pestisida rena

22
I. PENDAHULUAN I.1. Pengertian Pestisida Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu

Upload: fendy-prabowo

Post on 03-Jul-2015

284 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PESTISIDA RENA

I. PENDAHULUAN

I.1. Pengertian Pestisida

Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk

mengendalikan  jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah

peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan

dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting.

Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad

tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga

vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan

dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman

berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah,

tiphus dan lain-lain.

Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk

meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan.

Terutama digunakan untuk melindungi tanaman  dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari

kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar

petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai  “dewa penyelamat” yang sangat vital.

Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat

serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun

gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu

meningkat dengan pesat.

Di Indonesia,  disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak

menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan 

petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit

melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida

dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan

berproduksi.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, produk pestisida sebaiknya

memenuhi kriteria berikutnya: mempunyai toksisitas oral yang rendah, mempunyai toksisitas

dermal yang rendah, tidak persisten. Pertisida tidak bertahan di dalam tanah, tanaman dan

perairan, tidak meninggalkan residu pada taman, tidak berakumulasi., efektif terhadap

Page 2: PESTISIDA RENA

organisme sasaran, mempunyai spectrum yang sempit atau selektivitas yang tinggi. Artinya

yang terbunuh hanya jasad pengganggu, sedangkan jasad hidup yang lain tidak ikut terbunuh,

tidak fitotoksis, yaitu tidak meracuni tanaman itu sendiri, tidak menimbulkan resistensi atau

timbulnya sifat kekebalan terhadap organisme pengganggu atau organisme sasaran, mudah

didapat dan murah, tidak mudah terbakar dan meledak, dapat disimpan lama tanpa

mengurangi kualitas, tidak merusak alat.

Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran

yang akan dikendalikan, seperti Insektisida, Fungisida, Bakterisida, Nematisida, Akarisida,

Rodentisida, Moluskusida, Herbisida, Pestisida, Formulasi pestisida

Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain

misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah

dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai

pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan,

bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.

Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan

tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama

penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan

berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah

menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian

lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam

memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat

penggunaan pestisida diantaranya : Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida

yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar

terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara

tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila

seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka

bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut

daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan.

Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi), Pestisida yang

tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan

air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya

ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti

plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan.

Page 3: PESTISIDA RENA

Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau

manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan

coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata

burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi

penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan

terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu

akan punah, Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran

pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya.

Akibatnya, jelas akan mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada

mahluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku

utamanya

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum acara kali ini, adalah :

1. Untuk mengetahui penggolongan pestisida berdasarkan jasad sasarannya.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari formulasi yang terdapat pada setiap

kemasan pestisida.

Page 4: PESTISIDA RENA

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi dilaksanakan pada hari senin, tanggal 18

April 2011, pukul 09.00 WIB. Bertempat di Labolatorium Jurusan Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis pestisida yang sudah

disiapkan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas

Palangka Raya. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat tulis dan

sejenisnya.

2.3. Cara Kerja

Menginventarisasikan golongan pestisida masing-masing sesuai dengan nama umum,

nama dagang dan nama kimianya. Selanjutnya membuat dalam bentuk tabel yang telah

disediakan.

Page 5: PESTISIDA RENA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan Penggolongan Dan Formulasi Pestisida

NO

GOLONGAN

PESTISIDA

NAMA PESTISIDA

FORMULASI

CARA APLIKASI

OPT SASARAN

1 Insektisida DURSBAN *

20 ECEmulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).

2. Kutu daun (Myzus persicae).

3. Belalang (Locusta migratoria)

2 Insektisida DHARMABAS 500 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)

2. Walang sangit ( Leptocorisa oratorius)

3. P engisap daun (Helopeltis sp)

3 Insektisida INDOVIN 85 SP

Soluable Powder

Disemprot 1. Ulat grayak (Spodoptera exiqua).

2. Pengisap daun (Helopeltis sp)

4 Insektisida SUPRACIDE 25 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Kutu daun(Aphis porni)

2. Kumbang pemakan daun (Aulocophara sp)

3. Perusak daun (Spodoptera spp)

5 Insektisida BANCOL 5O WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Perusak daun (Plutella

Page 6: PESTISIDA RENA

xylostella)2. Lalat daun

( Hydrellia sp)3. Kutu daun

(Myzus persicae).

