pil pestisida

44
1 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja. Banyak wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber Penghasilan Utama Daerah. Menurut Sa’id (1994), kondisi pertanian di Indonesia di masa mendatang banyak yang akan diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Dengan meningkatnya pembangunan nasional dan juga terjadinya peningkatan industrialisasi maka sangat diperlukan sarana-sarana yang mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut. Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana- sarana yang mendukung peningkatan hasil di bidang pertanian tersebut adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.

Upload: anda

Post on 02-Feb-2016

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah mengenai toksilogi pestisida

TRANSCRIPT

Page 1: Pil Pestisida

1

I. PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian

penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok

kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja

yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja.

Banyak wilayah kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk

perkebunan sebagai sumber Penghasilan Utama Daerah. Menurut Sa’id (1994), kondisi

pertanian di Indonesia di masa mendatang banyak yang akan diarahkan untuk

kepentingan agroindustri. Dengan meningkatnya pembangunan nasional dan juga

terjadinya peningkatan industrialisasi maka sangat diperlukan sarana-sarana yang

mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut.

Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat

dicapai hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional

dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan

mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan hasil

di bidang pertanian tersebut adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang

termasuk di dalamnya adalah pestisida.

Dalam bidang pertanian, pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama

tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal

mutlak harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang beracun.

Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat

membahayakan kehidupan manusia dan hewan dimana residu pestisida terakumulasi

pada produk-produk pertanian dan perairan. Untuk meningkatkan produksi pertanian

disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat

penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang

aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan

pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma.

Page 2: Pil Pestisida

2

Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak

dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada

petani. Faktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida adalah faktor

dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal). Faktor dari dalam tubuh

antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, kadar hemoglobin, tingkat

pengetahuan dan status kesehatan. Sedangkan faktor dari luar tubuh mempunyai

peranan yang besar. Faktor tersebut antara lain banyaknya jenis pestisida yang

digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, masa kerja menjadi

penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan

pestisida, kontak terakhir dengan pestisida, ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu

menyemprot dan tindakan terhadap arah angin.

Hal-hal tersebutlah yang masih banyak diabaikan oleh para petani Indonesia terutama di

daerah pedesaan. Mereka tidak memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan dari

pekerjaan yang mereka lakukan setiap harinya dengan berbagai alasan klasik. Oleh

karena itu, kami membahas tentang penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan

khususnya sebagai petani agar dapat menambah pengetahuan dan kesadaran tentang

berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan dari pekerjaannya sehingga dapat membantu

mencegah dan meminimalisir masalah baik penyakit maupun keracunan akibat pestisida

pada petani tersebut.

Selama ini petani sangat tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk

mengendalikan hama dan penyakit tanaman sehingga lahan pertanian bebas dari

serangan hama. Dengan meningkatnya hasil pertanian akan membuat hidup para petani

bergerak lebih baik.

Sayangnya, penggunaan pestisida memiliki dampak yang cukup merugikan.

Berdasarkan penelitian, pestisida dapat merusak ekosistem air yang berada di sekitar

lahan pertanian. Ketika pestisida disemprotkan pada tanaman, angin akan

menerbangkan sebagian pestisida sehingga bercampur dengan udara.

Page 3: Pil Pestisida

3

Pestisida yang menempel pada tanaman akan bercampur dengan air ketika terkena

hujan. Air hujan yang mengandung pestisida ini akan mengalir melalui sungai atau

aliran irigasi dan dapat menyuburkan ganggang di perairan tempat sungai atau irigasi

tadi bermuara. Keberadaan ganggang yang terlalu banyak di permukaan muara tadi

mengakibatkan cahaya matahari sulit masuk ke dalam air. Hal ini mengakibatkan

hewan-hewan ataupun fitoplankton tidak mendapat cahaya. Jika fitoplankton tidak

mendapat cahaya, maka tidak akan dapat berfotosintesis dan tidak dapat lagi

menghasilkan makanan untuk hewan-hewan air.

