulai darisurvey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum sampai eksplorasi rinci. Setiap tahap eksplorasiyang dilakukan tidak hanya melibatkan ahli geologi tetapi juga ahli ahli geofisika, geokimia,geodesi, teknik pemboran, geostatistik dan sebagainya.Suatu model endapan mineral merupakan sebuah informasi yang disusun secara sistematisyang memuat informasi-informasi tentang atribut-atribut penting (sifat dan karakteristik)pada suatu kelas endapan mineral. Model endapan mineral tersebut dapat juga berupasuatu model empirik (deskriptif), yang memuat informasi-informasi yang saling berhubungan(dari yang belum diketahui) berdasarkan data teoritik, yang selanjutnya dijabarkan dalamkonsep-konsep yang fundamental (mendasar).Dalam penyusunan suatu model endapan mineral perlu diperhatikan penekanan padaendapan-endapan epigenetik, yaitu penekanan pada lingkungan litotektonik formasi

  • 2(berhubungan dengan batuan asal atau batuan induk) atau penekanan pada lingkunganlitotektonik mineralisasi (berhubungan proses pembentukan mineral-mineral). Oleh sebabitu untuk endapan epigenetik harus jelas arah penekanan modelnya, agar tidak terjadikesalahan dalam interpretasi.

    1.2. DeskripsiMata kuliah ini membekali mahasiswa dengan materi tentang mengidentifikasimineralisasi beserta dengan alterasi yang menyertainya. Melalui pembelajaran tentangidentifikasi mineralisasi dan alterasi akan dijelaskan tentang keterdapatan mineral-mineraldan kaitannya dengan penyebaran alterasi.

    1.3. Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan danmendeskripsikan mineral secara umum serta mengidentifikasi mineral-mineral pada tipe-tipe alterasi hidrotermal.

    1.4. Tujuan Pembelajaran KhususMahasiswa diharapkan dapat:1. Menjelaskan pengertian mineral berdasarkan ilmu geologi.2. Menjelaskan sifat fisik mineral.3. Menjelaskan alterasi hidrotermal.4. Menjelaskan tipe-tipe alterasi hidrotermal.5. Mengidentifikasi mineral-mineral ikutan pada alterasi hidrotermal.

  • 3BAB 2PENGANTAR MINERALOGI

    2.1. Pengertian MineralBumi tersusun dari berbagai macam jenis batuan. Mineral merupakan salah satu elemendasar yang menyusun suatu batuan. Maka untuk mengenal, mengidentifikasikan, danbahkan menamakan suatu batuan, kandungan mineral yang berada di dalamnya harusterlebih dahulu dikenal dan diamati. Karena kesalahan dalam pengamatan dan pengenalanmineral dalam batuan akan sangat berdampak besar dalam penamaan batuan, sehinggaakhirnya sangat mempengaruhi suatu hasil analisis dan interpretasi.Definisi tentang mineral sangat sulit dirumuskan dengan tepat, karena pada kenyataannyatidak ada satupun definisi yang disetujui secara umum. Namun demikian, definisi yang dipilihadalah Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terbentuk di alam secaraanorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu, dan susunan atom yang teratur.Berdasarkan definisi tersebut maka air, batubara, minyak bumi, dan gas alam tidak dapatdisebut mineral. Sebagian ahli memasukan kondisi tersebut di atas dengan istilahmineraloid, karena tidak sesuai dengan batasan definisi mineral di atas.

    2.2. Sifat-Sifat Fisik MineralMineral dapat dipelajari dan diamati melalui sifat-sifat fisiknya yang sangat berhubungandengan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Sifat fisik suatu mineral juga berguna dalamsegi keteknikan. Penggunaan mineral intan sebagai pengasah yang baik karena tingkatkekerasannya dan kuarsa pada komponen alat-alat elektronika karena sifat piezoelektriknya,merupakan contoh sifat fisik mineral yang digunakan dalam industri.Sifat-sifat fisik mineral meliputi 8 (delapan) aspek, yaitu: sifat optik, kekerasan (hardness),belahan (cleavage) dan pecahan (fracture), berat jenis, sifat kemagnetan, sifat kelistrikan,dan sifat permukaan.

