pestisida nabati

49
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN ACARA : PESTISIDA NABATI OLEH : NAMA : AJENG WIDYANINGRUM NIM : 111510501111 KELAS : BU NILAI : LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

Upload: ajeng-widy

Post on 06-Aug-2015

565 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Cara pembuatan pestisida nabati

TRANSCRIPT

Page 1: Pestisida Nabati

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN

ACARA : PESTISIDA NABATI

OLEH :

NAMA : AJENG WIDYANINGRUM

NIM : 111510501111

KELAS : BU

NILAI :

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Pestisida Nabati

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesejahteraan suatu bangsa yang makin baik akan meningkatkan kebutuhan,

baik kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah

makanan yang berkualitas, sehat, dan aman dikonsumsi, termasuk bebas dari cemaran

bahan kimia beracun seperti pestisida. Penggunaan pestisida sintesis merupakan salah

satu cara untuk mengamankan produksi pertanian dunia secara ekonomis, karena

pestisida sintetis memiliki keunggulan komparatif seperti efektif membunuh hama,

praktis dan penggunaannya cukup mudah. Namun,dalam perkembangan selanjutnya,

penggunaan pestisida sintetis meningkat dengan pesat, baik dosis, jenis, maupun

interval pemakaiannya. Selain pemborosan, juga dapat menimbulkan berbagai

masalah yang serius seperti: merac uni organisme yang berguna (musuh alami hama),

terjadinya resurgensi dan ledakan hama sekuler dan hama potensial, mencemari

lingkungan karena residunya sulit diuraikan dan bersifat racun, dan membahayakan

kesehatan konsumen. Menurut Novizan (2002), hingga saat ini, ketergantungan

petani akan pestisida sintesis masih sangat tinggi, 20% produksi pestisida dunia pada

tahun 1984 diserap oleh Indonesia. Dalam periode 1982 – 1987 penggunaan pestisida

meningkat sebesar 236% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu,

pestisida sintesis juga menimbulkan bahaya pencemaran lingkungan, keracunan dan

kematian yang semakin tinggi. Menurut WHO (World Health Organization) paling

tidak 20.000 orang per tahun meninggal akibat keracunan pestisida, sekitar 5.000 –

10.000 orang pertahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat

tubuh, kemandulan, dan penyakit liver.

Untuk menghasilkan pangan sehat dan aman ( toyiban food ), antara lain dapat

dilakukan melalui pengembangan pertanian organik, yang melarang penggunaan

pestisida kimia sintetis dan menggantinya dengan pesti-sda nabati dan cara-cara

pengendalian alami lainnya. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan pestisida

nabati yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan. Pestisida nabati ini memiliki

Page 3: Pestisida Nabati

beberapa fungsi yang diantaranya dapat menolak kehadiran serangga dan mencegah

serangga memakan tanaman yang telah disemprot dan perkembangan dan reproduksi

serangga menjadi terhambat.

Tanaman menghasilkan produk alami, berupa metabolit sekunder yang

bersifat bioaktif dan dapat mengendalikan fitopatogen. Bagian – bagian tanaman yang

mengandung senyawa bioaktif seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang dapat

dipergunakan dalam bentuk utuh, bubuk, dan ekstrak.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini, diantaranya yaitu :

1. Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati

2. Untuk mengetahui OPT sasaran dari masing- masing ekstrak tanaman yang dibuat.

3. Untuk mengetahui kandungan dan cara mengaplikasikan pestisida nabati.

Page 4: Pestisida Nabati

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PESTISIDA

Pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi artinya

pembunuh hama. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad

renik dan virus yang dipergunakan untuk :

a. memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman atau

hasil pertanian;

b. memberantas rerumputan;

c. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;

d. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, tidak

termasuk pupuk (Adriyani,2006).

2.2 REALITA PESTISIDA DI MASYARAKAT

Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk

mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain harganya mahal, pestisida kimia

juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah : hama menjadi

kebal, peledakan hama baru, penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen,

terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia dan

kecelakaan bagi pengguna (Gapoktan, 2009).

Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah

bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan dengan berbagai alternatif

yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan

kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan terhadap petani.

Suatu alternatif pengendalian hama dan penyakit yang murah, praktis, dan relatif

aman terhadap lingkungan sangat diperlukan terhadap negara berkembang seperti

Indonesia dengan kondisi modal yang terbatas untuk membeli pestisida sintesis

Page 5: Pestisida Nabati

(Novizan, 2002) Salah satu alternatif tersebut adalah penggunaan pestisida nabati atau

pestisida alami.

2.3 PESTISIDA NABATI

Penggunaan pestisida alami atau disebut juga pestisida nabati adalah

bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat digunakan untuk mengendalikan

organisme pengganggu tumbuhan, denganbahan dasar yang berasal dari tumbuhan.

