gambaran perilaku penjual pestisida di desa kabupaten aceh …repository.utu.ac.id/660/1/bab...

48
GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH RIKA ANDRIANI 09C10104169 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR TAHUN 2013

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA

UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

RIKA ANDRIANI09C10104169

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARTAHUN 2013

Page 2: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

ii

ABSTRAK

Rika Andriani. Gambaran perilaku penjual Pestisida di Desa Ujong BarohKecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013. Dibawah bimbinganKiswanto,M.Si dan Salman Rusly, SKM, M.Epid.

Pestisida diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh atau mematikanhama-hama, binatang –binatang yang merusak pada umumnya serangga,jasad renik,binatang pengerat dan lainnya yang langsung merugikan kepentingan manusia.Tujuan penelitian adalahUntukmengetahui atau melihatlebih lanjut bagaimanaGambaran perilaku penjual pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan JohanPahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.Sampel berjumlah 13 orang dari 7 toko yang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30Agustus sampai dengan 6 september 2013 Penelitian ini bersifat survey Deskriptifdata diperoleh dengan cara wawancara, kuesioner dan observasi tempat penyajianatau tempat penjualan pestisida.Hasil penelitian yang diperoleh dari responden atau penjual pestisida denganpengetahuan tinggi12 orang (92,3%) dan yang pengetahuan rendah 1 orang(7,7%),dari kategori sikap yang positif 11 orang (84,6%)dan sikap yang negatif 2orang (15,4%),responden yang memilki tindakan yang baik 3 (23,1%)dan respondenyang memiliki tindakan kurang 10 orang (76,9%). Dari hasil observasi yang penulislakukan masih banyak tindakan penjual pestisida yang kurang, dalam hal pemakaianAPD (Alat Pelindung Diri), padahal pemakaian APD dapat terhindar dari keracunanpestisida karena APD dapat mencegah masuknya pestisida kedalam tubuh dan darisegi penataan pestisida antara pestisida jenis satu dengan jenis yang lainnya tidakdipisahkan.Diharapkan kepada setiap penjual pestisida pengetahuan dan sikap yang tinggiseharusnya diaplikasikan dengan baik jangan sampai pengetahuan dan sikapnyatinggi tapi tindakan dilapangan kurang baik dan berhati-hati dalam melaksanakantugasnya dan senantiasa mengikuti aturan-aturan tentang penjualan pestisida.

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, dan tindakan penjual pestisida.

Page 3: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

ii

Page 4: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009 pasal 1 ayat 1

menyatakan bahwa,Kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara

fisik,mental,spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan/serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu,terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan,pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan

oleh pemerintah atau masyarakat.

Pelayanan Kesehatan Promotif merupakan suatu kegiatan atau serangkaian

kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat

promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif merupakan suatu kegiatan

pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit (UU Kesehatan RI

No.36,2009 ).

Pestisida diartikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh atau

untuk mematikan hama-hama, binatang-binatang yang merusak pada umumnya

serangga,jasad renik,binatang pengerat dan lainnya yang langsung merugikan

kepentingan manusia. Gangguan kesehatan pada manusia khususnya penjaga toko

pestisida oleh pestisida disebabkan oleh sikap,pengetahuan,tindakan yang tidak

tepat.

Page 5: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

2

Sebenarnya penggunaan untuk membunuh serangga sudah dikenal sejak

abad 1 sesudah masehi, dengan adanya penggunaan racun arsen oleh bangsa

Yunani dan Cina untuk membunuh hama. Penggunaan insektisida secara moderen

dimulai tahun 1867, ketika Paris Green untuk pertama kalinya di USA untuk

memberantas Kumbang. (Untung, 2006).

Menurut Sudarmo, 1991. dalam Sianturi (2003). Berdasarkan data

pencatatan dari Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat, saat ini lebih dari

dari 2.600 bahan aktif pestisida yang telah beredar di pasaran. Bahan aktif tersebut

sebanyak, 575 berupa herbisida, 610 berupa insektisida, 670 berupa fungisida dan

nematisida, 125 berupa rodentisida, dan 600 berupa disinfektan. Lebih dari 35

ribu formulasi telah dipasarkan di seluruh dunia.

Penggunaan pestisida dari waktu kewaktu terus meningkat. Hasil kajian

Field Indonesia pada 306 petani padi di Klaten tahun 2011 lalu sungguh

mencengangkan. Petani yang disurvei menggunakan pestisida rata-rata 5,7 kali

per musim tanam. Suatu jumlah yang sangat tinggi di tanaman padi. Hal ini

didukung oleh peredaran pestisida yang luas di negeri ini. Jumlah merek pestisida

yang beredar makin banyak dari tahun ke tahun. Saat ini berdasarkan data Komisi

Pestisida di bawah Kementerian Pertanian sudah terdaftar fungisida 350 merek,

herbisida 600 merek dan insektisida 800 merek, dengan ijin tetap. Jumlah ini tidak

termasuk produk yang illegal (Fahmi, 2012).

Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan

alam khususnya kekayaan alam hayati serta agar pestisida dapat digunakan secara

efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan

Peraturan Menteri pertanian 24/Permentan/SR.140/4/2011 diantaranya adalah

Page 6: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

3

tentang syarat, tata cara pendaftaranpestisida, kemudian pestisida yang boleh

disimpan, diedarkan dan digunakan adalah pestisida yang memperoleh izin dari

Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida.

Upaya pengamanan pestisida meliputi kegiatan pengawasan terhadap

pengeloloan pestisida pengendalian pencemaran dan residu pestisida,

pengendalian paparan(penjamah) pestisida, pengendalian keracunan pestisida

(Depkes RI,2000. dalam Sianturi, 2006).

