fungsi bumbu

Upload: cinttxcintahaxamlikdy

Post on 07-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    1/30

    5

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sate

    Sate merupakan makanan tradisional Indonesia yang umumnya berbahan dasar

    ikan atau daging yang disajikan dengan berbagai macam bumbu bergantung pada

    variasi resep sate. Sate kemudian dibakar di atas bara api sampai matang sambil dibolak

     – balik dan diolesi sedikit minyak goring atau santan kental (Boga, 2014).

    Sate diketahui berasal dari Jawa dan dapat ditemukan di daerah manapun di

    Indonesia dan telah dianggap sebagai salah satu masakan nasional Indonesia.Indonesia

    adalah negeri asal mula sate, dan hidangan ini dikenal luas di hampir seluruh wilayah di

    Indonesia dan dianggap sebagai masakan nasional dan salah satu hidangan terbaik

    Indonesia(Anon, 2015).

    Sate adalah hidangan yang sangat populer di Indonesia, dengan berbagai suku

     bangsa dan tradisi seni memasak telah menghasilkan berbagai jenis sate. Di Indonesia,

    sate dapat diperoleh dari pedagang sate keliling, pedagang kaki lima di warung tepi

     jalan, hingga di restoran kelas atas, serta kerap disajikan dalam pesta. Resep dan cara

     pembuatan sate beraneka ragam bergantung variasi dan resep masing-masing daerah.

    Hampir segala jenis daging dapat dibuat sate. Sebagai negara asal mula sate, Indonesia

    memiliki variasi resep sate yang kaya.Biasanya sate diberi saus. Saus ini bisa berupa

     bumbu kecap, bumbu kacang, atau yang lainnya, biasanya disertai acar dari irisan

     bawang merah, mentimun, dan cabai rawit. Sate dimakan dengan nasi hangat atau, kalau

    di beberapa daerah disajikan dengan lontong atau ketupat (Anon, 2015)

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    2/30

    6

    Indonesia memiliki koleksi jenis sate paling kaya di dunia. Variasi sate di

    Indonesia biasanya dinamakan berdasarkan tempat asal resep sate tersebut, jenis

    dagingnya, bahannya, atau proses pembuatannya. Beberapa jenis sate khas daerah di

    Indonesia yaitu sate Madura, sate Padang, sate Ponorogo, sate Blora, sate Banjar, sate

    Makassar, sate kambing, sate kelinci, sate lilit (Anon, 2010).

    Sate lilit merupakan salah satu variasi sate dari Bali. Sate ini terbuat dari daging

    cincang berbahan daging sapi, ayam, ikan, babi, atau kura-kura. Daging cincang ini

    dicampur kelapa parut, santan kental, jeruk nipis, bawang merah, dan merica. Adonan

    ini kemudian dibungkus melilit tusukan bambu, batang tebu, atau batang serai, lalu

    dipanggang di atas bara arang (Anon, 2015).

    2.2 Adonan Sate Lilit ( Luluh)dan Sate Lilit

    Sate lilit ikan laut khas Bali terbuat dari ikan laut cincangdicampur parutan

    kelapa lalu dililitkan ketusukan sate yang terbuat dari pelepahkelapa. Sate kemudian

    dibakar di atas baraapi. Hasilnya adalah sate dengan teksturlembut dengan rempah-

    rempah khas Bali (Karisna, 2013).

     Luluh merupakan adonan sate lilit yang belum dibakar dan masih setengah jadi.

    Selama ini, luluh dibuat langsung sebelum dibakar dengan jumlah yang terbatas,

    sementara penyiapan bahan-bahannya relatif rumit.Produksi secara massal dan

    memudahkan distribusi serta pengurangan biaya bisa dilakukan denganpengemasan

    secara vakum dan disimpan pada suhu dingin dan beku dalam  freezer  untuk membuat

    adonan lebih tahan lama. Adonan sate lilit menggunakan kelapa parut muda dan ikan

    sebagai bahan utama dalam pembuatan masakan ini.Kelapa parut ini dicampur

    denganikan laut cincang dengan bumbu-bumbu antara lain: cabai rawit, bawang putih,

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    3/30

    7

     bawang merah, jahe, kunyit, kencur, terasi,merica, serai, lengkuas, garam, dan gula

    merah.