Selain itu, dampak negatif penggunaan pestisida dapat mengakibatkan kebalnya hama

terhadap pestisida, munculnya hama baru, penumpukan sisa bahan kimia di dalam hasil

panen, terbunuhnya musu alami dari hama, dan kecelakaan bagi pengguna, merusak

kulit dan paru-paru.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun pasal 4 tercantum: setiap orang yang melakukan kegiatan

pengelolaan bahan berbahaya dan beracun wajib mencegah terjadinya pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidup. Bahan berbahaya dan beracun adalah bahan-bahan karena

sifat, konsentrasi ataupun jumlahnya, secara langsung maupun tidak langsung dapat

mencemarkan dan merusak lingkungan sehingga membahayakan kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lainnya. Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah

menjadi dilema yang sangat menarik untuk dikaji. Berpihak pada upaya pemenuhan

kebutuhan produksi pangan sejalan dengan peningkatan perumbuhan penduduk

Indonesia, maka pada konteks pemenuhan kuantitas produksi pertanian khususnya

produk hortikultura, pestisida sudah tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem

budidaya pertaniannya. Mengingat penciptaan kultur sosial yang telah tercipta

sedemikian rupa oleh pemerintah tahun 1980-an dengan subsidi biaya penggunaan

pestisida dan pendewaan pestisida sebagai penyelamat produksi dan investasi petani.

Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap

kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang

Page 4: Pil Pestisida

4

mengandung residu pestisida. Menurut WHO, setiap setengah juta kasus pestisida

terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak kalah

pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu

sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.

Pemerintah Indonesia sejak tahun 1986 telah mengluarkan kebijakan dan tindakan yang

dapat membatasi dan mengurangi penggunaan pestisida . Kemudian pada tahun 1996

pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Mentri Kesehatan dan Mentri

Pertanian telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu

pestisida pada hasil pertanian. Namun pada kenyataannya, belum banyak pengusaha

pertanian atau petani yang perduli. Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia sering

terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. 

Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun

sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan

menjadi  luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan

kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas

keselamatan kerja  dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.

Page 5: Pil Pestisida

5

II. PESTISIDA

II.1 Pengertian Pestisida

Menurut Soemirat (2003), pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan

cida, yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk

membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pestisida mempunyai arti yang

sangat luas, yang mencakup sejumlah istilah lain yang lebih tepat, karena pestisida

lebih banyak berkenaan dengan hama yang digolongkan ke dalam senyawa racun

yang mempunyai nilai ekonomis dan diidentifikasikan sebagai senyawa kimia yang

dapat digunakan untuk mengendalikan, mencegah, menangkis, mengurangi jasad

renik pengganggu.

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang

digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit

tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian

nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,

burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan

atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep

Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk

memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk

mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang

ekonomi atau ambang kendali.

Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk

mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam

sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam

bidang kesehatan dan bidang pertanian seperti persawahan dan perkebunan. Di

bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk

Page 6: Pil Pestisida

6

meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat

diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman,

ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad

pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida

adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan

pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad

pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma.

Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu

meningkat dengan pesat.

Penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan cara disemprot, ditabur, dioles dan

lain-lain. Umumnya pestisida digunakan secara disemprot. Setelah dilakukan

penyemprotan pestisida akan dapat berada dilingkungan udara, tanah, air, tumbuhan

dan manusia.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007 tentang

Pestisida, mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad

renik serta virus yang digunakan untuk:

Memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau

hasil-hasil pertanian.

Memberantas rerumputan.

Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan.

Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman,

tidak termasuk pupuk.

Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan

ternak.

Memberantas dan mencegah hama-hama air.

Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam

rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.

Page 7: Pil Pestisida

7

Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan

pada tanaman, tanah atau air.

II.2 Jenis-jenis Pestisida

II.2.1 Berdasarkan organisme target

Pestisida dikategorikan berdasarkan jenis organisme yang populasinya akan

dikendalikan. Adapun kategori ini antara lain (Soemirat, 2003) :

- Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau

segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.

- Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.

Berfungsi untuk melawan bakteri

- Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang

berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang

hidup di akar).

- Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi

membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).

- Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti

jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.

- Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi

untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.

- Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis

lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.

- Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau

kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk

membunuh tungau atau kutu

- Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau

larva.

Page 8: Pil Pestisida

8

- Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.

Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi

burung.

- Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk

membunuh ikan.

- Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk

membunuh telur.

- Algisida, berasal dari kata alge yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang

laut. Berfungsi untuk melawan alga.

- Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun.

Berfungsi untuk membunuh rayap.

- Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk

membunuh kutu atau tuma.

- Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi

untuk membunuh pemangsa (predator).

- Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk

membunuh pohon.

Selain kategori pestisida berdasarkan akhiran –sida, beberapa pestisida kimiawi

lainnya antara lain : atraktan (zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga

menjadi tertarik sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan

menangkapnya dengan perangkap), kemosterilan (zat yang berfungsi untuk

mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang), defoliant (zat yang

dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan

pada tanaman kapas dan kedelai), desiccant (zat yang digunakan untuk

mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya), disinfektan (zat yang digunakan

untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme).

Selain itu, ada juga pestisida kimiawi berupa zat pengatur tumbuh (zat yang dapat

memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman), repellent

(zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang

Page 9: Pil Pestisida

9

lainnya, contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak

nyamuk), sterilan tanah (zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad

renik atau biji gulma), pengawet kayu (biasanya digunakan pentaclilorophenol

(PCP), stiker (zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap

angin dan hujan), surfaktan dan agen penyebar (zat untuk meratakan pestisida pada

permukaan daun), inhibitor (zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas),

dan stimulan tanaman (zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan

memastikan terjadinya buah). Pestisida yang terakhir ini, selain menguatkan

tanaman dari gangguan, dapat juga bertindak layaknya pemberi nutrien.

II.2.2 Berdasarkan tingkat toksisitas (racun) dan kegunaannya

Berdasarkan tingkat toksisitas (racun) dan kegunaannya, pestisida dikelompokkan

ke dalam empat golongan, yaitu (Soemirat, 2003):

Golongan A

Pestisida digolongkan ke dalam kelompok ini didasarkan pada fungsinya, yaitu

sebagai insektisida adalah jenis pestisida yang berfungsi mencegah dan membasmi

serangga. Insektisida juga digunakan di rumah-rumah untuk membasmi nyamuk,

kecoa, laba-laba, dan sejenisnya. Contoh insektisida: DDT, aldrin, paration,

malation, dan karbaril. Namun, saat ini penggunaan produk tersebut dalam rumah

tangga telah dibatasi. Herbisida adalah jenis pestisida yang berfungsi mencegah dan

membasmi tanaman yang merugikan petani seperti alang-alang dan rumput liar.

Contoh herbisida: 2,4–D, 2,4,5–T, pentaklorofenol, dan amonium sulfonat.

Fungisida adalah pestisida khusus untuk jamur. Selain racun bagi jamur, juga dapat

dipakai untuk racun tanaman dan racun serangga. Contoh fungisida adalah

organomerkuri dan natrium dikromat. Rodentisida adalah pestisida khusus untuk

membasmi tikus. Contoh rodentisida adalah senyawa arsen.

Page 10: Pil Pestisida

10

Golongan B

Pestisida digolongkan ke dalam golongan B didasarkan pada jenis bahan kimia yang

terkandung di dalamnya. Jenis-jenis pestisida yang digolongkan menurut cara

ini,yaitu (Tabel 1):

Tabel 1. Jenis dan bahan pestisida golongan B

Pestisida Bahan

Organik Kimia organik

Anorganik Kimia anorganik

Organoklor Senyawa karbon mengandung klor

Organofosfat Senyawa karbon mengandung fosfat

Karbamat Senyawa karbon mengandung asam karbamat

Fumigan Racun berasap

Mikrobial Bahan kimia dari mikroorganisme

Botanikal Bahan kimia tanaman

Sumber: Soemirat (2003)

Golongan C

Pestisida digolongkan ke dalam golongan C didasarkan pada pengaruhnya terhadap

hama. Beberapa jenis pestisida menurut golongan ini, yaitu (Tabel 2):

Tabel 2. Pestisida golongan C

Jenis Pengaruh

Repelant Dapat menjauhkan serangga

Defoliant Dapat menggugurkan daun

Perencat Dapat menggagalkan pertumbuhan

Sumber: Soemirat (2003)

Page 11: Pil Pestisida

11

Golongan D

Pestisida dapat juga digolongkan berdasarkan cara tindakannya terhadap hama.