    SIFAT OPTIKSuatu mineral memiliki 4 (empat) sifat optik yaitu:

  • 4(a) Pemantulan dan pembiasan (reflection dan refraction). Pengamatan sifat optik inimemerlukan bantuan peralatan yang khusus, seperti mikroskop polarisasi.

    (b) Kilap (luster). Terdapat 2 (dua) jenis kilap yang dimiliki suatu mineral, yaitu kilap metal(logam) dan kilap non metal. Kilap metal yang dimiliki oleh suatu mineral umumnyaagak gelap atau hampir gelap. Kilap non metal terdiri dari: kilap kaca (vitreous); kilap adamantin / intan; kilap sutera (silky); kilap lemak (greasy); kilap mutiara (pearly); kilap tanah (earthy); kilap resin / damar.Kilap mineral-mineral yang berada di antara dua jenis kilap tersebut dinamakan dengankilap sub-metal.

    (c) Warna dan goresan (colour and streak). Warna pada mineral merupakan pengamatanlangsung tanpa menggunakan alat bantu penglihatan. Goresan adalah warna mineralberupa bubuk halus yang diperoleh bila mineral digoreskan pada keping porselenberwarna putih yang permukaannya kasar. Warna goresan akan diperoleh padamineral-mineral yang kekerasannya di bawah kekerasan porselen (6,5).

    (d) Luminensi, merupakan suatu gejala emisi cahaya yang dihasilkan oleh semua proseskecuali pijar. Peristiwa ini umumnya dihasilkan karena penyebaran (irradiation),biasanya oleh sinar ultra violet.

    KEKERASAN (HARDNESS)Kekerasan mineral adalah daya tahan mineral terhadap goresan. Pada saat mineral digoresdengan mineral lain, maka mineral yang menggores lebih keras daripada yang tergores, yangdisebut dengan kekerasan relatif. Skala kekerasan relatif, dibuat berdasarkan pada SkalaMohs (Mohs Scale), yang dibuat Mohs pada tahun 1822.

  • 5Skala Mohs (dari lembut keras):

    1. Talc2. Gypsum3. Calcite4. Fluorite5. Apatite6. Ortoklas7. Kwarsa8. Topaz9. Corundum10. Diamond

    Kekerasan suatu mineral selalu disebandingkan dengan mineral-mineral yang berada didalam Skala Mohs. Mineral yang memiliki kekerasan yang paling rendah dicirikan denganTalc yang memiliki angka 1, sedangkan yang paling keras diwakili oleh intan yang memilikiangka kekerasan 10.

    BELAHAN (CLEAVAGE) DAN PECAHAN (FRACTURE)Sifat belahan dan pecahan pada mineral akan teramati jika suatumineral ditekan melampaui batas-batas elastisitas dan plastisnyayang berakibat mineral tersebut akan pecah. Mineral yang pecahakan memperlihatkan bidang pecahan yang apabila sejajardengan bidang kristalnya dikatakan mempunyai belahan

    (cleavage). Namun apabila bidang pecahan mineral tersebut tak teratur, maka bidangtersebut dikatakan pecahan (fracture).Mineral-mineral yang mempunyai bidang belah jelas, kebanyakan dapat pecah melalui disepanjang bidang belahnya, tetapi dengan mudah pula pecah melalaui arah-arah yang lain.Namun pada mineral-mineral yang belahannya tidak jelas, ternyata kemungkinan untuk

  • 6pecah sama dengan kemungkinan untuk membelah. Perlu pengamatan seksama terhadapkondisi mineral seperti ini.Sifat belahan (cleavage) dapat dinyatakan dengan menggunakan istilah: sempurna (perfect), untuk bidang belahan yang sangat baik dan sangat jelas; baik (good), untuk untuk bidang belahan yang baik dan cukup jelas; jelas (distinct), untuk bidang belahan yang cukup baik dan cukup jelas; tidak jelas (indistinct), untuk bidang belahan yang cukup baik namun tidak jelas; jelek (poor), untuk bidang belahan yang buruk dan tidak jelas sama sekali.