    2.3 Bahan Baku Adonan Sate Lilit

    Secara umum adonan sate lilit terbuat dari campuran daging atau ikan laut

    dicampur dengan parutan kelapa dan bumbu rempah khas Bali. Dalam penelitin ini,

    dipilih ikan marlin sebagai bahan baku pembuatan adonan sate lilit dicampur dengan

     parutan kelapa dan bumbu rempah khas Bali.

    2.3.1 Ikan

    Ikan sebagai sumber bahan makanan hewani yang mengandung protein tinggi

    dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai

     biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna.

    Hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan sumber

     protein hewani yang lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, pakan

    ternak, dan lainnya.Kandungan kimia, ukuran, dan nilai gizi yang terdapat pada ikan

    tergantung pada jenis, umur ke tingkat kematangan, dan kondisi tempat hidupnya

    (Adwyah, 2006).

    Kelebihan produk perikanan dibanding dengan produk hewani lainnya sebagai

     berikut:

    1.  Kandungan protein yang cukup tinggi (20%) dalam tubuh ikan tersusun oleh

    asam-asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam amino dalam

    tubuh manusia.

    2.  Daging ikan mudah dicerna oleh tubuh karena mengandung sedikit tenunan

     pengikat (tendon).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    4/30

    8

    3.  Daging ikan mengandung asam-asam lemak tak jenuh dengan kadar kolesterol

    sangat rendah yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

    4.  Selain itu, daging ikan mengandung sejumlah mineral seperti K, Cl, P, S, Mg,

    Ca, Fe, Ma, Zn, F, Ar, Cu dan Y, serta vitamin A dan D dalam jumlah yang

    cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia (Adwyah, 2006).

    Selain memiliki kelebihan, ikan juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

    1.  Kandungan air yang tinggi (80%), pH tubuh ikan yang mendekati netral, dan

    daging ikan yang sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis menyebabkan

    daging sangat lunak, sehingga menjadi media yang baik untuk pertumbuhan

     bakteri pembusuk.

    2.  Kandungan asam lemak tak jenuh mengakibatkan daging ikan mudah mengalami

     proses oksidasi sehingga menyebabkannya berbau tengik (Adwyah, 2006).

    Proses pembusukan pada ikan disebabkan oleh aktivitas enzim, mikroorganisme,

    dan oksidasi dalam tubuh ikan itu sendiri dengan perubahan seperti timbul bau busuk,

    daging menjadi kaku, sorot mata pudar, serta adanya lendir pada insang maupun tubuh

     bagian luar (Adwyah, 2006). Kekurangan yang terdapat pada ikan dapat menghambat

    usaha pemasaran hasil perikanan, tidak jarang menimbulkan kerugian besar terutama

    disaat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, diperlukan proses pengolahan untuk

    menambah nilai, baik dari segi gizi, rasa, bau, bentuk/ tekstur, maupun daya awet ikan

    (Adwyah, 2006).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    5/30

    9

    2.3.1.1 Ikan Marlin

    Taksonomi ikan Marlin ( Xiphias gladius) yaitu:

    Phylum :Chordata

    Sub Phylum :Vertebrata

    Class :Asteichthyes

    Ordo :Perciformer

    Family :Scombroidei

    Genus : Xiphias 

    Species : Xiphias gladius (Anonim, 2013)

    Ikan marlin terdiri dari ± 5 species dan hidup di daerah yang bersuhu tropis di

    seluruh dunia, dikedalaman 400-500 meter dibawah permukaan laut dan mengadakan

    migasi (Ruaya) untuk bertelur. Badannya berbentuk cerutu dan panjangnya kira-kira

    14,5 ft (4,5 meter) dan beratnya 1190 pounds (540 kg) untuk marlin terbesar yang

     pernah ditemukan. Ikan ini termasuk ikan perenang cepat, dan termasuk ikan pemakan

    daging atau carnivore (Anonim, 2013).

