kak wp3k dkp

19
KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL KABUPATEN SUKABUMI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKABUMI 2014

Upload: ismapriyani

Post on 28-Dec-2015

116 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kak Wp3k Dkp

KERANGKA ACUAN KERJA

PENYUSUNAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SUKABUMI

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKABUMI

2014

Page 2: Kak Wp3k Dkp

LATAR BELAKANG

Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) disusun secara berhirarkis sesuai dengan amanat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 yang telah diubah dengan UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang meliputi Rencana Strategis WP3K, Rencana Zonasi WP3K, Rencana Pengelolaan WP3K, dan Rencana Aksi Pengelolaan WP3K. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wajib dilakukan dengan cara mengintergrasikan kegiatan-kegiatan antara pemerintah dengan pemerintah daerah, antar pemerintah daerah, antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan guna melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan dan memperkaya sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan. Di samping itu menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, memperkuat peran masyarakat serta meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil.

Rencana Strategis WP3K (RSWP3K) merupakan bentuk kebijakan publik yang disusun sebagai upaya memastikan pengarusutamaan pengelolaan wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil dalam pembangunan. Dokumen Rencana Strategis WP3K, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil wajib disusun oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

Pasal 9 Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyatakan bahwa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) merupakan arahan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Ketentuan lebih lanjut terhadap pelaksanaan Pasal tersebut diatas terdapat pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,pasal 14 sampai dengan pasal 29.

Pada Pasal 10 Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terdapat ketentuan yang mengamanatkan bahwa RZWP3K Provinsi dan RZWP3K Kabupaten/Kota berisi pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan Alur Laut. Kemudian menjelaskan keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam suatu Bioekoregion, penetapan pemanfaatan ruang laut, dan penetapan prioritas Kawasan laut untuk tujuan konservasi, sosial budaya, ekonomi, transportasi laut, industri strategis, serta pertahanan dan keamanan. Keterkaitan antara ekosistem darat dan laut dalam suatu bioekoregion antara lain terwujud dalam pengelolaan pulau-pulau kecil yang dilakukan dalam satu gugus pulau kluster, atau bentang laut (seascape) dengan memperhatikan keterkaitan ekologi, keterkaitan ekonomi, dan keterkaitan sosial budaya dalam satu bioekoregion dengan pulau induk atau pulau lain sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.

Untuk substansi RZWP3K yang terkait dengan pemanfaatan ruang laut dan alokasi ruang laut, pengaturannya selain terdapat dalam Pasal 10 Undang-Undang 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil jo UU No. 1 Tahun 2014 juga terdapat dalam Pasal 6 ayat (3), (4), (5) dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Oleh sebab itu dalam penyusunan RZWP-3-K Kabupaten harus diserasikan,

Page 3: Kak Wp3k Dkp

diselaraskan, dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah Kabupaten.

RZWP3K yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dapat dilakukan pemerincian lebih lanjut, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan teknologi yang dapat diterapkan serta ketersediaan sarana yang ada di daerah, dalam bentuk Rencana Zonasi Rinci WP-3-K, yang pengaturannya terdapat di dalam Pasal 7 ayat (5) Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 serta Pasal 17 dan 21 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2008. Tentang Pedoman Umum Penyusunan RZWP-3-K.

Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten yang memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara geografis berada di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan posisi geografis terletak di antara 6o 57’ - 7o 25’ Lintang Selatan dan 106o49’ - 107o00’ Bujur Timur. Luaswilayah Kabupaten Sukabumi sebesar 4.128 km2 atau 14,39 persen dari luas Jawa Barat atau 3,01 persen dari luas Pulau Jawa dengan panjang garis pantai atau pesisir sepanjang 117 kilometer. Dari 47 kecamatan yang ada, sebanyak 9 kecamatan merupakan kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kecamatan Palabuhan Ratu, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Ciracap, Kecamatan Surade, Kecamatan Cibitung, dan Kecamatan Tegalbuleud.

Terdapat berbagai isu-isu dan permasalahan penting di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kabupaten Sukabumi yang bilamana tidak segera dilakukan upaya pengelolaannya akan dapat membawa dampak negatif dikemudian hari. Beberapa permasalahan yang ada antara lain: potensi sumberdaya alamwilayah pesisir belum dimanfaatkan secara optimal, pemanfaatannya belum memperhatikan aspek-aspek kelestarian dan keberlanjutan lingkungan, tarik menarik kepentingan dalam pengelolaan wilayah pesisir, ego sektoral, adanya konflik di masyarakat terhadap pemanfaatan ruang pesisir dan laut, dan laini-lain.

Untuk menindaklanjuti berbagai isu dan permasalahan yang ada serta untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Sukabumi secara lestari dan berwawasasn global serta bermanfaat bagi kemakmuran rakyat, maka perlu dilakukan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Sukabumi. Sesuai dengan amanat Undang-undang No 1 Tahun 2014, Pemerintah daerah wajib menyusun rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) sesuai dengan kewenangan masing-masing.Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi perlu segera menyusun RZWP3K Kabupaten Sukabumi melalui koordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan keharmonisan spasial dan keseimbangan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Sukabumi

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Kabupaten Sukabumi.