    BERAT JENISBerat jenis suatu mineral sangat ditentukan oleh struktur kristal dan komposisi kimianya.Namun berat jenis suatu mineral dapat berubah bila temperatur dan tekanan berubah,sebagai akibat pemuaian dan pengerutan yang terjadi pada mineral. Oleh karena itu, mineraldengan suatu komposisi kimia dan struktur kristal tertentu, akan mempunyai berat jenisyang tetap pada suatu temperatur dan tekanan yang tertentu pula.

    SIFAT KEMAGNETANHanya beberapa mineral yang bersifat feromagnetik (ferromagnetic), yaitu mineral-mineralyang dapat ditarik oleh magnet sederhana. Terkadang beberapa mineral seperti magnetitdan mahemit dapat bersifat magnet alam yang dikenal dengan sebut lodestone.Berdasarkan sifat-sifat magnet pada mineral dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua)golongan, yaitu: Diamagnetik, yaitu mineral-mineral yang ditolak magnet; Paramagentik, yaitu mineral-mineral yang ditarik magnet.

    Sifat magnet pada mineral dapat digunakan dalam pemisahan mineral seperti pada kondisimemisahkan suatu konsentrasi murni dari campuran mineral-mineral lainnya. Selain itu, sifat

  • 7magnet suatu mineral dapat membantu dalam kegiatan ekplorasi geofisika, yaitu denganmenggunakan magnetometer.

    SIFAT KELISTRIKANBerdasarkan sifat listriknya, maka mineral-mineral dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok,yaitu: Mineral konduktor, yang mampu menghantarkan arus listrik; Mineral non konduktor, yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.Mineral konduktor merupakan mineral-mineral yang memiliki ikatan logam yang terdiri darimineral native dan beberapa mineral sulfida. Pada beberapa mineral non konduktor, sifatkelistrikan dapat dibangkitkan dengan jalan mengubah temperatur yang disebut denganmineral pyroelectric dan mengubah tekanan yang disebut dengan piezoelectric.

    SIFAT PERMUKAANSifat permukaan mineral adalah sifat kebasahan relatif permukaan terhadap air atauwetabilitas (wettability). Berdasarkan sifat ini mineral-mineral dapat dibagi menjadi 2 (dua)kelompok yaitu: Mineral liofil (lyophile), yakni mineral-mineral yang mudah dibasahi air; Mineral liofob (lyophobe), yakni mineral-mineral yang sukar untuk dibasahi air.Sifat permukaan ini sangat berperan dalam teknik pemisahan mineral bijih (ore), yangdikenal dengan teknik flotasi. Seperti pada kondisi memisahkan mineral-mineral sulfidadengan mineral-mineral gangue. Mineral-mineral sulfida umumnya bersifat liofob,sedangkan mineral-mineral gangue bersifat liofil.

  • 8BAB 3ALTERASI HIDROTERMAL

    3.1. PengantarSistem hidrotermal dapat didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 sampai >500C),secara lateral dan vertical pada temperatur dan tekanan yang bervarisasi, di bawahpermukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua komponen utama, yaitusumber panas dan sumber fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunanmineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan cenderung menyesuaikankesetimbangan baru dengan membentuk himpunan mineral yang sesuai dengan kondisiyang baru, yang dikenal sebagai alterasi (ubahan) hidrotermal.

    Skema Sistem Hidrotermal-Magmatik

    Sumber panas utama adalah proses magmatisme. Oleh karena itu, tempat terjadinya prosesmagmatisme, cenderung terbentuk sistem hidrotermal. Baik proses magmatisme yangmembentuk plutonisme maupun vulkanisme.

