laporan praktikum kesling - lalat
DESCRIPTION
...TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lalat merupakan hewan yang banyak dijumpai baik di perumahan,
tempat makan, tempat umum, dan hampir dapat di temukan di semua tempat.
Indonesia hanya memiliki dua musim dan merupakan daerah tropis sehingga
memungkinkan lalat untuk dapat berkembangbiak dengan baik. Perhitungan
kepadatan lalat pada suatu tempat merupakan hal yang penting karena lalat
sebagai salah satu indikator sebuah tempat bersih atau tidak. Selain itu juga
keberadaan lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia,
melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi
oleh lingkungan yang mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya.
Lalat dapat mengancam kesehatan manusia yaitu dengan cara
memindahkan penyakit dan lalatlah sebagai perantara penyakit tersebut.
Aktivitas lalat dimana kegiatannya terbang dan hinggap diberbagai tempat,
termasuk ke tempat-tempat yang kotor dan membawa patogen dari tempat
tersebut, hinggap di makanan manusia (penyebaran mekanis). Penyakit yang
dapat ditularkan oleh lalat beberapa diantaranya adalah jenis food/waterborne
seperti Vibrio Cholera, Salmonella Thyphosa, dan Shygella Dysentriae.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah
daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak.
Metode pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah
dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada
sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut
tajam vertikal. Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat,
utamanya adalah perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah,
tempat ternak.
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting,
mengingat dampak yang ditimbulkan yaitu sebagai vektor pembawa penyakit.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka pentingnya
dilakukan praktikum kesehatan lingkungan untuk pengukuran kepadatan lalat
di suatu tempat sehingga dapat dilakukan tindakan untuk mencegah
perkembangbiakan lalat yang pesat dan dapat mencegah terjadinya penyakit
yang dibawa oleh lalat. Dimana dalam praktikum ini digunakan alat yang
sederhana untuk mengukur kepadatan lalat yaitu Flygrill.
B. Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa mampu menggunakan alat untuk mengukur kepadatan
lalat yaitu Flygrill.
2. Agar mahasiswa mengetahui populasi kepadatan lalat di suatu wilayah
tertentu.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui cara pengendalian lalat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Lalat
Lalat termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap. Lalat
ini berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai dari
telur, larva, pupa dan imago. Musca demostica (lalat rumah) bertelur antara
100-150 butir. Telur – telur ini menetas menjadi larva kira – kira dalam waktu
24 jam dan makanannya adalah bahan – bahan yang dapat membusuk, dan
keadaan dalam bentuk larva berlangsung antara 3 – 7 hari. Larva yang matur
pindah ketempat yang sejuk dan kering serta membentuk pupa inaktif, bentuk
pupa ini memerlukan waktu antara 3 sampai beberapa hari. Sayapnya tidak
terlipat lagi dan kulitnya berchitin dn keras dan tergantung pada suhu dan
iklim, lalat rumah dapat hidup dalam jaringan hidup manusia dan
menyebabkan penyakit myasis.
B. Biologi Lalat
Lalat termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap. Lalat
ini berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai dari
telur, larva, pupa/kepompong dan imago/dewasa.
1. Siklus Hidup Lalat
Musca demostica (lalat rumah) bertelur antara 100-150 butir dan
telurnya berwarna putih dengan ukuran ±1 mm panjangnya. Kira-kira
dalam waktu 24 jam, telur-telur ini menetas menjadi larva (berwarna
putih kekuningan dengan panjang 12-13 mm) pada suhu rendah (dibawah
12-13º C) dan makanannya adalah bahan-bahan yang dapat membusuk.
dan keadaan dalam bentuk larva berlangsung antara 3-7 hari.
Akhir dari phase larva ini pindah ketempat yang sejuk dan kering
serta membentuk pupa/kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya
sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim
panas 3-7 hari pada temperatur 30-35º C. Bentuk pupa ini memerlukan
waktu antara 3 sampai beberapa hari. Kemudian akan keluar lalat muda
dan sudah dapat terbang antara 450-900 m, Siklus hidup dari telur hingga
menjadi lalat dewasa 6-20 hari.
Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4
garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian
sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina
dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3
minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan.
Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat
akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.
Lalat rumah mempunyai jarak terbang kira-kira sampai 1 mil. Lalat
rumah ini dapat menularkan penyakit-penyakit seperti: Kolera, Thypus,
Disentri, Parathypus, Conjunctivitis, Trachoma dan Poliomyelitis.
Sedangkan lalat kandang (stomoxis calcitrans) adalah contoh lalat yang
menusuk dan mengisap. Lalat demikian termasuk family tabanidae dan
dapat menularkan penyakit seperti: Tulameria dan Anthrax.
2. Makanan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga
sore hari. Serangga ini sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari
seperti gula, susu, makanan olahan, kotoran manusia dan hewan, darah
serta bangkai binatang. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya
makan dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasahi oleh lidahnya
terlebih dahulu baru dihisap air merupakan hal yang penting dalam
hidupnya. Tanpa air, lalat hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan paling
sedikit 2-3 kali sehari.
3. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah
basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang
menumpuk secara kumulatif (dikandang).
a. Kotoran hewan
b. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
c. Kotoran organik
d. Air kotor
4. Ekologi Lalat Dewasa
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan
lalat sebagai penyebab penyakit. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan
selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun
mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
a. Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang
membentuk titik hitam. Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting
untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak
makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-
rumput dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang
berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung
dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah, lalat istirahat
pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada
malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak
lebih dari 5 (lima) meter.
b. Fluktuasi jumlah lalat
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu
menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif
dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat tergantung
sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan
meningkat jumlahnya pada temperatur 20º-25º C dan akan berkurang
jumlahnya pada temperatur < 10º C atau > 49º C serta kelembaban
yang optimum 90 %.
c. Perilaku dan perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergerombol atau berkumpul dan
berkembang biak disekitar sumber makanannya. Penyebaran lalat
sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban. Untuk
istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º-40ºC, kelembaban 90%.
Aktifitas terhenti pada temperatur < 15ºC.
C. Jenis-Jenis Lalat
1. Lalat Rumah = Musca domestica
Lalat jenis ini merupakan yang paling banyak terdapat di antara
jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi
mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan
hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis
lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau
dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul
dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur
putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali
bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkan dalam
retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak
terkena sinar matahari.
Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan
larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil
memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu
berubah menjadi pupa. Larva-larva akan mati pada suhu yang terlalu
panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi
pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering.
Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua.
Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam
tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu
350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari
pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan
sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini
terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa
terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan
bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu
minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang
menguntungkan. Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri
dari zat organik yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada
larva-larvanya.
Medium pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi
dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah
juga membiak di excreta manusia yang terdapat di kakus atau tempat-
tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme
patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya.
Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium
pembiakan lalat rumah. Di samping itu sampah yang ditumpuk di tempat
terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan medium
pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan
bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap
berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi
beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada
musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif
pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui
musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang
biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan
gudang-gudang.
2. Lalat rumah kecil (jenis Fannia)
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran
mereka jauh lebih kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan
dan juga di bagian-bagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di
tumpukan rumput yang membusuk. Lalat kandang yang menggigit (=
biting stable fly) = stomaxys caleitrans. Mereka menyerupai lalat rumah
biasa, tetapi meraka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat
pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus
hidupnya 21-25 hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit
manusia tetapi mereka bisa memindahkan penyakit-penyakit pada
binatang.
3. Bottle flies dan Blow flies
Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging. (Dalam
hubungan ini mereka dikatakan mem ”bottle” atau ”blow” daging itu).
