gambaran pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi demam · pdf filesegera diatasi akan...
TRANSCRIPT
1
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT DALAM
SWAMEDIKASI DEMAM DI RT. II DESA JANGKANG
KECAMATAN PASAK TALAWANG KABUPATEN KAPUAS
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Program Studi DIII Farmasi
Disusun oleh:
NURUL HUDA
NIM. 11.71.13208
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2014
2
ii
3
iii
4
iv
5
v
6
RINGKASAN
HUDA NURUL, 2014. Gambaran Pengetahuan Masyarakat dalam Swamedikasi
Demam di RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten
Kapuas. Program Studi DIII Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
Swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat
untuk mengatasi gejala penyakit sebelum mencari pertolongan dari tenaga
kesehatan. Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari
biasanya atau diatas 370C Demam yang disertai dengan peningkatan suhu tubuh
yang terlalu tinggi memerlukan kewaspadaan karena dapat berdampak buruk.
Demam diatas suhu 410C dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,
fisiologis dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat. Apabila Demam tidak
segera diatasi akan menyebabkan kejang demam, kerusakan otak dan bahkan
kematian.
Ketika mengalami demam, masyarakat khususnya di RT. II Desa Jangkang
Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas lebih banyak yang melakukan
swamedikasi demam dibandingkan masyarakat yang berada di RT. lainnya
dengan alasan jarak antara tempat tinggal masyarakat cukup jauh dengan
Puskesmas yang ada di desa tersebut yang mana apabila harus pergi ke Puskesmas
akan menambah waktu dan tenaga sedangkan demam yang dialami harus segera
diatasi sehingga masyarakat lebih memilih untuk swamedikasi dengan meminum
obat yang telah tersedia di rumah atau membeli obat di warung-warung terdekat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan
masyarakat dalam swamedikasi demam di RT. II Desa Jangkang Kecamatan
Pasak Talawang Kabupaten Kapuas. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti
yaitu teknik Purposive Sampling maka populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas
yang termasuk dalam umur 15-59 tahun yaitu sebanyak 85 orang dengan besarnya
sampel yaitu 70 orang. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner dengan alat pengumpul data yaitu angket dan alat
recording.
Hasil penelitian diperoleh bahwa berdasarkan karakteristik umur bahwa
semakin tinggi tingkat umur maka pengetahuan masyarakat tersebut mengenai
swamedikasi demam semakin baik pula. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin
bahwa perempuan lebih mengetahui mengenai swamedikasi demam dibandingkan
laki-laki. Berdasarkan karakteristik pendidikan bahwa pengetahuan masyarakat
yang berpendidikan rendah cukup lebih dan semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin baik pula pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi demam
tersebut. Berdasarkan karakteristik pekerjaan bahwa masyarakat yang bekerja dan
memiliki tingkat pekerjaan yang tinggi maka pengetahuan mengenai swamedikasi
demam juga semakin baik.
Kata Kunci : Pengetahuan, Masyarakat, Swamedikasi, Demam.
vi
7
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, serta berkat curahan ilmu pengetahuan-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan
Masyarakat dalam Swamedikasi Demam di RT. II Desa Jangkang Kecamatan
Pasak Talawang Kabupaten Kapuas.”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun didorong oleh keinginan untuk
mengembangkan pengetahuan yang penulis terima selama ini, dan juga untuk
memenuhi tugas akhir dan syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
pada Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Dalam penulisan atau penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak
mendapatkan kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan saran serta
petunjuk dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Bulkani, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
2. Bapak dr. Fery Iriawan, MPH. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Ibu Rabiatul Adawiyah, S. Farm., Apt. selaku Ketua Program Studi DIII
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya sekaligus selaku Dosen
Penasehat Akademik dan Pembimbing I dalam hal penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Ibu Widya Ayu V., S.Farm., Apt. selaku Pembimbing II dalam hal
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang telah
banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
8
6. Kedua orang tua, kakak, adik serta rekan-rekan mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, khususnya mahasiswa Farmasi angkatan 2011
yang turut serta membantu peneliti sehingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik konstruktif dan saran yang kreatif sebagai bahan
masukan dan referensi pembelajaran guna kesempurnaan penyusunan untuk tugas
yang akan datang. Akhir kata peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat mendatangkan manfaat bagi semua pihak yang berkenan membaca
lembar demi lembar. Amiin…
Palangka Raya, Agustus 2014
Peneliti
viii
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
LEMBAR PENGUJIAN .............................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... v
RINGKASAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Batasan Masalah ....................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
A. Pengetahuan Masyarakat ......................................................... 6
B. Swamedikasi (Self Medication) ................................................ 8
C. Demam ..................................................................................... 9
D. Kecamatan Pasak Talawang .................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 14
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 14
B. Metode Penelitian ..................................................................... 14
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 14
1. Populasi ............................................................................... 14
2. Sampel .................................................................................. 15
ix
10
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ............................... 15
1. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 15
2. Instrumen ............................................................................ 15
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 17
A. Hasil ......................................................................................... 17
B. Pembahasan ............................................................................. 23
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 31
A. Simpulan ................................................................................. 31
B. Saran ......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENELITI
x
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tipe-tipe Demam .................................................................................. 11
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Demam ........... 17
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Terapi Non
Farmakologi Demam ............................................................................ 18
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pemilihan ........
Obat Sebagai Terapi Farmakologi Demam .......................................... 20
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Aturan
Pakai Obat Sebagai Terapi Farmakologi Demam ................................ 21
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Efek Terapi
Obat Sebagai Terapi Farmakologi Demam .......................................... 22
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat Pengantar Validasi Angket ..................................................31
Lampiran 2. Lembar Validasi Angket ...............................................................33
Lampiran 3. Angket Setelah Validasi ................................................................41
Lampiran 4. Tabel Jadwal Penelitian .................................................................44
Lampiran 5. Tabel Ukuran Besarnya Sampel Menurut Krejcie dan
Morgan .........................................................................................45
Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penduduk RT II
Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten
Kapuas ...........................................................................................46
Lampiran 7. Data Penduduk RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak
Talawang Kabupaten Kapuas ........................................................47
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian.......................................................................49
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian ..........................................................50
Lampiran 10. Sampel Angket Penelitian yang Telah dijawab Oleh
Responden .....................................................................................51
Lampiran 11. Peneliti Saat Menemui Responden di Rumah ...............................54
Lampiran 12. Peneliti Saat Menjelaskan Petunjuk Menjawab Soal Angket ........55
Lampiran 13. Responden Saat Menjawab Soal-soal Angket ...............................56
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (2012), upaya
pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian
pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar
masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Upaya kesehatan di
Kalimantan Tengah belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif masih terlihat sangat kurang dibandingkan dengan upaya
kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan.
Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh
kesehatannya kembali. Pilihan untuk mengupayakan kesembuhan dari suatu
penyakit antara lain adalah dengan berobat ke dokter atau mengobati diri
sendiri (Atmoko & Kurniawati, 2009 didalam Hermawati, 2011). Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 tentang Materi Pelatihan
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga
Kesehatan bahwa swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak
dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit sebelum mencari
pertolongan dari tenaga kesehatan.
Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan
sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa
melibatkan tenaga kesehatan (Fleckenstein, dkk 2011 didalam Hermawati,
2011). Alasan lain adalah karena semakin mahalnya biaya pengobatan ke
dokter, tidak cukupnya waktu yang dimiliki untuk berobat dan kurangnya akses
1
2
ke fasilitas-fasilitas kesehatan (Atmoko & Kurniawati, 2009 didalam
Hermawati, 2011).
Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami.
Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat
yang rasional, antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak
adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat,
dan tidak adanya polifarmasi (Kristina, dkk 2008 didalam Prameshwari, 2009).
Dalam praktiknya, kesalahan penggunaan obat dalam swamedikasi
ternyata masih terjadi, terutama karena ketidaktepatan obat dan dosis obat.
