gambaran perilaku penjual pestisida di desa kabupaten aceh …repository.utu.ac.id/660/1/bab...
TRANSCRIPT
GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA
UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
RIKA ANDRIANI09C10104169
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARTAHUN 2013
ii
ABSTRAK
Rika Andriani. Gambaran perilaku penjual Pestisida di Desa Ujong BarohKecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. Dibawah bimbinganKiswanto,M.Si dan Salman Rusly, SKM, M.Epid.
Pestisida diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh atau mematikanhama-hama, binatang –binatang yang merusak pada umumnya serangga,jasad renik,binatang pengerat dan lainnya yang langsung merugikan kepentingan manusia.Tujuan penelitian adalahUntukmengetahui atau melihatlebih lanjut bagaimanaGambaran perilaku penjual pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan JohanPahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.Sampel berjumlah 13 orang dari 7 toko yang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30Agustus sampai dengan 6 september 2013 Penelitian ini bersifat survey Deskriptifdata diperoleh dengan cara wawancara, kuesioner dan observasi tempat penyajianatau tempat penjualan pestisida.Hasil penelitian yang diperoleh dari responden atau penjual pestisida denganpengetahuan tinggi12 orang (92,3%) dan yang pengetahuan rendah 1 orang(7,7%),dari kategori sikap yang positif 11 orang (84,6%)dan sikap yang negatif 2orang (15,4%),responden yang memilki tindakan yang baik 3 (23,1%)dan respondenyang memiliki tindakan kurang 10 orang (76,9%). Dari hasil observasi yang penulislakukan masih banyak tindakan penjual pestisida yang kurang, dalam hal pemakaianAPD (Alat Pelindung Diri), padahal pemakaian APD dapat terhindar dari keracunanpestisida karena APD dapat mencegah masuknya pestisida kedalam tubuh dan darisegi penataan pestisida antara pestisida jenis satu dengan jenis yang lainnya tidakdipisahkan.Diharapkan kepada setiap penjual pestisida pengetahuan dan sikap yang tinggiseharusnya diaplikasikan dengan baik jangan sampai pengetahuan dan sikapnyatinggi tapi tindakan dilapangan kurang baik dan berhati-hati dalam melaksanakantugasnya dan senantiasa mengikuti aturan-aturan tentang penjualan pestisida.
Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, dan tindakan penjual pestisida.
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009 pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa,Kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara
fisik,mental,spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan/serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu,terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan,pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah atau masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Promotif merupakan suatu kegiatan atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif merupakan suatu kegiatan
pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit (UU Kesehatan RI
No.36,2009 ).
Pestisida diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh atau
untuk mematikan hama-hama, binatang-binatang yang merusak pada umumnya
serangga,jasad renik,binatang pengerat dan lainnya yang langsung merugikan
kepentingan manusia. Gangguan kesehatan pada manusia khususnya penjaga toko
pestisida oleh pestisida disebabkan oleh sikap,pengetahuan,tindakan yang tidak
tepat.
2
Sebenarnya penggunaan untuk membunuh serangga sudah dikenal sejak
abad 1 sesudah masehi, dengan adanya penggunaan racun arsen oleh bangsa
Yunani dan Cina untuk membunuh hama. Penggunaan insektisida secara moderen
dimulai tahun 1867, ketika Paris Green untuk pertama kalinya di USA untuk
memberantas Kumbang. (Untung, 2006).
Menurut Sudarmo, 1991. dalam Sianturi (2003). Berdasarkan data
pencatatan dari Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat, saat ini lebih dari
dari 2.600 bahan aktif pestisida yang telah beredar di pasaran. Bahan aktif tersebut
sebanyak, 575 berupa herbisida, 610 berupa insektisida, 670 berupa fungisida dan
nematisida, 125 berupa rodentisida, dan 600 berupa disinfektan. Lebih dari 35
ribu formulasi telah dipasarkan di seluruh dunia.
Penggunaan pestisida dari waktu kewaktu terus meningkat. Hasil kajian
Field Indonesia pada 306 petani padi di Klaten tahun 2011 lalu sungguh
mencengangkan. Petani yang disurvei menggunakan pestisida rata-rata 5,7 kali
per musim tanam. Suatu jumlah yang sangat tinggi di tanaman padi. Hal ini
didukung oleh peredaran pestisida yang luas di negeri ini. Jumlah merek pestisida
yang beredar makin banyak dari tahun ke tahun. Saat ini berdasarkan data Komisi
Pestisida di bawah Kementerian Pertanian sudah terdaftar fungisida 350 merek,
herbisida 600 merek dan insektisida 800 merek, dengan ijin tetap. Jumlah ini tidak
termasuk produk yang illegal (Fahmi, 2012).
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan
alam khususnya kekayaan alam hayati serta agar pestisida dapat digunakan secara
efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan
Peraturan Menteri pertanian 24/Permentan/SR.140/4/2011 diantaranya adalah
3
tentang syarat, tata cara pendaftaranpestisida, kemudian pestisida yang boleh
disimpan, diedarkan dan digunakan adalah pestisida yang memperoleh izin dari
Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida.
Upaya pengamanan pestisida meliputi kegiatan pengawasan terhadap
pengeloloan pestisida pengendalian pencemaran dan residu pestisida,
pengendalian paparan(penjamah) pestisida, pengendalian keracunan pestisida
(Depkes RI,2000. dalam Sianturi, 2006).
