laporan praktikum kesling pestisida

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayur dan buah merupakan komoditas hortikultura yang banyak mengandung vitamin dan mineral, selain itu juga memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber pendapatan petani bahkan sumber devisa negara. Konsumsi sayur dan buah pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai adanya kesadaran bahwa dengan mengkonsumsi sayur dan buah berarti hidup akan bertambah sehat. Namun sayangnya, dalam kegiatan produksi sayur dan buah sering menghadapi kendala serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal panen atau minimal hasilnya berkurang. Salah satu cara yang selama ini digunakan untuk mengatasinya adalah penggunaan pestisida. Di sisi lain pestisida merupakan bahan kimia, sehingga pemakaian yang berlebihan dapat menjadi sumber pencemar pada bahan pangan, air, dan lingkungan hidup. Masalah utama bagi kesehatan masyarakat adalah adanya residu pestisida dalam makanan, termasuk dalam sayur dan buah. Residu yang ditinggalkan dapat secara langsung maupun tidak langsung sampai ke manusia. Residu pestisida dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari dalam jangka panjang dapat 1

Upload: alfifebriana

Post on 05-Aug-2015

587 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayur dan buah merupakan komoditas hortikultura yang banyak

mengandung vitamin dan mineral, selain itu juga memiliki potensi yang

sangat besar sebagai sumber pendapatan petani bahkan sumber devisa negara.

Konsumsi sayur dan buah pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai

adanya kesadaran bahwa dengan mengkonsumsi sayur dan buah berarti hidup

akan bertambah sehat.

Namun sayangnya, dalam kegiatan produksi sayur dan buah sering

menghadapi kendala serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal

panen atau minimal hasilnya berkurang. Salah satu cara yang selama ini

digunakan untuk mengatasinya adalah penggunaan pestisida. Di sisi lain

pestisida merupakan bahan kimia, sehingga pemakaian yang berlebihan dapat

menjadi sumber pencemar pada bahan pangan, air, dan lingkungan hidup.

Masalah utama bagi kesehatan masyarakat adalah adanya residu

pestisida dalam makanan, termasuk dalam sayur dan buah. Residu yang

ditinggalkan dapat secara langsung maupun tidak langsung sampai ke

manusia. Residu pestisida dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari dalam

jangka panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang dapat

ditunjukkan dengan adanya gejala akut (sakit kepala, mual, muntah, dan lain-

lain) dan gejala kronis (kehilangan nafsu makan, tremor, kejang otot, dan

lain-lain) (Isnawati, 2005).

Residu pestisida yang terkandung dalam makanan akan tertimbun

dalam tubuh dan menimbulkan berbagai reaksi berbahaya yang secara

perlahan-lahan menggerogoti dan merusak sel-sel tubuh. Setelah tiba

waktunya, muncullah berbagai jenis penyakit berbahaya, seperti kanker,

ginjal, hati, jantung, stroke, gangguan saluran pencernaan, susunan syaraf

pusat, gangguan otak, limpa, atau pankreas. Penyakit ini bisa timbul beberapa

tahun kemudian setelah seseorang mengkonsumsi sayur atau buah yang

mengandung zat berbahaya tersebut.

1

Page 2: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

Melihat berbagai fenomena di atas, maka perlu dilakukan pengujian

residu pestisida pada buah dan sayur yang beredar demi keamanan

masyarakat yang mengkonsumsi. Disini, kelompok kami akan melakukan uji

residu pestisida pada buah melon dan sayur sawi yang dijual di Pasar

Karangmenjangan dan Superindo, dengan harapan hasil pengujian kami ini

dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, sehingga masyarakat dapat lebih

waspada dalam memilih buah dan sayur yang dijual.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah sampel sawi dan melon yang dijual di Pasar Karangmenjangan

mengandung residu pestisida organofosfat?

b. Apakah sampel sawi dan melon yang dijual di Superindo mengandung

residu pestisida organofosfat?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum

Memeriksa ada tidaknya residu pestisida organofosfat pada sawi dan

melon di Pasar Karangmenjangan dan Superindo dengan metode

Kromatografi Lapis Tipis.

2. Tujuan Khusus

a. Mempraktekkan prosedur pengujian residu pestisida organofosfat pada

sawi dan melon dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

b. Menginterpretasikan hasil uji residu pestisida organofosfat yang

terdapat pada sawi dan melon yang diteliti.

2

Page 3: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida dan Residu Pestisida

2.1.1 Pengertian Pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida

berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan

secara sederhana sebagai pembunuh hama. Menurut Food Agriculture

Organization (FAO) 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun

1973, Pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk

mencegah, membasmi dan mengendalikan hewan/tumbuhan penggangu

seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit,

dengan tujuan kesejahteraan manusia (Nurosid, 2011).