Perhatikan tabel berikut (Tabel 3):

Tabel 3. Pestisida golongan D

Jenis Racun Cara Tindakan

Racun perut Membunuh jika termakan

Racun sentuh Membunuh jika menyentuh kulit

Racun sistemik Membunuh jika masuk ke dalam sistem 

organism

Racun pracambah Membunuh terhadap beni

Sumber: Soemirat (2003)

II.2.3 Berdasarkan bentuk komponen bahan aktifnya

Berdasarkan bentuk komponen bahan aktifnya, pestisida dibedakan menjadi

(Soemirat, 2003) :

Organofosfat

Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain :

Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat,

Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos.

Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida

lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila tertelan,

meskipun hanya dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kematian pada

manusia. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma

dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut

secara normal menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kholin. Pada saat

enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan

Page 12: Pil Pestisida

12

dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer.

Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada

seluruh bagian tubuh.

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul

sangat bergantung pada adanya stimulasi asetilkholin persisten atau depresi yang

diikuti oleh stimulasi saraf pusat maupun perifer. Gejala awal seperti salivasi,

lakrimasi, urinasi dan diare (SLUD) terjadi pada keracunan organofosfat secara

akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil

kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

Karbamat

Insektisida karbamat berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya

daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat,

tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Pestisida golongan karbamat ini

menyebabkan karbamilasi dari enzim asetil kholinesterase jaringan dan

menimbulkan akumulasi asetil kholin pada sambungan kholinergik neuroefektor

dan pada sambungan acetal muscle myoneural dan dalam autonomic ganglion,

racun ini juga mengganggu sistem saraf pusat.

Organoklorin

Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa

kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling popular dan

pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut

DDT. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan

keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk

manusia adalah 300-500 mg/Kg.

Page 13: Pil Pestisida

13

II.3 Peranan Pestisida

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam

bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama

untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan

rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang

pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk

pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.

Menurut Sudarmo (1991), berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida

dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan

pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk

organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan

meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan

melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane

(HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai

pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya

Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain .

Selanjutnya, menurut Sudarmo (1991), dalam bidang pertanian pestisida merupakan

sarana untuk membunuh jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian

Hama Terpadu, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang

mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk

mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya.

Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai teknologi,

seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta

usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan pada ekosistem yang sering

kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad penganggu. Cara lain untuk

mengatasi jasad penganggu selain menggunakan pestisida kadang-kadang

memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang besar dan hanya dapat dilakukan pada

kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan jasad

penganggu dan berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil Informasi

Page 14: Pil Pestisida

14

yang terperinci tentang tingkat keracunan, keberadaan dalam tanah, jalan

pengangkutan yang lebih dominan dari berbagai herbisida, insektisida dan fungisida

hendaknya diketahui. Kondisi cuaca penting diperhatikan pada saat pengaplikasian

(Loehr, 1984).

Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu

tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan

manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan

menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan

lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana

untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama,

pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian.

Prinsip penggunaannya adalah (Loehr, 1984):

Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati

efisien untuk mengendalikan hama tertentu

Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan

Tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai

Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus

memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum

Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut

Sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota

Relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)

Harga terjangkau bagi petani.

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini

belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan

penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan

pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi

masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga

meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.

Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat

penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar

Page 15: Pil Pestisida

15

dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian.

Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai

teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan

pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh

meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha

ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti

melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah

serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk

melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang

tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang

memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat

dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.

Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang

disebabkan oleh jasad pengganggu.

Menurut Said (1994), pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan

lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah pestisida sintetik, yaitu

golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa

organoklorin lebih tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka

terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai. Penyemprotan dan pengaplikasian

dari bahan-bahan kimia pertanian selalu berdampingan dengan masalah pencemaran

lingkungan sejak bahan-bahan kimia tersebut dipergunakan di lingkungan. Sebagian

besar bahan-bahan kimia pertanian yang disemprotkan jatuh ke tanah dan

didekomposisi oleh mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer

dimana akan diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah .

Page 16: Pil Pestisida

16

III. DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA

III.1 Dampak terhadap Lingkungan

Dampak penggunaan pestisida bagi lingkungan bisa dikelompokkan menjadi dua

kategori (Said, 1994):

1) Bagi lingkungan umum

Pencemaran Udara

pestisida berkontribusi sebagai polutan udara. Pestisida kimiawi yang tersuspensi ke

dalam udara yang akan dibawa oleh angin ke seluruh penjuru mampu menjadi

kontaminan yang berbahaya terhadap lingkungan. Kecepatan angin merupakan salah

satu faktor pendukung pendispersian polutan udara termasuk polutan pestisida.

Pestisida umumnya bersifat volatil. Hal inilah yang merupakan jalan bagi zat ini

untuk terdispersi ke dalam udara. Faktor lain yang amat mendukung adalah faktor

cuaca seperti angin, suhu lingkungan, dan kelembaban udara.

Pencemaran Air dan Tanah

Said (1994) mengatakan beberapa senyawa kimia penyusun pestisida adalah

kontaminan tanah yang persisten dalam arti bahwa sifat pencemarannya akan

berlangsung dalam jangka waktu yang lama bertahan di dalam tanah. Penggunaan

pestisida menurunkan biodiversitas di dalam tanah. Degradasi dan penyerapan adalah

dua faktor yang sangat mempengaruhi sifat persisten pestisida dalam tanah.

Fiksasi nitrogen dibutuhkan di dalam pertumbuhan tanaman. Insektisida seperti

DDT, methyl parathion, dan pentachlorophenol telah menunjukkan pengaruh

terhadap sinyal kimia rhizobium yang berperan dalam pengikatan nitrogen di dalam

tanah. Reduksi terhadap sinyal tersebut akan mengurangi fiksasi nitrogen sehingga

berpengaruh pada menurunnya hasil panen bila dibandingkan dengan tanah

berkualitas tanpa polutan pestisida, dimana fiksasi nitrogen berlangsung normal.

Pestisida bergerak dari lahan pertanian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa

oleh hujan atau penguapan, tertinggal, atau larut pada aliran permukaan, terdapat

pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah.

Page 17: Pil Pestisida

17

Penumpahan yang tanpa disengaja atau membuang bahan bahan kimia yang

berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di dalam

air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan

tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari

kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel-partikel tanah

Terbunuhnya organisme non target karena terpapar secara langsung.

Terbunuhnya organisme non target karena pestisida memasuki rantai makanan.

Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan

(bioakumulasi)

Pada kasus pestisida yang persisten (bertahan lama), konsentrasi pestisida dalam

tingkat trofik rantai makanan semakin keatas akan semakin tinggi (bioakumulasi).

2) Bagi lingkungan pertanian

OPT menjadi kebal terhadap suatu pestisida (timbul resistensi OPT terhadap

pestisida)

Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida

Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting maupun

hama yang sama sekali baru.

Terbunuhnya musuh alami hama.

Perubahan flora, khusus pada penggunaan herbisida.

Fitotoksik (meracuni tanaman)

III.2 Dampak terhadap Aspek Sosial

Dampak terhadap hewan

Menurut Said (1994), pestisida kimiawi memiliki dampak yang sangat besar

terhadap keberadaan biota. Hewan mengalami keracunan akibat adanya residu

pestisida tertinggal pada tanaman yang disemprot dengan pestisida. Hewan yang

berada di sekitar tanaman apabila berinteraksi dengan tanaman tersebut dari dekat

maka akan mengalami keracunan yang tidak dikehendaki. Hal yang cukup

mengkhawatirkan adalah masuknya residu pestisida ke dalam rantai makanan,

contohnya ketika seekor burung memakan serangga yang telah terkena pestisida.

Dengan sendirinya burung tersebut akan mengalami keracunan. Beberapa pestisida

Page 18: Pil Pestisida

18

dapat mengalami bioakumulasi secara permanen atau sementara pada tubuh

organisme. Hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup beberapa hewan yang gagal

dalam mempertahankan dirinya dari keracunan secara bertahap

Dampak terhadap manusia

Menurut Said (1994), pestisida masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan

yakni dengan menghirup aerosol, debu, atau uap yang mengandung pestisida.

Masuknya pestisida juga dapat melalui konsumsi bahan makanan dan air yang telah

tercemar kimia pestisida, atau dengan kontak langsung dengan bagian terluar (kulit)

yang mengakibatka iritasi serius. Tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh pestisida

bergantung kepada daya toksisitas kimiawi penyusun pestisida tersebut. Daya

toksisitas tergantung kepada tingkat kereaktifan molekul-molekul senyawa

penyusun pestisida dalam kaitannya menyerang atau merusak sel-sel hidup.