Jenis-jenis ini mencakup:
a. Black blowfly (jenis Phormia)
b. Green dan bonze bottle flies (jenis phaenicia dsb)
c. Blue bottle flies (jenis Cynomyopsis dan Calliphora)
Jenis-jenis lalat ini lebih jarang masuk dalam rumah-rumah dan
restoran-restoran daripada lalat rumah biasa, karena itu mereka dianggap
tidak terlalu penting sebagai vektor penyakit manusia. Mereka biasanya
membiak di bahan binatang yang membusuk, tetapi mereka juga bisa
bertelur di tumbuhan-tumbuhan segar dan membusuk kalau tidak ada
daging binatang. Siklus hidup jenis-jenis lalat ini sangat menyerupai
siklus hidup lalat rumah biasa. Mereka juga dapat terbang jauh. Larva
dari banyak jenis-jenis lalat ini menyebabkan myasis pada binatang dan
manusia.
4. Lalat daging (Genus Sarcophaga)
Jenis-jenis lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya
pemakan daging. Ukuran mereka besar dan terdapat bintik meraka pada
ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini hidup dalam
daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang.
Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang
masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran dan karena itu mereka
tidak penting sebagai vektor mekanis penyakit manusia. Tetapi mereka
bisa menyebabkan myiasis pada manusia.
D. Pola Penyebaran Lalat
1. Pola Distribusi
Musca domestica dan Chrysomya megachepala adalah lalat yang
tersebar secara cosmopolitan dan bersifat sinantropik yang artinya lalat
ini mempunyai hubungan ketergantungan yang tinggi dengan manusia
karena zat-zat makanan yang dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada
makanan manusia. Lalat lebih aktif pada tempat yang terlindung dari
cahaya daripada tempat yang langsung terkena cahaya matahari.
Penyebaran yang luas dari kedua jenis lalat ini dimungkinkan karena
daya adaptasinya yang tinggi. Kepadatan lalat disuatu daerah, sangat
dipengaruhi oleh: tempat perindukan, cahaya matahari, temperatur dan
kelembaban. Kepadatan lalat akan tinggi jika temperatur antara 20-25º C.
Populasi menurun apabila temperatur > 450C dan < 100C. Pada
temperatur yang sangat rendah, lalat tetap hidup dalam kondisi dorman
pada stadium dewasa atau pupa. Kebiasaan dan distribusi lalat pada
Siang hari akan berada disekitar tempat makan dan tempat perindukan di
mana juga terjadi perkawinan dan istirahat.
Penyebaran dipengaruhi oleh reaksinya terhadap cahaya, temperatur,
kelembaban, textur dan warna permukaan yang disenangi untuk istirahat.
Aktivitas lalat: bertelur, berkawin, makan dan terbang, terhenti pada
temperature di bawah 15oC. Lalat umumnya aktif pada kelembaban udara
yang rendah. Pada temperatur di atas 20oC lalat akan berada di luar
rumah, di tempat yang ternaung dekat dengan udara bebas. Pada waktu
tidak makan lalat akan istirahat pada permukaan horisontal atau pada
kabel yang membentang atau tempat-tempat yang vertikal dan pada atap
di dalam rumah khususnya malam hari.
2. Ketahanan Hidup
Tergantung pada musim dan temperatur: Lalat dewasa hidup 2-4
minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin yaitu bisa
mencapai 3 bulan. Mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati
pada suhu 450C. Lalat melampaui musim dingin (over wintering) sebagai
lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif
terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang. Pada stadium telur
biasanya tidak tahan terhadap suhu yang ekstrim dan akan mati bila
berada dibawah 50C dan di atas 400C. Lamanya tahap instar larva sangat
tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Pada suhu -20C larva
dapat bertahan beberapa hari , di bawah suhu 100C larva tidak dapat
berkembang menjadi pupa.
E. Pengukuran Kepadatan Populasi Lalat
Kepadatan populasi lalat dapat di ukur dengan fly grill. Tehnik ini di
kembangkan oleh schudder, terdiri atas kisi – kisi yang tersusun olh 24 bilah
kayu dengan panjang masing – masing 36 inci, lebar 3/4 inci dan tebal 1/4 inci,
dijajar dengan jarak masing – masing bilah 3/4 inci pada sebuah kerangka
berbentuk huruf z. fly grill yang lebih kecil berukuran 18 inci telah di
kembangkan untuk pengukuran lalat yang berkumpul dalam klaster ketika
istirahat dan makan.
