gambaran umum wilayah -...

130
P R O F I L KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011 Hal. 1 Bab.1 Gambaran Umum Wilayah Sebagai suatu daerah kepulauan di Propinsi Kepulauan Riau dengan jumlah pulau sekitar 241 pulau, Kabupaten Bintan memiliki rentang wilayah pantai yang panjang yaitu sekitar 966,54Km garis pantai serta wilayah laut yang sangat luas yaitu 86.398,33 km 2 atau 98,51% dari total wilayah Kabupaten Bintan. Oleh karena itu potensi ekonomi untuk sektor kelautan dan perikanan merupakan suatu prime mover yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi krisis ekonomi menuju Bintan yang Maju, Sejahtera dan Berbudaya. Selaras dengan hal tersebut, sesungguhnya Bintan memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam. Mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti perikanan, terumbu karang, rumput laut, dan hutan mangrove. Kondisi ini juga ditunjang dengan posisi geografis yang berada di pertemuan antara Laut Natuna dengan laut pedalaman Indonesia (Laut Jawa dan Selat Malaka). Selat Malaka merupakan salah satu laut yang mempunyai produktivitas primer yang tinggi. Dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), Kabupaten Bintan memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang melimpah dan oleh karena itu Kawasan Perairan Laut di Kabupaten Bintan telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Wilayah Pengelolaan Perikanan II (WPP II).

Upload: dinhhanh

Post on 06-May-2019

288 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 1

Bab.1 Gambaran Umum Wilayah

Sebagai suatu daerah kepulauan di Propinsi Kepulauan Riau dengan jumlah pulau

sekitar 241 pulau, Kabupaten Bintan memiliki rentang wilayah pantai yang panjang yaitu

sekitar 966,54Km garis pantai serta wilayah laut yang sangat luas yaitu 86.398,33 km2 atau

98,51% dari total wilayah Kabupaten Bintan. Oleh karena itu potensi ekonomi untuk

sektor kelautan dan perikanan merupakan suatu prime mover yang dapat dimanfaatkan

untuk mengatasi krisis ekonomi menuju Bintan yang Maju, Sejahtera dan Berbudaya.

Selaras dengan hal tersebut, sesungguhnya Bintan memiliki potensi pembangunan

ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam. Mulai dari sumberdaya

yang dapat diperbaharui seperti perikanan, terumbu karang, rumput laut, dan hutan

mangrove. Kondisi ini juga ditunjang dengan posisi geografis yang berada di pertemuan

antara Laut Natuna dengan laut pedalaman Indonesia (Laut Jawa dan Selat Malaka). Selat

Malaka merupakan salah satu laut yang mempunyai produktivitas primer yang tinggi.

Dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), Kabupaten Bintan memiliki potensi

sumberdaya perikanan dan kelautan yang melimpah dan oleh karena itu Kawasan Perairan

Laut di Kabupaten Bintan telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Wilayah

Pengelolaan Perikanan II (WPP II).

Page 2: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 2

Page 3: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 3

1.1. Geografis Daerah

Secara geografis wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 006’17”-134’52”

Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat 108 02’27” Bujur Timur di

sebelah Timur dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia.

Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga.

Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.

Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat.

1.2. Luas Wilayah

Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 88.038,54 km2 terdiri

atas wilayah daratan seluas 1.946,13 km2 (2,2%) dan wilayah laut seluas 86.092,41 km2

(97,8%). Tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan pemekaran wilayahnya

melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan

Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di

Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur

di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk

Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota

Baru di Kecamatan Teluk Sebong.

Tabel. 1 .1 Kondisi Fisik dan Lingkungan Kabupaten Bintan

No. U r a i a n Nilai

1. Luas Wilayah 88.038,54 km2 1.1. Luas Daratan 1.946,13 km2 1.2. Luas Lautan 86.092,41 km2

2. Panjang Garis Pantai 966,54 km 3. Jumlah Pulau 241 pulau

3.1. Jumlah Pulau Berpenghuni 50 pulau 3.2. Jumlah Pulau Kosong 191 pulau

4. Jumlah Kecamatan 10 Kecamatan 4.1. Jumlah Desa 36 desa 4.2. Jumlah Kelurahan 15 kelurahan

Sumber : Bintan Dalam Angka, Tahun 2010

1.3. Administrasi Wilayah dan Kependudukan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 Kabupaten Bintan telah

memekarkan beberapa kecamatan yakni Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang,

Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya

pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten

Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu

Kecamatan Teluk Bintan, Seri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur,

Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan.

Page 4: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 4

Tabel. 1.2 Luas Wilayah Administratif Kabupaten Bintan Pasca Pemekaran Wilayah

Kecamatan Desa/

Kelurahan Darat (Ha) Laut (Ha) Total

Teluk Bintan 6 12456,4631 23,216.44 124,587,847 Seri Kuala Lobam 5 11612,7659 5,308.82 116,132,968 Bintan Utara 5 4556,9825 4,594.58 45,574,420 Teluk Sebong 7 28618,1729 31,785.62 286,213,515 Bintan Timur 4 9748,5825 1,641.07 97,487,466 Bintan Pesisir 4 11365,9810 86,703.03 113,746,513 Mantang 4 6254,8380 42753,45 62,548,380 Gunung Kijang 4 22155,0621 35,244.13 221,585,865 Toapaya 4 15076,0680 1,528.94 150,762,209 Tambelan 8 169,00 4258993,00 4,259,162

Sumber : Bintan Dalam Angka, Tahun 2010

Pada tahun 2011 penduduk Kabupaten Bintan sebesar 149.554 jiwa terdiri dari

36.598 rumah tangga. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 77.420 jiwa (51,77 persen) dan

penduduk perempuan sebesar 72.134 jiwa (48,23 persen). Perbandingan antara jumlah

penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar 107,33. Artinya setiap 100

perempuan berbanding dengan 107 laki-laki. Kecamatan yang terpadat penduduknya

terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah penduduk tertinggi

40.994 jiwa (40,99 persen) sedangkan yang terendah terdapat dikecamatan Mantang

sebanyak 4,095 jiwa (9,08 persen).

Tabel. 1.3 Jumlah penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Kecamatan Penduduk

Sex Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah

Bintan Timur 21.355 19.640 40.994 108,73 Gunung Kijang 6.910 5.709 12.619 121,04 Teluk Bintan 4.997 4.392 9.389 113,78 Toapaya 6.023 5.152 11.175 116.91 Teluk Sebong 8.962 7.874 16.836 113,81 Seri Kuala Lobam 8.438 10.093 18.531 83,61 Bintan Utara 11.186 11.088 22.273 100.88 Tambelan 2.699 2.530 5.229 106,69 Mantang 2.236 1.858 4.095 120,36 Bintan Pesisir 4.614 3.799 8.413 121,44

Jumlah 77,420 72.134 149.554 107,33

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 5: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 5

Tabel. 1.4 Jarak Desa/Kelurahan dari Ibukota Kecamatan ke Desa/Kelurahan

Kecamatan Ibukota Desa/Kelurahan Jarak (km)

Teluk Bintan Teluk Bintan

Pangkil 43 Pengujan 46 Penaga 57 Tembeling 31 Bintan Buyu 24 Tembeling Tanjung 5

Seri Kuala Lobam Teluk Lobam

Kuala Sempang 16 Busung 7 Teluk Sasah 1 Teluk Lobam 0 Tanjung Permai 1

Bintan Utara Tanjung Uban

Lancang Kuning 5 Tanjung Uban Selatan 1 Tanjung Uban Kota 2 Tanjung Uban Utara 4 Tanjung Uban Timur 4

Teluk Sebong Sebong Lagoi

Sebong Pereh 5 Sebong Lagoi 10 Ekang Anculai 5 Sri Bintan 18 Pengudang 38 Berakit 50 Kota Baru 2

Bintan Timur Kijang

Kijang Kota 1 Sungai Enam 5 Gunung Lengkuas 7,3 Sungai Lekop 6,3

Bintan Pesisir Kelong

Mapur 60 Numbing 10 Kelong 1 Air Glubi 3

Mantang Mantang

Mantang Lama 0,5 Mantang Besar 1,5 Mantang Baru 5 Dendun 5,6

Gunung Kijang Kawal

Gunung Kijang 15 Teluk Bakau 11 Malang Rapat 23 Kawal 2

Toapaya Toapaya

Toapaya Utara 14 Toapaya 4,5 Toapaya Asri 0 Toapaya Selatan 8

Tambelan Tambelan

Pulau Pinang 120 Pulau Mentebung 120 Kampung Melayu 1,5 Kampung Hilir 1 Teluk Sekuni 120 Batu Lepuk 2 Kukup 2 Pulau Pengikik 120

Sumber : Bintan Dalam Angka, Tahun 2010

Page 6: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 6

1.4. Topografi

Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar, umumnya

didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0-15% dengan luas mencapai

55,98 % (untuk wilayah dengan kemiringan 0-3% mencapai 37,83% dan wilayah

dengan kemiringan 3-15% mencapai 18,15%). Sedangkan luas wilayah dengan

kemiringan 15–40% mencapai 36,09% dan wilayah dengan kemiringan >40% mencapai

7,92%. Ketinggian wilayah beberapa tempat di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Tabel. 1.5 Ketinggian Wilayah Beberapa Tempat dari Permukaan Laut di Kabupaten Bintan

Kecamatan Kemiringan Lereng (km2)

Jumlah (km2) 0-3 % 3-15 % 15-40% > 40 %

Teluk Bintan 103,60 46,15 31,45 3,80 185,00 Bintan Utara dan Tel Sebong 282,42 75,31 263,98 5,88 627,59 Gunung Kijang 84,74 196,56 252,79 14,03 548,12 Bintan Timur 271,58 16,55 116,66 11,21 416,00 Tambelan 25,41 33,88 67,77 42,36 169,42

Jumlah 767,75 368,45 732,65 77,28 1946,13 Sumber : RTRW Kabupaten Bintan, 2007

Wilayah Kabupaten Bintan terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada

umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai. Kabupaten

Bintan memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng

berkisar dari 0-3% hingga di atas 40% mencapai 98,03% (1741,71 Km2). Sedangkan

untuk kemiringan > 40% hanya mencapai 1,97% dan tersebar di wilayah Gunung

Bintan, Gunung Kijang dan Gunung Lengkuas. Jika diuraikan secara rinci, maka

kemiringan lereng 0-3 % memiliki luas sebesar 742,34 Km2 (41,78%), kemiringan 3-15%

dengan luas wilayah 334,57 Km2 (18,83 %), sedangkan kemiringan 15- 40% sebesar

664,88 Km2 (37,42%) dan kemiringan > 40% dengan luas wilayah 34,92 Km2 (1,97%).

0-3%

39%

3-15%

19%

15-40%

38%

>40%

4%

0-3% 3-15% 15-40% >40%

Gambar. Presentase Kimiringan Lereng di Kabupaten Bintan

Kemiringan lereng di Kecamatan Teluk Bintan didominasi oleh kemiringan 0-3 %

dengan beda tinggi 3 meter di atas permukaan laut, dengan luas sebesar 103,60 Km2

(56%) luas daratan yang menyebar di seluruh wilayah Keacamatan Teluk Bintan baik di

daerah daratan, sekitar pesisir pantai dan hutan bakau. Wilayah datar sampai

Page 7: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 7

berombak (>3-15 %) dengan beda tinggi mencapai 15 meter, luasnya sebesar 46,15 Km2,

menyebar di bagian selatan Kecamatan Teluk Bintan, terutama di wilayah kepulauan

(Pulau Pengujan, Pulau Pangkil, dan pulau lainnya). Lereng >15 - 40% dengan beda

tinggi mencapai 40 meter, merupakan daerah perbukitan yang penyebarannya terutama

di bagian tengah dengan total luas sebesar 31,45 Km2. Sedangkan wilayah bergelombang

sampai berbukit (>40%) dengan beda tinggi antara 40-348 meter. Penyebarannya

terutama di Wilayah Desa Tembeling dan Desa Bintan Buyu (Gunung Bintan) dengan

luas 3,8 Km2.

Kecamatan Bintan Utara dengan kemiringan datar 0 - 3% mendominasi tingkat

kemiringan terbesar yaitu 282,42 Km2 (45%) luas wilayah daratan, dominasi kedua

dengan kemiringan 3-15% sebesar 263,98 Km2 (42,06%), dan terkecil dengan

kemiringan >40% sebesar 5,88 Km2 (0,94%). Untuk wilayah Kecamatan Bintan Timur

terbesar pada prosentasi luas wilayah kemiringan 0-3% sebesar 271,58 Km2 (65,28%).

Wilayah Kecamatan Gunung Kijang mempunyai dominasi lahan datar sampai

berombak (>3-15 %) dengan beda tinggi mencapai 15 meter, merupakan luas terbesar

yaitu sebesar 208,29 Km2, menyebar di bagian Utara dan Timur Kecamatan Gunung

Kijang, terutama di wilayah Lomei, Kawal dan daerah pesisir pantai. Wilayah

berombak sampai bergelombang (>15-40%) dengan beda tinggi mencapai 40 meter,

merupakan daerah perbukitan yang penyebarannya terutama di bagian tengah dengan

total luas sebesar 128,08 Km2. Wilayah bergelombang sampai berbukit (> 40%) dengan

beda tinggi antara 40-211 meter. Penyebarannya terutama di Wilayah Desa Gunung

Kijang, yaitu di daerah Gunung Kijang seluas 7,5 Km2.

Untuk gugusan pulau Tambelan dominasi kemiringan pada kemiringan dijumpai

datar 15-40% sebesar 67,77 Km2 (40%) dari luas daratan, sedangkan kemiringan lainnya

bervariasi antara kemiringan 0-3% sampai dengan kemiringan >40%, dengan prosentasi

15% sampai 25%.

1.5. Geologi

Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan

nama “Paparan Sunda”. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi atau

pencetusan daerah daratan pra tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di

bagian utara sampai dengan Pulau Bangka dan Belitung di bagian selatan. Proses

pembentukan lapisan bumi di Kabupaten berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang

akhirnya membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik

pulau-pulau yang ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil.

Secara umum bentuk batuan di Pulau Bintan termasuk antara akhir poleozoikum dan

tersier. Batuan tertua terdiri dari bahan senyawa yang berasal dari gunung api dan deposit

sedimen plastis yang sedikit mengalami metamorfosa yang dapat dikorelasikan dengan

pahang volkanik series di Malaysia. Batuan muda terdiri dari batuan pasir serpih

konglomerat yang dapat dikorelasikan dengan plateau dari batu pasir Kalimantan dan

terbentuk pada umur tersier bawah. Batu-batuannya kebanyakan merupakan batuan-

Page 8: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 8

batuan metamor dan batuan beku yang berumur dari pra tersier, sedangkan penyebaran

batuan sedimen sangat terbatas.

Jenis batuan yang mendominasi di Pulau Bintan adalah Formasi Goungon dan Granit.

Adapun dominasi formasi goungon kurang lebih sebesar 65% yang tersebar merata di

seluruh wilayah Pulau Bintan. Untuk batuan granit dominasinya sebesar 34% dan batuan

ini tersebar di daerah Berakit, Malang Rapat, Gunung Kijang, Gunung Lengkuas sampai

dan juga terdapat di Pulau Mantang dan Pulau Siolong. Jenis batuan lain yang terdapat di

Pulau Bintan adalah Andesit dan Aluvium, Andesit terdapat di daerah Teluk Bintan dan

Aluvium terdapat di Daerah sungai Anculai dan sungai Bintan. Penyebaran jenis batuan

geologi, dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel. 1.6 Jenis Batuan Geologi dan Penyebarannya di Pulau Bintan

Jenis Batuan Uraian % Penyebaran

Formasi Goungon

Batupasir tufan keputih-putihan, berbutir halus menengah, laminasi sejajar, batulanau umum dijumpai, tuf dasitan dan tuf litik felspatik berwarna putih, halus, setempat berselingan dengan batupasir tuf, tuf putih kemerahan dan batulanau kelabu agak karbonan mengandung sisa tanaman.

65 Hampir seluruh Kepulauan Bintan, yaitu bagian wilayah Pulau Bintan bagian selatan

Sebagian Pulau Buton Pulau Kelong Pulau Gin Besar dan Kecil

Granit Granit kelabu kemerahan-kehijauan, berbutir kasar, berkomposisi felspar, kuarsa, horenblenda dan biotit; mineral umumnya bertekstur primer dan membentuk suatu pluton batolit yang tersingkap luas.

34 Sepanjang daerah Berakit, Malang Rapat, Gunung Kijang, Gunung Lengkuas, sampai.

Pulau Mantang dan Pulau Siolong.

Andesit Andesit, kelabu, berkomposisi plagioklas, horenblenda dan biotit, bertekstur perfiritik dengan massadasar mikro kristal felspar, agak terkekarkan dan umumnya segar.

0,5 Daerah Teluk Bintan

Aluvium Kerikil, pasir, lempung dan lumpur.

0,5 Daerah sungai Ekang Anculai dan sungai Bintan

Sumber : RTRW Kabupaten Bintan, 2007

1.6. Jenis Tanah

Persebaran jenis tanah di Pulau Bintan didominasi oleh komposisi jenis tanah

Hapludox-Kandiudult-Dystropets (46,4% dari luas daratan Pulau Bintan) yang

tersebar seluruh bagian Kabupaten Bintan. Dominasi kedua adalah jenis tanah dengan

komposisi Hapludox-Kandiudults (27,6% luas daratan) dan tersebar di daerah Berakit

dan Sungai Kawal. Sedangkan komposisi jenis tanah lainnya adalah Sulfagquents-

Page 9: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 9

Hydraquents-Tropaquepts (9,9% dari luas daratan Pulau Bintan) tersebar di pesisir

pulau dan terluas di pesisir daerah Teluk Bintan, Hapludox-Dystropets-Tropaquods

(9,7%) tersebar di daerah Teluk Bintan, Tropaquets-Fludaquents (3,2%) tersebar di

sekitar Sungai Kawal daerah Bintan Timur dan Gunung Kijang, dan komposisi tanah

Kandiudults-Dystropets-Tropaquets seluas 2,4% yang tersebar di daerah

pegunungan yaitu Gunung Kijang, Lengkuas dan Gunung Bintan. Sedangkan komposisi

jenis tanah yang ada di gugusan Kepulauan Tambelan adalah Dystropets-Tropudults-

Paleudults, Tropudults-Dystropets Tropothods dan Kandiudults-Kandiudox.

Untuk lebih jelasnya mengenai prosentase dan penyebaran komposisi jenis tanah di

wilayah Kabupaten Bintan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel. 1.7 Jenis Batuan Geologi dan Penyebarannya di Pulau Bintan

Wilayah Komposisi Tanah % Penyebaran

Kepulauan Bintan Hapludox-Kandiudults-Dystropets

46,4 Menyebar merata di Pulau Bintan

Hapludox-Kandiudults 27,6 Daerah berakit dan Sungai Kawal

Sulfaquents-Hydraquents-Tropaquents

9,9 Pesisir Teluk Bintan

Hapludox-Dystropets-Tropaquents

9,7 Teluk Bintan

Tropaquents-Fludaquents 3,2 Sungai Kawal dan Gunung Kijang

Kandiudults-Tropaquents 2,4 Daerah pegunungan

Kepulauan Tambelan

Dystropets-Tropudults-Paleudults

70,3 -

Tropudults-Dystropets-Tropothods

10,5 -

Kandiudults-Kandiudox 19,2 - Sumber: RTRW Kabupaten Bintan, 2007

1.7. Klimatologi

Pada umumnya daerah Kabupaten Bintan beriklim tropis dengan temperatur rata

rata terndah 23,90 dan tertetinggi rata-rata 31,80 dengan kelembaban udara sekitar

85%. Gugusan kepulauan di Kabupaten Bintan mempunyai curah hujan cukup dengan

iklim basah, berkisar antara 2000–2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per tahun ±2.214

milimeter, dengan hari hujan sebanyak ±110 hari. Curah hujan tertinggi pada umumnya

terjadi pada bulan Desember (347 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada

bulan Agustus (101 mm). Temperatur rata-rata terendah 22,5oC dengan kelembaban

udara 83%-89%. Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu:

Bulan Desember-Pebruari : Angin Utara Bulan Maret-Mei : Angin Timur

Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan

Bulan September-November : Angin Barat

Page 10: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 10

Kecepatan angin terbesar adalah 9 knot pada bulan Desember-Januari, sedangkan

kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei. Kondisi angin pada umumnya dalam

satu tahun terjadi empat kali perubahan angin; bulan Desember-Pebruari bertiup angin

utara, bulan Maret–Mei bertiup angin timur, bulan Juni–Agustus bertiup angin selatan

dan bulan September–November bertiup angin barat. Angin dari arah utara dan selatan

yang sangat berpengaruh terhadap gelombang laut menjadi besar. Sedangkan angin

timur dan barat terhadap gelombang laut yang timbul relatif kecil. Kecepatan angin

terbesar adalah 9 knot pada bulan Desember–Januari sedangkan kecepatan angin

terendah pada bulan Maret–Mei. Kondisi tiupan angin di atas perairan Pulau Bintan

yang menyebabkan gelombang dan arus adalah angin utara dan barat laut dimana angin

tersebut umumnya bertiup pada bulan Juni hingga Agustus. Gelombang di perairan

Bintan Timur sebelah utara pada musim angin bisa mencapai ketinggian 2 meter.

1.8. Hidrologi

Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir

semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk

saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar

terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS).

Berdasarkan pembagian DAS untuk Pulau Bintan terdapat 197 buah dengan dua

diantaranya DAS besar yaitu DAS DAS Kawal seluas 19,744 km² dan DAS Jago Bulan

15,883 Km2. DAS ditang ada di Kabupaten Bintan hanya digunakan sebagai sumber air

minum. Selain itu terdapat sekitar 15 waduk, tampungan dan danau di Pulau Bintan

dimana Danau SBP (Kecamatan Seri Koala Lobam) yang paling besar dengan luas 22,92

Ha dengan volume 1.146.000 m3. Untuk lebih jelas waduk tampungan dan danau yang

terdapat di Pulau Bintan di sajikan pada Tabel berikut ini (Kementerian Pekerjaan

Umum, 2010).

Page 11: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 11

Tabel. 1. 8 Danau/waduk dan Tampungan yang Terdapat di Pulau Bintan

Nama Waduk/Danau Kecamatan Luas (Ha) Volume

(m3)

Dam Sekuning/Bintan Enam Teluk Bintan 21 735.000 Danau SBP Seri Koala Lobam 22,92 1.146.000 Tampungan Kawal 1 Gunung Kijang 10,5 600.000 Tampungan Kawal 2 Gunung Kijang 2,59 155.400 Danau Tembeling Teluk Bintan 8,67 502.000 Danau Beloreng Teluk Bintan 10 500.000 Kolam Keter Teluk Bintan 6 300.000 Danau Sei Timun Pinang 17,89 1.073.400 Tampungan Ekang-Anculai Teluk Bintan 396 1.073.400 Genangan Biru Gunung Kijang 16,69 751.050 Kolong Enam Bintan Timur 7,41 2.400.000 Waduk Sei Jago Bintan Utara 25 1.250.000 Waduk Sei Pulau Bintan Timur 752 18.800.000 Tampungan waduk Sei Jeram 1 Seri Koala Lobam 6,70 402.000 Waduk Sei Jeram Bintan Utara 1,01 60.600

Sumber : RTRW Kabupaten Bintan.

Gugusan Kepulauan Tambelan yang kondisi daerahnya perbukitan dengan

kemiringan di atas 40% dan daerah datar di sepanjang/sempadan pantai. Pada

umumnya sungai yang ada relatif kecil, karena daerah perbukitan ada alur dan anak

sungainya. Berdasarkan pengamatan lapangan, umumnya hulu sungai dimanfaatkan

sebagai sumber air bersih masyarakat, sedangkan pada bagian hilir sungai

dimanfaatkan sebagai drainase makro.

1.9. Hidrogeologi

Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal

atau mixed tide prevailing semidiurnal (wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut

penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan

waktu pada antar puncak air tinggi-nya. Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-

Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang)

pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm,

air surut terendah -121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada

bulan September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -

101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm. Secara umum tatanan air

bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan keterdapatannya.

Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang

berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari :

Air Bawah Tanah Dangkal

Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan

kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan

akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran

Page 12: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 12

yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan

granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang

topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada

umumnya sekitar 2m-3m. Air bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer

bebas (unconfined aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh

lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-

rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13m dan pada umumnya akan

menipis ke arah perbukitan.

Air Bawah Tanah Dalam

Air bawah tanah dalam di wilayah Kabupaten Bintan tersusun atas litologi berupa

pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas

(unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang

berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk

lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined

aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem

akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kabupaten Bintan tergolong multi-

layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak

berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi

oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang

kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-

rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam berkisar antara 26 m.

Mata air

Keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air

bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe pemunculannya umumnya diakibatkan

oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat

dimanfaatkan untuk air minum pedesaan.

Page 13: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 13

Bab.2 Kondisi Sosial Ekonomi Kabupaten Bintan

2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Adanya kesungguhan Pemerintah Kabupaten Bintan dan komitmen yang kuat dari

seluruh stakeholders mengubah paradigma pembangunan untuk mengutamakan manusia

dengan menetapkan target IPM kedalam RPJMD Kabupaten Bintan periode 2010-2015

sebesar 75,19. Pada tahun 2011 capaian angka IPM Kabupaten Bintan sebesar 74,68 poin

naik sebesar 0,24 poin dibandingkan dengan tahun 2010 yang tercatat 74,44 poin.

Tabel. 2.1 Perkembangan IPM Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

Tahun Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) 2010 74,44 2011 74,68

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Dari data tabel diatas diperoleh gambaran capaian Angka Melek Huruf (AMH)

penduduk 10 tahun ke atas mencapai 98,38 persen tahun 2010 dan hasil penghitungan

sementara pada tahun 2011 angka melek huruf masih dalam kisaran yang sama yakni 98,38

persen.

Tabel. 2.2 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf

dan Buta Huruf di Kabupaten Bintan pada Tahun 2010-2011

Tahun Melek Huruf (%) Buta Huruf (%)

2010 98,09 1,91 2011 98,09*) 1,91*)

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 14: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 14

Untuk angka harapan hidup walaupun terdapat peningkatan yang cukup signifikan,

namun belum mampu mencerminkan bahwa kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten

Bintan seutuhnya. Menurut data Bappeda Kabupaten Bintan capaian Angka Harapan

Hidup Kabupaten Bintan tahun 2010 mencapai 69,70 tahun dan pada tahun 2011 angka ini

hanya mampu bergerak 69,75 tahun saja. Dari data ini tampaknya diperlukan upaya yang

bersifat komprehensif dan lintas sektor agar perbaikan derajat kesehatan yang ditunjukkan

dengan makin meningkatnya angka harapan hidup dan terus menurunnya angka kematian

bayi secara baik dapat terwujud di masa mendatang.

Tabel. 2.3 Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di

Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

Tahun Angka Harapan Hidup Indeks Kesehatan

2010 69,70 74,50 2011 69,75 74,58

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

2.2. Indeks Daya Beli

Pencapaian daya beli (Purchasing Power Parity) masyarakat Kabupaten Bintan

yang diukur dengan konsumsi per kapita/tahun menunjukkan adanya kenaikan. Pada

tahun 2010 pendapatan riil perkapita masyarakat Bintan sebesar Rp.646.570,- dengan

indeks daya beli sebesar 79,61 poin. Pada tahun 2011 pendapatan riil masyarakat meningkat

menjadi Rp.648.140,- dan memiliki indeks daya beli sebesar 80,45 poin. Lambatnya

peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Bintan dewasa ini, kemungkinan lebih

disebabkan oleh faktor eksternal Kabupaten Bintan seperti belum mantapkan kebijakan

makro ekonomi Nasional. Belum stabilnya nilai tukar rupiah saat itu dan adanya isu

kenaikan BBM di triwulan kedua tahun 2012 cukup menekan laju perkembangan daya beli

masyarakat.

Tabel. 2.4 Pendapatan Riil Perkapita dan Indeks Daya Beli Masyarakat

Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

Tahun Pendapatan Riil Perkapita

(Rp) Indeks Daya Beli

2010 646.570,- 79,61 2011 648.140,- 80,45

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

2.3. Perkembangan Ekonomi

PDRB Kabupaten Bintan tahun 2011 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar

Rp.4,87 trilyun,- yang diukur dari sembilan sektor lapangan usaha yaitu sektor pertanian;

pertambangan dan penggalian; industri pengolahan listrik, gas dan air bersih;

bangunan/konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Sektor-sektor yang memiliki nilai

kontribusi besar terhadap PDRB adalah sektor industri pengolahan sebesar 50,72 persen,

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,49 persen, sektor pertambangan dan

penggalian sebesar 10,97 persen dan sektor pertanian sebesar 5,78 persen, sektor

Page 15: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 15

pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,74 persen, sektor lain masing-masing hanya

memberikan kontribusi kurang dari 3,73 persen.

Tabel. 2.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2011

Lapangan Usaha 2010 2011

1. Pertanian 255,65 281,88 2. Pertambangan & penggalian 487,81 534,90 3. Industri pengolahan 2.255,84 2.472,51 4. Listrik, gas dan air bersih 14,10 15,48 5. B a n g u n a n 165,12 183,65 6. Perdagangan, hotel dan restoran 893,39 999,03 7. Pengangkutan dan komunikasi 166,11 182,17 8. Keuangan, persewaan dan jasa 64,73 71,83 9. J a s a - j a s a 122,12 133,33

PDRB 4.424,87 4.874,79 Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Pada tahun 2011 baik nilai investasi maupun kontribusi investasi di Kabupaten

Bintan mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Secara nominal, nilai investasi PMA

meningkat dari US$744,95 ribu menjadi US$852,35 ribu. Sedangkan PMDN meningkat

251,18 persen dari Rp.67,06 milyar menjadi Rp235,53 milyar. Dengan peningkatan nilai

investasi tersebut menjadikan kontribusi investasi terhadap pembentukan PDRB

Kabupaten Bintan meningkat sebesar 6 persen. Wilayah Kabupaten Bintan memiliki

beberapa industri besar, sehingga mesin dan alat-alat berat juga mempunyai peranan yang

cukup besar.

Tabel. 2.6 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan Atas Dasar

Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2011

Lapangan Usaha Distribusi PDRB (%)

2010 2011 1. Pertanian 5,78 5,78 2. Pertambangan & penggalian 11,02 10,97 3. Industri pengolahan 50,98 50,72 4. Listrik, gas dan air bersih 0,32 0,32 5. B a n g u n a n 3,73 3,77 6. Perdagangan, hotel dan restoran 20,19 20,49 7. Pengangkutan dan komunikasi 3,75 3,74 8. Keuangan, persewaan dan jasa 1,46 1,47 9. J a s a - j a s a 2,76 2,74

PDRB 100 100 Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang diukur dari kenaikan PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto) berdasarkan harga konstan pada tahun 2011 tumbuh sebesar

6,18 persen, sementara PDRB Kepri tumbuh sebesar 6,67 persen sedangkan laju

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,6 persen. Selama periode tahun 2011 Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bintan mencapai

Page 16: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 16

Rp.4,87 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 9,22 persen dibandingkan tahun

sebelumnya yang hanya sebesar Rp.4,42 trilyun. PDRB atas dasar harga konstan tahun

2000 juga mengalami peningkatan sebesar 6,18 persen, yaitu dari Rp.3,11 trilyun tahun 2010

naik menjadi Rp.3,30 trilyun pada tahun 2011.

Kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di

Kabupaten Bintan. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari

kelompok sektor sekunder pada tahun 2011 mencapai Rp.2,67 trilyun atau meningkat

sebesar 8,85 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier

mengalami peningkatan sebesar 10,09 persen menjadi Rp1.386 trilyun di tahun 2011, dan

kelompok primer meningkat sebesar 8,97 persen menjadi Rp.816,78 Milyar di tahun 2011.

Tabel. 2.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2011.

No Lapangan Usaha 2010 2011

1. Pertanian 175,37 189,48 2. Pertambangan & penggalian 325,84 346,03 3. Industri pengolahan 1.634,16 1.723,30 4. Listrik, gas dan air bersih 8,38 8,96 5. B a n g u n a n 96,9 103,89 6. Perdagangan, hotel dan restoran 615,25 660,75 7. Pengangkutan dan komunikasi 112,77 119,42 8. Keuangan, persewaan dan jasa 48,65 51,85 9. J a s a - j a s a 93,47 99,6 PDRB 3.110,79 3.302,99 LPE 5,56 6,18

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Jika dilihat dari laju pertumbuhan untuk masing-masing sektor sangatlah bervariasi.

Umumnya didorong beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan yang berarti terutama

sektor pertanian tumbuh sebesar 8,05 persen pada tahun 2011. Sektor bangunan tumbuh

sebesar 6,90 persen hal ini seiring dengan semakin meningkatnya nilai output sektor

konstruksi. Lebih dari 90 persen nilai output sektor konstruksi merupakan pembentukan

modal dalam bentuk bangunan. Pembentukan modal yang termasuk dalam komponen

bangunan adalah pembangunan instalasi dan jaringan, jalan, jembatan, serta pembangunan

infrastruktur lain yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan swasta. Sektor perdagangan,

hotel dan resoran naik terus mengalami peningkatan menjadi 7,40 persen, meningkatnya

jumlah kunjungan wisman ke Kabupaten Bintan khususnya melalui pintu masuk kawasan

wisata Lagoi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan laju pertumbuhan

sektor ini. Sektor listrik gas dan air bersih juga mengalami pertumbuhan yang cukup

signifikan yakni sebesar 6,87 persen. Rasio elektrifikasi yang semakin meningkat di

Kabupaten Bintan tampaknya sangat mempengaruhi laju pertumbuhan sub sektor lisrik.

Upaya penambahan daya listrik melalui PLN dan pendistribusiannya ke masyarakat yang

akan menikmati listrik mampu mempercepat laju pertumbuhan sub sektor listrik di

Kabupaten Bintan. Sehingga semakin banyak masyarakat menikmati jaringan listrik di

Kabupaten Bintan.

Page 17: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 17

Tabel. 2.8 Laju Pertumbuhan Persektor Kabupaten Bintan Menurut Lapangan Usaha,

Tahun 2010-2011.

No Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Sektor (%)

2010 2011 1. Pertanian 7,89 8,05 2. Pertambangan & penggalian 6,11 6,20 3. Industri pengolahan 4,61 5,45 4. Listrik, gas dan air bersih 4,1 6,87 5. B a n g u n a n 6,85 6,90 6. Perdagangan, hotel dan restoran 6,78 7,40 7. Pengangkutan dan komunikasi 5,84 5,90 8. Keuangan, persewaan dan jasa 6,28 6,58 9. J a s a - j a s a 6,12 6,56

LPE 5,56 6,18 Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

2.4. Tingkat Kestabilan Harga (Inflasi)

Berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang Laju inflasi tahun kalender (Januari–

Desember) Tahun 2011 sebesar 3,32 persen, jauh lebih rendah dibanding laju inflasi periode

yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,17 persen. Kenaikan Indeks Harga

Konsumen (IHK) dari 129,83 pada Bulan November 2011 menjadi 129,86 pada Bulan

Desember 2011 telah menyebabkan di Kota Tanjungpinang pada Bulan Desember 2011

terjadi inflasi sebesar 0,02 persen. Inflasi pada bulan ini lebih rendah bila dibandingkan

dengan inflasi pada bulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,26 persen.

Terjadinya perubahan harga-harga pada 63 komoditi menjadi pemicu terjadinya Inflasi di

Kota Tanjungpinang Bulan Desember 2011, dimana sebanyak 63 komoditi diantaranya

mengalami kenaikan harga, antara lain : ikan tongkol, beras, tomat sayur, coklat bubuk,

tomat buah, kentang, rokok kretek, cabe merah, jeruk, lada/merica, daun singkong, rokok

kretek filter, martabak, udang basah, dan rokok putih. Sebaliknya, tercatat 20 komoditi

lainnya mengalami penurunan harga, antara lain: bayam, ikan selar, kangkung, ikan

kembung/gembung, kacang panjang, emas perhiasan, sotong, daging ayam ras, ikan kap

merah, bawang merah, shampo, dan gula pasir.

Page 18: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 18

Tabel. 2.9 Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang)

Tahun Dasar 2007, Tahun 2010-2011.