6 Fungisida DACONIL 75 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit embun bul

2. Penyakit bercak ungu

3. Penyakit bercak daun

7 Fungisida RIDOMIL 35 SD

Seed Dressing Disemprot Penyakit bulan jagung

8 Fungisida ANTRACOL 70 WP

Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit bercak daun

2. Penyakit bercak ungu

3. Penyakit busuk daun

9 Fungisida BENLATE WP Wettable Powder

Disemprot 1. Penyakit bercak daun

2. Penyakit karat daun

10 Fungisida DITHANE 430 F

Fumigan Disemprot Penyakit pada tanaman kakao dan kentang

11 Herbisida RAMBO 480 AS

Aqueous Solution

Disemprot 1. Syneodralla modiflorat

2. Borariya alata

3. Agoratium caniyodes

12 Herbisida POLARIS 200/8 AS

Aqueous Solution

Disemprot 1. Imperata cylindrical

2. Bororia sp 3. Cyperus sp

13 Herbisida GRAMOXONE

Aqueous Solution

Disemprot 1. Cyperus rotondus

2. Brachinria sp

3. Borrerta sp 14 Herbisida PATA-COL Aqueous

SolutionDisemprot 1. Ageratam

conyroider2. A. haws

torium3. Axowopus

Page 7: PESTISIDA RENA

compressus15 Kompilasi

(Akarisida & Insektisida)

MITAL 200 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Tungau merah

2. Kutu putih16 Kompilasi

(Fungisida & ZPT)

FUJIWAN 400 EC

Emulsifiable Concentrate

Disemprot 1. Tungau jingga

2. padi17 Kompilasi

(Insektisida & ZPT)

REGENT 50 SC

SC Disemprot 1. Lalat Bibit2. Wereng

Coklat18 Kompilasi

(Nematisida, Insektisida, & Fungisida)

BASAMID-6 Granular Ditabur 1. Ulat Tanah2. Nematoda

19 Rodentisida PETROKUM RMB

RMB (umpan) Diumpan/disebar

1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus)

3. Tikus20 Rodentisida MESOPHIDE

80 PP (serbuk tepung)

Dicampur dengan makanan, kemudian diumpan.

1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

2. Tikus semak (Rattus tiomanicus)

3. Tikus21 Rodentisida KLERAT RM-

BRMB (umpan) Diumpan/

disebar1. Tikus sawah

(Rattus argentiventer)

2. Tikus belukar (Rattus tiomanicus)

3. Tikus22 Bakterisida AGREPT 20

WPWettable Powder

Ditabur Pada tanaman Tomat Penyakit Pseudomonas

3.2. Pembahasan

3.2.1. Penggolongan Pestisida

Page 8: PESTISIDA RENA

a.Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

yang bisa mematikan semua jenis serangga.

Insektisida sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang

biakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat

mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat

memengaruhi organisme pengganggu tanaman (Kardinan 2002). Selain itu,

insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga).

Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan

meracuni makanannya (tanaman atau langsung meracuni serangga tersebut).

Penelitian akan dampak penggunaan insektisida sintesis untuk tanaman cabai

merah besar telah dilakukan di beberpa kota besar, seperti Cianjur, Semarang,

dan Surabya. Pengujian residu insektisida ini menggunakan alat KCKT

(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Hasil pengujian terhadap beberapa

golongan pestisida kemuadian dikaji kembali berdasarkan pola konsumsi cabai

orang Indonesia dan dihitung BMR (Batas Maksimum Residu) dari pestisida

tesebut dan membandingkannya dengan BMR pustaka. Dari hasil pemeriksaan

tersebut terdeteksi pestisida golongan organoklorin seperti lindan, aldrin,

heptaklor, endosulfon, paration, klorpirifos, dimethoat, profenofos, dan

protiofos. Dari golongan karbamat ang terdeteksi adalah karbofuran, sedangkan

golongan piretrin tidak terdeteksi. Secara umum hasil perhitungannya lebih

kecil dari BMR pustaka. Penggunaan yang berlebihan dilakukan karena petani

beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin

bagus hasilnya, selain itu beberapa petani mencampurkan perekat pada

insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan

pereka tini mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada saat panen

dan sangat berbahaya apabila residu itu masih ada pada saat produk dihidangkan

di meja makan yang seakan-akan menyuguhkan makanan yang berlapis

pestisida. Sebagai contoh Widjanarka dari kelompok relawan anti

penyalahgunaan pestisida menuturkan bahwa kubis di daerah Cipanas

mengandung pestisida sejenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi di daerah