Pestisida menurut PP RI No. 6 tahun 1995 didefinisikan sebagai

zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh atau perangsang tumbuh,

bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk

perlindungan tanaman (Nurosid, 2011). Sedangkan menurut The United

State Federal Environmental Pesticide Control Act, Pestisida adalah

semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau

mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan,

gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus,

bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang

lainnya (Yuantari, 2009).

Berdasarkan Permentan tahun 2007 Tentang Syarat Dan

Tatacara Pendaftaran Pestisida, Pestisida adalah semua zat kimia dan

bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

1. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak

tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian,

2. memberantas rerumputan,

3. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan,

4. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-

bagian tanaman tidak termasuk pupuk,

3

Page 4: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

5. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

piaraan dan ternak,

6. memberantas atau mencegah hama-hama air,

7. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan,

dan atau

8. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan pada tanaman dan air (Deptan, 2011).

2.1.2 Pengertian Residu Pestisida

Menurut Deptan tahun 2007, residu pestisida adalah sisa

pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada atau dalam

jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah (Deptan,

2011). Selain itu, residu pestisida juga diartikan sebagai sisa pestisida

yang ditinggalkan sesudah perlakuan dalam jangka waktu yang telah

menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa khemis dan fisis mulai

bekerja. Karena residu mempunyai pengertian bahan sisa yang telah

ditinggal cukup lama, maka bahan residu sudah tak efektif lagi sebagai

racun langsung, namun masih berbahaya karena dapat terakumulasi

(Martono, 2009).

Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil

penyemprotan pada tanaman. Residu pestisida terdapat pada semua

tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada

buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah

tersebut. Walaupun sudah dicuci atau dimasak, residu pestisida ini

masih terdapat pada bahan makanan (Zulkarnain, 2010).

2.2 Pestisida Organofosfat

Pestisida Organofosfat adalah pestisida dengan senyawa organofosfat

sebagai komponen utamanya. Organofosfat ditemukan pada tahun 1945.

Struktur kimia dan cara kerjanya berhubungan erat dengan gas syaraf.

4

Page 5: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

Organofosfat dapat menurunkan populasi serangga dengan cepat,

persistensinya di lingkungan sedang sehingga organofosfat secara bertahap

dapat menggantikan organoklorin. Sampai saat ini organofosfat masih

merupakan insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.

Contoh : malathion, monokrotofos, paration, fosfamidon, bromofos, diazinon,

dimetoat, diklorfos, fenitrotion, fention, dan puluhan lainnya (Zulkarnain,

2010).

Meskipun demikian, senyawa organofosfat ini lebih toksik terhadap

hewan-hewan bertulang belakang jika dibandingkan senyawa organoklorin.

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida

lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya

dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan

beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa

(Zulkarnain, 2010).

Tabel 1. Batas Maksimum Residu Pestisida Organofosfat

5

Page 6: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

2.3 Dampak Residu Pestisida Organofosfat

Apabila masuk kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut, dan saluran

pencernaan maupun saluran pernapasan, pestisida organofosfat akan

berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur bekerjanya

syaraf, yaitu kholinesterase. Apabila kholinesterase terikat, maka enzim

tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya sehingga syaraf dalam tubuh

terus menerus mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu. Dalam

keadaan demikian otot-otot tersebut senantiasa bergerak-gerak tanpa dapat

dikendalikan (Deptan, 2011).

Disamping timbulnya gerakan-gerakan otot-otot tertentu, tanda dan

gejala lain dari keracunan pestisida organofosfat adalah pupil atau celah iris

mata menyempit sehingga penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut

berbusa, atau mengeluarkan banyak air liur, sakit kepala, rasa pusing,

berkeringat banyak, detak jantung yang cepat, mual, muntah-muntah, kejang

pada perut, mencret sukar bernapas, otot-otot tidak dapat digerakkan atau

lumpuh dan pingsan (Deptan, 2011). Kematian disebabkan kelumpuhan otot-

otot pernafasan. Kematian dapat terjadi dalam waktu lima menit sampai

beberapa hari karena itu pengobatan harus secepat mungkin dilakukan

(Yuantari, 2009).