Apabila kesalahan terjadi terus-menerus dalam waktu yang lama,
dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko pada kesehatan (Supardi &
Notosiswoyo, 2006 didalam Prameshwari, 2009). Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tentang Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007 bahwa pada
Provinsi Banten persentase penduduk yang melakukan pengobatan sendiri
sebesar 68,78% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan.
Beberapa penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa faktor-faktor
sosiodemografi berpengaruh terhadap tindakan swamedikasi seseorang. Salah
satunya penelitian yang dilakukan oleh Asnita tentang hubungan faktor
sosiodemografi dengan pengetahuan dan sikap tenaga kerja Indonesia tentang
penggunaan obat secara rasional. Faktor umur dan pendidikan terakhir
diketahui berhubungan secara bermakna dengan tindakan swamedikasi yang
sesuai dengan aturan (Supardi & Raharni, didalam Prameshwari, 2009). Pada
penelitian lainnya juga diperoleh hasil bahwa pendidikan, jenis kelamin dan
pekerjaaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku penggunaan
obat yang rasional pada swamedikasi. Akan tetapi, faktor pendidikan
merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya karena orang-orang dengan
pendidikan tinggi umumnya tidak mudah terpengaruh oleh iklan dan lebih
banyak membaca label pada kemasan obat sebelum mengkonsumsinya
(Kristina, dkk 2008 didalam Prameshwari, 2009).
Umumnya swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan atau
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, batuk, flu,
3
nyeri, diare dan gastritis (Supardi & Raharni, 2006 didalam Prameshwari,
2009).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1997 demam
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau diatas
37 . Demam yang disertai dengan peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi
memerlukan kewaspadaan karena dapat berdampak buruk. Demam diatas suhu
41 dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologis dan
akhirnya kerusakan susunan saraf pusat. Apabila demam tidak segera diatasi
akan menyebabkan kejang demam, kerusakan otak dan bahkan kematian
(Asmadi, 2008).
Berdasarkan Profil Kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah pada
(2012) 10 besar penyakit berdasarkan Surveilans Terpadu Penyakit (STP)
berbasis Puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah (2012) yaitu penyakit
influenza, hipertensi, diare, tipus, demam berdarah, diabetes, malaria klinis,
tersangka TBC paru, TBC paru BTA (+) dan malaria vivax. Demam memang
bukan penyakit dan tidak akan ditemukan dalam 10 besar penyakit, tetapi
demam merupakan gejala awal dari penyakit-penyakit serius seperti , demam
berdarah, malaria, influenza, tipus dan diare.
Ketika mengalami demam, masyarakat khususnya di RT. II Desa
Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas lebih banyak yang
melakukan swamedikasi demam dibandingkan masyarakat yang berada di RT.
lainnya dengan alasan jarak antara tempat tinggal masyarakat cukup jauh
dengan Puskesmas yang ada di desa tersebut yang mana apabila harus pergi ke
Puskesmas akan menambah waktu dan tenaga sedangkan demam yang dialami
harus segera diatasi sehingga masyarakat lebih memilih untuk swamedikasi
dengan meminum obat yang telah tersedia di rumah atau membeli obat di
warung-warung terdekat.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan masyarakat dalam
swamedikasi demam di RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang
Kabupaten Kapuas.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan pada latar belakang,
maka identifikasi masalah tersebut:
1. Sebagian besar masyarakat khususnya di RT. II Desa Jangkang Kecamatan
Pasak Talawang Kabupaten Kapuas lebih memilih melakukan swamedikasi
dibandingkan pergi berobat ke Puskesmas untuk mengobati penyakit yang
diderita.
2. Jarak antara tempat tinggal masyarakat di Desa Jangkang relatif jauh dengan
Puskesmas.
C. Batasan Masalah
Mengingat kompleksnya masalah yang ada, maka dalam penelitian ini
dibatasi hanya swamedikasi demam yaitu demam secara umum. Penelitian ini
hanya dilakukan terhadap masyarakat yang berada di RT. II Desa Jangkang
Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat penulis rumuskan
masalah yaitu “Bagaimanakah gambaran pengetahuan masyarakat dalam
swamedikasi demam di RT II. Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang
Kabupaten Kapuas?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat dalam
swamedikasi demam di RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang
Kabupaten Kapuas.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi pengembangan pendidikan dalam ilmu kesehatan terutama dalam
bidang pengobatan, penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai
pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi demam.
2. Bagi peneliti sebagai seorang farmasis, manfaat penelitian ini adalah
membantu untuk merubah pola pikir masyarakat mengenai cara pengobatan
sendiri demam yang tepat.
5
3. Bagi masyarakat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai pengobatan swamedikasi, juga merubah kebiasaan memilih obat
alternatif yang tidak tepat untuk mengobati penyakit demam.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan Masyarakat
1. Definisi Pengetahuan dan Masyarakat
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2003).
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah
tertentu, yang telah cukup lama dan mempunyai aturan-aturan yang
mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama (Achmadi, 2003).
Penelitian Rogers (1974) didalam Hermawati (2011) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya
apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak
akan berlangsung lama.
6
7
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a) Hubungan Umur dengan Pengetahuan
Menurut Soetjiningsih (2004) didalam Prameshwari (2009)
semakin bertambahnya umur seseorang semakin memahami dirinya dan
dapat menerima informasi mengenai berbagai hal dari berbagai sumber.
Syeima (2009), responden yang berusia di atas atau 30 tahun lebih
peduli terhadap kesehatan tiap anggota keluarga dan lebih banyaknya
pengalaman responden tentang bagaimana cara menangani nyeri pada
anggota keluarga agar mendapatkan hasil yang sempurna.
b) Hubungan Jenis Kelamin dengan Pengetahuan
Hebeeb dan Gearhart (1993) didalam Hermawati (2011) yang
menyatakan jenis kelamin berhubungan dengan perilaku pengobatan
sendiri. Tse, dkk (1999) dalam Syeima (2009), dalam penelitiannya
menemukan bahwa responden perempuan lebih banyak melakukan
pengobatan sendiri secara rasional.
c) Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan
Penelitian yang dilakukan Figueras, dkk (2000) didalam
Hermawati (2011), yang menyatakan bahwa responden berpendidikan
tinggi lebih banyak yang melakukan pengobatan sendiri secara rasional.
d) Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan
Penelitian tentang pengetahuan masyarakat mengenai obat
analgetik dan antipiretik untuk mengobati nyeri di Desa Daenaa
Kecamatan Limbo Barat berdasarkan distribusi responden menurut
pekerjaan yang paling banyak melakukan swamedikasi yaitu responden
yang tidak bekerja sebanyak 68 responden (25,9%). Hal ini terjadi karena
responden yang tidak bekerja umumnya tidak memiliki penghasilan
sendiri sehingga kebanyakan dari mereka melakukan pengobatan sendiri,
sebab dianggap lebih murah dan lebih praktis, tanpa perlu ke Dokter.
8
B. Swamedikasi (Self Medication)
1. Definisi Swamedikasi (Self Medication)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919/MENKES/PER/X/1993,
secara sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati
gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Swamedikasi dapat diartikan sebagai pengggunaan obat-obatan tanpa resep
dokter oleh masyarakat atas inisiatif penderita atau pasien (Tjay &
Rahardja, 2002).
2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi
Pelaku swamedikasi dalam ”mendiagnosis” penyakitnya, harus
mampu (Suryawati, 1997 didalam Prameshwari 2009) :
a) Mengetahui jenis obat yang diperlukan.
b) Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi
sendiri perkembangan rasa sakitnya.
c) Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan
mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan swamedikasi yang
kemudian segera minta pertolongan petugas kesehatan.
d) Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat
memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian, merupakan
suatu penyakit baru atau efek samping obat.
e) Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut, terkait
dengan kondisi seseorang.
Swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak dilakukan
masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit. Apabila
dilakukan dengan benar, maka swamedikasi merupakan sumbangan yang
sangat besar bagi pemerintah dalam hal pemeliharaan kesehatan secara
nasional (Suryawati, 1997 didalam Prameshwari 2009).
