gangguan bicara

24
Gangguan Bahasa dan Bicara pada anak dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD) Evi Sabir – Gitawan, BSc. Yayasan Kailila Indonesia 2003 Pendahuluan Gangguan Bahasa & Bicara anak dengan Autistic Spectrum Disorders (ASD) luas dengan meliputi bermacam-macam sisi dari bahasa & bicara itu sendiri. Sedangkan setiap klasifikasi dari Autisma dalam spectrum gangguan juga memiliki ciri-ciri gangguan bahasa & bicara tersendiri. Untuk dapat menangani permasalahan ini secara maksimal maka dibutuhkan pengambilan maupun penganalisaan data yang seakurat mungkin dari profil bahasa & bicara anak tersebut. Dari hasil yang didapat, terapis yang bersangkutan haruslah membuat sebuah perencanaan terapi dimana kesulitan dalam bahasa dan bicara menjadi target utama dari penanganan yang akan diberikan (Individualized Therapy Program); berikut pula tahapan yang sesuai untuk tercapainya program yang telah direncanakan. Makalah ini akan mencoba untuk membahas tahapan-tahapan pokok yang harus dilewati untuk mendapatkan sebanyak mungkin data mengenai profil bahasa & bicara anak gangguan bahasa & bicara yang mungkin dialami oleh anak; maupun garis besar untuk menanggulanginya dalam terapinya dan kehidupan sehari- hari anak. I. Apa yang dimaksud dengan Gangguan Bahasa & Bicara: Menurut Van Riper: Gangguan berbicara dapat disimpulkan sebagai berikut: Speech is defective when it calls unfavourable to it self, interferes with communication, or causes the speaker to be maladjusted; (conspicuous, unintelligible, and unpleasant). berbicara dikatakan terganggu bila berbicara itu sendiri membawa perhatian yang

Upload: keenan-noe-noe

Post on 24-Jul-2015

147 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: gangguan bicara

Gangguan Bahasa dan Bicara pada anak denganAutistic Spectrum Disorder (ASD)

Evi Sabir – Gitawan, BSc.

Yayasan Kailila Indonesia 2003

Pendahuluan

Gangguan Bahasa & Bicara anak dengan Autistic Spectrum Disorders (ASD) luas dengan meliputi bermacam-macam sisi dari bahasa & bicara itu sendiri. Sedangkan setiap klasifikasi dari Autisma dalam spectrum gangguan juga memiliki ciri-ciri gangguan bahasa & bicara tersendiri.

Untuk dapat menangani permasalahan ini secara maksimal maka dibutuhkan pengambilan maupun penganalisaan data yang seakurat mungkin dari profil bahasa & bicara anak tersebut. Dari hasil yang didapat, terapis yang bersangkutan haruslah membuat sebuah perencanaan terapi dimana kesulitan dalam bahasa dan bicara menjadi target utama dari penanganan yang akan diberikan (Individualized Therapy Program); berikut pula tahapan yang sesuai untuk tercapainya program yang telah direncanakan.

Makalah ini akan mencoba untuk membahas tahapan-tahapan pokok yang harus dilewati untuk mendapatkan sebanyak mungkin data mengenai profil bahasa & bicara anak gangguan bahasa & bicara yang mungkin dialami oleh anak; maupun garis besar untuk menanggulanginya dalam terapinya dan kehidupan sehari-hari anak.

I. Apa yang dimaksud dengan Gangguan Bahasa & Bicara:

Menurut Van Riper: Gangguan berbicara dapat disimpulkan sebagai berikut: Speech is defective when it calls unfavourable to it self, interferes with communication, or causes the speaker to be maladjusted; (conspicuous, unintelligible, and unpleasant). berbicara dikatakan terganggu bila berbicara itu sendiri membawa perhatian yang tidak menyenangkan pada si pembicara, komunikasi itu sendiri terganggu, atau menyebabkan si pembicara menjadi kesulitan untuk menempatkan diri (terlihat aneh, tidak terdengar jelas, dan tidak menyenangkan).

Menurut Berry and Eisenson “devective speech (1) It is not easily audible, (2) it is not readily intelligible, (3) it is vocally unpleasant, (4) it contains specific sound errors, (5) it is labored, or lacks normal inflection or rhythm, (6) it is linguistically devicient, (7) it is inappropriate to the age, sex or physical development. of the speaker, and (8) it is visible unpleasant.” Gangguan pada berbicara: (1) Tidak mudah didengar, (2) Tidak langsung terdengar dengan jelas, (3) Secara vocal terdengar tidak enak, (4) Terdapat kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu, (5) bicara itu sendiri sulit diucapkannya, kekurangan nada dan ritme yang normal, (6) Terdapat kekurangan dari sisi linguistik, (7) Tidak sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan perkembangan fisik pembicara, dan (8) Terlihat tidak menyenangkan bila ia berbicara.