Tabel 2. Efek Muskarinik, Nikotinik dan Saraf Pusat pada Toksisitas Organofosfat

Efek Gejala

1. Muskarinik( reseptor yang

ada di otot jantung)

- Salivasi, lakrimasi (mengeluarkan air

mata), urinasi dan diare (SLUD)

- Kejang perut

- Nausea (mual) dan vomitus (muntah)

- Bradicardia (denyut nadi lemah <60

kali /menit)

- Miosis

- Berkeringat

2. Nikotinik( reseptor yang

mempengaruhi otot rangka)

- Pegal-pegal, lemah

- Tremor

6

Page 7: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

- Paralysis (kehilangan fungsi otot)

- Dyspnea (sesak napas)

- Tachicardia (denyut nadi cepat)

3. sistem saraf pusat(SSP) - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis

- Sakit kepala

- Emosi tidak stabil

- Bicara terbata-bata

- Kelemahan umum

- Convulsi

- Depresi respirasi dan gangguan jantung

- Koma

Sumber : Afriyanto, 2008.

2.4 Metode Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan untuk memisahkan

suatu senyawa dalam suatu campurannya secara fisik dimana campuran

tersebut dipisahkan berdasarkan distribusi senyawa-senyawanya diantara dua

fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Fase diam adalah

fase yang lebih besar jumlahnya pada kromatografi dan memiliki permukaan

kontak yang lebih luas. Sedangkan fase gerak adalah fase yang mengalir

bersama fase diam. Fase gerak bisa berupa cairan ataupun gas (Setiawandi,

2010).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu analisis

kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan

komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Kromatografi lapis tipis menggunakan prinsip dasar pada kromatografi dasar

yaitu pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi senyawa pada

dua fase yang berbeda. Pada KLT, fase diamnya berupa silika yang terbalut

oleh cairan. Sedangkan eluen digunakan pelarut baik yang polar maupun yang

non-polar. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase

diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan

yang cocok. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk menganalisis

7

Page 8: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil (misal menentukan jumlah

kumpulan dalam campuran), dan juga untuk mengidentifikasi komponen

penyusun campuran melalui perbandingan dengan senyawa yang diketahui

strukturnya (Setiawandi, 2010).

8

Page 9: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum

a. Lokasi

1. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel sawi dan melon dilakukan di Pasar

Karangmenjangan dan Superindo secara acak.

2. Lokasi Praktikum

Pengujian residu pestisida organofosfat ini dilakukan di Balai

Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya.

3. Waktu Praktikum

Sampel sawi dan melon dikirim ke BBLK Surabaya untuk diuji

pada tanggal 20 April 2012.

3.2 Pengujian Residu Pestisida Organofosfat dengan Kromatografi Lapis

Tipis

3.2.1 Alat dan Bahan

a. Alat

1. Pelat Silika

2. Kapiler

3. Chamber (bejana)

4. Erlenmeyer

5. Lampu Ultraviolet (UV)

6. Soxhlet

7. Spray box

b. Bahan

1. Melon

2. Sawi

3. Larutan standart organofosfat murni

4. Chloroform (CHCl3)

5. n Hexan (sebagai eluen)

9

Page 10: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

6. Brom Phenol Blue

7. Asam Asetat 5%

Gambar 1. Chamber dengan pelat silika Gambar 2. Erlenmeyer

Gambar 3. Piper Kapiler Gambar 4. Soxhlet

3.2.2 Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Melakukan preparasi sampel dengan cara :

a. Mengambil sampel masing-masing sebanyak 500 gram. Ada 4

sampel yang harus ada, yaitu sampel sawi dan melon di pasar

Karangmenjangan dan sampel sawi dan melon di Superindo.

b. Memberi label pada tabung erlenmenyer di masing-masing

sampel.

A : untuk sawi Superindo

10

Page 11: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

B : untuk melon Superindo

C : untuk sawi pasar Karangmenjangan

D : untuk melon pasar Karangmenjangan

c. Kemudian, menambahkan masing-masing sampel tersebut

dengan air bersuhu 100oC sampai menjadi suspensi.

d. Setelah itu, mendiamkan dan menyaring campuran tersebut

sampai menjadi jernih.

e. Filtrat yang sudah jernih siap untuk diekstraksi.

3. Melakukan ekstraksi sampel, dengan cara :

a. Melarutkan filtrat dengan chloroform (CHCl3).

b. Campuran tersebut kemudian di ekstraksi dengan alat Soxhlet

sehingga diperoleh ekstrak dari masing-masing sampel.

4. Melakukan Elusi, dengan cara :

a. Mengisi chamber dengan larutan n Hexan (eluen) sebanyak 100

ml dan menunggu selama 1 jam sebelum digunakan agar

chamber tersebut jenuh dengan eluen.

b. Menyiapkan pelat silika yang cukup untuk 5 sampel (sampel

larutan standart organofosfat, sampel A, sampel B, sampel C,

dan sampel D).

c. Menotolkan masing-masing sampel menggunakan kapiler pada

pelat silika dengan titik awal penotolan yang sama.

d. Memasukkan pelat silika ke dalam chamber yang telah berisi

eluen tadi dengan bagian yang ditotoli berada di bagian bawah.

e. Setelah eluen mencapai garis akhir elusi, pelat silika dikeluarkan

dari chamber dan ditempatkan pada spray box untuk dilakukan

penyemprotan (spray).