Umumnya, anak-anak lebih sensistif terhadap polutan daripada orang dewasa.

Bahaya yang diakibatkan pestisida kimiawi pada manusia antara lain : iritasi kulit,

kanker, perubahan genetik atau mutasi, bayi lahir cacat, gangguan pada peredaran

darah dan saraf, gangguan pada sistem reproduksi, CAIDS (Chemically Acquired

Deficiency Syndrom), bahkan koma dan atau kematian langsung dapat terjadi.

Pestisida yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam

kesehatan manusia adalah pestisida golongan organoklorin yang bersifat resisten.

Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi

dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan

tidak mudah terurai.

III.3 Dampak terhadap Aspek Ekonomi

Belakangan ini masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan

pertimbangan untuk diterima atau ditolak di negara importir. Negara maju

umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang

masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering di tolak di

luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah

memberitakan , ekspor cabai di Indonesia tidak dapat diterima dan akhirnya

dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas.

Page 19: Pil Pestisida

19

Diramalkan, jika masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali

hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas,

membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan tersisih serta

terpuruk di pasar global.

3.4 Dampak terhadap Kesehatan

Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia atau bahan-bahan lain

yang bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida bersifat racun. Oleh sebab sifatnya

sebagai racun itulah pestisida dibuat, dijual dan digunakan untuk meracuni OPT

(Organisme Pengganggu Tanaman). Setiap racun berpotensi mengandung bahaya.

Oleh karena itu, ketidakbijaksanaan dalam penggunaan pestisida pertanian bisa

menimbulkan dampak negatif (Gambar 1).

Gambar 1. Bahaya Pestisida Kimia

(Anonymous ,2012a)

Page 20: Pil Pestisida

20

Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja

bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun

terhadap manusia dan jasad bukan  target termasuk tanaman, ternak dan organisme

berguna lainnya.

Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan

kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan

mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat

pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan

penyemprotan. Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama

dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan.  Mereka dapat

mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau

muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi  luka, kejang-

kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut

umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja  dan kurangnya

kesadaran bahwa pestisida adalah racun.

Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun

pestisida, sehingga dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak

memperhatikan segi-segi keselamatan. Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan

saat menyemprot sering tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari

plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan

hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin, sehingga

cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida

digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat.  Kecerobohan

yang lain, penggunaan  dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi

yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan,

dengan alasan dosis yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit

tanaman.

Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui

mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk

Page 21: Pil Pestisida

21

ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan

mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis,

ketahuan setelah selang  waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan

kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat

karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik

untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang

keracunan).

Menurut Soemirat (2003), selain  keracunan langsung,  dampak negatif pestisida bisa

mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali

tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi  akibat sisa racun

(residu)  pestisida  yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi

manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut,

tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang

dikonsumsi setiap hari.  Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada

tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman

tersebut.  Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen. Adapun dampak dari

pemakaian pestisida sebagai berikut ( Said, 1994) :

Dampak Bagi Kesehatan Petani

Penggunaan pestisida bisa mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga

mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini, keracunan bisa dikelompokkan menjadi 3

kelompok, yaitu keracunan akut ringan, keracunan akut berat dan kronis. Keracunan

akut ringan menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit

dan diare. Keracunan akut berat menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut,

sulit bernapas keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat.

Selanjutnya, keracunan yang sangat berat dapat mengakibatkan pingsan, kejang-

kejang, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi

karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik.

Namun, Keracunan kronis dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan

gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan

Page 22: Pil Pestisida

22

dengan penggunaan pestisida diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran,

cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernapasan.

Dampak bagi konsumen

Dampak pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak

segera terasa. Namun, dalam jangka waktu lama mungkin bisa menimbulkan

gangguan kesehatan. Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan

keracunan akut, misalnya dalam hal konsumen mengkonsumsi produk pertanian

yang mengandung residu dalam jumlah besar.

