laporan praktikum pestisida bahan alam bioassay metabolit sekunder mikroba antagonis dan tumbuhan
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Pestisida Bahan Alam
Bioassay Produksi Metabolit Skunder Mikroba Antagonis dan Pestisida Nabati
Disusun Oleh :
Sri Rahayu 150510090126
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
2012
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar BelakangSalah satu mekanisme antagonisme mikroba antagonis yaitu antibiosis dimana
mikroba antagonis menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat tosik terhadap patogen. Pada dasarnya, metabolit sekunder dapat terdifusi ke dalam media tumbuh dari mikroba antagonis (jamur dan bakteri ). Produksi metabolit sekunder akan meningkat apabila mikroba telah mencapai fase stationer. Untuk jenis bakteri, metabolt sekunder sudah mulai dipanen pada 2-3 hari inkubasi, sedangkan untuk jamurmetabolit sekunder dapat di panen setelah 14 hari inkubasi.
Selain mikroba antagonis, pestisida yang berasal dari tumbuhan juga memiliki kelompok metabolit sekunder yang mengandung senyawa-senyawa bioaktif seperti alkaloid, terperoid, fenolik dan zat-zat kimia sekunder lainnya (kardinan, 1999). Di dalam jaringan tumbuhan, metabolit sekunder disimpan dalam vakuola sel atau dalam jaringan tertentu tergantung bentuk senyawa dan fungsinya untuk tumbuhan tersebut. Metabolit sekunder dapat terkandung paja jaringan seperti sel parenkim pada daun, akar, bunga, biji, atau kulit batang atau kayu, rimpang atau bahkan di seluruh bagian tumbuhan (Grainge&Ahmed, 1988).
Sekitar 90% metabolit sekunder merupakan senyawa-senyawa organik yang larut dalam air dan sekitar 10% tidak larut atau sukar larut di dalam air, hal tersebut terjadi karena sifat kepolarannya. Sifat ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengekstrasi atau pembuatan pestisida nabati (kardinan,1999).
Untuk menguji keefektifan dari metabolt sekunder, maka ekstrak tumbuhan (pestisida nabati) dan media tumbuh mikroba antagonis harus di pisahkan dari sel bakter/yeast atau hifa dan spora jamur dengan cara penyaringan/filtrasi maupun centrifugasi. Untuk menghindari adanya kontaminasi, maka filtrate perlu di sterilkan dengan mikrofilter yang porinya berukuran 0.8 atau 0.4 μm untuk mensterilkan dari spora jamur dan mikrofilter yang porinya berukuran 0.2 μm untuk mensterilkan dari sel bakteri.
Keefektifan pestisida nabati dan metabolit skunder mikroba antagonis untuk menekan patogen dapat dikaji dengan menguji kemampuannya dalam menghambat perkecambahan dan pertumbuhan miselia patogen. Pengujian terhadap pertumbuhan miselia jamur dapat dilakukan dengan well (sumuran), filter paper methods , dan poisonous food dimana media pertumbuhan jamur diberi perlakuan dengan metabilit sekunder antagonis.
1.2 Tujuan1. Menbuat pestsida nabati2. Melakukan preparasi metabolit sekunder dari jamur dan bakteri antagonis.
1
3. Melakukan pengujian pestisida nabati serta metabolit sekunder jamur dan bakteri antagonis untuk menekan pertumbuhan dan perkecambahan spora /konida jamur patogen.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Metabolit sekunder mikroba
Metabolit Sekunder adalah salah satu cara organisme untuk mempertahankan eksistensinya dan sebagai tindakan responsif terhadap lingkungan. Metabolit sekunder ini digunakan untuk mencegah dan mempertahankan diri dari serangan predator, sebagai alat kompetisi, mencegah infeksi bakteri, membantu memproses reproduksi dan mencegahsengatan sinar ultraviolet.
Mikroorganisme dapat memproduksi beberapa metabolit sekunder, diantaranya adalah antibiotik yang pada kadar rendah sudah dapat berfungsi menghambat pertumbuhan dan membunuh organisme secara spesifik dan mitotoksin yang merupakan metabolit sekunder berupa senyawa toksik yang diproduksi oleh fungi. Menurut Setayningsih (2004) senyawa kimia yang dihasilkan oleh bakteri simbion yang dapat menghalangi organisme mikroba yang tidak diinginkan tersebut dikategorikan sebagai bahan antibiotik. Istilah antibiotik berasal dari kata antibios yang berarti substansi yangdihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan organisme lain.
Egan et al. (2001) melaporkan bahwa bakteri laut pseudoalteromonas tunicata mampu menghambat organisme fouling seperti larvainvertebrata laut, alga, bakteri dan jamur. Sedangkan ekstrak supernatan bakteri Bacillus sp.danVirgibacillus sp.yang diisolasi dari sponge Pseudoceratina purpurea mampumenghambat bakteri Vibrio algonyticus dan V. Fichery yang menyebabkan biofouling.Wright (2003) dalam Nasima (2006) menyatakan , bahwa setiap sel tersusun atas bahankimia. Semua bahan kimia yang ada pad organisme yang berasosiasi dapat dikelompokandalam 2 kategori, yaitu :
1. Metabolit Primer. Adalah bahan kimia yang dibuutuhkan oleh organisme hidup.
2. Metabolit Sekunder, adalah bahan kimia yang digunakan untuk mempertahankan eksistensi organisme di lingkungannya.Metabolit sekunder pada mulanya diasumsikan sebagai hasil samping atau limbah dariorganismesebagai akibat produksi metabolit primer yang berlebihan. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terbukti bahwa metabolit sekunder diproduksi olehorganisme sebagai respon terhadap lingkungannya. (Muniarsih, 2005)
3
Trichoderma sp
Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida. Trichoderma sp dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
Sifat antagonis Trichoderma meliputi tiga tipe :
1. Trichoderma menghasilkan sejumlah enzim ekstraseluler beta (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel patogen
2. Beberapa anggota trichoderma sp menghasilkan toksin trichodermin. Toksin tersebut dapat menyerang dan menghancurkan propagul yang berisi spora-spora patogen disekitarnya
3. Jenis Trichoderma viridae menghasilkan antibiotik gliotoksin dan viridin yang dapat melindungi bibit tanaman dari serangan penyakit rebah kecambah
Pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma sp dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Isolasi banyak dilakukan oleh kalangan peneliti maupun produsen pupuk, tetapi masih terlalu merepotkan untuk diadopsi oleh petani. Sebagai petani, untuk lebih efisiennya dapat memproduksi pupuk biologis yang siap aplikasi saja, sehingga hanya perlu membeli dan memperbanyak sendiri biakan murninya dan diinokulasikan pada media aplikatif. Atau jika menginginkan kepraktisan dapat membeli pupuk yang siap tebar untuk setiap kali aplikasi.
Dengan penambahan pupuk biologis Trichoderma sp akan meningkatkan efisiensi pemupupukan. Pada tanah yang tandus pemberian pupuk organik Trichoderma sp dan pupuk kimia secara bersamaan akan memberikan hasil yang maksimal daripada pemberian pupuk organik atau pupuk kimia secara terpisah walaupun dengan jumlah yang banyak. Dengan pemberian pupuk organik akan menghemat penggunaan pupuk kimia.
4
Biasanya penyakit layu dan busuk pangkal batang pada tanaman disebabkan oleh jamur fusarium sangat sulit dikendalikan dengan fungisida kimia. Oleh karena itu tidak ada salahnya kita mencoba mengaplikasikan pupuk biologis dan biofungisidaTrichoderma sp pada tanaman kita untuk mencegah penyakit akar dan busuk pangkal batang yang dapat menyebabkan layu tanaman.
2.2 Pestisida nabatiBawang putih
Umbi bawang putih mengandung zat hara belerang, besi, kalsium, fosfat disamping zat organis lemak, protein dan karbohidrat. Yang khas terdapat di dalam umbi bawang putih adalah sejenis minyak atsiri dengan bau khas bawang putih yang diberi nama Allicin . Allicin merupakan gugus kimiawi yang terdiri atas beberapa jenis sulfida, dan yang paling banyak adalah Allyl sulfide. Sulfida mengandung unsur zat hara belerang. Umbi bawang putih mengandung relatif cukup banyak vitamin A, B1 dan C. Keistimewaan umbi bawang putih yaitu mengandung zat yang mempunyai daya bunuh terhadap serangga alias mengandung bahan insektisida dan mengandung zat fungisida (Rismunandar, 1989).
Kandungan kimia bawang putih per 100 gram bahan, dapat dilihat pada Tabel .
Tabel . Kandungan kimia bawang putih per 100 gram bahan.
Nama Komponen Komposisi
(%)* **
Air 10,23 66,2-71 g
Kalori - 95-122 kal
Sulfur - 60-120 g
Protein 18,84 4,5-7 g
Lemak 0,71 0,2-0,3 g
Karbohidrat - 23,1-24,6 g
Fosfor 0,157 15-109 g
Besi - 1,4-15 g
Zink 0,057 -
Selenium - 346-377
Sumber: Purwanti (2008); Said (2003)
5
Pemanfaatan Bawang Putih
Selain sebagai bumbu dalam suatu masakan, ternyata bawang putih juga sudah
dijadikan bahan pengobatan herbal sejak beberapa ribu tahun lalu. Kira-kira pada tahun
2700 SM bawang putih telah dimanfaatkan sebagai obat kekebalan tubuh serta dan
dimanfaatkan sebagai penghilang rasa letih (Anonim, 2012).
Hasil penelitian Purwanti dkk. (2008) menunjukan bahwa mineral zink yang
ditambahkan dalam ransum pakan pada perlakuan R2 (ransum basal + Serbuk bawang
putih 2,5% + ZnO 120 ppm) memperlihatkan penurunan kolesterol karkas pada
perlakuan R2. Diduga karena terdapat senyawa alisin pada serbuk bawang putih yang
dapat menurunkan kadar kolesterol karkas. Sejauh ini hanya diketahui satu jenis
senyawa dalam bawang putih yang mempunyai aktifitas farmakologi yaitu senyawa
thiosulfinat dimana alisin sebagai kandungan utamanya 70%. Senyawa thiosulfinat
dalam bawang putih terbentuk karena aktivitas enzim allinase terhadap alliin (asam
amino yang mengandung atom sulfur). Asam amino ini sendiri tidak mempunyai
aktivitas farmakologi, sehingga dapat dikatakan bahwa alliin adalah semacam produk
allisin yang mampu menurunkan kadar kolesterol.
Kalsium Propionat
Kalsium propionat merupakan pengawet yang digunakan secara luas dalam
pencegahan pertumbuhan kapang efektifitasnya turun dengan meningkatnya pH, dengan
batasan optimum adalah pH 5,0-6,0. Kalsium propionat sebagai anti jamur dan
digunakan pada bahan pakan yang mengandung lemak biasanya diberikan tidak lebih
dari 0,3 bagian untuk setiap 100 bagian berat tepung yang digunakan, dan kalsium
propionat ini berbentuk bubuk atau Kristal (Jene, 1994).
Kalsium propionat dengan rumus molekul Ca(CH3CH2COO)2 dan bobot
molekul sebesar 186,22 mempunyai mekanisme kerja yang mempengaruhi
permeabilitas membrane sel lebih efektif melawan kapang, sedikit efektif atau tidak
efektif sama sekali terhadap khamir dan bakteri. Efektivitas menurun dengan
meningkatnya pH, dengan pH optimal 5-6 yang tergantung pada jenis makanan.
Kalsium ropionat sebagai anti jamur dan digunakan pada bahan makanan yang
6
mengandung lemak biasanya diberikan tidak lebih dari 0,3 bagian untuk setiap 100
seratus bagian berat tepung yang digunakan (Nelly, 2010).
Bawang putih terbukti dapat menghambat pertumbuhan dan respirasi fungsi
patogenik. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki bawang putih dan bawang bombay
dikarenakan kandungan alisin dan senyawa sulfida lain yang terkandung dalam minyak
atsiri bawang putih dan bawang bombay. Pengujian aktifitas antimikroba bawang putih
pertama kali dilakukan oleh Cavalito dan Baiely pada tahun 1944 (Yongki, 2011).
Lengkuas
Kandungan kimia
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % - 30 %,
eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu rimpang
juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut
kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum,
beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain.
Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas
mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat
sebagai antitumor, yaitu trans-p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat, asetoksi
chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida (Noro dkk., 1988).
Juga mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang di- namakan 1-(4-hidroksifenil)-
7-fenilheptan-3,5-diol.
Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol
asetat yang bersifat anti radang dan antitumor (Yu dan kawan-kawan, 1988). Juga me-
ngandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin,
kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7-hidroksi-3,5-
dimetoksiflavon.
7
BAB III
Metodelogi
3.1 Alat dan bahan
3.2 Cara Kerja
1. Pembuatan pestisida nabati sederhana- Timbang masing-masing bahan sebanyak 2gram untuk dial solution dan 10
gram untuk poision food.- Haluskan dengan menggunakan mortar- Beri air sebanyak 50 ml untuk dial solution dan 25 ml untuk poision food
untuk mendapatkan filtrat.
2. Pembuatan metabolit sekunder jamur antagonis Trichoderma sp dan Papulaspora sp
- Ambil masing-masing biakan jamur sp dan Papulaspora sp lalu biakan pada media potato dextrose broth secara statis di dalam tabung raksi yang di miringkan selama 10-14 hari. (potongan jamur tersebut di letakan di ujung tidak terlalu terendam )
Pembuatan metabolit sekunder jamur Trichoderma sp.
Pembuatan metabolit sekunder jamur Papulaspora sp.
8
potato dextrose broth
Potongan jamur Trichoderma sp
potato dextrose broth
Potongan jamur Papulaspora sp
- Setelah 10-14 hari dan sudah nampak terkolonisasi semua serta warna media berubah menjadi kubing-coklat. Media kemudian dipisahkan dari miselia dan konidia dengan penyaringan menggunaka filterpaper.
Papulaspora sp. Trichoderma sp.
Gambar Media yang sudah terkolonisasi dan siap di panen metabolit sekundernya.
Penyaringan dengan filterpaper
9
3. Pengujian Metabolit sekunder jamur dan pestisida nabati.- Hasil filtrate metabolit sekunder jamur Papulaspora sp. dan Trichoderma sp.
serta pestisida nabati di masukan kedalam tabung centrifuge (volume harus seragam).
Gambar hasil filtrate metabolit sekunder jamur antagonis dan pestisida nabati yang di masukan ke dalam tabung centrifuge
- Kemudian di centrifugasi pada 6000rpm selama 10 menit atau sampai bagian padat terpisah dari supernatannya (cairannya).
- Kemudian masing-masing supernatant disterilkan dengan mikrofilter yang diletakan pada ujung syringe secara steril di dalam LAF.
Gambar sterilisasi dengan mikrofilter.
10
- Hasil filtrate steril diuji kemampuannya untuk menekan pertumbuhan miselia dengan metoda sumuran, filter paper (untuk metabolit sekunder jamur antagonis) . sedangkan metoda sumuran, filter paper dan poision food untuk pengujian pestisida nabati.
- Pada metoda sumuran , media PDA dibuat lubang dengan bor gabus dengan jumlah sesuai dengan perlakuan yang diuji. Pada setiap lubang diisi dengan 100μl filtrat steril ataupun aquadest (untuk kontrol).
Petri A Petri B
- Pada metode filter paper, filter paper yang telah di potong potong bulat (d=0.8 cm) dan di sterilisasi, dicelupkan pada filtrate steril kemudian diusahakkan tidak ada cairan menetes lagi dari filter paper. Filterpaper diletakan sesuai perlakuan dengan metode sumur.
- Pada metode poision food atau media beracun,filtrat pesnab steril sebanyakk 1 ml dimasukan kedalam petridish kemudian di tuangkan PDA hangat lalu di goyangkan perlahan searah jarum jam agar bercampur rata.
11
Bawang putihCampuran BP, LK, n J
Trichoderma
Papulaspora
Jahe lengkuas
Patogenn Patogenn
Patogen
- Setelah media dngin, Pada bagian tengah Petridish diletakan potongan patogen Rhizoctonia solani
- Untuk kontrol, media di beri potongan patogen tanpa diberi perlakuan
- Biakan di ingkubasikan selama 7 hari. Amati besarnya zona penghambatan pada metode filter paper dan sumuran sedangkan pada metode poison food amati pertumbuhan miselia patogen.
4. Uji perkecambahan spora- Biakan fusarium di kerok, masukan ke dalam tube.
Tube 1. aquadest steril ( Kontrol )Tube 2. Bawang putihTube 3. LengkuasTube 4. Metabolit sekunder Papulaspora sp.Tube 5. Metabolit sekunder Trichoderma sp.
- Lalu di kocok selama 3 menit dengan vorteks stirer.- Di ingkubasikan selama 1 malam- Setelah di ingkubaskan, PDA masukan ke dalam petridish setelah mengeras
dilubangi dengan bor gabus, buat 2 bagian . tuangi masing-masing bagian dengan cairan di dalam tube.
- Setelah 5 hari amati perkecambahan spora fusarium dengan mikroskop .
12
Patogen
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata besar zona hambat pada metode filter paper dan sumuran
No Metode Perlakuan
Filter Paper Sumuran
1 Papulaspora 1.64 cm 1.7 cm2 Trichoderma - -3 Kontrol - -4 Jahe - -5 Lengkuas - -6 Bawang Putih - -7 Campuran - -
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan miselia patogen pada metode poision food
No Perlakuan Pertumbuhan miselia patogen
1 Lengkuas (LK) 3.2 cm 2 Jahe (j) 3.15 cm3 Kontrol 2.75 cm4 Bawang Putih
(BP)2.55 cm
5 BP : J : LK (1:1:1)
2.45 cm
6 BP: J : LK (1 : 1 : 2)
2.075 cm
7 BP : LK(1:1)
Tidak ada pertumbuhan miselia
13
Hasil Perkecambahan spora pada uji perkecambahan spora
Gambar 1. Hasil pengamatan perkecambahan spora fusarium pada perlakuan kontrol
Gambar 2. Hasil pengamatan perkecambahan spora Fusarium sp pada perlakuan dengan lengkuas
14
Gambar 3. Hasil Pengamatan perkecambahan spora Fusarim sp pada perlakuan dengan bawang putih
Gambar 3. Hasil Pengamatan perkecambahan spora Fusarim sp pada perlakuan dengan metabolit sekunder Papulaspra sp
15
Gambar 4. Gambar 3. Hasil Pengamatan perkecambahan spora Fusarim sp pada perlakuan dengan metabolit sekunder Trichoderma sp
16
4.2 Pembahasan
4.2.1 Metabolit sekunder Papulaspora sp dapat menghambat pertumbuhan patogen Rhizoctonia sp. pada metode filter paper dan sumuran.
Hasil pengamatan menunjukan zona hambat terbesar yaitu pada perlakuan dengan Papulaspora sp. sebesar 1.64 cm pada metode filter paper dan 1.7 cm pada metode sumuran. Sedangkan pada perlakuan lainnya tidak terdapat zona hambat. Hal tersebut menunjukan bahwa metabolit sekunder Papulaspora berpotensi menghambat pertumbuhan jamur Rhizoctonia sp. sehingga dapat di gunakan untuk pengendalian penyakit tanaman yang di sebabkan oleh patogen Rhizoctonia sp.
Papulaspora sp merupakan agen hayati yang memiliki mekanisme antibiosis menghasilkan metabolit sekunder yang dapat menghambat atau mematikan pertumbuhan patogen, untuk pengendaliannya dapat dengan berbagai cara aplikasi seperti penyemprotan, aplikasi kedalam tanah dan perlakuan benih (Agrios,2005).
17
4.2.2 Campuran ekstrak bawang putih dan lengkuas dengan komposisi 1:1 dapat menghambat Pertumbuhan miselia patogen pada metode poision food.
Patogen yang di tumbuhkan pada media yang telah diberi campuran ekstrak bawang putih dan lengkuas dengan komposisi 1:1 pertumbuhan miselia patogen rhizoctonia terhambat, hal tersebut di karenakan bawang putih dan lengkuas memiliki zat anti jamur sehingga pertumbuhan miselia yang di berikan ekstrak campuran tersebut tdak dapat tumbuh berkembang dan mati.
4.2.2 Metabolit sekunder agen antagonis Papulaspora sp dan ekstrak lengkuas dapat menghambat perkecambahan spora Fusarium sp. pada uji perkecambahan spora.
Hasil pengamatan menunjukan penghambatan sertinggi perkecambahan spora Fusarium yaitu pada perlakuan dengan metabolit sekunder Papulaspora sp. dan pestisida tumbuhan yang berasal dari lengkuas. Hal tersebut di buktikan dari jumlah spora Fusarium yang berkecambah pada metabolit sekunder Papulaspora spdan lengkuas lebih sedikt dibandingkan kontrol , metabolit sekunder Rhzoctonia sp dan bawang putih.
Perkecambahan Fusarium sp terhambat karena adanya mekanisme antibiosis Papulaspora sp menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat toksik terhadap patogen Fusarium sp dan ekstrak lengkuas yang memiliki zat anti jamur sehingga
Daftar Pustaka
Egan, S., james and S. Kjelleberg. 2001. Identification and Characterization of a PutativeTranscriptional Regulator Controlling the Expression of Fouling Inhibitors in Pseudoalteromonas tunicata Appl. Environ. Microbial.,68:372-378
Jene. 1994. Dasar-Dasar Pengawetan Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Murniasih, T. 2005. Substansi Kimia untuk Mempertahankan Diri dari Hewan Laut Tak Bertulang Belakang. Oseana, 30: 19-27
Purwanti, S. 2008. Kajian Efektifitas Pemberian Kunyit, bawang putih dan zink terhadap Performa, Kadar Lemak, Kolesterol dan Status Kesehatan Broiler (Tesis). Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rismunandar. 1989. Membudidaykan Lima Jenis bawang. Sinar Baru, Bandung.
18
Said. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. PT Sinar Widya Lestari, Jakarta.
Setyaningsih, I. 2004. Resistensi dan Antibiotik Alami dari Laut, Makalah Pribadi FalsafahSains IPB, Bogor.
Yongki. 2011. Cabai Merah, Bawang Putih, Kunyit, Lengkuas dan Jahe. http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2011/01/31/ cabai - merah bawang-putih-kunyit-lengkuas-dan-jahe/. Diakses pada Tanggal 28 Desember 2012.
_____, 2012e. 2012. Trichoderma sp. sebagai pupuk biologis dan biopestisida http://www.gerbangpertanian.com/2011/02/trichoderma-sp-sebagai-pupuk-biologis.html. Diakses pada tanggal 28 Desember 2012.
, 2012e. Khasiat Antioksida Bawang Putih pada Pencegahan dan Pengobatan. http://www.mkbonline.org/index.php?option=com_content&view=article&id=69:khas iat-antioksidan-bawang-putih- allium-sativum-pada-pencegahan-dan-pengobatan-preeklamsi&catid=1:kumpulan-artikel&Itemid=55. Diakses pada Tanggal 28 Desember 2012.
19