Ada beberapa aspek yang perlu diwaspadai agar pengobatan sendiri
dapat dilakukan secara bermutu yaitu tepat, aman, dan rasional. Garis
besarnya adalah sebagai berikut:
9
a. Kenali gejala penyakit atau keluhan kesehatan yang diderita.
b. Tentukan obat yang dibutuhkan untuk mengatasi keluhan tersebut:
1) Pilih produk dengan formula yang paling sederhana dengan
memperhatikan komposisi dan dosis. Secara umum komposisi tunggal
lebih dianjurkan.
2) Pilih obat yang mengandung dosis efektif, serta mencantumkan
komposisi dan jumlahnya.
3) Dianjurkan menggunakan produk generik bila tersedia.
4) Berhati-hatilah terhadap iklan yang melebihkan efek obat dibanding
produk sejenis yang lain.
5) Perhatian khusus harus diberikan untuk pemberian pada anak-anak,
terutama mengenai dosis, bentuk sediaan, dan rasa.
c. Perhatikan waktu penggunaan obat dengan kesembuhan atau berkurangnya
keluhan penyakit, bila dalam beberapa hari tidak terdapat perubahan
sebaiknya meminta bantuan dokter atau tenaga medis lainnya. Obat-obat
yang dapat diperoleh dengan mudah di toko obat atau apotek tanpa resep
dokter, dikenal sebagai obat bebas atau disebut juga golongan obat OTC
(over the counter drug)
(Suryawati, 1997 didalam Prameshwari 2009).
C. Demam
1. Definisi Demam
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997) Demam
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau
diatas 370C. Pada suhu diatas 37
0C limfosit dan makrofag menjadi lebih
aktif. Bila suhu melampaui 40-410C barulah terjadi situasi kritis yang bisa
menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tan & Rahardja,
2002). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) tentang
Kompendia Obat Bebas bahwa Demam bukan suatu penyakit tetapi hanya
merupakan gejala dari suatu penyakit.
Gejala demam dihasilkan oleh kerja sitokin yang menyebabkan
peningkatan titik patokan suhu pada pusat pengatur suhu di hipotalamus.
10
Sitokin sebagai suatu pirogen endogen (penghasil panas), dapat
menyebabkan demam dengan menghasilkan prostaglandin yang kemudian
meningkatkan titik patokan termoregulasi hipotalamus. Dengan
peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal
untuk meningkatkan suhu tubuh (Corwin, 2009 didalam Hermawati,
2011).
Demam dapat membantu suatu organisme menyingkirkan infeksi,
namun Demam tinggi dapat merusak sel terutama sel-sel di susunan saraf
pusat (Corwin, 2009 didalam Hermawati, 2011).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006,
Pilihan obat untuk mengatasi Demam pada swamedikasi adalah obat dari
golongan analgetik-antipiretik atau antiinflamasi non-steroid (AINS),
seperti Parasetamol dan Asetosal. Kedua jenis obat tersebut selain
mempunyai efek penurun panas, juga mempunyai efek pereda nyeri.
Selain kedua obat tersebut, juga dapat digunakan obat AINS lainnya yaitu
Ibuprofen. Obat-obat tersebut bekerja dengan menghambat pembentukan
prostaglandin (Corwin, 2009 didalam Hermawati, 2011). Berdasarkan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), perlu diperhatikan
bahwa obat penurun panas hanya mengurangi gejala penyakit, namun tidak
mengobati penyakit yang menyebabkan timbulnya Demam.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997) bahwa
dosis pemakaian obat penurun panas untuk dewasa umumnya adalah 3-4
kali sehari. Batas waktu pemakaian obat penurun panas pada swamedikasi
tidak lebih dari 2 hari.
2. Etiologi Demam
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), timbulnya
demam dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Penyebab Demam
oleh infeksi antara lain disebabkan oleh kuman, virus, parasit atau
mikroorganisme lain. Penyebab demam non infeksi diantaranya adalah
karena dehidrasi, trauma, alergi, dan penyakit kanker.
11
Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab
demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status
Epileptikus, koma, cedera Hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan,
2009).
3. Tipe Demam
Tipe-tipe demam yang sering dijumpai :
Tabel 2.1 Tipe-tipe Demam
No. Jenis Demam Penjelasan
1. Demam Septik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik
ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ke tingkat di atas normal
pada pagi hari
2. Demam Hektik Pada demam ini, suhu badan berangsur naik
ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ke tingkat yang normal
pada pagi hari
3. Demam Remiten Pada demam ini, suhu badan dapat turun
setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
normal
4. Demam
Intermiten
Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari
5. Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu
sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari
satu derajat.
6. Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
(Nelwan, 2009).
12
4. Penatalaksanaan Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis
terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam
bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk
menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi dua
garis besar yaitu: non-farmakologi dan farmakologi. Akan tetapi,
diperlukan penanganan demam secara langsung oleh dokter apabila
penderita dengan umur <3 bulan dengan suhu rektal >38°C, penderita
dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C, penderita dengan suhu
>40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam 48-72 jam
(Kaneshiro & Zieve, 2010 didalam Syeima, 2009).
5. Terapi Non Farmakologi Demam
Adapun yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari
penatalaksanaan demam:
a) Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan
beristirahat yang cukup.
b) Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada penderita.
c) Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan
meningkatkan kembali suhu inti.
(Kaneshiro & Zieve, 2010 didalam Syeima, 2009).
6. Terapi Farmakologi Demam
Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)
adalah Parasetamol (Asetaminofen). Sebagai antipiretik, obat Parasetamol
akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam, namun tidak
semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik apabila
digunakan secara rutin atau terlalu lama (Wilmana & Gunawan, 2007
13
didalam Hermawati 2011). Selain itu daya antipiretik obat Parasetamol
berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus,
yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat (Tan &
Rahardja, 2010).
D. Kecamatan Pasak Talawang
Kecamatan Pasak Talawang merupakan salah satu kecamatan yang
termasuk dalam wilayah Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah dengan luas
wilayah yang terdiri dari 10 (sepuluh) desa diantaranya Desa Jangkang yang
mana desa Jangkang tersebut memiliki luas wilayah yaitu 160.000 Ha, terdiri
dari RT. I sampai dengan RT. 7 dengan jumlah penduduk berdasarkan data
sensus penduduk pada tahun 2013 sampai tahun 2014 sejumlah 1.462 jiwa
terdiri dari laki-laki sebanyak 788 jiwa dan perempuan sebanyak 674 jiwa.
Jumlah Kepala Keluarga (KK.) masing-masing RT. yaitu RT. I sebanyak 50
KK., RT. II sebanyak 41 KK., RT. III sebanyak 33 KK., RT. IV sebanyak 59
KK, RT. V sebanyak 35 KK., RT. VI sebanyak 68 KK. dan RT. VII sebanyak
54 KK.
Penelitian kali ini akan dilakukan di RT II Desa Jangkang Kecamatan
Pasak Talawang Kabupaten Kapuas. Jumlah Kepala Keluarga (KK.) di RT II
sebanyak 41 KK. dengan jumlah penduduk sebanyak 136 jiwa terdiri dari
laki-laki sebanyak 74 jiwa dan perempuan sebanyak 62 jiwa. Dari sejumlah
136 jiwa tersebut peneliti hanya akan mengambil masyarakat yang tergolong
masyarakat usia produktif untuk dijadikan sampel penelitian.
Menurut Pitoyo et.al., (2013) penduduk usia produktif adalah penduduk
usia 15 hingga 59 tahun. Masyarakat di RT. II Desa Jangkang Kecamatan
Pasak Talawang Kabupaten Kapuas yang tergolong usia produktif sebanyak
85 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 44 orang dan perempuan sebanyak 41
orang.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak
Talawang Kabupaten Kapuas sejak tanggal 12 Juni sampai tanggal 31 Juli
2014 dengan waktu keseluruhan penelitian terlampir.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara
aktual dan cermat. Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuat
kategori pelaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi
(Notoatmodjo, 2002).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik purposive sampling didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri oleh peneliti (Notoatmodjo, 2007).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2003)
Dalam hal ini, yang akan menjadi populasi penelitian adalah seluruh
masyarakat di RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten
Kapuas yang termasuk dalam usia 15-59 tahun. Dalam penelitian ini besar
populasi adalah 85 orang dihitung dari banyaknya masyarakat di RT. II
Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas yang
termasuk dalam usia 15-59 tahun tersebut.
