refkas tth bintan

Upload: meonglovers

Post on 04-Mar-2016

268 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

refkas TTH bintan

TRANSCRIPT

REFLEKSI KASUSTENSION TYPE HEADACHEPeembimbing : dr. Hendro Wibowo, Sp.S

disusun oleh

Bintan Tsabatus Silmi01.210.6107FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2014

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG 2012A. IDENTITAS

1. Nama: Ny. A2. Umur: 80 tahun

3. Jenis kelamin: Perempuan4. No CM: 0012375. Agama: Islam

6. Pendidikan: -7. Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga8. Status: Menikah

9. Tanggal Masuk: 20 Oktober 201410. Masuk Jam: 10.30 WIB

11. Ruang: Poli SarafB. ANAMNESA

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 20 Oktober 2014 jam 11.00 WIB1. Keluhan Utama : kepala pusingRiwayat Penyakit Sekarang : Lokasi

: Seluruh kepala Onset

: Tiba-tiba Kronologis: Pasien mengaku sejak 2 tahun ini mulai sering merasakan pusing. Pusing dirasakan sesekali, dengan waktu serangan yang tidak begitu lama sekitar 5-10 menit, dan menghilang dengan istirahat beberapa saat. Saat datangnya serangan pasien merasa cekot-cekot, kepala seperti terasa terikat, mata terasa berkunang-kunang, dan terasa nggliyer. Pasien juga merasakan mual, dan terkadang muntah. Keluhan ini biasanya muncul secara tiba-tiba, terutama saat pasien sedang kelelahan. Sebelum periksa kedokter, awalnya pasien mengkonsumsi obat yang dibeli di warung untuk mengatasi puisngnya, tetapi keluhan yang dirasakan hanya hilang sementara kemudian muncul lagi. Keluhan pasien semenjak 2012 sampai sekarang tetap sama, intensitas dan beratnya keluhan pusing tidak mengalami perubahan. Kualitas: Pusing pada seluruh kepala Kuantitas: Saat serangan pusing muncul pasien tidak dapat melakukan pekerjaan dan hanya bisa berbaring untuk istirahat. Faktor yang memperberat: - Faktor yang memperingan: Saat serangan datang, keluhan dirasakan membaik ketika dibuat istirahat. Gejala lain

: -2. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Hipertensi : disangkal Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Penyakit Paru : disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Stroke

: disangkal Riwayat Kejang

: disangkal Riwayat penyakit maag : disangkal Riwayat alergi obat : disangkal Riwayat trauma kepala : disangkal3. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi

: disangkal Riwayat Penyakit Jantung: disangkal

Riwayat Penyakit Paru

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Stroke

: disangkal Riwayat Kejang

: disangkal4. Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi : cukupC. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Present

Keadaan Umum: baikKesadaran

: composmentis GCS 15 E4M6V5Vital Sign

:

T

: 120/80 mmHg

N : 80 x/

RR : 20 x/

t

: 36,5oC

TB

: -

BB

: - b. Status Internus

Kepala: Mesocephale

Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher: Sikap

: Simetris Pergerakan: Normal Kaku kuduk: (-) Dada: Hemithorax dextra dan sinistra simetris

Paru: tidak dilakukan Jantung: tidak dilakukan Abdomen: tidak dilakukan Extremitas:

SuperiorInferiorOedem-/--/-

Varises-/--/-c. Status Psikikus Cara berpikir: Realistis

Perasaan hati: Euthyme

Tingkah laku: Normoaktif Ingatan

: Baik

d. Status Neurologikus1. N.I ( OLFAKTORIUS): Normal

2. N II ( OPTIKUS)

tajam penglihatan: tidak dilakukan

lapang penglihatan: normal

melihat warna

: normal

funduskopi

: tidak dilakukan

3. N III ( OKULOMOTORIUS ), N IV (TROKLEARIS ), N VI (ABDUCENS )

DxSx

PERGERAKAN BOLA MATANN

NISTAGMUS--

EKSOFTALMUS--

PUPILbulat,isokor, 3mmbulat,isokor, 3mm

REFLEK KONVERGENSI++

STRABISMUS--

MELIHAT KEMBAR--

4. N V ( TRIGEMINUS )

Sensibilitas taktil dan nyeri muka: bisa, simetrisMembuka mulut

: bisa, simetris

Meringis

: bisa, simetrisMenggigit

: bisa, simetrisReflek kornea

: (+), simetris

5. N VII (FACIALIS)

DxSx

MENGERUTKAN DAHI++

MENUTUP MATA++

LIPATAN NASOLABIAL++

MENGGEMBUNGKAN PIPI++

MEMPERLIHATKAN GIGI++

MENCUCUKAN BIBIR++

PENGECAPAN 2/3 ANTERIOR LIDAHtidak dilakukantidak dilakukan

6. N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)

DxSx

JENTIK JARI++

DETIK ARLOJItidak dilakukantidak dilakukan

SUARA BERBISIKtidak dilakukantidak dilakukan

TES WEBERtidak dilakukantidak dilakukan

TES RINNEtidak dilakukantidak dilakukan

TES SCHWABACHtidak dilakukantidak dilakukan

7. N IX (GLOSSOPHARINGEUS)

Pengecapan 1/3 posterior lidah: tidak dilakukan

Sensibilitas faring

: tidak dilakukan8. N X ( VAGUS )

Arkus faring: simetris

Berbicara

: normal

Menelan

: normal

Nadi

: dbn9. N XI (ACCESORIUS )

Mengangkat bahu

: simetris (+/+)

Memalingkan kepala : simetris (+/+)10. N XII ( HYPLOGOSSUS )

Pergerakan lidah : normal

Tremor lidah : (-)

Artikulasi

: normal

Lidah

: simetris (tidak ada deviasi)

e. Badan dan Anggota Gerak1. BADAN

MOTORIK Respirasi: normal

Duduk

: normal

SENSIBILITAS Taktil

: dbn

Nyeri

: dbn

Thermi

: tidak dilakukan

Diskriminasi 2 titik: dbn

Lokasi

: dbn

REFLEK

Reflek kulit perut: tidak dilakukan

Reflek kremaster: tidak dilakukan

2. ANGGOTA GERAK ATAS

MOTORIK

MotorikDxSx

Pergerakanbebasbebas

Kekuatan55

Tonusnormotonusnormotonus

Klonus--

Trofieutrofieutrofi

SENSIBILITASDxSx

Taktildbndbn

Nyeridbndbn

Thermitidak dilakukantidak dilakukan

Diskriminasi 2 titikdbndbn

Lokasidbndbn

REFLEK

DxSx

Biceps+N+N

Triceps+N+N

Radius+N+N

Ulna+N+N

Hoffman--

Trommer--

3. ANGGOTA GERAK BAWAHMOTORIK

MotorikDxSx

Pergerakanbebasbebas

Kekuatan55

Tonusnormotonusnormotonus

Klonus--

Trofieutrofieutrofi

SENSIBILITASDxSx

Taktildbndbn

Nyeridbndbn

Thermitidak dilakukantidak dilakukan

Diskriminasi 2 titikdbndbn

Lokasidbndbn

REFLEK

DxSx

Patella+N+N

Achilles+N+N

Babinski--

Chaddock--

Oppenheim--

Gordon--

Schaeffer--

Gonda--

Bing--

Rossolimo--

Mendel-Bechtrew--

Laseque Test>700>700

Kernig Test>1350>1350

f. Koordinasi, Gait, dan Keseimbangan Cara berjalan

: normal Tes Romberg

: -

Disdiadokhokinesis: tidak dilakukan

Ataksia

: tidak dilakukan Rebound phenomenon: tidak dilakukan Dismetria

: normal Tes provokasi

: +g. Gerakan Abnormal Tremor: - Atetosis: -

h. Alat Vegetatif Miksi: +

Defekasi: +D. RESUME

Pasien mengaku sejak 2 tahun ini mulai sering merasakan pusing. Pusing dirasakan sesekali, dengan waktu serangan yang tidak begitu lama sekitar 5-10 menit, dan menghilang dengan istirahat beberapa saat. Saat datangnya serangan pasien merasa cekot-cekot, kepala seperti terasa terikat, mata terasa berkunang-kunang, dan terasa nggliyer. Pasien juga merasakan mual, dan terkadang muntah. Keluhan ini biasanya muncul secara tiba-tiba, terutama saat pasien sedang kelelahan. Sebelum periksa kedokter, awalnya pasien mengkonsumsi obat yang dibeli di warung untuk mengatasi puisngnya, tetapi keluhan yang dirasakan hanya hilang sementara kemudian muncul lagi. Keluhan pasien semenjak 2012 sampai sekarang tetap sama, intensitas dan beratnya keluhan pusing tidak mengalami perubahan. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan atau masih dalam batas normalE. DIAGNOSAD/ Klinis