No Kebutuhan Pokok 2010 2011 1. Bahan Makanan 12,44 4,65 2. Makanan Jadi 4,43 3,62 3. Perumahan 6,55 2,38 4. Sandang 5,21 4,47 5. Kesehatan 0,74 4,11 6. Pendidikan 4,14 4,18 7. Transport -0,57 0.88

IHK 6,17 3,32 Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

2.5. PDRB per Kapita

Angka PDRB perkapita Kabupaten Bintan memperlihatkan rata-rata pendapatan

yang diterima oleh masing-masing penduduk dan dapat merepresentasikan tingkat

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 2.10 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga

Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2011

No Rincian Tahun

2010 2011

1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)

3.110,79 3.302,98

2. Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah) 218,08 231,55 3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga

Pasar (Milyar Rupiah) 2.892,71 3.071,44

4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah) 338,89 359,82

5. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (Milyar Rupiah)

2.553,83 2.711,61

6. Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (juta Rupiah)

21,86 21,12

7. Per Kapita Pendapatan Regional (juta Rupiah) 17,95 18,64 Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

PDRB per kapita merupakan PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah

penduduk pertengahan tahun. Selang lima tahun terakhir ini PDRB per kapita Kabupaten

Bintan atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan yang cukup berarti. Pada tahun 2009

PDRB per kapita Kabupaten Bintan sebesar Rp 31,79 juta dan pada tahun 2010 sedikit

mengalami penurunan menjadi Rp.31,10 juta. Namun pada tahun 2011 kembali naik cukup

signifikan yaitu sebesar Rp33,52 juta. Fakta ini menggambarkan bahwa tingkat

kesejahteraan penduduk Kabupaten Bintan semakin membaik.

Page 19: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 19

Tabel. 2.11 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2011

No Rincian Tahun

2010 2011 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Pasar (Milyar Rupiah) 4.424,87 4.874,79

2. Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah) 310,20 341,74 3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga

Pasar (Milyar Rupiah) 4.114,67 4.533,04

4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah) 482,04 531,05

5. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (MilyarRupiah)

3632,63 4001,99

5. Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)

31,10 33,52

6. Per Kapita Pendapatan Regional (Juta Rupiah) 25,30 27,52

Sumber : Bappeda Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 20: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 20

Bab.3 Hindro Oceanografi Kabupaten Bintan

Air merupakan media untuk kehidupan biota laut dan pertumbuhan plankton

yang merupakan salah satu sumber makanan alami biota laut. Poduksi budidaya

berbagai jenis biota laut yang memiliki nilai ekonomis penting sangat tergantung pada

kualitas air dimana biota tersebut berada pada saat pertumbuhannya. Kualitas air yang

sangat penting diperhatikan terutama kualitas faktor kimia, faktor fisika dan faktor

biologis. Kedalaman laut di perairan wilayah Kabupaten Bintan berdasarkan peta

kedalam laut dari Dinas Hidro-Oseanografi di bagi dalam 4 tingkat kedalaman, yaitu

kedalaman 1-5 meter, 5-10 meter, 10-20 meter dan >20 meter. Di perairan Kabupaten

Bintan kedalam 1-5 meter yaitu kedalaman yang ada di sekitar pantai dan tersebar di

seluruh wilayah Kabupaten Bintan. Untuk kedalaman 5-10 meter adalah perairan antar

pulau-pulau yang termasuk wilayah Kabupaten Bintan. Kedalaman 10-20 meter adalah

perairan antara pulau di wilayah Kabupaten Bintan dengan wilayah lain. Sedangkan

kedalaman lebih dari 20 meter adalah perairan laut bebas, seperti Laut Natuna dan Laut

Cina Selatan.

Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kedalaman 1–5 meter masuk

dalam pengembangan wilayah pesisir, kedalaman 5-10 meter adalah pengembangan

wilayah laut dangkal, dan kedalaman 10-20 serta >20 adalah pengembangan wilayah

laut dalam. Perairan Teluk Bintan merupakan bagian perwilayahan laut dangkal

dengan distribusi kedalaman berkisar antara 0-27 meter di bawah permukaan laut.

Wilayah perairan terdalam berada di sebelah Timur Laut pulau Pangkil yang termasuk

dalam perairan Selat Riau. Sedangkan kedalaman terendah ada di wilayah Teluk Bintan

yang berkisar antara 0-5 meter, hal ini disebabkan karena adanya pergerakan sedimen

dari sungai-sungai yang menuju teluk serta yang dibawa oleh air laut menuju teluk.

Page 21: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 21

Tabel. 3.1 Identifikasi Kegiatan Pengembangan di Wilayah Kelautan

Wilayah Pesisir (1-5 meter)

Laut Dangkal (5 – 10 meter)

Laut Dalam (10 – 20 dan > 20 m)

Rawa Pesisir Terumbu karang Habitat Laut Mangrove Jalur Pelayaran

Internasional dan Antar Pulau

JalurPelayaran Internasional

Satwa Liar yang dilindungi, guapantai

Pelayaran Antar Pulau Perikanan

Renang/Senam/Olahraga Mancing, selancar air

Perikanan

Pelabuhan Pertambangan

Rambu Navigasi

Feri penumpang

Budidaya perikanan

Pertambangan Sumber : Buku Perencanaan Wilayah Pesisir Terpadu, Tahun 1997

Kedalaman perairan antara Pulau Pangkil dan Pulau Lobam mencapai kedalaman

27 meter di bawah permukaan laut, kedalaman perairan Pulau Pangkil 14 meter.

Kedalaman perairan di Selat Bintan (antara Tanjung Pisau dan Pulau Pengujan)

mencapai 12 meter sedangkan kedalaman perairan Pulau Pengujan sekitar 9 meter dan

kedalaman perairan selat antara Pulau Pengujan dan Pulau Kapal sebesar 8 meter.

Perairan Gunung Kijang merupakan bagian perwilayahan laut dangkal dengan

distribusi kedalaman berkisar antara 0-47 m dengan wilayah terdalam sebelah Barat

Daya Pulau Mapor yakni 47 m. Sedangkan kedalaman terendah ada di wilayah perairan

pantai Gunung Kijang yang berkisar antara 0-5 m, kemungkinan besar ini disebabkan

karena adanya pergerakan sedimen yang dibawa oleh ombak menuju daratan.

Kedalaman terdalam perairan antara Teluk Bakau - Pulau Beralas Bakau sekitar 12 m,

antara Pulau Beralas Bakau – Pulau Nikoi sekitar 11 m, antara Kawal–Pulau Mapor

sekitar 9 m.

3.1. Fisik Perairan

3.1.1. Dasar Perairan/Batimetri

Substrat (dasar perairan) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan organisme yang dibudidayakan. Berdasarkan hasil penelitian rencaa

kawasan minapolitan Kabupaten Bintan, bahwa substrat atau dasar perairan laut

Kabupaten Bintan terdiri dari lumpur, pasir dan karang. Pada beberapa wilayah,

didapatkan tipe substrat karang berpasir yang cocok untuk budidaya ikan-ikan karang

seperti kerapu dan kakap. Bentuk morfologi dasar laut dan posisi daerah survei yang

berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan dapat menimbulkan aktivitas

gelombang terutama gelombang pasang yang cukup aktif sehingga menyebabkan

adanya zona erosi dan abrasi yang luas, terutama pada daerah yang terbuka. Kondisi ini

Page 22: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 22

relatif minimal untuk Kawasan Bintan Timur, karena kawasan ini berada dalam teluk

yang dilindungi oleh pulau-pulau di depannnya.

3.1.2. Pasir Laut dan Sebaran Sedimen

Aset sumberdaya pesisir yang dimiliki Kabupaten Bintan secara khusus perlu

mendapat perhatian yang cukup besar mengingat Wilayah Kabupaten Bintan terdiri

dari gugusan pulau-pulau dengan luas wilayah perairan 8.639.833 ha. Oleh karena itu

kondisi fisik dasar kelautan dan karakteristik pantai alami merupakan hal penting

dalam mengkaji potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Bintan.

Penggunaan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, berkembang menjadi

kawasan wisata, permukiman, industri, pertanian, perikanan, pertambangan, dan lain-

lain. Karakteristik pantai eksisting adalah cerminan proses alam yang terjadi terhadap

pantai yang merupakan hasil interaksi dinamis dari aspek-aspek geologi, geofisika dan

ulah manusia. Faktor alamiah meliputi topografi, litologi, dan struktur sedangkan

faktor geofisika (dinamika) meliputi angin, gelombang, arus, dan pasang surut. Ulah

manusia meliputi pengambilan pasir pantai untuk keperluan bahan bangunan serta

aktivitas pembangunan di wilayah pantai. Pantai di gugusan kepulauan umumnya

memiliki topografi landai setempat, berupa tebing agak terjal.

Tabel. 3.2 Keadaan Substrat Pantai dan Laut di Kabupaten Bintan

Nama Tempat Jenis Substrat/ Muka laut Keterangan Pantai

Pulau Los Pasir putih Pantai pasir dan Bakau

Pulau Mantang Pasir putih Pantai pasir, Bakau, &

Terumbu karang

Pulau Berakit Pasir putih Pantai berpasir bersih

Sumber : RTRW Kabupaten Bintan 2010-2030

Sementara di latar belakang kawasan pantai topografinya merupakan perbukitan

rendah bergelombang. Daerah landai umumnya merupakan pantai berpasir dengan

ukuran sangat halus hingga sangat kasar, berwarna putih ke abu-abuan, serta putih

kecoklatan; sedangkan pantai bertebing agak terjal tersusun oleh batuan metasedimen

kompak dan intrusi, membentuk cliff dengan ketinggian sekitar 2-4 meter. Struktur

geologi sebagian tersusun oleh aluvium (Qs): pasir, merah kekuningan, formasi

Goungon (Qtg); Batupasir tufaan keputih-putihan, formasi Tanjung kerotang (Tmpt);

Konglomerat aneka, Andesit; formasi Semarung (Kss); Batupasir arkosa, formasi Pancur

(Ksp); Serpih kemerahan, granit, endapan rawa (Qs); Lumpur, lempung, dan gambut,

formasi Tengkis (Kts); Batupasir kuarsa, formasi Tanjungdatuk (Jts); batupasir malih,

komplek malihan Persing (PCmp); dan kuarsit Bukit dua belas (Pcmpk).

Pada umumnya wilayah pesisir terdiri dari substrat pasir, batuan dan lumpur.

Ketiga karakteristik inilah yang mendominasi wilayah pesisir semua daerah dan pulau-

pulau. Pulau berpasir putih banyak diminati oleh turis asing sebagai tempat berjemur,

oleh karena itu beberapa pulau di Kabupaten Bintan cocok untuk tempat wisata seperti

Pulau Mantang dan Pulau Berakit. Pasir putih yang bersih dan jauh dari endapan

Page 23: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 23

lumpur dan air yang jernih akan menambah nilai pesona pulau tersebut, apalagi di

sekitar pulau terdapat terumbu karang yang indah. Karakteristik pantai yang terdapat

di daerah Kabupaten Bintan dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :

3.1.3. Tipe pantai berpasir (sandy beach) dan berlumpur

Tipe pantai berpasir memiliki karakteristik berupa pantai berpasir berwarna

putih hingga abu-abu kehitaman yang diperkirakan merupakan hasil rombakan batuan

beku atau batuan metasedimen dan material berwarna putih merupakan hasil

rombakan karang. Bentuk garis pantai lurus dan melengkung, sebagian berbentuk teluk

dan membentuk gosong-gosong pasir dan lumpur. Pantai berlumpur terdiri atas

lempung hitam dan sisa-sisa tumbuhan. Relief pantai tipe ini rendah serta membentuk

morfologi dataran. Beberapa sungai aktif pendek-pendek bermuara di pantai tipe ini,

selain terdapat beberapa sungai musiman berupa alur-alur. Tipe pantai ini dominan

terdapat di Pantai Lagoi Pulau Bintan.

a. Tipe pantai bertebing

Pantai bertebing agak curam dengan kemiringan tegak 90 bentuk garis pantai

lurus, sebagian berbentuk tanjung merupakan tipe pantai dominan terdapat di barat

dan timur Pulau Bintan. Proses laut dominan berupa pukulan ombak yang menerpa

tebing pantai diantaranya mengakibatkan abrasi hingga terbentuk gerowong seperti

yang terdapat di sebelah timur Pulau Bintan sedangkan runtuhan tebing (rock fall)

membentuk talus-talus.

b. Tipe pantai berpasir, berbatu dan terumbu karang

Pantai berkarakteristik berupa pantai berpasir, berbatu dan terumbu karang,

dimana pasir didominasi oleh warna putih terang sampai kekuningan dan sedikit abu-

abu kehitaman, bentuk garis pantai memanjang agak berkelok. Dengan relief rendah

hingga sedang membentuk morfologi dataran bergelombang dan dibeberapa tempat

terdapat endapan. Tipe pantai ini terdapat di Timur Pulau Bintan dan Pulau Mapur.

c. Pasir Laut dan Sebaran Sedimen Permukaan Air Laut

Secara umum pasir yang terdapat di Kabupaten Bintan terpilah dengan kondisi

dari sedang sampai buruk, membundar tanggung dan menyudut dengan butiran

penyusun didominasi oleh kuarsa rata-rata 50%, cangkang mikrofauna serta fragmen-

fragmen batuan beku dan banyak terdapat butiran hitam yang merupakan mineral

hitam dan sisa tumbuhan.

Page 24: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 24

Tabel. 3.3 Karakteristik Satuan Sedimen Dasar Laut di Kabupaten Bintan

Satuan Sedimen Karakteristik Sedimen (%)

Kerikil Pasir Lanau Lempung Pasir lumpuran sedikit Kerikilan 21,6–0 81,1–19,2 68,8–15,7 12,0–1,3 Pasir Lanauan 0 72,9–37,8 55,9–23,9 6,7–2,8 Lanau Pasiran 0 47,1–12,0 75,7–44,9 12,9–6,7 Lumpur Pasiran sedikit Kerikilan 27,2 0 70,7–12,7 73,9–25,4 11,4–2,3 Kerikil Lumpuran 45,2–31,9 25,2–33,9 29,8–26,6 4,4–3,0

Sumber : Penyusunan Potensi Sumberdaya Kelautan Kabupaten Bintan 2003

3.1.4. Pola Pasang dan Gelombang

Pasang surut adalah salah satu faktor dasar dalam pengkajian arus dilaut.

Kenaikan massa air laut samudera atau laut luas secara vertikal adalah gaya tarik

benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari. Massa air yang naik akan

merambat dari samudera atau laut lepas secara horizontal ke perairan dalam seperti

perairan Indonesia. Faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah posisi bulan dan

matahari terhadap bumi serta situasi morfologi setempat seperti berkurangnya

kedalaman, keadaan ini terjadi pada tempat-tempat yang sempit seperti teluk dan selat,

sehingga menimbulkan dominasi arus pasang surut.

Di Kabupaten Bintan hampir sebagian besar di pengaruhi oleh pasang surut air

laut, tingkat muka air sungai bervariasi, atau terjadi banjir lokal oleh air laut. Pasang di

perairan Bintan merupakan rambatan pasang dari Laut Cina Selatan yang identik

dengan pasang di perairan Batam. Pola pasang surut cenderung semi diurnal (mixed

tide prevailing semidiurnal), terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari.

Namun dua pasang tersebut tidak sama besarnya.

Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal

atau mixed tide prevailing semidiurnal (Wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut

penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan

waktu pada antar puncak air tinggi-nya. Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-

Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (kecamatan Gunung Kijang)

pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm,

air surut terendah -121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada

bulan September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -

101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm.

Page 25: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 25

Tabel. 3.4 Hasil Prediksi Tinggi Air Pasang Surut Dan Tunggang Maksimum

Elevasi Sekitar Pantai Trikora Sekitar Pulau Mantang

Juli September Juli September

Air pasang tertinggi +73,48 cm +75,69 cm +78,68 cm +98,18 cm

Air surut terendah -121,31 cm -101,06 cm -135,84 cm -117,74 cm

Tunggang maksimum 194,79 cm 176,75 cm 214,52 cm 215,92 cm

Sumber : Kondisi Ekosistem pesisir Pulau Bintan, Desember 2003

Gelombang laut umumnya dibangkitkan oleh angin yang bertiup diatas

permukaan laut. Bentuk gelombang yang dihasilkan tergantung pada faktor-faktor

pembangkit gelombang itu sendiri seperti kecepatan angin, waktu dimana angin

sedang bertiup, dan jarak rintangan yang dilalui. Pada saat pengamatan dilakukan

terjadi pada musim selatan dimana kondisi angin rata-rata di bawah 5 fetch sehingga

nilai tertinggi gelombang diperoleh 0,45 meter di Pulau Mantang sedang kelompok

gelombang terendah 0,22 meter di Pulau Berakit sehingga rata-rata tinggi gelombang di

perairan kabupaten kepulauan Riau mencapai 0,3 meter.

3.1.5. Pola Kecepatan Arus

Kecepatan arus yang terjadi di perairan dipengaruhi oleh angin yang bertiup.

Menurut Bowden (1980) kecepatan arus di pesisir dipengaruhi oleh angin, refraksi

gelombang, densitas, pasang surut dan aliran sungai. Selanjutnya Nurhayati dan

Triantoro (2000) menjelaskan pola aliran arus akan memberikan informasi tentang

karakteristik penyebaran materi seperti nutrient, transportasi sedimen, plankton,

ekosistem laut dan geomorfologi pantai. Arus di perairan Kabupaten Bintan termasuk

arus yang cukup kompleks sebagai hasil interaksi berbagai arus yang terdiri dari arus

tetap musiman, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi arus seperti topografi

perairan, situasi garis pantai dan sebagainya. Arus utama perairan Bintan dipengaruhi

dan mengikuti pola arus Laut Natuna secara umum, yang sangat tergantung dari angin

Muson.

Pergerakan pasang surut suatu daerah memegang peranan sangat penting dalam

mempertahankan sumberdaya alam seperti terumbu karang, magrove, lamun, daerah

estuaria dan sebagainya. Selain arus dan kecepatan arus serta pasang surut juga

mempengaruhi pergerakan berbagai polutan kimia, pencemaran, minyak dan lain-lain.

Posisi geografis wilayahnya yang terletak pada pertemuan perambatan pasang surut

Samudera Hindia melalui Selat Malaka dan dari Samudera Pasifik melalui Laut Cina

Selatan menyebabkan perairan Kepulauan Riau memiliki arus pasang surut dengan

pola bolak-balik (revering tidak current). Berdasarkan data lapangan PT Transfera

Infranusa pada tahun 2003, kecepatan arus maksimum 0,2 knot di pulau Berakit.

Pasang surut dijadikan ukuran dalam mendesain beberapa kegiatan budidaya seperti

pembangunan pelabuhan, yang harus berada dalam batas-batas daerah pasang surut

Page 26: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 26

dengan memperhatikan bahwa tinggi pasang surut saat pasang bulan purnama dan

perbani harus berada dalam kondisi yang sesuai kebutuhan.

Berdasarkan hasil studi Agustinus et al., (2010) Pola arus di wilayah perairan

Bintan pada bulan Nopember-Mei berarah Barat laut dan Tenggara, sementara pada

bulan Juni-September berarah Tenggara dan Barat laut. Sementara dari hasil analisis

progresif vector diagram di wilayah studi diperoleh data bahwa arus bergerak-Baratlaut

dan Tenggara atau berosilasi hanya antara dua arah tersebut. Kekuatan arus tersebut

tercermin dua osilasi yang kuat dan lemah dengan dua puncak dalam waktu 24 jam.

Nampak bahwa massa air cenderung mengalir-Barat laut dan mencapai 10 km dalam

waktu sekitar 24 jam.

Page 27: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 27

Page 28: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 28

3.1.6. Kecerahan

Kecerahan perairan merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan

kondisi suatu perairan. Kecerahan perairan sangat tergantung pada kondisi sedimen

tersuspensi, kepadatan alga, fitoplankton, dan bahan cemaran (polutan) serta arah

datangnya cahaya pada perairan. Berdasarkan data pengamatan, dapat dijelaskan

bahwa kondisi kecerahan masing-masing perairan berbeda-beda.

Daerah Pulau Bintan bagian barat menunjukkan tingkat kekeruhan paling tinggi

bila dibandingkan dengan pulau lainnya yang ada di Kabupaten Bintan . Kekeruhan

yang terjadi kemungkinan disebabkan padatnya pelayaran dan hasil cemaran limbah

daratan dari 5 sungai besar. Sementara daerah lain umumnya menunjukkan kecerahan

yang optimal, namun tidak satupun yang menunjukkan kecerahan yang mencapai

100%. Kecerahan perairan di wilayah perairan Gunung Kijang berkisar antara 4,5–6,9

m, kecerahan tertinggi dijumpai pada Pulau Beralas Bakau sedangkan kecerahan

terendah pada Desa Malang Rapat. Rendahnya kecerahan di Desa Malang Rapat

disebabkan daerahnya berada pada daerah muara sungai, dimana massa air dipengaruhi

partikel-partikel dari hulu sungai. Sedangkan tingginya kecerahan di daerah pulau

Beralas Bakau disebabkan karena perairanya terbuka yang banyak dipengaruhi massa

air Laut Cina Selatan dan tipe perairan yang semi terbuka dengan sirkulasi air yang

lancar.

3.1.7. Suhu

Berdasarkan peta Oseanografi wilayah perairan Indonesia (BRKP, 2002)

temperatur air permukaan di perairan sekitar Bintan, pada Monsun Barat (Desember-

Februari) berkisar 27-280C, Monsun peralihan dari barat ke timur (Maret-Mei) 29-

29,50C, Monsun Timur (Juni-Agustus) 31-31,50C. Monsun peralihan dari timur ke barat

(September–November) 29-29,50C. Variasi suhu air laut di perairan Kepulauan Riau

masih termasuk kisaran suhu normal air laut. Perairan barat Indonesia termasuk

Kepulauan Riau secara umum pada musim Barat memiliki kisaran suhu sekitar 280C-

290C, musim Timur mencapai kisaran antara 260C-290C, sedangkan musim selatan

kisaran antara 29ºC-300C sedangkan data lain pada bulan Agustus berkisar antara

300C.

3.2. Kimia Perairan

Kondisi kimia perairan di wilayah Kabupaten Bintan meliputi pH, salinitas, DO,

COD, Nitrat dan Phospat.

3.2.1 pH Air.

Nilai pH perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan

merupakan pengukuran konsentrasi ion hydrogen dalam larutan. Sifat kesadahan (pH)

sangat berkaitan dengan jumlah ion HCO3- yang terdisosiasi dalam perairan. Kondisi

pH perairan berada dalam keadaan basah (>7) yang berfungsi sebagai penyangga (buffer)

kehidupan seluruh organisme lautan. Jumlah ion Hydrogen dalam suatu larutan

Page 29: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 29

merupakan salah satu tolok ukur keasaman larutan. Larutan yang bersifat basah

banyak mengandung ion OH- dan sedikit mengandung ion H+. Sifat-sifat pH air laut

bisa disebabkan kehadiran CO2 dengan sistem asam karbonat-bikarbonat dan sifat

basah yang kuat dari ion natriun, kaliun, dan kalsium. Tingkat pH air dari pengamatan

dan pengukuran semua stasiun rata-rata 7,9-8,1. Sebaran nilai pH masih berada dalam

kondisi ideal untuk berbagai kepentingan budidaya dan sebagainya (RTRW

Kabupaten Bintan 2010-2030). Hasil pengukuran tahun 2011 menunjukkan bahwa nilai

derajat keasaman air di perairan Bintan berkisar antara 6,5 - 7,5.

3.2.2 Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut.

Kondisi perairan kabupaten Bintan menujukkan salinitas rata-rata 30 ‰. Hasil ini

menunjukkan sebaran salinitas yang hampir homogen dan masih berada dalam kisaran

yang ideal untuk kegiatan budidaya dan pariwisata bahari (RTRW Kabupaten Bintan

2010-2030). Hasil pengukuran pada survei tahun 2011 menunjukkan bahwa nilai

salinitas akan semakin tinggi jika menjauh dari pulau (daratan). Hal ini karena salinitas

yang rendah dekat daratan akibat adanya masukan air tawar dari pulau (daratan). Pada

pulau-pulau selain pulau Bintan menunjukkan bahwa nilai salinitas hampir sama di

tiap wilayah tang berkisar antara 27-30‰.

3.2.3 Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen (DO) di dalam air sangat diperlukan bagi seluruh mahluk

hidup air, yaitu untuk pernafasan. Dari hasil pengukuran, kandungan oksigen terlarut

di perairan laut Kabupaten Bintanberkisar antara 6,25-8,32 mg/l, sedangkan pada

perairan Kawasan Mantang antara 6,66–8,32 mg/l dan dalam Teluk Mantang sendiri

adalah 6,87-7,88 mg/l. Bila dilihat dari kandungan oksigen terlarut ini, maka kondisi

perairan Kabupaten Bintan sangat baik untuk kehidupan biota laut. Kemudian kisaran

ini adalah kisaran DO yang normal dan menunjukkan perairan berada dalam kondisi

relatif baik. Dalam SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004

dinyatakan bahwa oksigen terlarut untuk baku mutu perairan bagi biota laut adalah > 5

mg/l. Kemudian DJPB-Departemen Kelautan dan Perikanan RI (2003) menyatakan pula

bahwa kandungan oksigen terlarut optimum untuk budidaya ikan Kerapu adalah 6,0-

8,50 mg/l, budidaya udang dalam tambak adalah 5,0-7,0 mg/l, budidaya ikan bandeng

dalam tambak > 5 mg/l (RTRW Kabupaten Bintan 2010-2030).

Kemudian Lee et al (1978) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut di

suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan dan berdasarkan

ini, maka perairan dapat dibagi dalam 4 (empat) kategori, yaitu : (a) Kategori tidak

tercemar sampai tercemar sangat ringan jika kadar oksigen terlarut lebih besar dari 6,5

mg/l (> 6,5 mg/l), (b) Kategori tercemar ringan jika kadar oksigen terlarut 4,5-6,4 mg/l,

(c) Kategori tercemar sedang jika kadar oksigen terlarut 2,0-4,4 mg/l, (d) Kategori

tercemar berat jika kadar oksigen terlarut lebih kecil dari 2,0 mg/l (< 2,0 mg/l). Bila

dilihat dari kadar oksigen terlarut ini, maka perairan Kabupaten Bintan pada umumnya

Page 30: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 30

belum tercemar, dan hanya pada beberapa bagian atau stasiun saja yang tercemar

ringan. Rendahnya kadar oksigen terlarut ini disebabkan ada limbah organik yang

dibawa oleh sungai dari daratan ke laut, yang 3 (tiga) hari sebelum survey pengambilan

sampel air telah terjadi hujan lebat selama dua hari, yang menyebabkan volume air

sungai ke laut meningkat (RTRW Kabupaten Bintan 2010-2030). Hasil pengukuran

tahun 2011 menunjukkan bahwa nilai oksigen terlarut di perairan Bintan berkisar

antara 5,98–8,37. Nilai yang tinggi ini karena adanya pengaruh arus dan gelombang

yang menyebabkan terjadinya pergelokan air sepanjang waktu sehingga terjadi difusi

oksigen dari udara ke air ataupun sebaliknya dan di dalam perairan akibat adanya

pergolakan air menyebar sampai kedalaman tertentu.

3.2.4 COD (Chemical Oxygen Demand)

Keberadaan bahan organik di perairan dapat berasal dari alam ataupun dari

aktifitas rumah tangga dan aktifitas peternakan. Perairan yang memiliki nilai COD

tinggi tidak bisa digunakan untuk kegiatan budidaya perikanan. Nilai COD pada

perairan yang tidak tercemar kurang dari 20 mg/l, sedangkan pada perairan yang

tercemar dapat mencapai lebih dari 200 mg/l dan pada limbah industri dapat mencapai

60.000 mg/l (UNESCO/WHO/UNEP dalam Effendi, 2003). Hasil pengukuran dari

50 titik sampel atau stasiun ditemukan bahwa nilai COD di perairan Kabupaten Bintan

berkisar antara 7,96–42,46 mg/l. Dari nilai COD ini dapat dikemukakan bahwa kondisi

perairan Kabupaten Bintan berada pada kondisi mulai dari tidak tercemar sampai

tercemar ringan. Untuk perairan di Kawasan Mantang nilai COD-nya adalah 15,56-

42,46 mg/l dan didalam Teluk Mantang sendiri adalah 24,92-42,46 mg/l.

Bila dibandingkan nilai COD hasil pengukuran ini dengan baku mutu biota laut

dari SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, maka perairan laut di

Kabupaten Bintan masih dalam keadaan baik dan belum melewati nilai ambang batas

maksimal, yaitu 80 mg/l. Ini berarti perairan Kabupaten Bintan umumnya dan perairan

Kawasan Mantang khususnya, masih baik digunakan sebagai lokasi kegiatan budidaya

perikanan. Hasil pengukuran COD pada tahun 2011 menunjukkan nilai COD yang

masih dibawah baku mutu yakni berkisara antara 12,42 mg/l-19,26 mg/l. Hal ini

menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di perairan laut Bintan adalah masih

rendah.

3.2.5 Nitrat (NO3)

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien

utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen mudah larut dalam air

dan bersifat stabil. Nutrient ini dihasilkan dari proses nitrifikasi yang merupakan

proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat. Proses ini penting dalam siklus

nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit

dilakukan oleh bakteri nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan

oleh bakteri Nitrobacter. Disamping itu nitrat juga dihasilkan dari proses oksidasi

sempurna senyawa nitrogen di perairan.

Page 31: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 31

Menurut Davis dan Cornwell dalam Effendi (2003), bila suatu perairan

menunjukan kandungan nitratnya lebih dari 5 ppm, maka pada perairan tersebut telah

terjadi pencemaran antropogenik yang berasal dari aktifitas manusia dan tinja hewan.

Kemudian dikemukakannya lagi bahwa perairan yang menerima limpasan air dari

daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kandungan nitratnya dapat

mencapai 1.000 ppm. Selanjutnya Volenweider dan Wetzel dalam Effendi (2003)

menyatakan bahwa kandungan nirat yang terdapat dalam suatu perairan dapat

dikelompokan berdasarkan tingkat kesuburan yaitu perairan Oligotrofik yang memiliki

kandungan nitrat antara 0–1 mg/l, perairan Mesotrofik yang memiliki kandungan nitrat

antara 1–5 mg/l, dan perairan eutrofik yang memiliki kandungan nitrat antara 5–50

mg/l. Berdasarkan kategori ini, maka perairan laut Kabupaten Bintandapat digolongkan

ke dalam perairan Mesotrofik (RTRW Kabupaten Bintan 2007-2017). Hasil pengukuran

terhadap kandungan nitrat pada tahun 2011 di perairan Bintan menunjukkan nilai

nitrat berkisara antara 0,145 mg/l-0,687 mg/l. Bila dilihat dari tingkat peranannya maka

perairan bintan termasuk dalam kategori mesotrofik.

3.2.6 Phospat (PO4)

Phospat merupakan unsur essensial perairan yang terdaoat dalam bentuk

senyawa phospat organik dan anorganik. Ortophospat (PO4) merupakan senyawa

phospat anorganik, sedangkan phospat organik terdapat di dalam tubuh organisme.

Phospat sangat berguna untuk pertumbuhan organisme hidup dan merupakan faktor

yang menentukan produktifitas perairan. Phospat dapat dijadikan sebagai parameter

untuk pencemaran perairan (Michael, 1994).

Kandungan phospat pada perairan tawar dan laut memiliki kisaran yang hampir

sama yaitu 1–3 mg/l. Kadar phospat yang optimum bag pertumbuhan phytoplankton

adalah 0,09–1,80 mg/l dan merupakan faktor pembatas apabila nilainya di bawah 0,02

mg/l. Berdasarkan kandungan phospat, maka perairan dapat diklasifikasikan menjadi 3

(tiga) golongan, yaitu : (a) Perairan Oligotrofik, yang mengandung phospat 0,003–0,01

mg/l, (b) Perairan Mesotrofik, yang mangandung phospat 0,011-0,03 mg/l, dan (c)

Perairan Eutrofik yang mengandung phospat 0,031-0,1 mg/l.

Kandungan posfat di perairan Bintan ditemukan berkisara antara 0,005 mg/l–

0,028 mg/l. Bila dilihat dari kandungan phospat ini, maka perairan laut Kabupaten

Bintan tergolong perairan Oligotrofik – Mesotrofik, dan perairan di Kawasan Mantang

sendiri tergolong Mesotrofik. Bila merujuk pada SK Menteri Negara Lingkungan Hidup

No. 51 Tahun 2004, maka kandungan phospat pada perairan laut di daerah ini telah

melampaui standar baku mutu air laut, yaitu 0,015 mg/l. Tingginya kandungan phospat

pada perairan laut tersebut, karena pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan,

sehingga terjadi peningkatan suplai phospat dari aliran air sungai yang masuk ke dalam

perairan laut.

Kualitas perairan suatu wilayah menunjukkan seberapa besar tingkat kerusakan

lingkungan yang diakibatkan dari aktifitas manusia. Aktivitas manusia di Kepulauan

Page 32: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 32

Riau pada umumnya meliputi pertanian, industri, dan kegiatan domestik menghasilkan

limbah yang dibuang ke sungai atau kanal dan akhirnya akan mencapai wilayah pesisir.

Berdasarkan nilai Baku Mutu Air Laut sesuai Lampiran VII Surat Keputusan Menteri

Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor KEP-02/MENKLH/1988 tentang

Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, maka dari kebanyakan parameter

memiliki nilai sesuai atau masih di dalam kisaran baku mutu, misalnya suhu, salinitas,

TSS, dan kecerahan untuk parameter fisika serta pH, oksigen terlarut, BOD5, COD,

H2S, NH3-N, dan NO2-N untuk parameter kimia.

Tercatat satu parameter kimia yaitu NO3-N merupakan salah satu bentuk zat

hara yang menjadi faktor pembatas di lingkungan laut bagi algae atau fitoplankton.

Nilai NO3-H yang tinggi harus diwaspadai karena kalau dikombinasikan dengan

keadaan lingkungan atau kualitas air tertentu lainnya dapat memicu terjadinya ledakan

populasi algae tertentu yang sangat tinggi yang terkenal dengan sebutan "red tide". Red

tide ini mengeluarkan racun yang dapat mengakibatkan kematian massal ikan dan

merusak lingkungan perairan. Selain itu, racun tersebut dapat sampai ke manusia

setelah mengkonsumsi ikan yang telah mengandung racun yang dihasilkan oleh red tide

tersebut.

3.3. Biologi Perairan

Ditemukan 14 species phytoplankton yang dapat dikelompokan kedalam 3 (tiga)

kelas, yaitu Cyanophyta sebanyak 2 species, Crysophyta sebanyak 9 species, dan

Pyrrophyta sebanyak 3 species. Bila dilihat dari Kerapatan Relatif (KR), Chaetoceros sp

dari kelas Chrysophyta mempunyai KR tertinggi yaitu 12,45% dengan kelimpahan 65

individu/liter dan Frekuensi Keberadaan 100%, sedangkan yang yang terendah adalah

Stigonema sp dari kelas Cyanophyta dengan kelimpahan 9 individu/liter, Kerapatan

Relatif (KR) 1,72% dan Frekuensi Keberadaan (FK) 50%. Kelimpahan, Kerapatan

Relatif (KR) dan Frekuensi Keberadaan (FK) dari masing-masing species

phytoplankton disajikan pada Tabel berikut.

Page 33: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 33

Tabel. 3.5 Jenis, Kelimpahan, Kerapatan Relatif dan Frekuensi Keberadaan Phytoplankton di

Perairan Kabupaten Bintan

No Jenis Phytoplankton Kelimpahan

( ind/l ) K R

( % ) F K

( % ) A. Cyanophyta 34 6,51 –

1. Oscillatoria sp 25 4,79 86 2. Stigonema sp 9 1,72 50

B. Chrysophyta 330 63,23 – 1. Coscinodiscus sp 42 8,06 96

2. Noctiluca sp 13 2,49 52

3. Chaetoceros sp 65 12,45 100 4. Rhizosolenia sp 51 9,77 98 5. Asterionella sp 18 3,45 68 6. Navicula sp 57 10,91 100

7. Cymbella sp 39 7,47 90 8. Gyrosigma sp 27 5,18 88 9. Nitzchia sp 18 3,45 74 C. Pyrrophyta 158 30,26 –

1. Dinophysis sp 60 11,49 98

2. Ceratium sp 60 11,49 100 3. Peridinium sp 38 7,28 98

Jumlah 522 100,00 – Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Hasil analisis menunjukan pula bahwa kelimpahan phytoplankton dari 50 stasiun

pengambilan sampel, didapatkan bahwa kelimpahan phytoplankton di perairan laut

Kabupaten Bintanberkisar antara 360-704 individu/liter dan rata-rata adalah 522

individu/liter. Bila melihat dari kelimpahan phytoplankton ini maka perairan laut

Kabupaten Bintantergolong dengan tingkat kesuburan rendah (Oligotrofik). Menurut

Hunter (1971) berdasarkan tingkat kelimpahan phytoplankton, maka perairan dapat

dikelompok atas 3 (tiga) kelompok, yaitu :

a. Perairan Oligotrofik, dengan tingkat kelimpahan phytoplankton antara 0-2.000

individu/liter.

b. Perairan Mesotrofik, dengan tingkat kelimpahan phytoplankton antara 2.000-15.000

individu/liter.

c. Perairan Eutrofik, dengan tingkat kelimpahan phytoplankton lebih dari 15.000

individu/liter (> 15.000 ind/liter).