Page 4: Kak Wp3k Dkp

SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini antara lain :

1) Teridentifikasi dan teranalisanya 12 dataset;

2) Teridentifikasinya potensi dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Sukabumi;

3) Teridentifikasinya dampak kegiatan dari wilayah sekitar yang mempengaruhi wilayah perencanaan;

4) Teridentifikasinya isu-isu perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Sukabumi;

5) Teridentifikasinya nilai-nilai sumber daya dalam peta paket sumber daya;

6) Tersusunnya struktur dan alokasi ruang WP3K Kabupaten Sukabumi;

7) Terformulasikannya kebijakan dan strategi, arahan, ketentuan pengendalian, pemanfaatan ruang dan indikasi program pengembangan WP3K Kabupaten Sukabumi.

LANDASAN HUKUM

1. UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 2. UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas; 3. UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 4. UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. UU No 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 1 tahun 2014 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 7. UU No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah; 8. UU No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 9. UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; 10. UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 11. UU No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5073);

12. PP No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; 13. PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah,

pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kab/ Kota; 14. PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan 15. PP No 2 Tahun 2008 tentang Lingkungan Hidup; 16. PP No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 17. PP No 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 18. PP No 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang; 19. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.17/ MEN/ Tahun 2008 tentang

Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 20. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.30/MEN/2010 Tahun 2010 tentang

Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;

Page 5: Kak Wp3k Dkp

21. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 2 Tahun 2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengeloaan Perikanan Negara Republik Indonesia;

22. Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di Laut; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 47 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan

Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.78 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas

Daerah; 25. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.16/ MEN/2008 tahun 2008 tentang

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 26. RPJMD kabupaten Sukabumi Tahun 2010 – 2015 27. Peraturan Daerah No 5 Tahun 2009 tentang Pelestarian Penyu 28. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No 22 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten

Sukabumi

LOKASI KEGIATAN

Wilayah perencanaan kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sukabumi adalah 9 (sembilan) kecamatan pesisir (batas darat) Kabupaten Sukabumi beserta perairannya sejauh 4 mil (batas laut) ke arah laut lepas.

SUMBER PENDANAAN

Pelaksanaan Kegiatan ini bersumber dari APBD dan membutuhkan dana sebesar Rp. 400.000.000,- dengan rincian anggaran biaya (RAB) sebagaimana terlampir

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1) Persiapan

Pada tahapan ini dilakukan persiapan pelaksanaan kegiatan yang meliputi :

Penyiapan personil dalam tim kerja (tenaga ahli dan tenaga pendukung sesuai dengan tata laksana personil),

Penyiapan administrasi,

Studi literatur sebagai awal atau referensi untuk pelaksanaan kegiatan

Studi literatur dari studi terdahulu digunakan sebagai data sekunder dalam penyusunan Rencana Zonasi ini. Data studi literatur yang dikumpulkan meliputi kebijakan, kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya, kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang eksisting, kondisi ekologi serta rencana/studi terkait lainnya.

a) Kebijakan meliputi RTRW Kabupaten, RPJM Kabupaten dan kebijakan lain yang terkait.

b) Kondisi fisik, menyangkut kondisi geologi/tatanan tektonik (jalur gempa , jenis tanah dan jenis batuan), morfologi pantai (bentuk permukaan pulau, evolusi pantai , bentuk dan tipe pantai), hidro-oceonografi (arus pasang surut, bathimetri, kecepatan arus permukaan, Iklim dan cuaca), keterdapatan pulau

Page 6: Kak Wp3k Dkp

kecil (paparan benua, kelanjutan benua) dan lokasi/posisi (pulau perbatasan, pulau terluar, pulau di perairan pedalaman)

c) Kondisi Sosial Budaya, menyangkut sebaran dan jumlah penduduk, interaksi penduduk, budaya & adat istiadat, sejarah sosial dan issue permasalahan sosial budaya

d) Kondisi Ekonomi, menyangkut PDRB, PAD, sebaran potensi ekonomi, basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi dan pemasaran).

e) Kondisi Pemanfaatan Ruang Eksisting, menyangkut penggunaan ruang wilayah pesisir dan laut masing-masing sektor dan komoditi serta aspek permasalahannya.

f) Kondisi Ekologi, menyangkut sebaran biota (endemik, langka, hampir punah, invansi), jenis dan sebaran ekosistem (mangrove, terumbu karang, pantai berbatu) dan kondisi sumberdaya alam (pencemaran perairan, kerusakan terumbu karang, kerusakan mangrove).

g) Rencana/studi terkait lainnya.

2) Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dimaksudkan untuk mengidentifikasi pemanfaatan sumberdaya dan isu-isu perencanaan, serta pengumpulan bahan peta dasar dan peta tematik sesuai skala peta yang telah ditentukan.

