fungsi hukum kesehatan

Upload: durian-arms

Post on 09-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fungsi

TRANSCRIPT

Sejak tahun lima puluhan, hukum kesehatan mulai berkembang sebagai pengkhususan dari ilmu hukum, terutama di Negara Belanda dan Perancis. Sesudah itu barulah Amerika Serikat menyusul mengembangkan pengkhususan dari ilmu hukum tersebut. Menurut Leenen, usaha pengembangan tersebut dilator belakangi oleh:1. Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran yang semakin hari semakin memperlihatkan adanya bentuk intervensi terhadap jasmani dan rohani seseorang, sehingga mempengaruhi integritas fisik dan mental.2. Berubahnya dunia kedokteran menjadi lembaga birokratik, dimana hubungan personal cenderung menurun.3. Semakin diterimanya gagasan mengenai hak azasi manusia sebagai landasan bagi kebijakan hukum dan kebijakan social sehingga menyebabkan timbulnya benturan antara birokrasi pelayanan kesehatan, adanya campur tangan yang mendalam dari tindakan medic dan semakin tingginya kesadaran pasien akan hak-haknya.Adanya kondisi seperti ini mendorong para pembuat undang-undang untuk menyusun perundang-undangan dibidang pelayanan kesehatan. Motif pembentukan undang-undang dibidang pelayanan kesehatan menurut Van Der Mijn adalah sebagai berikut:1. Kebutuhan akan pengaturan pemberian jasa keahlian2. Kebutuhan akan tingkat kualitas keahlian3. Kebutuhan akan keterarahan4. Kebutuhan akan pengendalian biaya5. Kebutuhan akan kebebasan warga masyarakatuntuk menentukan kepentingannya dan identifikasi kewajiban pemerintah6. Kebutuhan pasien akan perlindungan hukum7. Kebutuhan para ahli akan perlindungan hukum8. Kebutuhan pihak ketiga akan perlindungan hukum9. Kebutuhan akan perlindungan bagi kepentingan umumHak asasi manusia yang berhubungan dengan kesehatan manusia dimulai dari tiga hak asasi, yaitu :1. The right to health care ( Hak untuk mendapat pelayanan kesehatan )2. The right to self determination ( hak untuk menentukan nasib sendiri )3. The right for information ( Hak untuk mendapat informasi )Pengelompokkan Hukum KesehatanBerdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:1) Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu antara lain :a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU No 36/2009 tentang Kesehatanb. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteranc. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakitd. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatane. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi, dan lain sebagainya.