Dari hasil analisis yang dilakukan, didapatkan bahwa 4 (empat) species

zooplankton di perairan laut Kabupaten Bintanyaitu Nauplius sp, Cyclops sp, Bracyura sp,

dan Diaptomus sp. Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari keempat species

zooplankton tersebut yang mempunyai kelimpahan paling tinggi adalah Cyclop sp

dengan kelimpahan 88 individu/liter, Kerapatan Relatif (KR) 43,56% dan Frekuensi

Keberadaan (FK) 100%. Kemudian yang terendah adalah Bracyura sp dengan

Page 34: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 34

kelimpahan 9 individu/liter, Kerapatan relatif (KR) 4,46% dan Frekuensi Keberadaan

(FK) 46%. Kelimpahan, Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Keberadaan (FK) dari

masing-masing species zooplankton disajikan pada Tabel berikut.

Tabel. 3.6 Jenis, Kelimpahan, Kerapatan Relatif dan Frekuensi Keberadaan Zooplankton

di Perairan Kabupaten Bintan

No Jenis Phytoplankton Kelimpahan

( ind/l ) K R

( % ) F K

( % )

1. Nauplius sp 79 39,11 100

2. Cylops sp 88 43,56 100

3. Bracyura sp 9 4,46 46

4. Diaptomus sp 26 12,87 74

Jumlah 202 100,00 – Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Hasil analisis menunjukan pula bahwa kelimpahan zooplankton dari 50 stasiun

pengambilan sampel, didapatkan bahwa kelimpahan zooplankton di perairan laut

Kabupaten Bintan berkisar antara 106-396 individu/liter dan rata-rata adalah 202

individu/liter. Bila dilihat dari kelimpahan zooplankton ini maka perairan laut

Kabupaten Bintan tergolong dengan tingkat kesuburan sedang (Mesotrofik). Menurut

Goldman dan Horne (1989) berdasarkan tingkat kelimpahan zooplankton, maka

perairan dapat dikelompok atas 3 (tiga) kelompok, yaitu:

a. Perairan Oligotrofik, dengan tingkat kelimpahan zooplankton kecil dari 1

individu/liter (< 1 ind/liter).

b. Perairan Mesotrofik, dengan tingkat kelimpahan zooplankton antara 1-500

individu/liter.

c. Perairan Eutrofik, dengan tingkat kelimpahan zooplankton lebih dari 500

individu/liter (> 500 ind/liter).

Page 35: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 35

Bab.4 Rencana Pola Ruang Kabupaten Bintan

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2010-2030

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bintan merupakan rencana distribusi

peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang

untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana

pola ruang wilayah Kabupaten Bintan ini berfungsi untuk :

a. Sebagai alokasi ruang berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan

pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan

untuk dua puluh tahun; dan

d. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya buatan. Rencana peruntukan kegiatan budidaya ini dilakukan di luar

kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Pengembangan kawasan

budidaya ini dilakukan untuk saling mendukung pengembangan kawasan lindung guna

menjaga kelangsungan pengembangan kawasan budidaya. Berikut disajikan rencana

pola ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Bintan Tahun 2010-2030 khususnya yang

berkaitan dengan pola ruang pembangunan sektor kelautan dan perikanan Kabupaten

Bintan yakni sebagai berikut :

Page 36: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 36

4.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan

sumberdaya buatan. Pengelolaan kawasan lindung secara baik dan benar, dapat

megurangi tingkat bahaya bencana alam yang ditimbulkan seperti banjir, longsor,

pendangkalan waduk, kekeringan, dan sebagainya. Selain bencana alam kerusakan

kawasan lindung juga menimbulkan bencana sosial akibat hilangnya aset hidup yang

seharusnya diperoleh masyarakat.

4.1.1. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya

Luas wilayah laut Kabupaten Bintan dengan segala keanekaragaman

sumberdaya lautnya perlu dijaga sedemikian rupa demi keberlangsungan hingga jangka

waktu yang akan datang. Oleh sebab itu, untuk kawasan suaka alam laut Kabupaten

Bintan ini ditetapkan Taman Wisata Alam Tambelan dengan luas ±1.212.214,75 Ha.

Selain itu, terdapat juga Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD), yaitu Tambelan

dan Pesisir Timur Kecamatan Gunung Kijang dan Teluk Sebong dengan arahan

kebijakan pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi sumber daya pantai,

pesisir dan lautan daerah dengan zonasi (inti, pendukung dan pemanfaatan).

Page 37: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 37

Page 38: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 38

4.1.2. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Hutan Mangrove)

Hutan bakau/mangrove merupakan sekelompok tumbuhan yang terdiri dari

berbagai macam jenis dan suku berbeda serta dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Tumbuhan ini mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap kodisi lingkungan

yang ekstrim seperti tanah yang kurang stabil, oksigen yang rendah dan salinitas tinggi.

Secara ekologi hutan mangrove berfungsi sebagai:

• Peredam gelombang dan angin badai;

• Perangkap sendimen/lumpur sehingga dapat memperluas pantai;

• Penyerap bahan pencemar air laut;

• Daerah pemijahan, pengasuhan, dan tempat mencari makan bagi biota laut seperti

udang, ikan, dan kerang-kerangan;

• Pemasok oksigen bagi kehidupan manusia.

Disamping itu, hutan mangrove juga memberikan manfaat ekonomi bagi

penduduk sekitar yaitu :

• Penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan makanan dan obat-

obatan.

• Penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting dan kerang-kerangan

• Tempat rekreasi.

Luas Mangrove di Kabupaten Bintan keseluruhannya ±7,679 Ha. Kondisi

vegetasi mangrove di Pulau Bintan mempunyai keanekaragaman jenis yang cukup

tinggi, yaitu sebanyak 50 jenis yang termasuk ke dalam 27 famili yang tersebar di Pulau

Siolong, Pulau Kelong, dan Teluk Bakau. Jenis mangrove yang ditemukan di daerah ini

didominasi oleh bakau (Rhizopora stylosa, Rhizopora alba), bakau merah (Rhizopora

apiculata), bakau hitam (Rhizopora mucronata), api-api (Avicennia marina), pedada

(Sonneratia alba), dudukan (Lumnitzera littorea), buta-buta (Excaecaria agallacha), nyirih

(Xylocarpus granatum), tanjang (Bruguiera cylindrica).

Pemanfaatan hutan mangrove di daerah Kabupaten Bintan didominasi oleh

pemanfaatan mangrove sebagai bahan baku pembuatan arang, bahan kayu dan

keperluan rumah serta bangunan lainnya. Selain itu adanya konversi hutan bakau

menjadi lokasi pertambakan, pelabuhan, pemukiman dan industri juga merupakan

faktor menurunnya jumlah luasan hutan bakau. Kondisi hutan bakau saat ini sudah

mengalami tekanan akibat aktifitas pembangunan seperti semakin meningkatnya

permintaan negara tetangga akan kayu bakau kecil dan kayu chip sehingga

dikhawatirkan akan terjadi eksploitasi hutan bakau yang terus meningkat. Oleh karena

itu, perlindungan terhadap kawasan hutan mangrove ini perlu terus ditingkatkan

sehingga keberadaan dan kelestarian hutan mangrove sebagai kawasan lindung ini

tetap terjaga.

Page 39: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 39

4.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya buatan. Rencana peruntukan kegiatan budidaya ini dilakukan di luar

kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Pengembangan kawasan

budidaya ini dilakukan untuk saling mendukung pengembangan kawasan lindung guna

menjaga kelangsungan pengembangan kawasan budidaya. Penetapan kawasan

budidaya dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan, dan pemantauan kegiatan

termasuk penyediaan prasarana dan sarana maupun penanganan dampak lingkungan

akibat kegiatan budidaya. Berikut diinformasikan rencana pola ruang kawasan

budidaya khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sektor kelautan dan

perikanan di Kabupaten Bintan.

4.2.1. Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan merupakan kawasan yang diperuntukan bagi semua

kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan, dan pemanfaatan sumberdaya ikan

dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan

pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Kriteria kawasan peruntukan perikanan adalah wilayah yang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budidaya dan industri pengolahan hasil

perikanan serta tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Arahan

pengembangan dan pengelolaan kawasan ini berupa :

• Memperluas jaringan pemasaran terhadap masukan-masukan perikanan, seperti

bibit, obat-obatan dan pakan. Usaha-usaha ini dapat meningkatkan kualitas hasil

kelautan dan perikanan;

• Meningkatkan mutu budidaya laut (marineculture), budidaya air tawar dan

budidaya air payau;

• Mengusahakan adanya nilai tambah terhadap hasil-hasil kelautan dan perikanan,

meliputi pengolahan menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi yang siap

dikonsumsi;

• Konservasi terhadap kawasan kelautan dan perikanan;

• Meningkatkan dan memperkuat peranan sumberdaya manusia di bidang kelautan

yang dilakukan dengan mendorong jasa pendidikan dan pelatihan di bidang

kelautan khususnya bidang unggulan serta mengembangkan standar kompetensi

sumberdaya manusia bidang kelautan;

• Meningkatkan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi serta riset yang diarahkan

bagi pengembangan sistem informasi kelautan yang handal.

Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Bintan terdiri dari perikanan

tangkap, perikanan budidaya, pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi

kelautan, industri sumberdaya laut-dalam dan pemanfaatan muatan barang kapal

Page 40: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 40

tenggelam, wisata bahari dan potensi mangrove dan terumbu karang. Komoditas hasil

kelautan dan perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Bintan merupakan

komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut (seaweed), padang lamun (seagrass),

ikan dan biota laut ekonomis tinggi serta komoditi hasil budidaya perikanan.

Dalam rangka membangun keberlanjutan perikanan, maka konservasi

sumberdaya ikan menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan di perairan

Kabupaten Bintan, yang pengelolaannya dilakukan meliputi 1/3 (sepertiga) dari

kewenangan provinsi atau 4 (empat) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas

dan/atau ke arah perairan kepulauan, serta kawasan konservasi perairan yang berada

dalam wilayah kewenangan lintas kabupaten/kota. Rencana pengelolaan kawasan

konservasi perairan memuat zonasi kawasan yang terdiri dari:

a. Zona Inti

Zona inti diperuntukkan bagi perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan,

penelitian, dan pendidikan.

b. Zona Perikanan Berkelanjutan

Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan

populasi ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan,

budidaya ramah lingkungan, pariwisata dan rekreasi, penelitian dan

pengembangan, serta pendidikan.

c. Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan diperuntukkan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan,

pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan.

d. Zona Lainnya

Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan

zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona

tertentu, yakni antara lain zona perlindungan, zona rehabilitasi dan sebagainya.

4.2.2.1. Kawasan Perikanan Tangkap

Kawasan perikanan tangkap merupakan kawasan yang digunakan untuk

kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan

dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk

memuat mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau

mengawetkannya.

Kriteria kawasan perikanan tangkap menurut Undang-Undang Republik

Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 18 Ayat 4, bahwa

kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut paling jauh 12 (dua belas)

mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan

untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk

kabupaten/kota. Sesuai dengan undang-undang tersebut maka batas wilayah laut

Page 41: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 41

termasuk kawasan perikanan tangkap yang pengelolaannya menjadi wewenang

kabupaten adalah sejauh 4 mil.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap masih rendah terutama untuk

perikanan di kawasan potensial. Masih terjadinya penangkapan ilegal (illegal fishing)

oleh kapal-kapal asing dan lokal dengan menggunakan alat tangkap yang dapat

menyebabkan kerusakan biota dan ekosistem laut. Rencana pengembangan perikanan

tangkap di Kabupaten Bintan, yaitu tersebar pada seluruh wilayah pesisir dan kelautan

Kabupaten Bintan, terutama pada kawasan perikanan tangkap yang potensial dan

tidak melanggar batas Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) yang berada di

wilayah perbatasan dengan negara lain. Arahan kebijakan ruang kawasan perikanan

tangkap adalah :

• Peningkatan produksi perikanan (salah satunya melalui motorisasi perikanan);

• Peningkatan eksport hasil kelautan dan perikanan;

• Peningkatan pengawasan perikanan.

4.2.2.2. Kawasan Perikanan Budidaya

Kawasan perikanan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukan bagi

kegiatan memelihara, membesarkan dan atau membiakkan ikan serta memanen

hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Perikanan budidaya dapat dikelompokkan

menjadi 3 (tiga), yaitu budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar. Kriteria

untuk kawasan pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :

• Kelerengan lahan < 8 %

• Persediaan air cukup

• Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.

• Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).

Kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya laut adalah :

• Terlindung dari gelombang dan angin. Hal ini untuk menghindari terjadinya

kerusakan pada kegiatan atau usaha budidaya yang berasal dari gelombang dan

arus yang besar.

• Jauh dari permukiman dan industri, karena limbah atau pencemaran yang berasal

dari rumah tangga dan industri dapat mengakibatkan kerusakan perairan dan

kegagalan usaha budidaya.

• Jauh dari muara sungai. Muara sungai juga sangat mempengaruhi budidaya laut

dengan adanya proses sedimentasi akibat aktifitas di daerah atas (Up-land) seperti

penebangan hutan, pertanian, permukiman dan industri yang dekat bantaran

sungai.

• Jauh dari kawasan ekosistem penting laut, seperti terumbu karang, mangrove dan

padang lamun.

Page 42: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 42

• Kualitas air baik. Kualitas ini mengidikasikan kelayakan kondisi perairan yang

dapat dijadikan lokasi budidaya laut. Kelayakan kondisi perairan ini dapat diukur

dari parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter Fisika ; Kecerahan; parameter

kimia : Disolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD), kandungan

organik (organic matter), Biolocal Oxygen Demand (BOD), kandungan klorofil dan

parameter biologi plankton.

Rencana pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Bintan adalah

tersebar pada daerah yang memiliki potensi dikembangkanya kegiatan budidaya

perikanan, yaitu : Kecamatan Bintan Pesisir, Teluk Bintan, Mantang dan Tambelan.

Sedangkan pengembangan budidaya rumput laut dikembangkan di Kecamatan Bintan

Pesisir, Tambelan dan Mantang serta di kawasan konservasi laut daerah. Adapun

arahan kebijakan pada pengembangan kawasan budidaya perikanan yaitu:

• Peningkatan produksi budidaya perikanan

• Pengembangan kegiatan budidaya perikanan ke seluruh daerah potensi

• Peningkatan eksport hasil kelautan dan perikanan

4.2.2.3. Kawasan Pengolahan Ikan

Kawasan pengolahan ikan merupakan salah satu sasaran pengembangan dari

kawasan minapolitan. Rencana pengembangan kawasan minapolitan bertujuan untuk

mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai

kegiatan utama. Dalam kawasan minapolitan direncanakan akan dikembangkan

melalui sistem minabisnis (agroinput, pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa).

Rencana pengembangan kawasan minapolitan diarahkan di Kecamatan Bintan Timur,

Bintan Pesisir, dan Mantang Pengembangan kawasan minapolitan direncanakan

pengembangan penangkapan, budidaya rumput laut, tripang, kerapu, serta sarana dan

prasarana lainnya yang mendukung kawasan ini. Secara lebih jelas mengenai rencana

pola ruang di Kabupaten Bintan hingga tahun 2030 beserta luasannya disajikan pada

Tabel di bawah ini.

Page 43: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 43

Tabel. 4.1 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bintan Tahun 2010-2030

No. Rencana Peruntukan Luas

Hektar % A Kawasan Lindung 46.784 35,46

1 Hutan Lindung 5.666 4,29 2 Buffer Zone Hutan Lindung 1.121 0,85 3 Danau/Waduk/Kolong 318 0,24 4 Mangrove 8.023 6,08 5 Resapan air 23.452 17,77 6 Sempadan Pantai 7.922 6 7 Sempadan Sungai 159 0,12 8 Sempadan Danau/Waduk/Kolong 123 0,09

B Kawasan Budidaya 85.167 64,54 1 Hutan Produksi Terbatas 10.742 8,14 2 Pertanian 16.202 12,28 3 Perkebunan 9.246 7,01 4 Perikanan 373 0,28 5 Pertambangan 8.129 6,21 6 Industri 7.688 5,83 7 Pariwisata 20.452 15,5 8 Permukiman 7.807 5,92 10 Kawasan Peruntukkan lainnya (Kawasan

Militer) 8,74 0,01

11 Kawasan Bandar Sri Bentan 4446,59 3,37 12 TPA 10 0,01

Total 131.951 100 Sumber : RTRW Kabupaten Bintan Tahun 2010-2030

Page 44: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 44

Page 45: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 45

Page 46: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 46

4.3. Rencana Sistem Prasarana Wilayah (Pelabuhan Perikanan) di Kabupaten

Bintan.

Klasifikasi pelabuhan lain yang akan dikembangkan di Kabupaten Bintan

adalah pelabuhan perikanan setingkat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan fungsi

melayani kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20

buah kapal atau 60 GT kapal perikanan sekaligus dan pelabuhan labuh jangkar.

Pelabuhan PPI melayani kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan

kepulauan. Pelabuhan Perikanan Pantai yang dikembangkan direncanakan berada di

Berakit, Tambelan dan Batu Duyung. Sedangkan Pelabuhan Labuh Jangkar

direncanakan akan dikembangkan di Perairan Pulau Telang (Kecamatan Bintan

Timur), Perairan Pulau Tangkil (Kecamatan Teluk Bintan), Perairan Tanjunguban

(Kecamatan Bintan Utara), dan Perairan Teluk Sumpat Pengudang (Kecamatan Teluk

Sebong). Strategi pengembangan transportasi laut pada kepelabuhanan di Kabupaten

Bintan, antara lain :

a. Meningkatkan jasa kepelabuhanan;

b. Memberikan prioritas pembangunan dan perawatan prasarana transportasi laut

yang masih dibutuhkan dalam bentuk rehabilitasi dan perawatan prefentif;

c. Mendorong pemerintah kabupaten, BUMN, BUMD, Koperasi dan swasta untuk

mengembangkan pelabuhan pada daerah yang masih rendah tingkat

aksesibilitasnya;

d. Meningkatkan alokasi investasi pemerintah daerah pada pembangunan fasilitas

pelabuhan di daerah tertinggal, daerah terpencil dan perbatasan.

Sesuai rencana struktur ruang yang ada, maka pembangunan sistem

transportasi laut di Kabupaten Bintan diarahkan untuk mampu mengakomodasikan

pengembangan kawasan-kawasan strategis di wilayah daratannya serta memudahkan

kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan dan pulau-pulau kecilnya. Untuk lebih jelas

melihat rencana pengembangan kepelabuhanan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel . 4.2. Rencana Pengembangan Sistem Kepelabuhanan

No Jenis dan Nama Pelabuhan Fungsi Saat Ini Arahan Pengembangan

I. Pelabuhan Barang/Penumpang

Bandar Seri Udana (Lobam) Pelayaran umum Pelabuhan Umum Utama

Bandar Bintan Telani (Lagoi) Pelayaran umum Pelabuhan Umum Pengumpan

Sei Kolak Kijang/Sri Bayintan Pelayaran umum regional

Pelabuhan Umum Pengumpan

Tanjung Uban Pelabuhan umum regional

Pelabuhan Umum Pengumpul

Tambelan Pelabuhan umum regional

Pelabuhan Umum Pengumpan

Teluk Sasah Pengembangan baru Pelabuhan Umum Pengumpan

Page 47: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 47

No Jenis dan Nama Pelabuhan Fungsi Saat Ini Arahan Pengembangan

Tanjung Berakit Pengembangan baru Pelabuhan Umum Pengumpul

Gisi Bandar Seri Bentan Pengembangan baru Pelabuhan Umum Pengumpan

Pelabuhan yang menghubungkan pulau-pulau di sekitar Kab. Bintan

Pelabuhan umum lokal

Pelabuhan Umum Pengumpan Lokal

II. Pelabuhan Perikanan (Pelabuhan Pendaratan Ikan / PPI)

PPI Berakit - PPI

PPI Tambelan - PPI

PPI Batu Duyung - PPI

PPI Kawal - PPI

PPI Barek Motor - PPI

III. Areal Labuh Jangkar

Perairan Pulau Telang (Mantang)

- Pengembangan Labuh Jangkar

Perairan Pulau Pangkil (Teluk Bintan)

- Pengembangan Labuh Jangkar

Perairan Tanjunguban (Bintan Utara)

- Pengembangan Labuh Jangkar

Perairan Teluk Sumpat Pengudang (Teluk Sebong)

- Pengembangan Labuh Jangkar

Sumber : RTRW Kabupaten Bintan Tahun 2010-2030

4.4. Kawasan Minapolitan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12/MEN/2010

tentang Penetapan Kawasan Minapolitan yang ditindaklanjuti dengan SK Bupati

Bintan Nomor: 377/VIII/2010 tentang Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bintan, maka

ditetapkanlah Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Bintan

Timur sebagai Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bintan. Secara keseluruhan luas

wilayah yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan adalah seluas 18.878,51

km2 atau sebesar 21,44% dari total luas Kabupaten Bintan. Lebih jelasnya mengenai

wilayah administrasi dan luas wilayah dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel. 4.3. Wilayah Administrasi Kawasan Minapolitan Kabupaten Bintan

No Kecamatan Banyaknya Pulau Luas Wilayah (Km2)

Sudah Dihuni

Belum Dihuni

Jumlah Luas

Daratan Luas

Lautan Jumlah

1. Bintan Timur (*) (*) (*) 106,32 229,00 342,00 2. Bintan Pesisir 16 61 77 112,82 17.079,41 17.313,41 3. Mantang 14 25 39 63,21 1.109,10 1.223,10

Jumlah 30 86 116 282,35 18.417,51 18.699,86 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 48: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 48

Page 49: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 49

4.5. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)

Pengertian konservasi, khususnya konservasi sumberdaya ikan telah dipahami

sebagai upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk

ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan

kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragaman sumber daya ikan (PP 60/2007). Nyata bahwa konservasi bukan

hanya upaya perlindungan semata, namun juga secara seimbang melestarikan dan

memanfaatkan berkelanjutan sumberdaya ikan yang pada akhirnya tentu saja untuk

kesejahteraan masyarakat. Upaya Konservasi sumberdaya ikan ini mencakup

konservasi ekosistem, jenis dan genetik ikan. Penetapan Kawasan konservasi perairan

(KKP) merupakan salah satu upaya konservasi ekosistem yang dapat dilakukan

terhadap semua tipe ekosistem, yaitu terhadap satu atau beberapa tipe ekosistem

penting untuk dikonservasi berdasarkan kriteria ekologi, sosial budaya dan ekonomi.

Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang

Konservasi Sumberdaya Ikan. Secara detil mengenai tata cara pencadangan kawasan

konservasi, telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

Per.02/Men/2009 tentang Tata Cara penetapan kawasan konservasi perairan. Lebih

lanjut, pengaturan mengenai kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

Per.17/Men/2008 sebagai peraturan turunan dari UU 27 tahun 2007.

Kawasan Konservasi Perairan didefinisikan sebagai kawasan perairan yang

dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber

daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Pengertian KKP menurut UU

31/2004 tentang Perikanan beserta perubahannya (UU 45/2009) dan PP 60/2007

tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, paling tidak memuat dua hal penting yang

menjadi paradigma baru dalam pengelolaan konservasi. Pertama, Pengelolaan KKP

diatur dengan sistem ZONASI. Paling tidak, ada 4 (empat) pembagian zona yang dapat

dikembangkan di dalam KKP yakni: zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona

pemanfaatan dan zona lainnya. Zona perikanan berkelanjutan tidak pernah dikenal dan

diatur dalam regulasi pengelolaan kawasan konservasi menurut UU 5/1990 dan PP

68/1998. Kedua, dalam hal kewenangan, pengelolaan kawasan konservasi yang selama

ini menjadi kewenangan pemerintah pusat. Berdasarkan undang-undang 27/2007 dan

PP 60/2007 serta Permen Men KP No.02/2009, Pemerintah daerah diberi kewenangan

dalam mengelola kawasan konservasi di wilayahnya. Hal ini sejalan dengan mandat UU

32/2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.12/2008 tentang

pemerintahan daerah terkait pengaturan pengelolaan wilayah laut dan konservasi.

Keberadaan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah tersebut memberikan

peluang menjalankan yang seluas-luasnya bagi Pemerintahan daerah, kecuali urusan

pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah (Pasal 2 ayat 3).

Walau masih ada pembatasan urusan yang menjadi urusan pusat, telah jelas di dalam

Page 50: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 50

UU ini bahwa kewenangan daerah, khususnya Kabupaten/kota begitu luas, sehingga

seolah - olah berhak mengatur diri sendiri. Lebih khusus mengenai wilayah laut, pasal

18 ayat 4 UU 32/2004 secara gamblang menyatakan bahwa kewenangan untuk

mengelola sumber daya di wilayah laut yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi

dan pengelolaan kekayaan laut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah

laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari

wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota. Sungguh luar biasa peran yang

dapat diambil daerah Kabupaten/Kota untuk mengelola wilayahnya, tentunya yang

terpenting adalah pelibatan masyarakat secara luas sehingga prospek pengelolaan

kolaboratif antar institusi di pusat maupun daerah menjadi lebih terbuka.

Melalui pengaturan zonasi serta perkembangan desentralisasi dalam pengelolaan

kawasan konservasi, jelas hal ini merupakan pemenuhan hak-hak bagi masyarakat

khususnya nelayan. Kekhawatiran akan mengurangi akses nelayan yang disinyalir

banyak pihak dirasakan sangat tidak mungkin. Justru hak-hak tradisional masyarakat

sangat diakui dalam pengelolaan kawasan konservasi. Masyarakat diberikan ruang

pemanfaatan untuk perikanan di dalam kawasan konservasi (zona perikanan

berkelanjutan, zona pemanfaatan maupun zona lainnya), misalnya untuk budidaya dan

penangkapan ramah lingkungan maupun pariwisata bahari dan lain sebagainya. Pola-

pola seperti ini dalam konteks pemahaman konservasi terdahulu (sentralistis) hal ini

belum banyak dilakukan. Sebagaimana diatur peraturan-perundangan yang telah

dikemukakan, pemerintah daerah diberi kewenangan dalam mengelola kawasan

konservasi di wilayahnya. Dalam hal ini, fungsi Departemen Kelautan dan Perikanan

(DKP) hanya mendorong daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya sesuai

dengan peraturan perundangan yang ada. Dalam konteks pengelolaan kawasan

konservasi perairan laut daerah yang lebih dikenal dengan Kawasan Konservasi Laut

Daerah (KKLD), Sebenarnya pemerintah pusat hanya memfasilitasi dan menetapkan

kawasan konservasi. Proses identifikasi, pencadangan maupun Pengelolaannya secara

keseluruhan dilakukan oleh pemerintah daerah. Sebenarnya pengembangan KKLD ini

telah mulai didorong dan juga atas inisiatif daerah sejak berdirinya DKP. KKLD sendiri

dalam istilah perundang-undangan memang tidak di atur, nama ini sudah terlanjur

popular. Istilah yang dikenal perundang-undangan adalah kawasan konservasi perairan

dan/atau kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Lebih lanjut,

Kawasan konservasi perairan laut dikenal sebagai kawasan konservasi laut (KKL).

Sedangkan KKL yang pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah sering

disebut Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).

Komitmen Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan yang Berkelanjutan

Melalui forum internasional pada pertemuan para pihak Convention on Biological

Diversity (COP CBD), bulan Maret 2006 di Brasil, pemerintah Indonesia melalui Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono telah berkomitmen untuk mengembangkan kawasan

konservasi perairan seluas 10 juta hektar pada tahun 2010. Komitmen ini

Page 51: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 51

ditindaklanjuti dan berlanjut hingga tercapainya 20 juta hektar pada tahun 2020.

Tujuan akhirnya jelas, upaya konservasi perairan tidak cukup berhenti pada target

luasan kawasan konservasi, namun secara konsisten berupaya mewujudkan

pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif bagi kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan kapasitas SDM, kelembagaan dan pendanaan yang berkelanjutan.

Komitmen membangun kawasan konservasi perairan oleh Pemerintah Indonesia, secara

konsisten dibuktikan dengan peran aktif Indonesia dalam inisiasi, kolaborasi dan

kerjasama konservasi di tingkat regional dan internasional. misalnya dalam kerjasama

SSME (Sulu Sulawesi Marine Ecoregion), BSSE (Bismarck Solomon Seas Ecoregion) dan CTI

(Coral Triangle Initiative).

Kerjasama Internasional dalam konservasi sangat diperlukan terutama untuk

mencegah kepunahan atau terancamnya jenis dan ekosistem dari kepunahan yang

disebabkan oleh pengelolaan dan pemanfaatan yang tidak berkelanjutan. Beberapa

konvensi internasional terkait dengan konservasi yang mengikat secara hukum

diantaranya adalah CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild

Flauna and Flora), Ramsar dan CBD. Pengembangan kerjasama dan langkah strategis

skala regional maupun internasional tersebut terus ditindaklanjuti dengan peran aktif

dan langkah nyata untuk mendukung pelaksanaan konservasi perairan di Indonesia

serta berkontribusi positif terhadap penyelesaian masalah lingkungan dunia. Ditingkat

lokal, pengelolaan kolaboratif kawasan konservasi dan pengembangan jejaring

pengelolaan antar kawasan konservasi merupakan keniscayaan yang perlu terus

ditingkatkan. Konservasi saat ini telah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang harus

dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan keinginan

untuk terus melestarikan sumberdaya yang ada bagi masa depan.

Data direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (KTNL) menyebutkan

bahwa sampai bulan Mei 2009 tercatat seluas 13,5 juta hektar kawasan konservasi

perairan laut di Indonesia. Jumlah ini melampaui target kawasan konservasi, sebagai

komitmen pemerintah indonesia yang disampaikan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, yaitu 10 juta hektar kawasan konservasi pada tahun 2010. Dari jumlah

luasan tersebut DKP menginisiasi dan memfasilitasi + 8,1 juta hektar, sedangkan inisiasi

Dephut +5,4 juta hektar. Luasan 8,1 juta hektar tersebut terdiri dari sebuah taman

nasional perairan laut sawu seluas 3,5 juta hektar dan 35 lokasi kawasan konservasi

laut daerah (KKLD) yang luasnya mencapai 4,6 juta hektar. Pada dasarnya Luasan

kawasan konservasi itu sendiri bukan merupakan target utama, Target ke depan adalah

melakukan pengelolaan kawasan konservasi tersebut secara efektif mendukung

pengelolaan perikanan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.

Program-program konservasi yang dikembangkan oleh Departemen Kelautan dan

perikanan melalui Direktorat Konservasi dan taman Nasional Laut, antara lain

dilaksanakan melalui: (1) Konservasi Ekosistem; (2) Konservasi Jenis dan Genetik; (3)

Pembinaan dan Penguatan SDM; (4) Penguatan Kebijakan, Peraturan dan Pedoman;

Page 52: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 52

serta (5) Kerjasama Lokal, Regional, Internasional. Program-program tersebut,

dilakukan untuk tujuan, yaitu: (1) Mengembangkan Konservasi Sumberdaya Ikan dan

Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil melalui upaya perlindungan,

pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan pada tingkat ekosistem, jenis dan

genetik. (2) Mendorong penguatan fungsi otoritas pengelola Konservasi Sumberdaya

Ikan. Kawasan konservasi perairan (KKP) laut secara individu maupun jaringan

merupakan alat utama dalam melindungi keanekaragaman hayati perairan laut. Namun,

kesepakatan tentang seberapa besar habitat yang harus dilindungi keanekaragaman

hayati lautnya dalam menjamin konektivitas ekologi belum ada kata putus.

Di Indonesia, diharapkan sedikitnya 10 persen dari luasan KKP dijadikan zona inti

untuk perlindungan mutlak habitat sumberdaya ikan. Lebih lanjut, dengan pengelolaan

yang konsisten selama beberapa tahun diharapkan mampu menyokong hasil tangkapan

ikan di luar k awasan konservasi meningkat 40 persen. Kawasan konservasi yang telah

ada sangat diharapkan mampu mendukung perikanan berkelanjutan untuk

kesejahteraan masyarakat, namun selain itu pengembangan dan perluasan kawasan

konservasi sebagai upaya pencapaian luasan kawasan efektif tetap terus

dikembangkan. Idealnya persentase ekosistem habitat sumberdaya ikan beserta

perairan disekitarnya yang perlu dikonservasi mencapai 10-30 persen luas perairan

Indonesia.

Sampai 2014, diharapkan telah dicadangkan sebanyak 5 persen wilayah perairan,

atau sekitar 15,5 juta hektar. Menilik luasan kawasan yang telah ada, maka target

sampai 2014 (RPJM II) adalah sekitar 2 juta hektar kawasan konservasi perairan yang

baru. Untuk itu, kegiatan fasilitasi pemantapan KKP dilakukan pada calon KKP laut

dan calon KKP di perairan daratan. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas calon

kawasan konservasi yang telah diinventarisasi dan diidentifikasi potensinya,

mensosialisasikan calon kawasan konservasi kepada masyarakat serta menggalang

masukan terhadap rencana pencadangan kawasan konservasi perairan. Keluaran yang

diharapkan adalah draft SK Bupati/walikota tentang pencadangan kawasan konservasi

perairan, yang selanjutnya dapat direkomendasikan untuk ditetapkan pencadangannya.

Selain itu, kegiatan pemantapan calon kawasan konservasi juga dilakukan untuk

penyiapan pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Anambas,

dimaksudkan untuk menindaklanjuti hasil studi yang telah dilakukan tahun 2006 serta

mengidentifikasi perkembangan informasi calon KKPN tersebut yang kemudian

ditindaklanjuti bekerjasama dengan LKPPN Pekan baru untuk mewujudkan

pencadangan KKPN Anambas yang diharapkan dapat ditetapkan pencadangannya

pada tahun 2010. Kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan selanjutnya

dikelola oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya. Dalam hal ini

dapat melibatkan masyarakat melalui kemitraan antara unit organisasi pengelola

dengan kelompok masyarakat dan/atau masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat,

korporasi, lembaga penelitian, maupun perguruan tinggi. Jadi, pengelolaan kawasan

konservasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat saja, tetapi juga oleh

Page 53: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 53

pemerintah provinsi dan kabupaten sesuai kewenangannya. Ditingkat pusat, KKP telah

membentuk Unit Pelaksana Teknis, yaitu Balai Kawasan Konservasi Perairan (BKKPN)

yang berkedudukan di Kupang dan Loka Kawasan Konservasi Perairan (LKKPN) yang

ada di Pekan Baru. Sedangkan di Daerah, untuk mengelola KKLD, dapat pula dibentuk

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) atau bahkan dalam pengelolaan keuangannya

dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola pengelolaan Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) jika memang kegiatan konservasi di wilayah tersebut cukup

menjanjikan sehingga perlu dikelola secara professional dan memenuhi syarat-syarat

pengelolaan BLUD.

Jejaring pengelolaan kawasan konservasi perairan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan Strategi

Utama Jejaring Kawasan Konservasi Perairan guna mewujudkan Jejaring Kawasan

Konservasi Perairan Laut yang mampu Mendukung Pengelolaan Sumberdaya Hayati

Laut agar Fungsinya Lestari dan Manfaatnya Berkelanjutan. Strategi Nasional dan

Rencana Aksi Pengelolaan Kawasan Konservasi perairan laut tersebut telah disusun

sedemikian rupa sehingga bersifat memayungi berbagai kegiatan pengelolaan pada

ekosistem-ekosistem penting oleh berbagai pemangku kepentingan, baik di tingkat

nasional maupun lokal. Selain itu penyusunan Strategi Utama Jejaring Kawasan

Konservasi Perairan Laut tersebut juga mengakomodasi isu-isu penting yang memiliki

dampak secara internasional. Semua ini dimaksudkan agar para pemangku kepentingan

pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, terutama di daerah, memiliki ruang gerak

yang luas untuk melakukan pengelolaan sesuai kekhasan ekosistem-ekosistem di

daerahnya dengan tetap mengacu pada kepentingan nasional maupun internasional.