Secara umum, pestisida diartikan sebagai suatu formula yang digunakan
untuk mengendalikan hama, gulma dan penyakit pada tumbuhan dan hewan. Asal
katanya sendiri adalah pest yang berarti serangga, dan cyanida yang berarti
racun.Dalam perjalanannya, pestisida ada yang ditemukan, diproduksi secara
massal, dipuja-puja, tetapi kemudian dilarang. Contoh paling terkenal adalah DDT
(Dikloro Difenil Trikloroetan) dan Endrin berikut turunannya Dieldrin.Selain itu,
masih banyak jenis pestisida yang kini dilarang penggunaannya oleh pemerintah.
Sebab-sebab pelarangan itu bisa jadi karena telah ditolak sejak pertama kali
didaftarkan, atas aduan konsumen dan temuan di lapangan, atau atas permintaan
pemilik hak patennya. Pelarangan itu sendiri ada dua jenis, pelarangan secara
umum dan pelarangan pada bidang tertentu saja. Semua pelarangan penggunaan
pestisida ini adalah bertujuan untuk melindungi manusia dan lingkungan. Maka
dari itu seorang penjual pestisida harus lebih teliti lagi, jenis pestisida apa saja
yang boleh di jual belikan dan jenis apa saja yang di larang untuk diedarkan
(Deptan, 2013).
Berdasarkan hasil observasi awal pada beberapa toko penjual pestisida
dapat terlihat bahwa penjual banyak yang tidak memakai pelindung yang
4
memadai atau menggunakan perlindungan khusus. Penjual dalam melaksanakan
aktivitas jualannya di ruangan kios tersebut sering merokok, minum, atau makan
dan tidak mencuci tangan setelah terpapar dengan pestisida. Hal ini dapat
dijadikan sebagai bukti bahwa pengetahuan penjual tentang penanganan pestisida
masih rendah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Maka peneliti tertarik untuk melihat
lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa
Ujong BarohKecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Perilaku penjual pestisida di desa Ujong
Barohkecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barattahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat Pengetahuan Penjual pestisida
2. Untuk mengetahui Sikap Penjual pestisida dalam Menangani pestisida.
3. Untuk mengetahuiTindakan penjual/penjaga toko pestisida dalam hal
penanganan pestisida.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan acuan dalam proses pengembangan
keilmuan.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka menambah
wacana keilmuan di dunia kesehatan.
3. Untuk menambah wawasan di kalangan pembeli tentang bahaya pestisida bagi
kesehatan
4. Penambahan pengetahuan dalam mengembangkan wawasan berfikir penulis
dalam mengaplikasikan teori dengan kenyataan serta menggunakan cara
pengkajian ilmiah dalam menyikapi permasalahan tentang bahaya pestisida
bagi penjual pestisida
1.1.4 Manfaat Praktis
1. Informasi kepada penjual dan pembeli untuk proaktif mengetahui agar
waspada bahaya pestisida apabila tindakan yang dilakukan tidak sesuai.
2. Masukan kepada pemerintah daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh
Barat,Dinas Pertanian dan berbagai pihak terkait dalam penelitian ini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku
Menurut Notoadmodjo (2003), Perilaku dipandang dari segi bologis
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku
manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.
Perilaku dan gejala yang tampak pada organisme tersebut dipengaruhi baik oleh
faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan faktor
genetik dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk
dari manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar
atau modal untuk perkembangan perilaku mahluk hidup itu selanjutnya.
Sedangkan faktor lingkungan adalah merupakan kondisi atau merupakan lahan
untuk perkembangan perilaku tersebut.
Prilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat
fasif ( tanpa tindakan) maupun aktif disertai tindakan ( Notoatmodjo, 2007).
2.2 Bentuk Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003), secara lebih operasional perilaku dapat
diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus)
dari luar objek.
7
Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua) :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran dan sikap yang terjadi orang
menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam tindakan atau
praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh
sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice) misal,
penjual pestisida pada saat menangani pestisida.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner (1938) dalam Notoatmodjo
(2007) ,maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang uantuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
8
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,
maka dari orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat
kesehatan yang seoptimal mungkin.
c) Perilaku gizi (makanan dan minuman), makanan dan minuman dapat
memelihara dan dan meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan
seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
pada prilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencaharian dan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
disebut perilaku pencaharian pengobatan ( health seeking behavior).
3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah merespons lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya,sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya.
2.3 Domain Prilaku Kesehatan
Prilaku manusia sangat kompleks dam mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom ( 1908 ) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi prilaku itu kedalam 3 domain ( ranah / kawasan ),
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan
tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan.
Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan
ketiga domain prilaku tersebut, yang tediri dari : ranah kognitif (cognitive
domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor
9
domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain itu diukur dari :
pengetahuan ( knowledge), sikap ( attitude ), dan praktik atau tindakan ( Practik ).
2.3.1 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil “ tahu “ dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan yang dicangkup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni :
1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (Recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
10
4. Analisis ( Analysis ) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis) menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk maenyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti
keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.
b. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau
disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya.
Contohnyaadalah petunjuk penggunaan, prosedur, dan video how-to.
11
- Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
adalah :
a. Pendidikan
Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat
kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
b. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang
sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan
majalah.
c. Informasi
informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang
menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan atau suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.
2.3.2 Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) Sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku.
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :
12
1. Kepercayaan( keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional untuk evaluasi emosional terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak ( Trend to behave )
Keyakinan bahwa "Diskriminasi itu salah" merupakan sebuah pernyataan
evaluatif. Opini semacam ini adalah komponen kognitif dari sikap yang
menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap
komponen afektifnya. Perasaan adalah segmen emosionalatau perasaan dari
sebuah sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti "Saya tidak menyukai John
karena ia mendiskriminasi orang-orang minoritas." Akhirnya, perasaan bisa
menimbulkan hasil akhir dari perilaku. Komponen perilaku dari sebuah sikap
merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap
seseorang atau sesuatu (Notoatmodjo, 2007).