Pestisida nabati ini relatif aman bagi lingkungan,mudah dibuat dengan

kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Pestisida nabati dapat berfungsi

sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk

lainnya. Keuntungan penggunaan pestisida nabati antara lain: (a) bersifat mudah

terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan; (b) relatif

aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang; (c)relatif

mudah dibuat oleh masyarakat (Adriyani, 2006).

Tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

pestisida nabati yaitu: (a) bahan aktif pada beberapa pestisida nabati belum

diketahui, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian untuk mengetahuinya; (b)

bahanaktif dapat bervariasi baik dalam hal komposisi maupun konsentrasi pada

tanaman sejenis, tergantung pada bagian tanaman yang digunakan sebagai

pestisida nabati, umur tanaman pestisida nabati, iklim dan kondisi tanah; (c)

bahan aktif kemungkinan merupakan campuran dari beberapa bahan aktif yang

bekerja secara sinergis; (d) data mengenai toksikologi dan ekotoksikologi pestisida

nabati sangat terbatas; (e) standart untuk menganalisis bahan aktif dari pestisida

alami relatif sukar (WHO dalam Adriyani,2006).

2.4 KENDALA PESTISIDA NABATI

Pemanfaatan pestisida nabati dalam kegi-atan bertani dianggap sebagai cara

pengendalian hama yang ramah lingkungan sehingga diperkenankan penggunaan-nya

Page 6: Pestisida Nabati

dalam pertanian organik. Namun, pengembangan pestisida nabati di Indonesia

menghadapi beberapa kendala, antara lain:

a. reaksinya relatif lambat dalam mengendalikan hama, berbeda dengan pestisida

kimia sintetis yang berlangsung relatif cepat sehingga petani lebih memilih

pestisida kimia sintetis dalam pengendalian OPT;

b. membanjirnya produk pestisida ke Indonesia, antara lain dari China yang

harganya relatif murah serta longgarnya peraturan pendaftaran dan perizinan

pestisida di Indonesia ini menyebabkan jumlah pestisida yang beredar di pasaran

semakin bervariasi, hingga saat ini tercacat sekitar 3.000 jenis pestisida yang

beredar di Indonesia. Kondisi ini membuat petani mempunyai banyak pilihan

dalam menggunakan pestisida kimia sintetis karena bersifat instan sehingga

menghambat pengem-bangan penggunaan pestisida nabati;

c. bahan baku pestisida nabati relatif terbatas karena kurangnya dukungan

pemerintah dan rendahnya kesadaran petani terhadap penggunaan pestisida nabati

sehingga enggan menanam atau memperbanyak tanamannya;

d. peraturan perizinan pesti-sida nabati disamakan dengan pestisida kimia sintetis

sehingga pestisida nabati sulit mendapat izin edar dan diperjual-belikan.

Akibatnya, bila pengguna memer-lukan pestisida dalam jumlah banyak, pilihan

akan jatuh pada pestisida kimia sintetis karena salah satu persyaratan dalam

pembelian adalah sudah terdaftar dan diizinkan penggunaannya (Kardinan,2011).

2.5 PERAN PESTISIDA ALAMI PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Salah satu faktor pembatas produksi dalam bidang pertanian adalah hama

tanaman. Hama dapat menurunkan hasil panen 30-40%, bahkan pada beberapa kasus

dapat mengakibatkan gagal panen. Pada ta-naman hortikultura, biaya produksi untuk

pengendalian hama dapat mencapai 40%, bahkan lebih karena pada tanaman

hortikultura ada hama penting yang saat ini menjadi isu nasional dan menjadi faktor

pembatas perdagangan (trade barrier ). Untuk menuju sistem pertanian organik,

Page 7: Pestisida Nabati

pestisida nabati merupakan alternatif untuk mengurangi dampak negatif pestisida

sintetis (Kardinan, 2011)

Tanaman menghasilkan produk alami, berupa metabolit sekunder yang

bersifat bioaktif dan dapat mengendalikan fitopatogen. Bagian – bagian tanaman yang

mengandung senyawa bioaktif seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang dapat

dipergunakan dalam bentuk utuh, bubuk, dan ekstrak (Paath, 2005)

Tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami

misalnya empon-empon (kunyit, temulawak dan lain-lain), bahan dengan

pemerian tertentu (misalnya rasa gatal, pahit, „langu‟ sehingga tidak disukai

hewan/serangga seperti kenikir, bunga pukul empat, awar-awar, senthe, dan lain-

lain), mengandung racun (gadung, pocung, jenu, dan lain-lain) atau mengandung

senyawa aktif yang mampu memberantas hama (mimba mengandung

azadirachtin, biji sirsat mengandung gamma-lakton tak jenuh α,β yang

mempunyai 3 hidroksi dan bis-tetrahidrofuran, biji mindi yang mengandung resin

dan lain-lain (Jumpowati, 1999).

