gea

24
Pendahuluan Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit. Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap

Upload: lukman-hidayat

Post on 26-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gea

TRANSCRIPT

Page 1: Gea

Pendahuluan

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau

200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih

dari tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang

dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,

diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih

banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang diare kronik yaitu diare

yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi.

Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan

virus, bakteri, dan parasit.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di

negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan

KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi

masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan.

Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang

pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare

di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang

disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus

cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).

Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta

penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya

di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.

Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang

kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar,

Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak

adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V.

Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan

Salmonella paratyphi A.

Page 2: Gea

Epidemiologi

Pada tahun 1995 diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada lebih

dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara berkembang terjadi

terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dimana dua pertiga diantaranya

tinggal didaerah/lingkungan yang buruk, kumuh dan padat dengan sistem pembuangan

sampah yang tidak memenuhi sarat, keterbatasan air bersih dalam jumlah maupun

distribusinya, kurangnya sumber bahan makanan disertai cara penyimpanan yang tak

memenuhi syarat, tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya fasilitas pelayanan

kesehatan.

Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat pendidikan, prevalensi

diare karena infeksi berkurang. Dara dari Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) menunjukkan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella, Listeria, Escherichia

coli, dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas kebersihan dan

keamanan makanan. Sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan

diare akut karena infeksi masih menduduki peringkat pertama sampai dengan keempat

pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.

Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien diare

akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian,

penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam

mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.

Etiologi

Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10%

karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan

sebagainya.

Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:

1. Bakteri

Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp,

Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non

01, Vibrio parachemolyticus, Clostridium perfringens, Campylobacter (Helicobacter)

jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis.

Page 3: Gea

2. Parasit

Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp.

Cacing: A. lumbricoides, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. vermicularis, T.

saginata, T. sollium.

3. Virus

Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.

Pola mikro organisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan umur, tempat dan

waktu. Di negara maju penyebab paling sering Norwalk virus, Helicobacter jejuni,

Salmonella sp, Clostridium difficile, sedangkan penyebab paling sering di negara

berkembang adalah Enterotoxicgenic Escherichia coli (ETEC), Rota virus dan V.

cholerae.

Patofisiologi

Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal

dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan

sebagainya). Sebagian besar (75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di

usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari

cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan

yang akan ikut membentuk tinja.

Faktor-faktor faali yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama

lain, misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya

usus, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus

terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa

usus sehingga waktu penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.

Patogenesis

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi

adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah

kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat

menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan intern

Page 4: Gea

traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga

mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim pencernaan.

Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan

serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap

infeksi oleh V. cholera. Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare

dan gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi

kecepatan eliminasi sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan didapatkannya

frekuensi pasien giardiasis pada mereka yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang

terjadi pada penderita HIV/AIDS karena gangguan imunitas. Percobaan lain

membuktikan bahwa bila lumen usus dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, akan

terjadi sekresi antibodi.

Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan

penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampan memproduksi toksin yang

mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-

koloni yang juga dapat menginduksi diare.

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan menjadi:

1. Infeksi Non-Invasi

Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare sekretorik atau

watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi

enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera

non 01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap.

aureus, B. cereus, Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat

pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini

mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid pada dinding

sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3′,5′-siklik mono phospat (siklik AMP)

dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti

oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pimpa Na tidak

terganggi, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+ dan K+) dapat

dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3-, dan Cl-.

Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara

Page 5: Gea

aktif oleh dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh

ion Na+, K+, Cl- dan HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.

Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan keluar secara

deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare sekretorik isotonik

voluminial (watery diarrhea).

ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah labile toxin (LT) dan stable toxin

(ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya memberikan

stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan demikian jelas bahwa

diare yang disebabkan E. coli lebih ringan dibandingkan diare yang disebabkan V.

cholerae.

Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan makanan

menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera yang menyebabkan

diare yang singkat dan dahsyat.

2. Infeksi Invasif

Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare Inflammatory.

Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp., Shigella spp.,

C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P.

shigelloides, C. difficile, Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding

usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat

bercampur dengan lendir dan darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dapat

juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada pemerksaan tinja biasanya

didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.

Manifestasi Klinis

Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal oral langsung dari

penderita diare atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri patogen

yang berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan penderita. Penularan dapat

juga berupa transmisi dari manusia ke manusia melalui udara (droplet infection)

misalnya: rota virus, atau melalui aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.

Page 6: Gea

Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung/produksi toksin akan

menyebabkan diare sekretorik (watery diarrhea) dengan gejala-gejala: mual, muntah,

dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan disertai atau tanpa nyeri/kejang perut,

dengan feses lembek/cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam

setelah makan atau minuman yang terkontaminasi.

Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis

yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang

mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis

metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat

badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit

turun, serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang

isotonik.

Sedangkan kehilangan bikarbonas, menyebabkan perbandingan bikarbonas dan

asam karbonas berkurang yang menyebabkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan

merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas menjadi lebih cepat dari biasa

(pernapasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam

karbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap

hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan denga tanda-tanda denyut nadi yang cepat

lebih dari 120x/mnt, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,

muka pucat, ujung-ujung eksterimitas dingin, dan kadang sianosis. Karena kehilangan

kalium, pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dengan

sangat dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit

berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.

Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi

kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah yang lebih banyak dalam

sirkkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali karena dapat menyebabkan edema paru

pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut sebagai diare

inflamasi dengan gejala mual, muntah dan demama yang tinggi, disertai nyeri perut,

tenesmus, diare disertai darah dan lendir.

Page 7: Gea

Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab dapat

diperkirakan berdasarkan anamnesis makanan atau minuman dalam beberapa jam atau

hari terakhir, dan anamnesis/observasi bentuk diare. ( Lihat tabel 1)

Yersinia dapat menginvasi mukosa ileum terminalis dan kolon bagian proksimal,

dengan nyeri abdomen disertai nyeri tekan di regio titik Mc.Burney dengan gejala seperti

apendisitis akut.

Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala sistemik lainnya seperti

Reiter’s syndrome (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis) yang dapat disebabkan oleh

Salmonella, Campylobacter, Shigella, dan Yersinia. Shigella dapat menyebabkan

hemolytic-uremic syndrome. Diare akut dapat juga sebagai gejala utama beberapa infeksi

sistemik antara lain hepatitis virus akut, listeriosis, legionellosis, dan toksik renjatan

sindrom.

Tabel 1. Diare Akut

Sarana Bakteri Patogen

Air Vibrio cholerae, Norwalk agent, Giardia, Cryptospordium

(termasuk makanan yang dicuci dengan air tersebut).

Makanan

Unggas Salmonella, Campylobacter, dan Shigella spp.

Sapi, juice buah yg tidak

dipasteurisasi

Enterohemoragic escherichia coli

Babi Cacing pita (tape worm)

Sea food dan kerang V. cholerae non 01, V. parahaemolyticus; vibrio spp,

Salmonella spp., Aeromonas spp, Hepatitis A,B,C.

Keju, susu Listeria spp.

Telur Salmonella spp.

Mayoinase + makanan &

cream

Staphylococcus dan Clostridium

Nasi goreng Bacillus cereus

Berrie segar Cycklospora spp.

Sayuran atau buah-buahan Clostridium spp.

Page 8: Gea

kaleng

Kecambah Enterohemorrhagic E. coli dan Salmonella spp.

Lingkungan

Hewan ke manusia Salmonella, Campylobacter, Cryptosporodium, Giardia spp.

Manusia ke manusia

(termasuk seksual kontak)

Semua bakteri enterik, virus, parasit.

Rumah sakit/antibiotik C. difficile

Kolam renang Giardia dan Crytosporodium spp.

Wisatawan asing E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Giardia,

Entamoeba histolytica.

Pemeriksaan Penunjang

Darah

- Darah perifer lengkap

- Ureum, kreatinin

- Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-

- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan

asam basa (pernafasan Kussmaull)

- Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus (rotavirus),

antigen protozoa (Giardia, E. histolytica)

Feses

- Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah lekosit di feses pada

inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit)

Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi,

karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi definitif.

Diagnosis

Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,

manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongya.

Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:

1. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)

Page 9: Gea

2. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh penderita.

3. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena

keracunan makanan atau pencemaran sumber air.

4. Dimana tempat tinggal penderita.

5. Pola kehidupan seksual.

Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi

untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak

darah pada feses, panas > 38,5o C diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian

luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita berusia > 50 tahun, penderita usia

lanjut > 70 tahun, dan pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

2. Memberikan terapi simptomatik

3. Memberikan terapi definitif

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

Ada hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat

dan akurat, yaitu:

Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan RL merupakan cairan

pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih

rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja.

Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh diberkan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya

ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl

isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang

ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal

agar tidak terjadi rehidrasi dengan berbagai akibatnya.

Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak

diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari

badan dapat dihitung dengan memakai cara:

BJ Plasma dengan memakai rumus:

Page 10: Gea

Kebutuhan cairan:

BJ Plasma – 1.025 x BB (Kg) x 4 ml

0.001

Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:

- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB

- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB

- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberikan penilaian/skor

sebagai berikut:

Pemeriksaan Skor

Rasa haus/muntah 1

Suara serak 2

Kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2

Frekwensi Nadi > 120 x/menit 1

Frekwensi nafas > 30 x/menit 1

Turgor kulit menurun 1

Facies cholerica/wajah keriput 2

Ekstremitas dingin 1

Washer’s woman’s hand 1

Sianosis 2

Umur 50-60 tahun -1

Umur > 60 tahun -2

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x BB (Kg) x 1 Liter

15

Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan pada orang dewasa

dapat melalui oral dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang

komposisinya berkisar antara 20 gr glukosa, 3.5 gr NaCl, 2.5 gr Na bikarbonat dan 1.5 gr

KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang

Page 11: Gea

mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak

ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh

garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang

atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Cairan per oral juga

digunakan untuk mempertahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.

Jadwal pemberian cairan. Untuk jadwal rehidrasi inisial yang dihitung dengan

rumus BJ plasma atau sistem skor Daldiyono diberikan dalam waktu 2 jam. Tujuannya

jelas agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan tahap

kedua yakni untuk jam ke-3, didasarkan kepada kehilangan cairan selama 2 jam

pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir

jam ke-3.

2. Memberikan terapi simptomatik

Obat anti diare:

a. Kelompok antisekresi selektif

Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril

yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin

dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari

elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia

saat ini tersedia di bawah nama Hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti

diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak.

b. Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat

dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 –

4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi

penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki

konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar

obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare

akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

c. Kelompok absorbent

Page 12: Gea

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan

atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin.

Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat

yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

d. Zat Hidrofilik

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya

(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan

dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak

dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x

sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.

Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau

Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan

memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna.

Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan

dalam jumlah yang adekuat.

3. Memberikan terapi definitif

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,

karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.

Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi

seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi

lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,

dan pasien immunocompromised. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:

- V. kolera El Tor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau kortimoksazol dosis awal

2 x 3 tab, kemudian 2 x 2 tab selama 6 hari atau kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 7

hari atau golongan Fluoroquinolon.

- ETEC: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau Kuinolon selama 3 hari.

- S. aureus: Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr

Page 13: Gea

- Salmonella Typhi: Obat pilihan Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 2 minggu atau

Sefalosporin generasi 3 yang diberikan secara IV selama 7-10 hari, atau Ciprofloksasin 2

x 500 mg selama 14 hari.

- Salmonella non Typhi: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau ciprofloxacin atau

norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 – 7 hari.

- Shigellosis: Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 5 hari.

- Helicobacter jejuni (C. jejuni): Eritromisin, dewasa: 3 x 500 mg atau 4 x 250 mg, anak:

30-50 mg/kgBB/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr

selama 5-7 hari.

- Amoebiasis: 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau Tinidazol dosis tunggal 2 g/hr selama 3

hari.

- Giardiasis: Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu atau Chloroquin 3 x 100 mg/hr

selama 5 hari.

- Balantidiasis: Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari

- Virus: simptomatik dan suportif.

Komplikasi

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama

pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara

mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui

feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.

Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok

hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular

Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini

dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai

rehidrasi yang optimal.

Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan

terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan

trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi

EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya

HUS masih kontroversi.

Page 14: Gea

Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena

Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.

Prognosis

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi

antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan

morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan

mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits

berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC

dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.

Pencegahan

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat

dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan

setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia

harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran

manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan

perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan

tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air,

harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau

sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.Semua buah dan sayuran harus

dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan)

sebelum dikonsumsi.

Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai

pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak.

Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC

terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat

dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.

Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas

dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk

V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak

Page 15: Gea

direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi

imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan

sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, hanya

memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral

telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan

efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

Kesimpulan

Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang

maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu

diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut

karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial secara empirik, yang

kemudian dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur. Pengobatan

simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup aman bila diberikan sesuai dengan

aturan. Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan morbiditas dan mortalitas yang

minimal. Dengan higiene dan sanitasi yang baik merupakan pencegahan untuk penularan

diare infeksi bakteri.

Daftar Pustaka

1. Ahlquist David A, Camilleri M. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 15 th

edition. Braunwald, Fauci, Kasper et all (Editor). 2001.

2. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai

Penerbit UI, 2000.

3. Naskah lengkap penyakit dalam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam

2007.

Page 16: Gea

4. Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. Dalam buku: Text book of

Gastroenterology, 4th edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams &

Wiekeins Philadelphia. USA. 2003.