Secara umum, pestisida diartikan sebagai suatu formula yang digunakan

untuk mengendalikan hama, gulma dan penyakit pada tumbuhan dan hewan. Asal

katanya sendiri adalah pest yang berarti serangga, dan cyanida yang berarti

racun.Dalam perjalanannya, pestisida ada yang ditemukan, diproduksi secara

massal, dipuja-puja, tetapi kemudian dilarang. Contoh paling terkenal adalah DDT

(Dikloro Difenil Trikloroetan) dan Endrin berikut turunannya Dieldrin.Selain itu,

masih banyak jenis pestisida yang kini dilarang penggunaannya oleh pemerintah.

Sebab-sebab pelarangan itu bisa jadi karena telah ditolak sejak pertama kali

didaftarkan, atas aduan konsumen dan temuan di lapangan, atau atas permintaan

pemilik hak patennya. Pelarangan itu sendiri ada dua jenis, pelarangan secara

umum dan pelarangan pada bidang tertentu saja. Semua pelarangan penggunaan

pestisida ini adalah bertujuan untuk melindungi manusia dan lingkungan. Maka

dari itu seorang penjual pestisida harus lebih teliti lagi, jenis pestisida apa saja

yang boleh di jual belikan dan jenis apa saja yang di larang untuk diedarkan

(Deptan, 2013).

Berdasarkan hasil observasi awal pada beberapa toko penjual pestisida

dapat terlihat bahwa penjual banyak yang tidak memakai pelindung yang

Page 7: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

4

memadai atau menggunakan perlindungan khusus. Penjual dalam melaksanakan

aktivitas jualannya di ruangan kios tersebut sering merokok, minum, atau makan

dan tidak mencuci tangan setelah terpapar dengan pestisida. Hal ini dapat

dijadikan sebagai bukti bahwa pengetahuan penjual tentang penanganan pestisida

masih rendah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Maka peneliti tertarik untuk melihat

lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

Ujong BarohKecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Perilaku penjual pestisida di desa Ujong

Barohkecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barattahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat Pengetahuan Penjual pestisida

2. Untuk mengetahui Sikap Penjual pestisida dalam Menangani pestisida.

3. Untuk mengetahuiTindakan penjual/penjaga toko pestisida dalam hal

penanganan pestisida.

Page 8: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan acuan dalam proses pengembangan

keilmuan.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka menambah

wacana keilmuan di dunia kesehatan.

3. Untuk menambah wawasan di kalangan pembeli tentang bahaya pestisida bagi

kesehatan

4. Penambahan pengetahuan dalam mengembangkan wawasan berfikir penulis

dalam mengaplikasikan teori dengan kenyataan serta menggunakan cara

pengkajian ilmiah dalam menyikapi permasalahan tentang bahaya pestisida

bagi penjual pestisida

1.1.4 Manfaat Praktis

1. Informasi kepada penjual dan pembeli untuk proaktif mengetahui agar

waspada bahaya pestisida apabila tindakan yang dilakukan tidak sesuai.

2. Masukan kepada pemerintah daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

Barat,Dinas Pertanian dan berbagai pihak terkait dalam penelitian ini.

Page 9: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003), Perilaku dipandang dari segi bologis

adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku

manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.

Perilaku dan gejala yang tampak pada organisme tersebut dipengaruhi baik oleh

faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan faktor

genetik dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk

dari manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah merupakan konsepsi dasar

atau modal untuk perkembangan perilaku mahluk hidup itu selanjutnya.

Sedangkan faktor lingkungan adalah merupakan kondisi atau merupakan lahan

untuk perkembangan perilaku tersebut.

Prilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap

stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat

fasif ( tanpa tindakan) maupun aktif disertai tindakan ( Notoatmodjo, 2007).

2.2 Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), secara lebih operasional perilaku dapat

diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus)

dari luar objek.

Page 10: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

7

Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua) :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran dan sikap yang terjadi orang

menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam tindakan atau

praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh

sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice) misal,

penjual pestisida pada saat menangani pestisida.

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner (1938) dalam Notoatmodjo

(2007) ,maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang uantuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

Page 11: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

8

b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,

maka dari orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat

kesehatan yang seoptimal mungkin.

c) Perilaku gizi (makanan dan minuman), makanan dan minuman dapat

memelihara dan dan meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung

pada prilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencaharian dan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau

disebut perilaku pencaharian pengobatan ( health seeking behavior).

3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah merespons lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya,sehingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.3 Domain Prilaku Kesehatan

Prilaku manusia sangat kompleks dam mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Benyamin Bloom ( 1908 ) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi prilaku itu kedalam 3 domain ( ranah / kawasan ),

meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan

tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan.

Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan

ketiga domain prilaku tersebut, yang tediri dari : ranah kognitif (cognitive

domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor

Page 12: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

9

domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain itu diukur dari :

pengetahuan ( knowledge), sikap ( attitude ), dan praktik atau tindakan ( Practik ).

2.3.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil “ tahu “ dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan yang dicangkup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni :

1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Page 13: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

10

4. Analisis ( Analysis ) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis) menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk maenyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu :

a. Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk

pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti

keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

b. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau

disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya.

Contohnyaadalah petunjuk penggunaan, prosedur, dan video how-to.

Page 14: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

11

- Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya

adalah :

a. Pendidikan

Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat

kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

b. Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang

sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan

majalah.

c. Informasi

informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan atau suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

2.3.2 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) Sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku.

Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007)

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

Page 15: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

12

1. Kepercayaan( keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional untuk evaluasi emosional terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak ( Trend to behave )

Keyakinan bahwa "Diskriminasi itu salah" merupakan sebuah pernyataan

evaluatif. Opini semacam ini adalah komponen kognitif dari sikap yang

menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap

komponen afektifnya. Perasaan adalah segmen emosionalatau perasaan dari

sebuah sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti "Saya tidak menyukai John

karena ia mendiskriminasi orang-orang minoritas." Akhirnya, perasaan bisa

menimbulkan hasil akhir dari perilaku. Komponen perilaku dari sebuah sikap

merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap

seseorang atau sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

Pada akhir tahun 1960-an, hubungan yang diterima tentang sikap dan

perilaku ditentang oleh sebuah tinjauan dari penelitian. Berdasarkan evaluasi

sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap dengan perilaku, peninjau

menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku atau, paling

banyak, hanya berhubungan sedikit. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sikap

memprediksi perilaku masa depan secara signifikan dan memperkuat keyakinan

semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan dengan

memperhitungkan variabel-variabel pengait (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3 Praktik atau tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behaviour) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu

perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

Page 16: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

13

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas juga diperlukan

juga diperlukan faktor dukungan ( Support ) dari pihak lain.

a. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang kan

diambil merupakan paktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin ( Guided respons )

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomasis atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik

tingkat tiga.

d. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik artinya tindaka itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakannya tersebut.

2.4 Pengertian Pestisida

Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (inggris) yang

berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang biasa diterjemahkan secara bebas

menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu pada tanaman sering juga

disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Wudianto, 2001).

Menurut kata asalnya, Pestisida berasal dari kata Pesticide yaitu pest

berarti hama, Cide berarti mematikan/membunuh.Pestisida diartikan sebagai

Page 17: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

14

bahan yang digunakan untuk membunuh atau mematikan hama-hama, binatang –

binatang yang merusak pada umumnya serangga,jasad renik, binatang pengerat

dan lainnya yang langsung merugikan kepentingan manusia (Djojosumarto,2004).

Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan /SR.140/2/2007,

tentang syarat dan tatacara pendaftaran pestisida, pasal 1 menyebutkan bahwa

yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimiaatau bahan lain serta jasat renik

dan virus yang digunakan untuk:

a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak

tanaman,bagian tanaman atau hasil pertanian

b. Memberantas rumput

c. Mematikan daun, mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

d. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman,

tidak termasuk pupuk

e. Memberantas hama luar pada hewan piaraan dan ternak

f. Memberantas atau mencegah hama air

g. Memberantas atau mencegah binatang dan jasak renik dalam rumah tangga

(RT), bangunan dan alat pengangkutan

h. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia atau binatang yang perlu di lindungi dengan penggunaan

pada tanaman, tanah dan air.

Menurut TheUnited states Enviromental pesticide control Act pestisida adalah

sebagai berikut:

1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,

mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang penggerat,

Page 18: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

15

nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali

virus, bakteri, atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan

binatang .

2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan

tanaman atau pengering tanaman( Djojosumarto, 2008).

2.5 Klasifikasi Pestisida

2.5.1 Berdasarkan jenisnya

Menurut Untung (2006), dari banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa

mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida ini diklasifikasikan lagi menjadi

beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, seperti

insektisida (serangga), herbisida (gulma), bakterisida (bakteri), fungisida (jamur),

nematisida (cacing), akarisida (tungau), rodentisida (binatang penggerat),

moluskisida (siput), dan pestisida lainnya.

2.5.2 Berdasarkan bentuknya

Menurut Untung (2006), Bentuk pestisida ini berkaitan dengan cara penggunaan

atau penyebaran pestisida dilapangan maka bentuk pestisida dapat digolongkan :

a. Tepung hembus (Dust = D)

Penggunaan pestisida harus dihembuskan dalam bentuk kering menggunakan

alat penghembus atau emposan.

b. Butiran (Granula = G)

Penggunaan pestisida dengan disebarkan atau ditaburkan di atas tanah dengan

menggunakan tangan.

c. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (Wettable powder = WP)

Page 19: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

16

Pestisida dalam bentuk ini dalam penggunaannya harus dibasahi dulu dengan

air sebelum disemprotkan.

d. Tepung yang larut dalam air (Water-soluble powder = SP)

Jenis pestisida ini harus dilarutkan dulu kedalam air sebelum disemprotkan.

e. Cairan (emulsifiable concentrate = EC)

Walaupun sudah berbentuk cairan, tapi pestisida ini tidak bisa langsung

digunakan, harus dicampur dulu dengan air, baru disemprotkan.

f. Suspensi (flowable concentrate = F)

Pestisida ini bisa berbentuk cairan atau padatan dan sebelum diuapkan

dicampur dulu dengan air.

2.5.3 Berdasarkan cara kerjanya

Menurut Untung (2006), cara kerja pestisida terbagi beberapa macam :

a. Pestisida Kontak

Pestisida kontak berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena

sasaran.

b. Pestisida Fumigam

Pestisida fumigam berarti mempunyai daya bunuh jasad setelah jasad terkena

uap atau gas.

c. Pestisida Sistemik

Pestisida sistemik berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman

melalui jaringan dan hama akan mati kalau mengisap tanaman.

d. Pestisida Lambung

Pestisida lambung berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran

memakan pestisida.

Page 20: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

17

2.5.4 Penggolongan pestisida berdasarkan struktur kimia pestisida

Menurut Oka (2005), penggolongan pestisida dapat dilakukan dengan

bermacam-macam cara. Berdasarkan susunan kimianya pestisida dapat

dikelompokkan menjadi beberapa golongan antara lain sebagai berikut:

1. Golongan Organochlorin

Pestisida golongan Organoclhorin di Indonesia hanya digunakan untuk

memberantas vector malaria dan tidak digunakan untuk pertanian. Contoh

pestisida golongan organochlorin adalah DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-

lainUmumnya golongan ini mempunyai sifat utama yaitu: merupakan racun yang

universal,degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak. pestisida

ini merupakan senyawa yang tidak reaktif, bersifat stabil dan persisten. Gejala

keracunan yang disebabkan golongan ini adalah: sakit kepala,

pusing,mual,muntah, mencret,badan lemah,gugup,gemetar dan kesadaran hilang.