Strategi nasional dan rencana aksi terdiri dari Sepuluh kelompok strategi, antara lain:

(1) Pembangunan dan Pengembangan Pangkalan Data serta Pemutakhiran data; (2)

Peningkatan Peran Stakeholders; (3) Pengembangan Kebijakan, Hukum, dan

Peningkatan Pentaatannya; (4) Penguatan Kelembagaan; (5) Pendidikan dan

Peningkatan Kepedulian Mengenai KKP; (6) Peningkatan Kerjasama dan Jaringan

Internasional; (7) Pembiayaan Pengelolaan KKP; (8) Pemanfaatan Secara Arif dan

Bijaksana; (9) Restorasi dan Rehabilitasi Eksosistem; dan (10) Mitigasi dan Adaptasi

Perubahan Iklim. Sepuluh strategi ini telah dijabarkan dalam program aksi dan

kegiatan, termasuk tolok ukur untuk menilai keberhasilan penerapannya.

Mengelola secara efektif kawasan konservasi perairan dalam praktek bukan

merupakan hal yang sederhana, perlu komitmen dan kerjasama semua pihak dalam

mewujudkannya. Upaya kerjasama dan jejaring pengelolaan KKP terus menerus

dilakukan untuk menumbuhkan pengelolaan efektif di kawasan kawasan konservasi

baik yang dilakukan secara lokal, nasional, regional maupun internasional, misalnya:

pengelolaan kawasan konservasi terumbu karang yang diinisiasi Coremap II

(mengintegrasikan pengelolaan daerah perlindungan laut (DPL) tingkat desa dalam

sebuah pengelolaan KKLD di Kabupaten). Contoh lainnya adalah: pengelolaan di 6

lokasi KKP Raja Ampat, inisiasi pengelolaan di ekoregion sunda kecil, inisiasi

Page 54: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 54

pengelolaan seascape Kepala Burung, kerjasama pengelolaan di ekoregion laut Bismark

Solomon (BSSE), kerjasama pengelolaan KKP di wilayah Sulu Sulawesi Marine Eco-

region (SSME), dan juga inisiasi kerjasama lintas negara dalam pengelolaan di segitiga

karang yang dilakukan oleh 6 negara, yaitu CTI-CFF, Coral Triangle Initiative for coral reef,

fisheries and food security. Melalui berbagai upaya kerjasama dan jejaring pengelolaan yang

dijalin tersebut, semoga upaya mewujudkan pengelolaan kawasan konservasi perairan

yang efektif untuk kesejahteraan masyarakat pada akhirnya dapat terwujud.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa berkisar 4,6 juta hektar kawasan konservasi

perairan (laut) daerah yang tersebar di 36 Kabupaten/Kota telah dicadangkan melalui

ketetapan kepala daerah (Bupati/Walikota).

Upaya melestarikan, merehabilitasi dan mengelola terumbu karang dalam

program COREMAP II, diantaranya melalui komponen kebijakan dan pengembangan

MMA/MCA telah memfalisitasi pencadangan kawasan konservasi laut daerah.

Khususnya di wilayah Indonesia Barat, terdapat 8 (delapan) kawasan konservasi

perairan laut daerah di Kabupaten/Kota yaitu: Natuna, Batam, Bintan, Lingga,

Kepulauan Mentawai, Tapanuli Tengah, Nias dan Nias Selatan.

Tabel. 4.4 Kondisi Ekosistem Keseluruhan di Kabupaten Bintan

No. Ekosistem Luas (Ha) Kondisi Baik (%) 1. Lamun 2,918.36 58,01 2. Mangrove 8,895.87 58,01

3. Terumbu Karang 9,085.33 5801

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Ketetapan Hukum berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bintan No. 261/VIII/2007,

23 Agustus 2007 dengan luas keseluruhan 472,905 ha diprioritaskan untuk

mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan dan parwisata bahari.

Kawasan Konservasi Laut Daerah (Gunung Kijang dan Bintan Timur)

Luas : 116,000 ha

Letak Geografis :

1003’00” LU / 104034’48” BT 1003’00” LU / 104056’30” BT

0038’24” LU / 104056’30” BT 0038’24” LU / 104034’48” BT

0048’48” LU / 104034’

Tabel.4.5. Kondisi Ekosistem di Lokasi KKLD Gunung Kijang dan Bintan Timur di Kabupaten Bintan

No. Ekosistem Luas (Ha) Kondisi Baik (%)

1. Lamun - -

2. Mangrove 6107.00 - 3. Terumbu Karang 1.811,26 16,93* - 32,05 **

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Keterangan : *) P. Mapur 16,93% ; **) Gunung. Kijang

Page 55: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 55

Kawasan Konservasi Laut Daerah Tambelan

Kecamatan Tambelan (Pulau Benua, Pulau Ibul, Teluk Birah, Sengkabuk)

ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Penyu berdasarkan Surat Keputusan Bupati

Bintan No. 58/II/2009 Tanggal 16 Februari 2009.

Luas : 116,000 ha

Letak Geografis :

10 21’00” LU / 107044’00” BT 00050’00” LU / 107059’00” BT

00 25’00” LU / 106048’00” BT 10000’00” LU / 106021’00” BT

Tabel. 4.6. Kondisi Ekosistem di Lokasi KKLD Tambelan di Kabupaten Bintan

No. Ekosistem Luas (Ha) Kondisi Baik (%)

1. Lamun - - 2. Mangrove 3.544.8 - 3. Terumbu Karang 3,126,2 47,3

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

Ibukota Kecamatan Tambelan berada di Desa Kampung Kukup. Sementara lima

desa yang terdapat di Kecamatan Tambelan, jaraknya berdekatan sehingga waktu

tempuh dari desa terjauh ke ibukota kecamatan sekitar 15 menit melalui jalur darat, dan

jalur laut untuk Desa Pulau Pinang dan Desa Pulau Mentebung. Tambelan beriklim

tropis dengan suhu rata-rata 290C-300C, dimana suhu minimum 28,920C dan suhu

maksimum 30,260C. Karena berada diantara Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, maka

pengaruh lautan sangat berperan besar dalam kehidupan. Selain itu, karena daerah ini

berada di sekitar khatulistiwa sehingga Tambelan dipengaruhi oleh angin equator.

Kondisi arus perairan Tambelan sangat dipengaruhi oleh keadaan topografi Pulau

Tambelan, dengan arah arus mengikuti bentuk pulau menuju arah selatan dan utara

dengan kecepatan arus antara 500-1.000 mm/detik. Suhu permukaan berkisar antara

9,16-30,260C dengan rata-rata suhu 290C (CRITC-LIPI, 2006). Sementara salinitas rata-

rata perairan Pulau Tambelan sekitar 33,06 ppt, dengan kondisi pH berkisar antara

8,17-8,45.

Ekosistem mangrove yang dapat ditemukan dihampir seluruh wilayah Kecamatan

Tambelan dengan luasan hutan mangrove sekitar 3.544,8 Km2 dan ketebalan hutan

mangrove berkisar antara 5 meter–500 meter. Spesies ekosistem mangrove yang dapat

ditemukan diantaranya adalah Rhizopora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Soneratia alba,

Rhizopora stylosa, Xylocarpus mluccensis, Rhizopora apiculata, Lumnitzera littorea, Heritiera

litoralis, Ceriops tagal, dan Excoecaria agallocha.

Page 56: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 56

Page 57: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 57

Gugusan terumbu karang di Tambelan merupakan terumbu karang tepi (fringing

reefs) dan taka (gosong), dengan rataan berkisar 31.261,8 km2. Berdasarkan hasil

pengamatan, terdapat 181 jenis karang batu yang termasuk ke dalam 18 suku. Sementara

itu, tutupan karang hidup berkisar 10%-90% dengan rata-rata 47,39% sehingga

diperkirakan luasan karang hidup mencapai 14.815 km2. Jenis ikan karang yang

ditemukan di perairan ini antara lain Pomacentrus moluccensis, Lutjanus decussates,

Amblyglyphidodon curacao, Chaetodon octofaciatus, Paraglyphidodon nigrosis, Abudefduf

sexfaciatus, Thalassoma lunare. Selain itu, megabenthos yang ditemukan yaitu Acanthaster

planci, Diadema setosum, dan kima. Pendekatan konservasi dalam menetapkan wilayah

perairan Kepulauan Tambelan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah adalah

didasarkan tingginya keanekaragaman potensi terumbu karang, namun dihadapkan

pada rentannya terhadap penggunaan alat peledak dari nelayan luar daerah.

Page 58: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 58

Bab.5 Potensi Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Bintan

5.1. Potensi Perikanan Tangkap

Dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Bintan,

sektor perikanan belum memberikan peranan yang cukup berarti terhadap ekonomi

wilayah Kabupaten Bintan. Dengan luas wilayah lautan 86.398,33 Km2 yang merupakan

98,50 persen dari total luas wilayah, kontribusi sektor perikanan terhadap ekonomi

wilayah diperkirakan mencapai 2,14% pada tahun 2011. Kondisi ini mencerminkan

pemanfaatan sumberdaya perikanan belum optimal dan belum memberikan nilai tambah

yang tinggi. Dugaan potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia secara keseluruhan

diterbitkan pertama kali oleh Direktorat Bina Sumber Hayati, Direktorat Jenderal

Perikanan dan Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian pada tahun 1983, sebesar 6,6 juta ton/tahun [Departemen Pertanian, 1983]. Pada

Forum Perikanan I di Sukabumi tanggal 19-20 Juli 1990, Naamin dan Hardjamulia (1990)

melaporkan dugaan potensi sumber daya ikan laut Indonesia sebesar 7,7 juta ton/tahun.

Kemudian pada tahun 1991 secara resmi Direktorat Jenderal Perikanan menerbitkan buku

Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan di Perairan Indonesia [Martosubroto et al, 1991]

yang mencantumkan dugaan potensi sumber daya ikan laut Indonesia sebesar 5,7 juta

ton/tahun.

Pada tahun 1995 telah dilakukan suatu lokakarya yang disponsori bersama oleh

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, FAO dan DANIDA dengan agenda

utamanya melakukan penghitungan kembali potensi sumber daya ikan berdasarkan data

mutakhir yang tersedia. Lokakarya ini menghasilkan dugaan potensi sumber daya ikan laut

Page 59: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 59

Indonesia sebesar 3,67 juta ton/tahun [Venema, 1996]. Pada tahun 1996 Direktorat Jenderal

Perikanan bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI dan Fakultas Perikanan IPB melakukan

evaluasi buku Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan di Perairan Indonesia yang

diterbitkan pada tahun 1991 yang menghasilkan dugaan potensi sumber daya ikan laut

Indonesia sebesar 6,35 juta ton/tahun. Pada tahun 1997 dilakukan survey potensi perikanan

di seluruh perairan laut Indonesia yang dibiayai BAPPENAS. Berdasarkan hasil survey

tersebut diterbitkan buku Potensi, Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumberdaya

Ikan Laut di Perairan Indonesia. Pada buku tersebut dicantumkan potensi sumberdaya

ikan laut Indonesia sebesar 6,26 juta ton./tahun [Aziz et al., 1998]. Pada tahun 2000,

evaluasi yang dilaksanakan untuk 3 wilayah pengelolaan perikanan (Laut Jawa, Selat

Malaka dan Samudera Hindia) menunjukkan penurunan potensi di 2 wilayah pengelolaan

perikanan (Laut Jawa dan Selat Malaka) sehingga potensi sumber daya ikan laut Indonesia

menurun menjadi 6,11 juta ton/tahun [BOER et al., 2001].

Dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), berdasarkan hasil kajian pada

tahun 2002 bahwa potensi sumberdaya ikan di wilayah perairan laut Cina Selatan

mencapai 378,2 ribu ton dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 302,5 ribu

ton. Dari potensi tersebut, potensi sumberdaya ikan yang terdapat di wilayah perairan

Kabupaten Bintan adalah 106.018 ton dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan 84.814

ton. Sesuai dengan luas wilayah laut, Kecamatan Tambelan mempunyai potensi

sumberdaya ikan paling besar.

Selanjutnya data hasil kajian stok ikan yang diperolah dari pendugaan potensi

perikanan tangkap dari 2 (dua) pendekatan utama yaitu dari analisis data stok menurut

Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan atau disebut dengan Komnaskajiskan (2010) dan

dari ekspedisi riset Seafdec tahun 2006. Hasil ini selanjutnya diklarifikasi dengan

pengumpulan data pada survei 2011 di setiap Kota/Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau.

Total potensi perikanan tangkap 1.057.050 ton/tahun ikan di WPP 711, setidaknya sekitar

860,650,11 ton/tahun berada di wilayah Perairan Provinsi Kepulauan Riau dan di

Kabupaten Bintan sebesar 165.959,85 ton/tahun.

Page 60: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 60

Tabel. 5.1. Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di Perairan Kabupaten Bintan.

Jenis Sumber Daya Ikan (SDI)

Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006 Estimasi

Potensi Kepri (ton/th)

Potensi Kab Bintan

(ton/tahun)*

Estimasi Potensi Kepri

(ton/th)

Potensi Kab Bintan

(ton/tahun)** Ikan Pelagis Besar 53.802,34 10,374.56 16.483,29 3.182,91 Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 97,575.50 146.309,34 28,252,25 Ikan Demersal 272.594,16 52,563.60 491.653,06 94,937,95 Ikan Karang 17.562,29 3,386.49 Lainnya (cumi-cumi, udang, dan lobster)

10.666,02 2,056.70

Krustase (Udang, Kepiting, Rajungan, Lobster, Mantis)

4.402,70 850,16

Moluska (Cumi, Sotong, Gurita)

30.496,77 5.888,91

Total 860.650,11 165.956,85 689.345,17 133,112 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Kepulauan Riau Tahun 2012

Potensi ikan demersal dan pelagis kecil masih relatif lebih tinggi dibandingkan dari

kelompok lainnya. Potensi perairan diwilayah ini juga mencakup kelompok moluska

seperti udang dan cumi. Saat ini masih banyak masyarakat nelayan di Bintan yang

menggunakan sarana atau alat tangkap tradisional yang mengakibatkan pendapatan

nelayan tradisional tersebut relatif masih rendah. Untuk jarak atau wilayah tangkapan

nelayan tradisional maksimal hanya berkisar 3 mil ke tengah laut dan masih masih terdapat

nelayan yang menggunakan sarana perahu dayung dengan peralatan tangkap yang sangat

sederhana. Tak heran jika penghasilan masyarakat nelayan Bintan relatif sedikit. Sementara

kebutuhan hidup pada saat sekarang cukup tinggi. Sehingga ekonomi masyarakat nelayan

tradisional ini masih dijumpai yang berada di bawah garis kemiskinan.

Tabel. 5.2. Produksi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan di Kabupaten Bintan

Kelompok Ikan

Potensi SDI (ton/thn) Produksi

(ton/thn)

Pemanfaatan (%)

Komnas-kajiskan

Seafdec Komnas-kajiskan

Seafdec

Ikan Pelagis Besar 10.374,56 3.182,91 6.886 66,4 216,3 Ikan Pelagis Kecil 97.575,50 28.252,25 18.503 19,0 65,5 Ikan Demersal 52.563,60 94.937,95 6.456 12,3 6,8 Ikan Karang 3.386,49 tdk 2.274 67,1 tdk Lainnya (cumi-cumi, udang, dan lobster)

2.056,70 dsc dsc dsc dsc

Krustase (Udang, Kepiting) tdl 850,16 5.761 280,1 677,6 Moluska (Cumi, Sotong, Gurita) tdl 5.888,91 57,61 2,8 1,0 Jumlah 165.957 133.112 39.937 24,1 30,0

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012 Keterangan : tdl : data sudah tergabung dalam kelompok data lainnya tdk : data tergabung dalam data kelompok ikan karang dsc : data dipisah menurut kelompok krustase dan moluska

Page 61: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 61

Dari tabel di atas terlihat bahwa peluang pengembangan sumberdaya ikan

tangkapan di perairan Kabupaten Bintan masih bisa dikembangkan. Artinya peningkatan

upaya dan armada masih memungkinkan untuk terus dilakukan agar pemanfaatan potensi

bisa lebih optimal. Kelompok ikan yang masih berpotensi dikembangkan adalah dari

kelompok ikan demersal dan pelagis kecil. Lokasi pengembangan perikanan pelagis kecil

dan demersal diantaranya adalah di sekitar perairan Tambelan. Pada lokasi ini sumberdaya

masih cukup baik terutama dari kelompok ikan demersal. Walaupun disinyalir stok

demersal menurun karena aktivitas penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl

dan pencurian oleh kapal asing. Meskipun data menunjukkan angka dibawah garis

penetapan MSY namun tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan tangkap ada

kemungkinan pula pemanfaatan potensi hampir mencapai titik keseimbangan maksimum

lestari. Diduga pemanfaatan sumberdaya ikan tertinggi terjadi pada kelompok ikan Pelagis

Kecil. Kecenderungan adanya pemanfaatan sumberdaya ikan Pelagis Kecil yang berlebih

(overfishing).

Muhammad (2002) mengemukakan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan di atas

100% menunjukkan adanya perluasan wilayah penangkapan ikan sehingga jumlah

tangkapan ikan juga meningkat. Pemanfaatan potensi perikanan tersebut umumnya

dilakukan nelayan dengan mengoperasikan sejumlah alat tangkap terutama jenis alat

tangkap Bubu, Jaring Insang untuk daerah penangkapan di bawah 4 mil, sementara alat

tangkap Pancing dan diperuntukkan bagi daerah penangkapan ikan antara 4–10 mil dari

garis pantai dengan ukuran kapal maksimum 5 GT. Wilayah perairan ini merupakan

daerah operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan tradisional, sedangkan

nelayan modern yakni di atas 10 mil. Terdapat 5 jenis perahu/kapal yang digunakan di

wilayah perairan Kabupaten Bintan pada tahun 2011 yaitu jenis <5 GT sebanyak 2.827 unit,

5-10 GT sebanyak 363 unit dan > 10 GT sebanyak 163 unit. Begitu juga dengan motor

tempel sebanyak 181 unit dan perahu tanpa motor sebanyak 1.339 unit. Pada tabel dibawah

disajikan data jumlah kapal/perahu yang dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Bintan

dari tahun 2010-2011.

Page 62: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 62

Tabel. 5.3. Jumlah Armada Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No. Kecamatan

2011

Perahu Tanpa Motor

Motor Tempel

Kapal Motor Jumlah

<5 GT 5-10 GT

10-30 GT

>30 GT

1. Tambelan 90 4 374 13 16 0 497 2. Bintan Utara 112 13 155 3 0 0 283 3. Bintan Pesisir 100 15 290 235 23 15 678 4. Mantang 50 16 458 46 8 6 584 5. Seri Kuala Lobam 285 5 125 0 0 0 415 6. Teluk Sebong 176 25 211 8 0 0 420 7. Teluk Bintan 331 1 763 0 0 0 1095 8. Gunung Kijang 110 66 285 2 2 2 467 9. Bintan Timur 85 36 166 61 91 0 439 10. Toapaya 0 0 0 0 0 0 0

2011 1.339 181 2.827 368 140 23 4.878 2010 1.329 176 2.327 363 139 22 4.356

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Daerah yang menjadi lokasi fishing ground nelayan kabupaten Bintan sebagian

besar berada dekat dengan daerah pantai. Lokasi perairan barat, timur, utara dan

selatan pulau Bintan merupakan daerah utama penangkapan. Beberapa lokasi lainnya

seperti perairan Barat Pulau Kelong, Pesisir pantai Kijang, Mantang, Timur Pulau

Bintan, Laut Natuna, Kepulauan Badar, Pulau Pengsu, Pesisir pulau Bintan, Selat Riau,

Senggarang, Pulau Penyengat, Laut Cina Selatan, Selatan Dompak untuk kelompok

nelayan tradisional dan Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, dan Laut

Andaman, serta perairan sekitar pulau Anambas untuk kelompok nelayan kapal Besar.

Musim penangkapan ikan di Kabupaten Bintan secara umum lebih dominan pada

pertengahan tahun yaitu pada bulan April-Oktober. Musim penangkapan ikan pada

kelompok ikan pelagis besar (tongkol dan tenggiri) adalah pada bulan Pebruari-

Desember dan musim puncaknya pada bulan Mei-Oktober. Ikan Teri pada kelompok

ikan pelagis kecil, musim puncak penangkapan ikannya terjadi pada rentang bulan

April - Oktober. Untuk sebagian besar kelompok ikan demersal dan ikan karang,

penangkapan ikan dapat dilakukan sepanjang tahun namun untuk musim puncaknya

terjadi pada rentang bulan Maret-Oktober. Musim penangkapan kepiting dan rajungan

(kelompok krustase) berlangsung pada bulan Pebruari-Nopember, sedangkan untuk

kelompok moluska (cumi-cumi dan sotong) berlangsung pada rentang bulan yang lebih

kecil yaitu pada bulan Maret-Oktober. Nelayan di Kabupaten Bintan juga dominan

menggunakan jaring insang dan pancing. Jaring insang mencapai 26%, pancing 36% dan

jaring angkat mencapai 17%. Komposisi yang sama ini memperlihatkan bahwa alat

tangkap ini juga di tujukan untuk menangkap ikan pelagis dan demersal disekitar perairan

Bintan atau ke Laut Cina Selatan. Komposisi alat tangkap di Kabupaten Bintan

ditampilkan pada gambar berikut.

Page 63: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 63

Tabel. 5.4. Komposisi Alat Tangkap Nelayan di Kabupaten Bintan

Kelompok Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Pukat tarik Pukat tarik udang ganda 54 54 64 80 Pukat tarik udang tunggal 31 27 31 48 Pukat tarik ikan 17 17 43 75

Pukat kantong

Payang (termasuk Lampara) 52 52 52 Dogol (termasuk Lampara dasar, Cantrang)

23 23 23

Pukat pantai (Jaring arad) 211 211 0 Pukat cincin Pukat cincin 215 215 115 115

Jaring insang

Jaring insang hanyut 648 656 682 685 Jaring klitik 13 13 13 13 Jaring insang tetap 521 521 521 521 Jaring tiga lapis 8 12 12 Bagan tancap 481 446 481 485 Jaring angkat lainnya 149 149 156 160 Rawai tetap 312 212 312 312 Rawai tetap dasar 23

Pancing Pancing tonda 493 393 493 500 Pancing cumi 52 52 70 75 Pancing lainnya 841 841 841 841

Perangkap

Sero (termasuk Kelong) 235 135 235 375 Bubu (termasuk Bubu ambal) 311 311 311 311 Perangkap lainnya 172 172 172 407 Alat penangkap kepiting 73 73 173 173

4.904 4.529 4.800 5.263

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Komoditas unggulan dari hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Bintan terdiri

dari: ikan tongkol krai dan tenggiri untuk kelompok pelagis besar; ikan teri, selar,

kembung, tembang dan tetengkek untuk kelompok pelagis kecil, ikan bawal putih,

manyung, bawal hitam, kakap putih untuk kelompok ikan demersal; ikan ekor

kuning/pisang-pisang, kakap merah/bambangan dan lencam untuk kelompok ikan

karang; kepiting dan rajungan untuk kelompok crustase; dan cumi-cumi dan sotong.

Sentra pendaratan hasil tangkapan nelayan di Bintan umumnya berada disekitar area

pemukiman nelayan. Pengumpulan ikan yang dilakukan dengan pola tangkahan

merupakan indikasi bahwa fasilitas pendaratan ikan belum tersedia dan berkembang

dengan baik. Jumlah ketersediaan PPI dan tempat penyediaan es masih belum memadai

untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Bintan. Untuk itu

masih dapat dilakukan upaya peningkatan kapasitas dan pengembangan prasarana

tersebut dimasa mendatang. Pengembangan prasarana pabrik es dan cold storage

perikanan tangkap di Kabupaten Bintan didasarkan pada pertimbangan ketersediaan

produksi hasil tangkapan dan peluang pemanfaatan sumber daya ikannya. Pengembangan

prasarana ini juga lebih diutamakan pada upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas

prasarana yang ada saat ini.

Page 64: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 64

Secara umum teknis penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan di

Kabupaten Bintan masih didominasi oleh kelompok skala kecil (di bawah 5 GT) dengan

tingkat teknologi yang sederhana. Namun demikian, di wilayah ini industri perikanan

tangkap skala menengah (kapal ikan berukuran 10-30 GT) juga relatif telah berkembang

baik, namun belum ditunjang dengan prasarana tempat pendaratan ikan yang memadai,

padahal di wilayah ini minimal harus tersedia pelabuhan perikanan pantai.

Tabel. 5.5. Ketersediaan Prasarana Penunjang Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan.

Pusat aktivitas nelayan Aktivitas Sentra

PP/ PPI

Pabrik es/ Cold storage

Kecamatan Desa

Gunung Kijang

Kawal Nelayan kecil dan besar < 25 GT (Pengumpul dan eksportir)

Kawal

1

Teluk Dalam Nelayan kecil < 2 GT (Pengumpul, Pasar Lokal)

Malang Rapat

Nelayan kecil < 2 GT (Pengumpul, pasar lolal)

Barakit Nelayan kecil < 2 GT (Pengumpul, pasar lokal)

Bintan Pesisir Kelong Nelayan kecil dan besar < 6 GT (Pengumpul)

Kelong 1

Bintan Timur Kijang Kota Nelayan kecil dan besar < 25 GT. Pengumpul dan Eksportir

Kijang Kota

1 1

Bintan Utara

Tanjung Uban

Nelayan kecil < 2 GT (Pengumpul, pasar lokal)

Mattigi

Lobam Nelayan kecil < 2 GT (Pengumpul, pasar lokal)

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 65: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 65

Tabel. 5.6. Produksi Es Batu yang dihasil dari Pabrik Es di Kabupaten Bintan, Tahun 2011

No Nama Pabrik Es Produksi Perhari (Ton)

Kapasitas Produksi/Hari

(Ton) Lokasi/Alamat

1. Tanyang Kwang' 5 10 Kel. Kawal 2. Aliang 3 6 Malang Rapat 3. Jamsir Als Jiu 2,5 5 Desa Sebong Lagoi 4. Joko Wiranto 20 40 Semen Tokojo 5. Karnadi 10 20 Kamp. Sugai Datok 6. PT. Putra Bintan Jaya 20 40 Sri Bintan Kijang 7. Akok 3 6 Kampung Kolam 8. Ajiau 3 6 Barek Motor 9. HNSI 2,5 5 Barek Motor 10. Salikin 4,5 9 Barek Motor 11. Laiman 2 4 Sungai Enam 12. Salikin 10 20 Kampung Melayu 13. Kop. Mina Nelayan Bahari 0,75 1,5 Kampung Melayu 14. Anuar 10 20 Bintan Pesisir 15. Baklim 10 20 Mantang Besar

Jumlah 106,25 212,5 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Dalam memanfaatkan peluang sumberdaya ikan yang ada di Kabupaten Bintan, baik

ikan pelagis, demersal, ikan karang dan moluska, setidaknya diperlukan 54 unit pabrik es

dengan kapasitas produksi sebesar 6.000 ton/tahun setiap unitnya. Estimasi kebutuhan

prasarana pabrik es dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 5.7. Kebutuhan Sarana Pabrik Es di Kabupaten Bintan.Tahun 2011

Kelompok Jenis Ikan

Estimasi Produksi Optimum (ton/thn)

Rasio penggunaan

es

Jumlah kebutuhan

es (ton/tahun)

Kapasitas pabrik es

(ton/tahun/unit)

Jumlah pabrik

es (unit)

Ikan Pelagis 107.950,06 1: 2 215.900

6.000 54 Ikan Demersal 52.563,60 1: 2 105.127

Ikan Karang 3.386,49 1: 0,5 1.693 Lainnya (Moluska dan Krustase)

2.056,70 1: 1 2.057

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Selain pabrik es, untuk mengelola logistik dan distribusi produksi hasil tangkapan

ikan para nelayan, juga diperlukan prasarana tempat penyimpanan ikan, yakni yang biasa

disebut dengan cold storage. Untuk menampung hasil tangkapan ikan para nelayan di

Kabupaten Bintan diperlukan sebanyak 7 unit cold storage. Lokasi pengembangan dan

pembangunan cold storage dilakukan di Bintan Timur, Bintan Pesisir, Gunung Kijang,

Bintan Utara, Serasan, dan Tambelan serta di Kawal. Estimasi kebutuhan prasarana cold

storage di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 66: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 66

Tabel. 5.8. Estimasi Kebutuhan Minimum Jumlah cold storage di Kabupaten Bintan Tahun 2011

Kelompok Jenis Ikan

Estimasi Produksi Optimum (ton/thn)

Koefisien untuk

Penyimpanan

Jumlah ikan yang

disimpan (ton/tahun)

Kapasitas cold storages

(ton/tahun/unit)

Kebutuhan cold storage

(unit)

Ikan Pelagis 107.950,06 50% 53.975

12.000 7 Ikan Demersal 52.563,60 50% 26.282

Ikan Karang 3.386,49 0% - Lainnya (Moluska dan Krustase)

2.056,70 0% -

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 67: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 67

5.2. Potensi Perikanan Budidaya

Kawasan perikanan budidaya merupakan kawasan yang diperuntukan bagi

kegiatan memelihara, membesarkan dan atau membiakkan ikan serta memanen

hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Perikanan budidaya dapat dikelompokkan

menjadi 3 (tiga), yaitu budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar.

Kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah : (1)

Kelerengan lahan < 8%, (2) Persediaan air cukup (3) Jauh dari sumber pencemaran, baik

pencemaran domestik maupun industri. (4) Kualitas air baik (memenuhi kriteria

kualitas air untuk budidaya perikanan).

Sedangkan kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya laut adalah : (1)

Terlindung dari gelombang dan angin. Hal ini untuk menghindari terjadinya kerusakan

pada kegiatan atau usaha budidaya yang berasal dari gelombang dan arus yang besar.

(2) Jauh dari permukiman dan industri, karena limbah atau pencemaran yang berasal

dari rumah tangga dan industri dapat mengakibatkan kerusakan perairan dan

kegagalan usaha budidaya. (3) Jauh dari muara sungai. Muara sungai juga sangat

mempengaruhi budidaya laut dengan adanya proses sedimentasi akibat aktifitas di

daerah atas (Up-land) seperti penebangan hutan, pertanian, permukiman dan industri

yang dekat bantaran sungai. (4) Jauh dari kawasan ekosistem penting laut, seperti

terumbu karang, mangrove dan padang lamun. (5) Kualitas air baik. Kualitas ini

mengidikasikan kelayakan kondisi perairan yang dapat dijadikan lokasi budidaya laut.

Kelayakan kondisi perairan ini dapat diukur dari parameter fisika, kimia dan biologi.

Parameter Fisika ; Kecerahan; parameter kimia : Disolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen

Demand (COD), kandungan organik (organic matter), Biolocal Oxygen Demand (BOD),

kandungan klorofil dan parameter biologi : plankton.

Kawasan pengolahan ikan merupakan salah satu sasaran pengembangan dari

kawasan minapolitan. Rencana pengembangan kawasan minapolitan bertujuan untuk

mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai

kegiatan utama. Dalam kawasan minapolitan direncanakan akan dikembangkan melalui

sistem minabisnis (agroinput, pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa). Rencana

pengembangan kawasan minapolitan diarahkan di Kecamatan Bintan Timur, Bintan

Pesisir, dan Mantang Pengembangan kawasan minapolitan direncanakan pengembangan

penangkapan, budidaya rumput laut, tripang, kerapu, serta sarana dan prasarana lainnya

yang mendukung kawasan ini.

Bintan yang memiliki laut seluas 86.092,41 Km2 atau 8.609,241 Ha (97,8%) dan

daratan seluas 1.946,13 Km2 atau 194,613 Ha (2,2%) menyimpan potensi pengembangan

perikanan budidaya (akuakultur) yang cukup besar, terutama budidaya laut (marikultur).

Di Kabupaten Bintan ini diperkirakan terdapat sekitar 54.710 Ha areal laut yang

berpotensi untuk pengembangan marikultur, yang terdiri dari 17.193 Ha untuk

Page 68: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 68

marikultur pesisir (coastal marine culture) dan 37.517 Ha untuk marikultur lepas pantai

(offshore marine culture) yang tersebar hampir di setiap Kecamatan.

Tabel. 5.9. Potensi Lahan Budidaya Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan

No Potensi Lahan Budidaya Potensi

(Ha) Pemanfaatan

(Ha) 1. Budidaya Laut Lepas Pantai/ offshore marine culture 37.517 -

2. Budidaya Laut Pesisir/coastal marine culture 17.193 217,7 3. Budidaya Air Payau 378 131,30 4. Budidaya Air Tawar 389 120

Jumlah 44.840 438,21 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Kecamatan yang memiliki potensi pengembangan marikultur yang tinggi adalah

Kecamatan Mantang dan Bintan Pesisir. Budidaya ikan laut semakin berkembang di

desa Mantang Baru, Mantang Besar, Desa Dendun, Desa Air Glubi, dan Kelurahan Batu

Licin. Perkembangan budidaya ikan laut merupakan usaha pemanfaatan potensi

sumberdaya laut yang dapat menambah pendapatan daerah. Marikultur pesisir adalah

budidaya laut yang berlokasi di perairan terlindung dari gelombang dan badai, biasanya

di sekitar selat, teluk dan perairan terumbu karang. Offshore marine culture adalah

budidaya laut yang dilakukan di laut lepas (laut terbuka), oleh karena itu infrastruktur

yang digunakan berukuran masif dan bersifat lentur guna menghadapi gelombang

tinggi. Dengan luas daratan 194.613 Ha Kabupaten Bintan ternyata juga menyimpan

potensi pengembangan perikanan budidaya air payau dan laut yang diperkirakan

masing-masing seluas 378 ha dan 389 ha dan tersebar hampir di semua Kecamatan.

Sebagian kecil dari potensi pengembangan marikultur tersebut sudah

dimanfaatkan. Pada 2011 di Kabupaten Bintan tercatat sebanyak 1.657 unit karamba

sudah digunakan untuk budidaya ikan karang dan ikan pelagis, dan 131,30 ha tambak

untuk budidaya spesies air payau seperti ikan bandeng yang pemanfaatannya masih

rendah dan belum optimal, serta 120 ha kolam untuk budidaya ikan air tawar (ikan lele,

mas, nila dan gurami) yang saaat ini sedang intensif dilakukan oleh masyarakat.

5.3. Potensi Sumber Daya Non Ikan

Sumber daya non ikan juga merupakan potensi yang besar di Kabupaten Bintan.

Adapun sumber daya non ikan antara lain meliputi :

Udang dan Kepiting

Di perairan Kabupaten Bintan, terdapat beberapa jenis udang, di antaranya

Penaeus merguensis, Penaeus Indicus, Metapenaeus Monoceros dan Metapenaeus Brevicormis.

Kelompok udang Penaeus memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sebaran dari jenis

udang ini terdapat hampir di keseluruhan Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten

Bintan, Tambelan dan Bintan Timur dengan kepadatan populasi sebesar 0.90 ton/km2.

Di samping jenis udang tersebut terdapat juga jenis udang barong (lobster) dengan

kepadatan mencapai 1,34 ton/km2. Jenis udang barong juga memiliki nilai ekonomis

Page 69: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 69

yang tinggi. Potensi lain yang terdapat di perairan Bintan adalah sumberdaya dari

kelompok kepiting (Portunidae) yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sumber daya ini

merupakan salah satu komoditi ekspor yang menjanjikan di masa yang akan datang.

Rumput Laut

Kabupaten Bintan merupakan salah satu daerah penyebaran rumput laut yang

besar. Jenis rumput laut yang terdapat di sekitar perairan ini adalah Euchema edule, E.

spinosium, Gelidium sp dan Hypnea cervicornis. Jenis ini merupakan jenis rumput laut yang

sangat berpotensi dan mempunyai prospek cerah untuk dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai bahan makanan seperti lalap, sayur, kue, manisan, dan obat tradisional.

Masyarakat setempat memanfaatkan rumput laut untuk keperluan sehari-hari,

misalnya untuk dilalap dan dijadikan agar-agar.