Kebutuhan Data Dasar

Jenis-jenis data dasar serta kedalaman informasi yang dibutuhkan meliputi Jenis data dasarsebagai berikut :

a. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)

Merupakan data pada skala 1:25.000 yang mencakup kedalaman informasi topografi, batas administrasi sampai desa, gedung dan bangunan, jaringan jalan, jaringan sungai dan tubuh air.Data ini dapat diperoleh dari Bakosurtanal.

b. Peta Sistim Lahan dan Kesesuaian Lahan (Landsystems and Landsuitability)

Merupakan data pada skala 1:100.000 yang mencakup kedalaman informasi Sistim Lahan dan bentuk lahan. Sistim lahan terdiri dari : Pantai, Rawa Pasut, Dataran Aluvial, Jalur Kelokan, Rawa-Rawa, Lembah Aluvial, Kipas & Lahar, eras-teras. Dataran. Bentuk Lahan terdiri dari : Kemiringan Relief, Lebar Puncak, Lembah-Lembah, Jenis Batuan / Mineral Dominan, Daerah Iklim, Kesesuaian Lahan. Data ini dapat diperoleh dari Bakosurtanal, Dishidros TNI AL.

c. Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Lingkungan Perairan Indonesia (LPI)

Merupakan data pada skala 1:100.000 sampai dengan skala 1:50.000 yang mencakup kedalaman informasi Garis Pantai, Batu Karang, Terumbu, Beting Karang, Tempat Berlabuh, Menara Suar, Dilarang Berlabuh, Garis Cakupan 4 sd 12 mil laut, Stasiun Radar, Kerangka Berbahaya, Kabel Dalam Air, Pipa Dalam Air, Sistim Pemisahan Lalulintas, Batas Sektor, Daerah Latihan, Daerah Larangan, Terlarang, Pelampung. Data ini dapat diperoleh dari Bakorsurtanal, Dishidros TNI AL.

Page 7: Kak Wp3k Dkp

d. Bathimetri (kedalaman laut)

Merupakan data dengan skala 1:25.000 sd skala 1:10.000 meliputi kedalaman informasi kedalaman perairan yang bisa diperoleh dari : Dishidros, Bakorsurtanal, LPI, LLN ataupun dengan survei bathimetri.

e. Geologi dan geomorfologi

Merupakan data dengan skala 1:100.000 sd 1:50.000 tentang bentuk dan tipe pantai, jenis substrat dasar dan geologi dasar laut yang bisa diperoleh dari : BALITBANG KKP, PPGL, kajian terkait sebelumnya dan ground check di lapangan.

f. Oceanografi

Merupakan data tentang hidrologi, oceanografi fisika, kimia dan biologi yang bisa didapatkan dari : survey lapangan dan kajian terkait sebelumnya.

g. Ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan

Merupakan data yang disajikan pada skala 1:50.000 sd 1:25.000 tentang kondisi, jenis dan kelimpahan biota yang ada pada ekosistem pesisir (mangrove, padang lamun dan terumbu karang) yang bisa diperoleh dari : interpretasi citra Alos Pansharp (Alos Avnir 2 dan Alos Prism), ground check, penyelaman dan kajian terkait sebelumnya.Data potensi sumberdaya ikan untuk ikan demersal dapat diperoleh dengan penyelaman, sedangkan untuk ikan pelagis dengan parameter SST, chlorofil, salinitas, dan upwelling, atau ground check dengan menggunakan fishfinder.

h. Infrastruktur

Merupakan data tentang sistem jaring transportasi, energi, telekomunikasi, sumberdaya air, sarana prasarana perikanan dan prasarana lainnya yang bisa didapatkan dari : RTRW, Dinas PU dan kajian terkait sebelumnya.

i. Pemanfaatan lahan daratan (Land use)

Merupakan data pada skala 1:50.000 sd 1:25.000 meliputi penggunaan lahan darat (land use) eksisiting di wilayah pesisir dan ground check. Penyajian data penggunanaan lahan dan kedalaman informasi mengacu pada SNI yang ada.

j. Kesesuaian lahan perairan

Merupakan data tentang kondisi fisika, kimia dan biologi perairan yang akan dimanfaarkan untuk menganalisa kesesuaian perairan untuk kegiatan lindung dan budidaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau yang bisa diperoleh dari : RTRW dan hasil analisis.

k. Pemanfaatan ruang laut (Marine use)

Merupakan data tentang penggunaan ruang laut eksisting seperti : lokasi karamba, lokasi bagan, lokasi bangunan pantai, lokasi lepas pantai, pariwisata, pertambangan, konservasi yang sudah ditetapkan, dll yang bisa diperoleh dari : interpretasi citra, ground check dan kajian lain.

Page 8: Kak Wp3k Dkp

l. Sumberdaya air

Merupakan data mengenai Sumberdaya Air Permukaan dan Air Tanah di Wilayah Perencanaan, yang bisa diperoleh dengan analisis citra penginderaan jauh, Analisis debit berbasis DAS, dan RTRW, Dinas PU dan kajian terkait sebelumnya

m. Sosial dan budaya

Merupakan data tentang kondisi sosial dan kelembagaan, seperti kependudukan, adat istiadat, agama, masyarakat adat dan kearifan lokal yang bisa diperoleh dari : RTRW, BPS, wawancara, dll.

n. Ekonomi wilayah

Merupakan data tentang kondisi ekonomi makro dan mikro yang bisa diperoleh dari : RTRW, BPS, wawancara, dll.

o. Risiko bencana

Merupakan data, informasi dan peta tentang kerawanan bencana seperti sea level rise, tsunami, banjir, badai, gelombang pasang/ekstrim/rob, tanah longsor, landsubsidence, intrusi laut,gempa, abrasi, sedimentasi yang bisa diperoleh dari : BNPB, BPBD, RTRW dan pemodelan.