Page 8: Pestisida Nabati

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

      Praktikum dengan judul acara “Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati”

dilaksanakan di Laboratorium Hama Dan Penyakit pada hari Jumat tanggal 1

Desember 2012 di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian.

Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Ekstrak Daun Nimba

1. Air 1 liter

2. Alkohol 70% 1 cc

3. Daun Nimbi 50gr

4. Penumbuk/penghalus

5. Baskom

6. Corong

7. Wadah pestisida

3.2.2 Ekstrak Daun Sirsak

1. 50 lembar daun sirsak

2. Satu genggam (100 gr) rimpang jaringan

3. Satu siung bawang putih

4. Sabun colek 20gr

5. Blender

6. Corong

7. Wadah pestisida

3.2.3 Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)

1. 50 lembar daun sirih

Page 9: Pestisida Nabati

2. 5 lembar daun tembakau

3. 20 liter air

4. 20gr sabun colek

5. Blender

6. Corong

7. Wadah pestisida

3.2.4 Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)

1. Daun nimba

2. Lengkuas

3. Serai

4. 20gr sabun colek

5. 20 liter air

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Ekstrak Daun Nimba

1. Menumbuk halus daun nimba dan mengaduk dengan alkohol.

2. Mengencerkan dengan 1 liter air

3. Mengendapkan semalam larutan tersebut lalu menyaringnya.

4. Mengaplikasikan pada tanaman dan serangga akan mati setelah 2-3 hari

3.3.2 Ekstrak Daun Sirsak

1. Menghaluskan daun sirsak, jaringan, dan bawang putih.

2. Mencampur seluruh bahan dan merendamnya selama 2 hari

3. Menyaring larutan

4. Mengaplikasikan larutan dengan mencampur 10 – 15 liter air.

3.3.3 Ekstrak Sirtem (Sirsak dan Tembakau)

1. Menumbuk halus daun sirsak dan tembakau

Page 10: Pestisida Nabati

2. Mencampurkan dengan air dan mengaduk hingga halus

3. Mendiamkan selama 1 malam

4. Menyaring larutan, lalu mengencerkannya dengan menambah air

5. Mengaplikasikan pada tanaman

3.3.4 Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)

1. Menghaluskan daun nimbi, lengkuas,dan serai

2. Melarutkan dalam 20 liter air

3. Mendiamkan selama 1 malam

4. Menyaring dan mengencerkan dengan 60 liter air

5. Mengaplikasikan larutan tersebut pada tanaman

Page 11: Pestisida Nabati

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Pengamatan

4.2 Pembahasan

                    Dalam pengaplikasian pestisida nabati ada kelebihan dan kekurangannya.

Adapun kelebihan dalam penggunaan pestisida nabati yaitu, degradasi/penguraian

yang cepat oleh sinar matahari, memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan

napsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian, memiliki spectrum

pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif. Selain itu

juga dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia,

hitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman selain itu pestisida

nabati juga cukup murah dan mudah dibuat oleh petani

4.2.1 Pestisida Ekstrak Daun Mimba

Pestisida asal mimba mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi dan

berdampak spesifik terhadap organisme penggangu. Bahan aktif mimba juga tidak

Page 12: Pestisida Nabati

berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, residunya mudah terurai menjadi

senyawa yang tidak beracun sehingga aman atau ramah bagi lingkungan. Pestisida

mimba dapat dibuat dengan menggunakan teknologi tinggi dan dikerjakan dalam

skala industri. Namun, dapat pula dibuat dengan menggunakan teknologi sederhana

oleh kelompok tani atu perorangan. Pestisida mimba yang dibuat secara

sederhanadapat berupa larutan atau hasil perasan, rendaman, ekstrak, dan rebusan.

Apabila dibandingkan dengan pestisida kimia, penggunaan pestisida mimba relatif

lebih murah dan aman bagi makhluk hidup dan ramah lingkungan.

A. Taksonomi Tanaman Mimba

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae

Phylum : Tracheophyta

Subphylum : Euphyllophytina

Infraphylum : Radiatopses

Class : Magnoliopsida

Order : Rutales

Suborder : Meliineae

Family : Meliaceae

Subfamily : Clusioideae

Genus : Azadirachta

Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss

B. Kandungan Daun Mimba

Dalam tanaman mimba, terdapat Azadirachtin yang merupakan molekul

kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Efek primer

azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan

detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut

(mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang

Page 13: Pestisida Nabati

mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder

Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson blocker atau zat

yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi

dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian

kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva

menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan

dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga.

Selain berperan sebagai penurun nafsu makan (antifeedant) yang

mengakibatkan daya rusak srangga sangat menurun, walupun serangganya

sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam menggunakan pestisida nabati dari

mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah diaplikasi (knock

down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari.