Salah satu kesulitan yang biasanya dialami anak dengan ASD adalah kesulitan berkomunikasi yang karakteristik luarnya dapat dilihat dari ciri-ciri diatas. Dengan

Page 2: gangguan bicara

demikian mereka yang berhubungan dalam bidang ini (Terapis Wicara) akan bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau gangguan pada berbicara.

Pertama-tama yang akan dilakukan oleh seorang Terapis Wicara adalah yang disebut dengan Evaluasi Awal untuk Bahasa & Bicara. Evaluasi ini dilakukan untuk mendapatkan profil dari Bahasa & Bicara anak, melihat ditahap mana kemampuan bahasa & bicara anak berada; Apa jenis gangguan yang dialami oleh anak serta salah apa yang akan diberikan untuk mengatasi masalah yang terlihat.

Ada beberapa sisi-sisi pokok yang dipakai oleh Terapis Wicara untuk mendapatkan profil bahasa & bicara anak tersebut. Semuanya berkaitan dengan kemampuan untuk bahasa dan berbicara, dan sebagai prosedur standart Terapis Wicara, sisi-sisi ini dilihat dan dievaluasi sebagaimana mestinya.

II. Evaluasi Awal untuk Bahasa & Bicara

Evaluasi yang efektif meliputi minimal patokan yang ada dibawah ini. Bagian ini juga akan mengikutsertakan gangguan-gangguan bahasa & bicara yang mungkin dialami di setiap sisi; dan garis besar dari terapinya:

1. Oral peripherai Mechanism Examiniation (Pemeriksaan Mekanisme Mulut dan Sekitarnya):

Pemeriksaan mekanisme mulut dan sekitarnya (Oral Peripheral/ oral facial) sangatlah penting karena termasuk bagian dari berbicara secara lengkap. Tujuannya agar dapat mengetahui bahwa faktor yang menyebabkan kelainan atau gangguan dalam berbicara tidak disebabkan oleh struktur dari alat berbicara tersebut. Patokan yang dipakai untuk pemeriksaan ini adalah bentuk (structure), Kekuatan (strenght), Pergerakan (movement).

Beberapa observasi sering terlihat pada pemeriksaan ini dan kemungkinan pentingnya hal tersebut dalam mendeteksi gangguan pada bicara antara lain:

pada BENTUK:

Warna yang tidak normal pada lidah, palatal atau pharynx. Antara lain warna ke abu-abuan biasanya dihubungkan dengan paralisis otot. Kebiruan mungkin disebabkan dari pendarahan dari dalam. Warna keputihan pada batas palatal kertas dan palatal lunak dapat menandakan adanya submucosal cleft. Warna terlewat gelap atau bening dapat pula menandakan adanya palatal fistula atau celah. Daerah yang hitam dapat menandakan adanya oral canser.

Ketinggian atau kelebaran yang tidak normal pada palatal arch (lengkung palatal). Bentuk dari lengkung platal biasanya tidak sama dari satu orang ke orang yang lain. Tetapi lengkung palatal yang terlalu tinggi atau terlalu lebar akan menyebabkan kesulitan untuk pengucapan artikulasi yang membutuhkan kontrak antara palatal dan lingual. Lengkung palatal yang terlalu rendah atau lebar dengan keadaan lidah yang terlalu besar akan menyebabkan pengucapan, konsonan yang tidak jelas (distortion).

Page 3: gangguan bicara

Kesimetrisan pada wajah atau palatal. Biasanya berhubungan dengan adanya gangguan neurologi atau kelemahan pada otot.

Deviasi dari lidah dan/ atau uvula ke kanan atau kekiri. Indikasi dari gangguan neurologi biasanya kearah sisi yang lebih lemah.

Pembesaran dari tonsil. Kadang kala tidak ada efek apa-apa pada anak-anak. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, mengganggu kesehatan, resonansi, pendengaran bila menutup eustachian tube. Kadang menyebabkan lidah lebih banyak terjulur kedepan dan mempengaruhi artikulasi.

Gigi yang hilang/ ompong Tergantung pada gigi yang hilang, artikulasi dapat terganggu. Biasanya pada anak-anak tidak secara serius mempengaruhi artikulasi.

pada KEKUATAN:

Kelemahan pada tekanan Indra-oral. Kelemahan ini menandakan lemahnya tekanan udara pada pipi dan velopharyngeal. Biasanya ada udara yang keluar dari hidung atau mulut.