Pengumpulan data dan informasi dari sumber kedua yaitu lembaga atau institusi yang telah melakukan proses pengumpulan data lapangan dan mendokumentasikannya dalam bentuk laporan, buku, diagram, peta, foto, dan media penyimpanan lainnya disebut sebagai Pendekatan Survei Data Sekunder. Jenis data dasar yang digunakan untuk memulai proses penyusunan rencana zonasi Kabupaten Sukabumi antara lain berupa peta-peta dan literatur yang bersumber dari beberapa instansi.

3) Penyusunan Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan RZWP3K berisikan tentang : Gambaran Umum lokasi kegiatan, metodologi, data-data sekunder yang terkumpul, hasil kajian studi terdahulu, rencana kerja, peralatan dan kebutuhan data.

4) Survei Lapangan

Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka pengumpulan data sekunder dan primer yang belum tersedia. Survey ini dilaksanakan dalam rangka melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya serta melakukan pengumpulan data primer. Pengumpulan data primer merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui perekaman data (observasi, pengambilan sampling, penghitungan, pengukuran, wawancara, kuesioner atau focus group discussion) langsung dari sumber pertama (fenomena/objek yang diamati).

Page 9: Kak Wp3k Dkp

Data primer yang dikumpulkan melalui survey, antara lain :

1. Oseanografi

Seluruh pengumpulan data primer dataset oseanografi dilakukan hingga kedalaman 50 m, data yang diambil meliputi:

1.1 Fisika Perairan

Data fisika perairan yang diukur meliputi:Arus, Pasang Surut, Gelombang, Suhu, Kecerahan, Total Suspended Solid (TSS).

a. Arus

Arus diukur menggunakan alat ukur arus pada 2 (dua) titiksecara simultan dengan didukung data sekunder.Data primer dan sekunder digambarkan dalam scatter diagram, vektor plot, current rose (mawar arus). Untuk distribusi spasial pola arus untuk tiap 500 m disimulasikan dengan model hidrodinamika pola arus dengan grid maksimal 500 x 500 m, dan dikalibrasi dengan hasil pengukuran.Data ukur juga meliputi pada saat kondisi pasang tinggi (fase spring tide). Peta arus skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan interval 0,05 m/detik.

b. Pasang Surut

Pasang surut diukur selama 7 hari 7 malam pengamatan. Data hasil pengukuran didukung dengan data sekunder.Data pasang surut disimulasikan dengan model hidrodinamika dan dikalibrasikan dengan hasil pengukuran arus.

c. Gelombang

Gelombang diprediksi dengan data angin. Distribusi spasial tinggi dan arah gelombang setiap 500m disimulasikan dengan model refraksi gelombang. Peta tinggi gelombang skala 1:50.000 digambarkan dalam bentuk kontur isoline tiap 0,1 m.

d. Suhu, Kecerahan, dan TSS

1) Suhu

Suhu diukur dengan thermometer. Suhu dianalisis dengan citra satelit dan dilakukan ground check pada 10 titik yang lokasinya ditentukan berdasarkan analisis citra satelit. Peta suhu skala 1:50.000, digambar dalam

bentuk kontur isoline dengan interval 1 (C).

2) Kecerahan

Kecerahan dilakukan secara insitu dengan menggunakan secchi disk. Peta kecerahan skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isolinedengan interval per 1 m.

3) Total Suspended Solid (TSS) dianalisis di laboratorium.

Page 10: Kak Wp3k Dkp

1.2 Kimia dan Biologi Perairan

a) pH dan Salinitas

pH, Salinitas diukur dengan menggunakan alat ukur. Peta pH dan Salinitas digambar pada skala 1:50.000. Peta pH digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,5. Peta Salinitas digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 1 o/oo.

b) COD, BOD, Amonia

COD, BOD, Amonia dilakukan sampling untuk diukur dan dianalisis. Peta COD, BOD, Amonia digambar pada skala 1:50.000. Peta COD dan BOD digambar dengan bentuk kontur isoline dengan selang 0,4 mg/l. Peta Amonia digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1 mg/l.

c) Klorofil

Klorofil dianalisis dengan citra satelit dan dilakukan ground check pada titik yang lokasinya ditentukan berdasarkan analisis citra satelit. Peta klorofil skala 1:50.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan selang 0,1 mg/m3.

2. Ekosistem pesisir

A. Terumbu Karang

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi tentang terumbu karang yang meliputi : sebaran, luasan, dan kondisi terumbu karang. Untuk mendeteksi keberadaan, sebaran dan luasan terumbu karang dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi sample. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan dan mencatat data primer untuk mengetahui tutupan dan kondisi terumbu karang.

B. Lamun

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi tentang lamun yang meliputi : sebaran, luasan, dan kondisi lamun. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangandan pencatatan untuk mengetahui jenis dan kondisi lamun.