14
15
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006) “sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang akan diteliti.” Besar sampel dalam penelitian ini adalah 70
orang dengan berdasarkan ukuran besarnya sampel yang disusun oleh
Krejcie dan Morgan.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
wawancara (berpedoman pada pencatatan dengan alat recording) dan angket
(kuesioner). Pengambilan data dilakukan selama 50 hari di RT II Desa
Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas.
a) Peneliti menemui responden yang sedang berada di rumahnya masing-
masing.
b) Peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian ini, kemudian
meminta kesediaan objek penelitian untuk ikut dalam penelitian ini.
Objek penelitian memberikan persetujuan dalam bentuk lisan dan tulisan
setelah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan jaminan
kerahasiaan terhadap data yang diberikan.
c) Peneliti melakukan guidence interview terhadap kuesioner pengetahuan
masyarakat tentang swamedikasi Demam.
d) Kemudian responden mengisi kuesioner.
2. Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen atau alat pengumpul
data pada penelitian ini menggunakan kuesioner (angket) dan alat recording.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner berstuktur, berisi pertanyaan-
pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan.
Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban
yang sudah disediakan (Margono, 2003).
16
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel dengan indikator
variabel yang cukup bervariasi, untuk itu penelitian ini dianggap cukup relevan
hanya dengan menggunakan teknik datanya dengan teknik analisa presentase
setelah pengumpulan data, kemudian data diolah secara sederhana dengan
menggunakan tabel frekuensi kemudian diambil persentase menurut item
angket.
Adapun rumus persentase adalah sebagai berikut:
P = 100%
Dimana
P = Persentase
f = frekuensi
n = nilai (jumlah)
100% = Bilangan pengali tetap
(Sibagariang, 2010).
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan penelitian mengenai gambaran pengetahuan masyarakat
dalam swamedikasi berdasarkan angket yang telah disebarkan diperoleh hasil
yang dituangkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Demam
No Pertanyaan Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
1. Menurut anda manakah yang
termasuk gejala demam?
a. Suhu tubuh meningkat
sehingga badan terasa
panas
b. Suhu tubuh meningkat dan
terdapat bintik-bintik
merah pada kulit
c. Sakit kepala dan mual
d. Batuk dan pilek
70
70
70
70
58
9
1
2
82.8
12.8
1.4
2.8
2. Ketika anda demam, hal apa
yang akan anda lakukan?
a. Beli obat sendiri
b. Periksa ke mantri
c. Periksa ke dokter
d. Tidak perlu berobat
70
70
70
70
65
0
5
0
92.8
0
7.1
0
3 Menurut anda alasan apa yang
paling tepat untuk menjawab
soal No. 2?
a. Penyakit yang diderita
hanyalah demam biasa
b. Penyakit yang diderita
adalah demam Malaria
c. Demam yang diderita
adalah demam berdarah
d. Demam yang diderita
adalah demam Typus
70
70
70
70
67
0
3
0
95.7
0
4.2
0
Hasil penelitian pengetahuan masyarakat tentang demam pada soal no. 1
diperoleh sebanyak 58 orang atau 82.8% responden yang menjawab bahwa
17
18
gejala demam adalah suhu tubuh meningkat sehingga badan terasa panas,
sebanyak 9 orang atau 12.8% responden yang menjawab suhu tubuh meningkat
dan terdapat bintik-bintik merah pada kulit, sebanyak 1 orang atau 1.4%
responden yang menjawab sakit kepala dan mual dan sebanyak 2 orang atau
2.8% responden yang mejawab batuk dan pilek.
Hal yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi demam tersebut pada
soal no. 2 antara lain sebanyak 65 orang atau 92.8% responden yang memilih
beli obat sendiri dan sebanyak 5 orang atau 7.1% responden yang memilih
periksa ke dokter.
Alasan masyarakat mengenai hal yang dilakukan untuk mengatasi
demam pada soal no. 3 antara lain sebanyak 67 orang atau 95.7% responden
yang menjawab bahwa demam yang diderita hanyalah demam biasa dan
sebanyak 3 orang atau 4.2% responden yang menjawab bahwa demam yang
diderita adalah demam Malaria.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Terapi Non
Farmakologi Demam
No Pertanyaan Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
4 Apakah anda mengetahui
bagaimana cara
menggunakan kompres yang
benar ketika demam?
a. Kompres dengan air es
b. Kompres dengan air
dingin
c. Kompres dengan air
hangat
d. Kompres dengan air panas
70
70
70
70
0
57
13
0
0
81.4
18.5
0
5 Apakah anda mengetahui
tujuan minum air putih yang
banyak ketika demam?
a. Mencegah kekurangan
cairan
b. Menurunkan panas
c. Menambah nafsu makan
d. Mengurangi rasa nyeri
70
70
70
70
46
24
0
0
65.7
34.2
0
0
19
No
Pertanyaan Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
6
Apakah anda mengetahui
tujuan istirahat yang cukup
ketika demam?
a. Menghilangkan demam
b. Memulihkan kesehatan
c. Menghangatkan tubuh
d. Memelihara kesehatan
70
70
70
70
0
42
0
28
0
60
0
40
7 Apakah anda mengetahui
tujuan memakai pakaian tipis
dan selimut tebal ketika
demam?
a. Membantu menurunkan
panas
b. Menyegarkan badan
c. Mencegah panas dalam
d. Meningkatkan cairan
tubuh
70
70
70
70
67
3
0
0
95.7
4.2
0
0
8 Jika beli obat sendiri, setelah
meminum obat hal apakah
yang akan anda lakukan?
a. Kompres
b. Minum air putih yang
banyak
c. Istirahat yang cukup
d. Memakai pakaian tipis
dan selimut tebal
70
70
70
70
57
0
13
0
81.4
0
18.5
0
Pengetahuan masyarakat tentang cara terapi non farmakologi demam
menggunakan kompres pada soal no. 4 diperoleh sebanyak 57 orang atau
81.4% responden yang menjawab kompres degan air dingin sebanyak 13 orang
atau 18.5% responden yang menjawab kompres dengan air hangat.
Pengetahuan masyarakat tentang tujuan terapi non farmakologi demam
dengan minum air putih yang banyak pada soal no. 5 antara lain sebanyak 46
orang atau 65.7% responden yang menjawab untuk mencegah kekurangan
cairan dan sebanyak 24 orang atau 34.2% responden yang menjawab untuk
menurunkan panas. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan terapi non
farmakologi demam dengan beristirahat yang cukup pada soal no. 6 antara lain
20
sebanyak 42 orang atau 60% responden yang menjawab untuk memulihkan
kesehatan dan sebanyak 28 orang atau 40% responden yang menjawab untuk
menyegarkan badan.
Pengetahuan masyarakat tentang terapi non farmakologi demam dengan
memakai pakaian tipis dan selimut tebal pada soal no. 7 antara lain sebanyak
67 orang atau 95.7% responden yang menjawab untuk membantu menurunkan
panas dan sebanyak 3 orang atau 4.2% responden yang menjawab untuk
menyegarkan badan.