: Nyeri kepala mengikatD/ Topis

: Vestibular periferD/ Etiologis: Tension Type HeadacheF. SIKAP

1. Medikamentosa: Paracetamol

Betahistine 3 x 6 gr Amitriptilin 1 x 10 mgASSESMENT : (Diagnosis Kerja) 1. Tension Type HeadacheDAFTAR MASALAH

NOPROBLEM AKTIFTGLPROBLEM INAKTIFTGL

1Tension Type Headache20-10-2014Nyeri tengkuk leher17-12-2012

G. PROGNOSA

Ad sanam

: dubia ad bonam

Ad vital

: dubia ad bonam

Ad fungsional: dubia ad bonam

H. EDUKASI

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita

Mengurangi kegiatan yang bisa menimbulkan kelelahan Kontrol teratur setiap obat habis supaya jika serangan datang dapat langsung diatasiBAB IIDAFTAR PUSTAKA

TENSION TYPE HEADACHE

I. DEFINISISakit kepala tipe-ketegangan adalah sakit kepala spesifik, yang bukan vaskular atau migrain, dan tidak berkaitan dengan penyakit organik. Bentuk yang paling umum pada sakit kepala, yang mungkin terkait dengan pengetatan otot di bagian belakang leher dan/atau kulit kepala. Ada dua klasifikasi umum, sakit kepala tipe-ketegangan: episodik dan kronis, dibedakan oleh frekuensi dan keparahan gejala. Keduanya dicirikan sebagai sakit dan nyeri tak berdenyut tumpul, dan mempengaruhi kedua sisi kepala.Sakit kepala tension-type biasanya digambarkan sebagai sebuah sakit kepala tekanan seperti terikat tanpa gejala yang terkait. Internasional Headache Society (IHS) mendefinisikan sebagai sesuatu yang bilateral dan memiliki kualitas tekanan atau pengetatan dengan keparahan ringan sampai sedang. Bagaimanapun, lebih penting daripada kualitas spesifik sakit kepala, adalah bahwa hal tersebut tidak disertai dengan gejala-gejala yang terkait. Tidak seperti migrain, sakit kepala tension-type tidak diperparah oleh aktivitas fisik, dan tidak pula terkait dengan muntah. Sensitivitas baik terhadap cahaya atau suara mungkin ada, tapi tidak kedua-duanya. Sakit kepala tension-type dapat episodik atau kronis. (4,5,6)EpisodikSakit kepala tension-type episodik terjadi secara acak dan biasanya dipicu oleh stres sementara, kegelisahan, kelelahan atau kemarahan. Jenis ini adalah apa yang paling kita anggap sebagai sakit kepala stres. Sakitnya dapat hilang dengan penggunaan analgesik bebas, menjauhi sumber stres atau waktu yang relatif singkat untuk relaksasi. (2)Untuk jenis sakit kepala ini, obat bebas pilihannya adalah aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau natrium naproxen. Kombinasi produk dengan kafein dapat meningkatkan aksi analgesik. (2)KronisSakit kepala tension-type kronik menurut definisi terjadi setidaknya 15 hari setiap bulan selama setidaknya 6 bulan, meskipun dalam praktek klinis biasanya terjadi setiap hari atau hampir setiap hari. Meskipun sakit kepala ini tidak disertai dengan gejala-gejala, pasien dengan sakit kepala tension-type kronis sering memiliki keluhan somatik lainnya. Misalnya, pada sakit kepala tension-type kronis, namun bukan sakit kepala tension-type episodik, pasien mungkin mengalami mual. Mereka juga sering konstan melaporan sakit kepala, mialgia generalisata dan artralgia, kesulitan tidur dan tetap terjaga, kelelahan kronis, sangat membutuhkan karbohidrat, penurunan libido, lekas marah, dan gangguan memori dan konsentrasi. Oleh karena itu, gangguan ini mirip dengan depresi; namun, pada sakit kepala tension-type kronik, anhedonia tidak muncul, gangguan mood kurang diperhatikan atau bahkan mungkin absen, dan gejala utama adalah sakit kepala nyeri. Hal ini juga mirip fibromialgia, nyeri miofasial generalisata dan gangguan tidur. (4)II. ETIOLOGIPatofisiologi sakit kepala tension-type kurang dipahami, sakit kepala tension-type episodik mungkin terutama akibat gangguan mekanisme perifer, sementara sakit kepala tension-type kronis mencerminkan gangguan sakit di pusat. (4)Nama sebelumnya untuk sakit kepala tension-type mencerminkan penyebab dugaannya, termasuk sakit kepala kontraksi otot, sakit kepala psikogenik, sakit kepala stres, dan sakit kepala harian kronis. Istilah sakit kepala kontraksi otot telah ditinggalkan karena bukti elektromiografi gagal menunjukkan perubahan yang konsisten pada tonus otot pasien yang terkena. Selanjutnya, diusulkan mekanisme patofisiologis sakit kepala yang belum pernah terbukti. (4)Konsep bahwa sakit kepala tension-type adalah psikogenik juga telah dipertanyakan. Pasien dengan sakit kepala tension-type kronis, seperti halnya pasien dengan gangguan sakit kronis lainnya, memiliki sekitar 25% kemungkinan berkembangnya depresi sekunder. Setengah dari pasien mengalami depresi bersamaan dengan rasa sakit, sedangkan pada semester lain, depresi berkembang lebih tersembunyi. Sakit kepala tension-type mungkin muncul pada hampir semua gangguan kejiwaan. Namun tidak seharusnya diduga, bahwa sebagian besar sakit kepala tension-type berhubungan dengan gangguan psikologis atau kejiwaan. (4)Sakit kepala tension-type kronis, seperti gangguan nyeri kronis lainnya, dikaitkan dengan hipofungsi sistem opioid pusat. Penelitian sedang berlangsung untuk menentukan kontribusi relatif sensitisasi nociceptor perifer, sensitisasi neuronal sentral (nukleus kaudal trigeminal), dan cacat sistem pusat antinosiseptif pada patogenesisnya. (4)