Di daerah Bintan komoditas rumput laut sebagian besar baru diusahakan secara

tradisional dalam skala rumah tangga dan masih mengandalkan sumberdaya yang

tersedia secara alami. Budidaya secara agribisnis sudah pernah dilakukan di berbagai

tempat di Kabupaten Bintan yaitu jenis Euchema cottoni, namun usaha ini tidak dapat

berkembang dengan baik karena mengalami kesulitan dalam pemasaran dan harga yang

selalu berfluktuasi. Namun demikian, usaha budidaya rumput laut perlu mendapat

perhatian yang serius dari berbagai pihak, seperti yang telah dilakukan di beberapa

kecamatan dibawah ini.

Tabel. 5.10. Daerah Potensial Untuk Pengembangan Rumput Laut di Perairan Kabupaten Bintan

Kecamatan Daerah/Perikanan Jenis rumput laut Sistem Budidaya

Bintan Utara - - - Bintan Timur Perairan Pulau

Telang, P.Pangkil Eucheuma spinosum Metoda rakit dan

Metoda rawai Teluk Bintan P. Pengujan Eucheuma cottoni Metoda rakit

Tambelan P. Tambelan, P. Bedu Eucheuma cottoni Metoda rakit

Sumber: Survei dan Inventarisasi Potensi Kelautan Kabupaten Bintan, 2000

Binatang Lunak (Moluska)

Dari kelompok binatang lunak ini yang mempunyai nilai ekonomis penting

adalah cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp) dan gurita (Octopus sp). Alat tangkap yang

digunakan untuk menangkap kelompok cumi-cumi ini adalah pancing, disamping itu

juga merupakan hasil ikutan dari jaring dan pukat. Potensi binatang lunak di perairan

Kabupaten Bintan mencapai sekitar 2,70 x 103 ton/tahun. Angka tersebut

menunjukkan bahwa potensi binatang lunak di kawasan ini merupakan komoditi

perikanan yang dapat diandalkan.

Kelompok hewan lunak lainnya yang mempunyai potensi untuk diperhatikan

adalah kelompok siput dan kerang-kerangan. Dari kelompok siput misalnya dari famili

Strombidae, antara lain adalah gonggong/kede-kede (Strombus sp) yang telah

Page 70: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 70

dikonsumsi oleh mayarakat terutama di restoran-restoran dan ada juga jari-jari

(Pterocera sp) dan Krangah (Lambis-lambis sp). Sedangkan dari kelompok kerang-

kerangan yang umum terdapat di perairan Kabupaten Bintan adalah tiram (Ostrea sp).

Banyak dari spesies tiram ini hidup di daerah intertidal dan cenderung terkonsentrasi

pada daerah pasang yang menempel pada benda-benda keras, dan ada spesies yang

menempel pada akar-akar mangrove.

Penyu

Penyu merupakan salah satu binatang laut yang dilindungi keberadaannya,

walaupun penyu memiliki potensi pemanfaatan yang cukup besar karena dapat

dimanfaatkan mulai dari telur sampai dengan karapaksnya. Telur dan dagingnya dapat

dibuat berbagai hidangan sedangkan karapaksnya dapat dipakai untuk perhiasan.

Potensi penyu banyak ditemukan di sekitar Gunung Kijang dan Tambelan yaitu jenis

penyu sisik (Eretmochelys imbricata L) yang termasuk dalam divisi Vertebrata, klas:

Reptilia, ordo: Testudinata (Chelonia mydas), famili: Chelonidae. Daerah penyu sisik di

perairan Bintan adalah di Pulau Beralas Pasir dan Nikoi. Di Tambelan Penyu hampir di

temui di semua pulau yang ada di Kecamatan Tambelan. Telur Penyu ini di Tambelan

telah menjadi salah satu pendapatan asli daerah.

Kepulauan Tambelan merupakan lokasi utama peneluran penyu di Kabupaten

Bintan. Rata-rata telur yang dihasilkan per ekor penyu di Kepulauan Tambelan untuk

Penyu Hijau adalah 101 butir per ekor, sedangkan Penyu Sisik adalah 153 butir per ekor.

Estimasi total hasil pemanenan telur di seluruh Kepulauan Tambelan berkisar antara

978.313-1.284.035 butir per tahun. Estimasi potensi populasi penyu di Kepulauan

Tambelan berkisar antara 489.156-642.018 ekor. Estimasi jumlah kunjungan induk

penyu untuk bertelur di kepulauan Tambelan berkisar antara 9.088-11.928 ekor per

tahun. Musim puncak bertelur penyu di Kabupaten Bintan untuk Penyu Hijau antara

bulan Mei hingga Juli, sedangkan Penyu Sisik antara Maret hingga Mei.

Kondisi pantai lokasi peneluran penyu umumnya landai, berpasir putih dengan

panjang pantai pendek, dan lebar pantai berubah secara musiman sepanjang tahun.

Prekwensi Relatif Jumlah sarang penyu di Kabupaten bintan 5 pulau urutan teratas

adalah Pulau Kepala Tambelan, P. Wie, P. Genting, P. Lintang dan P. Nangka. Lokasi

yang mempunyai nilai tinggi sebagai habitat peneluran penyu adalah Pulau Lintang,

Kepala Tambelan, Jelak, Wie, dan Menggirang Besar.

Mamalia Laut

Mamalia laut yang ditemukan di perairan Bintan adalah Duyung. Duyung (Dugong

dugon) merupakan hewan mamalia (menyusui anaknya) yang hidup di laut dangkal

terutama di lingkungan yang kaya akan lamun (seagrass). Dulu, duyung tersebar luas di

banyak negara tropis, juga di Indonesia. Namun kini duyung sudah sangat sulit dijumpai.

Hewan ini memang telah berada di ambang kepunahan dan telah dilindungi undang-

undang di banyak negara. Oleh sebab itu setiap kali ada berita tentang duyung tertangkap

Page 71: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 71

atau terperangkap dalam jaring nelayan, selalu saja menjadi berita yang menghebohkan,

dan tak jarang dibumbui dengan cerita-cerita mistik.

Kasus terakhir adalah tertangkapnya, atau terperangkapnya seekor duyung di

perairan Desa Pengudang, Pulau Bintan (Kepualuan Riau) tanggal 6 Januari 2011. Duyung

ini berukuran besar (sekitar 2 m, diperkirakan berbobot 2 kuintal), dapat diselamatkan

oleh penduduk setempat dan dilepaskan kembali ke laut bebas. Ini adalah kasus yang

keempat yang terjadi di perairan Bintan (sekitar Desa Berakit dan Desa Pengudang) dalam

tiga tahun terakhir ini.

Page 72: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 72

Bab.6 Keragaan Perikanan Kabupaten Bintan

Interaksi sosial antara penduduk di pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten

Bintan, terkait dengan mata pencaharian memunculkan struktur sosial masyarakat

nelayan tradisional berbasis perikanan tangkap. Stratifikasi (pelapisan) sosial untuk

struktur sosial perikanan tangkap di Bintan terdiri dari:

1. Nelayan pemilik, nelayan tradisional dengan karaktersitik yang memiliki sarana

penangkapan (alat tangkap, armada penangkapan/kapal, dan modal), dalam skala

kecil, daerah peangkapan sekitar 1-5 mil di perairan pantai, dan mereka nelayan

pemilik terkadang juga turut mengoperasikan alat tangkap merupakan jumlah

nelayan artisanal terbanyak di daerah ini yaitu sebesar 80%.

2. Nelayan pengusaha, nelayan moderen yang memiliki karakteristik modal yang

kuat dan memiliki alat tangkap atau armada penangkapan ikan dan udang, tetapi

tidak ikut melakukan penangkapan ikan ke laut lepas (di atas 8 mil), dan

sekaligus sebagai pedagang pengumpul dengan membeli hasil tangkapan dari

nelayan artisanal di pulau-pulau kecil (termasuk Tauke). Umumnya nelayan

pengusaha sebagai patron yang memiliki client yaitu para nelayan artisanal yang

menjadi langgganannya yang kemudian terbentuk hubungan sosial (patron-client

relationship) baik melalui pinjaman modal dan bahan sembako kebutuhan rumah

tangga nelayan sehari-hari;

3. Nelayan buruh, yaitu nelayan pekerja (tradisional) yang mengambil upah harian

atau pola bagi hasil dari membantu nelayan pemilik dalam proses penangkapan

ikan, dan tidak memiliki alat tangkap sendiri, tetapi pola hubungan kerja yang

Page 73: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 73

berlaku di lingkungan sosial nelayan artisanal adalah pola bagi hasil agar sama-

sama berbagi resiko jumlah nelayan buruh relatif tidak begitu banyak.

Struktur sosial masyarakat nelayan di Kabupaten Bintan secara horizontal dapat

pula dikategorikan ke dalam beberapa kelompok sosial, yaitu kelompok nelayan jaring

karang, kelompok nelayan bubu, kelompok nelayan nyomek, kelompok nelayan rawai,

kelompok nelayan jaring udang dan kelompok nelayan jaring tarik (trawl). Namun

demikian, pengelompokkan ini tidak begitu tegas, karena RTP artisanal di daerah ini

memiliki beberapa jenis alat tangkap ikan.

Hingga saat ini belum ada survei atau sensus yang secara khusus ditujukan untuk

menyajikan data tentang kondisi sosial ekonomi rumah tangga perikanan, baik di

pesisir maupun bukan pesisir. Namun demikian, tentunya kita dapat memanfaatkan

data sensus dan survei yang sudah ada untuk menghasilkan estimasi data yang

diperlukan sebagai dasar kebijakan makro di sektor kelautan dan perikanan di

Kabupaten Bintan. Dalam hal ini data yang dapat digunakan diantaranya adalah hasil

sinkronisasi dan validasi data yang dilakukan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan

Propinsi Kepulauan Riau.

6.1. Rumah Tangga Perikanan (RTP)

Rumah Tangga Perikanan didefinisikan sebagai rumah tangga yang memiliki

anggota rumah tangga yang bekerja di sektor perikanan. Sedangkan menurut letak

geografisnya, suatu rumah tangga dikatakan bertempat tinggal di wilayah pesisir

apabila rumah tangga tersebut bertempat tinggal di desa pesisir. Data rumah

tangga/penduduk perikanan dan letak geografis tempat tinggalnya diperlukan sebagai

data dasar mengenai gambaran umum rumah tangga/penduduk yang menggantungkan

hidup pada potensi perikanan.

Penduduk perikanan didefinisikan sebagai penduduk yang tinggal di rumah

tangga perikanan. Definisi ini masih bisa dikembangkan karena pada dasarnya banyak

orang yang hidupnya bergantung pada sumberdaya laut dan pesisir. Mereka terdiri atas

nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya,

pedagang ikan, pengolah ikan, dan supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam

bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa berprofesi sebagai penjual jasa

pariwisata, transportasi, pemanfaat sumberdaya non-hayati laut dan pesisir dan lain-

lain.

Data lapangan mengenai usaha perikanan, Dinas kelautan dan Perikanan sudah

dapat membedakan jumlah perikanan tangkap dan perikanan budidaya sehingga dapat

ditampilkan indikator ekonomi rumah tangga berdasarkan lapangan usaha. Namun

demikian masih terdapat keterbatasan dan perlu dijadikan perhatian khusus dalam

menginterpretasikan setiap hasil pengolahan data yang akan disajikan pada tahun

berikutnya. Ketersediaan data yang ada juga belum dapat menyajikan gambaran

kondisi sosial ekonomi rumah tangga perikanan yang dibedakan menurut kategori

perikanan tangkap dan perikanan budidaya serta wilayah pesisir dan bukan pesisir.

Page 74: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 74

Untuk mendapatkan data-data tersebut sudah tentu diperlukan studi atau survei

khusus untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat perikanan di wilayah

Kabupaten Bintan.

Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Bintan desa/kelurahan terbagi dalam

dua kategori yaitu desa pesisir dan desa bukan pesisir. Desa pesisir adalah

desa/kelurahan termasuk nagari atau lainnya yang memiliki wilayah yang berbatasan

langsung dengan garis pantai/laut (atau merupakan desa pulau). Hasil Podes08

menunjukkan bahwa dari 75.410 desa/kelurahan yang ada di Indonesia, 10.664 desa

atau sebanyak 14,14 persen diantaranya merupakan desa pesisir. Secara nasional

Propinsi Kepulauan Riau memiliki persentase terbesar kedua desa pesisir setelah

Maluku yakni sebesar 81,90%. Hal tersebut sangat relevan mengingat wilayah ini

berbentuk Kepulauan. Begitu pula dengan Kabupaten Bintan sejalan dengan potensi

dan panjang garis pantai yang dimilikinya terdapat desa pesisir yang memiliki

kesamaan kondisi sosial dan ekonomi rumah tangga perikanan di wilayah Propinsi

Kepulauan Riau ini.

Definisi populasi masyarakat pesisir yang luas ini tidak seluruhnya diambil tetapi

hanya difokuskan pada kelompok nelayan dan pembudidaya ikan. Kelompok ini secara

langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan

penangkapan dan budidaya. Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di

wilayah pesisir di seluruh wilayah Kabupaten Bintan.

Tabel. 6.1. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Kabupaten Bintan, Tahun 2010-2011

No Kecamatan Rumah Tangga Perikanan (RTP)

Jumlah Tangkap/ Nelayan

Budidaya Laut

Budidaya Payau

Budidaya Tawar

1. Bintan Utara 445 8 - 35 488 2. Teluk Sebong 650 40 - 139 829 3. Teluk Bintan 1.858 143 45 40 2.086 4. Gunung Kijang 777 78 - 39 894 5. Bintan Timur 1.207 60 - 129 1.396 6. Tambelan 982 18 - 0 1.000 7. Toapaya - - - 100 100 8. Bintan Pesisir 1.724 60 - 0 1.784 9. Mantang 1.223 197 - 0 1.420 10. Seri Kuala Lobam 540 25 - 106 671

2011 9.406 629 45 588 10.668 2010 8.640 363 45 284 9.332

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 75: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 75

Tabel. 6.2. Volume Produksi Perikanan (Kg) di Kabupaten Bintan, Tahun 2010-2011

No Kecamatan

Jumlah Produksi (Kg)

Tangkap/ Nelayan

Budidaya Laut

Budidaya Payau

Budidaya Tawar

Jumlah

1. Bintan Utara 1.417.000 4.515,40 0 7.490,00 1.429.005 2. Teluk Sebong 2.023.000 3.210,00 0 6.420,00 2.032.630 3. Teluk Bintan 6.542.000 15.022,80 0 5.617,50 6.562.640 4. Gunung Kijang 2.731.000 1.070,00 0 1.070,00 2.733.140 5. Bintan Timur 7.227.000 19.891,30 0 70.352,50 7.317.244 6. Tambelan 4.241.000 12.091,00 0 0 4.253.091 7. Toapaya 0 0 0 47.187,00 47.187 8. Bintan Pesisir 9.088.000 50.054,60 0 1.690,60 9.139.745 9. Mantang 5.500.000 117.272,00 0 0 5.617.272 10. Seri Kuala Lobam 1.168.000 3.274,20 0 21.400,00 1.192.674

2011 39.937.000 226.401,30 0 161.227,60 40.324.629

2010 21.080.540 211.590,00 0 150.680,00 21.442.810

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.2. Perikanan Tangkap

Perairan Kabupaten Bintan memiliki sifat-sifat dan kondisi yang berkaitan dengan

potensi sumberdaya ikan dan usaha-usaha pemanfaatannya. Kondisi perairan laut di

Kabupaten Bintan sebagaimana umumnya kondisi laut tropis yang selalu menerima cahaya

matahari yang cukup optimal sepanjang tahun, kiranya memiliki arti penting bagi

pertumbuhan jasad renik yang merupakan salah satu penyebab besarnya produktifitas laut

tersebut. Kabupaten Bintan dengan letaknya yang strategis, kondisi perairan lautnya yang

berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan dan Selat malaka memiliki potensi untuk

mengembangkan usaha perikanan tangkap. Berdasarkan data produksi perikanan

tangkap Tahun 2011 jumlah produksi perikanan laut di Kabupaten Bintan adalah sebesar

39.937 ton atau 23,63% saja dari stok ikan yang ada. Keseluruhan produksi perikanan

tangkap ini diperoleh dari jumlah nelayan tangkap sebanyak 9.406 RTP dengan

menggunakan armada sebanyak 4.878 unit.

Jenis-jenis ikan tertangkap antara lain ikan kembung, layang dan lainnya. Jenis

krustacea yang tertangkap antara lain udang putih, kepiting, rajungan dan lainnya. Jenis

molusca yang tertangkap antara lain cumi-cumi, sotong, kerang dan lainnya. Sedangkan

jenis ikan lainnya yang tertangkap adalah teripang. Hasil tangkapan tersebut diperoleh dari

berbagai wilayah perairan di Kabupaten Bintan, dengan hasil tangkapan terbanyak

diperoleh nelayan di Kecamatan Bintan Pesisir 9.088 ton (22,76%), Bintan Timur sebesar

7.227 ton (18,10%), Teluk Bintan sebesar 6.542 ton (16,38%), Mantang sebesar 5.500 ton

(13,77%) dan Tambelan sebesar 4.241 ton (10,62%). Meningkatnya hasil produksi

perikanan tangkap pada tahun 2011 disebabkan dilakukannya penghitungan produksi pada

jenis armada perahu tanpa motor dan motor tempel dengan asumsi sebesar 2 kg/hari atau

20 hari dalam sebulan atau 10 bulan dalam satu tahun. Meskipun demikian peningkatan

produksi tangkap cenderung mengalami kenaikan yang berarti yang ditandai dengan

adanya bantuan armada dan alat tangkap kepada nelayan.

Page 76: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 76

Tabel. 6.3. Hasil Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Hasil Produksi Tangkap (Ton) Persentase

(%) 2010 2011 1. Bintan Utara 1.324,93 1.417 3,55 2. Teluk Sebong 1.638,23 2.023 5,06 3. Teluk Bintan 1.336,52 6.542 16,38 4. Gunung Kijang 2.107,85 2.731 6,84 5. Bintan Timur 6.988,37 7.227 18,10 6. Tambelan 4.556,18 4.241 10,62 7. Toapaya - - - 8. Bintan Pesisir 1.195,12 9.088 22,76 9. Mantang 1.083,12 5.500 13,77 10. Seri Kuala Lobam 850,22 1.168 2,92

Jumlah 21.080,54 39.937,00 100 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.3. Penghasilan Rumah Tangga Nelayan

Dari keseluruhan hasil tangkapan dari armada tangkap tersebut diperoleh

penghasilan rumah tangga sebesar Rp. 2.690.771 per bulan. Pendapatan nelayan

berdasarkan armada tangkap yang digunakan pendapatan nelayan yang menggunakan

perahu tanpa motor adalah Rp. 6.000.000 per tahun, nelayan yang menggunakan

motor tempel sebesar Rp. 9.000.0000 per tahun. Sedangkan rumah tangga perikanan

yang menggunakan armada tangkap bermotor memperoleh rata-rata penghasilan

sebesar Rp. 32.760.000 per tahun sampai dengan Rp. 53.571.429 per tahun atau rata-

rata sebesar Rp.43.777.143 per tahun. Penghasilan rata-rata dalam sebulan sebesar Rp.

2.690.771. Perbandingan penghasilan antara nelayan tradisional dan menggunakan

kapal motor sangatlah berbeda, namun pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan

pangan nelayan yang menggunakan kapal motor juga lebih besar.

Page 77: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 77

Tabel. 6.4. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kabupaten Bintan Tahun

2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 1.339 181 2.827 368 163 4.878 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 535.600 144.800 23.746.800 7.360.000 8.150.000 39.937.200

Produksi (ton)/tahun 536 145 23.747 7.360 8.150 39.937

Nilai Produksi Rp/tahun 8.034.000.000 2.172.000.000 356.202.000.000 110.400.000.000 122.250.000.000 599.058.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

1.339 181 5.654 1.254 978 9.406

Pendapatan/RTP/ bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 8.928.571

Biaya produksi % 0 25 35 40 50

Biaya produksi Rp - 250.000 1.470.000 2.500.000 4.464.286

Netto pendapatan / RTP 500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

669.500.000 135.750.000 15.435.420.000 4.703.040.000 4.366.071.429 25.309.781.429

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286 2.690.771

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.000.000 32.760.000 45.000.000 53.571.429 32.289.254

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.5. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Tambelan

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT KM 2-5 GT KM 5-10 GT KM > 10

Jumlah kapal 90 4 374 13 16 497 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 36.000 3.200 3.141.600 260.000 800.000 4.240.800

Produksi (ton)/tahun 36 3 3.142 260 800 4.241

Nilai Produksi Rp/tahun

540.000.000 48.000.000 47.124.000.000 3.900.000.000 12.000.000.000 63.612.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

90 4 748 44 96 982

Pendapatan/RTP/ bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 8928571,429

Biaya produksi % 0 30 35 40 55

Biaya produksi Rp - 300.000 1.470.000 2.500.000 4.910.714

Netto pendapatan / RTP 500.000 700.000 2.730.000 3.750.000 4.017.857

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

45.000.000 2.800.000 2.042.040.000 166.140.000 385.714.286 2.641.694.286

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 700.000 2.730.000 3.750.000 4.017.857 2.689.284

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 8.400.000 32.760.000 45.000.000 48.214.286 32.271.406

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 78: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 78

Tabel. 6.6. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Bintan Utara

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM

MT KM 2-5

GT KM 5-10

GT KM > 10

Jumlah kapal 112 13 155 3 0 283 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 44.800 10.400 1.302.000 60.000 - 1.417.200

Produksi (ton)/tahun 45 10 1.302 60 - 1.417

Nilai Produksi Rp/tahun 672.000.000 156.000.000 19.530.000.000 900.000.000 - 21.258.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

112 13 310 10 - 445

Pendapatan/RTP/bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 -

Biaya produksi % 0 25 35 40 50

Biaya produksi Rp - 250.000 1.470.000 2.500.000 -

Netto pendapatan / RTP 500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 -

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

56.000.000 9.750.000 846.300.000 38.340.000 - 950.390.000

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 - 2.134.633

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.000.000 32.760.000 45.000.000 - 25.615.600

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.7. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Bintan Pesisir

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT

KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 100 15 290 235 38 678 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 40.000 12.000 2.436.000 4.700.000 1.900.000 9.088.000 Produksi (ton)/tahun 40 12 2.436 4.700 1.900 9.088 Nilai Produksi Rp/tahun 600.000.000 180.000.000 36.540.000.000 70.500.000.000 28.500.000.000 136.320.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

100 15 580 801 228 1.724

Pendapatan/RTP/ bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 8928571,429

Biaya produksi % 0 20 35 40 50

Biaya produksi Rp - 200.000 1.470.000 2.500.000 4.464.286

Netto pendapatan / RTP 500.000 800.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

50.000.000 12.000.000 1.583.400.000 3.003.300.000 1.017.857.143 5.666.557.143

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 800.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286 3.287.095

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.600.000 32.760.000 45.000.000 53.571.429 39.445.139

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 79: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 79

Tabel. 6.8. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Mantang

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT

KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 50 16 458 46 14 584 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 20.000 12.800 3.847.200 920.000 700.000 5.500.000

Produksi (ton)/tahun 20 13 3.847 920 700 5.500

Nilai Produksi Rp/tahun 300.000.000 192.000.000 57.708.000.000 13.800.000.000 10.500.000.000 82.500.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

50 16 916 157 84 1.223

Pendapatan/RTP/ bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 8928571,429

Biaya produksi % 0 20 35 40 50

Biaya produksi Rp - 200.000 1.470.000 2.500.000 4.464.286

Netto pendapatan / RTP 500.000 800.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

25.000.000 12.800.000 2.500.680.000 587.880.000 375.000.000 3.501.360.000

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 800.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286 2.863.470

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.600.000 32.760.000 45.000.000 53.571.429 34.361.645

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.9. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Sri Kuala

Lobam Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT

KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 285 5 125 0 0 415 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 114.000 4.000 1.050.000 - - 1.168.000

Produksi (ton)/tahun 114 4 1.050 - - 1.168

Nilai Produksi Rp/tahun 1.710.000.000 60.000.000 15.750.000.000 - - 17.520.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

285 5 250 - - 540

Pendapatan/RTP/bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 - -

Biaya produksi % 0 25 35 40 50

Biaya produksi Rp - 250.000 1.470.000 - -

Netto pendapatan / RTP 500.000 750.000 2.730.000 - -

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

142.500.000 3.750.000 682.500.000 - - 828.750.000

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 750.000 2.730.000 - - 1.534.722

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.000.000 32.760.000 - - 18.416.667

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 80: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 80

Tabel. 6.10. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Teluk Sebong

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 176 25 211 8 0 420

Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 70.400 20.000 1.772.400 160.000 - 2.022.800

Produksi (ton)/tahun 70 20 1.772 160 - 2.023

Nilai Produksi Rp/tahun 1.056.000.000 300.000.000 26.586.000.000 2.400.000.000 - 30.342.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

176 25 422 27 - 650

Pendapatan/RTP/bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 -

Biaya produksi % 0 25 35 40 50

Biaya produksi Rp - 250.000 1.470.000 2.500.000 -

Netto pendapatan / RTP 500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 -

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

88.000.000 18.750.000 1.152.060.000 102.240.000 - 1.361.050.000

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 - 2.093.073

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.000.000 32.760.000 45.000.000 - 25.116.876

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.11. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Teluk Bintan

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 331 1 763 0 0 1.095 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 132.400 800 6.409.200 - - 6.542.400

Produksi (ton)/tahun 132 1 6.409 - - 6.542

Nilai Produksi Rp/tahun 1.986.000.000 12.000.000 96.138.000.000 - - 98.136.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

331 1 1.526 - - 1.858

Pendapatan/RTP/bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 - -

Biaya produksi % 0 25 35 40 45

Biaya produksi Rp - 250.000 1.470.000 - -

Netto pendapatan / RTP 500.000 750.000 2.730.000 - -

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

165.500.000 750.000 4.165.980.000 - - 4.332.230.000

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 750.000 2.730.000 - - 2.331.663

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.000.000 32.760.000 - - 27.979.957

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 81: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 81

Tabel. 6.12. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Gunung Kijang

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 110 66 285 2 4 467 Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 44.000 52.800 2.394.000 40.000 200.000 2.730.800

Produksi (ton)/tahun 44 53 2.394 40 200 2.731

Nilai Produksi Rp/tahun 660.000.000 792.000.000 35.910.000.000 600.000.000 3.000.000.000 40.962.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

110 66 570 7 24 777

Pendapatan/RTP/bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 8.928.571

Biaya produksi % 0 25 35 40 50

Biaya produksi Rp - 250.000 1.470.000 2.500.000 4.464.286

Netto pendapatan / RTP 500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

55.000.000 49.500.000 1.556.100.000 25.560.000 107.142.857 1.793.302.857

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 750.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286 2.308.530

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 9.000.000 32.760.000 45.000.000 53.571.429 27.702.357

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.13. Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Kecamatan Bintan Timur

Tahun 2011

Indikator Jenis Armada

Jumlah Kapal TM MT KM 2-5 GT

KM 5-10 GT

KM > 10

Jumlah kapal 85 36 166 61 91 439

Produksi (kg) / bulan / kapal

40 80 840 2.000 5.000 7.960

Produksi (Kg)/tahun 34.000 28.800 1.394.400 1.220.000 4.550.000 7.227.200 Produksi (ton)/tahun 34 29 1.394 1.220 4.550 7.227 Nilai Produksi Rp/tahun 510.000.000 432.000.000 20.916.000.000 18.300.000.000 68.250.000.000 108.408.000.000

Jumlah RTP berdasarkan jenis armada

85 36 332 208 546 1.207

Pendapatan/RTP/bulan 500.000 1.000.000 4.200.000 6.250.000 8.928.571

Biaya produksi % 0 30 35 40 50

Biaya produksi Rp - 300.000 1.470.000 2.500.000 4.464.286

Netto pendapatan / RTP 500.000 700.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286

Pendapatan rata-rata/spesifikasi kapal

42.500.000 25.200.000 906.360.000 779.580.000 2.437.500.000 4.191.140.000

Pendapatan Rata-rata Rp./bulan/RTP

500.000 700.000 2.730.000 3.750.000 4.464.286 3.472.683

Pendapatan Rata-rata Rp./tahun/RTP

6.000.000 8.400.000 32.760.000 45.000.000 53.571.429 41.672.202

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 82: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 82

6.4. Budidaya Perikanan

Pengembangan budidaya laut merupakan alternatif yang cukup memberikan

harapan. Budidaya laut yang dikembangkan di Kabupaten Bintan terdiri dari budidaya

di tambak, budidaya dalam keramba jaring apung. Budidaya ikan dalam karamba dibagi

lagi atas budidaya ikan dengan pemberian pakan dan tanpa pemberian pakan. Diantara

ketiga jenis budidaya laut tersebut budidaya yang telah berkembang dengan baik

adalah budidaya ikan di tambak dan jaring apung. Budidaya ikan yang dilakukan di

teluk atau perairan semi tertutup belum dapat dilakukan, dan masih dalam tahap

penelitian dan pengembangan, antara lain karena terhambat oleh konflik kepemilikan

lahan dan penguasaan teknologinya, disamping terkait dengan kebutuhan investasi

yang sangat besar. Kegiatan budidaya laut berpeluang besar menjadi tumpuan bagi

sumber pangan hewani di masa depan, karena peluang produksi perikanan tangkap

bagaimanapun akan menurun. Di beberapa wilayah di Kabupaten Bintan, kegiatan

budidaya laut berkembang dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA) atau Karamba

Sistem Jaring Tancap (KSJT). Diantara berbagai jenis kultivar telah diteliti dan

dibudidayakan dalam skala percobaan atau uji coba sejak tahun 70-an, hanya beberapa

jenis saja yang berhasil dikembangkan secara komersial seperti ikan kerapu dan kakap.

Beberapa jenis kultivan lainnya diantaranya : berbagai jenis kerapu, kakap merah,

napoleon, kepiting, ikan hias, teripang dan lobster, masih dalam taraf penelitian dan

pengembangan.

Hingga saat ini tingkat pemanfaatan usaha perikanan budidaya masih sangat

rendah padahal luas perairan yang sesuai untuk kegiatan budidaya sangat luas,

sehingga peluang pengembangan usaha perikanan budidaya di wilayah ini masih sangat

besar. Khususnya di perairan laut peluang pengembangan masih sangat terbuka dimana

Kabupaten Bintan memiliki perairan laut yang potensial (sesuai) untuk usaha budidaya

laut. Berdasarkan pada perhitungan sekitar 5 km dari garis pantai ke arah laut, maka

potensi luas perairan laut Bintan yang sesuai untuk kegiatan budidaya laut adalah

cukup besar. Dengan teknologi budidaya laut yang ada maka potensi luas laut yang

cocok untuk usaha budidaya laut sudah barang tentu akan bertambah luas. Komoditas-

komoditas yang dapat dibudidayakan pada areal laut tersebut antara lain meliputi ikan

kakap, kerapu, baronang, tiram, kerang hijau, kerang darah, teripang, kerang mutiara,

abalone, dan rumput laut. Sementara itu, komoditas-komoditas yang dapat

dibudidayakan di perairan payau (tambak) antara lain adalah udang windu, udang

vaname, bandeng, kerapu, kepiting, dan rumput laut jenis gracilaria Serta komoditas-

komoditas yang dapat dibudidayakan di perairan tawar antara lain mencakup ikan lele,

mas, nila, gurame, patin, bawal air tawar, dan udang galah.

Dari tahun 2010 sampai tahun 2011 jumlah jenis usaha budidaya perikanan di

Kabupaten Bintan menunjukkan angka yang terus meningkat. Pada tahun 2010, jumlah

Keramba Jaring Apung (KJA) sebanyak 779 unit meningkat pada tahun 2011 sebanyak 895

unit, Keramba Jaring Tancap (KJT) sebanyak 753 unit tahun 2010 meningkat menjadi 762

unit pada tahun 2011, kolam sebesar 91,73 ha tahun 2010 menjadi 120 ha tahun 2011.

Page 83: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 83

Sedangkan untuk usaha budidaya air payau (tambak) luasannya tidak menunjukkan

peningkatan, hanya 131,30 ha saja sampai tahun 2011. Begitupula dengan jenis usaha

rumput laut hanya meningkat 6 hektar saja yakni menjadi 49 hektar pada tahun 2011.

Tabel. 6.14. Jumlah Jenis Usaha Budidaya di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan

Tahun 2010 Tahun 2011

KJA (unit)

KJT (unit)

Tambak (Ha)

Kolam (Ha)

Rumput Laut (Ha)

KJA (unit)

KJT (unit)

Tambak (Ha)

Kolam (Ha)

Rumput Laut (Ha)

1. Bintan Utara 20 15 0 3,15 0 20 15 0 7,29 0 2. Teluk Sebong 0 23 0 0,31 0 5 23 0 6,45 0 3. Teluk Bintan 114 95 118,8 5 0 132 104 118,8 5,40 0

4. Gunung Kijang 8 24 0,5 11,52 0 8 24 0,5 12,43 0 5. Bintan Timur 40 96 2 23,3 0 50 96 2 32,06 0 6. Tambelan 69 54 0 0 0 78 54 0 0,00 0 7. Toapaya 0 0 0 45,9 0 0 0 0 53,43 0

8. Bintan Pesisir 112 184 0 1,5 25 126 184 0 1,62 28 9. Mantang 396 247 0 0 18 446 247 0 0,00 21 10. Seri Kuala Lobam 20 15 0 1,05 0 30 15 0 1,33 0

Jumlah 779 753 131,30 91,73 43,00 895 762 131,30 120,00 49,00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.5. Budidaya Air Laut (Keramba Jaring)

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada tahun 2010 budidaya laut di keramba

jaring berjumlah 779 unit dan meningkat menjadi 895 unit pada tahun 2011. Jumlah

terbesar ditemui di Kecamatan Mantang terdapat 446 unit, dan Kecamatan Teluk Bintan

sebanyak 132 unit. Tampak jelas bahwa peluang pengembangan usaha perikanan

budidaya sebenarnya jauh lebih besar daripada usaha perikanan tangkap. Apabila

daerah ini mampu meningkatkan produksi perikanannya terutama yang berasal dari

usaha perikanan budidaya, maka Bintan akan menjadi produsen komoditas perikanan

terbesar di Propinsi Kepulauan Riau.

Umumnya masyarakat menggunakan karamba jaring tancap (KJT) dan karamba

jaring apung (KJA) sebagai wadah budidaya laut. Di Kabupaten Bintan, sebagaian besar

masyarakat menggunakan KJT sebagai wadah budidayanya. Ukuran KJT yang ada di

masyarakat sangat bervariasi (2x3 m; 2,5x3 m; 3x3 m; 3x 4 m; dan 4x4 m; dengan

kedalaman rata-rata 3 m). Bahan karamba umumnya terdiri dari kayu papan, kayu

balok, kayu tiang, jaring, pelampung, tambang dan jangkar.

Pada budidaya ikan kerapu di KJT, benih yang ditebar berukuran 100-300

gram/ekor dengan padat penebaran bervariasi antara 50-200 ekor/KJT (5-22 ekor/m2

atau rata-rata 13 ekor/m2). Benih berasal dari hasil penangkapan dan pembenihan

(hatchery) milik Pemerintah maupun Swasta. Benih yang berasal dari penangkapan

ketersediaannya semakin menyusut, seiring dengan kegiatan penangkapan ikan ini di

sekitar perairan karang yang berlangsung secara terus menerus. Selama pemeliharaan,

ikan kerapu diberi pakan ikan rucah dari hasil tangkapan nelayan di laut. Harga ikan

rucah ini adalah Rp 3.000–5.000 per kg, bergantung kepada musim penangkapan di

Page 84: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 84

laut. Pemberian pakan tidak dilakukan secara rutin, namun bergantung kepada

ketersediaan pakan rucah. Pemanenan dilakukan pada saat ikan telah mencapai ukuran

≥ 500 gram (7-9 bulan pemeliharaan dengan rata-rata 8 bulan).

Selain KJT, sebagian kecil masyarakat menggunakan KJA untuk kegiatan

pembesaran beberapa ikan laut. Ukuran kantong KJA yang digunakan adalah 3x3x3 m

atau 4x4x4 m. Kantong KJA berupa jaring berdiameter mata jaring antara 0,5-1,5 inchi

dan berukuran benang D9-D30. KJA yang digunakan umumnya menggunakan rangka

dengan bahan kayu, dan beberapa sudah menggunakan bahan HDPE (high density

polyethelene). Umumnya KJA berbahan HDPE yang ada di masyarakat merupakan

bantuan dari Pemerintah maupun dan program minapolitan.