Penggunaan terapi non farmakologi yang digunakan masyarkat pada soal
no. 8 diperoleh sebanyak 57 orang atau 81.4% responden yang memilih
menggunakan dan sebanyak 13 orang atau 18.5% responden yang memilih
beristirahat yang cukup.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pemilihan
Obat Sebagai Terapi Farmakologi Demam
No
Pertanyaan Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
9 Ketika beli obat sendiri, obat
apakah yang akan anda
perlukan/beli untuk
mengobati demam anda?
a. Paracetamol
b. Ibuprofen
c. Amoxicillin
d. Kina
70
70
70
70
68
0
1
1
97.1
0
1.4
1.4
10 Menurut anda alasan apa yang
paling tepat untuk menjawab
soal No. 9?
a. Harganya murah
b. Mudah diperoleh/didapat
c. Sebagai obat penurun
panas
d. Aman penggunaannya
70
70
70
70
47
0
23
0
67.1
0
33
0
11
Di mana anda memperoleh
obat tersebut?
a. Puskesmas
b. Mantri
c. Bidan
70
70
70
0
0
0
0
0
0
21
No
Pertanyaan
Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
d. Warung
70 70 100
Pengetahuan masyarakat tentang terapi farmakologi demam yaitu
pemilihan obat pada soal no. 9 diperoleh sebanyak 68 orang atau 97.1%
responden yang memilih obat Paracetamol, sebanyak 1 orang atau 1.4%
memilih obat Amoxicillin dan 1 orang atau 1.4% memilih obat Kina.
Alasan yang paling tepat mengenai pemilihan obat pada soal no. 10
diperoleh sebanyak 47 orang atau 67.1% responden yang menjawab karena
harganya murah dan sebanyak 23 orang atau 33% responden yang menjawab
karena sebagai obat penurun panas.
Masyarakat memperoleh obat tersebut sebagai terapi farmakologi demam
pada soal no. 11 antara lain sebanyak 70 orang atau 100% responden yang
menjawab memperoleh obat tersebut di warung.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Aturan Pakai
Obat Sebagai Terapi Farmakologi Demam
No Pertanyaan Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
12 Bagaimana cara pakai obat
Paracetamol yang digunakan
untuk mengobati demam?
a. Diserbukkan
b. Dihisap
c. Dikunyah
d. Ditelan
70
70
70
70
0
0
0
70
0
0
0
100
13 Bagaimana aturan pakai obat
Paracetamol yang digunakan
untuk mengobati demam
tersebut?
a. 1 x sehari 1 tablet
b. 1 x sehari 2 tablet
c. 2 x sehari 1 tablet
d. 3-4 x sehari 1 tablet
70
70
70
70
0
0
13
57
0
0
18.6
81.4
14
Kapan seharusnya aturan
minum obat Paracetamol yang
digunakan untuk mengobati
22
No Pertanyaan Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
demam anda?
a. Sebelum makan
b. Sesudah makan
c. Saat makan
d. Sebelum tidur
70
70
70
70
24
46
0
0
34.2
65.7
0
0
Pengetahuan masyarakat tentang aturan pakai obat yang digunakan
sebagai terapi farmakologi demam yaitu cara pakai obat Paracetamol pada soal
no.12 diperoleh sebanyak 70 orang atau 100% responden yang menjawab
ditelan.
Pengetahuan masyarakat tentang aturan pakai obat yang digunakan
sebagai terapi farmakologi demam yaitu aturan minum obat Paracetamol pada
soal no. 13 diperoleh sebanyak 13 orang atau 18.6% responden yang menjawab
2x sehari 1 tablet dan sebanyak 57 atau 81.4% responden yang menjawab 3-4x
sehari 1 tablet.
Pengetahuan masyarakat tentang aturan pakai obat yang digunakan
sebagai terapi farmakologi demam pada soal no. 14 antara lain sebanyak 24
orang atau 34.2% responden yang menjawab sebelum makan dan sebanyak 46
orang atau 65.7% responden yang menjawab sesudah makan.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Efek Terapi
Obat Sebagai Terapi Farmakologi Demam
No Pertanyaan Jumlah
sampel
Frekuensi
jawaban
Persentase
(%)
15 Jika dalam waktu lebih dari 3
hari setelah meminum obat
ternyata demam anda masih
belum sembuh, apa yang akan
anda lakukan?
a. Periksa ke puskesmas
b. Berhenti meminum obat
tersebut
c. Pergi ke dukun
d. Membeli obat lain
70
70
70
70
69
1
0
0
98.5
1.4
0
0
Pengetahuan masyarakat tentang efek terapi obat sebagai terapi
farmakologi demam pada soal no. 15 diperoleh sebanyak 69 orang atau 98.5%
23
yang memilih periksa ke Puskesmas apabila lebih dari 3 hari setelah meminum
obat ternyata demam yang diderita masih belum sembuh dan hanya 1 orang
atau 1.4% responden yang memilih berhenti meminum obat tersebut.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di RT. II Desa Jangkang Kecamatan Pasak
Talawang Kabupaten Kapuas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
menyebarkan angket yang berisi 15 butir pertanyaan terhadap 70 responden
yang menjadi sampel kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap
responden tersebut untuk mendapatkan alasan masing-masing jawaban dari
pertanyaan angket. Setelah menjawab pertanyaan angket, hanya sebanyak 53
responden yang bersedia untuk diwawancara sedangkan 17 responden lainnya
tidak bersedia dikarenakan keterbatasan kemampuan komunikasi dan waktu
yang diberikan oleh responden tersebut.
Hasil penelitian pengetahuan masyarakat tentang demam pada soal no. 1
diperoleh lebih banyak responden menjawab bahwa gejala demam adalah suhu
tubuh meningkat sehingga badan terasa panas dengan alasan gejala yang lebih
sering dialami ketika demam adalah suhu tubuh meningkat dan badan terasa
panas sedangkan gejala lainnya sangat jarang dialami yaitu sebanyak 58 orang
atau 82.8% responden selain itu, sebanyak 9 orang atau 12.8% responden yang
menjawab suhu tubuh meningkat dan terdapat bintik-bintik merah pada kulit
dengan alasan demam yang diderita adalah gejala dari penyakit Malaria,
sebanyak 1 orang atau 1.4% responden yang menjawab sakit kepala dan mual
dengan alasan apabila mengalami demam selalu disertai sakit kepala dan mual
serta sebanyak 2 orang atau 2.8% responden yang menjawab batuk dan pilek
dengan alasan batuk dan pilek adalah gejala demam yang paling sering dialami.
Hal yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi demam
pada soal no. 2 adalah sebanyak 65 orang atau 92.8% responden yang memilih
beli obat sendiri dengan alasan demam yang dialami hanyalah demam biasa
selain itu obat yang diperlukan untuk mengobati demam telah tersedia di
rumah sehingga tidak perlu berobat ke dokter ataupun mantri dan sebanyak 5
24
orang atau 7.1% responden yang memilih periksa ke dokter dengan alasan
dokter dianggap lebih banyak mengetahui dan memang menjadi kebiasaan
apabila demam maka berobat ke dokter.
Alasan masyarakat mengenai hal yang dilakukan untuk mengatasi
demam pada soal no. 3 adalah sebanyak 67 orang atau 95.7% responden yang
menjawab bahwa demam yang diderita hanyalah demam biasa dan sebanyak 3
orang atau 4.2% responden yang menjawab bahwa demam yang diderita adalah
demam Malaria.
Pengetahuan masyarakat tentang cara terapi non farmakologi demam
menggunakan kompres pada soal no. 4 diperoleh sebanyak 57 orang atau
81.4% responden yang menjawab kompres dengan air dingin karena
berdasarkan informasi dari tetangga dan sebanyak 13 orang atau 18.5%
responden yang menjawab kompres dengan air hangat karena berdasarkan
informasi dari orang tua terdahulu selain itu kompres menggunakan air hangat
lebih efektif untuk mengeluarkan keringat sehingga cepat menurunkan panas.
Pengetahuan masyarakat tentang tujuan terapi non farmakologi demam
dengan minum air putih yang banyak pada soal no. 5 adalah sebanyak 46 orang
atau 65.7% responden yang menjawab untuk mencegah kekurangan cairan
dengan alasan ketika demam akan sering merasa haus dan ditakutkan dapat
mengakibatkan dehidrasi sehingga diperlukan air putih yang banyak untuk
mencegah kekurangan cairan dan sebanyak 24 orang atau 34.2% responden
yang menjawab untuk menurunkan panas dengan alasan dengan minum air
putih yang banyak maka suhu panas dalam tubuh akan keluar bersama
keringat.