Perubahan kimiawi otakPara peneliti kini menduga bahwa sakit kepala tension dapat diakibatkan perubahan antara bahan kimia otak tertentu serotonin, endorfin dan banyak bahan kimia lainnya yang membantu saraf berkomunikasi. Meskipun tidak jelas mengapa tingkat kimia berfluktuasi, prosesnya diduga mengaktifkan jalur nyeri ke otak dan mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri. (3)PemicuTampaknya faktor lain mungkin juga memberikan kontribusi bagi berkembangnya sakit kepala tension. Potensi yang mungkin memicu termasuk: (3,5) Stres

Depresi dan kecemasan

Postur rendah

Bekerja dalam posisi canggung atau bertahan pada satu posisi untuk waktu yang panjang

Cengkeraman rahang

III. GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala sakit kepala tension meliputi: (3,5,6) Nyeri kepala tumpul Sensasi rasa sesak atau tekanan di dahi atau di samping dan belakang kepala Perih pada kulit kepala, leher dan otot bahu Sesekali, kehilangan nafsu makan

Sakit kepala ketegangan bisa dialami dari 30 menit hingga satu minggu. Sakit kepala mungkin hanya dialami kadang-kadang, atau hampir setiap saat. Jika sakit kepala terjadi 15 hari atau lebih dalam sebulan untuk paling tidak tiga bulan, maka dianggap kronis. Jika sakit kepala yang terjadi kurang dari 15 kali dalam sebulan, sakit kepala dianggap episodik. Namun, orang dengan sakit kepala episodik sering berada pada risiko yang lebih tinggi menjadi sakit kepala kronis. (3)Sakit kepala biasanya digambarkan sebagai intensitas ringan sampai sedang. Tingkat keparahan nyeri bervariasi dari satu orang ke orang lain, dan dari satu sakit kepala ke sakit kepala lainnya pada orang yang sama. (3)Sakit kepala ketegangan kadang-kadang sulit dibedakan dari migrain, tetapi tidak seperti beberapa bentuk migrain, sakit kepala ketegangan biasanya tidak terkait dengan gangguan visual (bintik buta atau cahaya lampu), mual, muntah, sakit perut, lemah atau mati rasa pada satu sisi tubuh, atau berbicara melantur. Dan, sementara aktivitas fisik biasanya memperparah nyeri migrain, hal itu tidak membuat sakit kepala ketegangan bertambah parah. Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya atau suara dapat terjadi dengan sakit kepala ketegangan, namun ini bukan gejala umum. (3)IV. FAKTOR RESIKOFaktor risiko untuk sakit kepala tension meliputi: (3) Menjadi seorang wanita. Satu studi menemukan bahwa hampir 90 % wanita dan sekitar 70 % pria mengalami sakit kepala tension sepanjang hidup mereka.