Pada akhir tahun 1960-an, hubungan yang diterima tentang sikap dan
perilaku ditentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan evaluasi
sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap dengan perilaku, peninjau
menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku atau, paling
banyak, hanya berhubungan sedikit. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sikap
memprediksi perilaku masa depan secara signifikan dan memperkuat keyakinan
semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan dengan
memperhitungkan variabel-variabel pengait (Notoatmodjo, 2007).
2.3.3 Praktik atau tindakan
Menurut Notoatmodjo (2007), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behaviour) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
13
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas juga diperlukan
juga diperlukan faktor dukungan ( Support ) dari pihak lain.
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang kan
diambil merupakan paktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin ( Guided respons )
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomasis atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik
tingkat tiga.
d. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik artinya tindaka itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut.
2.4 Pengertian Pestisida
Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (inggris) yang
berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang biasa diterjemahkan secara bebas
menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu pada tanaman sering juga
disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Wudianto, 2001).
Menurut kata asalnya, Pestisida berasal dari kata Pesticide yaitu pest
berarti hama, Cide berarti mematikan/membunuh.Pestisida diartikan sebagai
14
bahan yang digunakan untuk membunuh atau mematikan hama-hama, binatang –
binatang yang merusak pada umumnya serangga,jasad renik, binatang pengerat
dan lainnya yang langsung merugikan kepentingan manusia (Djojosumarto,2004).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan /SR.140/2/2007,
tentang syarat dan tatacara pendaftaran pestisida, pasal 1 menyebutkan bahwa
yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimiaatau bahan lain serta jasat renik
dan virus yang digunakan untuk:
a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak
tanaman,bagian tanaman atau hasil pertanian
b. Memberantas rumput
c. Mematikan daun, mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
d. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman,
tidak termasuk pupuk
e. Memberantas hama luar pada hewan piaraan dan ternak
f. Memberantas atau mencegah hama air
g. Memberantas atau mencegah binatang dan jasak renik dalam rumah tangga
(RT), bangunan dan alat pengangkutan
h. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia atau binatang yang perlu di lindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah dan air.
Menurut TheUnited states Enviromental pesticide control Act pestisida adalah
sebagai berikut:
1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,
mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang penggerat,
15
nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali
virus, bakteri, atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan
binatang .
2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan
tanaman atau pengering tanaman( Djojosumarto, 2008).
2.5 Klasifikasi Pestisida
2.5.1 Berdasarkan jenisnya
Menurut Untung (2006), dari banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa
mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida ini diklasifikasikan lagi menjadi
beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, seperti
insektisida (serangga), herbisida (gulma), bakterisida (bakteri), fungisida (jamur),
nematisida (cacing), akarisida (tungau), rodentisida (binatang penggerat),
moluskisida (siput), dan pestisida lainnya.
2.5.2 Berdasarkan bentuknya
Menurut Untung (2006), Bentuk pestisida ini berkaitan dengan cara penggunaan
atau penyebaran pestisida dilapangan maka bentuk pestisida dapat digolongkan :
a. Tepung hembus (Dust = D)
Penggunaan pestisida harus dihembuskan dalam bentuk kering menggunakan
alat penghembus atau emposan.
b. Butiran (Granula = G)
Penggunaan pestisida dengan disebarkan atau ditaburkan di atas tanah dengan
menggunakan tangan.
c. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (Wettable powder = WP)
16
Pestisida dalam bentuk ini dalam penggunaannya harus dibasahi dulu dengan
air sebelum disemprotkan.
d. Tepung yang larut dalam air (Water-soluble powder = SP)
Jenis pestisida ini harus dilarutkan dulu kedalam air sebelum disemprotkan.
e. Cairan (emulsifiable concentrate = EC)
Walaupun sudah berbentuk cairan, tapi pestisida ini tidak bisa langsung
digunakan, harus dicampur dulu dengan air, baru disemprotkan.
f. Suspensi (flowable concentrate = F)
Pestisida ini bisa berbentuk cairan atau padatan dan sebelum diuapkan
dicampur dulu dengan air.
2.5.3 Berdasarkan cara kerjanya
Menurut Untung (2006), cara kerja pestisida terbagi beberapa macam :
a. Pestisida Kontak
Pestisida kontak berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena
sasaran.
b. Pestisida Fumigam
Pestisida fumigam berarti mempunyai daya bunuh jasad setelah jasad terkena
uap atau gas.
c. Pestisida Sistemik
Pestisida sistemik berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman
melalui jaringan dan hama akan mati kalau mengisap tanaman.
d. Pestisida Lambung
Pestisida lambung berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran
memakan pestisida.
17
2.5.4 Penggolongan pestisida berdasarkan struktur kimia pestisida
Menurut Oka (2005), penggolongan pestisida dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara. Berdasarkan susunan kimianya pestisida dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan antara lain sebagai berikut:
1. Golongan Organochlorin
Pestisida golongan Organoclhorin di Indonesia hanya digunakan untuk
memberantas vector malaria dan tidak digunakan untuk pertanian. Contoh
pestisida golongan organochlorin adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-
lainUmumnya golongan ini mempunyai sifat utama yaitu: merupakan racun yang
universal,degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak. pestisida
ini merupakan senyawa yang tidak reaktif, bersifat stabil dan persisten. Gejala
keracunan yang disebabkan golongan ini adalah: sakit kepala,
pusing,mual,muntah, mencret,badan lemah,gugup,gemetar dan kesadaran hilang.