2. Golongan Organophosfat

Bahan aktif sebagian besar golongan ini sudah dilarang beredar di

Indonesia misalnya diazinon dan basudin Golongan ini mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung

lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada

berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit,

lebih toksik terhadap manusia daripada organokhlor. Contoh nama Formulasi

yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah

herbisida:Scout180/22 AS,Roundup75 WSG, Fungisida: Kasumiron 25/1 WP,

afigon 300 EC, Rizolex 50 WP,insektisida : curacon 500 EC, voltage, 560 EC,Ta.

kuthion 500 E. pestisida golongan ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, kulit

Page 21: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

18

atau pernafasan. Gejala keracunan adalah timbulnya gerakan otot-otot tertentu,

penglihatan mata terganggu, banyak keringat dan otot-otot tidak bisa digerakkan.

3. Golongan Carbamat

Termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain Golongan ini mempunyai sifat

sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi

dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun

pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.bahan aktif

yang termasuk dalam golongan ini adalah : Karbaril, dan methanol yang telah

dilarang penggunaannya. Namun masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif

golongan carbamat, misalnya Fungisida Previcur, Toksin 500 F, insektisida,

misalnya Curater 3 G,Dicarzinol 25 SP. Bahan aktif ini masuk ke dalam tubuh

melalui pernafasan atau termakan dan kemudian akan menghambat enzim

Kholinesterase seperti pada keracunan organofosfat.

4. Pyretroid Sintetik

Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari

beberapaester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus

Chrysanthemum.Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah :

deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang

stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,

sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,

flusitrinate.

5. Fumigan

Fumiganadalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap

atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya

Page 22: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

19

fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau

menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya

chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

Berdasarkan bentuk fisik, jalur masuk pestisida ke dalam tubuh dan daya

racunnya bila terhirup atau terkontaminasi, pestisida dibagi menjadi 4 (empat)

kelas seperti diuraikan pada Tabel 2.1. di bawah ini:

Table 2.1 Kriteria Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Bentuk Fisik, JalanMasuk ke Dalam tubuh dan Daya Racunnya

KlasifikasiLD50 untuk tikus (mg/kg)Oral Dermal

Padat Cair Padat CairI.a. Sangat berbahaya sekali < 5 < 20 < 10 < 40

b. Sangat berbahaya 5-500 20-200 10-10040-400

II. Berbahaya 50-500 200-2000 100-1000400-4000

III. Cukup berbahaya >500 > 2000 >1000 >4000Sumber : Depkes RI, 2003

Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf,

yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya

karena mereka menyerang acetil cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh

system syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini

menurunkan kadar acetil cholinesterase dan hal inilah yang memunculkan gejala-

gejala keracunan. Pestisida gas syaraf menyebabkan kematian yang paling banyak

di seluruh dunia dibanding pestisida jenis lain (Suwondo, 2005).

Tabel 2.2. Beberapa jenis Pestisida gas syaraf yang paling berbahaya

ORGANOFOSFAT METILCARBAMAT1. Azinofhosmethil 1. Aldicarb

Page 23: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

20

2. Demeton methyl 2. Carbofuran3. Dichlorvos / DDVP 3. Fomentanate4. Disulfoton 4. Methomyl5. Ethion 5. Oxamyl6. Ethyl parathion / Parathion 6. Propoxur7. Fenamiphos8. Fensulfothin9. Methamidophos10. Methidathion11. Methyl parathion12. Mevinphos13. Phorate14. Sulfotepp15.Terbufos

Sumber: Depkes RI,2003

2.6 Penggunaan Pestisida dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan

2.6.1 Penggunaan Pestisida

Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor penting

yang menentukan keberhasilan pengendalian hama. walaupun jenis obatnya baik,

namun karena penggunaannya tidak betul maka menyebabkan sia-sianya

penggunaan pestisida.

Hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah

ketepatan menggunakan dosis. dosis yang terlalu tinggi menyebabkan sia-sianya

penggunaan pestisida, disamping itu dapat merusak lingkungan. sedangkan dosis

yang terlalu rendah akan menyebabkan hama sasaran tidak mati, disamping malah

dapat mendorong mempercepat timbulnya resistensi.

Menurut Sudarmo (1991) dalam sianturi (2006) Untuk menggunakan

pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikanantara lain:

Page 24: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

21

1. Pestisida digunakan apabila diperlukan

2. Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida

3. Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label

4. Anak-anak tidak diperkenankan mengunakan pestisida, demikian juga wanita

hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya

5. Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap

melalui luka

6. Gunakan perlengkapan pakaian lengan panjang dan kaki panjang,sarung

tangan, sepatu boot, kacamata, masker dan tutup kepala

7. Hati-hati bekerja dengan pestisida,lebih-lebih yang konsentrasinya pekat, tidak

boleh sambil makan dan minum

8. Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan

pada tempat terbuka, gunakan selalu alat bersih dan khusus

9. Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali

dianjurkan

10. Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin, bila tidak enak badan

berhentilah bekerja

11. Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian

pula pakaian-pakaian dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin.

2.6.2 Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan

Page 25: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

22

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara

langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis.

Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah,

dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat

mengakibatkan kebutaan. Keracunan pestisida yang akut berat dapat

menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal

dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi

dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ( Djojosumarto,

2004 ).

Keracunan kronis adalah keracunan yang disebabkan oleh pemaparan

kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu singkat denga

akibat kronis. keracunan dapat ditemukan dalam bentuk kelainan saraf dan

perilaku (neutotoksik) atau mutagenitas.