Budidaya ikan di KJA yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang

merupakan bagian dari kegiatan minapolitan dengan komoditas ikan kerapu bebek

maupun kerapu macan. Sedangkan yang dilakukan oleh beberapa pengusaha KJA,

pembesaran ikan yang dilakukan adalah pembesaran ikan kerapu dengan komoditas

utama kerapu sunu. Kegiatan budidaya pembesaran ikan kerapu ini dimulai dari benih

yang berukuran antara 100-300 gram/ekor. Namun demikian, KJA masyarakat

didominasi oleh kerapu sunu, kecuali KJA minapolitan. Padat tebar ikan bervariasi

antara 100-300 ekor/KJA (11-33 ekor/m2). Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan

dengan menggunakan pakan rucah. Pakan diberikan secara rutin yaitu pada pagi dan

sore hari dengan metode at satuation. Tahap akhir kegiatan budidaya adalah pemanenan

yang dilakukan pada saat ikan telah mencapai ukuran ≥ 500 gram. Untuk mencapai

ukuran panen, pembesaran ikan kerapu sunu dengan benih ukuran 100-300 gram/ekor

dilakukan selama 7-8 bulan. Untuk pembesaran ikan kerapu macan, kegiatan

pembesaran dilakukan selama 12-15 bulan dan pembesaran ikan kerapu bebek

dilakukan selama 18-19 bulan dengan ukuran tebar 10 cm. Harga benih ikan kerapu

sunu adalah Rp 80.000/kg dengan bobot benih 100-300 gram/ekor. Setelah mencapai

ukuran panen yaitu 500 gram/ekor, produk budidaya langsung ditawarkan atau dijual

ke penampung ikan (Tauke) di Tanjungpinang yang selanjutnya dipasarkan di tingkat

pasar lokal maupun ekspor. Pada umumnya, pembudidaya ikan kerapu menjalankan

produksi dengan skala produksi 2 kantong jaring.

Page 85: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 85

Tabel. 6.15 Volume Produksi Usaha Budidaya Laut Keramba Jaring di Kabupaten

Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Volume Produksi (Kg)

2010 2011

1. Bintan Utara 4.515,40 4.515,40 2. Teluk Sebong 3.210,00 3.210,00 3. Teluk Bintan 15.022,80 15.022,80 4. Gunung Kijang 1.070,00 1.070,00 5. Bintan Timur 19.891,30 19.891,30 6. Tambelan 12.091,00 12.091,00 7. Toapaya 0 0 8. Bintan Pesisir 50.054,60 50.054,60 9. Mantang 117.272,00 117.272,00 10. Seri Kuala Lobam 3.274,20 3.274,20

Jumlah 211.590,00 226.401,30 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.16. Nilai Produksi Usaha Budidaya Laut Keramba Jaring di Kabupaten

Bintan, Tahun 2010-2011

No Kecamatan Nilai Produksi (Rupiah)

2010 2011

1. Bintan Utara 633.000.000 677.310.000 2. Teluk Sebong 450.000.000 481.500.000 3. Teluk Bintan 2.106.000.000 2.253.420.000 4. Gunung Kijang 150.000.000 160.500.000 5. Bintan Timur 2.788.500.000 2.983.695.000 6. Tambelan 1.695.000.000 1.813.650.000 7. Toapaya 0 0 8. Bintan Pesisir 7.017.000.000 7.508.190.000 9. Mantang 16.440.000.00 17.590.800.000 10. Seri Kuala Lobam 459.000.000 491.130.000

Jumlah 31.738.500.000 33.960.195.000 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.6. Budidaya Air Payau (Tambak)

Potensi budidaya payau di Kabupaten Bintan adalah 378 ha dengan potensi terbesar

adalah Kabupaten Bintan yaitu 250 ha. Komoditas budidaya air payau di Kabupaten

Bintan adalah udang windu. Kabupaten Bintan juga memiliki potensi pengembangan

budidaya air payau atau pengembangan tambak. Kabupaten Bintan memiliki potensi

pengembangan tambak seluas 250 ha yang tersebar di pesisir pulau ini, terutama di sebelah

timur. Potensi tambak tadi dapat diusahakan untuk pengembangan usaha budidaya udang

(vannamei dan windu) dan ikan (bandeng, kakap putih dan kerapu lumpur). Selain itu

potensi tambak ini juga bisa diusahakan untuk pengembangan usaha budidaya rumput

laut Gracilaria. Dari luas potensial tersebut, sebagian sudah dimanfaatkan untuk budidaya

ikan dan udang di tambak, seperti di Teluk Bintan. Namun disayangkan, kegiatan

Page 86: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 86

budidaya tambak yang telah berjalan di Kecamatan Teluk Bintan berdasarkan perencanaan

kawasan ibukota Kabupaten Bintan di Bintan Buyu wilayahnya termasuk dalam

pengembangan kawasan ibukota. Untuk itu pengelolaan lahan budidaya air payau dilokasi

ini luasannya disinyalir tidak dapat di kembangkan lagi.

6.7. Budidaya Air Tawar (Kolam)

Perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Bintan telah berhasil dilakukan dengan

baik di kolam maupun di kolong bekas penggalian pasir. Jumlah petani ikan budidaya air

tawar di Kabupaten Bintan tersebar di beberapa Kecamatan selain Tambelan, Mantang

dan Bintan Pesisir. Jumlah total petani ikan budidaya air tawar pada tahun 2010 adalah

sebanyak 284 rumah tangga yang terdiri dari 2 (dua) kategori pembudidaya yaitu

pembudaya ikan kolam dan keramba. Jumlah kolam yang diolah pada tahun 2010 sebanyak

820 kolam memiliki volume produksi sebesar 152,60 ton. Untuk keramba jaring apung

pada tahun 2010 berjumlah 10 unit (40 kantong) dengan volume produksi sebesar 0,5 ton.

Jumlah rumah tangga pembudidaya ikan air tawar pada tahun 2010-2011 mengalami

peningkatan yang berarti. Adanya bantuan Pemerintah terhadap pembudidaya ikan

melalui Program Usaha Mina Pedesaan (PUMP) tahun 2011 menjadikan Kabupaten Bintan

mempunyai pembudidaya ikan air tawar aktif sebanyak 314 rumah tangga untuk

mengelola kolam sebanyak 1.086 unit. Kondisi ini seiring pula adanya peningkatan jumlah

rumah tangga pembudidaya ikan air tawar menggunakan keramba jaring apung. Ikan yang

dipelihara adalah ikan lele, nila, ikan mas, gurami dan bawal. Umumnya petani menebar

ikan di kolam dengan kepadatan 3–8 ekor/m2, dengan jumlah siklus tanam 2 kali setahun

dan ada juga pembudidaya yang melakukan penebaran dengan kepadatan yang sangat

rendah, kurang dari 1 ekor/m2 tetapi dengan jumlah siklus tanam 3 kali setahun. Pakan

yang digunakan umumnya adalah pellet dan dedak. Sumber air kolam adalah mata air,

dimasukkan ke kolam dan ada yang menggunakan pompa.

Peningkatan kemampuan petani dalam memelihara ikan budidaya diduga sebagai

faktor yang menyebabkan peningkatan produksi ikan tanpa peningkatan jumlah benih

yang ditebar. Sedangkan adanya penurunan produksi ikan lainnya mungkin diakibatkan

oleh adanya serangan penyakit atau penurunan kualitas benih yang ditebar. Di antara jenis

ikan budidaya di kolam, dua produksi tertinggi secara deskripsi diperoleh dari ikan lele

dan ikan mas. Untuk pengembangan budidaya air tawar terlihat penggunaan kolong-

kolong bekas penggalian pasir yang ada disekitar tempat tinggal masyarakatpun sudah

mulai dikembangkan untuk lahan budidaya ikan air tawar. Misalnya saja tahun 2010 di

Kecamatan Seri Kuala Lobam dan Teluk Bintan, masyarakat telah menggunakan kolong

bekas penambangan pasir menjadi lahan untuk keramba jaring telah menghasilkan

sebanyak 0,5 ton ikan dan meningkat menjadi 1 ton pada tahun 2011.

Page 87: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 87

Tabel. 6.17. Jumlah Kolam Air Tawar di Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Jumlah Kolam (unit)

2010 2011 Kolam KJ Jumlah Kolam KJ Jumlah

1. Bintan Timur 200 - 200 260 - 260 2. Gunung Kijang 100 - 100 130 - 130 3. Teluk Bintan 40 - 40 52 20 72 4. Toapaya 150 - 150 195 - 195 5. Teluk Sebong 200 - 200 260 - 260 6. Seri Koala Lobam 60 10 70 78 20 98 7. Bintan Utara 70 - 70 91 - 91 8. Tambelan - - - - - - 9. Mantang - - - - - - 10. Bintan Pesisir 6 - - - - -

Jumlah 826 10 830 1.066 40 1.106 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.18. Volume Produksi Usaha Budidaya Air Tawar (Kolam) di Kabupaten

Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Hasil Produksi (Kg)

2010 2011 1. Bintan Utara 7.000 7.490 2. Teluk Sebong 6.000 6.420 3. Teluk Bintan 5.250 5.617 4. Gunung Kijang 1.000 1.070 5. Bintan Timur 65.750 70.352 6. Tambelan - - 7. Toapaya 44.100 47.187 8. Bintan Pesisir - - 9. Mantang - - 10. Seri Kuala Lobam 21.580 23.090,60

Jumlah 150.680 161.227,60 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.19. Nilai Produksi Usaha Budidaya Air Tawar (Kolam) di Kabupaten

Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Nilai Produksi (Rupiah)

2010 2011

1. Bintan Utara 126.000.000 134.820.000 2. Teluk Sebong 108.000.000 115.560.000 3. Teluk Bintan 94.500.000 101.115.000 4. Gunung Kijang 18.000.000 19.260.000 5. Bintan Timur 1.183.500.000 1.266.345.000 6. Tambelan 0 - 7. Toapaya 793.800.000 849.366.000 8. Bintan Pesisir 0 - 9. Mantang 0 - 10. Seri Kuala Lobam 360.000.000 415.630.800

Jumlah 2.683.800.000,00 2.902.096.800 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 88: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 88

6.8. Penghasilan Rumah Tangga Pembudidaya Ikan

Penghasilan usaha budidaya ikan di Kabupaten Bintan diperoleh dari hasil penjualan

ikan. Penerimaan usaha dan pengeluaran usaha merupakan dua komponen yang

menentukan besarnya pendapatan usaha budidaya ikan. Rata-rata usaha budidaya ikan

berproduksi 3 kali dalam setahun dan dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok.

Hasil perhitungan kemudian dikonversi dalam satuan bulan.

Rata-rata benih ikan lele diperoleh dari hasil pembenihan ikan sendiri skala HSRT

yang menghasilkan 40.000 sampai 60.000 benih per produksi. Harga ikan konsumsi rata-

rata per kilo gram adalah Rp 18.000,00 untuk ikan lele, Rp 25.000 untuk ikan mas, serta

Rp.15.000 sampai Rp.16.000,00 untuk ikan nila dan ikan bawal Rp 17.000 serta gurame

Rp.20.000. Rata-rata kuantitas ikan konsumsi yang dihasilkan berkisar antara 60 kilo

gram sampai 6 kwintal per produksi. Penerimaan usaha budidaya ikan di Kecamatan

Bintan Timur adalah yang terbesar yakni Rp 9.816.628 per Tahun atau dan Rp. 800-900 ribu

perbulan. Sedangkan peneriman usaha yang terkecil adalah sebesar Rp. 50.000 per bulan

terdapat dikecamatan Gunung Kijang . Rata-rata penerimaan usaha dari usaha budidaya

ikan adalah sebesar Rp 4.935.539 pertahun atau Rp.400 ribu lebih per bulan.

Usaha budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya ikan yang memiliki peneriman

terbesar adalah budidaya ikan lele. Jumlah kolam yang digunakan untuk budidaya

sebanyak 10 buah dan dikelola oleh anggota kelompok. Usaha budidaya ikan lele

merupakan usaha utamanya dan sudah dilakukan dari tahun 2008. Penerimaan usaha

budidaya yang kecil disebabkan karena usaha budidaya yang dilakukan hanya sekedar

iseng atau hobi saja dan kolam yang dimiliki tidak terlalu banyak (1-2 buah kolam). Untuk

melihat pendapatan rata-rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel. 6.20. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kabupaten Bintan Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar RTP 629 588

Volume Produksi Rata-rata (Kg) 226.401 161.228 Volume Produksi Rata-rata (Ton) 226 161 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 33.960.195.000 2.902.096.800

Pendapatan rata-rata/perkapita 53.990.771 4.935.539 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 89: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 89

Tabel. 6.21. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kecamatan Bintan Utara Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 8 35 Volume Produksi Rata-rata (Kg) 4.515 7.490 Volume Produksi Rata-rata (Ton) 5 7 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 677.310.000 134.820.000 Pendapatan rata-rata/perkapita 84.663.750 3.852.000

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.22. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di Kecamatan Teluk Sebong Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 40 139 Volume Produksi Rata-rata (Kg) 3.210 6.420 Volume Produksi Rata-rata (Ton) 3 6 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 481.500.000 115.560.000 Pendapatan rata-rata/perkapita 12.037.500 831.367

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.23. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kecamatan Teluk Bintan Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 143 40 Volume Produksi Rata-rata (Kg) 15.023 5.618 Volume Produksi Rata-rata (Ton) 15 6 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 2.253.420.000 101.115.000

Pendapatan rata-rata/perkapita 15.758.182 2.527.875 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.24. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kecamatan Gunung Kijang Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 78 39 Volume Produksi Rata-rata (Kg) 1.070 1.070 Volume Produksi Rata-rata (Ton) 1 1 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 160.500.000 19.260.000 Pendapatan rata-rata/perkapita 2.057.692 493.846

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 90: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 90

Tabel. 6.25. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kecamatan Bintan Timur Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 60 129 Volume Produksi Rata-rata (Kg) 19.891 70.353 Volume Produksi Rata-rata (Ton) 19,89 70,35 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 2.983.695.000 1.266.345.000 Pendapatan rata-rata/perkapita 49.728.250 9.816.628

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.26. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di Kecamatan Tambelan Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 18 - Volume Produksi Rata-rata (Kg) 12.091 - Volume Produksi Rata-rata (Ton) 12,09 - Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 1.813.650.000 - Pendapatan rata-rata/perkapita 100.758.333 -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.27. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kecamatan Tuapaya Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP - 100 Volume Produksi Rata-rata (Kg) - 47.187 Volume Produksi Rata-rata (Ton) - 47,19 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi - 849.366.000

Pendapatan rata-rata/perkapita

8.493.660 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.28. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kecamatan Bintan Pesisir Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 60 - Volume Produksi Rata-rata (Kg) 50.055 - Volume Produksi Rata-rata (Ton) 50,05 - Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 7.508.190.000 - Pendapatan rata-rata/perkapita 125.136.500 -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 91: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 91

Tabel. 6.29. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di

Kecamatan Mantang Tahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 197 - Volume Produksi Rata-rata (Kg) 117.272 - Volume Produksi Rata-rata (Ton) 117,27 - Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 17.590.800.000 - Pendapatan rata-rata/perkapita 89.293.401 -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.30. Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Perikanan Budidaya di Kecamatan Seri Kula LobamTahun 2011

Indikator BD Laut BD Tawar

RTP 25 106 Volume Produksi Rata-rata (Kg) 3.274 23.091 Volume Produksi Rata-rata (Ton) 3,27 23,09 Nilai komoditi 150.000 18.000

Nilai Produksi 491.130.000 415.630.800 Pendapatan rata-rata/perkapita 19.645.200 3.921.045

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.9. Budidaya Rumput Laut

Salah satu isu dan dan faktor penting dalam pengembangan usaha budidaya rumput

laut antara lain adalah bibit. Saat ini di lokasi sentra-sentra produksi rumput laut di

indonesia selalu kelangkaan bibit. Salah satu penyebab kelangkaan ini adalah didasarkan

kepada karakteristik komoditas rumput laut yang bersifat spesifik lokasi dan spesifik

waktu (musim) atau interaksi antara lokasi (kualitas perairan) dengan waktu spesifik

lokasi dan spesifik waktu. Rumput laut spesies Kappaphycus alvarezii memiliki banyak sub-

spesies (varietas) seperti varitas Maumere, Tambalang, Sakol, Kembang dan beberapa varietas

lokal. Demikian pula untuk spesies Euchema spinosum atau E. Edule. Dengan kondisi ini maka

dibutuhkan suatu terobosan baru yaitu pengadaan berbagai jenis rumput laut dalam satu

lokasi yaitu Kebun bibit namun yang sangat perlu diperhatikan faktor kesesuaian kebun

bibit terhadap perairan merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan usaha

budidaya ini. Sampai tahun ini belum ada kajian khusus tentang usaha budidaya rumput

laut di Kabupaten Bintan terutama dalam menunjang program minapolitan.

Page 92: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 92

Tabel. 6.31. Jumlah Produksi Usaha Budidaya Rumput Laut (Kg) di Kabupaten

Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Hasil Produksi (Kg)

2010 2011 1. Bintan Utara - - 2. Teluk Sebong - - 3. Teluk Bintan - - 4. Gunung Kijang - - 5. Bintan Timur - - 6. Tambelan - - 7. Toapaya - - 8. Bintan Pesisir 130.000,00 145.600,00 9. Mantang 105.000,00 114.400,00 10. Seri Kuala Lobam - -

Jumlah 235.000,00 260.000,00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.32. Nilai Produksi Usaha Budidaya Rumput Laut (Rupiah) di Kabupaten

Bintan Tahun 2010-2011

No Kecamatan Nilai Produksi (Rupiah)

2010 2011

1. Bintan Utara - - 2. Teluk Sebong - - 3. Teluk Bintan - - 4. Gunung Kijang - - 5. Bintan Timur - - 6. Tambelan - - 7. Toapaya - - 8. Bintan Pesisir 1.300.000.000,00 1.456.000.000,00 9. Mantang 1.050.000.000,00 1.144.000.000,00 10. Seri Kuala Lobam - -

Jumlah 2.350.000.000,00 2.600.000.000,00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.10. Perizinan

Usaha perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan

penangkapan ikan. Orang atau badan hukum adalah orang atau badan hukum yang

melakukan usaha perikanan tangkap. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk

memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau

cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Kapal

perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan

penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,

pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi

perikanan.

Page 93: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 93

Tabel. 6.33. Jumlah Izin yang dikeluarkan Menurut Kecamatan dan Jenis Izin di Kabupaten

Bintan, Tahun 2010-2011

No Kecamatan Jenis Izin

Jumlah Penangkapan Pengumpulan Pengangkutan Budidaya

1. Bintan Utara 0 3 0 1 4 2. Teluk Sebong 2 1 0 0 3 3. Teluk Bintan 0 0 0 0 0 4. Gunung Kijang 33 1 0 3 37 5. Bintan Timur 137 11 7 6 161 6. Tambelan 16 4 0 0 20 7. Toapaya 2 0 0 0 2 8. Bintan Pesisir 135 2 1 1 139 9. Mantang 39 2 0 2 43 10. Seri Kuala Lobam 1 0 0 0 1

2011 365 24 8 13 410 2010 424 43 15 17 499

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.11. Penyediaan Konsumsi Ikan

Peluang besar dimiliki oleh sektor kelautan dan perikanan untuk menopang

program pembangunan ketahanan pangan, terutama dalam hal pencukupan kebutuhan

protein. Alasan utamanya adalah bahwa ikan merupakan sumber pangan berkandungan

protein tinggi, sedangkan di sisi lain kapasitas produksi sumberdaya perikanan di

Kabupaten Bintan cukup memadai. Diketahui wilayah Kabupaten Bintan memiliki

sumberdaya ikan yang cukup besar untuk ditingkatkan pengelolaannya. Wilayah ini

memiliki potensi perikanan tangkap dilaut lestari sebesar 165.956,85 ton/tahun dengan

tingkat pemanfaatan rata-rata 12,87% setiap tahunnya. Sementara itu potensi lahan

budidaya diperairan umum (sungai dan rawa) hingga kini relatif belum dimanfaatkan.

Keragaan produksi perikanan di Kabupaten Bintan pada tahun 2011 adalah sebesar 40.568

ton yang masih didominasi oleh perikanan tangkap sekitar 39.937 ton dan dari perikanan

budidaya selebihnya sekitar 632 ton. Dengan demikian perikanan budidaya lainnya hanya

memberikan kontribusi yang kecil (1,8%) dari total produksi perikanan di Kabupaten

Bintan. Seluruh produksi perikanan tersebut memiliki potensi penyediaan protein ikan

untuk dikonsumsi penduduk di Kabupaten Bintan.

Berdasarkan statistik perikanan Kabupaten Bintan pada tahun 2011, di estimsi

produksi perikanan tangkap dan budidaya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi protein

ikan sebesar 219 gr/kp/hari, Angka ini telah cukup/lebih setara dengan angka kecukupan

gizi (AKG) yang direkomendasikan oleh Widya Karya Pangan dan Gizi VIII tahun

2004, yaitu asupan protein 57 gram/kapita/hari atau lebih mencapai dari jumlah protein

ikan yang dianjurkan untuk dikonsumsi (9 gr/kap/hari, WNPG 2004). Tingkat kesehatan

masyarakat dapat diukur dari jumlah asupan gizi dan kebutuhan protein ikan perhari

per kapita. Kebutuhan proten ikan seperti didalamnya terdapat asam lemak alpha

omega tiga yang bermanfaat sebagai anti oksidan tubuh maupun sebagai bahan

pembentuk kecerdasan pikir anak merupakan asupan gizi yang sangat bermanfaat, dan

Page 94: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 94

sampai saat ini asam lemak alpha omega tiga hanya terdapat didalam kandungan

miomer ikan.

Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mentargetkan bahwa

konsumsi ikan perkapita Nasional pertahun pada Tahun 2014 adalah sebesar 33.9 kg.

Angka ini kurang lebih setara dengan 13 gram protein/kapita/hari atau 25% dari angka

kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan oleh Widya Karya Pangan dan Gizi

VIII tahun 2004, yaitu asupan protein 57 gram/kapita/hari. Angka 2% tersebut tentu

sangat signifikan mengingat bahwa sejauh ini ikan tidak tercantum dalam daftar

komoditas ketahanan pangan, baik di tingkat nasional maupun regional.

Gambar : Target Tingkat Konsumsi Ikan (kg/kap/thn)

Nasional

Tingkat konsumsi masyarakat Bintan akan ikan relatif tinggi, hal ini dapat

dibuktikan pula dengan semakin tingginya dorongan produktivitas perikanan dan

kelautan di Kabupaten Bintan. Dengan demikian, potensi perikanan dan kelautan yang

sedemikian relatif besar dan dimiliki Bintan dapat termanfaatkan dengan optimal.

Meskipun angka kecukupan ikan tersebut cukup baik diduga masih terdapat produk

perikanan yang belum terdistribusikan secara merata disebabkan keterjangkauan

masyarakat untuk mengkonsumsi ikan masih dipengaruh oleh tingkatan kesejahteraannya.

Hal ini dapat dibuktikan masih terdapatnya jumlah masyarakat miskin didaerah ini yang

ditandai pula oleh adanya bayi yang memiliki gizi kurang yang diduga salah satunya

disebabkan kurangnya asupan protein hewani ikan. Tingkat konsumsi makan ikan yang

kecil akan berpengaruh terhadap keberlangsungan industri pengolahan ikan dan

kesejahteraan nelayan.

Page 95: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 95

Tabel. 6.34. Jumlah Pasokan Ikan Terhadap Kebutuhan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bintan

Tahun 2010 s.d 2015

Tahun Jumlah

Penduduk

Kebutuhan Konsumsi Ikan

(kg/kap./th)

Kebutuhan Konsumsi Ikan

(gr/kap./hr)

Pasokan Ikan Konsumsi

(ton) 2010 142.300 30,14 82,58 4.289,05 2011 149.554 * 54,25 148,64 8.113,66 2012 152.545 * 53,72 147,18 8.194,80 2013 155.596 * 53,19 145,74 8.276,74 2014 158.708 * 52,67 144,31 8.359,51 2015 161.882 * 52,16 142,89 8.443,11

Sumber : Data diolah, Tahun 2012 Keterangan : (*) Proyeksi Angka Pertumbuhan Penduduk 2% Produksi Perikanan/tahun 1%

6.12. Nilai Tukar Nelayan

Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan, yang digunakan untuk

mempertimbangkan penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga

nelayan maupun pembudidaya ikan. Selain itu, juga digunakan untuk mengukur tingkat

kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan

keluarga nelayan dan pembudidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan subsistemnya.

Nilai Tukar Nelayan merupakan indikator yang berguna untuk mengukur tingkat

kesejahteraan nelayan. NTN indikator yang mengukur kemampuan tukar produk

(komoditas) yang dihasilkan/ dijual nelayan terhadap produk yang dibutuhkan, baik

untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi. Jika NTN lebih besar dari 100

maka dapat diartikan kemampuan daya beli nelayan periode tersebut relatif lebih baik

dibandingkan dengan periode tahun dasar sebaliknya jika NTN lebih kecil atau

dibawah 100 berarti terjadi penurunan daya beli nelayan (BPS, 2009). NTN diatas 100

dapat juga disimpulkan bahwa nelayan lebih dapat menyimpan hasil pendapatan yang

diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan setelah digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-harinya.

Gambar : Nilai Tukar Nelayan Bulan Januari-Desember

Page 96: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 96

Dari gambar tersebut terlihat NTN sangat berfluktuatif. Nilai NTN terendah

terjadi pada bulan Januari dan Juli, sedangkan tertinggi terjadi pada bulan September

dan Oktober. Berfluktuatifnya nilai NTN dapat menggambarkan ketidakstabilan

pendapatan/daya beli nelayan. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena profesi

nelayan sangat bergantung juga pada musim.

6.13. Pengolahan Ikan

Potensi dan pemanfaatan hasil perikanan tradisional melalui teknologi pengeringan

dan pengasinan di Kabupaten Bintan terbesar berada terpusat pada daerah Kijang, Sei

Kawal-Gunung Kijang, dan Tambelan. Adanya permintaan (demand) terhadap produk

perikanan dengan segala kendalanya, memberikan peluang untuk pengembangan produk

perikanan di Kabupaten Bintan. Namun demikian masih diperlukan dukungan

sumberdaya dan teknologi produksinya. Sebagai wilayah dengan kekayaan sumberdaya

hayati yang relatif besar, alternatif komoditas perikanan sangat banyak jenisnya. Pada

tahun 2011 aktivitas pengolahan perikanan di Kabupaten Bintan digeluti oleh 1.918 RTP

dan memiliki pekerja sebanyak 757 RTP untuk usaha perorangan dan sebanyak 628 orang

untuk usaha kelompok. Unit Pengolahan Ikan tersebar hampir di setiap desa dan

kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan dan telah memproduksi hasil olahan perikanan

sebanyak 579 Kg/hari yang dikelola sebanyak 95 UPI pada 87 kelompok dan sebanyak 1.813

Kg/hari yang dikelola sebanyak 596 UPI pada 533 usaha perorangan.

Tabel. 6.35. Jumlah Rumah Tangga Perikanan yang Melakukan Kegiatan Pengolahan Ikan di

Kabupaten Bintan Tahun 2010-2011

No. Kecamatan

Uraian Pengolah

Jumlah RTP Jumlah Pemilik

Jumlah Tenaga Kerja (Perorangan)

Jumlah Tenaga Kerja

(KUBE) 1. Bintan Timur 13 73 35 121 2. Gunung Kijang 82 223 215 520 3. Teluk Bintan 46 25 58 129 4. Toapaya 0 0 0 0 5. Teluk Sebong 56 74 0 130 6. Seri Koala Lobam 0 0 0 0 7. Bintan Utara 4 9 69 82 8. Tambelan 146 150 54 350 9. Mantang 160 174 85 419 10. Bintan Pesisir 26 29 112 167

2011 533 757 628 1.918 2010 520 739 613 1.872

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 97: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 97

Tabel. 6.36. Keragaan Industri Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan Berdasarkan Status dan

Kondisi Kelayakan Pengolahan di Kabupaten Bintan Tahun 2011

No. Kecamatan

Kelompok

Jumlah KUBE

UPI Jenis

Usaha

Izin

Serti- fikat

Vol/ Hari (Kg/ unit)

Tenaga Kerja

Pasar

1. Bintan Timur 4 4 4 1 1 150 35 Lokal 2. Gunung Kijang 23 27 5 14 14 90 215 Lokal 3. Teluk Bintan 7 7 2 0 0 81 58 Lokal 4. Toapaya 0 0 0 0 0 0 0 - 5. Teluk Sebong 0 0 0 0 0 0 0 - 6. Seri Koala Lobam 0 0 0 0 0 0 0 - 7. Bintan Utara 8 8 5 0 0 40 69 Lokal 8. Tambelan 23 23 4 0 0 69 54 Lokal 9. Mantang 8 14 4 0 0 40 85 Lokal 10. Bintan Pesisir 14 12 2 5 5 109 112 Lokal

Jumlah 87 95 26 20 20 579 628 Lokal Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.37. Keragaan Industri Perorangan Pengolahan Hasil Perikanan Berdasarkan Status dan

Kondisi Kelayakan Pengolahan di Kabupaten Bintan Tahun 2011

No. Kecamatan

Perorangan

Jumlah Pemilik

UPI Jenis

Usaha Izin

Serti-fikat

Vol/ Hari (Kg/ unit)

Tenaga Kerja

Pasar

1. Bintan Timur 13 13 5 1 1 243 73 Lokal 2. Gunung Kijang 82 122 5 2 2 440 223 Lokal 3. Teluk Bintan 46 46 1 0 0 140 25 Lokal 4. Toapaya 0 0 0 0 0 0 0 - 5. Teluk Sebong 56 56 2 1 1 84 74 Lokal 6. Seri Koala Lobam 0 0 0 0 0 0 0 - 7. Bintan Utara 4 4 1 0 0 45 9 Lokal 8. Tambelan 146 146 2 0 0 267 150 Lokal 9. Mantang 160 181 9 0 0 527 174 Lokal 10. Bintan Pesisir 26 28 3 0 0 67 29 Lokal

Jumlah 533 596 28 4 4 1.813 757 Lokal Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Dalam upaya memaksimalkan hasil perikanan dan memberikan nilai ekonomis yang

lebih tinggi maka diperlukan pengolahan hasil perikanan untuk memperoleh produk

berkualitas sehingga memberikan kemudahan dalam pemasaran hasil produk perikanan.

Hasil produk pengolahan yang saat ini diminati di Bintan dan cukup dikenal daerah lain

adalah hasil pengolahan ikan bilis/teri, ikan asin, ikan kering, ikan asap, bakso, dodol,

manisan, kerupuk, abon, rajungan, otak-tak, presto, filet pari dan filet hiu. Produk ikan

teri memiliki prospek pasar yang cukup baik. Pada tahun 2011 volume produksi ikan teri

sebesar 347,4 ton atau 49,17%. Umumnya usaha pengolahan ikan ini bersifat musiman

berdasarkan kelimpahan bahan baku dari jenis usaha yang dikembangkan. Produk ikan

Page 98: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 98

teri memiliki prospek pasar yang cukup baik. Pada tahun 2011 volume produksi ikan teri

sebesar 347,4 ton atau 49,17%. Umumnya usaha pengolahan ikan ini bersifat musiman

berdasarkan kelimpahan bahan baku dari jenis usaha yang dikembangkan.

Tabel. 6.38. Jumlah UPI yang Menghasilkan Produk olahan Perikanan di Kabupaten Bintan,

Tahun 2011

No Jenis Komoditi Jumlah Unit Pengolahan Jumlah

seluruhnya Persentase

Kelompok Perorangan 1. Ikan Teri 2 165 167 26,47 2. Ikan Asin 104 104 16,48 3. Ikan tamban Kering 5 5 0,79 4. Teripang 10 10 1,58 5. Tamban Kukus 16 16 2,54 6. Es Rumput Laut 2 2 0,32 7. Agar-Agar Rumput Laut 2 2 0,32 8. Kerupuk Rumput Laut 1 1 0,16 9. Kerupuk Atom 1 2 3 0,48 10. Ikan Asap 0 0,00 11. Baso 1 3 4 0,63 12. Dodol 2 2 0,32 13. Manisan Rumput Laut 1 1 0,16 14. Pindang Ikan Bandeng' 1 1 0,16 15. Kerupuk Ikan' 53 224 277 43,90 16. Abon 9 2 11 1,74 17. Ranjungan 3 5 8 1,27 18. Otak-otak 2 15 17 2,69

Jumlah 95 596 691 100,00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.39. Volume Produksi Olahan Hasil Perikanan Tahun 2010-2011

No Jenis Komoditi Jumlah Produksi Pengolahan Ikan

(Ton) Kenaikan

(Ton) 2010 2011

1. Ikan Teri 345,71 347,4 1,69 2. Ikan Asin 94,93 79,8 -15,13 3. Ikan Kering 31,1 38,8 7,7 4. Teripang - 2,48 2,48 5. Tamban Kukus - 3,21 3,21 6. Es Rumput Laut - 0,26 0,26 7. Kerupuk Atom - 2,11 2,11 8. Ikan Asap 4,01 - -4,01 9. Baso 29,1 94,2 65,1 10. Dodol 0,04 0,3 0,26 11. Manisan Rumput Laut 0,04 0,29 0,25 12. Kerupuk 47,33 94,2 46,87 13. Abon 1 0,99 -0,01 14. Ranjungan 29,94 27,4 -2,54 15. Otak-otak 9,84 14,95 5,11 Jumlah 593,04 706,39 113,35

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 99: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 99

Berdasarkan status badan hukum yang dimiliki, semua unit pengolahan ikan

memiliki badan hukum lain atau tidak berbadan hukum. Adapun perizinan yang diperoleh,

untuk unit pengolahan ikan semua berasal dari instansi lain, seperti kantor Kecamatan.

Berdasarkan jenis dan jumlah unit pengolahan ikan, sebagian besar Kabupaten Bintan

memiliki klasifikasi usaha pengolahan mikro. Unit usaha tersebut adalah pembuatan

kerupuk ikan sebanyak 277 unit, ikan teri 167 unit, ikan asin 104 unit. Secara teknologi

pengolahan ikan yang digunakan sebagian besar masih manual, sedangkan untuk

kepemilikan sertifikasi pengolahan ikan hampir semua belum bersertifikat.

Ikan Teri

Pengolahan ikan teri yang dilakukan merupakan kegiatan produksi dari pemilik

kelong yang mempekerjakan tenaga kerja lain. Masing-masing kelong dilakukan oleh

sebanyak 5 orang. Alat yang digunakan untuk menangkap ikan teri hidup adalah pukat

bilis. Pekerja ini yang selanjutnya dapat merangkap menjadi nelayan pengolah. Sistem

pengupahan dilakukan dengan cara bagi hasil, dimana pemilik mendapat bahagian 60 %

dan pekerja 40 % dari hasil penjualan ikan teri kering. Ikan teri hasil tangkapan direbus

yang kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Penjemuran menggunakan kajang

(terbuat dari daun pandan berduri) yang dibentangkan di atas tanah/pasir. Penjemuran

dilakukan selama 1 hari/jika cuaca panas. Ikan teri dijual kepada tauke dengan harga

bervariasi sesuai dengan ukuran. Ikan teri halus dijual dengan harga Rp. 50.000/kg, ukuran

sedang Rp. 35.000/kg dan ikan teri berukuran kasar dihargai Rp. 20.000/kg.

Ikan Tamban

Proses pembuatan ikan tamban sangat sederhana, yaitu dengan membelah ikan

tamban kemudian diletakkan di para-para untuk dikeringkan dengan menggunakan

cahaya matahari. Untuk menjadikan 1 kg ikan tamban belah kering, dibutuhkan 7-8 kg

ikan tamban basah. Secara finansial untuk menghasilkan 1 kg ikan tamban belah kering

dibutuhkan biaya Rp. 14.000-Rp. 16.000. Sementara harga ikan tamban belah kering dijual

kepada tauke di desa dengan harga Rp. 35.000/kg, dengan demikian pengolah telah

mendapatkan pertambahan nilai sebesar Rp. 19.000-Rp. 21.000/kg.

