laporan praktikum pestisida

22
LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI PESTISIDA ACARA 3 MACAM-MACAM ALAT APLIKASI PESTISIDA Oleh Nama : HENDRA PANGARIBUAN NPM : E1J012075 Co-Ass : Goklasni Manullang Shift : Jumat,10:00 – Selesai

Upload: hendra-setiawan-pangaribuan

Post on 20-Dec-2015

576 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Help your home work.. :)

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI PESTISIDA

ACARA 3

MACAM-MACAM ALAT APLIKASI PESTISIDA

Oleh

Nama : HENDRA PANGARIBUAN

NPM : E1J012075

Co-Ass : Goklasni Manullang

Shift : Jumat,10:00 – Selesai

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU2015

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mengaplikasikan pestisida dilapangan diperlukan suatu alat aplikasi. Alat aplikasi

(Aplikator) pestisida dapat beraneka macam tergantung pada jenis formulasi, jasad sasaran,

jenis tanaman dan luas lahan yang akan diperlakukan. Ada aplikator yang digunakan secara

sederhana dan ada pula yang menggunakan bantuan teknologi tinggi seperti dengan pesawat

terbang dan robot.

Alat aplikasi pestisida dapat dikelompokkan menjadi :

SPRAYER/MIST BLOWER/FOGGER

DUSTER

FUMIGATOR

BAIT STATION

SOIL INJECTOR

AEROSOL

Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan  kontinuitas

pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian

kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan

menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar

tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang

menggunakan muatan teknologi standar. Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan

tajam tidak hanya di dunia tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Mampukan kita memacu

pertanian kita menjadi sektor yang sejajar dengan tetangga dan dunia?

Gambaran di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian akan tetap penting dalam

perekonomian serta tetap berperan dalam pembangunan nasional. Terlebih jika wacana

pembangunan yang terintegrasi antara pertanian, industri dan perdagangan dipandang sebagai

suatu sistem entity yang utuh. Kaitan yang erat antara pertanian dan industri serta

perdagangan senantiasa menuntut berkembangnya kebijakan pembangunan pertanian yang

dinamis sejalan dengan transformasi perekonomian yang sedang terjadi.Dalam suasana

lingkungan strategis yang berubah dengan cepat, penajaman arah kebijaksanaan dan

perencanaan pembangunan pada masa reformasi menjadi demikian penting.

Dengan mekanisasi pertanian diharapkan efisiensi dan produktivitas penggunaan sumber

daya dapat ditingkatkan. Melalui mekanisasi pertanian ketepatan waktu dalam aktivitas

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

pertanian dapat lebih ditingkatkan. Pertanian merupakan kegiatan yang tergantung pada

musim. Pada saat musim tanam dan musim panen tenaga kerja yang dibutuhkan sangat besar.

Tetapi pada waktu lain tenaga kerja kurang dibutuhkan dan ini mengakibatkan terjadinya

pengangguran tak kentara. Dengan mekanisasi pertanian semua aktivitas pertanian dapat

diselesaikan dengan lebih tepat waktu sehingga memberikan hasil yang lebih baik, di

samping itu penggunaan alat dan mesin pertanian dapat juga mengurangi kejenuhan dalam

pekerjaan petani dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan usaha tani lain atau

kegiatan di sektor lain yang sifatnya lebih kontinyu.

Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena pertanian

di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara kita,

bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus

dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam sistem

pertanian kita. Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat

dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan

masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk menilai respon sosial, ekonomi

masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan melakukan penyesuaian dalam pengambilan

kebijakan mekanisasi pertanian. Makalah ini merupakan suatu kajian mekanisasi pertanian

dengan fokus pada aspek kelembagaan teknologi dan kaitannya dengan kinerja sistem dan

usaha agribisnis.

B. Tujuan Praktikum

Mempelajari aneka macam alat aplikasi pestisida dan cara kerjanya

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan

kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun,

tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot

ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam

setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot.

Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau

suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator

pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan

penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator pestisida yang sangat

diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan.

Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan

dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida

yang akan disemprotkan.

Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak

digunakan petani di lapangan adalah jenis hand sprayer (tipe pompa), namun hasilnya kurang

efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian

pada tahun 1997 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong

sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami

kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor,

paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah

rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb. (Dirjen Tanaman Pangan, 1977).

Disamping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pestisida yang

diaplikasikan tidak sesuai (melebihi) dari dosis yang direkomendasikan dan ini salah satunya

disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi (Mimin, et.al., 1992).

Dari hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa kinerja sprayer elektrostatika

lebih baik dari tipe sprayer lainnya, namun perlu modifikasi lebih lanjut terutama pada

sumber tenaga (batere) dan pola penyebaran dropletnya agar pengeluarannya benar-benar

terkontrol, bahan pembawa cairan kontak (media kontak) yang mahal mengingat tidak semua

bahan kimia dapat diaplikasikan dengan menggunakan sprayer elektrostatik. Kelemahan

lainnya adalah disain yang dibuat masih belum ergonomis (berat dan kurang flkesibel)

sehingga agak menyulitkan dalam operasionalnya di lapangan. Di samping itu rancangan

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

sprayer elektrostatik ini perlu dimodifikasi mengingat harga atau biaya produksinya masih

tinggi bila dibandingkan dengan tipe sprayer lainnya (terutama jenis sprayer gendong /

knapsack sprayer), baik produk lokal maupun impor. Hasil penelitian Kusdiana (1991) dan

Roni Kastaman (1992) menunjukkan bahwa sebenarnya jenis sprayer yang dapat dianggap

paling baik dan memenuhi kriteria pemakaian yang diinginkan oleh pemakai (umumnya

petani) adalah sprayer dari jenis Microner atau Sprayer Elektrostatik.

Umumnya kriteria yang banyak diutamakan pemakai adalah kriteria jaminan

ketersediaan suku cadang, keamanan dalam penggunaan alat, ekonomis, kapasitas dan

kepraktisan. Demikian pula kesimpulan dari hasil penelitian Mimin et.al. (1992), yaitu bahwa

sprayer yang paling baik dari segi kinerja penyemprotannya adalah sprayer elektrostatik dan

yang paling buruk sprayer hidrolik.

Pestisida yang dipakai dalam budidaya tanaman umumnya berbentuk cairan dan ada

pula yang berbentuk tepung, digunakan untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit

tanaman. Untuk mengaplikasikannya pestisida cair digunakan alat penyemprot yang disebut

sprayer, sedangkan untuk pestisida berbentuk tepung digunakan alat yang disebut duster.

Dalam penggunaannya sehari-hari petani sering menemukan masalah seperti teknik

pemakaian, serta perbaikan dan pemeliharaannya. Hal seperti ini pada akhirnya akan

menentukan tingkat efisisnsi dan efektivitas dalam penggunaannya.

Berdasarkan tenaga yang digunakannya alat penyemprot dibedakan menjadi alat

penyemprot dengan tenaga tangan (handsprayer), dan alat penyemprot dengan pompa

tekanan tinggi. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang

dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan

dosis pestisida yang akan disemprotkan (Hidayat, 2001). Dari hasil beberapa penelitian

menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis

hand sprayer (tipe pompa), namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak.

Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di beberapa tempat di

Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan.

Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung

pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus,

selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan

las korosi, dsb. Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan

pestyang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang

menunjang aplikasi.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

BABA III

METODOLOGI

A. Alat Dan Bahan

Adapun alat yang dipergunakan pada praktikum acara 3 ini adalah sebagai berikut :