Lingual frenum yang pendek. Dapat mengakibatkan gangguan pada artikulasi. Bila si anak tidak dapat mengadakan kontak antara lidah dengan alveolar ridge atau gigi untuk dapat mengucapkan suara-suara seperti t,d,n,l,c,j.

Kelemahan atau tidak adanya gag reflex. Biasanya menandakan adanya kelemahan pada otot. Kemungkinan adanya gangguan neurologi, tidak selalu mengakibatkan gangguan berbicara.

Kelemahan pada bibir, lidah dan atau rahang. Biasanya pada mereka yang mempunyai gangguan neurologi. Kemungkinan adanya aphasia atau dysarthria.

pada PERGERAKAN:

Secara informal, terapis dapat mengobservasi terhadap penggunaan organ bicara tersebut yang digunakan untuk hal lainnya seperti makan dan minum (pergerakan untuk mengisap, mengunyah, menelan dan lainnya).

Secara formal dengan pengambilan Diadochokinetik Rate (evaluasi kemampuan untuk secara cepat melakukan gerakan bicara yang berganti-ganti): Misalnya: mengulang/papapapa/; /tatatata/; /kakakaka/ dan /patakapatakapataka/ dalam hitungan 1 (satu) menit.

Bantuan dan Twrapi yang dapat diberikan:

1. Untuk hal-hal yang bersifat struktural/fisik, disebut juga organik, Terapis Wicara akan merujuk kepada dokter yang bersangkutan.

2. Untuk hal-hal yang sifatnya fungsional, maka Terapis Wicara akan mengikut sertakan latihan-latihan oral Peripheral Mechanism Exercises; maupun Oral-Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.

Page 4: gangguan bicara

Untuk permasalahan dengan pergerakan dan kekuatan dari organ mulut dan sekitarnya, tentu berhubungan dengan otot-otot dan syaraf. Kesulitan di bagian ini akan mengganggu artikulasi/ pengucapan menjadi kurang sempurna karena artikulasi/ pengucapan terjadi dengan menggunakan organ berbicara yang diatur sedemikian rupa menurut Cara dan Tempat Pengucapan (Place and manners of Articulation).

2. Artikulasi atau pengucapan

Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara dan kaviti-kaviti yang ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir dan pharynx.Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.

Klasifikasi Konsonan dari Cara dan Tempat ucapan.

Cara Pengucapan

Tempat pengucapan Labial- Lingua- Lingua Dental Dental Alveolar Palatal VelarBilabialGlottal

Stop +p b

- + - + + - + + - + t d k g

Fricative f v s z hAffricate th th o jNasai m ng nGllde w nyLateral l- tanpa suara (unvoiced)+ dengan suara (voiced)

Stops atau Plosives. Pengucapan dengan Stop, Kaviti mulut pada titik tertentu ditutup. Penutupan ini membuat tekanan udara yang tiba-tiba dilepas dengan pembukaan.

Fricatives. Pengucapan terjadi dengan arus udara yang kencang melalui konstruksi yang cukup untuk menimbulkan gesekan suara atau suara yang aperiodik.

Affricates: Pengucapan yang terjadi dengan kombinasi antara plosives dan fricatives.Nasal: Suara yang diucapkan dengan tambahan Kaviti Hidung.

Page 5: gangguan bicara

Glides dan lateral: Kadang disebut senuvowels karena pengucapan yang serupa dengan vowels. Saluran suara dibuka pada pengucapan tetapi disebut konsonan karena dapat memulai atau dipasangkan dengan vowels.

Dalam mengevaluasi Terapis Wicara akan mencoba mendapatkan suatu gambaran tentang kemampuan si anak dalam pengucapannya bila memungkinkan, bila Terapis Wicara akan mencoba mengobservasi suara apa yang terdengar atau mendapatkan keterangan dari Orang Tua tentang pengucapan apa yang dapat diucapkan oleh anak dan sisi artikulasi (repertone of sounds).

Data yang Terapis Wicara coba dapatkan adalah kemampuan anak dalam mengucapkan konsonan-konsonan dalam bahasa Indonesia yaitu /p,m,h,n,w,b,k,g,d,t,ng,y,r,l,s,c,j/ pada posisi: Awalan - Pertengahan - Akhiran. hal ini dilakukan dengan menggunakan tes gambar sederhana sesuai usia perkembangan. Contohnya:

Huruf

Kata

<2.0 – 3.0 tahun

P pintu/ api/ asap m matahari/ tomat/ hitam h harimau/ pohon/ merah n nanas/ kuning/ balon w wortel/ awan