    Ikan marlin merupakan pilihan bahan baku olahan pangan, karena ikan ini

    memiliki tekstur daging yang sangat cocok untuk diolah menjadi pangan dan

    mengandung gizi yang tinggi termasuk DHA dan Omega 3. Berat ikan Marlin yang

    diproduksi memiliki berat minimal 100 kg per ekornya supaya persentase kesusutannya

    tidak terlalu besar. Ikan marlin dengan berat diatas 100 kg hasil yang dapat diperoleh

    sekitar 40-50% dan berat dibawah 100 kg hasil yang diperoleh hanya sekitar 25-30%

    saja (Hariadi, 2013). Dalam 100 g ikan marlin mengandung protein 22% ;

    lemak 1,70% ; kadar air 74% ; kadar abu 2,30% (Khomsan,2004).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    6/30

    10

    2.3.2Kelapa

    Buah Kelapa ( Cocus nucifera L. ) adalah tumbuhan monokotil golongan palem

    yang banyak dibudidayakan di daerah tropis terutama di negara Asia. Buah kelapa

    mempunyai jenis dan ciri yang berbeda – beda. Jenis kelapa dapat mempengaruhi

     proporsi komponen buah kelapa.Tempurung terbentuk pada bulan ketiga dan mencapai

     berat maksimum pada bulan kesembilan.Daging buah mulai dapat dilihat pada bulan

    ketujuh dan mencapai berat maksimum pada bulan ke dua belas.Pada bulan ketujuh saat

     berat buah maksimum tercapai berat sabut 62%, tempurung 7%, dan daging buah 1%.

    Pada saat dipetik pada umur 12 bulan berat sabut adalah 56.3% , tempurung 17% dan

    daging buah 26.5%. Suhardiyono (1988) dalam Wardhany (2004).

    Daging buah merupakan salah satu bagian yang tidak asing lagi. Kompisisi

    kimia daging buah antara lain ditentukan oleh umur buah, dan pada Tabel 1, disajikan

    komposisi kimia daging buah kelapa dari berbagai tingkat kematangan.

    Tabel 1.Komposisi kimia daging buah kelapa pada berbagai tingkat kematangan.

    Komposisi Kimia

    (dalam 100 g )

    Buah

    Muda

    Buah

    Setengah Tua

    Buah Tua

    Kalori (kal) 68.0 180.0 359.0

    Protein ( g ) 1.0 4.0 3.4Lemak ( g ) 0.9 13.0 34.7

    Karbohidrat ( g ) 14.0 10.0 14.0

    Kalsium ( mg ) 17.0 8.0 21.0Fosfor ( mg ) 30.0 35.0 21.0

    Besi ( mg ) 1.0 1.3 2.0

    Aktivitas vitamin A ( Iu ) 0.0 10.0 0.0Thiamin ( mg ) 0.0 0.5 0.1

    Asam askorbat ( mg ) 4.0 4.0 2.0

    Air ( g ) 83.3 70.0 46.9

    Bagian yang dapat dimakan ( g ) 53.0 53.0 53.0

    Sumber : Ketaren (2008)

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    7/30

    11

    2.3.3 Bumbu adonan sate lilit

    1.  Bawang Merah

    Bawang merah merupakan tanaman semusim dengan umbi berlapis yang

    terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.Bawang Merah

    diketahui banyak mengandung minyak atsiri, sikloalilin, metilallin, dihidroallin,

    flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, fitohormon, vitamin, dan

    zatpati.Bawang Merah berkhasiat untuk membantu mengatasi batuk, demam,

    kencing manis, dan sebagai obat cacing. Fungsi bawang merah sebagai bumbu

    masak utama, untuk menambah rasa masakan dan aroma masakan agar lebih

    lezat dan menarik (AAK,1998).Sate lilit juga menggunakan bawang merah yang

     berfungsi sebagai bumbu sate dengan cara dihaluskan lalu ditumis bersama

     bumbu lainnya.

    2.  Bawang Putih

    Bawang putih digunakan sebagai bumbuyang digunakan hampir di setiap

    makanan dan masakan Indonesia dan berfungsi sebagai penambah rasa gurih.

    Kandungan bawang putihterdiri minyak uap komposisi asam garam belerang,

     protein, minyak (lemak), juga mengandung vitamin B, C, dan E, mengandung

    mineral, fosfor, megnesium, kalsium, yodium, besi, potasium, sodium

    (AAK,1998).Sate Lilit menggunakan bawang putih yang berfungsi sebagai

     bumbu sate dengan cara dihaluskan dan ditumis bersama bumbu lainnya. 