C. Mangrove

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi tentang mangrove yang meliputi : jenis, sebaran, luasan, dan kondisi (penutupan tajuk dan kerapatan pohon) mangrove. Untuk mendeteksi keberadaan, sebaran dan luasan mangrove dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi titik samplepengamatan. Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan untuk mengetahui penutupan tajuk (%) dan kerapatan pohon (jumlah pohon per hektare) dan kondisi mangrove.Pada saat pengamatan ekosistem, diamati juga spawning ground, nursery ground, dan feeding ground.Peta ekosistem pesisir skala 1:50.000 digambar sebaran dalam bentuk polygon dan kondisi dalam bentuk pie chart.

Page 11: Kak Wp3k Dkp

3. Sumberdaya ikan

A. Ikan Demersal

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis dan kelimpahan ikan demersal diperoleh dari hasil survey lapangan. Survey lapangan dilakukan bersamaan dengan survey ekosistem (terumbu karang,lamun, dan mangrove), untuk memperoleh jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi ikan demersal, dan makrobentos. Peta sumberdaya ikan demersal skala 1:50.000 digambar dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar ekosistem pesisir.

B. Ikan Pelagis

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai lokasi, keberadaan, jenis dan kelimpahan ikan pelagis. Untuk mendeteksi keberadaan ikan pelagis dilakukan analisis citra satelit, dengan resolusi minimal 20 x 20 m terhadap klorofil dan suhu permukaan laut, serta dikombinasikan dengan pola arus dari hasil simulasi model hidrodinamika. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi ground checkatau wawancara/kuisioner dengan nelayan untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan. Peta sumberdaya ikan pelagis skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon, dan jenis serta kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar lokasi fishing ground.

C. Jenis Ikan yang dilindungi

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis ikan yang dilindungi dilakukan secara bersamaan dengan survei ikan pelagis dan ikan demersal.

4. Pemanfaatan wilayah laut eksisting

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai jenis dan lokasi pemanfaatan wilayah laut yang telah ada. Untuk mendeteksi lokasi pemanfaatan wilayah laut yang ada dilakukan analisis citra satelit dan data sekunder pemanfaatan wilayah laut. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk ground check untuk mengetahui jenis pemanfaatan wilayah laut yang ada. Peta pemanfaatan wilayah laut skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon dan point.

5. Substrat Dasar Laut

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai lokasi dan jenis substrat dasar laut. Untuk mendeteksi lokasi dan jenis substrat dasar laut dilakukan survey pengambilan sample pada titik pengamatan. Survey substrat dasar laut dilakukan pada kedalaman maksimal 100 m. Hasil pengambilan sample substrat dasar laut dianalisis di laboratorium untuk mengetahui persentase ukuran butir dan jenis substrat.Peta substrat dasar laut skala 1:50.000 digambar dalam polygon.

Page 12: Kak Wp3k Dkp

6. Infrastruktur

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai infrastruktur (sarana prasarana kelautan dan perikanan).Untuk mendeteksi lokasi dan sebarannya dilakukan ground check dengan menggunakan GPS.Peta infrastruktur skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point.

7. Demografi dan Sosial

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai :

a) Demografi, meliputi : jumlah penduduk, gender, tenaga kerja, jumlah nelayan dan pembudidaya ikan, mata pencaharian, pendidikan

b) Sosial, meliputi : wilayah masyarakat hukum adat (lokasi, batas dan karakteristik), wilayah penangkapan ikan secara tradisional (lokasi, batas, dan karakteristik)

c) Budaya, meliputi : kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk tempat suci dan kegiatan peribadatannya, aktifitas/ritual keagamaan, situs cagar budaya dll.

Peta demografi dan sosial skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point/polygon disertai informasi dalam bentuk diagram/tabel/pie chart.

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai:

Kegiatan ekonomi masyarakat (tingkat pendapatan masyarakat per kecamatan);

Kondisi sarana dan prasarana pendukung (jaringan jalan, transportasi laut, transportasi udara, tingkat aksesibilitas);

Kondisi fasilitas dan utilitas (listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain).

Peta sosial, ekonomi, dan budaya skala 1:50.000 digambar dalam bentuk point dan/atau polygon.

8. Resiko Bencana dan Pencemaran

Penyedia jasa harus mengumpulkan data dan informasi mengenai resiko bencana (jenis, lokasi, batas, riwayat kebencanan, tingkat kerusakan, kerugian) dan pencemaran (sumber pencemaran). Untuk mendeteksi resiko bencana dan pencemaran dilakukan ground check dengan menggunakan GPS dan wawancara. Peta resiko bencana dan pencemaran skala 1:50.000 digambar dalam bentuk polygon.

5) Identifikasi Potensi Wilayah

Identifikasi potensi wilayah meliputi: Pengolahan dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik, Identifikasi pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, Identifikasi potensi perkembangan wilayah, Identifikasi dampak kegiatan dari wilayah sekitar yang mempengaruhi wilayah perencanaan, dan Identifikasi Isu Perencanaan.