  • 9Fluida utama pada sistem hidrotermal adalah fluida magmatik dan fluida meteorik. Fulidapada sistem hidrotermal dapat berasal dari fluida magmatik, air meteorik, air connate, airmetamorfik, dan air laut. Fraksi-fraksi volatil hidrous yang umumnya lebih ringan dan alkalik,cenderung terakumulasi pada bagian atas kantong magma, disebut sebagai fluida magmatik(atau juvenile), dalam artian masih fresh, belum terkontaminasi dan belum pernah munculdi permukaan. Komponen volatil di dalam magma umumnya terdiri dari H2O, H2S, CO2, HCl,HF, danH2 (sebagian besar adalah H2O, yaitu sekitar 1 15 %).Alterasi-alterasi tersebut akan tergantung pada: karakter batuan dinding, karakter fluida (Eh,pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park,1986), konsentrasi serta lama aktifitas hidrotermal (Browne, 1991 dalam Corbett dan Leach,1996), temperatur dan kimia fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh pada prosesalterasi hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996).Pada sistem hidrotermal akan dijumpai 3 (tiga) fase subtansi, yaitu padat (solid), cair (liquid),dan gas (gas). Pada saat sistem ini masih aktif, fase fluida (cair dan gas) akan dominan.Molekul fase padat apabila dipanaskan, akan cenderung bergerak satu sama lain, pada saatmencapai melting point, fasepadat akan berubah menjadi fase cair. Apabila temperaturterus bertambah, pada saat mencapai critical temperatur (boiling point), cairan akanberubah menjadi uap(vapor) atau gas. Steam adalah istilah khusus untuk menyebut uapair(water vapor). H2O merupakan senyawa yang dapat hadir sebagai fase padat (es / ice), fasecair (air / water), dan fase gas (uapair / steam) pada tekanan yang relatif sama. Padatemperatur dan tekanan tertentu, beberapa substansi dapat terlarut (solute) padasubstansi yang lain (pelarut / solvent) membentuk larutan (solution) yang homogen. Baikzat terlarut maupun pelarut dapat berupa fase padat, cair, maupun gas.

    Tabel Solvent dan Solute pada sistem hidrotermal

  • 10

    Larutan dimana zat pelarutnya adalah air disebut sebagai aqueous. Pelarut air yangmengandung zat terlarut NaCl 35% disebut sebagai brine. Istilah fluida (fluids) digunakanuntuk menyebut semua substansi atau materi yang dapat bergerak, yaitu cairan, gas,campuran gas dan cairan, atau larutan bukan padat. Partikel-partikel sangat halus (1 15Angstrom) yang tersebar sebagai suspensi (tidak homogenous) pada suatu substansi(umumnya cairan) disebut sebagai colloid.

    Skema proses transformasi fludia pada Sistem Hidrotermal

    Fluida Magmatik merupakan fraksi-fraksi volatile hidrous yang umumnya lebih ringan danalkalik, cenderung terakumulasi pada bagian atas kantong magma, disebut sebagai Fluidamagmatik (atau juvenile), dalam artian masih fres, belum terkontaminasi dan belum pernahmuncul di permukaan. Komponen volatile di dalam magma umumnya terdiri dari H2O, H2S,CO2, HCl, HF, dan H2 (sebagian besar adalah H2O, yaitusekitar1 - 15%).Perubahan-perubahan tersebutakan tergantung pada: karakter batuandinding, karakter fluida (Eh, pH), kondisi tekanan maupun temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan Park,

    1986), konsentrasi, serta lama aktivitas hidrotermal (Browne, 1991 dalam Corbett dan Leach,

    1996). temperatur dan kimia fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses

    ubahan hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996).

  • 11

    3.2. Alterasi pada PorfiriAlterasi hidrotermal sangat luas baik untuk ukuran cebakan dan berada di sekitar urat-uratdan rekahan. Pada beberapa cebakan porfiri, zona alterasi pada cebakan terdiri dari bagiandalam zona potasik dicirikan oleh biotite dan / atau K-feldspar ( amphibole magnetit anhydrite) dan zona luar alterasi propilitik yang terdiri dari kuarsa, klorit, epidote, kalsit, danlokal albite berasosiasi dengan pirit. Zona alterasi filik (kuarsa + sericite + pirit) dan alterasiargillik (kuarsa + illite + kaolinit pirit smectite montmorillonite kalsit) bisa menjadizona antara zona potasik dan propilitik, bisa juga tak beraturan dan tabular, zona yang lebihmuda menindih alterasi dan kumpulan mineral yang lebih tua (misalnya, Ladolam; Moyle etal., 1990). Hubungan ruang dan waktu antara tipe alterasi yang berebda ditunjukkan padagambar di bawah.