Menurut Kusnoputrato (1996) dalam sianturi (2006), Kejadian Keracunan

akut karena pestisida di Indonesia pada tahun 1979 - 1986 menunjukkan bahwa

beberapa provinsi yang melaporkan kejadiannya di 98 kabupaten selama kurun

waktu tersebut, tercatat yang menderita sebanyak 2.671 orang dan yang

meninggal sebanyak 2.092 orang. Dari 2.671 penderita ini ditemukan 399 orang

keracunan pestisida golongan organofosfat dan karbamat. Penyebab keracunan

sebagian besar karena kontaminasi pestisida dengan pekerja/ petugas.

2.7 Persyaratan Kesehatan Tempat Penyimpanan Pestisida

Page 26: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

23

Berdasarkan Kep.Dirjen PPM &PLP Nomor 32-/PD.03.04 LP 1993)

dalam Sianturi,(2006):Persyaratan Kesehatan Tempat Penyajian Pestisida sebagai

berikut :

1. Konstruksi Ruang

a. Kontruksi ruang penyajian pestisida diatur sedemikian rupa sehingga

memberikan kemudahan dan pelayanan kepada pembeli.

b. Ruangan penyajian mudah dibersihkan.

c. Luas ventilasi minimal 20% dari luas lantai.

d. Pencahayaan minimal 200 lux.

2. Tata Letak

a. Setiap jenis (nama dagang) pestisida tidak boleh disajikan terlalu bayak di

ruangan penjualan.

b. Setiap jenis pestisida harus disajikan dalam rak/lemari maksimal tingginya

2 meter, bila boleh ditempatkan langsung lemari.

c. Pestisida terbatas (relatif sangat berbahaya) harus ditempatkan dalam

lemari kaca terkunci.

d. Peletakan satu jenis pestisida dengan jenis lainnya harus jelas batasnya

(ada batas ruangan pemisah).

e. Bahan makanan, obat-obatan dan barang konsumsi lainnya tidak boleh

disajikan berdekatan dengan pestisida.

3. Penjualan pestisida tidak boleh dilakukan dengan cara membuka, merubah

atau menukar wadah aslinya.

4. Sarana lain yang harus dimiliki.

a. Alat Pemadam Kebakaran.

Page 27: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

24

b. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan lap.

c. Kakus dan Kamar Mandi.

2.8Mencegah keracunan

Menurut Oka (2005), tindakan pencegahan lebih penting daripaada

pengobatan. Untuk itu waspada dalam penyimpanan dan pembuangan sisa atau

bekas kemasan pestisida adalah tindakan yang paling tepat.

1. Tempat penyimpanan

Tempat penyimpanan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau juga

ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan peliharaan.

Bila perlu tempat penyimpanan ini dikunci. Letakkan tempat penyimpanan ini

jauh dari tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api. Usahakan tempat

pestisida menpunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari langsung, dan

tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.

2. Mengelola wadah pestisida

Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang

memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya dan petunjuk

keamanannya. Dengan demikian bila ada keracunan atau akan digunakan lagi

petunjuknya masih jelas. Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila kena uap air

atau zat asam, pestisida bisa rusak dan tidak efektif lagi digunakan. Pindahkan isi

bila wadah bocor ke tempat yang merek dagangnya sama dengan petunjuk yang

masih jelas. Bila tidak ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup rapat dengan

menuliskan keterangan mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya, dan cara

penggunaannya.

Page 28: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

25

2.9 Pertolongan Pertama Keracunan Pestisida

Menurut Djojosumarto (2012), Hentikan segera kegiatan menggunakan

pestisida setelah tubuh terasa kurang enak, misalnya pusing, mual, kulit panas

dan gatal, serta mata berkunang-kunang, juga bila beberapa jam setelah bekerja

dengan pestisida tubuh terasa lemas, sukar tidur, gangguan perut, berkeringan

tidak wajar, gugup, dan sebagainya. Perlu disadari sepenuhnya bahwa ini semua

adalah gejala keracunan. Langkah-langkah pertolongan pertama yang dilakukan

pada saat mengalami keracunan :

1. Bila pestisida masuk mulut dan penderita sadar

a. Muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorokan

dengan jari atau alat lain yang bersih atau memberinya minum air hangat

yang dicampur 1 sendok makan garam. Pemuntahan dilakukan terus sampai

keluar cairan jernih. Usahakan muntahan tidak masuk ke paru-paru dengan

cara posisi kepala lebih rendah dan menghadap kebawah.

b. Jangan beri susu atau minuman dan makanan yang berlemak bila teracuni

golongan klorhidrokarbon.

c. Beri minum susu atau putih telur dalam air bila yang tertelan bahan korosif .

bila keduanya tidak ada dapat di beri air putih.

d. Bila penderita kejang jangan dilakukan pemuntahan. Baringkan dan beri

bantal di bawah kepala penderita. Buka kancing baju di sekitar leher agar

pernafasan lancer.

2. Apabila pestisida terisap

a. Bawa ke tempat terbuka berudara segar bila penderita mengisap debu,

bubuk, uap, atau butir-butir semprotan.

Page 29: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

26

b. Longgarkan pakaian dan baringkan dengan dagu terangkat agar bisa

bernafas bebas.

c. Gerakkan tangannya naik turun agar penderita bisa menghirup udara segar

secara maksimal.

d. Hubungi segera petugas puskesma apabila terjadi keracunan berat.

3. Apabila mengenai mata

Segera cuci mata dengan air bersih yang banyak secara terus-menerus selama

15 menit . dan tutup mata dengan kapas steril.

4. Bila tertelan dan penderita tidak sadar

a. Usaha saluran pernafasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau

muntahan dan bersihkan mulut dan air liur, lendir, sisa makanan, dan

lepaskan gigi palsu.

b. Baringkan penderita dengan posisi tengkurap dan kepala menghadap ke

samping.

c. Bila penderita berhenti bernafas lakukan pernapasan buatan. Namun, bukan

pernapasan dari mulut ke mulut agar penolong tidak ikut keracunan.

d. Bawa ke balai pengobatan terdekat.