Page 13: Kak Wp3k Dkp

6) Penyusunan Dokumen Awal

Penentuan usulan alokasi ruang dilakukan dengan tahapan penyusunan paket sumberdaya.peta paket sumberdaya secara spasial merupakan kombinasi dari 2 (dua) dataset dasar (baseline dataset) dan 13 (tiga belas) dataset tematik (thematic dataset) yang diperoleh melalui tumpangsusun (overlay) peta. Setelah diperoleh peta paket sumberdaya kemudian dilakukan identifikasi nilai-nilai sumberdaya yang merupakan identifikasi karakteristik paket-paket sumberdaya. Peta paket sumberdaya hasil tumpang susun yang telah dianalisis kesesuaian terhadap kriteria kawasan, zona, sub zona, dan/atau pemanfaatannnya, kemudian ditentukan usulan alokasi ruangnya, yang meliputi : kawasan, zona, sub zona, dan/atau pemanfaatannya. Hasil identifikasi potensi wilayah dan peta-peta tematik kemudian dituangkan ke dalam Dokumen Awal

Dokumen Awal Rencana Zonasi Kab/Kota berisikan tentang : (i) Analisis Data : Analisis Kebijakan, Kewilayahan, Sosial Ekonomi, Potensi Sumberdaya, Pemanfaatan Sumberdaya, Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, dan Daya Dukung, (ii) Matriks Keterkaitan Antar Zona, dan (iii) Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi dan Album Peta.

Adapun isi dokumen awal yang akan disusun meliputi:

(i). Analisis Data, terdiri atas :

a. Analisis Kebijakan

Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap kebijakan rencana tata ruang nasional/provinsi/kab/kota, dan menyesuaikan perencanaan yang dibuat dengan kebijakan pembangunan daerah, dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang didasarkan pada kebijakan pembangunan nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan pertahanan keamanan.

b. Analisis Kewilayahan

Analisis kewilayahan merupakan analisis untuk melihat kecenderungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi fisik wilayah dan kondisi ekonomi, sosial-budaya yang ada. Analisis kewilayahan akan dapat mengeluarkan rekomendasi bagi skala pengembangan kawasan yang diharapkan dan arahnya.

c. Analisis Sosial Ekonomi dan budaya

Analisis sosial ekonomi dilakukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi dan strukturnya di wilayah perencanaan. Analisis sosial ekonomi menyangkut sebaran dan jumlah penduduk, interaksi penduduk, budaya & adat istiadat, sejarah sosial dan issuepermasalahan sosial budaya, sebaran potensi ekonomi, basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi dan pemasaran).

d….Analisis Infrastruktur

Analisis infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk mengetahui sebaran infrastruktur yang ada, sebagai data dasar dalam pengembangan struktur wilayah dan acuan dalam analisis proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan.Kondisi infrastruktur dapat diketahui berdasarkan data sekunder yang telah ada dan observasi langsung di lapangan.

Page 14: Kak Wp3k Dkp

Pemetaan dilakukan dengan cara digitalisasi data sekunder dan plotting lokasi secara langsung di lapangan, meliputi sarana dan prasarana transportasi, air bersih, listrik dan energi, sanitasi, dan prasarana lainnya.

e. Analisis Ekonomi Wilayah

Analisis ekonomi wilayah bertujuan untuk mengetahui pola distribusi perkembangan wilayah, pertumbuhan pusat-pusat kegiatan di wilayah kajian, dan komoditi basis wilayah. Analisis ekonomi wilayah meliputi : Struktur ekonomi dan pergeserannya, sektor basis, dan komoditi sektor basis.

f. Analisis Daya Dukung Wilayah

Analisis daya dukung (carrying capacity analysis) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan.Analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan.Analisis daya dukung wilayah pesisir meliputi daya dukung fisik lingkungan (geografi, geo-morfologi, hidrologi, eko-biologis dan hidro-oseanografi) dan daya dukung sosial, ekonomi, budaya dan politik.

g. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan analisis yang melihat pada potensi wilayah pesisir berdasarkan kriteria-kriteria teknis kegiatan pemanfaatan ruang yang direncanakan. Analisis ini menggunakan metode overlay peta untuk masing-masing variabel fisik, sosial, ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan. Dari hasil analisis ini akan dihasilkan kesesuaian lahan pemanfaatan ruang dalam bentuk peta kesesuaian pemanfaatan ruang, yang antara lain akan meliputi kesesuaian pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung (konservasi), kawasan pemanfaatan umum, zona alur dan kawasan strategis.

(ii). Matrik Keterkaitan Antar Zona

Matrik keterkaitan antar zona menguraikan hubungan antar zona/sub zona dalam suatu wilayah perencanan untuk melihat harmonisasi antar zona/sub zona. Matrik ini berisi susunan aktifitas/nilai untuk tujuan komersial, industrial, lingkungan, tempat tinggal, dan tempat rekreasi umum dan berfungsi untuk menjelaskan susunan aktifitas yang dapat diterapkan di dalam masing-masing peruntukan zona/sub-zona. Contoh matriks kesesuaian aktifitas/pemanfataan.