    Skema hubungan waktu dan kedalaman pada tipe alterasi yang utama pada Porfiri Cu-kaya Au dancebakan tipe porfiri yang lain (Silitoe, 1993B).Zona sulfida ekonomis sangat erat berkaitan dengan alterasi potasik, seperti ditunjukkanoleh Carson dan Jambor (1974) pada sejumlah cebakan porfiri Cu dan Cu-Mo. Alterasi sodic(utamanya albite sekunder) berasosiasi alterasi potasik pada beberapa cebakan porfiri Cu-Auseperti pada Copper Mountain dan Ajax, British Columbia (Preto, 1972; Barr et al., 1976;Ross et al., 1995). Sebagian alterasi albitik tumpang tindih dengan alterasi potasik dan Cu di

  • 12

    bagian utara cebakan Ingerbelle di Copper Mountain; pada cebakan Ajax, Cu kadar tinggiterbentuk dekat, tapi bukan di dalam, batuan alterasi albitik yang intens. Eaton danSetterfield (1993) menunjukkan bahwa cebakan porfiri Cu Nasivi 3 porphyry di tengah-tengah kaldera shoshonitik Tavua bersebelahan dengan tambang epitermal Emperor Au diFiji, berisi albitik, inti Cu berada di sekitar tepian alterasi propilitik dan menempati alterasifilik yang lebih muda. Alterasi sodic-calcic (oligoclase + kuarsa + sphene + apatit actinolite epidote) yang berada di bagian bawah zona di bawah alterasi seperti potasik pada cebakanporfiri Cu Yerington dan Ann-Mason, Nevada (Carten, 1986; Dilles dan Einaudi, 1992).Alterasi mineralogi dikontrol oleh sebagian komposisi batuan induk. Pada batuan yang maficdengan besi dan magnesium yang signifikan, biotite (hornblende) adalah mineral alterasiyang dominan pada zona alterasi potasik, sedangkan K.feldsfar dominan di batuan yang lebihfelsic. Pada batuan yang karbonatan, mineral calc-silikat seperti garnet dan diopsideberlimpah.Alterasi mineralogi juga dikontrol oleh sistem komposisi mineralisasi. Pada lingkungan yanglebih oksida, mineral seperti pirit, magnetit ( bijih besi) dan anhydrite sangat umum,sedangkan pyrrhotite hadir dalam lingkungan yang kurang oksida. Sistem kaya-fluorineseperti yang berhubungan dengan banyak cebakan porfiri Sn dan W Mo, beberapa cebakanporfiri Mo, umumnya mengandung mineral-mineral pembawa fluorine sebagai bagian darikumpulan alterasi. Pada Mount Pleasant, sebagai contoh, alterasi potasik jarang dan laterasiutama berasosiasi dengan cebakan W-Mo yang terdiri dari kuarsa, topaz, fluorit dan sericite,dan di sekitar alterasi propilitik terdiri dari klorit + sericite (Kooiman et al., 1986). Sepertihalnya alterasi pada cebakan Sn kadar rendah di Australia (misalnya, Ardlethan) nilai kadarkeluar dari zona tengah kuarsa + topaz ke zona klorit sericite dan karbonat (Scott, 1981).Siems (1989) berpendapat bahwa alterasi lithium silicate (mis. mica kaya-lithium dantourmaline) yang menyertai Sn, W dan Mo pada beberapa granit yang terkait dengancebakan, adalah analogi perubahan potasik pada cebakan porfiri Cu dan Au.Alterasi pilik tidak hadir pada semua cebakan porfiri. Pada banyak cebakan dimana merekahadir, bagaimanapun alterasi pilik berada di atas kumpulan alterasi potasik awal (Carson danJambor, 1979). Pada Chuquicamata di Chili, misalnya, zona yang intens alterasi pilik meluassampai ke dalam inti cebakan dan menindih alterasi potasik awal dan sejumlah kecil asosiasi