Menjadi setengah baya. Kejadian sakit kepala tension memuncak pada usia 40-an, meskipun orang-orang dari segala usia dapat terkena jenis sakit kepala ini.

V. DIAGNOSISDokter dapat mencoba menentukan jenis dan penyebab sakit kepala menggunakan pendekatan ini: (3) Deskripsi sakit. Dokter dapat belajar banyak tentang sakit kepala dari deskripsi pasien akan jenis rasa sakit, termasuk beratnya, lokasi, frekuensi dan durasi, dan tanda-tanda dan gejala lain yang mungkin ada.

Tes pencitraan. Jika sakit kepala tidak biasa atau rumit, dokter mungkin melakukan tes untuk menyingkirkan penyebab sakit kepala serius, seperti tumor atau aneurisma. Dua tes yang umum digunakan untuk menggambarkan otak adalah computerized tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan.

Sebuah kalender sakit kepala. Salah satu hal yang paling bermanfaat yang dapat dilakukan adalah memperhatikan kalender sakit kepala. Setiap kali mendapatkan sakit kepala, tuliskan keterangan tentang rasa sakit, antara lain seberapa parah, di mana letaknya dan berapa lama berlangsung. Juga perhatikan semua obat yang diminum. Sebuah kalender sakit kepala dapat memberikan petunjuk yang berharga yang dapat membantu dokter mendiagnosis jenis khusus sakit kepala dan menemukan mungkin pemicu sakit kepala.

VI. PENTATALAKSANAAN

Meskipun sakit kepala tension-type umum dan berdampak besar pada masyarakat, sangat sedikit studi yang terkontrol-baik dari pengobatannya yang telah dilakukan. Banyak percobaan sebelumnya termasuk pasien dengan gabungan-tipe tension dan migrain tanpa aura dan pasien dengan sakit kepala akibat penggunaan berlebihan-pengobatan. (4)Tidak ada obat baru yang disetujui oleh FDA khususnya untuk pengobatan sakit kepala tension. Namun, mengingat sifat kronis gangguan ini dan risiko penggunaan berlebihan-obat-obatan sakit kepala pada pasien dengan sakit kepala sering, terapi profilaksis tampaknya terjamin untuk kebanyakan pasien. Sejak sakit kepala tension-type kronis adalah sebuah gangguan pengolahan nyeri sentral, obat dengan sentral efek modulasi nyeri cenderung paling efektif. (4)Obat antidepresanAntidepresan trisiklik obat pilihan untuk mencegah sakit kepala tension-type kronis, dan beberapa daripadanya juga efektif sebagai profilaksis migrain. Antidepresan diuji pada studi double-blind, dikontrol plasebo yang mencakup amitriptyline, doxepin, dan maprotiline.Amitriptyline mengurangi jumlah sakit kepala harian atau durasi sakit kepala sekitar 50% pada sekitar sepertiga pasien dalam beberapa studi, meskipun studi lain menemukan ini tidak lebih baik daripada placebo.Pada anak dan pasien tua, dosis awal biasa amitriptyline (atau obat serupa) adalah 10 mg pada waktu tidur. Pada dewasa, dosis awal biasa adalah 25 mg pada waktu tidur. Dosis dapat ditingkatkan sampai hasil terapeutik diperoleh atau efek samping tidak dapat ditoleransi. Antidepresan biasanya diberikan dari 4 sampai 6 minggu untuk bisa menunjukkan efek menguntungkan.Antidepresan trisiklik lainnya mungkin juga efektif, sebagaimana disarankan oleh pengalaman klinis, meskipun belum diteliti pada sakit kepala tension-type kronis. (4)SSRI: fluoxetine, paroxetine, dan citalopram belum menunjukkan efikasi studi-terkontrol. Obat ini sering digunakan, namun, karena mereka memiliki insiden efek samping lebih rendah. (4)Relaksan ototCyclobenzaprine adalah relaksan otot struktural terkait dengan amitriptyline. Pada 1972 studi double-blind, 10 dari 20 pasien menerima cyclobenzaprine mengalami 50 % atau lebih perbaikan pada sakit kepala tension-type, dibandingkan dengan 5 dari 20 pasien yang menerima plasebo. Dosis biasa cyclobenzaprine adalah 10 mg pada waktu tidur.Tizanidine, sebuah penghambat alfa-adrenergik, dilaporkan efektif untuk sakit kepala tension-type kronis pada percobaan plasebo-terkontrol tunggal. Dosis biasanya dititrasi dari 2 mg pada waktu tidur hingga 20 mg per hari, dibagi menjadi tiga dosis. Sedasi adalah efek samping paling umum dari agen ini. (4)ValproateValproate, antikonvulsi agonis asam gamma-aminobutyric (GABA), telah dievaluasi untuk keberhasilannya pada migraine, dan sakit kepala harian kronis. Mathew dan Ali mengevaluasi kemanjuran valproate 1.000 hingga 2.000 mg per hari pada 30 pasien dengansakit kepala harian kronis membandel (migrain tanpa aura dan sakit kepala tension-type kronis) dalam percobaan open-label. Level darah dipertahankan antara 75 dan 100 mg/mL. Pada bulan ketiga terapi, dua pertiga pasien telah membaik secara signifikan. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah berat bertambah, gemetaran, rambut rontok, dan mual. Obat anti-inflamasi non steroidObat anti-inflamasi non steroid (NSAID) secara luas diresepkan baik sebagai terapi tambahan sakit kepala tension-type dan untuk profilaksis dari migraine. Tidak ada acak percobaan terkontrol acak akan efikasi mereka pada profilaksis sakit kepala tension-type kronis, meskipun mereka sering digunakan untuk tujuan ini. (4)Toksin botulinumSuntikan toksin botulinum pada otot kepala dan leher ditemukan efektif untuk meredakan sakit kepala tension-type kronis pada seri kecil pasien. Hasil dari uji klinis kecil telah dicampur, dan dua uji terkontrol-plasebo besar saat ini sedang dilakukan. (4)TERAPI AKUTPengobatan akut sakit kepala tension-type harian sulit.