(iii) Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi

Draft dokumen awal RZWP-3-K Kab/Kota terutama memuat jenis kawasan, zona dan sub zona yang diusulkan untuk dijadikan sokumen awal rencana zonasi. Adapun pembagian masing-masing kawasan, zona/sub zona dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 15: Kak Wp3k Dkp

7) Konsultasi Publik I (Pembahasan Laporan)

Konsultasi publik pertama bertujuan untuk memberitahukan hasil-hasil penyusunan rencana zonasi pada tahap awal yaitu hasil pengumpulan data, survei lapangan (identifikasi data dan informasi dan penyusunan paket sumberdaya) sampai mengidentifikasi potensi wilayah (nilai sumberdaya dan isu permasalahan) dan dimaksudkan untuk menjaring masukan dan perbaikan data maupun informasi mengenai draft rencana zonasi yang telah disusununtuk mendapatkan kesepakatan awal.

8) Penyusunan Draft Laporan Akhir (Dokumen Antara)

Draft laporan akhir merupakan laporan antara yang telah diperbaiki berdasarkan masukan dan informasi yang diperoleh dari berbagai pemangku kepentingan di daerah atas wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di wilayahnya. Sehingga dalam tahap ini dapat saja dilakukan pengumpulan data kembali dan proses pengolahan data kembali jika memang dibutuhkan untuk menginformasikan tematik atau kondisi lapangan yang belum terangkum didalam laporan pendahuluan. Dalam tahap ini pula dilakukan penajaman analisis dan pendetailan rencana zonasi. Pendetailan rencana zonasi diantaranya dapat berupa aturan pengambilan keputusan untuk menetapkan zona, penetapan tujuan penggunaan zona, dan rekomendasi kegiatan yang sesuai di setiap zona dan sub zona.

9) Konsultasi Publik II (Pembahasan Laporan)

Konsultasi publik pada tahap ini dilakukan dengan maksud untuk memverifikasi atau memastikan kembali bahwa data dan informasi tematis yang menjadi masukan publik pada tahap konsultasi sebelumnya telah dirangkum dengan baik dan benar dalam draft rencana zonasi yang disusunserta menilai kelayakan/kesesuaian pemanfaatan (analisis kemampuan paket sumberdaya), penetapan tujuan dan strategi pengembangan paket sumberdaya, menetapkan struktur dan pola ruang serta arahanpemanfaatan dan memeriksa konsistensi draft dengan RTRW (harmonisasi dengan RTRW) dan aturan-aturan lainnya, sehingga draft rencana zonasi dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan daerah.

10) Penyusunan Laporan Akhir (Dokumen Final)

Dokumen final berisi arahan pemanfaatan zona dan rekomendasi terhadap RTRW>Penyusunan arahan pemanfaatan zona merupakan hasil akhir dari serangkaian proses analisis pemanfaatan ruang sampai dengan penyerasian, penyelarasan, dan penyeimbangan RZWP-3-K dengan RTRW maupun kebijakan daerah yang lain yaitu dengan melalui penetapan kawasan, zona, dan sub zona. Penentuan arahan pemanfaatan kawasan, zona, sub zona dan arahan pemanfaatannya merupakan hasil yang telah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Stakeholder terkait melalui konsultasi publik kedua.

Setelah diperoleh komentar yang relevan dari para Stakeholder, maka dilanjutkan dengan penyusunan pernyataan zona yang terdiri dari arahan pemanfaatan zona serta nilai-nilai utama dari zona tersebut.Dalam pernyataan zona harus disebutkan mengenai prioritas utama pembangunan dan isu-isu perencanaan strategis untuk 5 tahun kedepan serta kebutuhan pengendalian ruangnya.Maka, draft dokumen final RZWP-3-K ini terdiri dari pernyataan zona dan arahan peraturan zonasi

Page 16: Kak Wp3k Dkp

KELUARAN

Keluaran (output) kegiatan Rencana Zonasi WP3K Kabupaten Sukabumi, antara lain :

a. Laporan Awal

Laporan pendahuluan memuat deskripsi umum mengenai metodologi, rencana kerja rinci, materi-materi sajian, rencana mobilisasi personil dan peralatan.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 14 (Empat belas) hari kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10(sepuluh) buku laporan

b. Draft Laporan Akhir

Draft laporan akhir berisikan tentang (i) Peta dan deliniasi wilayah perencanaan; dan (ii) Analisadata hasil survei.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 3 (tiga) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan

c. Laporan Akhir

Laporan akhir berisi dokumen final RZWP-3-K. Laporan akhir memuat gambaran hasil akhir dari kegiatan yang telah disempurnakan melalui diskusi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 5 (lima) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan dan cakram padat (compact disc)

d. Album peta

Album Peta merupakan kumpulan peta-peta tematik dan peta zonasi.

e. Ringkasan Eksekutif (Executive summary)

Ringkasan eksekutif merupakan rangkuman dokumen final RZWP-3-K.

f. Naskah Akademis

Naskah akademik merupakan naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yangberisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek, atau arah pengaturan substansi rancangan peraturan perundang-undangan.

g. Rancangan Peraturan Daerah

Rancangan Peraturan Daerah merupakan draft Peraturan Daerah mengenai RZWP-3-K yang akan diajukan untuk pengesahan.

h. Softcopy peta/CD laporan

Sofctcopy dokumen awal, dokumen antara (draft dokumen final), dokumen final, peta-peta yang sifatnya raw data (data mentah), data pengolahan/perbaikan dalam bentuk vector, disajikan kedalam bentuk shp (.*shp).