5. Melakukan penyemprotan menggunakan larutan Brom Phenol Blue

dan asam asetat 5%.

6. Setelah itu, menguapkan dan memanaskan pelat silika dengan Sinar

Ultraviolet sehingga terlihat spot-spot.

7. Menghitung jarak masing-masing spot (sampel) dari titik awal

penotolan sampai titik akhir yang dicapai (jarak tempuh).

11

Page 12: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

8. Menghitung Rf tiap sampel.

9. Membandingkannya dengan Rf Organofosfat.

10. Membuat laporan hasil praktikum.

12

Page 13: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Residu Pestisida

No Sampel Residu Pestisida

Organofosfat

1. Sampel A (Sawi Superindo) Negatif

2. Sampel B (Melon Superindo) Negatif

3. Sampel C (Sawi Pasar Karangmenjangan) Negatif

4. Sampel D (Melon Pasar Karangmenjangan) Negatif

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengujian residu pestisida organofosfat secara kualitatif

menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis pada sampel yang diuji,

didapatkan bahwa semua sampel menunjukkan hasil negatif, yang berarti

bahwa semua sampel yang diuji tidak mengandung residu pestisida

organofosfat. Dengan demikian sampel tersebut aman untuk dikonsumsi.

4.3 Rincian Biaya

Sayur Rp 6.000,-

Buah Rp 19.000,-

Uji Lab untuk residu pestisida 4 sampel @Rp 75.000,- Rp 300.000,- +

TOTAL Rp 325.000,-

13

Page 14: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sampel sawi dan melon dari Pasar Karangmenjangan tidak mengandung

residu pestisida organofosfat dari pengujian kualitatif menggunakan

metode Kromatografi Lapis Tipis.

2. Sampel sawi dan melon dari Superindo tidak mengandung residu pestisida

organofosfat dari pengujian kualitatif menggunakan metode Kromatografi

Lapis Tipis.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengujian secara kuantitatif pada sampel untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Untuk membandingkan antara keamanan sayur dan buah yang dijual di

pasar dan supermarket dari residu pestisida, perlu ditambah jumlah sampel

pada masing-masing tempat sehingga lebih representatif dan hasilnya

dapat digunakan untuk melakukan perbandingan .

14

Page 15: Laporan Praktikum Kesling Pestisida

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe di

Desa Candi Kecamatan Bandung Kabupaten Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/16405/1/AFRIYANTO.pdf. Sitasi tanggal 12

Maret 2012.

Deptan. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida.

http://pla.deptan.go.id/pdf/Pembinaan_Penggunaan_Pestisida.pdf. Sitasi

tanggal 15 Maret 2012.

Isnawati A, Mutiatikum D. 2005. Penetapan Kadar Residu Organoklorin dan

Taksiran Resiko Kesehatan Masyarakat terhadap Residu Pestisida

Organoklorin pada 10 Komoditi Pangan.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/152053238_0853-9987.pdf. Sitasi

tanggal 10 Maret 2012.

Martono, Edhi. 2009. Topik VI. http://www.edmart.staff.ugm.ac.id/?

satoewarna=index&winoto=base&action=listmenu&skins=2&id=372&tkt=

4. Sitasi tanggal 13 Maret 2012.

Nurosid. 2011. Bioremediasi Pestisida Organofosfat.

http://tijii.wordpress.com/2011/05/20/bioremediasi-pestisida/. Sitasi tanggal

15 Maret 2012.

Setiawandi. 2010. Kromatografi dan HPLC. http://setiawandi3052.blogspot.com/.

Sitasi tanggal 15 Maret 2012.

Yuantari, Maria G C. 2009. Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida

dan Dampaknya pada Kesehatan Petani di Area Pertanian Hortikultura

Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah.

http://eprints.undip.ac.id/18103/1/MARIA_GORETTI_CATUR_YUANTA

RI.pdf. Sitasi tanggal 13 Maret 2012.

Zulkarnain, Iskandar. 2010. Aplikasi Pestisida dan Analisa Residu Pestisida

Golongan Organofosfat pada Beras di Kecamatan Portibi Kabupaten

Padang Lawas Utara Tahun 2009.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16894/5/Chapter%20I.pdf.

Sitasi tanggal 10 Maret 2012.

15