NSAID mungkin berguna sebagai analgesik untuk sakit kepala harian dan mengurangi potensi penyebab sakit kepala dipicu-obat. (4)Relaksan otot seperti chlorzoxazone, orphenadrine sitrat, carisoprodol, dan metaxalone umumnya digunakan oleh pasien dengan sakit kepala tension-type kronis, tetapi belum terbukti efektif untuk melegakan nyeri akut. (4,6)Sumatriptan telah dievaluasi pada beberapa studi sakit kepala tension-type. Obat ini tidak lebih efektif daripada plasebo untuk serangan akut pada pasien dengan sakit kepala tension-type kronis; namun, sakit kepala tension-type episodik berat pada pasien bersama dengan migrain tampaknya merespon terhadap agen ini. (4)Agen untuk mencegah. Benzodiazepine, kombinasi butalbital, kombinasi kafein, dan narkotika harus dihindari, atau gunakanlah obat-obatan tersebut dengan kontrol yang cermat, karena risiko habituasi dan sakit kepala diinduksi-pengobatan. (4)TERAPI NON FARMAKOLOGIBanyak studi klinis telah mendukung kegunaan relaksasi dan terapi biofeedback elektromielografik pada sakit kepala tension-type kronis. (4)Studi tidak menemukan satu pun teknik (relaksasi, biofeedback, atau kombinasi tersebut) yang akan lebih baik daripada yang lain. Rata-rata hasil dari 37 percobaan yang menggunakan sakit kepala harian, direkam untuk mengevaluasi relaksasi atau terapi biofeedback elektromielografik, Holroyd menemukan bahwa setiap terapi atau kombinasinya mengurangi aktivitas sakit kepala tension-type sekitar 50%.(4)Manajemen stres dengan menggunakan terapi perilaku-kognitif sama efektif dengan menggunakan relaksasi atau biofeedback dalam mengurangi sakit kepala tension-type. Terapi kognitif bisa jadi paling mungkin untuk meningkatkan efektivitas relaksasi atau biofeedback ketika stres kronis, depresi, atau masalah penyesuaian memperburuk sakit kepala pasien. (4)Kombinasi terapi non-farmakologi dengan terapi farmakologi menyediakan manfaat lebih besar dari terapi jika terapi digunakan sendiri-sendiri. Selain itu pencitraan guided untuk terapi farmakologis menghasilkan perbaikan yang signifikan baik dalam kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan dan sakit kepala yang berhubungan cacat. Dalam percobaan placebo-terkontrol pengobatan antidepresan trisiklik dengan terapi manajemen stres, Holroyd dkk menemukan bahwa keduanya secara sederhana efektif dalam mengobati sakit kepala tension-type kronis, namun terapi kombinas lebih baik dari monoterapi. (4)EMBED Word.Picture.8

_1418160084.doc