Namun demikian, hama yg telah terpapar tersebut daya rusaknya sudah sangat

menurun, karena dalam keadaan sakit. Meliantriol berperan sebagai penghalau

(repellent) yang mengakibatkan hama serangga enggan mendekati zat tersebut.

Mimba pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect

behaviour) yang tadinya bersifat migrasi dan bergerombol dan merusak menjadi

bersifat solitair yang bersifat tidak merusak.

C. Pembuatan Pestisida Nabati dari Ekstrak Mimba

            Daun mimba dicuci bersih dengan air, kemudian diris tipis-tipis. Daun mimba

tidak boleh dikeringkan di bawah sinar matahari karena dapat menghilangkan efek

insektisida dari daun mimba itu sendiri. Daun mimba yang telah diiris kemudian

diekstraksi dengan menggunakan metode Maserasi (cara dingin) dan menggunakan

pelarut alkohol (ethanol). Metode Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia

dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip

metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Kardiman A., 2008). Maserasi

kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi

Page 14: Pestisida Nabati

berarti dilakukan pengulangan penambah pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama, dan seterusnya Sisa ekstrak dengan sisa pelarut kemudian diuapkan

dengan menggunakan water bath untuk menghilangkan pelrutnya sehingga

didapatkan ekstrak yang kental (Daniel, 2008)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, warna awal yang semula hijau pupus

berubah menjadi hijau muda setelah 3 hari. Untuk aroma tetap tidak ada perubahan,

aromanya tetap tidak menyengat dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan.

Endapan mulai tampak saat pestisida nabati didiamkan selama 3 hari.

D. Aplikasi Pada Tanaman

Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida,

acarisida, nematisida dan virisida.

Untuk mengetahui efektivitas Serbuk biji mimba sebagai pestisida, telah

dilakukan penelitian oleh Sudarmo ( 2005), dengan mengambil dua contoh

serangga uji, yaitu ulat buah kapas Helicoverpa armigera dan ulat grayak

Spodoptera litura. Kedua jenis hama tersebut merupakan hama yang menyerang

berbagai jenis tanaman, misalnya tembakau, kapas, sayuran, kedelai, kacang hijau

dan sebagainya.

1. Larvisida (Pembunuh Ulat ) padaSpodoptera litura.

Serbuk Biji Mimba (SBM) yang disemprotkan pada ulat S.litura instar 1

(berukuran panjang kurang dari 0,5 cm) pada konsentrasi 5 g/ltr air menyebabkan

mortalitas 40%, sedangkanpada konsentrasi 40 gr/ltr air menyebabkan mortalitas

100%. Pada konsentrasi yang sama,penyemprotan terhadap ulat instar 3

menyebabkan mortalitas 15% dan 100%, sedangkan terhadap ulat instar 5

(berukuran panjang lebih dari 1 cm) menyebabkan mortalitas 3,33% dan 70%.

Perbedaan mortalitas ulat pada berbagai instar menunjukkan bahwa semakin tua

instar larva, semakin berkurang kerentanannya sehingga persentase mortalitas

semakin rendah. Hal ini disebabkan ulat instar tua telah mengalami perkembangan

Page 15: Pestisida Nabati

tubuh lebih sempurna dibandingkan dengan ulat instar muda. Dengan demikian,

ulat instar tua akan lebih tahan terhadapengaruh insektisida.

2.Ovisida (Perusak Telur) pada ulat buah kapas Helicoverpa armigera

Serbuk biji mimba selain berperan sebagai larvisida juga dapat berperan

sebagai ovisida ( perusak telur). Serbuk biji mimba yang disemprotkan pada

telur H. Armigera akan menyebabkan penurunan persentase telur menetas. Pada

kontrol, telur menetas 96%, sedangkan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 10 gr/liter

air, telur menetas 67% dan pada konsentrasi Serbuk biji mimba 20 gr/liter air dan 40

gr/liter air, telurmenetas 60%. Ekstrak biji mimba juga menurunkan persentase

telur menetas pada nyamuk.

3. Pestisida Nabati Mimba dan jasad sasaran.

Baik biji maupun daun mimba dapat digunakan sebagai pestisida. Penaburan

50 – 200 kg bungkil mimba per ha efektif untuk melindungi hama padi. Pemberian 19

mt (metrik ton) daun mimba per hektar ( 7 ton per acre) efektif melindungi

serangan rayap. Sekitar 2 -5 kg daun mimba kering dapat melindungi 100 kg biji.