2. Golongan Organophosfat
Bahan aktif sebagian besar golongan ini sudah dilarang beredar di
Indonesia misalnya diazinon dan basudin Golongan ini mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung
lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada
berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit,
lebih toksik terhadap manusia daripada organokhlor. Contoh nama Formulasi
yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah
herbisida:Scout180/22 AS,Roundup75 WSG, Fungisida: Kasumiron 25/1 WP,
afigon 300 EC, Rizolex 50 WP,insektisida : curacon 500 EC, voltage, 560 EC,Ta.
kuthion 500 E. pestisida golongan ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kulit
18
atau pernafasan. Gejala keracunan adalah timbulnya gerakan otot-otot tertentu,
penglihatan mata terganggu, banyak keringat dan otot-otot tidak bisa digerakkan.
3. Golongan Carbamat
Termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain Golongan ini mempunyai sifat
sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi
dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun
pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.bahan aktif
yang termasuk dalam golongan ini adalah : Karbaril, dan methanol yang telah
dilarang penggunaannya. Namun masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif
golongan carbamat, misalnya Fungisida Previcur, Toksin 500 F, insektisida,
misalnya Curater 3 G,Dicarzinol 25 SP. Bahan aktif ini masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan atau termakan dan kemudian akan menghambat enzim
Kholinesterase seperti pada keracunan organofosfat.
4. Pyretroid Sintetik
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari
beberapaester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus
Chrysanthemum.Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah :
deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang
stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate.
5. Fumigan
Fumiganadalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap
atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya
19
fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau
menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya
chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
Berdasarkan bentuk fisik, jalur masuk pestisida ke dalam tubuh dan daya
racunnya bila terhirup atau terkontaminasi, pestisida dibagi menjadi 4 (empat)
kelas seperti diuraikan pada Tabel 2.1. di bawah ini:
Table 2.1 Kriteria Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Bentuk Fisik, JalanMasuk ke Dalam tubuh dan Daya Racunnya
KlasifikasiLD50 untuk tikus (mg/kg)Oral Dermal
Padat Cair Padat CairI.a. Sangat berbahaya sekali < 5 < 20 < 10 < 40
b. Sangat berbahaya 5-500 20-200 10-10040-400
II. Berbahaya 50-500 200-2000 100-1000400-4000
III. Cukup berbahaya >500 > 2000 >1000 >4000Sumber : Depkes RI, 2003
Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf,
yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya
karena mereka menyerang acetil cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh
system syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini
menurunkan kadar acetil cholinesterase dan hal inilah yang memunculkan gejala-
gejala keracunan. Pestisida gas syaraf menyebabkan kematian yang paling banyak
di seluruh dunia dibanding pestisida jenis lain (Suwondo, 2005).
Tabel 2.2. Beberapa jenis Pestisida gas syaraf yang paling berbahaya
ORGANOFOSFAT METILCARBAMAT1. Azinofhosmethil 1. Aldicarb
20
2. Demeton methyl 2. Carbofuran3. Dichlorvos / DDVP 3. Fomentanate4. Disulfoton 4. Methomyl5. Ethion 5. Oxamyl6. Ethyl parathion / Parathion 6. Propoxur7. Fenamiphos8. Fensulfothin9. Methamidophos10. Methidathion11. Methyl parathion12. Mevinphos13. Phorate14. Sulfotepp15.Terbufos
Sumber: Depkes RI,2003
2.6 Penggunaan Pestisida dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan
2.6.1 Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor penting
yang menentukan keberhasilan pengendalian hama. walaupun jenis obatnya baik,
namun karena penggunaannya tidak betul maka menyebabkan sia-sianya
penggunaan pestisida.
Hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah
ketepatan menggunakan dosis. dosis yang terlalu tinggi menyebabkan sia-sianya
penggunaan pestisida, disamping itu dapat merusak lingkungan. sedangkan dosis
yang terlalu rendah akan menyebabkan hama sasaran tidak mati, disamping malah
dapat mendorong mempercepat timbulnya resistensi.
Menurut Sudarmo (1991) dalam sianturi (2006) Untuk menggunakan
pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikanantara lain:
21
1. Pestisida digunakan apabila diperlukan
2. Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida
3. Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label
4. Anak-anak tidak diperkenankan mengunakan pestisida, demikian juga wanita
hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
5. Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap
melalui luka
6. Gunakan perlengkapan pakaian lengan panjang dan kaki panjang,sarung
tangan, sepatu boot, kacamata, masker dan tutup kepala
7. Hati-hati bekerja dengan pestisida,lebih-lebih yang konsentrasinya pekat, tidak
boleh sambil makan dan minum
8. Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan
pada tempat terbuka, gunakan selalu alat bersih dan khusus
9. Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali
dianjurkan
10. Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin, bila tidak enak badan
berhentilah bekerja
11. Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian
pula pakaian-pakaian dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin.
2.6.2 Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan
22
Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara
langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis.
Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah,
dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat
mengakibatkan kebutaan. Keracunan pestisida yang akut berat dapat
menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal
dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi
dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ( Djojosumarto,
2004 ).
Keracunan kronis adalah keracunan yang disebabkan oleh pemaparan
kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu singkat denga
akibat kronis. keracunan dapat ditemukan dalam bentuk kelainan saraf dan
perilaku (neutotoksik) atau mutagenitas.