<2.0 – 4.0 tahun

b buku/ babi

2.0 – 4.0 tahun

k kodok/ kaki/ sendok g gunting/ gigi d daun/ hidung t tangan/ mata/ semut

ng bunga/ binatang

2.6 – 4.0 tahun

yyoyo/ payung

3.0 – 6.0 tahun

Page 6: gangguan bicara

r rumah/ piring/ telurl lampu/ bola/ botol

3.0 – 8.0 tahun

s sepatu/ pisang/ gelas

3.6 – 7.0 tahun

c cincin/ kunci

4.0 – 7.0 tahun

i jendela/ meja Ref. Templin, 1957 & Wellman et al., 1931

Berikut ini beberapa patokan usia dan Perkembangan konsonan-konsonan pada anak-anak. Antara lain yang diambil dari norma oleh:

Perkembangan Suara-suara dalam berbicara

Mildred Templin, “Certain Language Skills in Children,” Institute of Child Welfare Monograph 26, 1957.

Umur Konsonan3 M,n,ng,p,f,h,w

3,5 V4 k,b,d,g,r

4,5 s,sh,ch6,5 t,n,l,th (tipis)7 z,zh,th (tebal), y

Jarak umur dari perkembangan konsonan yang normal

Templin, 1957;Wellman el al., 1981, (Dari E. Sander [1972] “When Are Speech Sounds Learned?” Journal of Speech and Hearning Disorders, 37, 56-63)

Page 7: gangguan bicara

Tingkatan Umur

2 3 4 5 6 7 8

Page 8: gangguan bicara

Perkiraan umur rata-rata dan batas umur teratas dari pengucapan konsonan yang biasanya terjadi. Garis abu-abu menandakan dimana setiap bunyi/ konsonan mulai pada umur median dari artikulasi yang biasanya terjadi; dan berhenti pada angkatan umur dimana 90% dari semua anak biasanya sudah dapat mengucapkan bunyi/ konsonan tersebut.

Kesulitan/ keterlambatan yang terlihat dapat diinformasikan kembali kepada Orang Tua dengan memberi mereka informasi tentang perkembangan artikulasi yang normal.

Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/t; orrission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apic, distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan).

Kesulitan lainnya yang mungkin dialami adalah dalam perencanaan gerak (motor planning – apraxia of speech).

Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:1. Latihan dengan tahap:

Isolasi (isolation): Latihan pengucapan konsonan itu sendiri tanpa huruf hidupnya (Konsonan tunggal);

Suku Kata (CV Combination): Latihan pengucapan konsonan dengan kombinasi Konsonan Vocal: KV;

VCV; VK (Posisi: Awal-Pertengahan-Akhir). Aktifitas yang dapat diberikan antara lain dengan menirukan atau Menggunakan kartu suku kata;

Kata: Latihan pengucapan konsonan untuk tingkat kata (Posisi: Awal-Pertengahan-Akhir). Aktifitas yang dapat diberikan antara lain dengan menamakan benda atau gambar sesuai dengan konsonan yang mengalami kesulitan. Misalnya: /r/ awal:rumah,rambut,robot,roti, dan lainnya;

Kalimat: Latihan menggunakan konsonan yang mengalami kesulitan dalam kalimat atau bacaan (bila anak sudah dapat membaca). Misalnya: konsonan /r/: ruri memberi ira sebutir beras.

Tentunya untuk latihan pemakaian secara fungsional atau sehari-hari dalam berbicara (carry over).

2. Untuk Articulatory Apraxia, latihan yang dapat diberikan antara lain: Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Articulatory Diagrams, Reauditorization dan lain-lain.

3. Bahasa & Bicara (Reseptif & Eksprosif):

Page 9: gangguan bicara

Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Bahasa reseptif (pemahaman) misalnya dengan menanyakan “mana hidung?” atau konsep dasar lainnya sesuai dengan usia anak.

Kemampuan ekspretif (berkata) misalnya dengan menanyakan “ini apa?” dan anak menjawab pertanyaan sesuai dengan usia.

Pemahaman terhadap patokan-patokan perkembangan maupun tingkatan dari Bahasa & Bicara akan sangat membantu Terapis Wicara dalam menganalisa kemampuan anak dari berbagai macam sisinya. Berikut ini adalah beberapa macam patokan-patokan dasar yang dapat dipakai untuk hal tersebut.

Perkembangan bahasa dan bicara pada anak 0-7 tahun

Keterangan dibawah memberikan gambaran umum mengenai urutan perkembangan dari Bicara dan Bahasa pada anak normal. Oleh karena setiap anak berkembang dengan kemampuan yang berbeda-beda, hindarilah menilai setiap anak berpatok ketat kepada perkiraan umur dibawah. Jarak usia dibawah hanyalah sebagai panduan dari kemampuan si anak pada umur-umur tertentu.