Pupuk hijau dicampur dengan daun mimba dapat mengurangi 50%

serangannematoda. Daun mimba yang diletakkan antara tumpukan kayu

menyebabkan tumpukan kayu terhindar dari serangan ngengat. Pemberian 800 gr

minyak mimba efektif untuk melindungi 100 kg biji atau benih. Pencampuran 2,5

bagian serbuk biji mimba untuk 100 bagian biji atau benih efektif melindungi

gangguan hama selama 8 -12 bulan. Konsentrasi 0,1 % suspensi mimba dengan

300 -600 liter/ha efektif terhadap serangan belalang.Konsentrasi 0,1% suspensi

mimba ( 10 mg/liter air) efektif mengendalikan belalang. Juga sekitar 2 – 6 gr

serbuk biji mimba yang direndam dalam 1 liter air selama 3 hari efektif

mengendalikan jamur Fusariumdansclerotium.

Selain itu, Mimba yang mempunyai spektrum yang luas, efektif untuk

mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips,

ulat kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur

(fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah.

Page 16: Pestisida Nabati

Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar

daun/kudis, karat daun, dan bercak daun. Dan juga mencegah bakteri pada embun

tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal

dari perkembangan serangga, disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar

bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah. Pestisida

nabati mimba adalah pestisida yang ramah lingkungan, sehingga diperbolehkan

penggunaanya dalam pertanian organik (tercantum dalam SNI Pangan Organik), serta

telah dipergunakan berbagai negara, termasuk Amerika yang dikenal sangat ketat

peraturannya dalam penggunaaan pestisida, yaitu diawasi oleh suatu bahan yang

disebut EPA (Environmental Protection Agency).

E. Kelebihan dan Kekurangan

Sama halnya dengan pestisida nabati, maka pestisida dari mimba ini menurut

Wiwin dkk. ( 2008), mempunyai keunggulan dan kelemahannya.

Untuk keunggulannya antara lain:

Di alam senyawa aktif mudah terurai, sehingga kadar residu relatif kecil,

peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah dan dapat

digunakan beberapa saat menjelang panen.

Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap vertebrata (manusia dan

ternak)

Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih

dari satu.

Dengan keunggulan di atas, maka akan dihasilkan produk pertanian dengan

kualitas yang prima, dan kelestarian ekosistem tetap terpelihara.

Dan untuk kelemahan pestisida mimba antara lain :

Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi

ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang

berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.

Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih

Page 17: Pestisida Nabati

murah dari insektisida sintetik.

Kendala pengembangan mimba sebagai insektisida alami

Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping

itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan

lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.

Kurangnya dorongan penentu kebijakan

Bahan, seperti halnya biji mimba tidak tersedia secara berkesinambungan,

hal tersebut disebabkan karena biji mimba hanya dapat dipanen setahun

sekali.

Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya

mudah terdegradasi

Memerlukan persiapan yang agak lama, untuk mendapatkan konsentrasi

bahan pestisida yang baik harus dilakukan perendaman selama 12 jam

(semalam).

4.2.2 Ekstrak Daun Sirsak

A. Sistematika tumbuhan Sirsak adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Ranales

Family : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L .

Page 18: Pestisida Nabati

B. Kandungan Daun Sirsak

Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain

asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin

memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi

bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada

konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama

menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001). Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk

menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000).

Tanaman Annona muricata (sirsak) mengandung zat toksik bagi serangga

hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan maupun pada bahan simpan

mengalami kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang terkandung pada daun

sirsak. Disamping itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga terhambat,

mengurangi produksi telur dan sebagai repellen (penolak) (Gruber dan Karganilla,

1989). Kematian larva yang diakibatkan oleh ekstrak daun sirsak memperlihatkan

indikasi tidak sempurnanya proses ekdisis terbukti dengan adanya sejumlah larva

yang gagal melepaskan kutikula lamanya. Larva yang mengalami gejala ini lama-

kelamaan akan mati dengan memperlihatkan gejala kematian akibat pengaruh

simultan dari toksisitas ekstrak, kelaparan dan gagal melepaskan proses ganti kulit,

terlihat adanya larva menjadi mengecil dan berwarna gelap (Gionar, 2004).

C. Pembuatan Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Sirsak

Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati

daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama trip. Cara pembuatan pestisida

nabati daun sirsak adalah sebagai berikut:

Tumbuk halus 50-100 lembar daun sirsak.

Rendam dalam 5 liter air + 15 g ditergen, aduk sampai rata, dan

diamkan semalam.

Saring larutan tersebut dengan kain halus.

Encerkan tiap satu liter larutan hasil penyaringan dengan 10-15 liter air.

Page 19: Pestisida Nabati

Semprotkan larutan hasil pengenceran ke tanaman.

Dalam praktikum yang telah dilakukan pengamatan terhadap warna ekstrak

daun sirsak selama 3 hari tidak mengalami perubahan yaitu tetap berwarna hijau tua.

Dengan aroma menyengat setelah didiamkan 3 hari. Untuk endapannya selama 3 hari

didiamkan tidak ada endapan yang terlihat.