    3.  Lengkuas

    Lengkuas atau laos ( Alpinia galanga) merupakan salah satu tanaman

    monokotil yang bagian rimpangnya dimanfaatkan untuk memberikan aroma

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    8/30

    12

    yang khas dan mengawetkan makanan. Selain itu, lengkuas juga berfungsi untuk

    menurunkan pH makanan sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba

     pembusuk (Winarno et al. 1990).

    4.  Merica

    Merica atau lada adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan

    kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, dan juga pati. Lada bersifat sedikit

     pahit, pedas, dan hangat.Manfaat lada menimbulkan rasa pedas yang gurih dan

    menyedapkan makanan (Zaitsev et al. 1969 dalam Utami 2010).

    5. 

    Cabai merah

    Cabe Merah merupakan salah satu bumbu dasar untuk penyedap

    rasa,penambah rasa pedas dan penambah warna pada masakan.Jika cabe dibelah,

    maka kita akan menemukan tangkai putih di dalamnya yang mengandung zat

    capsaicin yang seperti minyak dan menyengat sel-sel pengecap lidah. Zat inilah

    yang mengakibatkan cabe menjadi pedas dan panas di lidah ketika kita

    mengonsumsinya.Tapi zat ini yang membuat orang ketagihandan kecanduan saat

    menyantap makanan (Hanan 1996 dalam Utami 2010).

    6.  Cabai rawit

    Cabai rawitadalah buah dan tumbuhan digunakan sebagai bumbu

    masakan memberi rasa lebih pedas dari pada cabe merah (Utami, 2010).Sate

    Lilit juga menggunakan cabe rawit yang berfungsi sebagai bumbu sate dengan

    cara dihaluskan dan ditumis bersama bumbu lainnya.

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    9/30

    13

    7.  Kencur

    Kencur termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan digolongkan sebagai

    tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan

    tidak berserat.Kencur merupakan tumbuh subur di daerah dataran rendah atau

     pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.Kencur

    mempunyai aroma yang spesifik. Fungsi kencur adalah sebagai penambah rasa

    dan aroma masakan (Utami, 2010).

    8.  Kunyit

    Kunyit mempunyai rimpang berwarna kuning keorange yang sering

    digunakan untuk campuran ramuan jamu. Selain untuk bumbu kunyit ini juga

    dapat digunakan untuk minuman yang menjaga tubuh agar tetap

    sehat,mempunyai aroma yang khas.Fungsi kunyit sebagai penambah rasa ,

    aroma masakan dan memberi warna alami pada masakan (Winarno, 2004).

    9.  Kemiri

    Kemiri dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah agar

    masakan lebih mantap.Sate Lilit juga menggunakan cabe rawit yang berfungsi

    sebagai bumbu sate dengan cara dihaluskan dan ditumis bersama bumbu lainnya.

    10. Daun Jeruk

    Daun jeruk adalah merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan terutama

     buahdan daunnyasebagai bumbu penyedap masakan.Sate Lilit juga

    menggunakan daun jeruk yang berfungsi sebagai bumbu sate dengan cara

    dihaluskan dan ditumis bersama bumbu lainnya dan dipotong tipis-tipis lalu

    dicampurkan pada adonan sate.

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    10/30

    14

    11. Jahe

    Jahe berfungsi sebagai penyedap rasa agar masakan lebih segar dan bisa

    digunakan untuk penghilang rasa amis dalam ikan maupun ayam (Utami, 2010).

    Sate Lilit juga menggunakan jahe yang berfungsi sebagai bumbu sate dengan

    cara dihaluskan dan ditumis bersama bumbu lainnya.

    12. Garam

    Garam merupakan bahan tambahan yang paling umum dan paling banyak

    digunakan dalam proses pengolahan bahan pangan. Garam dalam bahan pangan

    ditambahkan sebagai penegas cita rasa dan berfungsi sebagai pengawet.Garam

    sebagai bahan pengawet karena kemampuannya untuk menarik air keluar dari

     jaringan (Afrianto, 2005).