Perkembangan bahasa dan bicara

0 – 6 Bulan mengulangi suara yang sama sering kali membuat suara “koo” dan “gurgles,” dan suara-suara yang menyenagkan; menggunakan tangisan yang berbeda-beda untuk mengutarakan kebutuhan yang

berbeda-beda; tersenyum bila diajak berbicara; mengenali suara manusia; melokalisai suara dengan cara menolehkan kepala; mendengarkan pembicaraan; menggunakan konsonan /b/, /p/, dan /m/ ketika babbling. menggunakan suara atau isyarat (gestures) untuk memberi tahu keinginan.

7 – 12 Bulan mengerti arti tidak dan panas; dapat memberi respons untuk permintaan yang sederhana; mengerti dan memberi respons pada namanya sendiri; mendengarkan dan meniru beberapa suara; mengenali kata untuk benda-benda sehari-hari (misalnya susu, sepatu, cangkir); “babbles” dengan menggunakan suara yang panjang dan pendek; menggunakan intonasi seperti lagu ketika “babbles” menggunakan berbagai macam-macam suara ketika “babbles” menirukan beberapa suara bicara orang dewasa dan intonasinya;

Page 10: gangguan bicara

menggunakan suara bicara selain tangisan untuk mendapatkan perhatian; mendengarkan bila diajak bicara; menggunakan suara yang mendekati suara yang ia dengar; mulai merubah “babbling” ke “jargon;” mulai menggunakan bicara dengan tujuan; hanya menggunakan kata benda; memiliki pengucapan (ekspresif) kosa kata 1-3 kata. mengerti perintah sederhana.

13 – 18 Bulan menggunakan intonasi yang mengikuti pola bicara orang dewasa menggunakan “echolalia” dan “jargon”, tidak mengucapkan beberapa konsonan depan dan hampir seluruh konsonan akhir; bicara hampir keseluruhan tidak dapat dimengerti; mengikuti perintah sederhana; mengenali 1-3 bagian dari tubuh; memiliki pengucapan (ekspresif) kosa kata 3-20 kata atau lebih (kebanyakan kata

benda); memadukan vokalisasi dan isyarat; membuat permintaan untuk hal-hal yang lebih diinginkan.

19 – 24 Bulan lebih sering menggunakan kata dari pada “jargon” memiliki pengucapan (ekspresif) kosa kata 50-100 kata atau lebih; memiliki pemahaman (reseptif) kosa kata 300 kata atau lebih; mulai memadu kata benda dan kata kerja; mulai menggunakan kata pengganti orang; kendali suara masih tidak stabil; menggunakan intonasi yang benar untuk pertanyaan; bicara 25-50% dapat dimengerti orang luar; menjawab pertanyaan “ini apa?,” senang mendengarkan cerita; mengenali 5 bagian dari tubuh; secara benar dapat menenamkan beberapa benda sehari-hari.

2 – 3 Tahun bicara 50-75% dapat dimengerti; mengerti satu dan semua; mengucapan keinginan untuk ke kamar mandi (sebelum, sedang atau setelah

kejadian); meminta benda dengan menamakannya; menunjuk kepada gambar didalam buku bila diminta; mengenali beberapa bagian dari tubuh; mengikuti perintah sederhana dan menjawab pertanyaan sederhana; senang mendengarkan cerita pendek, lagu dan sajak; menanyakan 1-2 kata pertanyaan;

Page 11: gangguan bicara

menggunakan 3-4 kata frase; menggunakan preposisi; menggunakan kata yang sama dalam konteks; menggunakan “echolalia” bila kesukaran berbicara; memiliki pengucapan (ekspresif) kosa kata 50-250 kata (dan berkembang dengan

pesat pada tahap ini); memiliki pemahaman (reseptif) kosa kata 500-900 kata atau lebih; mengerti hampir keseluruhan yang dikatakan kepadanya; sering mengulang, terutama kata permulaan “saya” (nama) dan suku kata pertama; berbicara dengan suara yang keras; nada suara mulai meninggi; menggunakan huruf hidup dengan baik; secara konsisten menggunakan konsonan awal (walaupun beberapa masih tidak dapat

diucapkan dengan baik); sering menghilangkan konsonan tengah; sering menghilangkan atau mengganti konsonan akhir.