Mist Blower

Soil Injector

Midget Duster

Knapseck Sprayer Semi

Hand Sprayer

Emposan

Micron ULVA

Swing Fog

FumigatorBait station

Knapsack Sprayer Otomatis

Tree Sprayer

Motor Duster

Aerosol

B. Cara Kerja

Membuat gambar skematis alat aplikasi pestisida dan menunjukkan nama bagian-

baian alat dan menerangkan mekanisme kerja masing-masing

Menggambar secara skematis tipe pompa piston pada semi-automatic sprayer dan

midget duster

Menggambar secara skematis nozel pada semi-automatic sprayer, blower sprayer,

swing fog, dan Micron ULVA

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1.Knapseck Sprayer

2.Hand Sprayer

3.Spayer

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

4.Mist Blower

5.Sprayer Duster

6.Sprayer pompa

7.Sprayer

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

B. Pembahasan

 Sprayer Gendong Semi Otomatis

Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang

menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan

efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh

butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan

menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa

sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet

menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir

melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-

partikel yang sangat halus.

Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak

digunakan petani di lapangan adalah jenis ini, namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien

dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di

beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami

kerusakan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara

lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek,

ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus,

sambungan las korosi, dsb. Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah

kebanyakan pest yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer

yang kurang menunjang aplikasi. Bagian-bagian alat semprot semi otomatis antara lain tuas

penyemprot, noozle, batang semprot, mult tangki, memiliki satu tabung untuk menampung

cairan pestisida sekaligus menampung tekanan udara serta tali untuk menggendong alat.

Kapasitas atau daya tampung alat 17 liter dan terbuat dari logam besi.

 Sprayer Gendong Otomatis

Prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel

halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian

pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk

memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan

partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki

dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang

karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang

sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat

halus.

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

Berdasarkan prinsip kerjanya, maka alat penyemprot tipe gendong ini memiliki

bagian utama yang terdiri :

1.      Tangki dari bahan plat tahan karat, untuk menampung cairan

2.      Unit pompa, yang terdiri dari silinder pompa, piston dari kulit

3.      Tangkai pompa, untuk memompa cairan

4.      Saluran penyemprot, terdiri dari kran, selang karet, katup serta pipa yang bagian

ujungnya dilengkapi nosel

5.      Manometer, untuk mengukur tekanan udara di dalam tangki

6.      Sabuk penggendong

7.      Selang karet

8.      Piston pompa

9.      Katup pengatur aliran cairan keluar dari tangki

10.   Katup pengendali aliran cairan bertekanan yang ke luar dari selang karet

11.   Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nosel

12.   Nosel, untuk memecah cairan menjadi pertikel halus

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah isi tangki cairan

pestisida harus disisakan kurang lebih 1/5 bagian ruangan tangki untuk udara. Setelah diisi

cairan, tangki dipompa kurang lebih sebanyak 50 – 80 kali pemompaan. Untuk mengetahui

intensitas tekanan udara di dalam tangki dapat diamati melalui manometer. Beberapa

persyaratan lainnya adalah bahan konstruksi terbuat dari plat tahan karat, bagian konstruksi

pompa mudah dilepas untuk dibersihkan, selang terbuat dari karet atau plastik, nosel dapat

dilepas dan dapat diganti baik tipe maupun ukuran lubangnya. Persyaratan lain yang

berkaitan efektivitas aplikasi pestisida dalam pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi

kecepatan angin tidak melebihi 10 km/jam.

Perbedaan antara sprayer otomatis dan sprayer semi otomatis adalah pada komponen

dalam kedua alat tersebut. Pada alat sprayer otomatis tidak ada tabung khusus yang

digunakan sebagai tempat cadangan tekanan karena seluruh tekanan memenuhi tangki

sprayer. Oleh karena itu tangki sprayer otomatis harus terbuat dari bahan yang kuat dengan

tekanan. Dengan perbedaan tersebut maka cara aplikasinya pun sedikit berbeda. Jika sprayer

otomatis harus dipompa hingga penuh sebelum aplikasi, sprayer semi otomatis harus

dipompa selama aplikasi hingga volume pestisida habis. Oleh karena itulah ada perbedaan

ukuran droplet pada keduanya. Ukuran droplet sprayer otomatis lebih kecil dari sprayer semi

otomatis akibat adanya perbedaan tekanan yang diberikan.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

Ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan penggunaan tekanan atau energi

hidrolik antara lain:

Keuntungan Kerugian

1.    Komponen yang digunakan

relatif sederhana untuk

dioperasikan.