    13. Gula merah

    Gula merah berfungsi sebagai penambah rasa manis dan penambah

    warna masakan. Gula ini memiliki warna dan rasa lebih tajam dari gula jawa

    yang biasa digunakan.Gula aren digunakan untuk membuat isi atau unti Klaudan

    (Desrosier 1077 dalam Utami 2010).

    14. Daun salam

    Daun salam merupakan bagian dari pohon salam (Syzygium polyanthum)

    yang biasa digunakan sebagai rempah pengharum masakan karena aroma yang

    dihasilkan oleh komponen volatil yang dikandungnya. Rempah ini memberikan

    aroma herba yang khas namun tidak keras. Komposisi daun salam kering

    terdapat sekitar 0,17% minyak esensial dengan komponen penting eugenol dan

    metil kavikol di dalamnya (Utami, 2008).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    11/30

    15

    15. Minyak Goreng

    Minyak yang biasa digunakan untuk menggoreng adalah minyak yang

     berasal dari tumbuhan atau minyak nabati. Minyak goreng berfungsi untuk

    memperbaiki tekstur fisik bahan pangan dan sebagai penghantar panas sehingga

     proses pemanasan menjadi lebih efisien dibanding proses pemanggangan dan

     perebusan. Proses penggorengan juga dapat meningkatkan cita rasa, kandungan

    gizi dan daya awet serta menambah nilai kalori bahan pangan (Winarno, 1997).

    2.4 Proses Produksi Sate Lilit secara Umum

    Menurut Ayu (2011), sate lilit dibuat melalui tahapan persiapan, pengukusan,

     penumisan, pencampuran, pemanggangan (adonan sate dibakar ).Pada tahap persiapan,

    semua bahan dan alat yang digunakan dalam proses produksi sate lilit disiapkan seperti

    ikan marlin dipotong dan dibersihkan, kelapa yang sudah dikupas kemudian diparut, dan

     bumbu-bumbu rempah ditumbuk.Pada tahap pengukusan ini, ikan marlin yang sudah

    dibersihkan dan dipotong kemudian dikukus menggunakan panci tertutup hingga bahan

    empuk. Tujuan dari pengukusan ikan ini adalah agar memudahkan saat pencampuran

    dengan bahan baku lainnya seperti kelapa parut dan bumbu-bumbu rempah khas Bali

    dan membuat rasa sate menjadi lebih gurih. Bumbu seperti cabai rawit, bawang putih,

     bawang merah, jahe, kunyit, kencur, terasi,merica, lengkuas, kemiri yang sudah

    ditumbuk halus kemudian ditumis dengan sedikit minyak hinga matang dan berbau

    harum.Pada tahap pencampuran pertama yaitu ikan marlin yang sudah dicincang

    dicampur dengan bumbu halus yang sudah ditumis ditambahkan serai, gula merah cair,

    dan garam aduk hingga rata.Tahap pencampuran yang kedua ikan marlin yang sudah

    tercampur bumbu halus dicampur dengan kelapa yang sudah diparut.Adonan sate lilit

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    12/30

    16

    yang sudah tercampur merata dililitkan pada batang pelepah kelapa atau sebatang

     bamboo, kemudian adonan dibentuk dengan cara dikepal hingga berbentuk

    lonjong.Tahap pemanggangan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan sate lilit.

    Adonan sate lilit yang sudah dililitkan di batang pelepah kepala atau bambu kemudian

    dibakar di atas bara api , dibolak balik hingga semua adonan terpanggang dengan

    merata.Diagram alir pembuatan adonan sate lilit dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Diagam alir pembuatan sate lilit (Ayu, 2011)

    2.5 Kemasan

    Menurut Klimchuk dan Krasovec (2006) mengemas merupakan tindakan

    membungkus atau menutup suatu barang atau sekelompok barang, sedangkan kemasan,

    mengacu pada objek fisik itu sendiri seperti karton, kontainer, atau bungkusan.