Menurut Kusnoputrato (1996) dalam sianturi (2006), Kejadian Keracunan
akut karena pestisida di Indonesia pada tahun 1979 - 1986 menunjukkan bahwa
beberapa provinsi yang melaporkan kejadiannya di 98 kabupaten selama kurun
waktu tersebut, tercatat yang menderita sebanyak 2.671 orang dan yang
meninggal sebanyak 2.092 orang. Dari 2.671 penderita ini ditemukan 399 orang
keracunan pestisida golongan organofosfat dan karbamat. Penyebab keracunan
sebagian besar karena kontaminasi pestisida dengan pekerja/ petugas.
2.7 Persyaratan Kesehatan Tempat Penyimpanan Pestisida
23
Berdasarkan Kep.Dirjen PPM &PLP Nomor 32-/PD.03.04 LP 1993)
dalam Sianturi,(2006):Persyaratan Kesehatan Tempat Penyajian Pestisida sebagai
berikut :
1. Konstruksi Ruang
a. Kontruksi ruang penyajian pestisida diatur sedemikian rupa sehingga
memberikan kemudahan dan pelayanan kepada pembeli.
b. Ruangan penyajian mudah dibersihkan.
c. Luas ventilasi minimal 20% dari luas lantai.
d. Pencahayaan minimal 200 lux.
2. Tata Letak
a. Setiap jenis (nama dagang) pestisida tidak boleh disajikan terlalu bayak di
ruangan penjualan.
b. Setiap jenis pestisida harus disajikan dalam rak/lemari maksimal tingginya
2 meter, bila boleh ditempatkan langsung lemari.
c. Pestisida terbatas (relatif sangat berbahaya) harus ditempatkan dalam
lemari kaca terkunci.
d. Peletakan satu jenis pestisida dengan jenis lainnya harus jelas batasnya
(ada batas ruangan pemisah).
e. Bahan makanan, obat-obatan dan barang konsumsi lainnya tidak boleh
disajikan berdekatan dengan pestisida.
3. Penjualan pestisida tidak boleh dilakukan dengan cara membuka, merubah
atau menukar wadah aslinya.
4. Sarana lain yang harus dimiliki.
a. Alat Pemadam Kebakaran.
24
b. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan lap.
c. Kakus dan Kamar Mandi.
2.8Mencegah keracunan
Menurut Oka (2005), tindakan pencegahan lebih penting daripaada
pengobatan. Untuk itu waspada dalam penyimpanan dan pembuangan sisa atau
bekas kemasan pestisida adalah tindakan yang paling tepat.
1. Tempat penyimpanan
Tempat penyimpanan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau juga
ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan peliharaan.
Bila perlu tempat penyimpanan ini dikunci. Letakkan tempat penyimpanan ini
jauh dari tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api. Usahakan tempat
pestisida menpunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan
tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.
2. Mengelola wadah pestisida
Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang
memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya dan petunjuk
keamanannya. Dengan demikian bila ada keracunan atau akan digunakan lagi
petunjuknya masih jelas. Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila kena uap air
atau zat asam, pestisida bisa rusak dan tidak efektif lagi digunakan. Pindahkan isi
bila wadah bocor ke tempat yang merek dagangnya sama dengan petunjuk yang
masih jelas. Bila tidak ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup rapat dengan
menuliskan keterangan mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya, dan cara
penggunaannya.
25
2.9 Pertolongan Pertama Keracunan Pestisida
Menurut Djojosumarto (2012), Hentikan segera kegiatan menggunakan
pestisida setelah tubuh terasa kurang enak, misalnya pusing, mual, kulit panas
dan gatal, serta mata berkunang-kunang, juga bila beberapa jam setelah bekerja
dengan pestisida tubuh terasa lemas, sukar tidur, gangguan perut, berkeringan
tidak wajar, gugup, dan sebagainya. Perlu disadari sepenuhnya bahwa ini semua
adalah gejala keracunan. Langkah-langkah pertolongan pertama yang dilakukan
pada saat mengalami keracunan :
1. Bila pestisida masuk mulut dan penderita sadar
a. Muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorokan
dengan jari atau alat lain yang bersih atau memberinya minum air hangat
yang dicampur 1 sendok makan garam. Pemuntahan dilakukan terus sampai
keluar cairan jernih. Usahakan muntahan tidak masuk ke paru-paru dengan
cara posisi kepala lebih rendah dan menghadap kebawah.
b. Jangan beri susu atau minuman dan makanan yang berlemak bila teracuni
golongan klorhidrokarbon.
c. Beri minum susu atau putih telur dalam air bila yang tertelan bahan korosif .
bila keduanya tidak ada dapat di beri air putih.
d. Bila penderita kejang jangan dilakukan pemuntahan. Baringkan dan beri
bantal di bawah kepala penderita. Buka kancing baju di sekitar leher agar
pernafasan lancer.
2. Apabila pestisida terisap
a. Bawa ke tempat terbuka berudara segar bila penderita mengisap debu,
bubuk, uap, atau butir-butir semprotan.
26
b. Longgarkan pakaian dan baringkan dengan dagu terangkat agar bisa
bernafas bebas.
c. Gerakkan tangannya naik turun agar penderita bisa menghirup udara segar
secara maksimal.
d. Hubungi segera petugas puskesma apabila terjadi keracunan berat.
3. Apabila mengenai mata
Segera cuci mata dengan air bersih yang banyak secara terus-menerus selama
15 menit . dan tutup mata dengan kapas steril.
4. Bila tertelan dan penderita tidak sadar
a. Usaha saluran pernafasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau
muntahan dan bersihkan mulut dan air liur, lendir, sisa makanan, dan
lepaskan gigi palsu.
b. Baringkan penderita dengan posisi tengkurap dan kepala menghadap ke
samping.
c. Bila penderita berhenti bernafas lakukan pernapasan buatan. Namun, bukan
pernapasan dari mulut ke mulut agar penolong tidak ikut keracunan.
d. Bawa ke balai pengobatan terdekat.