D. Aplikasi pada Tanaman

Ada beberapa jenis ama yang dapat dibasmi pestisida nabati

daun sirsak, diantaranya yaitu :

Macam-macam aphis

Wereng coklat (Nilaparvata)

Wereng hijau (Nephotettix virescenns)

Wereng punggung putih (Sogatella furcifera)

Kutu sisik hijau (Coccus viridis)

Macam-macam ulat

Ulat tritip (Plutella xylostella)

Lalat buah (Ceratitis capitata)

Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis)

Kepik hijau

Hama kapas (Dysdercus koeniglii)

E. Keuntungan dan Kelemahan Pestisida Nabati dari Daun Sirsak

Keuntungan Pestisida Nabati Daun Sirsak

Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak

keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak  kelemahannya

yang secara rinci diuraikan berikut ini: Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan

pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:

a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi,

Page 20: Pestisida Nabati

b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,

c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua,

d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak,

e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air  permukaan,

f)  Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan

g) Biaya dapat lebih murah. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan

karena daya racun rendah,

h) Tidak mendorong resistensi,

mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,

i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan

usaha tani skala kecil.

Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari

lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan

kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.

Kelemahan Pestisida Nabati Daun Sirsak

Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan

terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada

beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyarakat dalam

pemakaiannya. Menurut Heviandri (1989) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita

ketahui antara lain :

1. Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia

maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi

penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga

mengurangi aspek kepraktisannya.

2. Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena

itu diperlukan bahan pengemulsi.

Page 21: Pestisida Nabati

3. Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai

efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak.

4. Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan

pada usaha pengadaaan produk pertanian massa.

5. Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang

muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan

menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut.

6. Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang

diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit

diperhitungkan sebelumnya.

4.2.3 Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Sirih dan Tembakau (Sirtem)

A. Sistematika Tumbuhan

Sistematika sirih merah sebagai berikut (Sugati dan Johnny, 2000 ).

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper cf. fragile Benth.

Sistematika tanaman tembakau adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Ordo : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Nicotiana

Species : N. tabacum

Page 22: Pestisida Nabati

B. Kandungan

Kandungan Daun Sirih

Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman yang telah

lama dikenal sebagai bahan dasar obat tradisional, dapat digunakan sebagai bahan

pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida.

Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana),

enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta

kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat

perkembangan bakteri dan jamur (Heviandri, R., 2009).

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betlephenol),

seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya

mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat

menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga

bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran

pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan

ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung

berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian

dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan

kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk

mengendalikan hama penghisap.

Kandungan Daun Tembakau

Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati adalah

daun dan batang yang banyak mengandung nikotin. Daun bisa daun yang masih segar

atau yang sudah difermentasi. Tembakau merupakan produk pertanian yang diproses

dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Kandungan nikotin yang ada dalam

tembakau merupakan golongan alkaloid yang terdapat dalam famili Solanaceae.

Kadar nikotin berkisar antara 0,6 – 3,0% dari berat kering tembakau, dimana proses

biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi

Page 23: Pestisida Nabati

dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Nikotin yang

berfungsi sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang

sangat sensitif bagi serangga menyebabkan nikotin dapat digunakan sebagai pestisida.

Selain itu juga bisa memanfaatkan sisa batang tembakau setelah tebang.

Setelah daun tembakau dipanen, biasanya batang tembakau ditebang dan dibuang.

Sisa batang ini juga bisa dimanfaatkan untuk bahan pestisida nabati. Harganya murah,

sehingga pestisida nabatinya juga bisa murah dan terjangkau untuk petani (Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

C. Cara Pembuatan

Cara membuat pestisida nabati dari ekstrak daun sirih dan tembakau

dilakukan dengan mencacah daun sirih dan tembakau menjadi kecil-kecil, lalu

encampur bahan dan ditambah dengan air. Setelah itu, memasukkan campuran bahan

dalam blender dan memblender hingga halus. Tahap selanjutnya adalah menyaring

hasil blenderan dengan penyaring lalu memasukkan pada jurigen dan tambah sabun

colek kemudian digojok. Setelah 3 hari, pestisida sudah siap digunakan.

Dari hasil praktikum pembuatan ekstrak daun sirtem (sirih dan tembakau)

untuk pengamatan warna selama tiga hari, ekstrak sirtem tidak mengalami perubahan

warna yaitu tetap berwarna hijau tua. Dengan aroma menyengat selama didiamkan

selama tiga hari. Untuk endapannya selama tiga hari pengamatan tidak ada endapan

pada larutan tersebut.