5. Bila penderita kejang

Longgarkan pakaian disekitar leher, taruh bantal dibawah kepala, lepaskan

gigi palsu, dan berikan ganjal diantara gigi agar bibir dan lidah tidak tergigit.

6. Bila mengena kulit

a. Bersihkan kulit yang terkena dengan air yang mengalir dan sabun sampai

bersih.

Page 30: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

27

b. Jangan oleskan bahan apapun kekulit yang terkena, terlebih yang

mengandung minyak.

2.10Jenis Pakaian Pelindung Diri

Menurut Harrington (2005), Untuk melindungi badan dari pemaparan

pestisida, dapat digunakan pakaian pelindung diri berupa :

a. Pakaian Kerja (Body Covering)

Adapun syarat pakaian kerja yang baik jika baju berlengan panjang tidak

memiliki lipatan terlalu banyak, demikian juga celana panjang, tidak memiliki

lipatan terlalu banyak karena dapat sebagai tempat untuk menyimpan partikel-

partikel pestisida. Sedangkan yang baik adalah mengggunakan pakaian terusan

(workpark) yang merupakan pakaian kerja yang dianjurkan.

b. Sarung Tangan ( Gloves )

Adapun sarung tangan yang berfungsi baik hendaknya harus panjang sehingga

menutupi pergelangan tangan, bahan tidak terbuat dari kulit atau katun dan

cara pemakaian menutupi lengan baju bagian bawah.

c. Topi (Hat)

beberapa persyaratan topi yang perlu diperhatikan adalah topi yang terbuat

dari bahan yang kedap cairan dan sedapat mungkin dapat melindungi bagian-

bagian kepala(tengkuk, mulut dan muka ).

d. Sepatu Bot (boot)

Sepatu bot ini dapat terbuat dari bahan neoprene namun adakalanya kita harus

berhati-hati karena ada jenis fumigant yang dapat meleleh neoprene tersebut.

e. Pelindung Muka (gogles =face shiold)

Page 31: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

28

Biasanya pelindung muka terbuat dari bahan yang “waterproof” sehingga

muka kita tidak terkena partikel-partikel pestisida.

2.11 Persyaratan penjamah pestisida

Menurut Djafaruddin (2008), Seorang penjamah pestisida atau pengguna

pestisida hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Orang dewasa yang dapat membaca dan menulis.

b. Berbadan sehat dan menjalani penelitian kesehatan secara berkala.

c. Cakap dan terampil dalam menangani pestisida secara tepat dan aman.

d. Waktu kontak dengan pestisida 5 jam perhari dan 5 hari dalam seminggu.

e. Sewaktu menangani pestisida yang relatif sangat berbahaya tidak berkerja

sendirian( minimal 2 orang).

f. Sewaktu menangani pestisida diharuskan menggunakan perlengkapan

pelindung pestisida sesuai dengan yang diisyaratkan.

2.12Pengamanan Sisa Pestisida

Menurut Oka (2005), Pembuangan sisa-sisa pestisida dapat dilakukan

dengan berbagai cara, seperti :

a. Pembakaran

Untuk pembakaran memerlukan panas 900-10000C yang divariasikan dalam

kurun waktu tertentu. Dengan sedikit pengecualian metode ini dapat

menghancurkan/menghilangkan 99 % atau lebih pestisida yang diperjual belikan

dipasaran.

b. Netralisasi dengan bahan kimia

Page 32: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

29

Netralisasi dengan bahan kimia harus dikaitkan masing-masing material

khusus bahan pembentukan pestisida tersebut. Netralisasi dapat dilakukan dengan

cara dihancurkan dengan asam nitrit dan asam sulfur, atau dengan sodium.

c. Ditanam

Penanaman dangkal lebih kurang 40 cm dari permukaan tanah yang

dilakukan dengan hati-hati, lokasinya harus terletak baik di atas permukaan tanah

terletak pada bagian hilir, dari beberapa ratus kali dari sumber air minum dan

harus bebas dari jangkauan binatang dan anak-anak.

d. Penghancuran secara biologis

Penghancuran secara biologis atau secara ilmiah untuk beberapa jenis

pestisida yang mempunyai daya racun pendek dapat memuaskan, sedangkan

untuk pestisida lainnya yang sisa daya racunnya berumur relatif lama

(persistenta), penghancurannya sangat lambat.

Page 33: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

30

2.13 Kerangka Teori

Berdasarkan Konsep pemikiran Notoatmodjo tahun 2007 maka dapat di

kerangka teoritis sebagai berikut:

Gambar 2.1 kerangka teori (sumber: Notoadmojo,2007).

Prilaku

Pengetahuan(Notoad

mojo,2007)

-sosial ekonomi

- Kultur

- Pendidikan

- Pengalaman

Sikap,(Notoadmojo,2007).

- Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep- Kehidupan

emosional- Kecenderungan

untuk bertindak

Tindakan(Notoadmojo,2007)

- Persepsi- Respon terpimpin- Mekanisme- Adaptasi

Penjual pestisida

Page 34: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

31

2.14.Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran Notoatmodjo tahun 2007 maka dapat

digambarkan kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian

Penjual Pestisida

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Page 35: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif yaitu ingin

melihat gambaran perilaku penjual pestisida dan data diperoleh dengan

wawancara, kuesioner dan observasi tempat penyajian pestisida.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 30 Agustus sampai dengan

tanggal 6 September 2013. Penelitian ini dilakukan di toko-toko Penjual Pestisida

Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penjual pestisida yang ada di

wilayah Desa UJong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

3.3.2 Sampel

Sehubungan dengan populasi yang relatif kecil maka seluruh populasi di

jadikan sampel dalam penelitian ini di Desa Ujong Baroh Kabupaten. Aceh Barat

yaitu yang berjumlah 13 orang dari 7 toko.