5. Bila penderita kejang
Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal dibawah kepala, lepaskan
gigi palsu, dan berikan ganjal diantara gigi agar bibir dan lidah tidak tergigit.
6. Bila mengena kulit
a. Bersihkan kulit yang terkena dengan air yang mengalir dan sabun sampai
bersih.
27
b. Jangan oleskan bahan apapun kekulit yang terkena, terlebih yang
mengandung minyak.
2.10Jenis Pakaian Pelindung Diri
Menurut Harrington (2005), Untuk melindungi badan dari pemaparan
pestisida, dapat digunakan pakaian pelindung diri berupa :
a. Pakaian Kerja (Body Covering)
Adapun syarat pakaian kerja yang baik jika baju berlengan panjang tidak
memiliki lipatan terlalu banyak, demikian juga celana panjang, tidak memiliki
lipatan terlalu banyak karena dapat sebagai tempat untuk menyimpan partikel-
partikel pestisida. Sedangkan yang baik adalah mengggunakan pakaian terusan
(workpark) yang merupakan pakaian kerja yang dianjurkan.
b. Sarung Tangan ( Gloves )
Adapun sarung tangan yang berfungsi baik hendaknya harus panjang sehingga
menutupi pergelangan tangan, bahan tidak terbuat dari kulit atau katun dan
cara pemakaian menutupi lengan baju bagian bawah.
c. Topi (Hat)
beberapa persyaratan topi yang perlu diperhatikan adalah topi yang terbuat
dari bahan yang kedap cairan dan sedapat mungkin dapat melindungi bagian-
bagian kepala(tengkuk, mulut dan muka ).
d. Sepatu Bot (boot)
Sepatu bot ini dapat terbuat dari bahan neoprene namun adakalanya kita harus
berhati-hati karena ada jenis fumigant yang dapat meleleh neoprene tersebut.
e. Pelindung Muka (gogles =face shiold)
28
Biasanya pelindung muka terbuat dari bahan yang “waterproof” sehingga
muka kita tidak terkena partikel-partikel pestisida.
2.11 Persyaratan penjamah pestisida
Menurut Djafaruddin (2008), Seorang penjamah pestisida atau pengguna
pestisida hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Orang dewasa yang dapat membaca dan menulis.
b. Berbadan sehat dan menjalani penelitian kesehatan secara berkala.
c. Cakap dan terampil dalam menangani pestisida secara tepat dan aman.
d. Waktu kontak dengan pestisida 5 jam perhari dan 5 hari dalam seminggu.
e. Sewaktu menangani pestisida yang relatif sangat berbahaya tidak berkerja
sendirian( minimal 2 orang).
f. Sewaktu menangani pestisida diharuskan menggunakan perlengkapan
pelindung pestisida sesuai dengan yang diisyaratkan.
2.12Pengamanan Sisa Pestisida
Menurut Oka (2005), Pembuangan sisa-sisa pestisida dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti :
a. Pembakaran
Untuk pembakaran memerlukan panas 900-10000C yang divariasikan dalam
kurun waktu tertentu. Dengan sedikit pengecualian metode ini dapat
menghancurkan/menghilangkan 99 % atau lebih pestisida yang diperjual belikan
dipasaran.
b. Netralisasi dengan bahan kimia
29
Netralisasi dengan bahan kimia harus dikaitkan masing-masing material
khusus bahan pembentukan pestisida tersebut. Netralisasi dapat dilakukan dengan
cara dihancurkan dengan asam nitrit dan asam sulfur, atau dengan sodium.
c. Ditanam
Penanaman dangkal lebih kurang 40 cm dari permukaan tanah yang
dilakukan dengan hati-hati, lokasinya harus terletak baik di atas permukaan tanah
terletak pada bagian hilir, dari beberapa ratus kali dari sumber air minum dan
harus bebas dari jangkauan binatang dan anak-anak.
d. Penghancuran secara biologis
Penghancuran secara biologis atau secara ilmiah untuk beberapa jenis
pestisida yang mempunyai daya racun pendek dapat memuaskan, sedangkan
untuk pestisida lainnya yang sisa daya racunnya berumur relatif lama
(persistenta), penghancurannya sangat lambat.
30
2.13 Kerangka Teori
Berdasarkan Konsep pemikiran Notoatmodjo tahun 2007 maka dapat di
kerangka teoritis sebagai berikut:
Gambar 2.1 kerangka teori (sumber: Notoadmojo,2007).
Prilaku
Pengetahuan(Notoad
mojo,2007)
-sosial ekonomi
- Kultur
- Pendidikan
- Pengalaman
Sikap,(Notoadmojo,2007).
- Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep- Kehidupan
emosional- Kecenderungan
untuk bertindak
Tindakan(Notoadmojo,2007)
- Persepsi- Respon terpimpin- Mekanisme- Adaptasi
Penjual pestisida
31
2.14.Kerangka Konsep
Berdasarkan konsep pemikiran Notoatmodjo tahun 2007 maka dapat
digambarkan kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian
Penjual Pestisida
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif yaitu ingin
melihat gambaran perilaku penjual pestisida dan data diperoleh dengan
wawancara, kuesioner dan observasi tempat penyajian pestisida.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan
tanggal 6 September 2013. Penelitian ini dilakukan di toko-toko Penjual Pestisida
Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjual pestisida yang ada di
wilayah Desa UJong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
3.3.2 Sampel
Sehubungan dengan populasi yang relatif kecil maka seluruh populasi di
jadikan sampel dalam penelitian ini di Desa Ujong Baroh Kabupaten. Aceh Barat
yaitu yang berjumlah 13 orang dari 7 toko.
33
3.4 Teknik Pengambilan Data
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan Data Dilakukan Secara wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner dan Observasi (pengamatan)tentang perilaku penjual
pestisida.
3.4.1 Data Skunder
Data yang bersumber dari hasil media internet dan Instansi-instansi lain.
3.5. Defenisi Operasional
Untuk mendapatkan kesamaan pengertian dalam penelitian ini, maka
konsep penelitian.
No Variabel Keterangan Variabel Independen1. Pengetahuan Defenisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala
Pemikiran hasil suatu pengalamanakibat pengaruh penginderaanterhadap suatu objek melaluipenglihatan, pendengaran, rasapenciuman dan raba oleh pancaindera manusia
WawancaraKuesionerTinggiRendahOrdinal
2. Sikap Defenisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala
Reaksi atau respon yang masihtertutup terhadap stimulan atauobjek dalam melakukan setiapaktivitas
Wawancara/ observasiKuesionerPositifNegatifOrdinal
34
3. Tindakan Defenisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala
Perilaku penjual pestisida dalampenanganan pestisida
Wawancara/ observasiKuesionerBaikKurangOrdinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
3.6.1 Pengetahuan
Untuk tingkat pengetahuan responden adalah :
a. Untuk tingkat pengetahuan tinggijika nilai skor responden > 5
b. Untuk tingkat pengetahuan rendah jika nilai skor responden≤ 5
3.6.2 Sikap
Ukuran penilaian sikap adalah:
a. Untuk Sikap positif jika nilai skor responden > 5
b. Untuk Sikap negatif jika nilai skor responden ≤ 5
3.6.3 Tindakan
Ukuran penilaian tindakan adalah:
a. Untuk Tindakan baik jika nilai responden > 5
b. UntukTindakan kurang jika nilai responden ≤ 5
3.7 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat
adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel. Tujuannya
adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan
35
dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untukmenggambarkan atau
menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi
frekuensi dari setiap variabel penelitian.
Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran perilaku penjual
pestisida yang di tentukan oleh Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dari Penjual
pestisida tersebut.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum tempat penelitian
Ujong Baroh merupakan sebuahdesa yang terletak di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan batas desa sebagai berikut:
1.Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ujong Kalak
2.Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kuta Padang
3.Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Hindia
4. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Rundeng
4.1.2 Pengetahuan penjual pestisida
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan PenjualPestisida Di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi %1 Tinggi 12 92,32 Rendah 1 7,7
Total 13 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang menjual
pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
paling dominan memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu 12 orang (92.3 %) dan
pengetahuan rendah hanya 1 orang (7.7 %).
37
4.1.3 Sikap penjual pestisida
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penjual Pestisida DiDesa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten AcehBarat Tahun 2013
No Sikap Frekuensi %1 Positif 11 84,62 Negatif 2 15,4
Total 13 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.2 dari 13 orang responden, yang memiliki sikap
positif sebanyak 11 orang (84,6 %) dan yang memiliki sikap negatif hanya 2
orang (15,4 %).
4.1.4 Tindakan Penjual Pestisida
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Penjual Pestisida DiDesa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten AcehBarat tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi %1 Baik 3 23,12 Kurang 10 76,9
Total 13 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang menjual
pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat
memiliki Tindakan yang baik yaitu 3orang (23,1 %) dan responden yang memiliki
tindakan kurang 10 orang (76,9 %).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan kategori
pengetahuan tinggi 92,3 % sedangkan pengetahuan negatif hanya 7,7 % inilah
38
gambaran pengetahuan penjual pestisida yang berada di desa Ujong baroh
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang akan semakin baik tingkat pengetahuan dari penjual
pestisida tersebut.
Prilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat
fasif ( tanpa tindakan) maupun aktif disertai tindakan ( Notoatmodjo, 2007).
Menurut Suhardjo (2000), bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah karena adanya pengetahuan akan lebih permanen
dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang berlaku. Pengetahuan
yang dimiliki sangat penting untuk terbentuk sikap dan tindakan.
4.2.2 Distribusi Sikap Penjual pestisida
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan sikap positif 84,6 % dan
sikap negatif 15,4 %. Inilah gambaran sikap penjual pestisida yang terdapat di
desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diasumsi bahwa Sikap
seseorang yang baik akan mempengaruhi Tindakan seseorang dalam pelaksaannya
tapi sikap ini belum terbentuknya sebuah tindakan yang nampak dalam sebuah
kehidupan. Setelah peneliti melakukan observasi langsung ke tempat penelitian
penjual pestisida yang memiliki sikap yang baik ternyata masih saja tindakan yang
dilakukan di lapangan kurang, baik dalam hal pelaksanaannya.
39
Menurut Notoatmodjo (2007) secara umum sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Oleh karena itu sikap penjual pestisida yang
kurang, mengenai bagaimana tatacara menangani pestisida yang benar di
karenakan persepsi yang keliru terhadap sesuatu yang seharusnya benar.
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau tertentu. Sikap
mengandung suatu penelitian emosional (senang, benci, sedih dsb), samping itu
komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu) secara asfek konatif
(kecenderungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan
reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau
objek (Notoadmodjo, 2003).