3 – 4 Tahun Mengerti fungsi dengan benda; mengerti perbedaan dari arti kata (besar-kecil, diatas-didalam, berhenti-jalan); mengikuti perintah 2-3 bagian; menanya dan menjawab pertanyaan sederhana (siapa, apa, dimana, kenapa); sering menanya dan meminta jawaban yang terperinci; menggunakan analogi yang sederhana; menggunakan bahasa untuk mengekspresikan emosi; menggunakan 4-5 kata dalam kalimat; mengulang kalimat 6-13 suku kata secara benar; mengenali benda dengan nama; memanipulasi orang dewasa dan teman sebaya; kadang-kadang “acholalla” masih digunakan; lebih sering menggunakan kata benda dan kata kerja; sadar akan waktu yang telah lalu dan yang akan datang; memiliki pengucapan (ekspresif) kosa kata 800-1,500 kata atau lebih; memiliki pemahaman (reseptif) kosa kata 1,200-2,000 kata atau lebih; kadangkala mengulang nama, terbata-bata, kesulitan mengatur napas, dan meringis; berbisik; bicara 80% dapat dimengerti; walaupun masih banyak kesalahan, tatabahasa sudah banyak membaik; dapat menceritakan dua kejadian secara urut; dapat bercakap-cakap lebih lama.

4 – 5 Tahun mengerti konsep jumlah sampai dengan 3; mengerti spatial konsep; mengenali 1-3 warna;

Page 12: gangguan bicara

memiliki pemahaman (reseptif) kosa kata 2,800 kata atau lebih; menghitung sampai 10 secara rote; mendengarkan cerita pendek; menjawab pertanyaan tentang fungsi; menggunakan tatabahasa dalam kalimat dengan benar; memiliki pengucapan (ekspretif) kosa kata 900-2,000 kata atau lebih; menggunakan kalimat dengan 4-8 kata; menjawab pertanyaan 2 bagian; menanyakan arti dari kata; senang akan sajak, ritme dan suku kata tidak berarti; menggunakan konsonan dengan 90% kecepatan; bicara biasanya dapat dimengerti oleh orang luar; dapat bercerita tentang pengalaman di sekolah, dirumah teman, dll. dapat menceritakan kembali cerita panjang; memperhatikan bila diceritakan dan menjawab pertanyaan sederhana tentang cerita

tersebut.

5 – 6 Tahun menamakan 6 warna dasar dan 3 bentuk dasar; mengikuti perintah yang diberikan dalam kelompok; mengikuti perintah 3-bagian; menanyakan pertanyaan bagaimana; menjawab secara verbal pertanyaan hai dan apa kabar?; menggunakan kata untuk sesuatu yang telah berlalu dan akan datang; menggunakan kata penghubung; memiliki pengucapan (ekspresif) kosa kata 13,000 kata; menamakan lawan kata; secara urut menamakan nama hari; menghitung sampai 30 secara mengurutkan (rote); kosa kata secara drastis meningkat terus; panjang kata dalam kalimat menurun hingga 4 - 6 kata dalam kalimat; terkadang membalikan suara-suara

6 – 7 Tahun menamakan beberapa huruf, angka, dan mata uang; mengurutkan angka; mengerti kanan dan kiri; menggunakan makin banyak lagi kata-kata yang lebih kompleks untuk menjelaskan

sesuatu; mengadakan percakapan; memiliki pemahaman kosa kata 20,000 kata; menggunakan panjang kalimat sampai dengan 6 kata; mengerti hampir keseluruhan konsep tentang waktu; dapat mengucapkan abjad; dapat menghitung sampai dengan 100 secara rote;

Page 13: gangguan bicara

menggunakan hampir seluruh aturan untuk perubahan kata dengan benar; menggunakan kalimat pasif dengan benar.

Perkembangan kosa kata

12 Bulan Dua Kata selain “mama” dan “dada:

14 Bulan Tiga kata di tambah “mama” dan “dada”

16 Bulan Lima kata tidak termasuk “mama” dan “dada”

18 Bulan Sepuluh Kata Vocabulary (Kosa Kata)

24 Bulan Sedikitnya 300 kata dalam Kosa Kata Berbicara

30 Bulan Kosa Kata berjumlah 450 kata

36 Bulan Kosa Kata mendekati 1000 kata

42 Bulan Kosa Kata berjumlah 1200 kata

48 Bulan Kosa Kata berjumlah 1500 kata

54 Bulan Kosa Kata berjumlah 1900 kata

60 Bulan Kosa Kata berjumlah 2200 kata

Tahapan bahasa (Level of Language)

Tahapan bahasa terbagi menjadi: Phonology (bahasa bunyi): Semantics (kata), Morphology (perubahan pada kata), Syntax (kalimat), Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas), Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).

Selain memakai patokan-patokan diatas, bagi anak-anak yang sudah mulai berbicara, dapat dilakukan pengambilan sample dari percakapan yang sudah dapat dilakukan oleh anak (Clinical Language Oral Sampling). Prosedur ini kurang lebih dilakukan dengan merekan percakapan anak dan menuliskan hasilnya pada kertas sebelum menganalisa bentuk kalimat dan tatabahasa yang dipergunakan oleh anak.