Page 36: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

33

3.4 Teknik Pengambilan Data

3.4.1 Data Primer

Pengumpulan Data Dilakukan Secara wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner dan Observasi (pengamatan)tentang perilaku penjual

pestisida.

3.4.1 Data Skunder

Data yang bersumber dari hasil media internet dan Instansi-instansi lain.

3.5. Defenisi Operasional

Untuk mendapatkan kesamaan pengertian dalam penelitian ini, maka

konsep penelitian.

No Variabel Keterangan Variabel Independen1. Pengetahuan Defenisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala

Pemikiran hasil suatu pengalamanakibat pengaruh penginderaanterhadap suatu objek melaluipenglihatan, pendengaran, rasapenciuman dan raba oleh pancaindera manusia

WawancaraKuesionerTinggiRendahOrdinal

2. Sikap Defenisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala

Reaksi atau respon yang masihtertutup terhadap stimulan atauobjek dalam melakukan setiapaktivitas

Wawancara/ observasiKuesionerPositifNegatifOrdinal

Page 37: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

34

3. Tindakan Defenisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala

Perilaku penjual pestisida dalampenanganan pestisida

Wawancara/ observasiKuesionerBaikKurangOrdinal

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Pengetahuan

Untuk tingkat pengetahuan responden adalah :

a. Untuk tingkat pengetahuan tinggijika nilai skor responden > 5

b. Untuk tingkat pengetahuan rendah jika nilai skor responden≤ 5

3.6.2 Sikap

Ukuran penilaian sikap adalah:

a. Untuk Sikap positif jika nilai skor responden > 5

b. Untuk Sikap negatif jika nilai skor responden ≤ 5

3.6.3 Tindakan

Ukuran penilaian tindakan adalah:

a. Untuk Tindakan baik jika nilai responden > 5

b. UntukTindakan kurang jika nilai responden ≤ 5

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat

adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per variabel. Tujuannya

adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan

Page 38: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

35

dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untukmenggambarkan atau

menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi

frekuensi dari setiap variabel penelitian.

Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran perilaku penjual

pestisida yang di tentukan oleh Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dari Penjual

pestisida tersebut.

Page 39: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum tempat penelitian

Ujong Baroh merupakan sebuahdesa yang terletak di Kecamatan Johan

Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan batas desa sebagai berikut:

1.Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Ujong Kalak

2.Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kuta Padang

3.Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Hindia

4. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Rundeng

4.1.2 Pengetahuan penjual pestisida

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan PenjualPestisida Di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi %1 Tinggi 12 92,32 Rendah 1 7,7

Total 13 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden yang menjual

pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

paling dominan memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu 12 orang (92.3 %) dan

pengetahuan rendah hanya 1 orang (7.7 %).

Page 40: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

37

4.1.3 Sikap penjual pestisida

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penjual Pestisida DiDesa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten AcehBarat Tahun 2013

No Sikap Frekuensi %1 Positif 11 84,62 Negatif 2 15,4

Total 13 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 13 orang responden, yang memiliki sikap

positif sebanyak 11 orang (84,6 %) dan yang memiliki sikap negatif hanya 2

orang (15,4 %).

4.1.4 Tindakan Penjual Pestisida

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Penjual Pestisida DiDesa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten AcehBarat tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi %1 Baik 3 23,12 Kurang 10 76,9

Total 13 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang menjual

pestisida di desa Ujong Baroh Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat

memiliki Tindakan yang baik yaitu 3orang (23,1 %) dan responden yang memiliki

tindakan kurang 10 orang (76,9 %).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan kategori

pengetahuan tinggi 92,3 % sedangkan pengetahuan negatif hanya 7,7 % inilah

Page 41: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

38

gambaran pengetahuan penjual pestisida yang berada di desa Ujong baroh

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang akan semakin baik tingkat pengetahuan dari penjual

pestisida tersebut.

Prilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap

stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat

fasif ( tanpa tindakan) maupun aktif disertai tindakan ( Notoatmodjo, 2007).

Menurut Suhardjo (2000), bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu adalah karena adanya pengetahuan akan lebih permanen

dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang berlaku. Pengetahuan

yang dimiliki sangat penting untuk terbentuk sikap dan tindakan.

4.2.2 Distribusi Sikap Penjual pestisida

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan sikap positif 84,6 % dan

sikap negatif 15,4 %. Inilah gambaran sikap penjual pestisida yang terdapat di

desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diasumsi bahwa Sikap

seseorang yang baik akan mempengaruhi Tindakan seseorang dalam pelaksaannya

tapi sikap ini belum terbentuknya sebuah tindakan yang nampak dalam sebuah

kehidupan. Setelah peneliti melakukan observasi langsung ke tempat penelitian

penjual pestisida yang memiliki sikap yang baik ternyata masih saja tindakan yang

dilakukan di lapangan kurang, baik dalam hal pelaksanaannya.

Page 42: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

39

Menurut Notoatmodjo (2007) secara umum sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Oleh karena itu sikap penjual pestisida yang

kurang, mengenai bagaimana tatacara menangani pestisida yang benar di

karenakan persepsi yang keliru terhadap sesuatu yang seharusnya benar.

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau tertentu. Sikap

mengandung suatu penelitian emosional (senang, benci, sedih dsb), samping itu

komponen kognitif (pengetahuan tentang objek itu) secara asfek konatif

(kecenderungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan

reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau

objek (Notoadmodjo, 2003).