4.2.3 Distribusi Tindakan Penjual Pestisida
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan kategori
Tindakan yang baik 23,1 % sedangkan tindakan kurang hanya 76,9 % inilah
gambaran Tindakan penjual pestisida yang berada di desa Ujong Baroh
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013
Setelah peneliti melakukan observasi langsung dilapangan, penjualmasih
enggan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) ini di karenakan masih adanya
rasa ketidaknyamanan dalam pemakaian APD (Alat pelindung Diri), kurangnya
keinginanan ataupun tidak adanya penyediaan APD di toko-toko tersebut. Padahal
penggunaan APD yang lengkap dapat terhindar dari keracuanan pestisida karena
APD dapat mencegah masuknya pestisida kedalam tubuh, Menurut Sudarmo
40
(1991) dalam sianturi (2006), digunakan perlengkapan khusus, pakaian khusus
sarung tangan, sepatu, penutup mulut dan atribut lain yang digunakan.
Kemudian dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peletakan pestisida
antara satu jenis dengan jenis lainnya tidak terpisahini disebabkan penjual
pestisida yang tidak mengetahuijenis pestisida yang relatif sangat berbahaya
harus dipisah dari jenis pestisida yang berbahayadan ada juga yang telah
mengetahui tapi mereka mengabaikannya.
Menurut Notoatmodjo, (2007) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behaviour) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas juga diperlukan
juga diperlukan faktor dukungan (Support) dari pihak lain antara lain:
e. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil merupakan paktik tingkat pertama.
f. Respon terpimpin (Guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah indikator praktik tingkat dua.
g. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomasis atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik
tingkat tiga.
h. Adaptasi (Adaptation)
41
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut.
Suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang akan terarah dengan benar
bila faktor pendukung yang telah disebutkan diatas terlaksana. Begitu juga dengan
seorang penjual pestisida tindakan yang dilakukan akan menjadi lebih baik bila
faktor-faktor tersebut ada dan tidak diabaikan begitu saja.
BAB V
42
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian responden dengan tingkat pengetahuan tinggi 12
orang (92,3 %), dan yang responden dengan pengetahuan rendah hanya 1
orang (7,7 %).
2. Berdasarkan hasil penelitian responden dengan sikap positif 11 orang (84,6
%), dan responden dengan sikap negatif 2 orang (15,4 %).
3. Berdasarkan hasil penelitian responden yang memiliki tindakan yang baik 3
orang (23,1 %) sedangkan responden dengan tindakan kurang 10 orang (76,9
%).
5.2 Saran
1. Kepada Dinas Pertanian dan Badan Penyuluhan diharapkan memberi
penyuluhan kepada setiap penjual pestisida supaya mengetahui bagaimana
cara menangani pestisida dengan baik menggunakan alat pelindung diri (APD)
yaitu masker (penutup mulut) dan sarung tangan dan letak batas pestisida satu
dengan yang lainnya secara benar.
2. Kepada Dinas Kesehatan supaya lebih meningkatkan penyuluhan tentang
bahaya pestisida kepada penjual pestisida dalam rangka mencegah gangguan
kesehatan yang ditimbulkan akibat bersentuhan langsung dengan pestisida
3. Kepada setiap penjual pestisida pengetahuan dan sikap yang tinggi seharusnya
diaplikasikan dengan baik jangan sampai pengetahuan dan sikapnya tinggi tapi
tindakan dilapangan kurang baik dan penjual harus lebih berhati-hati dalam
43
melaksanakan tugasnya dan senantiasa mengikuti aturan-aturan tentang
penjualan pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2003. Tabel jenis-jenis pestisida. Crepository. USU. ac.id/bitstream/4/chapter%2011. pdf (diakses 29 juni 2013).
Deptan, 2013. Jenis-jenis pestisida yang dilarang. http://kompasiana. Com/posts/type/opinion (di akses 29 juni 2013).
Djafaruddin. 2008. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. PT. BumiAksara. Jakarta.
Djojosumarto, panut. 2004. Teknik Aplikasi pestisida.Kanisius.jakarta
,2008. Tekniik Aplikasi Pestisida. kanisius, Jakarta
,2012. Teknik Aplikasi pestisida pertanianEdisi Revisi. Kanisius,yokyakarta.
Fahmi. 2012. Banjir pestisida Ancaman ketahanan pangan dan masa depan.http://www.csoforumnet/media-realise/siaran-pers/665-banjir pestisidaancaman ketahanan pangan masa depan.(diakses 26 juni 2013)
Harrington, J.M dan F.S. Gill. 2005. Kesehatan kerja Edisi 3. EGC. Jakarta.
KEPMENTAN, 2001. Pestisida. (di akses 28 maret 2013).
Kementrian Kesehatan, 2009. Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009.
Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta
2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta,2007. pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku
kesehatan, Jakarta.
,2010. metodologi penelitian kesehatan, rineka cipta, Jakarta.
Oka , Ida Nyoman. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan implementasinyaDiIndonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/SR.140/2/2007www.deptan.go.id.Permentan%20No.24%20Tahun2011
,No 24/Permentan/SR.140/4/2011
Sianturi, Theodora Riny. 2006. “Pengetahuan Sikap Tindakan Penjaga Toko
Pestisida dan Pemeriksaan Kadar Cholinesterase dalam Darah di
Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun”. skripsi University
Sumatra utara.
Suhardjo, 2009. Pangan gizi dan pertanian,Universitas Indonesia,edisi Revisi
jakarta
Suwondo, Ari. 2005. jenis-jenis pestisida. http. Crepository. USU .ac.id/bitstream/4/chapter%2011.pdf (diakses 5 maret 2013).
Untung, Kasumbogo. 2006. pengantar pengelolaan hama terpadu (Edisikedua).Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Wudianto, Rini, 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya.Jakarta.
.