Pengetahuan masyarakat tentang tujuan terapi non farmakologi demam
dengan beristirahat yang cukup adalah sebanyak 42 orang atau 60% responden
yang menjawab untuk memulihkan kesehatan istirahat yang cukup mampu
mengembalikan tubuh untuk beraktivitas kembali dan sebanyak 28 orang atau
40% responden yang menjawab untuk menyegarkan badan dengan alasan
setelah beristirahat ketika demam maka suhu panas dalam tubuh menjadi
berkurang dan berkeringat.
25
Penggunaan terapi non farmakologi yang paling banyak dilakukan oleh
masyarakat adalah sebanyak 57 orang atau 81.4% responden yang memilih
menggunakan kompres dengan alasan berdasarkan kebiasaan dan sebanyak 13
orang atau 18.5% responden yang memilih beristirahat yang cukup dengan
alasan bahwa istirahat yang cukup akan cepat memulihkan kesehatan tubuh.
Distribusi frekuensi dan persentase responden mengenai pengetahuan tentang
terapi non farmakologi demam dapat dilihat pada tabel 4.6.
Pengetahuan masyarakat tentang terapi farmakologi demam yaitu
pemilihan obat pada soal no. 9 diperoleh sebanyak 68 orang atau 97.1%
responden yang memilih obat Paracetamol dengan alasan obat tersebut sangat
efektif untuk mengobati demam yang dialami selain itu karena harganya murah
dan sebagai obat penurun panas, sebanyak 1 orang atau 1.4% memilih obat
Amoxicillin dengan alasan obat tersebut mampu mengurangi rasa nyeri ketika
demam dan 1 orang atau 1.4% memilih obat Kina dengan alasan bahwa demam
yang dialami merupakan gejala dari penyakit Malaria sehingga obat Kina
dirasa paling sesuai untuk demam yang dialami.
Alasan yang paling tepat menurut responden mengenai pemilihan obat
pada soal no. 10 adalah sebanyak 47 orang atau 67.1% responden yang
menjawab karena harganya murah dan sebanyak 23 orang atau 33% responden
yang menjawab karena sebagai obat penurun panas.
Masyarakat memperoleh obat tersebut sebagai terapi farmakologi demam
pada soal no. 11 adalah sebanyak 70 orang atau 100% responden yang
menjawab memperoleh obat tersebut di warung dengan alasan bahwa obat
tersebut tersedia di warung-warung terdekat sehingga tidak perlu ke Puskesmas
selain itu karena letak Puskesmas cukup jauh. Distribusi frekuensi dan
persentase responden mengenai pengetahuan tentang pemilihan obat sebagai
terapi farmakologi demam dapat dilihat pada tabel 4.7.
Pengetahuan masyarakat tentang aturan pakai obat yang digunakan
sebagai terapi farmakologi demam yaitu cara pakai obat Paracetamol pada soal
no. 12 diperoleh sebanyak 70 orang atau 100% responden yang menjawab
26
ditelan berdasarkan aturan atau informasi dari dokter atau mantri selain itu
berdasarkan informasi dari tetangga.
Pengetahuan masyarakat tentang aturan pakai obat yang digunakan
sebagai terapi farmakologi demam obat Paracetamol pada soal no. 13 diperoleh
sebanyak 13 orang atau 18.6% responden yang menjawab 2x sehari 1 tablet
berdasarkan informasi dari tetangga dan sebanyak 57 atau 81.4% responden
yang menjawab 3-4x sehari 1 tablet berdasarkan informasi dari dokter ataupun
mantri.
Pengetahuan masyarakat tentang aturan pakai obat yang digunakan
sebagai terapi farmakologi demam yaitu aturan minum obat Paracetamol pada
soal no. 14 diperoleh sebanyak 46 orang atau 65.7% responden yang menjawab
sesudah makan berdasarkan informasi dari dokter ataupun mantri dan sebanyak
24 orang atau 34.2% responden yang menjawab sebelum makan berdasarkan
informasi dari tetangga. Distribusi frekuensi dan persentase responden
mengenai pengetahuan tentang pemilihan obat sebagai terapi farmakologi
demam dapat dilihat pada tabel 4.8.
Pengetahuan masyarakat tentang efek terapi obat sebagai terapi
farmakologi demam pada soal no. 15 diperoleh sebanyak 69 orang atau 98.5%
yang memilih periksa ke Puskesmas apabila lebih dari 3 hari setelah meminum
obat ternyata demam yang diderita masih belum sembuh dengan alasan bahwa
demam yang dialami perlu diperiksa lebih lanjut karena dikhawatirkan ada
indikasi penyakit lain yang lebih serius dan hanya 1 orang atau 1.4% responden
yang memilih berhenti meminum obat tersebut dengan alasan bahwa obat
tersebut mungkin memiliki khasiat yang kurang efektif untuk mengobati
demam yang dialami. Distribusi frekuensi dan persentase responden mengenai
pengetahuan tentang efek terapi obat sebagai terapi farmakologi demam dapat
dilihat pada tabel 4.9.
Pengetahuan masyarakat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil
observasi dari peneliti bahwa masyarakat khususnya di RT. II Desa Jangkang
Kecamatan Pasak Talawang lebih banyak yang tergolong berusia produktif
27
(15-59 tahun) dan berdasarkan pengalaman dari peneliti sendiri masyarakat
tersebut lebih banyak melakukan swamedikasi untuk mengatasi demam dengan
alasan penyakit masih ringan. Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan
diperoleh masyarakat yang tergolong berusia 20-54 tahun dan berusia 55-59
tahun pengetahuannya lebih baik dibandingkan masyarakat yang berusia 15-19
tahun artinya semakin tinggi tingkat umur responden maka pengetahuan
masyarakat mengenai swamedikasi demam juga semakin baik pula. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian gambaran pengetahuan dan
karakteristik masyarakat RW. 08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat tentang
pengobatan sendiri terhadap nyeri menggunakan obat anti nyeri yang dilakukan
Syeima (2009), responden yang berusia di atas atau 30 tahun lebih peduli
terhadap kesehatan tiap anggota keluarga dan lebih banyaknya pengalaman
responden tentang bagaimana cara menangani nyeri pada anggota keluarga
agar mendapatkan hasil yang sempurna.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh jenis
kelamin perempuan lebih banyak yang melakukan swamedikasi untuk
mengatasi demam dan lebih sering berkonsultasi dengan dokter ataupun mantri
serta mencari informasi dari tetangga ataupun orang terdekat mengenai
swamedikasi demam tersebut dikarenakan perempuan lebih peduli terhadap
kesehatan diri dan keluarganya. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih mengetahui dibandingkan
laki-laki mengenai pengetahuan masyarakat dalam swamedikasi demam
walaupun jumlah responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin lebih
banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut dapat dipengaruhi bahwa
sebagian besar perempuan adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) dan apabila salah
satu anggota keluarga menderita sakit maka Ibu Rumah Tangga tersebutlah
yang lebih sering melakukan swamedikasi terutama swamedikasi demam
sehingga mendorong keingintahuan untuk mencari informasi yang benar terkait
swamedikasi demam tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Hebeeb dan Gearhart (1993), yang menyatakan jenis kelamin
berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri. Tse, et. al., (1999), dalam
28
penelitiannya menemukan bahwa responden perempuan lebih banyak
melakukan pengobatan sendiri secara rasional karena perempuan cenderung
lebih berhati-hati dalam melakukan pengobatan dibandingkan laki-laki dan
akan lebih memilih untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter terkait
dengan obat yang digunakannya (Lefterova & Getov, 2004).
Faktor lain adalah pendidikan dan pekerjaan dimana masyarakat di RT. II
Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang berdasarkan hasil observasi bahwa
lebih banyak yang memiliki latar belakang pendidikan rendah yaitu SMP dan
SMA, masyarakat tersebut lebih banyak melakukan swamedikasi demam
dengan membeli obat di warung-warung terdekat dengan alasan mudah
dijangkau tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ataupun mantri,
namun berdasarkan angket yang telah disebarkan menunjukkan bahwa
responden dengan latar belakang pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi
pengetahuannya lebih baik dibandingkan yang berpendidikan SD ataupun SMP
artinya semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin tinggi pula
pengetahuannya mengenai swamedikasi demam. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Figueras, dkk. (2000), yang menyatakan
bahwa responden berpendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan
pengobatan sendiri secara rasional.