Sukabumi juga mengandung pestisida jenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi

di daerah Lembang mengandung pestisida jenis methamidopos 14-41 ppm

Page 9: PESTISIDA RENA

(WALHI 1987). Berdasarkan hal tersebut dapat kita bayangkan jika kita

mengkonsumsi makanan yang mengandung residu pestisida tersebut dalam 100

g setiap hari maka dalam setahun kita mengkonsumsi bahan aktif pestisida

sekitar 5,5-12,75 g setara dengan ¾ liter atau ½ kaleng racun nyamuk yang jika

diminum dapat menimbulkan kematian. Menurut data WHO sekitar 500 ribu

orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang

meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida (WALHI 1987). Penggunaan

insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran

lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam

tanah selama bertahun-tahun (Kusnaedi 2003).

b. Fungisida

Fungisida adalah bahan yangmengandung senyawa kimia beracun dan

bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan.

Pada umumnya cendawa berbentuk eperti benang halus yang btidak

bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benag halus ini yang

disebut mycelium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bia tumbuh diatas atau

dalam tubuh inang. Warna meselium ini ada yang putih, cokelat, hitam dan lain-

lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab,

tanah asan dan selalu basah dengansuhu sekitar 25-30 C. selain merusak

tanaman yang masih hidup cendawan juga mengahncurkan kayu bangunan.

Secara umum gejala yang timbul akibat serangan cendawan adalah

klorosis atau perubahan warna jaringan tanaman, pembusukan akar, batang,

daun atau bagian tanaman lain , muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun

atau batang dan sebagainya.

Untuk mengendalikan perkembang biakannya, sel-sel cendawan ini

bisa dimatikan dengan fungisida. Berdasarkan cara kerjanya mematikan sel

cendawan, fungisida dibedakan menjadi:

Fungisida kontak

Fungisida sistemik

Fungisida kontak-sistemik

Page 10: PESTISIDA RENA

c.Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan

untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan

karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara,

air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen

yang cukup besar.

Pada pertanaman padi di indonesia hasil penelitian mnunjukkan bahwa

gulma mampu menurunkan bobot gabah. Besarnya penurunan tergantung jenis

gulmanya. Marselia crenata menurunkan 19% bobot gabah, sedangkan

monochroria dan fimbristilis menurunkan sampai 54% bobot gabah.

Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan

tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika

dilihat dari waktu aplikasinya.

a. Herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum

ditanam tetapi tanah sudah dioleh.

b. Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total

agar mudah dalam pembersihan lahan.

c. Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam

tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh.

d. Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan

tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa

diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua.

d. Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

yang digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya

tikus.

Tikus juga merupakan organisme pengganggu yang banyak merugikan

manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman

pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat

Page 11: PESTISIDA RENA

dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman

diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen

yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan

ternak. Dan, bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang

dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.

Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap

tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya

dalam bentuk umpan beracun

e. Bakterisida

Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif

beracun yang bisa membunuh bakteri.

Bakteri bisa menyebar melalui berbagai agen, misalnya biji,

buah umbi, batang stek, sernaggga, burung, siput, ulat manusia, kompos

dan pupuk kandang.

Bakterisida biasanya sistemik karena bakteri melakukan

perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida

merupakan salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan pseudomonas

solanaceae yang bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili solanaceae.

3.2.2. Formulasi Pestisida

Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif

(active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisma pengganggu dan

bahan ramuan (inert ingredient).

Jika dilihat dari struktur kimianya, bahan aktif ini bisa digolongkan menjadi

kelompok organic sintetik, orgnik alamiah dan inorganic. Bahan aktif ini jenisnya sangat

banyak sekali. Tahun 1986 badan proteksi lingkungan amerika serikat mencatat ada 2600

bahan aktif yang sudah dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35000 formulasi atau merek

dagang.