2) Hukum Kesehatan yang tidak secara langsung terkait dengan pelayanan Kesehatan antara lain:a. Hukum PidanaPasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyebabkan pasien mengalami cacat, gangguan fungsi organ tubuh atau kematian akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukannya.b. Hukum Perdata.Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Misalnya Pasal 1365 KUHPerd. mengatur tentang kewajiban hukum untuk mengganti kerugian yang dialami oleh pasien akibat adanya perbuatan wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasienc. Hukum Administrasi Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan yang melanggar hukum adminstrasi yang menyebabkan kerugian pada pada pasien menjadi tanggung jawab hukum dari penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut 3) Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasionala Konvensib Yurisprudensic Hukum Kebiasaan4) Hukum Otonomia. Perda (Peraturan Daerah) tentang kesehatanb. Kode etik profesiTujuan hukum kesehatanTujuan hukum kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terpenuhi dan terlindungi. Dengan demikian jelas terlihat bahwa tujuan hukum kesehatanpun tidak akan banyak menyimpang dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat dari bidang kesehatan sendiri yang mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak kepentingan harus dapat diakomodir dengan baik. Kembali dengan tujuan hukum yang pertama yaitu menciptakan tatanan atau ketentuan, sektor atau bidang kesehatan telah memiliki payung hukum yang cukup untuk bisa menjalankan proses kerja di bidang kesehatan jika semua ketentuan perundang-undangnya dilaksanakan dengan baik dan menjalin saling pengertian diantara pelaku profesi didalam setiap bagian yang mendukung terlaksananya upaya kesehatan. Sumber-sumber hukum yang adapun telah secara rinci mengatur hal-hal apa yang menjadi kewajiban setiap pelaku profesi dan apa yang menjadi hak-haknya. Oleh karena itu harapan yang terbesar adalah terciptanya ketertiban dan keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing profesi. Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk melihat secara luas apa yang sebenarnya menjadi tujuan hukum dan apakah dibidang kesehatan hal ini sudah tercapai atau masih sangat jauh dari tujuan. Salahsatunya adalah teori etis. Didalam teori ini tujuan hukum semata-mata adalah untuk keadilan. Keadilan itu meliputi 2 hal yaitu hakekat keadilan dan isi keadilan. a. Hakekat keadilan :Penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya dengan suatu norma yang menurut pandangan subjektif melebihi norma-norma lain. Ada dua pihak yang terlibat disini yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan. Misalnya : dokter dan pasien atau perawat dan pasien.Pada umumnya keadilan merupakan penilaian yang hanya dilihat dari pihak yang menerima perlakuan saja. Karena pihak yang menerima perlakuan selalu dianggap sebagai korban. Hal ini tentu kurang memuaskan bagi salah satu pihak karena terkadang perlakuan yang diberikan salah satu pihak kepada pihak yang lain jika diasumsikan tidak ada perubahan kondisi yang drastis, justru tidak jarang memiliki tujuan yang baikb. Isi Keadilan:Aristoteles membedakan 2 macam keadilan yaitu : Justicia Commutativa dan Justicia distributiva. Justicia Commutativa yaitu memberi kepada setiap orang sama banyak. Hal ini berlaku didalam berperkara, dimana terdapat asas Equality before the law atau bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama didepan hukum. Begitu pula jika dihadapkan pada fasilitas dan pelayanan kesehatan. Perlakuan dan pelayanan yang baik tanpa membeda-bedakan pada pasien merupakan suatu keharusan. Namun didalam hal tertentu kesamaan perlakuan dapat saja membahayakan baik bagi pasien maupun orang lain. Justicia Distributiva yaitu setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya. Jatah ini tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya tergantung pada kebutuhan dan kepentingannya. Sifatnya proporsional, artinya untuk mendapatkan haknya setiap orang harus mengingat hak dan kepentingan orang lain dan jasa yang telah diberikan sebagai kontra prestasinya. Didalam hal ini kedua macam keadilan yang ditawarkan Aristoteles tidak begitu saja dapat diaplikasikan, karena hukum sendiri tidak selalu identik dengan keadilan. Misalnya membuang sampah harus ditempat sampah, bagi mereka yang jauh dari tempat sampah tentu hal ini terasa kurang adil. Tetapi untuk kebaikan bersama, hukum mengatur demikian. Jadi keadilan terasa terlalu naif jika dijadikan tujuan hukum semata.Fungsi hukum kesehatanHukum kesehatan dikelompokkan kedalam perangkat hukum sektoral. Disamping hukum sektoral tersebut masih ada satu lagi yang disebut sebagai perangkat hukum pokok meliputi kodifikasi kodifikasi hukum perdata, hukum pidana, hukum acara pidana dan sebagainya. Hubungan antara hukum pokok dan sektoral adalah bahwa ukum pokok merupakan Lex Generalis sedangkan hukum sektoral adalah Lex Specialis. Meskipun hukum kesehatan mengatur secara khusus hal hal yang berkaitan dengan sektor yang bersangkutan, namun tidak boleh menyimpang dari prinsip prinsip dasar atau azas azas yang terkandung dalam perangkat - perangkat hukum pokok yang relevan.Atas dasar itu maka sebetulnya fungsi hukum kesehatan tidak berdiri sendiri. Dalam kondisi hukum kesehatan yang belum lengkap dan belum sempurna maka ia bersama-sama perangkat hukum pokok mempunyai fungsi yang saling melengkapi.Fungsi-fungsi tersebut antara lain:1. Menjaga ketertiban didalam masyarakatHukum tidak terkecuali hukum kesehatan pastinya memiliki fungsi menjaga ketertiban dalam masyarakat. Meskipun hukum kesehatan hanya mengatur sub sektor yang kecil,namun peranannya akan memberi sumbangan yang besar dalam menjaga ketertiban di dalam masyarakat secara keseluruhan.2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakatPerlu diketahui bahwa kepentingan diantara anggota masyarakat, baik individu ataupun kelompok, tidak selamanya sejajar. Bahkan kadang-kadang kepentingan diantara anggota masyarakattersebut saling berbenturan atau saling memotong satu sama lain. Keberadaan hokum kesehatan dalam hal ini sangat diperlukan sebagai dasar bagi penyelesaian perkara perkara yang timbul di bidang kesehatan, terlebih di Negara yang menganut azas legalitas.3. Merekayasa sikap dan pandangan masyarakat.Jika masyarakat menghalang-halangi dokter melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka parah karena tertembak, maka tindakan tersebut sebenarna keliru dan perlu diluruskan. Contoh lain adalah mengenai pandangan masyarakat yang menganggap bahwa doctor can do no wrong. Pandangan ini juga keliru mengingat dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan didalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika ternyata perbuatannya memenuhi unsur-unsur pidana yang telah dirumuskan. Keberadaan hukum kesehatan disini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan pandangan masyarakat, tetapi jugasikap dan pandangan dokter itu sendiri terhadap suatu masalah dibidang kedokteran.

Sumber hukum kesehatanHukum kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi jugayurisprudensi, traktat, consensus dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran (termasuk doktrin). Sudah barang tentu tidak semua yang disebutkan diatas itu mempunyai kekuatan mengikat. Peraturan tertulis atau yurisprudensi memang mempunyai kekuatan mengikat, tetai doktrin atau pendapat para ahli tidak. Kendati demikian pendapat para ahli dapat dijadikan persuasive authority, bagi hakim misalnya, didalam rangka pembuatan penafsiran futurologis atau dialam rangka menemukan hukum.Sebagaimana diketahui bahwa meskipun yang dianut di Indonesia adalah system kodifikasi (bukan Common Law System), tetapi tidak benar-benar murni mengingat dimungkinkannya hakim membuat penafsiran dan menemukan hukum. Dalam rangka itulah maka doktrin atau pendapat para ahli dapat dijadikan acuan.Hukum kesehatan dari sudut pandang materi muatan yang ada dapat dikatakan mengandung 4 objek yaitu :1. Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan1. Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan1. Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan1. Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi / perbekalan kesehatanSaat ini ada sekitar 30 puluh jenis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kesehatan, antara lain sebagai berikut :1. UU no.29/2004 tentang Praktik Kedokteran1. UU no.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)1. UU no.25/2009 tentang Pelayanan Publik1. UU no.36/2009 tentang Kesehatan1. UU no.44/2009 tentang Rumah Sakit1. UU no.24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)1. PP no. 109 tahun 2012 Tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif tembakau.1. PP no.33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eklusif1. PP no.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian1. Dan lain lain.