Panjang kalimat rata-rata (Mean Length of Utterance – MLU) juga dapat ditentukan dari sample berbicara anak karena dapat memberikan informasi penting tentang perkembangan bahasanya, dan menjadi salah satu indikasi bila ada keterlambatan ataupun gangguan dalam berbicara.

Tahap Perkembangan menurut Brown”s:

Page 14: gangguan bicara

TAHAP USIA MLUI. 1 – 22 1:0-2.0II. 2:3 – 2:6 2.0-2.5III. 2:7 – 2:10 2.5-3.01V. 2:11 – 3:4 3.0-3.75V. 3:5 – 3:10 3.75-4.53:11+ 4:5+

Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:

Aktifitas-aktifitas yang menyangkut tahapan bahasa dibawah:

1. Phonology (bahasa bunyi);2. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;3. Morphology (perubahan pada kata),4. Syatax (kalimat), termasuk tatabahasa;5. Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas),6. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerjanya suatu Bahasa) dan;7. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).

4. Suara:

Kelainan pada suara diklasifikasikan menurut etiologi atau simptom. Etiologi adalah penyebab dari timbulnya keadaan tersebut, yang dibagi menjadi organik atau fungsional. Kelainan organik adalah kelainan yang diketahui penyebabnya secara fisik, (misalnya, paralisis dari pita suara). Kelainan fungsional, kemungkinan terjadi karena adanya perubahan pda fisik, tetapi tidak diketahui etiologinya secara fisik.

Bila kelainan pada suara disebabkan atau yang disebut dengan kelainan organik, Terapis Wicara akan merujuk kepada dokter yang wewenang.

Karakteristik dari suara sendiri dapat dibagi menjadi nada (pitch) biasanya. dari rendah ke tinggi; kualitas (Quality), misalnya serak; kekerasan (loudness), suara yang terlalu keras atau terlalu pelan; resonansi (resonance). Misalnya sengau.

Bantuan dan Terapi yang dapat diberikan:

Terapi Suara (VoiceTherapy): Permasalahan pada Nada, volume, kualitas yang dapat dibantu dengan Facilitation Technique.

5. Pendengaran:

Walaupun secara profesional adalah wewenang dari ahli THT atau audiologist, guru/pendidik melihatnya dari sisi dimana gangguan pendengaran berdampak pada perkembangan

Page 15: gangguan bicara

berkomunikasi dan perkembangan akademis. Dapatkan Evaluasi formal untuk Pendengaran dari dokter terkait.

Bila anak berada dalam masa perkembangan maka sebaiknya sebelum terapi dimulai maka secara formal telah dievaluasi untuk mengetahui bahwa tidak ada masalah dari sisi pendengaran. Hal ini dikarenakan adanya beberapa suara/ konsonan yang pengucapannya berada pada decibel dan frekuensi yang terdengar rendah.

Bantun dan Terapi yang dapat diberikan:

1. Alat bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter yang terkait;2. Terapi; penggunaan sensori lainnya untuk membantu komunikasi;Dengan demikian Evaluasi Awal akan lebih memperjelas apa saja yang mungkin menjadi

penghambat kemampuan anak untuk dapat berbicara lebih cepat dan bantuan/ rujukan apa lagi yang diperlukan untuk melengkapi informasi dasar mengenai anak untuk nantinya membantu perencanaan dalam penatalaksana program/ rencana terapi/ pengajaran.

III. Peran Terapis Wicara Dalam Kelangsungan terapi untuk anak dengan ASD:

A. Secara umum:

1. Terapis Wicara mengembangkan objektif untuk bicara dari program yang diberikan hingga mencapai generalisasi

2. Terapis Wicara turut menggunakan program sekomunikatif dan fungsional mungkin3. Terapis Wicara dapat menambahkan informasi penting tentang bicara dan bahasa pada

program yang ada.4. Terapis Wicara dapat membantu memastikan bahwa semua orang yang berada disekitar

si anak menggunakan kata, perintah sesuai dengan program yang berjalan.5. Terapis Wicara dapat memberikan informasi tentang perkembangan linguistik yang

wajar serta urutan komunikasi yang normal.6. Terapis Wicara dapat menunjukan bagaimana menyatukan objektif tersebut untuk

kegiatan sehari-hari ataupun aktifitas harian yang ada misalnya makan, mandi dan waktu tidur untuk membantu generalisasi dan urutan.

7. Terapis Wicara seharusnya mengevaluasi bagaimana cara keterampilan bahasa dipakai dalam lingkungan kelas untuk mendapatkan manfaat yang maksimum dari interaksi ini.