Sebagaimana kita ketahui bahwa ikan tamban sebagai ikan pelagis yang beruaya,

keberadaan sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan perairan. Terjadinya penurunan

kualitas perairan, ikan tamban tidak akan datang kesuatu wilayah dan bermigrasi ke

tempat lain dimana kondisi lingkungannya masih baik. Oleh karena itu untuk

mengembangkan komoditi unggulan ikan tamban belah, tidak saja dibutuhkan kebijakan

untuk meningkatkan nilai tambah; namun yang lebih penting harus ada berbagai program

yang bertujuan untuk penyelamatan lingkungan.

Page 100: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 100

Tabel. 6.40. Jumlah Kelembagaan Nelayan Menurut Kecamatan dan Jenis Lembaga di

Kabupaten Bintan Tahun 2011

No Kecamatan Jenis Lembaga (Ton)

Kelompok KUD Jumlah Anggota Jumlah Anggota

1 Bintan Utara 34 259 3 76 2 Teluk Sebong 43 390 2 134 3 Teluk Bintan 13 115 1 30 4 Gunung Kijang 33 273 1 214 5 Bintan Timur 21 180 2 91 6 Tambelan 23 87 1 230 7 Toapaya 10 85 0 0 8 Bintan Pesisir 21 189 0 0 9 Mantang 27 208 0 0 10 Seri Kuala Lobam 36 339 0 0

Jumlah 288 2.333 10 775 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

6.14. Eksport Hasil Perikanan

Tahun 2011 total produksi perdagangan perikanan eksport maupun antar pulau

meningkat menjadi 7.354,99 ton senilai Rp.68.212.186.250 yang sebagian besar telah

diekspor sebesar 7.347,10 ton atau 99,89% dan perdagangan antar pulau sebesar 5,1 ton

(0,07%). Meskipun volume eksport mengalami kenaikan namun tidak mempengaruhi nilai

produksi. Kondisi ini disebabkan jenis ikan yang diperdagangkan keluar negeri memiliki

nilai ekspor yang relatif rendah seperti produk ikan bilis, ikan asin, ikan jahan dan ikan

pari. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan volume perdangan yang disertai

dengan meningkatnya jenis komoditi perdagangan ikan yang memiliki nilai ekonomis

seperti jenis ikan hidup (kerapu, merah) dan segar (tenggiri dan lain-lain).

Wilayah produsen terbesar hasil perikanan, yaitu di Kecamatan Bintan Timur,

memperlihatkan bahwa produk perikanan yang diperdagangkan meliputi ikan hidup dan

lobster 0,05% atau 3,19 ton seluruhnya dieksport, serta ikan segar 5.168 ton (80,03%)

untuk dieksport dan untuk diperdagangkan antar pulau sebesar 1.050 ton (47,49%) yang

meliputi kembung, tenggiri, tongkol, tenggiri, pari, manyung/jahan, ikan karang, bulat dan

kakap merah. Kedua kelompok ikan hidup dan segar sudah merupakan komoditas ekspor

terbesar Kabupaten Bintan. Terdapat pula ikan asin dan teri/bilis asin (0,40%), sirip hiu

(4,07%), ikan patin beku dan gabus air tawar yang diperdagangkan keluar negeri/eksport.

Tujuan pasar ekspor produk perikanan adalah Singapura (88,6%) dan Malaysia (13,4%),

sedangkan untuk perdagangan antar daerah dan antar pulau, tujuannya adalah Batam

(40,4%), Tanjung Balai Karimun, Tembilahan, Pontianak (58,2%), dan Jakarta (0,1%).

Page 101: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 101

Tabel. 6.41. Volume dan Nilai Eksport dan Perdagangan Antar Pulau Produk Perikanan Berdasarkan SKA

Gunung Kijang Tahun 2011 (Kg/Rupiah)

No Bulan Eksport Antar Pulau Jumlah

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

1 Januari 8.860 152.590.000 - - 8.860 152.590.000

2 Februari 18.240 200.450.000 - - 18.240 200.450.000

3 Maret 19.940 124.282.000 208 6.850.000 20.148 131.132.000

4 April 89.265 455.210.000 - - 89.265 455.210.000

5 Mei 51.270 375.550.000 - - 51.270 375.550.000

6 Juni 27.260 229.950.000

27.260 229.950.000

7 Juli 10.760 2.440.200.000 - - 10.760 2.440.200.000

8 Agustus 8.485 91.300.000 - - 8.485 91.300.000

9 September 5.480 74.690.000 90 3.900.000 5.570 78.590.000

10 Oktober 24.895 1.199.500.000 2.600 15.600.000 27.495 215,150,000

11 November 25.385 212.100.000 - - 25.385 212.100.000

12 Desember 289.840 4.144.222.000 150 3.250.000 292.738 4.147.472.000

Jumlah 579.680 9.700.044.000 3.048 29.600.000 585.476 8.514.544.000

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.42. Volume dan Nilai Eksport dan Perdagangan Antar Pulau Produk Perikanan Berdasarkan SKA

Bintan Timur Tahun 2011 (Kg/Rupiah)

No Bulan

Eksport Antar Pulau Jumlah

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

1 Januari 207.710 1.514.650.000 104,750 733.250.000 207.815 2.247.900.000

2. Februari 230.610 1.556.250,000 99,020 806.000,000 230.709 2.362.250

3 Maret 312.700 2.773.520.000 109,700 731.900.000 312.810 3.505.420.000

4 April 986.725 3.202.890.000 114,900 916.800.000 986.840 4.119.690.000

5 Mei 419.380 3.276.170.000 153,725 2.532.075.000 419.534 5.808.245.000

6 Juni 286.866 2.049.600.000 100,500 683.500.000 286.967 2.733.100.000

7 Juli 232.760 1.947.390.000 455,160 12.273.420.000 233.215 14.220.810.000

8 Agustus 254.730 1.998.450.000 226,959 4.298.265.000 254.957 6.296.715.000

9 September 288.350 998.100.000 206,940 5.404.500.000 288.557 6.402.600.000

10 Oktober 2.781.511 1.997.050.000 1,367,884 809.900.000 2.781.511 2.806.950.000

11 November 509.540 1.775.250.000 274,270 1.521.150.000 509.814 3.296.400.000

12 Desember 256.540 2.832.800.000 255,150 5.424.650.000 256.795 8.257.450.000

Jumlah 6.767.422 24.367.426.250 2.101,074 35.330.216.000 6.769.523 59.697.642.250 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 102: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 102

Tabel. 6.43. Total Volume dan Nilai Eksport dan Perdagangan Antar Pulau Produk Perikanan di Kabupaten

Bintan Tahun 2011 (Kg/Rupiah)

No Bulan Eksport Antar Pulau Jumlah

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

1 Januari 216.570 1.667.240.000 104,750 733.250.000 216.675 2.400.490.000

2 Februari 248.850 202.006.250 99,020 806.000 248.949 202.812.250

3 Maret 332.640 2.897.802.000 317,700 738.750.000 332.958 3.636.552.000

4 April 1.075.990 3.658.100.000 114,900 916.800.000 1.076.105 4.574.900.000

5 Mei 470.650 3.651.720.000 153,725 2.532.075.000 470.804 6.183.795.000

6 Juni 314.126 2.279.550.000 100,500 683.500.000 314.227 2.963.050.000

7 Juli 243.520 4.387.590.000 455,160 12.273.420.000 243.975 16.661.010.000

8 Agustus 263.215 2.089.750.000 226,959 4.298.265.000 263.442 6.388.015.000

9 September 293.830 1.072.790.000 296,940 5.408.400.000 294.127 6.481.190.000

10 Oktober 2.806.406 3.196.550.000 2.600,000 825.500.000 2.809.006 2.806.950.000

11 November 534.925 1.987.350.000 274,270 1.521.150.000 535.199 3.508.500.000

12 Desember 546.380 6.977.022.000 405,150 5.427.900.000 549.533 12.404.922.000

Jumlah 7.347.102 34.067.470.250 5.149,074 35.359.816.000 7.354.999 68.212.186.250

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.44 Jenis Produk Perikanan Olahan dan Segar yang diperdagangkan di Kabupaten Bintan Tahun

2011

No Komoditi Volume Perdagangan (Ton)

Persentase Eksport Antar Pulau

1. Ikan segar 5.431 1.050 84,10 2. Lobster 3,19 - 0,05 3. Ikan Hidup 17,94 - 0,28 4. Bilis Kering 25,99 - 0,40 5. Sirip Hiu 262,86 - 4,07

Jumlah 5.741 1.050 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 103: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 103

6.15. Alokasi Anggaran Urusan Kelautan dan Perikanan

Tabel. 6.45. Alokasi Anggaran Belanja Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2009-2012

No. Tahun Anggaran

(Rp) Total Belanja APBD

(Rp) Persentase

1. 2009 11,923,059,157 714,771,304,147 1,67 2. 2010 10,801,637,870 594,744,492,611.84 1,82 3. 2011 14,871,233,946 848,661,657,220.00 1,75 4. 2012 14.932.718.791

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.46 Realisasi Pendapatan Daerah Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2009-2011

No. Tahun Realisasi Pendapatan

(Rp) Total Pendapatan

(Rp)

1. 2009 197,165,000 605,182,819,152.64

2. 2010 39,863,350 667,540,043,410.10

3. 2011 - 722,215,296,347.45

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.47. Dana Alokasi Khusus (DAK) Murni Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

No Tahun DAK Murni

Tangkap (Rp)

Budidaya (Rp)

Penyuluh (Rp)

Statistik (Rp)

Sarpras (Rp)

1. 2009 1.077.912.500 756.000.000 - - -

2. 2010 3.384.801.000 - - - 1.344.299.000

3. 2011 5.220.000.000 780.000.000 49.700.000 - -

4. 2012 3.625.670.000 1.030.000.000 44.050.000 55.150.000 -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Tabel. 6.48. Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bintan Tahun 2009-2012

No Tahun Tugas Pembantuan

Tangkap (Rp)

Budidaya (Rp)

KP3K (Rp)

Minapolitan (Rp)

P2HP (Rp)

1. 2009 - - 7.925.400.000 - 1.057.300.000

2. 2010 1.500.000.000 803.685.000 4.613.000.000 - 300.000.000

3. 2011 1.000.000.000 5.000.000.000 385.000.000 - 721.441.000

4. 2012 - - - 2.000.000.000 3.325.000.000

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2012

Page 104: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 104

Bab.7 Rencana Stratejik

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

Rencana strategis (Renstra) SKPD merupakan produk perencanaan

pembangunan daerah yang menjadi acuan bagi dinas Kelautan dan Perikanan dan

pelaksanaan tugas pelayanan publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan

masyarajat. Perencanaan strategis adalah pendekatan dan cara untuk mencapai tujuan;

mengarahkan pengambilan keputusan serta tindakan di berbagai peringkat organisasi;

sifatnya garis besar, medium to long range, menghubungkan sumber daya dan dana dengan

tujuan yang ingin dicapai.

Perencanaan strategis perlu melibatkan para pemangku kepentingan untuk

memastikan terdapatnya perspektif yang menyeluruh atas isu yang dihadapi; pemikiran

dan analisis yang mendalam dan comprehensive dalam perumusan strategi; mereview

mana strategi yang berhasil dan tidak; dan di antara strategi yang tersedia tidak saling

bertentangan, namun saling melengkapi. Perencanaan strategis menetapkan arah dan

tujuan kemana pelayanan SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan

dikembangkan; apa yang hendak dicapai pada masa lima tahun mendatang; bagaimana

mencapainya, dan langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan

tercapai.

Karena penyusunan dokumen rencana strategis SKPD sangat terkait dengan visi

dan misi Kepala Daerah Terpilih dan RPJMD, maka proses penyusunan rencana

strategis SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan sangat

ditentukan oleh kemampuan SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

untuk menerjemahkan, mengoperasionalkan, dan mengimplementasikan visi, misi dan

Page 105: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 105

agenda KDH, tujuan, strategi, kebijakan, dan capaian program RPJMD ke dalam

penyusunan rencana strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan sesuai

tupoksinya. Kinerja penyelenggaraan urusan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Bintan akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah dan KDH selama masa

kepemimpinannya.

7.1. Maksud dan Tujuan

Secara umum maksud penyusunan rencana strategis Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Bintan adalah untuk mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan

misi KDH Terpilih dan RPJMD, kemudian menerjemahkan secara strategis, sistematis,

dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Bintan serta tolok ukur pencapaiannya. Rencana strategis

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan memiliki Tujuan diantaranya;

a. Merumuskan tujuan dan sasaran pembangunan yang realistis, konsisten dengan

visi, misi, dan tupoksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan dan dalam

kerangka waktu sesuai kapasitas Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

dalam implementasinya.

b. Menterjemahkan arah dan kebijakan pemerintah daerah terkait perkembangan

pelayanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan agar lebih dipahami

dan bermanfaat bagi masyarakat;

c. Membangun rasa kepemilikan dari masyarakat terhadap rencana yang disusun

oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan .

d. Memastikan bahwa sumber daya dan dana daerah diarahkan untuk menangani isu

strategis yang menjadi prioritas pelayanan SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bintan.

e. Menyediakan dasar (benchmark) untuk mengukur sejauh mana kemajuan untuk

mencapai tujuan dan mengembangkan mekanisme untuk menginformasikan

perubahan apabila diperlukan.

f. Mengembangkan kesepakatan untuk memadukan semua sumber daya dalam

mencapai tujuan.

g. Merumuskan fokus, strategi dan langkah-langkah yang jelas untuk mencapai

tujuan.

h. Membantu dalam melakukan evaluasi kinerja SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bintan.

7.2. Isu-isu Strategis

Penentuan isu strategis dalam rencana strategis pembangunan kelautan dan

perikanan Kabupaten Bintan diharapkan dapat berdampak adanya pemerataan akibat

peningkatan kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat perikanan, melalui

pengelolaan, pengendalian dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang

terintegrasi.

Page 106: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 106

Isu strategis pemberdayaan ekonomi, menciptakan program peningkatan

perekonomian masyarakat pesisir, berdampak tercipta peluang dan kesempatan lapangan

kerja melalui diversifikasi jenis usaha, sehingga diharapkan kemandirian usaha dan gairah

usaha yang dapat mengikis ketergantungan kepada pemerintah dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Pengendalian dan kelestarian sumberdaya kelautan dan

perikanan berdampak kepada pemanfaatan sumberdaya dapat dilakukan secara

keberlanjutan, sehingga dapat mendukung kemandirian usaha melalui diversifikasi usaha

perikanan. Revitalisasi perikanan, Pengembangan sumberdaya manusia dan penguatan

kelembagaan usaha serta pengembangan kawasan merupakan isu strategis dalam upaya

memoderenisasi usaha perikanan untuk menjawab tantangan pasar global yang kompetitif,

sehingga berdampak pada peningkatan skala usaha kecil dan menengah menjadi industri

perikanan.

7.3. Faktor Kunci Keberhasilan

7.3.1. Faktor Internal

7.3.1.1. Kekuatan (Strenght)

a. Adanya potensi dan keragaman SD perikanan dan luasnya areal penangkapan

ikan.

b. Adanya kelembagaan formal yang mendukung.

c. Legislasi dan regulasi kelautan dan perikanan.

d. Adanya kawasan lindung dan konservasi.

e. Adanya Rumah Tangga Perikanan.

f. Tersedianya bahan baku olahan untuk konsumsi lokal.

7.3.1.2. Kelemahan (Weekness)

a. Rendahnya kuantitas dan kualitas SDM Perikanan.

b. Pengembangan perikanan yang belum optimal dan terpadu

c. Lemahnya kemitraan, koordinasi dan komunikasi antar lembaga.

d. Rendahnya pengawasan dan penegakan hukum.

e. Rendahnya pemasaran dan akses pasar.

f. Rendahnya sarana dan prasarana perikanan.

7.3.2. Faktor Eksternal

7.3.2.1. Peluang (Opportunity)

a. Berkembangnya paradigma nasional tentang budidaya perikanan.

b. Berkembangnya paradigma tentang konservasi.

c. Adanya perkembangan teknologi perikanan.

d. Adanya program kegiatan perikanan pusat.

e. Meningkatnya konsumsi ikan.

f. Tingginya potensi pasar Nasional dan Internasional.

7.3.2.2. Ancaman (Treats)

a. Adanya illegal fishing.

b. Degradasi lingkungan Sumber Daya Ikan.

c. Menurunnya kualitas lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan.

Page 107: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 107

d. Adanya fenomena pemanasan global.

e. Belum terkendalinya masalah lingkungan dan penyakit.

f. Terjadinya fluktuasi harga produk perikanan yang dihasilkan.

7.4. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi

Pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

tiga pilar pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job

(penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Pembangunan kelautan

dan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini telah membawa hasil yang cukup

menggembirakan. Namun demikian, perubahan tatanan global serta nasional yang

berkembang dinamis menuntut percepatan pembangunan kelautan dan perikanan di

Kabupaten Bintan secara nyata untuk mampu menyesuaikan dan memenuhi tantangan

lingkungan strategis yang bergerak cepat tersebut.

Munculnya kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumberdaya

kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan, sebagaimana

terimplementasi dalam Peraturan Bupati Bintan Nomor : 46 Tahun 2011 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bintan Tahun

2010-2015 yang salah satu misinya menyatakan : Mewujudkan pembangunan

perekonomian daerah yang berbasis pada pengembangan sumberdaya kelautan

dan perikanan. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan misi

tersebut adalah dengan (1) Pembentukan iklim yang kondusif bagi penanaman modal

untuk kegiatan pembangunan di wilayah Kabupaten Bintan sesuai dengan potensi

sumberdaya alam dan manusia serta pola tata ruang daerah dan mendorong

perkembangannya agar lebih efisien dan mampu bersaing; (2) Pengembangan kawasan

minapolitan dengan memanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan secara

optimal, adil dan berkelanjutan melalui pengembangan sarana dan prasarana penunjang

minapolitan. (3) Peningkatan produksi dan produktivitas serta nilai tambah sektor

kelautan dan perikanan. (4) Peningkatan kapasitas pelayanan dan pengelolaan

perkantoran.

Oleh karena itu, sesuai dengan fungsi pembangunan kelautan dan perikanan di

bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan diarahkan untuk mengoptimalkan segenap

potensi yang ada dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis pembangunan

kelautan dan perikanan Kabupaten Bintan tahun 2011-2015 ditetapkan sebagai berikut :

7.4.1. Visi

Terwujudnya masyarakat kelautan dan perikanan Kabupaten Bintan yang tangguh dan

sejahtera.

Page 108: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 108

7.4.2. Misi

Untuk mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut maka

ditempuh melalui misi sebagai berikut :

a. Meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah pesisir.

b. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan perikanan tangkap dan

budidaya.

c. Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan sumberdaya kelautan.

d. Meningkatkan peran penyuluhan dan daya saing usaha perikanan

7.4.3. Tujuan

Tujuan strategis pembangunan kelautan dan perikanan Kabupaten Bintan

tahun 2011-2015 adalah:

a. Memperkuat kelembagaan dan Sumber Daya Manusia secara terintegrasi.

b. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.

c. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan.

d. Memperluas akses pasar domestik dan Internasional.

7.4.4. Sasaran Strategis

Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2011-2014

berdasarkan tujuan yang akan dicapai adalah:

1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara terintegrasi :

Pengembangan SDM di bidang kelautan dan perikanan memiliki peranan

strategis dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan

perikanan dan dilaksanakan melalui bidang pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan. Pengembangan SDM kelautan dan perikanan melalui bidang

pelatihan diselenggarakan dalam bentuk pelatihan bagi masyarakat (non

aparatur) dan aparatur (pusat dan daerah). Pelatihan bagi masyarakat

ditujukan untuk nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan, dan masyarakat

perikanan yang meliputi teknik penangkapan ikan, pelatihan pengolahan

dan mutu, serta pemasaran dan manajemen usaha. Sedangkan pelatihan

bagi aparatur antara lain pelatihan teknis aparatur, pelatihan struktural

aparatur, dan pelatihan prajabatan. Pengembangan SDM kelautan dan

perikanan melalui bidang penyuluhan diarahkan pengembangan keahlian

dan keberpihakan kepada nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah ikan,

serta meningkatkan citra penyuluhan. Jumlah penyuluh perikanan hanya

sebanyak 1 orang untuk menangani seluruh kecamatan, pada tahun 2011

DKP telah memberikan biaya operasional bagi Unit Pelaksana Teknis

(UPT) perikanan bagi 6 UPT.

a. Peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan sesuai

kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan

secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah.

Page 109: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 109

b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan

terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini

dan akurat.

c. SDM kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.

2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara berkelanjutan:

a. Sumber daya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan

berkelanjutan.

b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola

secara berkelanjutan.

c. Pulau–pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi.

d. Bintan bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan

yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.

3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing berbasis pengetahuan:

a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan

dengan usaha yang bankable.

b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas

unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan

mutu terjamin.

c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi

kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara

terintegrasi.

4. Memperluas akses pasar domestik dan Internasional :

a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil

perikanan.

b. Bintan menjadi market leader di Propinsi Kepulauan Riau dan tujuan

utama investasi di bidang kelautan dan perikanan.

7.4.5. Arah Kebijakan dan Strategi

Terkait dengan pengarusutamaan dan lintas bidang, pembangunan kelautan dan

perikanan Bintan akan mendukung 3 pilar pembangunan berkelanjutan, yakni:

(1) ekonomi, dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan

konstribusi kelautan dan perikanan pada PDRB Kabupaten Bintan, dan dampak

ekonomi melalui peningkatan kesejahteraan; (2) sosial, tingkat partisipasi

masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marjinal/ minoritas

(kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat,

serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3)

lingkungan hidup, dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta

ekosistem dan keanekaragaman hayati. Arah kebijakan Kementerian Kelautan

dan Perikanan dalam mendukung kebijakan RPJMD dalam 5 tahun ke depan

tersebut adalah :

Page 110: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 110

1. Pro poor

Pendekatan Pro-poor dilakukan melalui pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha kelautan dan perikanan.

2. Pro job

Pendekatan Pro-job dilakukan melalui optimalisasi potensi perikanan budidaya yang belum tergarap untuk menurunkan tingkat pengangguran. Usaha membuka lapangan kerja diiringi dengan dukungan pengembangan modal dan kepastian berusaha.

3. Pro growth

Pendekatan pro-growth dilakukan untuk mewujudkan pertumbuhan sektor kelutan dan perikanan sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional melalui transformasi pelaku ekonomi kelautan dan perikanan, dari pelaku ekonomi subsisten menjadi pelaku usaha modern, melalui berbagai dukungan pengembangan infrastruktur, industrialisasi dan modernisasi

4. Pro sustainability

Pendekatan pro-sustainability dilakukan melalui upaya pemulihan dan pelestarian lingkungan perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil, serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Strategi yang dilakukan untuk melaksanakan keempat arah kebijakan di atas

dilakukan melalui :

a. Mengembangkan kawasan minapolitan dan meningkatkan produktifitas

sektor kelautan perikanan.

Minapolitan merupakan upaya percepatan pengembangan pembangunan

kelautan dan perikanan di sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki

potensi untuk dikembangkan dalam rangka mendukung visi dan misi Dinas

Kelautan dan Perikanan.

Pengembangan minapolitan bertujuan untuk (i) meningkatkan produksi

perikanan, produktivitas usaha, dan meningkatkan kualitas produk

kelautan dan perikanan, (ii) meningkatkan pendapatan nelayan,

pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan merata, serta (iii)

mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi perikanan sebagai penggerak

ekonomi rakyat. Adapun sasaran pengembangan minapolitan adalah sebagai

berikut (i) ekonomi rumah tangga masyarakat kelautan dan perikanan skala

kecil makin kuat, (ii) usaha kelautan dan perikanan kelas menengah ke atas

makin bertambah dan berdaya saing tinggi, serta (iii) sektor kelautan dan

perikanan menjadi penggerak ekonomi Bintan. Pendekatan pengembangan

minapolitan dilakukan melalui :

Page 111: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 111

Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Berbasis Wilayah

Mendorong penerapan manajemen hamparan untuk mencapai skala

ekonomi, mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan efisiensi dalam

penggunaan sumber daya, sekaligus mengintegrasikan pemenuhan

kebutuhan sarana produksi, proses produksi, pengolahan dan pemasaran

hasil dan pengelolaan lingkungan dalam suatu kesisteman yang mapan.

Kawasan Ekonomi Unggulan

Memacu pengembangan komoditas yang memiliki kriteria (i) bernilai

ekonomis tinggi, (ii) teknologi tersedia, (iii) permintaan pasar besar, dan

(iv) dapat dikembangkan secara massal.

Sentra Produksi

Minapolitan berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra

produksi perikanan) yang dapat memberikan kontribusi yang besar

terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Seluruh

sentra produksi kelautan dan perikanan menerapkan teknologi inovatif

dengan kemasan dan mutu terjamin.

Unit Usaha

Seluruh unit usaha dilakukan dengan menggunakan prinsip bisnis secara

profesional dan berkembang dalam suatu kemitraan usaha yang saling

memperkuat dan menghidupi.

Penyuluhan

Penguatan kelembagaan dan pengembangan jumlah penyuluh merupakan

salah satu syarat mutlak keberhasilan pengembangan minapolitan. Penyuluh

akan berperan sebagai fasilitator dan pendamping penerapan teknologi

penangkapan dan budidaya ikan serta pengolahan hasil perikanan.

Lintas Sektor

Minapolitan dikembangkan dengan dukungan dan kerjasama berbagai

instansi terkait untuk mendukung kepastian usaha antara lain terkait

dengan sarana dan prasarana pemasara produk perikanan, tata ruang

wilayah, penyediaan air bersih, listrik, akses jalan, dan BBM.

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengembangkan Minapolitan

antara lain :

- Pembangunan sarana dan prasarana perikanan seperti (i) pembangunan

pelabuhan perikanan, (ii) pengembangan kapal dan alat penangkapan

ikan, (iii) pengembangan kawasan budidaya, (iv) memenuhi seluruh

kebutuhan benih ikan, (v) Pengembangan sarana dan prasarana

Page 112: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 112

pengolahan dan pemasaran hasil perikanan (seperti; pengembangan

sistem rantai dingin (cold chain system), sentra pengolahan,

klaster/minapolitan industri hasil perikanan dan pasar ikan;

- Pengembangan ekspor melalui pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) berpotensi ekspor di Kabupaten Bintan;

- Mendorong peningkatan nilai investasi perikanan;

- Perluasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Kelautan dan Perikanan;

- Pengembangan lembaga pembiayaan kelautan dan perikanan yang

mampu menyalurkan dana pembiayaan melalui program KKMB

(Konsultan Keuangan Mitra Bank)

- Pembangunan prasarana pulau-pulau kecil, khususnya di pulau-pulau

kecil terluar.

- Peningkatan kapasitas skala usaha dan kewirausahaan: (i) kelompok

usaha di perikanan tangkap (KUB), (ii) kelompok usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) di perikanan budidaya, serta (iii) Unit

Pengolahan Ikan (UPI) di pengolahan dan pemasaran.

b. Mengembangkan Kewirausahaan (Entrepreneurship)

Pengembangan kewirausahaan dan peningkatan skala usaha

(entrepreneurship) dilaksanakan melalui upaya membangun kepercayaan (trust

building) bagi para pelaku, yakni nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan

pemasar ikan. Jiwa entrepreneurship para pelaku tersebut dibangun agar

para pelaku dapat memanfaatkan fasilitas guna memperlancar pengelolaan

usaha, baik yang diperoleh melalui kredit maupun melalui program-program

pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah.

Strategi entrepreneurship akan memenuhi kebutuhan nelayan dan

pembudidaya serta pemasar dan pengolah dalam berproduksi seperti kapal,

BBM, jaring, benih, pengairan dan lain-lainnya, serta Pemerintah

mengupayakan kepastian pasar bagi penjualan produk perikanan dengan

harga yang pantas.

Pengembangan kewirausahaan dilakukan dalam rangka penciptaan usaha di

sektor kelautan dan perikanan bagi sarjana yang masih menganggur.

Kegiatan yang dilakukan adalah pembekalan dan motivasi dilanjutkan

dengan pelatihan/magang mengenai budidaya perikanan, penangkapan,

pengolahan dan pemasaran serta pembuatan proposal. Melalui kegiatan ini

diharapkan peserta dapat memperoleh bantuan permodalan baik dari

lembaga keuangan, BUMN, swasta maupun dari Pemerintah melalui dana

APBN. Dalam rangka meningkatkan kapasitas pemuda, Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Bintan memiliki UPT yang dapat digunakan sebagai

Page 113: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 113

tempat pelatihan teknis/magang budidaya perikanan, penangkapan, dan

pengolahan.

c. Meningkatkan kerjasama investasi dan jejaring kerja (Networking)

Setiap indvidu, institusi, dan setiap wilayah punya potensi masing-masing

yang sangat besar di samping juga masing-masing memiliki kekurangan atau

kelemahan. Namun demikian setiap pelaku pembangunan kelautan dan

perikanan bekerja sendiri-sendiri. Sampai saat ini masih ada pemangku

kepentingan pembangunan kelautan dan perikanan yang belum terhimpun

dalam suatu bentuk jaringan kerja bahkan masih terlihat indikasi bahwa

masing-masing masih mengutamakan identitas diri. Keadaan tersebut akan

berpengaruh pada hasil kerja yang kurang optimal dalam pembangunan

kelautan dan perikanan di Kabupaten Bintan

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan mengoptimalkan

hasil pembangunan kelautan dan perikanan dengan menfasilitasi

pengembangan jejaring kerja. Melalui penciptaan dan penguatan

networking, baik secara internal di lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bintan, antara pusat-daerah, antar daerah, antar instansi/lintas

sektor, komunitas bisnis, kerjasama internasional (bilateral, multilateral,

dan regional).

Melalui pembentukan jejaring kerja akan terbina interaksi yang baik, secara

langsung dan tidak langsung, antara berbagai pemangku kepentingan dan

instansi pemerintah, sehingga terjalin suatu kesatuan yang lebih besar dan

kuat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan mengeliminir

kekurangan dan kelemahan yang dimiliki.

d. Technology and Innovation

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan dapat mencapai

sasaran yang telah ditetapkan hanya jika dapat menguasai teknologi

perikanan untuk sistem akuakultur, penangkapan, pengolahan dan pasca

panen, serta teknologi kelautan untuk eksplorasi, eksploitasi, konservasi

dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut serta adaptasi perubahan

iklim.

Kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan untuk menemukan

teknologi-teknologi baru dalam rangka meningkatkan optimasi

pemanfaatan sumber daya ikan secara lestari dan bertanggung jawab.

e. Empowering

Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan

memerlukan lngkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematis,

terpadu dan menyeluruh. Dalam rangka mengurangi beban dan dan

Page 114: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 114

memenuhi hak dasar masyarakat secara layak untuk menempuh dan

mengembangkan kehidupan bermartabat, maka dibutuhkan pemberdayaan

mayarakat.

Pada prinsipnya, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberi

fasilitas, dorongan atau bantuan kepada masyarakat agar mampu

menentukan pilihan yang terbaik dalam memanfaatkan sumber daya

kelautan dan perikanan menuju kemandirian dan kesejahteraan. Secara

umum, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui pengembangan kultur, penguatan lembaga keuangan

mikro, penggalangan partisipasi masyarakat, dan kegiatan usaha ekonomi

produktif yang berbasis sumber daya lokal.

Pemberdayaan masyarakat ini dalam jangka panjang diarahkan untuk (i)

peningkatan kemandirian masyarakat melalui pengembangan kegiatan

ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, partisipasi mayarakat,

penguatan modal dan pengutan kelembagaan masyarakat, (ii) peningkatan

kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya

secara optimal dan berkelanjutan sesuai dengan kaidah kelestarian

lingkungan, (iii) pengembangan kemitraan dengan lembaga swasta dan

pemerintah. Pemberdayaan masyarakat merupakan perwujudan komitmen

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan dalam rangka percepatan

penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan antara lain pembudidayaan

ikan, penangkapan ikan, pengolahan dan pemasaran ikan, pengawasan

sumber daya ikan, pengelolaan sumber daya kelautan, pesisir dan pulau-

pulau kecil, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat ini akan dilakukan (i) identifikasi

dan kajian seluruh potensi dan permasalahan wilayah dan sumber daya

kelautan dan perikanan yang ada dalam rangka menyusun perencanaan

pengelolaannya berbasis desa (ii) melibatkan secara aktif pemangku

kepentingan terkait dengan upaya pemberdayaan baik yang berasal dari

pemerintah pusat dan daerah maupun masyarakat, (iii) meningkatkan

kapasitas aparatur sebagai pengelola di wilayahnya, (iv) memperbaiki

kualitas masyarakat dalam memahami kebutuhan dan potensinya serta

memecahkan permasalahan yang dihadapi terkait dengan peningkatan

kapasitas usaha, (v) memanfaatkan secara optimal kelompok masyarakat

kelautan dan perikanan yang telah dibentuk oleh berbagai program

sebelumnya atau membentuk kelompok masyarakat baru, (vi)

mengoptimalkan peran tenaga pendamping sebagai fasilitator sekaligus

motivator dalam proses perencanaan partisipatif, pelaksanaan dan

pelaporan di tingkat desa serta melakukan sosialisasi, serta (vii)

menerapkan upaya pemberdayaan secara konsisten dn berkelanjutan dengan

Page 115: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 115

pola bottom up sehigga jenis kegiatan yang dilaksanakan merupakan

aspirasi kelompok masyarakat di wilayahnya.

f. Penguatan Kelembagaan Kelompok Masyarakat

Keberadaan kelompok masyarakat di bidang budidaya, penangkapan ikan,

pengolahan, pemasaran dan kelompok pengawasan akan memberikan

keuntungan bagi anggota kelompoknya. Melalui kelompok akan terjadi

interaksi antar anggota untuk saling tukar pengalaman dan menumbuhkan

kesadaran bersama untuk menguatkan posisi tawar, serta kemudahan dalam

pembinaan, penyampaian informasi, dan diseminasi teknologi.

Berbagai kelompok tercakup dalam Pokdakan (kelompok pembudidaya

ikan), KUB (Kelompok Usaha Bersama) penangkapan ikan, Pokmaswas

(Kelompok Masyarakat Pengawas), dan Pokmas (Kelompok Mayarakat)

pengelola terumbu karang. Kelompok-kelompok yang sudah terbentuk akan

terus diupayakan keberadaannya dan ditingkatkan kapasitasnya, sedangkan

kelompok-kelompok baru akan ditumbuhkan. Pembentukan atau

penguatan kelompok secara modern dapat memanfaatkan akses ekonomi,

politik, sosial dan budaya bagi peningkatan ketahanan sosial dan

kesejahteraan masyarakat.

Terkait dengan kebijakan tersebut, pembangunan kelautan dan perikanan di

Kabupaten Bintan dalam 5 tahun ke depan fokus prioritas yang terkait adalah

(1) peningkatan produksi dan produktivitas untuk menjamin ketersediaan

pangan dan bahan baku industri, (2) peningkatan pemenuhan kebutuhan

konsumsi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan pemasaran

produk perikanan, dan (3) peningkatan kapasitas masyarakat perikanan.

Untuk mendukung peningkatan katahanan pangan dan revitalisasi perikanan,

maka Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan meningkatnya

ketersediaan bahan pangan, termasuk ketersediaan ikan untuk konsumsi

masyarakat dari 30,47 kg/kapita/tahun pada tahun 2010 menjadi 38,67

kg/kapita/tahun pada tahun 2015, dengan sasaran produksi perikanan tangkap

dari 21.080,54 ton pada tahun 2010 menjadi 25.058 ton pada tahun 2015.

Produksi perikanan budidaya 362,27 ton tahun 2010 menjadi 410 ton tahun 2015.

Disamping itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan akan

mendorong peningkatan pendapatan perkapita nelayan dari 3,26 juta tahun 2010

menjadi 4 juta tahun 2015 dan peningkatan Nilai Tukar Nelayan/Pembudidaya

Ikan dari 105 pada tahun 2010 menjadi 115 pada tahun 2015.

Dengan target peningkatan produksi seperti yang telah diuraikan di atas, maka

strategi difokuskan pada tiga hal mendasar dalam strategi dasar pencapaian

produksi yakni:

a. Ekstensifikasi, memperluas dan atau menambah unit usaha budidaya.

Page 116: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 116

b. Intensifikasi, meningkatkan produktivitas dari setiap unit usaha budidaya.

c. Diversivikasi, menambah jenis/komoditas yang diusahakan.