2.    Peralatan fleksibel dan

dengan perubahan sedikit dapat

digunakan untuk sasaran yang

berbeda.

1.    Droplet dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas

mengakibatkan banyak pestisida yang terbuang (droplet

dengan optimum diameter tidak mengenai sasaran).

2.    Penggunaan yang bervariasi dan komponen dapat

mengakibatkan variasi penutupan.

3.    Penggunaan komponen khususnya noozle yang

mengharuskan seringnya penggantian alat yang

bersangkutan.

Sprayer Biasa

Alat semprot ini memiliki prinsip sama dengan sprayer semi otomatis namun dalam

ukuran mini dan tanpa tabung khusus sebagai penyimpan tekanan, dengan kata lain tidak

memiliki cadangan tekanan. Fungsi dari alat ini adalah untuk aplikasi pestisida cair atau

pestisida yang dilarutkan dengan air.

Duster

Alat ini digunakan untuk aplikasi pestisida padat atau serbuk. pestisida dalam bentuk

debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, yang mengandung bahan aktif 1 -10

persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil dari 75 mikron. Aplikasinya tanpa dicampur

dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk mengatasi pertanaman yang berdaun

rimbun/lebat, karena partikel debu dapat masuk keseluruh bagian pohon.

Penggunaan sprayer didasarkan pada tujuan. Kemudian dalam pengaplikasian

pestisida, diperlukan pengetahuan yang baik agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan

kerugian atau dalam kata lain boros. Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida

dan dosis yang digunakan. Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat atau mendekati

tepat dalam pengaplikasiannya. Dengan demikian efek atau keampuhan pestisida yang

digunakan dapat dibuat seoptimal mungkin. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk

tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya.

Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus.

Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang

digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000).

Keberhasilan penyemprotan sangat ditentukan oleh tingkat peliputan (coverage),

yakni banyaknya droplet yang menutupi bidang sasaran. Makin banyak jumlah droplet pada

tiap bidang sasaran, makin besar kemungkinan OPT terkena pestisida sehingga semakin besar

kemungkinan penyemprotan berhasil. Tingkat penutupan dinyatakan dengan angka kepadatan

droplet (droplet density), yakni jumlah droplet yang terdapat pada setiap satuan luas bidang

sasaran. Tingkat peliputan (coverage) atau kepadatan droplet dipengaruhi oleh faktor butiran

semprot dan volume aplikasi. Makin halus ukuran butiran semprot, semakin baik tingkat

penutupannya. Volume aplikasi yang terlampau sedikit dapat menyebabkan tingkat

penutupan yang buruk dan volume aplikasi yang terlampau banyak menyebabkan run off.

Curah (flow rate, output) adalah banyaknya cairan semprot yang dikeluarkan oleh nozzle per

satuan waktu, yang umumnya dihitung dalam liter per menit. Angka flow rate dipengaruhi

oleh beberapa faktor sebagai berikut ukuran lubang nozzle, jumlah nozzle, jumlah lubang

pada nozzle dan kecepatan aliran cairan yang melewati nozzle. Setiap nozzel mempunyai

angka flow ratenya sendiri. Syarat agar penyemprotan merata lainnya adalah

mempertahankan kecepatan berjalan pada saat menyemprot (disebut kecepatan aplikasi). Bila

kecepatan berjalan saat menyemprot berubah-ubah, maka coverage juga akan berubah,

sehingga distribusi secara keseluruhan tidak sama. Nozzle adalah bagian sprayer yang

menentukan karakteristik semprotan ; yaitu pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar

penutupan, pola semprotan, dan pola penyebaran yang dihasilkan. Nozzle dibuat dalam

bermacam-macam disain. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan oleh nozzle yang

khas sesuai dengan kebutuhan.