D. Aplikasi Pada Tanaman

Teknik aplikasi dan dosis penggunaan pestisida nabati ini adalah :

Dosis 1 : 1 yaitu 1 L larutan dicampur dengan 1 L air

Penyemprotan 1 minggu 1 kali

Pencairan harus habis 1 kali pemakaian

Page 24: Pestisida Nabati

Dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong

seperti pestisida kimia pada umumnya

Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya

Hama & penyakit sasaran pestisida nabati sirih dan tembakau

Hama : aphis, ulat, ulat kobis (tritip), kumbang kecil, tungau, penggerek

batang

Penyakit : karat pada buncis dan gandum, kamur kentang, dan virus keriting

daun.

E. Keuntungan dan Kelemahan

Beberapa manfaat dan keunggulan pestisida nabati ekstrak sirtem (sirih dan

tembakau) ,antaralain:

Mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan

lingkungan (ramah lingkungan).

Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.

Dari sumberdaya yang ada disekitar dan bisa dibuat sendiri.

Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman

Bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai

Mengatasi kesulitan ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian

khususnya pestisida sintetis/kimiawi.

Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan

dengan penggunaan pestisidasintesis.

Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.

Dan untuk kelemahan pestisida sirtem antara lain :

Persitensi insektisida yang singkat kadang kurang menguntungkan dari segi

ekonomis, karena pada populasi yang tinggi diperlukan aplikasi yang

berulang-ulang agar mencapai keefektifan pengendalian yang maksimal.

Biaya produksi lebih mahal, sehingga harga jualnya belum tentu lebih

Page 25: Pestisida Nabati

murah dari insektisida sintetik.

Kendala pengembangan sebagai insektisida alami

Aplikasi kurang praktis dan hasilnya tidak dapat segera dilihat, di samping

itu petani harus membuat sedia sendiri. Dengan alasan tersebut petani akan

lebih memilih pestisida kimia dari pada nabati.

Bahan, seperti halnya daun tembakau tidak tersedia secara berkesinambungan

Frekuensi pemakaian lebih tinggi, yang disebabkan karena sifat racunnya

mudah terdegradasi

4.2.4 Pestisida Nabati dari Ekstrak Daun Mimba, Lengkuas, Serai (Belengse)

A. Sistematika Tumbuhan

Sistematika mimba adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae

Phylum : Tracheophyta

Subphylum : Euphyllophytina

Infraphylum : Radiatopses

Class : Magnoliopsida

Order : Rutales

Suborder : Meliineae

Family : Meliaceae

Subfamily : Clusioideae

Genus : Azadirachta

Botanical name : Azadirachta indica Adr. Juss

Sistematika tumbuhan lengkuas adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-diviso : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Page 26: Pestisida Nabati

Ordo : Zingiberales

Famili : Zungiberaceae

Genus : Alpinia

Species : Alpinia galanga

Sistematika tumbuhan serai adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Spesies : C. citratus

B. Kandungan

Dalam tanaman mimba, terdapat Azadirachtin yang merupakan molekul

kimia C35H44O16 yang termasuk dalam kelompok triterpenoid. Efek primer

azadirachtin terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan

detteren spesifik berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut

(mouth part) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang

mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder

Azadirachtin yang dikandung mimba berperan sebagai ecdyson blocker atau zat

yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi

dalam metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian

kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva

menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan

dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian pada serangga.

Lengkuas mengandung minyak atsiri antara lain: galangol, galangin, alpinen

kamfer, methyl-cinnamate. Lengkuas berkasiat sebagai anti jamur, anti bakteri,

menghangatkan, membersihkan darah, menambah nafsumakan, mempermudah

pengeluaran angin dari dalam tubuh, mengencerkan dahak, mengharumkan dan

merangsang otot.

Page 27: Pestisida Nabati

Kandungan serai dapur: 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri

dari sitral, sitronelol (66-85%), (a-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, ß-felandren, p-

simen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4?ol, a-terpineol,

geraniol, farnesol, metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon,

bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat, ß-elemen,

ß-kariofilen, ß-bergamoten, trans-metilisoeugenol, ß-kadinen, elemol, kariofilen

oksida. Pada penelitian lain pada daun ditemukan minyak atsiri 1% dengan

komponen utama (+) sitronelol, geranial (lebih kurang 35% dan 20%), disamping itu

terdapat pula geranil butirat, sitral, limonen, eugenol, dan metileugenol. Sitronelol

hasil isolasi dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang enansiomer (R)-sitronelal

dan (S) sitronelal. Pada jenis Cymbopogon yang lain (Cymbopogon giganteus

chiovenda) mengandung minyak atsiri yang terdiri dari limonen, p-mentha-1,5, 8-

trien; 1,2 limonenoksida; p-mentha-2,8-dien-l-ol; Dekan-2,4dien-l-ol; p-

metilasetofenon; trans-p-menta-1(7), 8dien-2-ol; Decan-2, 4-dienal; isopiperitenol;

cis-p.menta-1 (7), 8-dien-2-ol; cis carveol; carvone; isopiperitenon; cuminil alkohol;

perililaldehid; perilil alkohol.