  • 13

    sulfida Cu dengan kadar Cu rendah. Zona plik ini mengandung kadar lebih tinggi daripadarata-rata kadar Cu dan berasosiasi dengan arsen-pembawa Cu dan Molybdenite.Advanced argillic (sulfidasi tinggi) dan tipe-adularia (sulfidasi rendah) zona alterasiepithermal yang berasosiasi dengan cebakan logam berharga terbentuk di atas atau dekatsejumlah cebakan porfiri Cu dan Cu-Mo. Zona alterasi ini yang setempat-setempatmenunjukan tanda teleskopik potasik yang lebih tua dan alterasi epitermal yang lebih muda(Sillitoe, 1990; 1993a,b; Moyle et al., 1990; Vila and Sillitoe, 1991; Setterfield et al., 1991;Eaton and Setterfield, 1993; Richards and Kerrich, 1993). Kumpulan advanced argillictermasuk illite, kuarsa, alunite, natroalunite, pyrophyllite, diaspore dan kandungan pirittinggi. Kumpulan adularia dengan kuarsa, sericite dan mineral lempung, kandungan piritlebih rendah. Sillitoe (1993a) bahwa advanced argillic atau sistem tipe epithermal-sulfidasi-tinggi dapat terjadi dalam kaitan spasial dengan cebakan porfiri Cu, Cu-Mo, Cu-Au dan Au,tapi tidak dengan cebakan porfiri Mo. Adularia atau sistem tipe epitermal-sulfidasi rendahterbentuk dari fluida bijih yang lebih cair dan terkadang bisa terbentuk pada tepi porfirisistem. Selanjutnya, Sillitoe (1993a) berpendapat bahwa cebakan epitermal kaya-logam-dasar terbentuk dari konsentrat garam NaCl , dan mirip dengan cebakan porfiri, adalahbagian dari sistem hidrotermal-magmatik.

  • 14

    BAB 4TIPE-TIPE ALTERASI

    4.1. Propilitik (Propylitic)Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, ilit/serisit, kalsit,albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200 - 300C pada pH near-neutral, dengansalinitas yang beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas rendah.Menurut Creasey(1966) terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir padatipe propilitik, yaitu:a. klorit-kalsit-kaolinitb. klorit-kalsit-talkc. klorit-epidot-kalsitd. klorit-epidot.

    4.2. Argilik (Argillic) dan Advanced ArgillicPada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu kaolinit/dickite-monmorilonit-muskovit dan klorit-monmorilonit-illite/smectite-muskovit. Himpunanmineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100 - 300C (Pirajno, 1992), fluida asamhingga neutral dan salinitas yang rendah.

    Tipe advanced argillic dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral pirofilit+diasporandalusitkuarsatourmalinenargit-luzonit (untuk temperatur tinggi, 250 -350C),atau himpunan mineral kaolinit+alunitkalsedonkuarsapirit (untuk temperatur rendah,300C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magmatik yangkuat.

  • 15

    4.4. Filik (Phyllic)Tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya tidak mengandungmineral-mineral lempung atau alkali felspar. Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit,kalsit, dan rutil. Terbentuk pada temperatur sedang sampai tinggi (sekitar230-400C), fluidaasam hingga netral dengan salinitas yang beragam, pada zona yang permeable dan padabatas dengan urat (vein).

    4.5. Skarn dan GreisenTerdapat mineralogy yang sangat umum yang sering didapatkan pada batuan skarn, yaitukelompok garnet, piroksen, amfibol, epidot dan magnetit. Mineral lain yang umum adalahwolastonit, klorit, biotit dan kemungkinan vesuvianit (idokras). Amfibol umumnya hadirpada skarn sebagai mineral tahap akhir yang meng-overprint mineral-mineral tahap awal.Aktinolit (CaFe) dan tremolit (CaMg) adalah mineral amfibol yang paling umum hadir padaskarn. Jenis piroksen yang sering hadir adalah diopsid (CaMg) dan hedenbergit (CaFe).Terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi dengan temperatur tinggi (sekitar300 - 700C).Ada banyak definisi dan penggunaan kata skarn. Skarn dapat terbentuk dari prosesmetamorfisma regional atau kontak dan juga dari variasi proses metasomatisme yangmengikutkan larutan magma, metamorf, meteoric, dan atau dari laut. Hal itu terdapat disekitar plutonik, sepanjang patahan dan zona rekahan utama, sistem geotermal dangkal,dasar lantai samudera, kedalaman kerak yang lebih rendah pada metamorfisme yang dalam.Apa yang menjadikan batuan dinamakan skarn dan hubungan dengan beragam lingkunganadalah mineralogi. Mineral yang dimaksud merupakan varian calc-silica dan asosiasi mineral,tapi umumnya dominan garnet dan piroksen.Penzonaan skarn mencerminkan geometri pluton dan aliran fluida. Skarn yang lebihmendekati pluton yaitu endoskarn dan exoskarn didominasi oleh garnet. Agak lebih jauhbiasanya skarn didominasi oleh kaya piroksen terutama bagian depan kontak denganmarmer (marble) bisa didominasi oleh pxroxenoid dan vesuvianite.Skarn dapat dibagi menjadi beberapa kriteria. Endoskarn dan exoskarn masing-masingmenunjukkan batuan asal (protolith) batuan beku atau sedimen. Skarn magnesian dan calcic