4.2.3 Distribusi Tindakan Penjual Pestisida

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukan kategori

Tindakan yang baik 23,1 % sedangkan tindakan kurang hanya 76,9 % inilah

gambaran Tindakan penjual pestisida yang berada di desa Ujong Baroh

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013

Setelah peneliti melakukan observasi langsung dilapangan, penjualmasih

enggan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) ini di karenakan masih adanya

rasa ketidaknyamanan dalam pemakaian APD (Alat pelindung Diri), kurangnya

keinginanan ataupun tidak adanya penyediaan APD di toko-toko tersebut. Padahal

penggunaan APD yang lengkap dapat terhindar dari keracuanan pestisida karena

APD dapat mencegah masuknya pestisida kedalam tubuh, Menurut Sudarmo

Page 43: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

40

(1991) dalam sianturi (2006), digunakan perlengkapan khusus, pakaian khusus

sarung tangan, sepatu, penutup mulut dan atribut lain yang digunakan.

Kemudian dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peletakan pestisida

antara satu jenis dengan jenis lainnya tidak terpisahini disebabkan penjual

pestisida yang tidak mengetahuijenis pestisida yang relatif sangat berbahaya

harus dipisah dari jenis pestisida yang berbahayadan ada juga yang telah

mengetahui tapi mereka mengabaikannya.

Menurut Notoatmodjo, (2007) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behaviour) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu

perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas juga diperlukan

juga diperlukan faktor dukungan (Support) dari pihak lain antara lain:

e. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil merupakan paktik tingkat pertama.

f. Respon terpimpin (Guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

g. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomasis atau

sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik

tingkat tiga.

h. Adaptasi (Adaptation)

Page 44: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

41

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakannya tersebut.

Suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang akan terarah dengan benar

bila faktor pendukung yang telah disebutkan diatas terlaksana. Begitu juga dengan

seorang penjual pestisida tindakan yang dilakukan akan menjadi lebih baik bila

faktor-faktor tersebut ada dan tidak diabaikan begitu saja.

BAB V

Page 45: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

42

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian responden dengan tingkat pengetahuan tinggi 12

orang (92,3 %), dan yang responden dengan pengetahuan rendah hanya 1

orang (7,7 %).

2. Berdasarkan hasil penelitian responden dengan sikap positif 11 orang (84,6

%), dan responden dengan sikap negatif 2 orang (15,4 %).

3. Berdasarkan hasil penelitian responden yang memiliki tindakan yang baik 3

orang (23,1 %) sedangkan responden dengan tindakan kurang 10 orang (76,9

%).

5.2 Saran

1. Kepada Dinas Pertanian dan Badan Penyuluhan diharapkan memberi

penyuluhan kepada setiap penjual pestisida supaya mengetahui bagaimana

cara menangani pestisida dengan baik menggunakan alat pelindung diri (APD)

yaitu masker (penutup mulut) dan sarung tangan dan letak batas pestisida satu

dengan yang lainnya secara benar.

2. Kepada Dinas Kesehatan supaya lebih meningkatkan penyuluhan tentang

bahaya pestisida kepada penjual pestisida dalam rangka mencegah gangguan

kesehatan yang ditimbulkan akibat bersentuhan langsung dengan pestisida

3. Kepada setiap penjual pestisida pengetahuan dan sikap yang tinggi seharusnya

diaplikasikan dengan baik jangan sampai pengetahuan dan sikapnya tinggi tapi

tindakan dilapangan kurang baik dan penjual harus lebih berhati-hati dalam

Page 46: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

43

melaksanakan tugasnya dan senantiasa mengikuti aturan-aturan tentang

penjualan pestisida.

Page 47: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2003. Tabel jenis-jenis pestisida. Crepository. USU. ac.id/bitstream/4/chapter%2011. pdf (diakses 29 juni 2013).

Deptan, 2013. Jenis-jenis pestisida yang dilarang. http://kompasiana. Com/posts/type/opinion (di akses 29 juni 2013).

Djafaruddin. 2008. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. PT. BumiAksara. Jakarta.

Djojosumarto, panut. 2004. Teknik Aplikasi pestisida.Kanisius.jakarta

,2008. Tekniik Aplikasi Pestisida. kanisius, Jakarta

,2012. Teknik Aplikasi pestisida pertanianEdisi Revisi. Kanisius,yokyakarta.

Fahmi. 2012. Banjir pestisida Ancaman ketahanan pangan dan masa depan.http://www.csoforumnet/media-realise/siaran-pers/665-banjir pestisidaancaman ketahanan pangan masa depan.(diakses 26 juni 2013)

Harrington, J.M dan F.S. Gill. 2005. Kesehatan kerja Edisi 3. EGC. Jakarta.

KEPMENTAN, 2001. Pestisida. (di akses 28 maret 2013).

Kementrian Kesehatan, 2009. Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009.

Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta

2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta,2007. pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku

kesehatan, Jakarta.

,2010. metodologi penelitian kesehatan, rineka cipta, Jakarta.

Oka , Ida Nyoman. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan implementasinyaDiIndonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/SR.140/2/2007www.deptan.go.id.Permentan%20No.24%20Tahun2011

,No 24/Permentan/SR.140/4/2011

Sianturi, Theodora Riny. 2006. “Pengetahuan Sikap Tindakan Penjaga Toko

Pestisida dan Pemeriksaan Kadar Cholinesterase dalam Darah di

Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun”. skripsi University

Sumatra utara.

Page 48: GAMBARAN PERILAKU PENJUAL PESTISIDA DI DESA KABUPATEN ACEH …repository.utu.ac.id/660/1/BAB I_V.pdf · lebih lanjut bagaimana gambaran perilaku penjual pestisida yang ada di Desa

Suhardjo, 2009. Pangan gizi dan pertanian,Universitas Indonesia,edisi Revisi

jakarta

Suwondo, Ari. 2005. jenis-jenis pestisida. http. Crepository. USU .ac.id/bitstream/4/chapter%2011.pdf (diakses 5 maret 2013).

Untung, Kasumbogo. 2006. pengantar pengelolaan hama terpadu (Edisikedua).Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Wudianto, Rini, 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya.Jakarta.

.