Page 23: Pil Pestisida

23

IV. UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN PESTISIDA

Pencemaran dari residu pestisida sangat membahayakan bagi lingkungan dan

kesehatan, sehingga pelu adanya pengendalian dan pembatasan dari penggunaan

pestisida tersebut serta mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh residu

pestisida. Kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida sintetik yang mengarah

pada emasyarakatan teknologi bersih (clean technology) yaitu pembatasan

penggunaan pestisida sintetik untuk penanganan produk-produk pertanian terutama

komoditi andalan untuk eksport (Sudarmo, 1991). Dalam hal ini berbagai upaya

dilakukan untuk mengatasi dampak negatif pestissida dan mencegah pencemaran

lebih berlanjut lagi.

IV.1 Adanya Peraturan dan Pengarahan kepada Para Pengguna

Peraturan dan cara-cara penggunaan pestisida dan pengarahan kepada para

pengguna perlu dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak

mengetahui bahaya dan dampak negatif pestisida terutama bila digunakan pada

konsentrasi yang tinggi, waktu penggunaan dan jenis pestisida yang digunakan.

Kesalahan dalam pemakaian dan penggunaan pestisida akan menyebabkan

pembuangan residu pestisida yang tinggi pada lingkungan sehingga akan

menganggu keseimbangan lingkungan dan mungkin organisme yang akan

dikendalikan menjadi resisten dan bertambah jumlah populasinya.

Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam

khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif,

maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan

Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang penyimpanan dan penggunaan pestisida.

Standar keamanan untuk pengaplikasian pestisida dan pengarahan untuk

penggunaan yang aman dari pestisida, seperti cara pelarutan, jumlah (konsentrasi),

frekuensi dan periode dari aplikasi, ditentukan oleh aturan untuk meyakinkan

bahwa tingkat residu tidak melebihi dari standar yang telah ditetapkan. Keamanan

dari produk-produk pertanian dapat dijamin bila bahan-bahan kimia pertanian

diaplikasikan berdasarkan standar keamanan untuk penggunaan pestisida.

Page 24: Pil Pestisida

24

1.Penatalaksanaan penyemprotan

Pada pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan oleh

sebab itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri yang lengkap

setiap melakukan penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak

melakukan penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan

makan-minum serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai

menyemprot dianjurkan untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta

pemakain alat semprot yang baik akan menghindari terjadinya keracunan.

2.Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus

diperhatikan

Pestisida digunakan apabila diperlukan

Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan

pestisida

Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label

Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula

wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya

Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat

terserap melalui luka

Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung

tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut

lain yang diperlukan

Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang

konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum

Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila

tercium

Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida

dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan

alat khusus

Page 25: Pil Pestisida

25

Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan.

Jangan berlebih atau kurang

Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam,

kecuali dianjurkan

Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun

hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran

berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan

istirahat secukupnya

Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya

tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman

Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan

pestisida

Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan,

demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih

mungkin.

IV.2 Memahami Kelas Bahaya Pestisida

Pengguna diharapkan juga mempelajari klasifikasi dan simbol bahaya yang terdapat

pada kemasan pestisida atau pada brosur/ leaflet pestisida. (Tabel 4)

Tabel 4: Klasifikasi dan simbol bahaya pestisida

Sumber: Anonymous (2012b)

Page 26: Pil Pestisida

26

IV.3 Penggunaan Pestisida dengan Memperhatikan Kondisi Lingkungan

Untuk menghindari terjadinya pencemaran udara oleh adanya pestisida maka pada

saat penggunaan pestisida, pengguna harus memperhatikan beberapa hal yang

mampu mempengaruhi pendispersian polutan tersebut di udara. Faktor lingkungan

seperti temperatur, kecepatan dan arah angin, serta kelembaban udara, berdasarkan

sumber literatur menyebutkan bahwa faktor lingkungan tersebut sangat berperan

dalam mempercepat proses terjadinya pencemaran udara.

IV.4 Penggunaan pestisida organik

Menurut Soemirat (2003), yang dimaksud dengan pestisida organik adalah racun

bagi hama tumbuhan, terbuat dari dari bahan alami tanpa campuran zat kimia

berbahaya. Dengan penggunaan pestisida organik keselamatan ekosistim terjaga

dengan baik.

Penggunaan pestisida organik hama terusir dari tanaman petani tanpa mematikannya.

Penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan

menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Pembuatan pestisida sangat

mudah dan terbukti hemat biaya daripada penggunaan pestisida kimia.