  • 16

    menggambarkan komposisi dominan pada protolith yang menghasilkan mineral skarn.Semua istilah tersebut dapat dikombinasikan, seperti pada magnesian exoskarn yang terdiridari forsterite-diopside skarn dibentuk dari asal batuan dolomite.Skarn calc-silica adalah istilah yang mendeskripsikan batuan calc-silica berbutir halus yangdihasilkan dari metamorfosis batuan karbonatan seperti batulanau karbonatan dan serpihkarbonatan. Reaksi skarn terbentuk dari isokimia metamorfosis pada perlapisan serpih dankarbonatan dimana perpindahan komponen metasomatis pada batas batuan kemungkinandalam skala kecil. Skarnoid adalah istilah yang menggambarkan batuan calc-silica yang relatifberbutir halus, sedikit besi, yang mencermikan, sebagian kecil komposisi dikontrol olehbatuan asal (Korzkinskii, 1948; Zharikov, 1970). Secara genetik, skarnoid adalah pertengahanantara metamorf hornfels dan metasomatic, skarn berbutir kasar.Pada semua definisi memperlihatkan bahwa komposisi dan tekstur batuan asal mengontrolkomposisi dan tekstur skarn yang dihasilkan. Hal ini kontras, karena hampir semua endapanskarn dihasilkan dari transfer metasomatisme dalam skala besar, dimana kontrol komposisilarutan meghasilkan skarn dan mineralogy bijih. Hal ini adalah gambaran yang dibentuk dariperistilah skarn yang dikenalkan Tornebohm di Persberg, dimana skarn terbentuk selamametamorfisme regional dan kebanyakan pada formasi besi Proterozoikum. Hal ini membuatEinaudi et al.'s (1981) memperingatkan istilah skarn dan cebakan skarn digunakan secaradeskriptif berdasarkan data mineralogi dan interpretasi genesa.Tidak semua skarn memiliki mineral ekonomis; skarn dengan kompisisi bijih disebut cebakanskarn. Pada cebakan skarn skala besar, skarn dan mineral bijih dihasilkan dari sistemhidrotermal yang sama, walaupun sangat berbeda dalam ruang dan waktu pendistribusianmineral secara lokal. Walaupun jarang, dimungkinkan skarn terbentuk dari metamorfosis prapembentukan cebakan bijih seperti pendapat Aguilar, Argentina (Gemmell et al., 1992),Franklin Furnace, USA (Johnson et al., 1990), and Broken Hill, Australia (Hodgson, 1975).

    Tipe Greisen merupakan himpunan mineral yang terdiri dari kuarsa-muskovit (atau lipidolit)dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit.

  • 17

    SUMBER PUSTAKA

    Evans, Anthony M.; 1980. An Introduction to Ore Geology, Geoscience Texts Volume 2,Blackwell Scientific Publications, Oxford-London-Edinburgh-Boston-Palo Alto-Melbourne, 231 pages.

    Guilbert, John M.; and Park Jr., Charles F.; 1986. The geology of Ore Deposits, University ofArizona, W.H.Freeman and Company/New York, 985 pages.

    Peters, William C.; 1987. Exploration and Mining geology, Second Edition; Department ofMining and Geological Engineering, The University of Arizona; John Willey and Sons;New York, 685 pages.