Pestisida organic alamiah berasal dari bahan-bahan tanaman, maka sering juga disebut

pestisida botanik. Pestisida ini cenderung bersifat tidak mantap dan berumur pendek. Namun

daya bunuhnya scepat dan berdaya racun rendah. Sebagai contoh adalah: nikotin berasal dari

Page 12: PESTISIDA RENA

daun tembakau, Pyrethrum berasal dari daun chrysanthemum cinerariaefolium, Red squil

berasal dari umbi urginea maritime, Rotenone berasal dari akar derris sp, Ryania berasal dari

akar ryania speciosa, Sabadilla berasal dari tanaman schoenocaulon officinale.

Senyawa mikroba merupakan salah satu bahan aktif pestisida organic sintetik.

Senyawa ini adalah hasil formulasi manusia dari jamur, bakteri, atau virus. Pestisida ini

sering juga disebut golongan biologi. Sebagai missal senyawa yang mengandung bakteri

bacillus thuringiensis dipergunakan untuk mengedalikan hama Lepidoptera. Merek dagang

insektisida bakteri berbahan aktif bakteri bacillus thuringiensis tersebut tersedia dalam

berbagai formulasi. Bahan ramuan biasanya berperan sebagai: pelarut, pembawa (untuk

menencerkan pestisida), surfaktan (emuksi,pembasah,pendispersi,foam dan penyebar),

stabilizer (agar formulasi tetap aktif dan mantap), sinergis (meningkatkan daya kerja bahan

aktif pestisida), minyak-minyak (untuk meningkatkn aktifitas biologo), defoamer (agar hasil

semprotan tidak berbusa), agensia pemadat 9agar hasil semprotan tidak mudah dihembus

angina kemana-mana dan agar pestisida tidak mudah mengalir jatuh ketanah setelah

penyemprotan), agensia pewarna (untuk mengurangi kemungkinan kecelakaaan). Dengan

formula ini keamanan, penyimpanan,penanganan dan efektifan aplikasi bisa meningkat.

Bentuk pestisida yang merupakan formulasi ini ada berbagai macam. Formulasi ini

perlu dipertimbangkan oleh calon konsumen sebelum membeli untuk disesuaikan dengan

kesediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta efektifitasnya.

Formulasi biasanya digunakan kode dibelakang nama dagangnya. Sebagai contoh

curaterr 3 G. g menunjukkan bentuknya granul atau butiran. Sedangkan angka yang

mengikuti nama dagang menunjukkan presentase bahan aktif, atau jumlah berat bahan aktif

(dalam gram),atau jumlah volume bahan aktif (dalam milliliter) perliter formulasi. Sebagai

contoh untuk pestisida di atas, berarti kandungan bahan aktifnya karbofuran 3%. Contoh lain

bayluscide 250 EC berbentuk emusifiable concentrate, pekatan yang dapat diemulsikan,

dengan bahan aktif niklosamida 250 gram per liter.

Page 13: PESTISIDA RENA

III. PENUTUP

3.3. Kesimpulan

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman

yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya

seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang

dianggap merugikan.

Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis

yaitu: Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti

belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas

serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan

semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.

Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/

cendawan, Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu

contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD

yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman

sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya

yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu. Rodentisida adalah pestisida yang

digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus.

Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau

jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan

ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan. Nematisida adalah pestisida yang

digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini

biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan

pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi

penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini

juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD,

Vapam, dan Dazomet. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi

tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll.

Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

Page 14: PESTISIDA RENA

DAFTAR PUSTAKA

Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.

BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data produksi sayuran Indonesia.

http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]

BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia.

http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]

Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun 2000-2001.

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.

Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama

padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan

Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.

Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL)

dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi Pengelolaan Berkelanjutan

di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa Lingkungan Hidup. Bogor:

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve.

Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York:

Lewis Publisher. Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar

Swadaya.

WALHI (Wahana Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet).

Jakarta:

Page 15: PESTISIDA RENA

WALHI. Pomeroy, Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut

Fishermen. Connecticut Sea Grant Extension. Department of Agriculture and

Resource

Economics University of Connecticut. Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan

insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor.

Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13

Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.

Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan

dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11

(3):196-206

Schopfer dan Brennicke (2005). Pflanzenphysiologie. Spektrum. Muenchen.