Pencapaian angka 410 ton produksi perikanan budidaya diatas bukanlah sesuatu

yang mustahil. Melihat potensi pengembangan perikanan yang masih cukup

luas maka hal tersebut dapat dicapai dan cita-cita untuk menjadi yang terbesar

terwujud tentu dengan ketekunan dan kerja keras. Untuk mewujudkan target

tersebut maka arah kebijakan perikanan budidaya yaitu :

a. Program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk

eksport (Propekan) dengan fokus peningkatan daya saing melalui

pengembangan dan penguatan penerapan teknologi yang super efisien dan

ramah lingkungan;

b. Program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk

konsumsi ikan masyarakat (Proksimas) dengan fokus peningkatan

komoditas yang mudah dikembangkan, penguatan komoditas spesifik

daerah dan pengembangan kolam pekarangan masyarakat;

c. Program perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya perikanan budidaya

(Prolinda) dengan fokus peningkatan kepedulian masyarakat pembudidaya

ikan dalam pelestarian ekosistem sumberdaya perikanan budidaya.

Beberapa langkah strategi dasar tersebut perlu diikuti dengan strategi utama

pencapaian sasaran produksi perikanan budidaya air tawar yang dapat

mendukung keberhasilan visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan yakni :

- Pemilihan spesies kultivan

Makin banyak alternatif spesies kultivan makin kecil ketergantungan untuk

satu species tertetu dan makin banyak tersedia alternatif usaha. Pemilihan

spesies kultivan harus mempertimbangkan:

a. Permintaan pasar domestik dan ekspor yang cukup besar

b. Dapat dikembangkan di perairan umum (danau, waduk, rawa dan

sungai), laut dan lahan- lahan Marjinal (gambut dan rawa dangkal)

c. Teknologinya sederhana, sehingga mudah diterapkan Pokdakan baik

pembenihan dan pembesaran ikan

d. Merupakan kegiatan usaha terutama skala kecil yang menguntungkan.

- Penggunaan induk/benih unggul

Salah satu unsur yang berperan penting dalam penyediaan induk unggul dan

benih bermutu adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perbenihan,

tidak hanya memberikan kontribusi bagi penyediaan benih bermutu, tetapi

juga berperan dalam mendorong berkembangnya kawasan usaha budidaya

baru, memberi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD), serta sebagai

pembina dan pendamping teknologi kepada masyarakat pembenih (UPR

dan HSRT) termasuk dalam hal penerapan CPIB.

Page 117: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 117

Benih merupakan input sarana produksi yang sangat penting dan menjadi

salah satu faktor penentu keberhasilan usaha perikanan budidaya. Selain

harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkelanjutan, mutu benih juga

haruslah terjamin. Benih yang bermutu dicirikan antara lain; pertumbuhan

cepat, seragam, sintasan tinggi, adaptif terhadap lingkungan, bebas parasit

dan tahan penyakit serta efisien dalam penggunaan pakan. Penyediaan benih

bermutu dapat dicapai bila unit pembenihan menerapkan Cara Pembenihan

Ikan yang Baik (CPIB) dalam proses produksi benihnya. Strategi utama

pencapaian produksi melalui penggunaan induk/benih unggul yaitu:

a. Pembangunan brood stock centre untuk ikan bersirip (fin fish) dan udang

b. Induk unggul yang sudah di release:

- Nila (JICA, Gesit, Nirwana, Umbulan, Larasati, BEST, Wanayasa)

- Patin (Jambal, Pasupati)

- Udang Cherax (C albertisii, C quadricarinatus)

- Mas (Sinyonya, Majalaya)

- Lele (Sangkuriang)

- Udang Galah (G-Macro)

- Udang Vaname (Nusantara I)

- Pembangunan Balai Benih Ikan (BBI) dimana produksi induk penjenis dan

mendistribusikan UPR.

- Penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang memadai

Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung baik fisik kewilayahan

maupun sarana dan prasarana usaha perikanan mutlak dikemukakan

sebagai prasyarat keharusan sekaligus acuan pertimbangan bagi kemudahan

pengembangan budidaya ikan kedepan. Berkenaan dengan jenis

usaha/komoditas yang akan dikembangkan dan dikaitkan dengan sebaran

wilayah usaha budidaya/produksi perikanan, maka sarana dan prasarana

fisik yang perlu mendapatkan perhatian meliputi prasarana dan sarana

tranportasi, kelistrikan, dan telekomunikasi. Penyediaan sarana dan

prasarana budidaya yang memadai melalui:

a. Penguatan kelembagaan UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan

b. Penguatan kelembagaan Balai Benih Ikan Lokal

c. Pembangunan prasarana budidaya melalui Dinas Pekerjaan Umum

d. Pembangunan sarana budidaya di masyarakat (kolam, KJA, karamba)

- Peningkatan daya saing

Ikan merupakan salah satu pembatas dalam budidaya. Keberadaannya baik

secara kualitas, kuantitas dan kontinyuitas tidak saja menentukan dapat

tidaknya usaha perikanan berjalan tetapi juga produktivitas, kualitas dan

Page 118: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 118

daya saing global dalam pasar global. Daya saing dapat ditingkatkan dengan

menerapkan pola tujuh tepat yakni jenis, jumlah, mutu, ukuran, waktu,

tempat dan harga. Strategi utama pencapaian produksi melalui peningkatan

daya saing :

a. Pemilihan Lokasi yang tepat.

b. Penerapan Teknologi Tepat Guna.

c. Penerapan food safety dan food security.

d. Mengurangi biaya produksi (pakan, sarana dan prasarana).

- Pengendalian hama dan penyakit ikan

Pengendalian hama dan penyakit ikan adalah upaya pencegahan masuk dan

tersebarnya, pengobatan, dan pemberantasan hama dan penyakit ikan, yang

meliputi kegiatan-kegiatan persiapan dan pelaksanaan pengendalian hama

dan penyakit ikan, analisis dan evaluasi hasil pengendalian hama dan

penyakit ikan, bimbingan pengendalian hama dan penyakit ikan, dan

pengembangan metode pengendalian hama dan penyakit ikan, serta

pembuatan koleksi, visualisasi, dan informasi. Strategi utama pencapaian

produksi melalui pengendalian hama dan penyakit ikan :

a. Benih tahan penyakit SPR (Specific Pathogen Resistant)

b. Penerapan Good Aquaculture Practice (CPIB dan CBIB) yang tepat

c. Penguatan laboratorium kesling di UPT- DKP

d. Pembangunan laboratorium

e. Penyelenggaraan lab-keliling (mobile-lab).

- Bantuan permodalan (DPM, BS-PUKPB, subsidi benih, wirausaha, PUMP dll).

Sedangkan langkah strategi dasar pencapaian sasaran produksi perikanan

Budidaya Air Laut yang dapat mendukung keberhasilan visi dan misi Dinas

Kelautan dan Perikanan yakni :

- Perubahan Struktur Perikanan Budidaya.

Berbagai kebijakan yang dapat ditempuh untuk merubah struktur produksi

adalah (1) pengadaan sarana dan prasarana penunjang budidaya laut dan pantai,

seperti pembangunan saluran irigasi tambak, pembangunan jalan baru, fasilitas

komunikasi, air dan penerangan. (2) pembangunan kawasan budidaya terpadu,

yang terdiri dari unit pembenihan, pembesaran, pasca panen dan industri

pendukung (terutama pakan), pada suatu kawasan yang sama sekali tidak akan

terganggu oleh aktifitas di sekitarnya sehingga tidak akan terjadi lagi kematian

massal ikan kultivan oleh limbah industri maupun rumah tangga, (3)

pengembangan sistem pemantauan dini untuk mengantisipasi terjadinya

bencana terhadap usaha budidaya yang dilakukan, baik yang disebabkan oleh

aktifitas alam (banjir, angin puting beliung dan penyebaran penyakit) maupun

Page 119: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 119

oleh karena aktifitas manusia (penyebaran limbah sebagai akibat terjadinya

kecelakaan di darat maupun di laut).

- Penciptaan Pasar Yang Bersaing.

Pada komoditas budidaya yang bersifat musiman, pengelolaan pasar sangat

penting. Pada saat panen dilakukan produksi biasanya melimpah, sehingga

harga ikan yang dihasilkan turun drastis. Bilamana penurunan harga itu terjadi

hingga dibawah biaya produksi, maka dapat dipastikan bahwa petani ikan

mengalami kerugian. Keadaan ini dapat dicegah dan diperbaiki dengan

melakukan pengelolaan pasar yang lebih baik, dengan tujuan meningkatkan

pendapatan petani, sehingga petani tetap bergairah untuk melakukan usaha

budidaya ikan. Pengelolaan pasar antara lain dapat dilakukan dengan

memperpendek rantai tata niaga dari produsen kekonsumen, sehingga petani

memperoleh keuntungan yang lebih besar.

- Rasionalisasi Iptek Budidaya Laut dan Pantai.

Pengembangan penelitian harus diarahkan untuk mendapatkan teknologi yang

utuh, efisien dan tepat guna khususnya teknologi pemuliaan, pembenihan,

pembesaran dan manajemen kesehatan ikan. IPTEK yang digunakan dalam

perakitan teknologi diutamakan yang mengarah kepada teknologi yang

berbasis sumberdaya lokal. Pada era mendatang, peran pemerintah dalam

pengembangan teknologi akan semakin berkurang, tetapi karena teknologi

perikanan merupakan milik publik, maka teknologi harus dihasilkan oleh

Pemerintah. Namun demikian teknologi yang dihasilkan oleh Pemerintah ini

perlu dikomersialkan dan ditingkatkan nilai jualnya sesuai dengan HAKI.

Dengan demikian diharapkan teknologi akan cepat berkembang karena

terciptanya iklim persaingan dan tersedianya dana bagi penelitian. Selain itu,

pemerintah juga memegang peranan penting dalam hal diseminasi teknologi,

termasuk pengembangan IPTEK dan diseminasinya didaerah perlu didukung

oleh peraturan yang memadai.

- Pemberdayaan Kelembagaan.

Kelembagaan yang perlu direvitalisasi untuk menunjang pengembangan

budidaya laut dan pantai meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompok tani

dan keuangan. Revitalisasi lembaga penyuluhan dilakukan untuk

meningkatkan kesempatan petani memperoleh layanan penyuluhan sesuai

dengan kebutuhannya. Revitalisasi kelompok tani dilakukan untuk mendorong

petani membentuk kelompok dan meningkatkan kualitas kelompok melalui

pemberdayaan anggota kelompok. Tindakan ini dilakukan guna memperkuat

posisi tawar menawar petani ikan. Revitalisasi lembaga keuangan dilakukan

guna mempermudah petani mengakses modal dari perbankan dalam rangka

pengembangan usaha. Penataan kelembagaan dan koordinasi antar lembaga

Page 120: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 120

yang terkait dalam pengembangan IPTEK dan diseminasi teknologi budidaya

laut dan pantai perlu dilakukan. Disamping itu perlu disusun kurikulum dan

muatan budidaya laut secara proporsional di lembaga-lembaga pendidikan

formal, DIKLAT dan lembaga penyuluhan perikanan dan pertanian seperti STP,

APP, Akademi Perikanan, SPP Perikanan, BIPP, BPP dan lain sebagainya.

Lembaga-lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi diseminasi seperti

Balaibalai Pengembangan, BPTP, BIPP, BPP maupun penyuluh dan kelompok

tani-nelayan perlu lebih diberdayakan karena selain menjadi pemegang peranan

penting dalam percepatan transfer teknologi dan informasi, mereka juga

mengidentifikasi kebutuhan serta merakit paket teknologi spesifik lokasi

berdasar sumberdaya yang tersedia untuk mendukung pembangunan wilayah.

- Pengembangan Sumberdaya Manusia.

Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, baik kuantitas maupun

kualitasnya, dilakukan terhadap sumberdaya manusia penghasil teknologi

(peneliti/perekayasa, pengajar, penyuluh) maupun sumberdaya manusia

pengguna teknologi (petani nelayan, pengusaha). Beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian terkait dengan sumberdaya manusia penghasil teknologi ,

antara lain : (a) Pengusahaan teknologi terapan budidaya laut dan pantai; (b)

pemahaman secara mendalam kebutuhan masyarakat dan pasar bisnis

komoditas yang dipilih untuk dikaji, dikembangkan dan didiseminasikan; dan

(c) Terwujudnya komunikasi yang akrab, terbuka dan dinamis, segenap unsur

pelaku kegiatan budidaya laut dan pantai. Adapun pengguna teknologi

(petani,nelayan) di wilayah ini pada umumnya memiliki tingkat pendidikan

yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu penghambat kelancaran

diseminasi teknologi budidaya laut dan pantai. Terlebih lagi jumlah lembaga

penelitian masih sangat kecil disamping dengan penyebaran demografis petani-

nelayan yang sangat luas. Untuk memperlancar dan mengefektifkan kegiatan

penyuluhan, para petani dan nelayan dihimpun dalam wadah kelompok tani-

nelayan, yang sekaligus merupakan media belajar-mengajar atau unit usaha.

- Pendekatan Partisipatif, Kerjasama dan Kemitraan.

Karena alasan modal, teknologi, akses terhadap sumberdaya alam, sebagian

besar kegiatan budidaya perikanan laut dikuasai perusahaan berskala besar

atau petani maju. Untuk merangsang pengembangan usaha kecil dan

menengah, sekaligus sebagai upaya diseminasi, perlu dikembangkan sistem

kemitraan saling menguntungkan dalam budidaya perikanan laut, yaitu dengan

menyerahkan sebagian kegiatan usaha kepada pengusaha kecil dan menengah.

Pada kenyataannya praktek kemitraan dalam usaha budidaya pantai belum

berjalan sebagaimana diharapkan.

Page 121: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 121

- Pendekatan Pengembangan Budidaya Berbasis Masyarakat.

Untuk mengantisipasi perubahan paradigma dari orientasi organisasi

berjenjang kepada organisasi tim kerja, sekaligus untuk menghindari tumpang

tindih, kegiatan penelitian, pengembangan dan diseminasi juga harus

dikoordinasikan secara mantap melalui pengembangan jaringan kerja yang

operasional. Pendekatan partisipasi pengguna teknologi dalam perencanaan

serta pelaksanaan pengembangan budidaya laut dan pantai perlu

dikembangkan. Model yang dapat dikembangkan adalah pengembangan

budidaya yang berbasis masyarakat. Pengembangan Budidaya Berbasis

Masyarakat (PBBM) dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian

wewenang, tanggung jawab, dan kesempatan kepada masyarakat untuk

mengmbangkan kegiatan budidaya laut dan pantai dengan terlebih dahulu

mendifinisikan kebutuhan dan keinginan, tujuan serta aspirasinya. PBBM

menyangkut pula pemberian tanggung jawab kepada masyarakat sehingga

mereka dapat mengambil keputusan yang pada akhirnya menentukan dan

berpengaruh pada kesejahteraan mereka.

- Pendekatan pengembangan budidaya berbasis wilayah dan komoditas unggulan.

Keragaman kondisi biofisik wilayah laut dan pesisir Bintan yang begitu tinggi

berimplikasi kepada kesesuaian untuk budidaya komoditas perikanan berbeda

dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Oleh karena itu pembangunan budidaya

laut dan pantai di wilayah Bintan tidak mungkin dilakukan seragam. Akan

lebih tepat dan benar bila pembangunan perikanan budidaya ini berdasarkan

kepda pendekatan wilayah sesuai dengan komoditas unggulan yang dapat

dikembangkan di wilayah yang bersangkutan. Komoditas unggulan yang

dimaksudkan di sini adalah komoditas perikanan yang permintaan pasarnya

tinggi baik pasar domestik maupun eksport atau harga jualnya tinggi.

- Penerapan Teknologi Budidaya sesuai Daya Dukung Lingkungan dan Kesiapan

Masyarakat Setempat dalam Adaptasi Teknologi.

Salah satu faktor penyebab kegagalan budidaya dimasa yang lalu tertutama di

daerah sentra-sentra budidaya tambak udang seperti di Kecamatan Teluk

Bintan adalah intensitas budidaya (luas lahan dan tingkat teknologi yang

digunakan) melampaui daya dukung lingkungan. Selain itu kesiapan

masyarakat petambak khususnya yang terkait dengan disiplin, keahlian dan

kerjasama kelompok pada saat itu belum memadai. Oleh sebab itu penerapan

teknologi budidaya pada wilayah-wilayah pengembangan harus disesuaikan

dengan daya dukung lingkungan setempat dan kesiapan masyarakatnya di

dalam mengadopsi dan menerapkan teknologi termaksud.

Page 122: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 122

- Penguatan dan Pengembangan Kapasitas Pasca Usaha Budidaya Perikanan.

Secara bio-teknis keberhasilan usaha perikanan budidaya laut dan pantai

ditentukan oleh penguasan dan penerapan secara tepat dan benar lima elemen

dasar (panca usaha) budidaya perikanan, yaitu (Dahuri, 2003): (1) perbenihan,

(2) pakan atau nutrisi (3) pengendalian hama dan penyakit (4) manajemen

kualitas air dan tanah, (5) ponengineering dan layout perkolaman. Kemampuan

dalam mengusai dan menerapkan panca usaha budidaya perikanan ini harus

senantiasa terus ditingkatkan, jika ingin potensi ekonomi yang sangat besar ini

dapat mewujudkan kemakmuran yang dicita-citakan.

- Pembangunan Prasarana.

Potensi ekonomi yang terdapat pada usaha perikanan budidaya laut dan pantai

sangat besar, tetapi realisasinya sangat kecil, disebabkan antara lain terbatasnya

prasarana, seperti saluran irigasi dan drainase pertambakan, akses jalan dan

sebagainya. Selama ini, saluran irigasi tambak merupakan bagian terhilir dari

sistem irigasi sawah (pertanian), sehingga air yang masuk ke tambak

kebanyakan mengandung sisa-sisa pestisida, herbisida, atau pupuk dari lahan

pertanian. Oleh karena itu perlu membangun prasarana ini khusus untuk

kawasan pertambakan sebagaimana dipraktekkan secara berhasil di Thailand.

- Penerapan Sistem Bisnis Perikanan Budidaya Secara Terpadu.

Pembangunan perikanan budidaya hendaknya dilakukan berdasarkan

pendekatan sistem bisnis perikanan budidaya secara terpadu, sehingga arah

dan kebijakan pembangunan merefleksikan kegiatan dari seluruh fungsi sub

sistem perikanan yang meliputi pembangunan subsistem perbenihan, sub-

sistem usaha budidaya, sub-sistem pasca panen dan pemasaran yang ditunjang

oleh pembangunan sub-sistem kesehatan ikan dan lingkungannya serta

pembangunan sub-sistem prasarana budidaya perikanan. Dalam pembangunan

budidaya tambak yang menjadi sorotan adalah berkaitan dengan pembangunan

budidaya yang berkelanjutan sesuai dengan amanat FAO (1995) melalui Code of

Conduct for Responsible Fisheries, sehingga arah pembangunan perikanan budidaya,

khususnya budidaya udang hendaknya dilakukan dengan prinsip-prinsip

pembangunan yang bertanggungjawab dengan memadukan elemen daya

dukung dan pengendalian lingkungan.

Konstribusi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan dalam

peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan adalah wilayah

perairan Bintan yang bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) Fishing serta

kegiatan yang merusak sumberdaya kelautan dan perikanan dari 50% pada

tahun 2010 menjadi 100% pada tahun 2015, mewujudkan pengelolaan pulau-

pulau kecil termasuk pulau kecil terluar pulau pada tahun 2015, mewujudkan

wilayah perairan yang bebas kegiatan perusakan ekosistem perairan dari 70%

Page 123: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 123

tahun 2010 menjadi 95% tahun 2015. Mewujudkan kerjasama internasional dan

antar daerah, dan meningkatkan riset dan iptek kelautan.

Untuk memberantas praktek IUU fishing, Pemerintah Kabupaten Bintan

melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah menetapkan beberapa langkah

strategis antara lain :

- Mewujudkan kesepahaman dalam gerak dan langkah penangahan

penanggulangan illegal fishing yang dimulai dengan goodwill dan political will

dalam penegakan hukum.

- Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengawasan secara bertahap

sesuai dengan prioritas dan kemampuan.

- Membangun, memberdayakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan

pengawasan.

- Meningkatkan operasi pengawasan secara mandiri dan kerja sama operasi.

- Meningkatkan penaatan dan penegakan hukum melalui koordinasi dan

kerjasama dengan aparat penegak hukum terkait.

Berdasarkan target prioritas serta arah kebijakan Dinas Kelautan dan Perikanan

maka pada tahun 2010-2015 Indikator Kinerja Utama (IKU) pembangunan

kelautan dan perikanan Kabupaten Bintan yang akan dicapai sebagaimanan

tersebut pada tabel berikut :

Page 124: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 124

Ko

nd

isi K

ine

rja

Aw

al

Targ

et

Kin

erj

a

Akh

ir

Tah

un

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

Tah

un

20

15

12

34

56

78

Kel

auta

n d

an P

erik

anan

n/a

n/a

7.9

59

.33

2.8

50

8.3

57

.29

9.4

93

8.7

75

.16

4.4

67

9.2

13

.92

2.6

90

34

.30

5.7

19

.50

0

Pro

gram

Pen

gem

ban

gan

Kaw

asan

Min

apo

litan

Kab

up

aten

Bin

tan

n/a

n/a

17

1.5

46

.90

01

80

.12

4.2

45

18

9.1

30

.45

71

98

.58

6.9

80

73

9.3

88

.58

2

Per

sen

tase

pen

gem

ban

gan

kaw

asan

min

apo

litan

5%

10

15

20

25

30

30

Pro

gram

Pem

ber

day

aan

Eko

no

mi M

asya

raka

t P

esis

irn

/an

/a4

10

.56

7.3

25

43

1.0

95

.69

14

52

.65

0.4

76

47

5.2

83

.00

01

.76

9.5

96

.49

2

Pen

dap

atan

Per

Kap

ita

Nel

ayan

3.2

6 J

uta

3,4

33

,63

,78

3,9

74

,17

4

Pro

gram

Pen

ingk

atan

Day

a Sa

ing

Pro

du

k P

erik

anan

n/a

n/a

18

9.0

00

.00

01

98

.45

0.0

00

20

8.3

72

.50

02

18

.79

1.1

25

81

4.6

13

.62

5

Jum

lah

Nila

i Eks

po

rt/t

ahu

n9

.5 M

11

,45

13

,71

6,4

19

,62

3,6

23

,6

Vo

lum

e ek

spo

r ik

an s

egar

seg

ar/t

ahu

n2

.24

9 T

on

2,6

98

.83

.23

8,5

03

.86

8,3

04

.66

3,5

05

.59

6,2

05

.59

6

Vo

lum

e ek

spo

r ik

an h

idu

p/t

ahu

n6

.63

5 T

on

7.9

00

9.5

00

11

.40

01

3.7

00

16

.50

01

6.5

00

Vo

lum

e ek

spo

r ik

an h

ias

15

9.0

00

Eko

r1

90

.80

02

28

.96

02

74

.75

23

29

.70

23

95

.64

23

95

.64

2

Jum

lah

sen

tra

pen

gola

han

3 S

entr

a4

45

55

5

Vo

lum

e p

rod

uks

i dar

i pel

aku

usa

ha

per

ikan

an2

00

To

n2

20

24

22

84

36

44

24

42

4

Pro

gram

Pen

gem

ban

gan

dan

Pen

gelo

laan

Per

ikan

an T

angk

apn

/an

/a4

.91

9.2

50

.00

05

.16

5.2

12

.50

05

.42

3.4

73

.12

55

.69

4.6

46

.78

12

1.2

02

.58

2.4

06

Jum

lah

Pro

du

ksi p

erik

anan

tan

gkap

(to

n)

21

.08

0,5

4 T

on

21

,33

72

1.7

74

22

.86

32

4.0

07

25

.20

82

5.2

08

Nila

i Ekp

or

has

il p

erik

anan

tan

gkap

9.5

45

M1

5,8

91

16

,98

31

7,8

33

18

,72

51

9,6

62

20

Vo

lum

e Ek

spo

r h

asil

per

ikan

an t

angk

ap2

.41

4,6

6 T

on

2.6

48

,50

2.8

30

,62

2.9

72

,19

3.1

20

,91

3.2

77

,04

3.2

77

,04

Pro

gram

Pen

gem

ban

gan

dan

Pen

gelo

laan

Per

ikan

an B

ud

iday

an

/an

/a1

.33

1.2

03

.12

51

.39

7.7

63

.28

11

.46

7.6

51

.44

51

.54

1.0

34

.01

85

.73

7.6

51

.86

9

Vo

lum

e p

rod

uks

i per

ikan

an b

ud

iday

a (L

aut/

Taw

ar/P

ayau

)3

62

.27

To

n3

70

38

03

90

40

04

10

41

0

Luas

lah

an b

ud

iday

a se

suai

tar

get

pro

du

ksi d

iser

tai d

ata

po

ten

si y

ang

aku

rat

(Ko

lam

, Tam

bak

, Kan

ton

g K

eram

ba)

80

,56

Ha,

12

0,8

0 H

a,

1.5

07

Kan

ton

g

85

, 12

7,

& 1

.58

2

89

, 13

3, &

1.6

61

93

, 14

0, &

1.7

44

98

, 14

2, &

1.8

21

10

3, 1

49

, &

1.9

23

10

3, 1

49

, &

1.9

23

Pro

gram

Pen

gaw

asan

Su

mb

erd

aya

Kel

auta

n d

an P

erik

anan

n/a

n/a

31

5.0

00

.00

03

30

.75

0.0

00

34

7.2

87

.50

03

64

.65

1.8

75

1.3

57

.68

9.3

75

Per

sen

tase

wila

yah

pen

gelo

laan

per

ikan

an b

ebas

IUU

fis

hin

g5

0%

60

00

%7

08

09

01

00

10

0

Per

sen

tase

wila

yah

per

aira

n y

ang

beb

as k

egia

tan

per

usa

kan

eko

sist

em

per

aira

n7

0%

75

00

%8

08

59

09

59

5

Per

sen

tase

wila

yah

per

aira

n y

ang

beb

as k

egia

tan

pen

cem

aran

30

%4

05

06

07

08

08

0

Pro

gram

Pen

gelo

laan

Su

mb

erd

aya

Lau

t, P

esis

ir d

an P

ula

u-P

ula

u K

ecil

n/a

n/a

30

7.7

65

.50

03

23

.15

3.7

75

33

9.3

11

.46

43

56

.27

7.0

37

1.3

26

.50

7.7

76

Per

sen

tase

tu

tup

an k

aran

g h

idu

p4

7%

50

55

60

65

70

70

Luas

pad

ang

lam

un

2.6

00

Ha

27

00

28

00

29

00

30

00

31

00

31

00

Pro

gram

Pen

ataa

n R

uan

g La

ut,

Pes

isir

dan

Pu

lau

-Pu

lau

Kec

iln

/an

/a3

15

.00

0.0

00

33

0.7

50

.00

03

47

.28

7.5

00

36

4.6

51

.87

51

.35

7.6

89

.37

5

Bid

ang

Uru

san

Pe

me

rin

tah

an/P

rogr

am P

rio

rita

s

Pe

mb

angu

nan

/In

dik

ato

r K

ine

rja

Cap

aian

Kin

erj

a P

rogr

am d

an K

era

ngk

a P

en

dan

aan

Page 125: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 125

Arah kebijakan dan strategi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan

yang telah diuraikan tersebut, akan diimplementasikan kedalam program dan

kegiatan tahun 2011-2015 sebagai berikut :

1. Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Bintan

Tujuan program adalah meningkatkan produksi perikanan, produktivitas

usaha, dan meningkatkan kualitas produk kelautan dan perikanan, (ii)

meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang

adil dan merata, serta (iii) mengembangkan kawasan minapolitan sebagai

pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi

perikanan sebagai penggerak ekonomi rakyat. Adapun sasaran

pengembangan minapolitan adalah sebagai berikut (i) ekonomi rumah

tangga masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil makin kuat, (ii)

usaha kelautan dan perikanan kelas menengah ke atas makin bertambah

dan berdaya saing tinggi, serta (iii) sektor kelautan dan perikanan menjadi

penggerak ekonomi Bintan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,

kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :

a. Penyusunan masterplan kawasan minapolitan laut.

b. Pengembangan sarana dan prasarana kawasan minapolitan.

c. Pengembangan kluster di kawasan minapolitan.

d. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

pengembangan kawasan minapolitan.

e. Pendamping DAK bidang pengembangan kawasan minapolitan.

f. Operasional DAK bidang pengembangan kawasan minapolitan.

2. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Tujuan program adalah menumbuhkan kesadaran dan kemandirian usaha

masyarakat wilayah pesisir yang berdampak peningkatan kesejahteraan;

Menciptakan peluang usaha melalui pembentukan lembaga keuangan

mikro dan menjadikan wilayah pesisir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

masyarakat; Menciptakan kesadaran dan rasa memiliki terhadap

lingkungan pesisir. Sedangkan sasarannya adalah terwujudnya peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan dilingkungan pesisir melalui pembinaan,

pendampingan usaha dan penciptaan usaha baru di wilayah pesisir. Untuk

mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan dilaksanakan

adalah :

a. Pembinaan kelompok ekonomi masyarakat pesisir.

b. Lomba POKMASWAS.

c. Pengadaan peralatan pengolahan produk perikanan untuk putra/i

nelayan.

d. Pelatihan kelautan dan Perikanan.

Page 126: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 126

e. Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.

3. Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan

Tujuan program adalah meningkatkan jaminan mutu dan keamanan hasil

perikanan, nilai tambah produk perikanan, investasi, serta distribusi dan

akses pemasaran hasil perikanan, dengan sasaran peningkatan volume dan

nilai ekspor hasil perikanan serta peningkatan volume produk olahan.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan

dilaksanakan adalah:

a. Fasilitasi Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan.

b. Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran Dalam Negeri Hasil

Perikanan.

c. Fasilitasi Penguatan dan Pengembangan Pemasaran Luar Negeri Hasil

Perikanan.

d. Pengembangan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

e. Penguatan dan pengembangan sistem usaha dan investasi perikanan.

f. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis bidang

pengolahan.

g. Pendamping DAK bidang perikanan pengolahan.

h. Operasional DAK bidang perikanan pengolahan.

4. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

Tujuan program adalah meningkatkan produktivitas perikanan tangkap

dengan sasaran peningkatan hasil tangkapan dalam setiap upaya tangkap.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan

dilaksanakan adalah :

a. Pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI).

b. Pembinaan dan Pengembangan Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan,

dan Pengawakan Kapal Perikanan.

c. Pengembangan pembangunan dan Pengelolaan PPI.

d. Pelayanan Usaha Perikanan Tangkap yang Efesien, Tertib, dan

berkelanjutan.

e. Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan dan Pemberdayaan Nelayan

Skala Kecil.

f. Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas teknis

Lainnya Ditjen Perikanan Tangkap.

g. Pendamping DAK bidang perikanan tangkap.

h. Operasional DAK bidang perikanan tangkap.

5. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Budidaya

Tujuan program adalah meningkatnya produksi perikanan budidaya,

dengan sasaran program peningkatan produksi perikanan budidaya

Page 127: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 127

(volume dan nilai). Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan

yang akan dilaksanakan adalah:

a. Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan.

b. Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan.

c. Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan

Ikan.

d. Pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya.

e. Pengembangan Sistem Usaha Pembudidayaan Ikan.

f. Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan.

g. Pengawasan dan Penerapan Teknologi Terapan Adaftif Perikanan

Budidaya.

h. Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Ditjen Perikanan Budidaya.

i. Pendamping DAK bidang perikanan budidaya.

j. Operasional DAK bidang perikanan budidaya.

6. Program Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Tujuan program adalah meningkatnya ketaatan dan ketertiban dalam

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan sasaran perairan

Indonesia bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) fishing serta

kegiatan yang merusak sumberdaya kelautan dan perikanan. Untuk

mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah:

a. Peningkatan operasional pengawasan sumberdaya perikanan.

b. Peningkatan operasional pengawasan sumberdaya kelautan.

c. Peningkatan operasional dan pemeliharaan kapal pengawas.

d. Pengembangan sarana dan prasarana pengawasan dan pemantauan

kapal perikanan.

e. Penyelesaian tindak pidana kelautan dan perikanan.

f. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis bidang

pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan.

g. Pendamping DAK bidang pengawasan dan pengendalian sumberdaya

kelautan dan perikanan.

h. Operasional DAK bidang pengawasan dan pengendalian sumberdaya

kelautan dan perikanan.

7. Program Pengelolaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Tujuan program adalah mewujudkan tertatanya dan dimanfaatkannya

wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari, dengan sasaran

peningkatan persentase pendayagunaan sumber daya laut, pesisir dan

pulau-pulau kecil. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan

yang akan dilaksanakan adalah:

Page 128: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 128

a. Pengelolaan dan pengembangan konservasi kawasan dan jenis.

b. Pendayagunaan pesisir dan lautan.

c. Pendayagunaan pulau-pulau kecil.

d. Pelayanan usaha dan pemberdayaan masyarakat.

e. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis bidang

perikanan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil.

f. Pendamping DAK bidang perikanan kelautan, pesisir dan pulau-pulau

kecil.

g. Operasional DAK bidang perikanan kelautan, pesisir dan pulau-pulau

kecil.

8. Program Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Program ini bertujuan untuk tersedianya rencana zonasi klaster pulau-

pulau kecil bernilai ekonomi tinggi serta masterplan kawasan sentra

produksi kelautan. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini

meliputi:

a. Penataan Ruang dan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Laut, Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil.

b. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

c. Pendamping DAK bidang pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-

pulau kecil.

d. Operasional DAK bidang pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-

pulau kecil.

Page 129: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 129

Bab.8 P e n u t u p

Seperti yang telah diuraikan di atas, kinerja sektor perikanan secara statistik

menunjukkan indikasi positif. Namun angka statistik semata masih sangat prematur dan

perlu analisis yang lebih tajam untuk menunjukkan ”ketahanan” (resilience) perikanan dari

ancaman stagnasi makro yang ditimbulkan baik secara keseluruhan akibat dari kebijakan

ekonomi pemerintah (misalnya kenaikan BBM yang drastis) maupun faktor-faktor

eksternal yang tidak dapat dikontrol seperti cuaca, bencana alam maupun adanya dampak

negatif dari kegiatan sektor lain yang menyebabkan gagalnya sistem produksi budidaya.

Hal ini terkait dengan faktor ketahanan perikanan (fisheries resiliences) seperti yang

diartikulasikan dengan baik oleh Charles (2001). Ketahanan perikanan tidak hanya dalam

kerangka ecosystem resilience, tapi juga menyangkut bagaimana manajemen mampu

beradaptasi terhadap gangguan (perturbations) sehingga mampu menjaga arus manfaat dari

sektor perikanan dan kelautan (management resilience).

Ketahanan perikanan dalam perspektif manajemen ini lah yang menjadi salah satu

fokus utama dalam kaitannya dengan ancaman ”stagflasi” perikanan karena tidak adaptifnya

manajemen perikanan diindikasikan dari dua problem utama yaitu illusion of certainty atau

ilusi terhadap kepastian perikanan dan fallacy of controlability atau ketidakakuratan kontrol

terhadap praktek pengelolaan perikanan. Skenario business dalam pengelolaan perikanan

tidak dapat digunakan lagi, karena selama ini terlihat pola manajemen perikanan masih

mengandung dua unsur masalah tersebut di atas. Strategi dan kebijakan terhadap

“perturbations” seperti yang disampaikan di atas dapat dilakukan secara seimbang, arif dan

berpihak pada pelaku sektor riel perikanan dan kelautan. Hal ini penting semata untuk

menjamin keberlanjutan sistem perikanan sebagai salah satu sektor strategis

Page 130: Gambaran Umum Wilayah - bappeda.bintankab.go.idbappeda.bintankab.go.id/include/downlot.php?file=Profil DKP Bintan.pdf · terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah

P R O F I L

KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BINTAN 2011

Hal. 130

perekonomian seperti yang telah menjadi mandat Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bintan.

Disadari pula bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan kelautan dan

perikanan diperlukan dukungan sektor terkait lainnya dan masyarakat luas. Akhirnya,

kebersamaan dan kerja keras dari seluruh jajaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Bintan dengan semua pihak yang terkait diperlukan dalam rangka mewujudkan harapan

untuk mensejahterakan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah hasil perikanan, dan

masyarakat pesisir lainnya melalui pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan

dan perikanan secara berkelanjutan dapat terwujud.

---------- oOOo ----------