C. Cara Pembuatan

Untuk membuat pestisida nabati ekstrak belengse,  daun mimba, lengkuas, dan

daun serai yang telah dipotong-potong kecil-kecil  dihaluskan dengan blender sampai

menjadi larutan yang homogen dengan menggunakan air sebanyak 1000 ml. Setelah

halus ditambahkan sabun colek sebanyak 0,5 gr untuk kemudian di masukkan

kedalam botol plastic/jurigen. Larutan disimpan selama 1 hari dan dilakukan

pengamatan.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, warna pestisida nabati ekstrak belengse

adalah berwarna hijau muda. Untuk aromanya terjadi perubahan yang semula berbau

menyengat menjadi tidak menyengat di akhir pengamatan. Endapan terbentuk pada

saat hari ke 3 pengamatan.

Page 28: Pestisida Nabati

D. Aplikasi Pada Tanaman

OPT Sasaran :hama belalang, wereng coklat, walang sangit, kutu, ulat, aplhid, dan

trips pada sayuran dan tanaman lainnya.

Teknik aplikasi dan dosis penggunaan pestisida nabati ini adalah :

Dosis 1 : 1 yaitu 1 L larutan dicampur dengan 1 L air

Penyemprotan 1 minggu 1 kali

Pencairan harus habis 1 kali pemakaian

Dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong

seperti pestisida kimia pada umumnya

E. Keunggulan dan Kelemahan

Keuntungan Pestisida Nabati

Dilihat dari konsep PHT pestisida nabati mempunyai banyak

keuntungan atau keunggulan tetapi juga masih banyak  kelemahannya

yang secara rinci diuraikan berikut ini: Menurut Stoll (1995) dibandingkan dengan

pestisida sintetik pestisida nabati mempunyai sifat yang lebih menguntungkan yaitu:

a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi,

b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama,

c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua,

d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak,

e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air  permukaan,

f)  Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia dan

g) Biaya dapat lebih murah. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan

karena daya racun rendah,

h) Tidak mendorong resistensi,

mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit,

i) Lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan

usaha tani skala kecil.

Page 29: Pestisida Nabati

Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari

lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan

kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.

Kelemahan Pestisida Nabati

Pestisida nabati digunakan untuk menghindari adanya bahan kimia yang akan

terkontaminasi pada tanaman. Akan tetapi, dalam menggunakan pestisida nabati, ada

beberapa kelemahan yang dapat mengurangi peminat masyarakat dalam

pemakaiannya. Menurut Heviandri (1989) kelemahan pestisida nabati yang perlu kita

ketahui antara lain :

Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia

maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi

penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga

mengurangi aspek kepraktisannya.

Kebanyakan senyawa organic nabati tidak polar sehingga sukar larut di

air karena itu diperlukan bahan pengemulsi.

Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk

mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang

banyak.

Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten

bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massa.

Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang

muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan

menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut.

Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang

diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulit

diperhitungkan sebelumnya.

Page 30: Pestisida Nabati

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum mengenai pembuatan pestisida nabati yang telah

kami lakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang dapat

digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan,

denganbahan dasar yang berasal dari tumbuhan.

2. Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas

(pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Keuntungan penggunaan

pestisida nabati antara lain: (a) bersifat mudah terurai (bio-degradable) di

alam sehingga tidak mencemari lingkungan; (b) relatif aman bagi manusia

dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang; (c)relatif mudah dibuat oleh

masyarakat.

3. Dari semua ekstrak yang dibuat, ekstrak yang direkomendasikan untuk dipakai

yaitu ekstrak belengse (Nimba, Lengkuas, dan Serai) karena dianggap paling

efektif mengurangi populasi OPT yang ada tanpa mematikan OPT tersebut dan

sesuai dengan konsep pengelolaan hama terpadu (PHT)

5.2 Saran

Pembuatan pestisida nabati ini seharusnya disosialisasikan pada petani,

agar penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi untuk memelihara ekosisten

yang ada dan kelestarian lingkungan akan tetap terjaga sampai generasi

berikutnya.

Page 31: Pestisida Nabati

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani,Retno. 2006. Usahapengendalian pencemaran lingkungan Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian. Kesehatan Lingkungan 3 (1) : 95-106.

Gapoktan. 2009. Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta.

Jumpowati, Maria. 1999. Pestisida Alami Alternatif : Inventarisasi Dan Pemanfaatan. SIGMA 2(2) : 1 – 6.

Kardinan, Agus. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4) : 262 – 278.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Paath. 2005. Pengendalian Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Tomat Dengan Pestisida Nabati. Eugenia 11 (1) : 47 – 55.