Page 17: Kak Wp3k Dkp

1. Data-data pendukung berupa :

Citra dasar (bahan mentah untuk analisis) Alos AVNIR 2 Citra Alos hasil PANSHARP format geotif yang telah dikoreksi secara geometrik dan radiometrik. Citra ini terdiri dari 3 scene (yang mencakup wilayah pesisir kabupaten Sukabumi)

Data-data peta dasar format *shp (shapefile) dan *mxd

Data-data peta tematik hasil analisis (baik overlay maupun hasil interpretasi citra) format *shp (shapefile) dan *mxd

Standar Teknis

Format Pelaporan dan Peta

1. Format Laporan

o Kertas (HVS, A4, 80 gram)

o Tulisan (huruf standar, 1,5 spasi)

o Sampul/cover (Hard cover, laminating, biru muda)

2. Format Peta

(1) Berdasarkan hasil interpertasi citra, ground check dan analisis disusun kedalam perumusan rencana untuk di tuangkan dalam peta rencana. Peta rencana meliputi:

Rencana Struktur Ruang

Rencana Pola Ruang

(2) Peta-peta yang disajikan meliputi:

Peta Hasil Interpretasi Citra skala 1:50.000

Peta-peta Tematik, skala sesuai sumbernya.

Peta Kerja / Peta Analisis, skala 1:25.000 – 1:50.000

Peta (Hasil Perumusan) Rencana Zonasi, skala 1 : 1:50.000

Draft peta dibuat dengan sistim referensi geografis dan UTM (Universal Tranverse Mercantor) zona 48S dengan sistim proyeksi WGS 84.

(3) Untuk Hardcopy keseluruhan peta tersebut dalam dokumen buku laporan dan Album peta tersendiri dapat disajikan dalam bentuk perkecilan optis sampai batas ukuran / format yang masih dapat dibaca dan diterima dari segi estetika (ukuran A3, kertas 80 gr). Khusus untuk Peta Rencana Struktur dan Peta Rencana Alokasi Ruang disajikan sesuai dengan ketentuan skala atau minimal ukuran A0.

(4) Untuk Softcopy keseluruhan laporan dan peta tersebut meliputi:

Rencana Kerja, laporan pendahuluan (dokumen awal), laporan antara, dan laporan akhir (dokumen final) dalam format MsWord dan pdf. Buku Analisa Data format MsWord dan MsExel dan Album Peta format JPEG.

Peta-petaDasar, peta Tematik dan Peta Rencana bentuk digital dalam format shape file (.shp) dan *mxdyang bisadibuka dalam software ArcGis.

Page 18: Kak Wp3k Dkp

Citra Dasar dalam format *geotiff sudah terkoreksi secara geometrik dan radiometrik.

Softcopy dimaksud disimpan dalam Compact Disk (CD) dan diperbanyak sebanyak 5 buah

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN

Secara keseluruhan waktu yang disediakan untuk melakukan penyelesaian kegiatan Fasilitasi Penyusunan Rencana Zonasi WP3K Kabupaten Sukabumi selama 5 (lima) bulan

PERSONIL 1) Tenaga Ahli

Tenaga Ahli Kualifikasi Pengalaman Jumlah Orang Bulan

Team Leader (Ahli Perencanaan Wilayah)

S2 Perencanaan Wilayah

(1 orang) 7 Tahun 5 OB

Ahli Kelautan dan Perikanan S1 Kelautan (1 orang)

5 Tahun 4 OB

Tenaga Ahli GIS/Penginderaan jarak jauh

Pendidikan S1 Geografi (1 orang)

4 Tahun 4 OB

Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Pendidikan S1 Sosial Ekonomi (1 orang)

5 Tahun 3 OB

2) Tenaga Pendukung

Tenaga Ahli Kualifikasi Pengalaman Jumlah Orang

Hari/Bulan

Tenaga Penyelam/Diver Sertifikat A1 1 Tahun 2 OB

Tenaga Survey Kualitas Perairan/Sedimen

S1Kelautan/Perikanan 2 Tahun 2 OB

Tenaga Survey Ekosistem S1Kelautan/Perikanan 2 Tahun 2 OB

Asisten Ahli GIS S1 Geografi 2 Tahun 2 OB

Operator Komputer D3 Komputer/IT 3 Tahun 5 OB

Tenaga Administrasi D3 Manajemen/Administrasi 3 Tahun 5 OB

Page 19: Kak Wp3k Dkp

JADWAL TAHAPAN KEGIATAN Kegiatan akan dilaksanakan selama 5 (lima) Bulan pada Tahun Anggaran 2014, sebagaimana terinci pada tabel berikut.

Tabel. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke -

1 2 3 4 5

1 Persiapan X

2 Pengumpulan Data Sekunder X X

3 Penyusunan Laporan Pendahuluan X X

4 Survei Lapangan X

5 Identifikasi Potensi Wilayah X

6 Konsultasi Publik I (Pembahasan Laporan I) X

7 Penyusunan Draft Laporan Akhir X X

8 Konsultasi Publik II (Pembahasan Laporan II) X

9 Penyusunan Laporan Akhir X