Kepadatan lalat di hitung berdasarkan jumlah lalat yang hinggap pada
grill per satuan waktu, dan belum ada ketentuan mengenai kesatuan waktu ini.
Oleh karena alat ini hanya digunakan untuk mengukur kepadatan secara
kualitatif, misalnya untuk membandingkan kepadatan di suatu wilayah
tertentu dengan wilayah lain, maka satuan waktu bias ditentukan sendiri oleh
pengamat atau peneliti. Bentuk alat yang lain adalah perangkap lalat (fly
trap), yang berbentuk sangkar silender yang terbuat dari kawat kasa yang
dilengkapi dengan pintu masuk tetapi ada untuk pintu keluar (invented cone
entrance). Di dalamnya di taruh umpan dari jeroan ayam, buah – buahan
busuk atau bahan-bahan yang berbau sejenisnya. Fly trap di gunakan untuk
pengukuran kualitatif.
F. Peran Lalat dalam Kesehatan Masyarakat dan Penyakit yang
disebabkan oleh Lalat
Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah banyak
diketahui. Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di tempat-tempat
yang kotor yaitu tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari situlah lalat
membawa berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Lalat selain sangat
mengganggu juga ada yang berperan sebagai vector mekanik beberapa
penyakit.
Lalat merupakan vektor penting dalam penyebaran penyakit pada
manusia dan juga kehidupan lalat yang tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Di samping lalat sebagai vektor penyakit, lalat
merupakan binatang yang menjijikkan bagi kebanyakan orang. Karena
penularan penyakitnya dapat secara mekanik, yaitu penularan dari penderita
ke orang lain atau dari suatu bahan tercemar (makanan, minuman, dan air) ke
orang sehat dengan perantara menempelnya bagian tubuh lalat misalnya lewat
prombosis, tungkai, kaki dan badan lalat.
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri,
protozoa dan telur cacing yang menempel pada tubuh lalat dan ini tergantung
dari spesiesnya. Lalat Musca domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus
vermicularis, Tricuris trichiura, Cacing tambang, dan Ascaris lumbricoides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamlia, dan Balantidium coli),
bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Eschericia coli), Virus polio,
Treponema pertenue (penyebab frambusia), dan Mycobacterium tuberculosis.
Lalat domestica dapat bertindak sebagai vector penyakit typus, disentri,
kolera, dan penyakit kulit. Lalat Fannia dewasa dapat menularkan berbagai
jenis penyakit myasis (Gastric, Intestinal, Genitaurinary). Lalat Stomoxys
merupakan penyakit surra (disebabkan oleh Trypanosima evansi), anthraks,
tetanus, yellow fever, traumatic miasis dan enteric pseudomiasis (walaupun
jarang). Lalat hijau (paenicia dan chrysomya) dapat menularkan penyakit
myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka. Lalat Sarcophaga dapat
menularkan penyakit myasis kulit, hidung, sinus, jaringan vagina dan usus.
G. Teknik Pengendalian Dan Pemberantasan Lalat
1. Perbaikan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal
yang sangat penting dalam usaha menanggulangi berkembangnya
populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman.
Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-
efek samping yang membahayakan lingkungan.
a. Mengurangi atau Menghilangkan Tempat Perindukan Lalat.
1) Kandang ternak
a) Kandang harus dapat dibersihkan.
b) Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap
hari.
c) Terdapat saluran air limbah yang baik.
2) Kandang ayam dan burung
a) Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya
terkumpul disangkar, kandang perlu dilengkapi dengan
ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
b) Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan
secara interval (disarankan setiap hari) dibersihkan
(DEPKES, 1992).
3) Timbunan kotoran ternak
4) Kotoran manusia
5) Sampah basah dan sampah organik
6) Tanah yang mengandung bahan organik.
b. Mengurangi Sumber yang Menarik Lalat
1) Menjaga kebersihan lingkungan.
2) Membuat saluran air limbah (SPAL)
3) Menutup tempat sampah
4) Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat
dapat dipasang alat pembuang bau (Exhaust).
c. Mencegah Kontak antara Lalat dengan Kotoran yang Mengandung
Kuman Penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia,
bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik dan orang yang
sakit mata. Cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran
yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan:
1) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga
lalat tidak bisa kontak dengan kotoran.
2) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran
bayi, dan penderita sakit mata.
3) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan
hewan dan bangkai binatang.
4) Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak
dengan lalat dengan :
a) Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti
lalat.
b) Makanan disimpan di lemari makan
c) Membungkus makanan
d) Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
e) Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
f) Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat
g) Penggunaan kelambu atau tudung saji
h) Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi
lalat masuk
i) Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.
2. Pemberantasan secara Langsung
Metode membunuh telur, larva, maupun lalat dewasa secara
langsung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Metode Fisik
Metode fisik merupakan metode yang murah, mudah dan aman
tetapi kurang efektif apabila digunakan pada tempat dengan
kepadatan lalat yang tinggi. Cara ini hanya cocok digunakan pada
skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan
pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, atau buah-buahan.
1) Fly traps
Metode ini terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan
kontainer/kaleng tempat umpan (bait) dengan volume 18 liter.
Bagian kedua terdiri dari sangkar tempat lalat terperangkap
berbentuk kotak dengan ukuran : 30 cm x 30 cm x 45 cm. Dua
bagian tersebut disusun dengan sangkar berada diatas, jarak
antara dua bagian tersebut diberi sekat berlubang 0,5 cm sebagai
jalan masuk lalat ke dalam perangkap (HAKLI, 2009).
Kontainer/kaleng harus terisi setengah dengan umpan yang
akan membusuk di dalam kontainer/kaleng tersebut. Perlu
diperhatikan bahwa jangan sampai ada air tergenang dibagian
bawah kotainer tersebut. Dekomposisasi sampah basah dari
dapur seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan merupakan
umpan yang paling baik (DEPKES, 1992). Model ini bisa
digunakan selama 7 hari setelah itu umpan dibuang dan diganti.
Fly traps dapat menangkap lalat dalam jumlah besar dan cocok
untuk penggunaan diluar rumah, diletakkan pada udara terbuka,
tempat yang terang dan terhindar dari bayang-bayang pohon
(HAKLI, 2009).
2) Sticky tapes
Alat ini berupa tali/pita yang dilumuri larutan gula sehingga
lalat akan lengket dan terperangkap. Bila tidak tertutup debu alat
sticky tapes bisa bertahan selama beberapa minggu. Cara
pemasangannya adalah dengan menggantungkannya dekat atap
rumah (HAKLI, 2009).
Insektisida juga bisa ditambahkan untuk mematikan lalat
yang telah menempel pada perangkap tersebut. Insektisida yang
biasa dipakai antara lain adalah diazinon, malathion, ronnel,
DDVP, dibrom, dan bayer L 13/59 (Santi, 2001).
3) Light trap with electrocutor
Prinsip alat ini adalah membunuh lalat dengan listrik. Lalat
yang hinggap pada lampu akan kontak dengan electrocuting
grid yang membingkai lampu dengan cahaya blue atau
ultraviolet. Dalam penggunaannya perlu diujicoba terlebih
dahulu karena tidak semua lalat tertarik dengan alat ini. Alat ini
banyak dipakai di dapur rumah sakit, restoran, lokasi penjualan
buah supermarket (HAKLI, 2009).
4) Pemasangan kawat/plastik kasa pada pintu dan jendela serta
lubang angin/ventilasi
5) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan
lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan
menutup sendiri. (Depkes, 1992).
b. Metode Kimia
Pengendalian lalat dengan bahan kimia (insektisida)
direkomendasikan hanya jika benar-benar diperlukan misalnya pada
kondisi KLB kolera, disentri, atau trachoma. Hal ini dilakukan guna
menghindari kemungkinan terjadinya resistensi. Beberapa metode
kimia yang dapat dilakukan adalah Vaporizing (slow release), toxic
bait, space spraying (quickly knocked down, short lasting) di dalam
rumah maupun di luar rumah, dan residual spraying (slow lasting)
pada tempat peristarahatan lalat.
c. Metode Biologi
Metode pengendalian biologis adalah metode pengendalian
dengan menggunakan makhluk hidup baik berupa predator,
parasitoid maupun kompetitor (Sitanggang, 2001). Misalnya adalah
menggunakan pemangsa yang menguntungkan dengan cara
merangsang pertumbuhan musuh alami lalat dengan menjaga
kotoran dari kandang dalam keadaan kering. Kotoran kering akan
membantu mendukung berkembangnya pemangsa dan benalu dari
perkembangbiakan lalat seperti kumbang, kutu dan lebah. Namun
perlu diketahui bahwa pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih
lambat dibanding lalat itu sendiri. (Buletin CP, 2004)
Di Denmark telah ditemukan penemuan baru berupa pemangsa
lalat dari lalat itu sendiri. Prinsip yang dipakai adalah jika kepadatan
lalat makin tinggi, maka lalat ini dapat menjadi pemangsa bagi lalat
lain. Asal pemangsa yang digunakan ini ditemukan di Kenya,
termasuk genus Ophyra Aeenses yang dapat memangsa lalat yang
tidak diinginkan. Serangga Kenya ini bertelur di kotoran dan dapat
berhenti bereproduksi ketika temperatur dibawah 15 – 17◦ C (Buletin
CP, 2004).
BAB III
METODE KERJA
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan praktikum Kesehatan Lingkungan tentang
“Pengendalian Vektor” ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Mei 2015
Waktu : 09.20 WITA s/d selesai
Tempat : Jalan Perjuangan, Warung Cobek
B. Jenis Kegiatan
Melakukan pengukuran kepadatan lalat dengan dengan menggunakan Fly
Grill di Warung Makan Cobek.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Fly grill
b. Alat tulis
c. Stopwatch
d. Form pencatatan pengukuran kepadatan lalat
2. Bahan Pembuatan Fly Grill
a. Kayu diameter 2 cm dan panjangnya 80 cm sebanyak 20 buah
b. Paku
c. Bor
d. Gergaji
e. Engsel
f. Meteran
g. Penggaris
h. Amplas
i. Cat Kayu
j. Lalat bebas/liar
D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Letakan Flygril pada tempat dan jarak yang telah ditentukan. Dimana
jarak yang dipakai yaitu
a. Lokasi di warung makan cobek
b. Jarak 10 meter dari lokasi/titik pertama
c. Jarak 10 meter selanjutnya dari lokasi/titik ke 2.
3. Biarkan beberapa saat (untuk penyesuaian bagi lalat)
4. Hitung jumlah lalat yang hinggap pada Flygrill setiap 30 detik dan
diulangi sebanyak 10 kali untuk setiap lokasi/titik. Setiap pergantian
waktu 30 detik tersebut, diuasahanan agar lalat hinggap sebelumnya
pergi.
5. Lakukan langkah 3 pada pengukuran di lokasi/titik 2 dan 3.
6. Dari setiap lokasi/titik, diambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan
lalat yang tertinggi, kemudian dirata-ratakan.
7. Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per block
grill.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun hasil yang kami dapatkan dari pengukuran kepadatan lalat di
Warung Makan Cobek
No LokasiPengukuran 30 Detik Ke Rata-rata dari 30
detik yang Tertinggi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1Depan
Warung Makan Cobek
2 3 8 3 11 4 3 7 7 1 7,4
2Jarak 10 Meter
(Depan Pegadaian)
2 3 2 0 3 2 2 1 1 3 2,6
3Jarak 20 Meter (Depan Toko Fotocopyan)
2 4 4 2 2 1 2 4 2 0 3,2
Rata-rata Kepadatan Lalat dari 30 detik tertinggi yaitu :
1. Lokasi di Depan Warung Makan Cobek
T = ∑ x5
= 8+11+4+7+75
= 375
= 7,4
2. Jarak 10 meter dari lokasi/titik 1 warung makan cobek yaitu Depan
Pegadaian
T = ∑ x5
= 3+2+3+2+3
5
= 135
= 2,6
3. Jarak 10 meter berikutnya dari lokasi/titik 2 depan pegadaian yaitu
Depan Toko Fotocopyan.
T = ∑ x5
= 4+4+2+2+4
5
= 165
= 3,2
B. Pembahasan
Interpretasi hasil pengukuran kepadatan lalat untuk setiap blok grill
adalah:
0 – 2 = Rendah atau tidak menjadi masalah dan tidak perlu dilakukan
kegiatan sanitasi
3 – 5 = Sedang perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
perkembangbiakan lalat
6 - 20 = Tinggi atau populasi padat dan perlu pengamanan terhadap tempat
tempat perkembangbiakan lalat dan bila bila mungkin
direncanakan upaya pengendaliannya
Diatas 20 = Sangat tinggi atau populasi sangat padat, maka perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan lalat
dan upaya pengendalian lalat.
Praktikum pengendalian lalat dilakukan dengan cara menaruh fly grill
pada tempat yang dirasa memiliki populasi lalat yang tinggi, lalu di tunggu
sampai 30 detik menggunakan stopwatch. Selama 30 detik tersebut hitung
jumlah banyak lalat yang hinggap diatas fly grill dengan menggunakan
counter agar tidak lupa dan hasil praktik menjadi valid. Setiap pengukuran
dilakukan hingga 10 kali pada tiga titik-titik yang berbeda pula.
Lokasi praktikum pengendalian dan pemberantasan lalat terdapat di 3
tiga tempat yaitu pada :
1. Di depan warung makan cobek
2. Jarak 10 Meter (Depan Pegadaian)
3. Jarak 10 Meter (Depan Toko Fotocopyan)
Menurut data yang telah diproleh dalam praktikum kali ini, tempat
dengan prevalensi lalat terbanyak adalah di depan warung makan cobek
diketahui bahwa lalat terbanyak hinggap mencapai 37 ekor dengan rata-rata
7,4 (Tinggi). Hal ini terjadi karena pada warung makan tersebut terdapat sisa-
sisa sampah yang di buang, sehingga lalat mencari makan dan sering hinggap
di warung makan itu. Warung makan cobek termasuk dalam daerah atau
tempat yang memiliki populasi padat lalat dan perlu pengamanan terhadap
tempat-tempat perkembangbiakan lalat.
Setelah itu, dilakukan pengukuran kepadatan lalat pada dua lokasi yang
berjarak 10 meter dari warung makan cobek yaitu di depan toko pegadaian,
diketahui bahwa lalat terbanyak hinggap mencapai 13 ekor dan jika dirata-
rata maka hasilnya adalah 2,6 (Sedang). Sedangkan, lokasi yang berjarak 20
meter dari warung makan cobek yaitu di depan toko fotocopian, diketahui
bahwa lalat terbanyak hinggap mencapai 16 ekor dan jika dirata-ratakan maka
hasilnya adalah 3,2 (Sedang). Dimana kedua titik pengukuran tersebut
termasuk dalam kategori sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap
tempat-tempat perkembangbiakan lalat agar kepadatan lalat di lokasi tersebut
dapat berkurang.
Dari tempat praktikum yang telah dilakukan pengukuran kepadatan lalat,
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
Untuk mengendalikan populasi lalat agar tidak meningkat ada beberapa
hal yang dapat dilakukan, yaitu:
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Lalat. (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/Lalat diakses pada 24
Mei 2015 pukul 15.20 WIB.
Dantje T. Sembel. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Andi
Departemen Kesehatan RI. 1992. Pedoman Tehnis Pengendalian Lalat. Dit. Jen.
PPM dan PLP, Depkes RI. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2001. Pedoman Teknis Pengendalian Lalat. Jakarta:
Depkes RI
HAKLI. 2009. Pengendalian Lalat. http://www.hakli.org. Diakses tanggal 24 Mei
2015 pada pukul 15.30 WIB
J. Borror, Donald. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Marlina Nina, SKM. 1985. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Sitanggang, Totianto. 2001. Skripsi: Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik
Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran
Hewan. Institut Pertanian Bogor. 42 Halaman (Dipublikasikan)
Santi, Devi Nuraini. 2001. Manajemen Pengendalian Lalat. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara. 5 Halaman (Dipublikasikan)
.