Berdasarkan hasil observasi bahwa masyarakat di RT. II Desa Jangkang
Kecamatan Pasak Talawang karakteristik pekerjaan masyarakat lebih banyak
sebagai pedagang dan juga karyawan di perusahaan, waktu lebih banyak
digunakan untuk bekerja sehingga masyarakat tersebut cenderung memilih
berobat sendiri menggunakan obat yang telah tersedia di rumah atau tempat dia
bekerja. Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan menunjukkan bahwa
responden dengan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga dan responden dengan
pekerjaan swasta lebih mengetahui dibandingkan responden yang yang tidak
bekerja .
Hasil penelitian yang telah dilakukan di RT. II Desa Jangkang
Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas tersebut kemudian disesuaikan
lagi dengan sudut pandang tenaga kesehatan yang ada di Desa Jangkang
29
Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas tersebut. Wawancara
dilakukan terhadap salah satu staf Puskesmas RT. II Desa Jangkang Kecamatan
Pasak Talawang Kabupaten Kapuas. Hasil wawancara tersebut menerangkan
bahwa dari faktor umur, masyarakat dengan tingkat umur yang rendah
disebabkan karena tingkat umur tersebut tergolong belum produktif penuh
artinya secara umum pola pikir masyarakat tersebut masih belum matang
sehingga akan mempengaruhi cara tanggap untuk mengatasi demam yang
dialami. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin bahwa biasanya laki-laki akan
mengatasi demam dengan kurang mencari informasi terlebih dahulu ke dokter
ataupun membaca pada label obat tersebut sehingga kemungkinan pengobatan
yang tidak rasional. Karakteristik pendidikan dan pekerjaan tidak terlalu
berbeda jauh, apabila orang dengan pendidikan rendah dan pekerjaan yang
rendah pula maka orang tersebut hanya akan mengatasi demam nya sendiri
tanpa konsultasi terlebih dahulu ke dokter sehingga kemungkinan pengobatan
yang tidak rasional.
30
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa masyarakat di RT. II
Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang telah mengetahui tentang
swamedikasi demam baik terapi non farmakologi demam ataupun terapi
farmakologi demam.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kefarmasian
Diharapkan mampu memandu masyarakat dalam berswamedikasi dengan
memberikan informasi-informasi penting terkait pemilihan obat, aturan
pakai ataupun cara pakai obat dalam swamedikasi demam
2. Bagi Masyarakat
Lebih mampu meningkatkan pengetahuan mengenai swamedikasi demam
dan perlu mencari informasi-informasi mengenai swamedikasi demam
baik dari tenaga kesehatan maupun sumber informasi lain yang benar.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2003. dalam jurnal penelitian Risda Yanti: Gambaran Pengetahuan
Masyarakat dalam Swamedikasi Demam di Daerah Kertak Hanyar Km 8
RT 05 RW. 02
http://www.scribd.com/doc/174697587/Presentation-1, (diakses pada
tanggal 12 Maret 2014).
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta :
Jakarta
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Salemba Medika : Jakarta.
Atmoko, W. & Kurniawati, I. 2009. Swamedikasi: Sebuah Respon Realistik
Perilaku Konsumen di Masa Krisis. Volum 2, 3, 233-247.dalam jurnal
penelitian Dian Hermawati : Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung
di dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok
https://www.google.co.id/webhp?tab=ww&ei=8imyU8aFCM-
VuASR_4GwBA&ved=0CA4Q1S4#q=jurnal+penelitian+dian+hermawati+
pdf (diakses tanggal 26 Juni 2014).
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi (edisi ke-3): EGC. Jakarta, dalam
jurnal penelitian Dian Hermawati : Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung
di dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok
https://www.google.co.id/webhp?tab=ww&ei=8imyU8aFCM-
VuASR_4GwBA&ved=0CA4Q1S4#q=jurnal+penelitian+dian+hermawati+
pdf (diakses tanggal 26 Juni 2014).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Kompendia Obat Bebas:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Bebas Terbatas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
:Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Profil Kesehatan Indonesia
2007, dalam Jurnal penelitian Puri Prameshwari : Gambaran Pengetahuan
dan Karakteristik Tentang Penggunaan Obat Antidiare sebagai Self
Medication pada Masyarakat Kelurahan Pisangan Barat, Kecamatan
Ciputat, RW 08 Tahun 2009
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Riset%20PURI.pdf(diakses
tanggal 25 Juni 2014).
32
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-undangNomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta
Figueras, A., Caamano, F., Gestal-Otero, J. J. 2000. Sociodemographic Factors
Related To Selfmedication. European Journal of Epidemiology. Dalam
jurnal penelitian Dian Hermawati : Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung
di dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok
https://www.google.co.id/webhp?tab=ww&ei=8imyU8aFCM-
VuASR_4GwBA&ved=0CA4Q1S4#q=jurnal+penelitian+dian+hermawati+
pdf (diakses tanggal 24 Juni 2014).
Fleckenstein, A.E., Hanson, G. R. & Venturelli, P. J. 2011. Drugs and society (11
thed). Jones and Bortlett Publisher : USA, dalam jurnal penelitian Dian
Hermawati : Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan
Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung di dua Apotek
Kecamatan Cimanggis, Depok
https://www.google.co.id/webhp?tab=ww&ei=8imyU8aFCM-
VuASR_4GwBA&ved=0CA4Q1S4#q=jurnal+penelitian+dian+hermawati+
pdf (diakses tanggal 24 Juni 2014).
Hebeeb, G. E., dan Gearhart, J. G.1993. Common Patient Symptoms: Patterns Of
Self-Treatment and Prevention. Dalam jurnal penelitian Corina Nur Syeima
: Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik Masyarakat RW 08 Kelurahan
Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan Sendiri Terhadap Nyeri
Menggunakan Obat Antinyeri.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Skripsi%20%20Corin.pdf, (diakses
tanggal 13 Maret 2014).
Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. Dalam jurnal
penelitian Corina Nur Syeima : Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik
Masyarakat RW 08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan
Sendiri Terhadap Nyeri Menggunakan Obat Antinyeri.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Skripsi%20%20Corin.pdf, (diakses
tanggal 13 Maret 2014).
Kimin, A. 2007. Penyebab Pengobatan Tak Rasional. Dalam jurnal penelitian
Corina Nur Syeima : Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik
Masyarakat RW 08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan
Sendiri Terhadap Nyeri Menggunakan Obat Antinyeri.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Skripsi%20%20Corin.pdf,
(diaksestanggal 13 Maret 2014).
33
Kristina, SA., Prabandari, YS. dan Sudjaswadi, R. 2008. Perilaku Pengobatan
Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan
Cangkringan Kabupaten Sleman,dalam jurnal penelitian Puri Prameshwari :
Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik Tentang Penggunaan Obat
Antidiare sebagai Self Medication pada Masyarakat Kelurahan Pisangan
Barat, Kecamatan Ciputat, RW 08 Tahun 2009
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Riset%20PURI.pdf(diakses
tanggal 25 Juni 2014).
Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta
Nelwan. 2009. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi,
B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
dalam Jilid III. Edisi 5. Interna Publishing, 2767-2768 : Jakarta
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta
. 2010. Metode penelitian . Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta
Pitoyo, A. J. 2013. Menjadi Produktif di Usia Produktif. Direktorat Kerjasama
Pendidikan Kependudukan BKKBN : Jakarta
Prameshwari, P. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik tentang
Penggunaan Obat Antidiare Sebagai Self Medication pada Masyarakat
Kelurahan Pisangan Barat, Kecamatan Ciputat, RW 08 tahun 2009:
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Riset%20PURI.pdf (diakses
tanggal 20 Juni 2014).