Beberapa jenis pestisida organik yang dapat dipergunakan adalah (Anonymous,

2011):

1. Ikan Mujair. Pestisida dari ikan mujair dapat mengatasi hama pada tanaman

terong dan pare. Caranya adalah dengan menyimpan 1 kg ikan mujair di

dalam plastik selama tiga hari. Kemudian direbus dengan dua liter air selama

dua jam lalu disaring.

2. Kunyit, jahe, biji mahoni,cabe dan serai. Pembuatannya dengan dihaluskan,

diberi air, diperas dan disaring, kemudian disemprotkan pada tanaman.

Bahan-bahan diatas tidak dicampur, melainkan cukup dipilih salah satunya.

Pestisida dari mahoni untuk mengatasi hama tanaman terong dan pare.

Page 27: Pil Pestisida

27

Kunyit, jahe, serai untuk mengatasi jamur tanaman dan buah. Cabe untuk

mengatasi semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah.

3. Akar tuba. Akar tuba direbus dengan air dan disemprot kepada tanaman. Akar

tuba mengandung senyawa retenon yang bekerja sebagai racun sel yang

sangat kuat, menyebabkan serangga dan tungau berhenti makan. Kematian

serangga terjadi beberapa jama sampai beberapa hari kemudian.

4. Tembakau. Tembakau termasuk pestisida organik karena mengandung

nikotin. Daun tembakau mengandung 2-8 persen nikotin dan berperan sebagai

racun kontak bagi serangga seperti ulat perusak daun dan pengendali jamur.

Selain dengan pestisida organik buatan, pengusiran hama lalat buah dapat dilakukan

dengan pengalihan perhatian hama pada warna-warna yang disukainya. Caranya

dengan memasang warna tertentu yang bisa menarik lalat buah di sekitar tanaman.

Pertanian secara tumpang sari juga bisa menjadi alternatif mengurangi hama

tanaman tertentu.

Untuk membersihkan pestisida yang menempel pada sayuran, kita dapat melakukan

beberapa tips berikut (Anonymous, 2011) :

1. Gunakan air bersih yang matang dan mengalir untuk membersihkan sayuran.

Jangan gunakan air yang diam, karena air yang diam (direndam) justru akan

membuat racun yang sudah larut menempel lagi pada sayuran. Bilaslah sayuran

dengan air yang bersih. Dari hasil eksperimen, proses pembilasan ini dapat

menghilangkan residu pestisida mencapai 70% untuk pestisida jenis karbaril dan

50% untuk pestisida jenis DDT.

2. Pada saat mencuci sayuran, jangan lupa untuk mencuci semua bagian sayuran,

bahkan termasuk bagian dalam. Petani sering menyemprotkan pestisida ke

bagian dalam sayuran, seperti pada kubis pada bagian krop yang dimakan, untuk

mencegah hama. Buang bagian terluar dari sayuran berdaun.

3. Gunakan sikat gigi atau sikat yang lembut untuk membersihkan pestisida dari

buah dan sayur, serta tetap gunakan air yang mengalir.

Page 28: Pil Pestisida

28

4. Selain pencucian, perendaman dengan air panas (blanching) berisi garam juga

akan mengurangi kandungan pestisida.

5. Sayuran mentah mungkin mengandung residu pestisida lebih tinggi. Oleh

karenanya, masaklah dulu sayuran dengan baik. Pemasakan atau pengolahan

yang baik dalam terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida

pada sayuran.

Page 29: Pil Pestisida

29

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2011.http://indter.com/health/bahaya-pestisida-pada-sayuran-dan-buah-buahan/ . Di akses tanggal 25 Mei 2012

Anonymous, 2012. http://sehatcommunity.com/Memahami Label Pestisida .Di akses tanggal 25 Mei 2012

Loehr, R.C., 1984. Pollution Control for Agriculture, Second Edition. Academic Press,

Inc., Florida.

Menteri Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 7Tahun 2007 Tentang

Pestisida. Jakarta.

Presiden RI. Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun. Setneg, Jakarta.

Sa’id, E.G., 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua.

Agrotek. IPB. 2(1):71-72.

Soemirat, J. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press :Yogyakarta

Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Kanisius.Yogyakarta.