8. Terapis Wicara juga dapat membantu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingustik.

9. Terapis Wicara pun dapat membantu dalam evaluasi dan terapi untuk masalah yang ada bersamaan dengan masalah autisme yang menyangkut bicara misalnya: apraxia dan lain-lain.

Kurikulum untuk speech sendiri harus termasuk Language Technique Facilitation (eye-contact, modelling, pemakaian pertanyaan langsung, misalnya “apa ini?Dll)

B. Secara Khusus:

Page 16: gangguan bicara

Mengajarkan suatu cara untuk berkomunikasi:

1. Berbicara: Mengajarkan atau memperbaiki kemampuan anak untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional. (Termasuk bahasa reseptif/ ekspresif – kata benda, kata kerja, dll; kemampuan mulai pembicaraan).

2. Penggunaan Gambar atau simbol sebagai kode bahasa Pertama: penggunaan gambar/ simbol sebagai jembatan untuk nantinya

berbicara menggunakan suara (sebagai pendamping bagi yang verbal). kedua: Gambar itu sendiri sebagai bahasa anak bila anak memang NON-

Verbal. Di Indonesia, Gambar atau Simbol yang banyak dipakai adalah yang disebut COMPIC (Computer Pictographs for Communication), atau gambar-gambar komputer yang dipakai untuk komunikasi (asal australia). Gambar-gambar ini sangatlah memenuhi syarat karena anak penyandang autis ini disebutkan juga seorang Visual Learners. Mereka dapat lebih cepat mengerti bila sesuatu itu diajarkan melalui Gambar. satu kumpulan gambar lainnya yang di pakai di Indonesia adalah PECS (Picture Exchange Communication Symbol) Pertukaran Gambar sebagai simbol untuk Komunikasi, berasal dari Amerika.

3. Bahasa Isyarat: Biasanya tidak begitu disarankan karena kemungkinan penggunaannya sebagai cara lain untuk self-stimulatory; selain keterbatasan penggunaan hanya bagi yang memahami. Bahasa isyarat ini juga seharusnya tidak boleh diajarkan kepada anak yang masih sangat kecil (dibawah 4 (empat) tahun), dimana kemungkinan bahasa terlambat, atau anak tersebut belum banyak menerima verbal training.

Mengajarkan pemahaman dan Tata bahasa sesuai umur

Bagi anak yang dapat di mainstream ke sekolah biasa, kesulitan dalam sisi bahasa dan bicara biasanya meningkat kapada tingkatan bahasa yang lebih tinggi. dimana anak mulai memasuki dunia Akademis, pemakaian bahasa iti sendiri menjadi lebih kompleks. Bahasa dan Bicara antara lain mencangkup pemahaman; penggunaan tata bahasa yang benar; dapat memahami dan menceritakan kembali apa yang dialaminya; dan tentunya memakai bahasa dan bicara secara sosial.

Segala kemampuan yang telah diajarkan haruslah digeneralisasikan ke orang lain dan situasi lainnya. Kemampuan ini pula haruslah dapat dipakai oleh anak secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup

Page 17: gangguan bicara

Kemungkinan salah satu cara yang baik dalam menangani anak-anak penyandang Autisma itu sendiri, adalah dengan mencoba mengerti bagaimana anak melihat dunia sekitarnya atau dari sisi pandang anak itu sendiri.“Whwnever we make a relationship with a child on any basis other than that of his own individuality;

we violate something in his soul,” Frances Wickes“Hubungan apapun yang kita miliki dengan seorang anak, kecuali atas dasar individu dari

anak itu sendiri, maka kita telah melanggar sesuatu didalam jiwanya.”

Rujukan

Buku:L.L.Emerick, J.T. Hatten, Diagnosis and Evaluation in Speech Pathology, Prentice hall, 1979C. Maurice, ed., Behavioural Intervention for Young Children with Autism: Manual for Parents and Professionals, Pro-ed, 1996O.I,Lovaas, Teaching Developmentally Disabled Children: The ME Book, Pro-ed, 1981.Dr. Mel Levine, Educational Care: A System of understanding and helping Children with Learning Problems at Home and in School, Educators Publishing Service, Inc. 1994KG Shipley & JG McAfee, Assessment in Speech & Language Pathology. A resource Manual, Singular Publishing Group, Inc, 1992JURNAL:Templin, 1957; Wellman et al., 1931. (Dari E. Sander [1972] “When Are Speech Learned?” Journal of Speech and Hearing Disorders, 37, 55-63):MONOGRAPH:Mildred Templin, “Certain Language Skills in Children,” Institute of Child Welfare Monograph 26, 1957: