pestisida nabati
DESCRIPTION
Cara pembuatan pestisida nabatiTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN
ACARA : PESTISIDA NABATI
OLEH :
NAMA : AJENG WIDYANINGRUM
NIM : 111510501111
KELAS : BU
NILAI :
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesejahteraan suatu bangsa yang makin baik akan meningkatkan kebutuhan,
baik kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah
makanan yang berkualitas, sehat, dan aman dikonsumsi, termasuk bebas dari cemaran
bahan kimia beracun seperti pestisida. Penggunaan pestisida sintesis merupakan salah
satu cara untuk mengamankan produksi pertanian dunia secara ekonomis, karena
pestisida sintetis memiliki keunggulan komparatif seperti efektif membunuh hama,
praktis dan penggunaannya cukup mudah. Namun,dalam perkembangan selanjutnya,
penggunaan pestisida sintetis meningkat dengan pesat, baik dosis, jenis, maupun
interval pemakaiannya. Selain pemborosan, juga dapat menimbulkan berbagai
masalah yang serius seperti: merac uni organisme yang berguna (musuh alami hama),
terjadinya resurgensi dan ledakan hama sekuler dan hama potensial, mencemari
lingkungan karena residunya sulit diuraikan dan bersifat racun, dan membahayakan
kesehatan konsumen. Menurut Novizan (2002), hingga saat ini, ketergantungan
petani akan pestisida sintesis masih sangat tinggi, 20% produksi pestisida dunia pada
tahun 1984 diserap oleh Indonesia. Dalam periode 1982 – 1987 penggunaan pestisida
meningkat sebesar 236% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu,
pestisida sintesis juga menimbulkan bahaya pencemaran lingkungan, keracunan dan
kematian yang semakin tinggi. Menurut WHO (World Health Organization) paling
tidak 20.000 orang per tahun meninggal akibat keracunan pestisida, sekitar 5.000 –
10.000 orang pertahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat
tubuh, kemandulan, dan penyakit liver.
Untuk menghasilkan pangan sehat dan aman ( toyiban food ), antara lain dapat
dilakukan melalui pengembangan pertanian organik, yang melarang penggunaan
pestisida kimia sintetis dan menggantinya dengan pesti-sda nabati dan cara-cara
pengendalian alami lainnya. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan pestisida
nabati yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Pestisida nabati ini memiliki
beberapa fungsi yang diantaranya dapat menolak kehadiran serangga dan mencegah
serangga memakan tanaman yang telah disemprot dan perkembangan dan reproduksi
serangga menjadi terhambat.
Tanaman menghasilkan produk alami, berupa metabolit sekunder yang
bersifat bioaktif dan dapat mengendalikan fitopatogen. Bagian – bagian tanaman yang
mengandung senyawa bioaktif seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang dapat
dipergunakan dalam bentuk utuh, bubuk, dan ekstrak.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini, diantaranya yaitu :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati
2. Untuk mengetahui OPT sasaran dari masing- masing ekstrak tanaman yang dibuat.
3. Untuk mengetahui kandungan dan cara mengaplikasikan pestisida nabati.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN PESTISIDA
Pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya
pembunuh hama. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang dipergunakan untuk :
a. memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman atau
hasil pertanian;
b. memberantas rerumputan;
c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, tidak
termasuk pupuk (Adriyani,2006).
2.2 REALITA PESTISIDA DI MASYARAKAT
Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain harganya mahal, pestisida kimia
juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah : hama menjadi
kebal, peledakan hama baru, penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen,
terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia dan
kecelakaan bagi pengguna (Gapoktan, 2009).
Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah
bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan dengan berbagai alternatif
yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan
kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan terhadap petani.
Suatu alternatif pengendalian hama dan penyakit yang murah, praktis, dan relatif
aman terhadap lingkungan sangat diperlukan terhadap negara berkembang seperti
Indonesia dengan kondisi modal yang terbatas untuk membeli pestisida sintesis
(Novizan, 2002) Salah satu alternatif tersebut adalah penggunaan pestisida nabati atau
pestisida alami.
2.3 PESTISIDA NABATI
Penggunaan pestisida alami atau disebut juga pestisida nabati adalah
bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat digunakan untuk mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan, denganbahan dasar yang berasal dari tumbuhan.
Pestisida nabati ini relatif aman bagi lingkungan,mudah dibuat dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Pestisida nabati dapat berfungsi
sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk
lainnya. Keuntungan penggunaan pestisida nabati antara lain: (a) bersifat mudah
terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan; (b) relatif
aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang; (c)relatif
mudah dibuat oleh masyarakat (Adriyani, 2006).
Tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
pestisida nabati yaitu: (a) bahan aktif pada beberapa pestisida nabati belum
diketahui, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian untuk mengetahuinya; (b)
bahanaktif dapat bervariasi baik dalam hal komposisi maupun konsentrasi pada
tanaman sejenis, tergantung pada bagian tanaman yang digunakan sebagai
pestisida nabati, umur tanaman pestisida nabati, iklim dan kondisi tanah; (c)
bahan aktif kemungkinan merupakan campuran dari beberapa bahan aktif yang
bekerja secara sinergis; (d) data mengenai toksikologi dan ekotoksikologi pestisida
nabati sangat terbatas; (e) standart untuk menganalisis bahan aktif dari pestisida
alami relatif sukar (WHO dalam Adriyani,2006).
2.4 KENDALA PESTISIDA NABATI
Pemanfaatan pestisida nabati dalam kegi-atan bertani dianggap sebagai cara
pengendalian hama yang ramah lingkungan sehingga diperkenankan penggunaan-nya
dalam pertanian organik. Namun, pengembangan pestisida nabati di Indonesia
menghadapi beberapa kendala, antara lain:
a. reaksinya relatif lambat dalam mengendalikan hama, berbeda dengan pestisida
kimia sintetis yang berlangsung relatif cepat sehingga petani lebih memilih
pestisida kimia sintetis dalam pengendalian OPT;
b. membanjirnya produk pestisida ke Indonesia, antara lain dari China yang
harganya relatif murah serta longgarnya peraturan pendaftaran dan perizinan
pestisida di Indonesia ini menyebabkan jumlah pestisida yang beredar di pasaran
semakin bervariasi, hingga saat ini tercacat sekitar 3.000 jenis pestisida yang
beredar di Indonesia. Kondisi ini membuat petani mempunyai banyak pilihan
dalam menggunakan pestisida kimia sintetis karena bersifat instan sehingga
menghambat pengem-bangan penggunaan pestisida nabati;
c. bahan baku pestisida nabati relatif terbatas karena kurangnya dukungan
pemerintah dan rendahnya kesadaran petani terhadap penggunaan pestisida nabati
sehingga enggan menanam atau memperbanyak tanamannya;
d. peraturan perizinan pesti-sida nabati disamakan dengan pestisida kimia sintetis
sehingga pestisida nabati sulit mendapat izin edar dan diperjual-belikan.
Akibatnya, bila pengguna memer-lukan pestisida dalam jumlah banyak, pilihan
akan jatuh pada pestisida kimia sintetis karena salah satu persyaratan dalam
pembelian adalah sudah terdaftar dan diizinkan penggunaannya (Kardinan,2011).
2.5 PERAN PESTISIDA ALAMI PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK
Salah satu faktor pembatas produksi dalam bidang pertanian adalah hama
tanaman. Hama dapat menurunkan hasil panen 30-40%, bahkan pada beberapa kasus
dapat mengakibatkan gagal panen. Pada ta-naman hortikultura, biaya produksi untuk
pengendalian hama dapat mencapai 40%, bahkan lebih karena pada tanaman
hortikultura ada hama penting yang saat ini menjadi isu nasional dan menjadi faktor
pembatas perdagangan (trade barrier ). Untuk menuju sistem pertanian organik,
pestisida nabati merupakan alternatif untuk mengurangi dampak negatif pestisida
sintetis (Kardinan, 2011)
Tanaman menghasilkan produk alami, berupa metabolit sekunder yang
bersifat bioaktif dan dapat mengendalikan fitopatogen. Bagian – bagian tanaman yang
mengandung senyawa bioaktif seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang dapat
dipergunakan dalam bentuk utuh, bubuk, dan ekstrak (Paath, 2005)
Tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami
misalnya empon-empon (kunyit, temulawak dan lain-lain), bahan dengan
pemerian tertentu (misalnya rasa gatal, pahit, „langu‟ sehingga tidak disukai
hewan/serangga seperti kenikir, bunga pukul empat, awar-awar, senthe, dan lain-
lain), mengandung racun (gadung, pocung, jenu, dan lain-lain) atau mengandung
senyawa aktif yang mampu memberantas hama (mimba mengandung
azadirachtin, biji sirsat mengandung gamma-lakton tak jenuh α,β yang
mempunyai 3 hidroksi dan bis-tetrahidrofuran, biji mindi yang mengandung resin
dan lain-lain (Jumpowati, 1999).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum dengan judul acara “Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati”
dilaksanakan di Laboratorium Hama Dan Penyakit pada hari Jumat tanggal 1
Desember 2012 di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian.
Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Ekstrak Daun Nimba
1. Air 1 liter
2. Alkohol 70% 1 cc
3. Daun Nimbi 50gr
4. Penumbuk/penghalus
5. Baskom
6. Corong
7. Wadah pestisida
3.2.2 Ekstrak Daun Sirsak
1. 50 lembar daun sirsak
2. Satu genggam (100 gr) rimpang jaringan
3. Satu siung bawang putih
4. Sabun colek 20gr
5. Blender
6. Corong
7. Wadah pestisida
3.2.3 Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
1. 50 lembar daun sirih
2. 5 lembar daun tembakau
3. 20 liter air
4. 20gr sabun colek
5. Blender
6. Corong
7. Wadah pestisida
3.2.4 Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
1. Daun nimba
2. Lengkuas
3. Serai
4. 20gr sabun colek
5. 20 liter air
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Ekstrak Daun Nimba
1. Menumbuk halus daun nimba dan mengaduk dengan alkohol.
2. Mengencerkan dengan 1 liter air
3. Mengendapkan semalam larutan tersebut lalu menyaringnya.
4. Mengaplikasikan pada tanaman dan serangga akan mati setelah 2-3 hari
3.3.2 Ekstrak Daun Sirsak
1. Menghaluskan daun sirsak, jaringan, dan bawang putih.
2. Mencampur seluruh bahan dan merendamnya selama 2 hari
3. Menyaring larutan
4. Mengaplikasikan larutan dengan mencampur 10 – 15 liter air.
3.3.3 Ekstrak Sirtem (Sirsak dan Tembakau)
1. Menumbuk halus daun sirsak dan tembakau
2. Mencampurkan dengan air dan mengaduk hingga halus
3. Mendiamkan selama 1 malam
4. Menyaring larutan, lalu mengencerkannya dengan menambah air
5. Mengaplikasikan pada tanaman
3.3.4 Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
1. Menghaluskan daun nimbi, lengkuas,dan serai
2. Melarutkan dalam 20 liter air
3. Mendiamkan selama 1 malam
4. Menyaring dan mengencerkan dengan 60 liter air
5. Mengaplikasikan larutan tersebut pada tanaman
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan
4.2 Pembahasan
Dalam pengaplikasian pestisida nabati ada kelebihan dan kekurangannya.
Adapun kelebihan dalam penggunaan pestisida nabati yaitu, degradasi/penguraian
yang cepat oleh sinar matahari, memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan
napsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian, memiliki spectrum
pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif. Selain itu
juga dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia,
hitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman selain itu pestisida
nabati juga cukup murah dan mudah dibuat oleh petani
4.2.1 Pestisida Ekstrak Daun Mimba
Pestisida asal mimba mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi dan
berdampak spesifik terhadap organisme penggangu. Bahan aktif mimba juga tidak
berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, residunya mudah terurai menjadi
senyawa yang tidak beracun sehingga aman atau ramah bagi lingkungan. Pestisida
mimba dapat dibuat dengan menggunakan teknologi tinggi dan dikerjakan dalam
skala industri. Namun, dapat pula dibuat dengan menggunakan teknologi sederhana
oleh kelompok tani atu perorangan. Pestisida mimba yang dibuat secara
sederhanadapat berupa larutan atau hasil perasan, rendaman, ekstrak, dan rebusan.
Apabila dibandingkan dengan pestisida kimia, penggunaan pestisida mimba relatif
lebih murah dan aman bagi makhluk hidup dan ramah lingkungan.
A. Taksonomi Tanaman Mimba
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Phylum : Tracheophyta
Subphylum : Euphyllophytina
Infraphylum : Radiatopses
Class : Magnoliopsida
Order : Rutales
Suborder : Meliineae
Family : Meliaceae
Subfamily : Clusioideae
Genus : Azadirachta
Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss
B. Kandungan Daun Mimba
Dalam tanaman mimba, terdapat Azadirachtin yang merupakan molekul
kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Efek primer
azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan
detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut
(mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang
mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder
Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson blocker atau zat
yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi
dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian
kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva
menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan
dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga.
Selain berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) yang
mengakibatkan daya rusak srangga sangat menurun, walupun serangganya
sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam menggunakan pestisida nabati dari
mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah diaplikasi (knock
down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari.
Namun demikian, hama yg telah terpapar tersebut daya rusaknya sudah sangat
menurun, karena dalam keadaan sakit. Meliantriol berperan sebagai penghalau
(repellent) yang mengakibatkan hama serangga enggan mendekati zat tersebut.
Mimba pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect
behaviour) yang tadinya bersifat migrasi dan bergerombol dan merusak menjadi
bersifat solitair yang bersifat tidak merusak.
C. Pembuatan Pestisida Nabati dari Ekstrak Mimba
Daun mimba dicuci bersih dengan air, kemudian diris tipis-tipis. Daun mimba
tidak boleh dikeringkan di bawah sinar matahari karena dapat menghilangkan efek
insektisida dari daun mimba itu sendiri. Daun mimba yang telah diiris kemudian
diekstraksi dengan menggunakan metode Maserasi (cara dingin) dan menggunakan
pelarut alkohol (ethanol). Metode Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia
dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip
metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Kardiman A., 2008). Maserasi
kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi
berarti dilakukan pengulangan penambah pelarut setelah dilakukan penyaringan
maserat pertama, dan seterusnya Sisa ekstrak dengan sisa pelarut kemudian diuapkan
dengan menggunakan water bath untuk menghilangkan pelrutnya sehingga
didapatkan ekstrak yang kental (Daniel, 2008)
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, warna awal yang semula hijau pupus
berubah menjadi hijau muda setelah 3 hari. Untuk aroma tetap tidak ada perubahan,
aromanya tetap tidak menyengat dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan.
Endapan mulai tampak saat pestisida nabati didiamkan selama 3 hari.
D. Aplikasi Pada Tanaman
Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida,
acarisida, nematisida dan virisida.
Untuk mengetahui efektivitas Serbuk biji mimba sebagai pestisida, telah
dilakukan penelitian oleh Sudarmo ( 2005), dengan mengambil dua contoh
serangga uji, yaitu ulat buah kapas Helicoverpa armigera dan ulat grayak
Spodoptera litura. Kedua jenis hama tersebut merupakan hama yang menyerang
berbagai jenis tanaman, misalnya tembakau, kapas, sayuran, kedelai, kacang hijau
dan sebagainya.
1. Larvisida (Pembunuh Ulat ) padaSpodoptera litura.
Serbuk Biji Mimba (SBM) yang disemprotkan pada ulat S.litura instar 1
(berukuran panjang kurang dari 0,5 cm) pada konsentrasi 5 g/ltr air menyebabkan
mortalitas 40%, sedangkanpada konsentrasi 40 gr/ltr air menyebabkan mortalitas
100%. Pada konsentrasi yang sama,penyemprotan terhadap ulat instar 3
menyebabkan mortalitas 15% dan 100%, sedangkan terhadap ulat instar 5
(berukuran panjang lebih dari 1 cm) menyebabkan mortalitas 3,33% dan 70%.
Perbedaan mortalitas ulat pada berbagai instar menunjukkan bahwa semakin tua
instar larva, semakin berkurang kerentanannya sehingga persentase mortalitas
semakin rendah. Hal ini disebabkan ulat instar tua telah mengalami perkembangan
tubuh lebih sempurna dibandingkan dengan ulat instar muda. Dengan demikian,
ulat instar tua akan lebih tahan terhadapengaruh insektisida.
2.Ovisida (Perusak Telur) pada ulat buah kapas Helicoverpa armigera
Serbuk biji mimba selain berperan sebagai larvisida juga dapat berperan
sebagai ovisida ( perusak telur). Serbuk biji mimba yang disemprotkan pada
telur H. Armigera akan menyebabkan penurunan persentase telur menetas. Pada
kontrol, telur menetas 96%, sedangkan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 10 gr/liter
air, telur menetas 67% dan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 20 gr/liter air dan 40
gr/liter air, telurmenetas 60%. Ekstrak biji mimba juga menurunkan persentase
telur menetas pada nyamuk.
3. Pestisida Nabati Mimba dan jasad sasaran.
Baik biji maupun daun mimba dapat digunakan sebagai pestisida. Penaburan
50 – 200 kg bungkil mimba per ha efektif untuk melindungi hama padi. Pemberian 19
mt (metrik ton) daun mimba per hektar ( 7 ton per acre) efektif melindungi
serangan rayap. Sekitar 2 -5 kg daun mimba kering dapat melindungi 100 kg biji.
Pupuk hijau dicampur dengan daun mimba dapat mengurangi 50%
serangannematoda. Daun mimba yang diletakkan antara tumpukan kayu
menyebabkan tumpukan kayu terhindar dari serangan ngengat. Pemberian 800 gr
minyak mimba efektif untuk melindungi 100 kg biji atau benih. Pencampuran 2,5
bagian serbuk biji mimba untuk 100 bagian biji atau benih efektif melindungi
gangguan hama selama 8 -12 bulan. Konsentrasi 0,1 % suspensi mimba dengan
300 -600 liter/ha efektif terhadap serangan belalang.Konsentrasi 0,1% suspensi
mimba ( 10 mg/liter air) efektif mengendalikan belalang. Juga sekitar 2 – 6 gr
serbuk biji mimba yang direndam dalam 1 liter air selama 3 hari efektif
mengendalikan jamur Fusariumdansclerotium.
Selain itu, Mimba yang mempunyai spektrum yang luas, efektif untuk
mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips,
ulat kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur
(fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah.
Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar
daun/kudis, karat daun, dan bercak daun. Dan juga mencegah bakteri pada embun
tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal
dari perkembangan serangga, disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar
bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah. Pestisida
nabati mimba adalah pestisida yang ramah lingkungan, sehingga diperbolehkan
penggunaanya dalam pertanian organik (tercantum dalam SNI Pangan Organik), serta
telah dipergunakan berbagai negara, termasuk Amerika yang dikenal sangat ketat
peraturannya dalam penggunaaan pestisida, yaitu diawasi oleh suatu bahan yang
disebut EPA (Environmental Protection Agency).
E. Kelebihan dan Kekurangan
Sama halnya dengan pestisida nabati, maka pestisida dari mimba ini menurut
Wiwin dkk. ( 2008), mempunyai keunggulan dan kelemahannya.
Untuk keunggulannya antara lain:
Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil,
peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat
digunakan beberapa saat menjelang panen.
Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan
ternak)
Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih
dari satu.
Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan
kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.
Dan untuk kelemahan pestisida mimba antara lain :
Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi
ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang
berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.
Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih
murah dari insektisida sintetik.
Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami
Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping
itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan
lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.
Kurangnya dorongan penentu kebijakan
Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan,
hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun
sekali.
Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya
mudah terdegradasi
Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi
bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam
(semalam).
4.2.2 Ekstrak Daun Sirsak
A. Sistematika tumbuhan Sirsak adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Family : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L .
B. Kandungan Daun Sirsak
Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain
asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin
memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi
bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada
konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama
menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001). Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk
menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000).
Tanaman Annona muricata (sirsak) mengandung zat toksik bagi serangga
hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan
mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang terkandung pada daun
sirsak. Disamping itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga terhambat,
mengurangi produksi telur dan sebagai repellen (penolak) (Gruber dan Karganilla,
1989). Kematian larva yang diakibatkan oleh ekstrak daun sirsak memperlihatkan
indikasi tidak sempurnanya proses ekdisis terbukti dengan adanya sejumlah larva
yang gagal melepaskan kutikula lamanya. Larva yang mengalami gejala ini lama-
kelamaan akan mati dengan memperlihatkan gejala kematian akibat pengaruh
simultan dari toksisitas ekstrak, kelaparan dan gagal melepaskan proses ganti kulit,
terlihat adanya larva menjadi mengecil dan berwarna gelap (Gionar, 2004).
C. Pembuatan Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Sirsak
Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati
daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Cara pembuatan pestisida
nabati daun sirsak adalah sebagai berikut:
Tumbuk halus 50-100 lembar daun sirsak.
Rendam dalam 5 liter air + 15 g ditergen, aduk sampai rata, dan
diamkan semalam.
Saring larutan tersebut dengan kain halus.
Encerkan tiap satu liter larutan hasil penyaringan dengan 10-15 liter air.
Semprotkan larutan hasil pengenceran ke tanaman.
Dalam praktikum yang telah dilakukan pengamatan terhadap warna ekstrak
daun sirsak selama 3 hari tidak mengalami perubahan yaitu tetap berwarna hijau tua.
Dengan aroma menyengat setelah didiamkan 3 hari. Untuk endapannya selama 3 hari
didiamkan tidak ada endapan yang terlihat.
D. Aplikasi pada Tanaman
Ada beberapa jenis ama yang dapat dibasmi pestisida nabati
daun sirsak, diantaranya yaitu :
Macam-macam aphis
Wereng coklat (Nilaparvata)
Wereng hijau (Nephotettix virescenns)
Wereng punggung putih (Sogatella furcifera)
Kutu sisik hijau (Coccus viridis)
Macam-macam ulat
Ulat tritip (Plutella xylostella)
Lalat buah (Ceratitis capitata)
Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis)
Kepik hijau
Hama kapas (Dysdercus koeniglii)
E. Keuntungan dan Kelemahan Pestisida Nabati dari Daun Sirsak
Keuntungan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak
keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya
yang secara rinci diuraikan berikut ini: Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan
pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:
a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi,
b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,
c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua,
d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak,
e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan,
f) Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan
g) Biaya dapat lebih murah. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan
karena daya racun rendah,
h) Tidak mendorong resistensi,
mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,
i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan
usaha tani skala kecil.
Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari
lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan
kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
Kelemahan Pestisida Nabati Daun Sirsak
Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan
terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada
beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyarakat dalam
pemakaiannya. Menurut Heviandri (1989) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita
ketahui antara lain :
1. Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia
maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi
penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga
mengurangi aspek kepraktisannya.
2. Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena
itu diperlukan bahan pengemulsi.
3. Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai
efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak.
4. Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan
pada usaha pengadaaan produk pertanian massa.
5. Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang
muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan
menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut.
6. Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang
diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit
diperhitungkan sebelumnya.
4.2.3 Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Sirih dan Tembakau (Sirtem)
A. Sistematika Tumbuhan
Sistematika sirih merah sebagai berikut (Sugati dan Johnny, 2000 ).
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper cf. fragile Benth.
Sistematika tanaman tembakau adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Species : N. tabacum
B. Kandungan
Kandungan Daun Sirih
Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman yang telah
lama dikenal sebagai bahan dasar obat tradisional, dapat digunakan sebagai bahan
pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida.
Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana),
enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta
kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat
perkembangan bakteri dan jamur (Heviandri, R., 2009).
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betlephenol),
seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat
menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga
bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran
pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan
ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung
berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian
dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan
kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan hama penghisap.
Kandungan Daun Tembakau
Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati adalah
daun dan batang yang banyak mengandung nikotin. Daun bisa daun yang masih segar
atau yang sudah difermentasi. Tembakau merupakan produk pertanian yang diproses
dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Kandungan nikotin yang ada dalam
tembakau merupakan golongan alkaloid yang terdapat dalam famili Solanaceae.
Kadar nikotin berkisar antara 0,6 – 3,0% dari berat kering tembakau, dimana proses
biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi
dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Nikotin yang
berfungsi sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang
sangat sensitif bagi serangga menyebabkan nikotin dapat digunakan sebagai pestisida.
Selain itu juga bisa memanfaatkan sisa batang tembakau setelah tebang.
Setelah daun tembakau dipanen, biasanya batang tembakau ditebang dan dibuang.
Sisa batang ini juga bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati. Harganya murah,
sehingga pestisida nabatinya juga bisa murah dan terjangkau untuk petani (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
C. Cara Pembuatan
Cara membuat pestisida nabati dari ekstrak daun sirih dan tembakau
dilakukan dengan mencacah daun sirih dan tembakau menjadi kecil-kecil, lalu
encampur bahan dan ditambah dengan air. Setelah itu, memasukkan campuran bahan
dalam blender dan memblender hingga halus. Tahap selanjutnya adalah menyaring
hasil blenderan dengan penyaring lalu memasukkan pada jurigen dan tambah sabun
colek kemudian digojok. Setelah 3 hari, pestisida sudah siap digunakan.
Dari hasil praktikum pembuatan ekstrak daun sirtem (sirih dan tembakau)
untuk pengamatan warna selama tiga hari, ekstrak sirtem tidak mengalami perubahan
warna yaitu tetap berwarna hijau tua. Dengan aroma menyengat selama didiamkan
selama tiga hari. Untuk endapannya selama tiga hari pengamatan tidak ada endapan
pada larutan tersebut.
D. Aplikasi Pada Tanaman
Teknik aplikasi dan dosis penggunaan pestisida nabati ini adalah :
Dosis 1 : 1 yaitu 1 L larutan dicampur dengan 1 L air
Penyemprotan 1 minggu 1 kali
Pencairan harus habis 1 kali pemakaian
Dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong
seperti pestisida kimia pada umumnya
Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya
Hama & penyakit sasaran pestisida nabati sirih dan tembakau
Hama : aphis, ulat, ulat kobis (tritip), kumbang kecil, tungau, penggerek
batang
Penyakit : karat pada buncis dan gandum, kamur kentang, dan virus keriting
daun.
E. Keuntungan dan Kelemahan
Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida nabati ekstrak sirtem (sirih dan
tembakau) ,antaralain:
Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan
lingkungan (ramah lingkungan).
Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
Dari sumberdaya yang ada disekitar dan bisa dibuat sendiri.
Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman
Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai
Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian
khususnya pestisida sintetis/kimiawi.
Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan
dengan penggunaan pestisidasintesis.
Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.
Dan untuk kelemahan pestisida sirtem antara lain :
Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi
ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang
berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.
Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih
murah dari insektisida sintetik.
Kendala pengembangan sebagai insektisida alami
Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping
itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan
lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.
Bahan, seperti halnya daun tembakau tidak tersedia secara berkesinambungan
Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya
mudah terdegradasi
4.2.4 Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Mimba, Lengkuas, Serai (Belengse)
A. Sistematika Tumbuhan
Sistematika mimba adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Phylum : Tracheophyta
Subphylum : Euphyllophytina
Infraphylum : Radiatopses
Class : Magnoliopsida
Order : Rutales
Suborder : Meliineae
Family : Meliaceae
Subfamily : Clusioideae
Genus : Azadirachta
Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss
Sistematika tumbuhan lengkuas adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Alpinia galanga
Sistematika tumbuhan serai adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : C. citratus
B. Kandungan
Dalam tanaman mimba, terdapat Azadirachtin yang merupakan molekul
kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Efek primer
azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan
detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut
(mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang
mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder
Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson blocker atau zat
yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi
dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian
kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva
menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan
dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga.
Lengkuas mengandung minyak atsiri antara lain: galangol, galangin, alpinen
kamfer, methyl-cinnamate. Lengkuas berkasiat sebagai anti jamur, anti bakteri,
menghangatkan, membersihkan darah, menambah nafsumakan, mempermudah
pengeluaran angin dari dalam tubuh, mengencerkan dahak, mengharumkan dan
merangsang otot.
Kandungan serai dapur: 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri
dari sitral, sitronelol (66-85%), (a-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, ß-felandren, p-
simen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4?ol, a-terpineol,
geraniol, farnesol, metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon,
bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat, ß-elemen,
ß-kariofilen, ß-bergamoten, trans-metilisoeugenol, ß-kadinen, elemol, kariofilen
oksida. Pada penelitian lain pada daun ditemukan minyak atsiri 1% dengan
komponen utama (+) sitronelol, geranial (lebih kurang 35% dan 20%), disamping itu
terdapat pula geranil butirat, sitral, limonen, eugenol, dan metileugenol. Sitronelol
hasil isolasi dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang enansiomer (R)-sitronelal
dan (S) sitronelal. Pada jenis Cymbopogon yang lain (Cymbopogon giganteus
chiovenda) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari limonen, p-mentha-1,5, 8-
trien; 1,2 limonenoksida; p-mentha-2,8-dien-l-ol; Dekan-2,4dien-l-ol; p-
metilasetofenon; trans-p-menta-1(7), 8dien-2-ol; Decan-2, 4-dienal; isopiperitenol;
cis-p.menta-1 (7), 8-dien-2-ol; cis carveol; carvone; isopiperitenon; cuminil alkohol;
perililaldehid; perilil alkohol.
C. Cara Pembuatan
Untuk membuat pestisida nabati ekstrak belengse, daun mimba, lengkuas, dan
daun serai yang telah dipotong-potong kecil-kecil dihaluskan dengan blender sampai
menjadi larutan yang homogen dengan menggunakan air sebanyak 1000 ml. Setelah
halus ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr untuk kemudian di masukkan
kedalam botol plastic/jurigen. Larutan disimpan selama 1 hari dan dilakukan
pengamatan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, warna pestisida nabati ekstrak belengse
adalah berwarna hijau muda. Untuk aromanya terjadi perubahan yang semula berbau
menyengat menjadi tidak menyengat di akhir pengamatan. Endapan terbentuk pada
saat hari ke 3 pengamatan.
D. Aplikasi Pada Tanaman
OPT Sasaran :hama belalang, wereng coklat, walang sangit, kutu, ulat, aplhid, dan
trips pada sayuran dan tanaman lainnya.
Teknik aplikasi dan dosis penggunaan pestisida nabati ini adalah :
Dosis 1 : 1 yaitu 1 L larutan dicampur dengan 1 L air
Penyemprotan 1 minggu 1 kali
Pencairan harus habis 1 kali pemakaian
Dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong
seperti pestisida kimia pada umumnya
E. Keunggulan dan Kelemahan
Keuntungan Pestisida Nabati
Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak
keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya
yang secara rinci diuraikan berikut ini: Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan
pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:
a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi,
b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,
c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua,
d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak,
e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan,
f) Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan
g) Biaya dapat lebih murah. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan
karena daya racun rendah,
h) Tidak mendorong resistensi,
mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,
i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan
usaha tani skala kecil.
Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari
lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan
kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.
Kelemahan Pestisida Nabati
Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan
terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada
beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyarakat dalam
pemakaiannya. Menurut Heviandri (1989) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita
ketahui antara lain :
Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia
maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi
penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga
mengurangi aspek kepraktisannya.
Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di
air karena itu diperlukan bahan pengemulsi.
Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk
mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang
banyak.
Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten
bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massa.
Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang
muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan
menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut.
Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang
diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit
diperhitungkan sebelumnya.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum mengenai pembuatan pestisida nabati yang telah
kami lakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat
digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan,
denganbahan dasar yang berasal dari tumbuhan.
2. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas
(pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Keuntungan penggunaan
pestisida nabati antara lain: (a) bersifat mudah terurai (bio-degradable) di
alam sehingga tidak mencemari lingkungan; (b) relatif aman bagi manusia
dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang; (c)relatif mudah dibuat oleh
masyarakat.
3. Dari semua ekstrak yang dibuat, ekstrak yang direkomendasikan untuk dipakai
yaitu ekstrak belengse (Nimba, Lengkuas, dan Serai) karena dianggap paling
efektif mengurangi populasi OPT yang ada tanpa mematikan OPT tersebut dan
sesuai dengan konsep pengelolaan hama terpadu (PHT)
5.2 Saran
Pembuatan pestisida nabati ini seharusnya disosialisasikan pada petani,
agar penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi untuk memelihara ekosisten
yang ada dan kelestarian lingkungan akan tetap terjaga sampai generasi
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adriyani,Retno. 2006. Usahapengendalian pencemaran lingkungan Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian. Kesehatan Lingkungan 3 (1) : 95-106.
Gapoktan. 2009. Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta.
Jumpowati, Maria. 1999. Pestisida Alami Alternatif : Inventarisasi Dan Pemanfaatan. SIGMA 2(2) : 1 – 6.
Kardinan, Agus. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4) : 262 – 278.
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Paath. 2005. Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Tomat Dengan Pestisida Nabati. Eugenia 11 (1) : 47 – 55.