Tipe-tipe nozzle :

Centrifugal nozzle yaitu bentuk nozzle yang paling banyak dijumpai, dibuat dengan

sudut penyemprotan yang lebar dan dengan berbagai model pola penyemprotan dan

kapasitas.

 Flooding nozzle yaitu menghasil semprotan dengan model semburan. Nozzle ini

disebut juga fan spray nozzle.

Two-fluid atomizer yaitu menghasilkan droplet yang sangat halus dan

menghindarkan pemborosan cairan, tetapi membuthkan tenaga yang lebih besar

daripada tipe-tipe yang lain.

 Rotary atomizer yaitu digunakan untuk pekerjaan besar, menyemprotkan cairan

dalam  jumlah besar dengan gaya sentrifugal dan mempunyai pola penyebaran 360o.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

Komponen-komponen nozzle :

Body

 Penyaring

spuyer (nozzle tips), dan  nozzle cap

Ada beberapa macam nozzle pada sprayer yaitu :

Hallow cone nozzle

Cara yang menarik ke dalam nozzle mengalami pemusingan hingga penyebaran butiran

cairannya akan berbentuk cincin. Besar kecilnya ukuran sprayer kecuali ditentukan oleh

tekanan yang diberikan juga ditentukan oleh tekanan yang diberikan juga ditentukan oleh

jarak pemusingan cairannya. Makin panjang lintasan pemusingan yang ditempuh, makin

besar ukuran spray, tetapi makin kecil diameter penyebaran butiran sprayernya. Keuntungan

penggunaan nozzle ini karena dapat diperoleh penyebaran ukuran butiran spray yang

seragam.

Solid-cone nozzle

Nozzle ini merupakan hasil modifikasi dari hallo cone nozzle. Prinsip pembentukan

spray hampir sama dengan hollo cone nozzle tetapi pada solid cone nozzle diberikan

tambahan internal axiat jet yang tepat ukurannya yang akan memukul cairan di dalam nozzle

yang sedang berputar. Dengan pemukulan tersebut cairannya akan menjadi makin turbulance

dan aliran cairannya menjadi hancur, meninggalkan nozzle dalam bentuk butiran spray,

dengan penyebarannya akan berbentuk lingkaran penuh.

Fan type nozzle

Type ini dibuat dengan jalan membuat potongan halus atau saluran yang menyilang

permukaan luar dari arifice plate (plat tarikan). Bentuk tersebut menyebabkan cairan yang

meninggalkan nozzle akan berupa lembaran tipis seperti kipas, yang kemudian akan pecah

menjadi butiran-butiran spray, dengan penyebarannya akan berbentuk elips penuh.

Kelemahan nozzle ini mempunyai ukuran butiran cairan yang tidak merata. Terutama pada

bagian ujung tepi penyemprotan, terdapat pengumpulan ukuran butiran yang besar-besar.

Nozzle tipe ini kebanyakan dipakai pada sprayer bertekanan rendah (20-100 psi) untuk

pengendalian herba.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut:

Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau

suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray.

 Fungsi sprayer dapat disesuaikan dengan jenis dari sprayer itu sendiri dalam

memenuhi kebutuhan mekanisasi pertanian.

 Dalam pengguanan sprayar yang di isi mengunakan pestida harus memenuhi standar

keamanan.

B. Saran

Agar praktikum berjalan dengan baik, sebaiknya para praktikan lebih serius

dalam mendengarkan asisten dosen saat menerangkan prosedur praktikum. Dan pada

saat melakukan praktikum, sebaiknya praktikan lebih tentram agar tidak menimbulkan

keribuatan.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.

Herodian S. 2003. Jasa Produksi Dan Pelayanan Alat Mesin Pertanian (JP2AMP). IPB.

Pramudya B. 1996. Strategi Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian untuk Usahatani

Tanaman Pangan. IPB.

Sumber : Bagian dari penelitian penulis tahun 2009 dan rangkuman diskusi di beberapa kota ,

IMATETANI tahun 2007-2008.

Tarmana D. 1976. Alat dan mesin pertanian untuk proteksi tanaman pangan. IPB