Rogers. 1974. Penelitian Tentang Perubahan Perilaku Masyarakat, dalam jurnal
penelitian Corina Nur Syeima : Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik
Masyarakat RW 08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan
Sendiri Terhadap Nyeri Menggunakan Obat Antinyeri.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Skripsi%20%20Corin.pdf,
(diakses tanggal 13 Maret 2014).
Sibagariang, E. E. 2010. Metodologi Penelitian untuk Mahasiswa Diploma
Kesehatan. Trans Info Media : Jakarta
34
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta, dalam jurnal
penelitian Puri Prameshwari : Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik
Tentang Penggunaan Obat Antidiare sebagai Self Medication pada
Masyarakat Kelurahan Pisangan Barat, Kecamatan Ciputat, RW 08 Tahun
2009
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Riset%20PURI.pdf (diakses
tanggal 5 Maret 2014).
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Rineka Cipta :
Jakarta
Supardi, S. &Notosiswoyo, M. 2006. Pengaruh Penyuluhan Obat Menggunakan
Leaflet Terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri di Tiga Kelurahan Kota
Bogor. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan vol. 9, 4, 213-219, dalam jurnal
penelitian Dian Hermawati : Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung
di dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok
https://www.google.co.id/webhp?tab=ww&ei=8imyU8aFCM-
VuASR_4GwBA&ved=0CA4Q1S4#q=jurnal+penelitian+dian+hermawati+
pdf (diakses tanggal 24 Juni 2014).
Supardi, S. & Raharni. 2006. Penggunaan Obat yang Sesuai Dengan Aturan
dalam Pengobatan Sendiri Keluhan Demam, Sakit Kepala, Batuk dan Flu,
dalam jurnal penelitian Dian Hermawati : Pengaruh Edukasi Terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Pengunjung di dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok
https://www.google.co.id/webhp?tab=ww&ei=8imyU8aFCM-
VuASR_4GwBA&ved=0CA4Q1S4#q=jurnal+penelitian+dian+hermawati+
pdf (diakses tanggal 24 Juni 2014).
Suryawati, S. 1997. Etika Promosi Obat Bebas dan Bebas Terbatas, disampaikan
dalam Simposium Nasional Obat Bebas dan Bebas Terbatas, dalam jurnal
penelitian Corina Nur Syeima : Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik
Masyarakat RW 08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan
Sendiri Terhadap Nyeri Menggunakan Obat Antinyeri.
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Skripsi%20%20Corin.pdf,
(diaksestanggal 13 Maret 2014).
Syeima, C. N. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik Masyarakat RW
08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat Tentang Pengobatan Sendiri
Terhadap Nyeri Menggunakan Obat Antinyeri. Universitas Islam Negeri,
Syarif Hidayatullah : Jakarta
http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Skripsi%20%20Corin.pdf (diakses
tanggal 20 Juni 2014).
35
Tjay, H.T dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo:
Jakarta
Wilmana, P. F., & Gunawan, S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi : Edisi V.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta
31
Lampiran 1. Surat Pengantar Validasi Angket
32
33
Lampiran 2. Lembar Validasi Angket
34
35
36
37
38
39
40
41
Lampiran 3. Angket Setelah Validasi
Angket tentang Pengetahuan Masyarakat dalam Swamedikasi Demam
di RT II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas
I. Identitas Responden
Nama (Inisial) :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Pendidikan terakhir : SD – SMP – SMA – Perguruan Tinggi
Pekerjaan :
II. Pertanyaan
1. Menurut anda manakah yang termasuk gejala Demam berikut ini?
e. Suhu tubuh meningkat sehingga badan terasa panas
f. Suhu tubuh meningkat dan terdapat bintik-bintik merah pada kulit
g. Sakit kepala dan mual
h. Batuk dan pilek
2. Ketika anda demam, hal apa yang akan anda lakukan?
c. Beli obat sendiri b. Periksa ke mantri
c. Periksa ke dokter d. Tidak perlu minum obat
3. Menurut anda alasan apa yang paling tepat untuk menjawab soal No. 2?
e. Demam yang diderita hanyalah Demam biasa
f. Demam yang diderita adalah Demam Malaria
g. Demam yang diderita adalah Demam Berdarah
h. Demam yang diderita adalah Demam Typus
4. Apakah anda mengetahui bagaimana cara menggunakan kompres yang
benar ketika Demam?
c. Kompres dengan air es b. Kompres dengan air dingin
e. Kompres dengan air hangat d. Kompres dengan air panas
42
5. Apakah anda mengetahui tujuan minum air putih yang banyak ketika
Demam?
a. Mencegah kekurangan cairan
b. Menurunkan panas
c. Menambah nafsu makan
d. Mengurangi rasa nyeri
6. Apakah anda mengetahui tujuan istirahat yang cukup ketika Demam bagi?
a. Menghilangkan Demam b. Memulihkan kesehatan
c. Menghangatkan tubuh d. Memelihara kesehatan
7. Apakah anda mengetahui tujuan memakai pakaian tipis dan selimut tebal
ketika Demam?
a. Membantu menurunkan panas
b. Menyegarkan badan
c. Mencegah panas dalam
d. Meningkatkan cairan tubuh
8. Jika berobat sendiri, setelah meminum obat hal apakah yang akan anda
lakukan?
e. Kompres b. Minum air putih yang banyak
c. Istirahat yang cukup d. Memakai pakaian tipis dan selimut tebal
9. Ketika beli obat sendiri, obat apakah yang akan anda perlukan/beli untuk
mengobati Demam anda?
e. Paracetamol b. Ibuprofen c. Amoxicillin d. Kina
10. Menurut anda alasan apa yang paling tepat untuk menjawab soal No. 9?
e. Harganya murah
f. Mudah diperoleh/didapat
g. Sebagai obat penurun panas
h. Aman penggunaannya
11. Di mana anda memperoleh obat tersebut?
e. Puskesmas b. Mantri c. Bidan d. Warung
12. Bagaimana cara pakai obat Paracetamol yang digunakan untuk
mengobati Demam?
43
e. Diserbukkan b. Dihisap c. Dikunyah d. Ditelan
13. Bagaimana aturan pakai obat Paracetamol yang digunakan untuk
mengobati Demam tersebut?
e. 1 x sehari 1 tablet b. 1 x sehari 2 tablet
c. 2 x sehari 1 tablet d. 3-4 x sehari 1 tablet
14. Kapan seharusnya aturan minum obat Paracetamol yang digunakan untuk
mengobati Demam anda?
e. Sebelum makan b. Sesudah makan
c. Saat makan d. Sebelum tidur
15. Jika dalam waktu lebih dari 3 hari setelah meminum obat ternyata
Demam anda masih belum sembuh, apa yang akan anda lakukan?
e. Periksa ke puskesmas b. Berhenti meminum obat tersebut
c. Pergi ke dukun d. Membeli obat lain
Jangkang, Juli 2014
Responden
……………………….
44
Lampiran 4. Tabel Jadwal Penelitian
No
.
Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
Agustus
1. Judul keluar X
2. Menyusun
proposal
X X X X X X X X X X X
3. Pelaksanaan
penelitian
X X X X X X X
4 Laporan
hasil
penelitian
X
45
Lampiran 5. Tabel Ukuran Besarnya Sampel Menurut Krejcie dan Morgan
Populasi
(N)
Sampel
(n)
Populasi
(N)
Sampel
(n)
Populasi
(N)
Sampel
(n)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384
(Sumanto, 1995).
46
Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Penduduk RT II
Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang Kabupaten Kapuas
47
Lampiran 7. Data Penduduk RT II Desa Jangkang Kecamatan Pasak Talawang
Kabupaten Kapuas
48
49
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
50
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian
51
Lampiran 10. Sampel Angket Penelitian yang Telah dijawab Oleh
Responden
52
53
54
Lampiran 11. Peneliti Saat Menemui Responden di Rumah
55
Lampiran 12. Peneliti Saat Menjelaskan Petunjuk Menjawab Soal Angket
56
Lampiran 13. Responden Saat Menjawab Soal-soal Angket