    Pencampuran

    Pelilitan sate

    Pemanggangan

    Pengukusan Penumisan

    Ikan Marlin

    Kelapa Parut

    Bumbu

    Adonan sate lilit

    (luluh)

    Sate Lilit

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    13/30

    17

    Pengemasan merupakan cara untuk memberikan sekeliling yang tepatbagi bahan

     pangan. Pengemasan sebagian besar digunakan untuk membatasi antara bahan pangan

    dan keadaan normal di sekelilingnya untuk menunda proses kerusakan dalam jangka

    waktu tertentu yang diinginkan sehingga mutu dan daya gunanya dapat dipertahankan

    dalam waktu yang lebih lama (Buckle et al.,1997).

    Perkembangan dunia pengemas saat ini menempatkan plastik sebagai bahan

    yang sangat penting dalam industri pengemasan. Plastik memiliki beberapa kelebihan

    yang tidak dimiliki oleh bahan pengemas lainnya yaitu harga relatif murah, warna dan

     bentuk lebih disukai konsumen, biaya transportasi yang diperlukan cukup murah, dapat

    dibentuk berbagai rupa (Susanto dan Sucipta, 1994)

    2.5.1 Fungsi dan Jenis Kemasan

    Kemasan memiliki peran dan fungsi yang besar dalam usaha makanan dan

    minuman.Pada praktik industri pangan modern, kemasan merupakan faktor penting

    dalam upaya untuk memastikan bahwa makanan dan minuman yang dihasikan mudah

    dipasarkan dan aman. Proses pengemasan yang baik dapat mengendalikan proses

     penurunan mutu suatu produk pangan sehingga produk tersebut dapat diterima dan

    dikonsumsi konsumen.

    Yuyun dan Gunarsa (2011) menjelaskan kemasan memiliki fungsi sebagai

     berikut : (1) Fungsi Trasisional yaitu, fungsi kemasan dilihat dari fungsi tradisionalnya

    yaitu hanya untuk membungkus makanan dan minuman agar mudah dibawa dan tidak

    tumpah ; (2) Fungsi Keamanan dan Manfaat yaitu, kemajuan teknologi dibidang pangan,

     banyaknya kasus keracunan pangan dan tuntutan akan kualitas makanan yang dijual

    ternyata menjadikan kemasan tidak hanya sekedar pelindung, tetapi sebagai sarana

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    14/30

    18

     pengawetan. Kemasan tidak mengandung bahan berbahaya yang dapat menimbulkan

    keracunan, kesakitan, atau kematian pada orang yang mengkonsumsinya. Kemasan

     pangan harus melindungi makanan dan minuman dari ancaman bahaya fisik, kimia dan

     biologis yang dapat timbul selama proses produksi sampai distribusi ; (3) Fungsi

    Marketing yaitu, produk makanan dan minuman diproduksi dalam jumlah besar dan

     beragam, fungsi marketing suatu produk menjadi tuntutan yang luar biasa ditengah

     persaingan yang mendunia. Serbuan produk impor dan perusahaan besar yang sering

    membuat konsumen bingung.Hal inilah yang mewajibkan suatu kemasan makanan dapat

    memberikan identitas bagi produk yang ditawarkan.

    Jenis-jenis kemasan untuk makanan dan minuman meliputi gelas atau kaca,

    logam, kertas karton, dan plastik.Gelas atau kaca merupakan bahan kemasan yang

    terbuat dari tanah lempung, soda abu, pasir silica, serta bahan kimia lainnya yang

    dibentuk pada suhu tertentu.Logam adalah pelindung pangan.Kemasan logam dibuat

    dari timah, almunium dan baja.Jenis kemasan logam terdiri dari kaleng almunium dan

    almunium foil.Bahan kemasan yang berasal dari kertas dan bisa dibentuk sesuai dengan

    keinginan.Misalnya, dibentuk kotak atau segitiga.Tujuan pengemasan menggunakan

    kertas karton agar makanan dan minuman tidak mudah rusak secara fisik.Sifat pastik

    memiliki sifat yang kuat, fleksibel (mudah dibentuk, lembek, atau kaku) tidak mudah

    korosif, mudah penangannya, harga murah dan mudah didapatkan (Gunarsa, 2011).

    2.5.2 Jenis Pengemas Plastik

    Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang

    disebutpolimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang

    tersusunsambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    15/30

    19

     jugaterkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat

    fisikokimia plastik itu sendiri.Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebutkomponen

    nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memilikiberat molekul

    rendah.Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,penyerap sinar UV,

    anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).

    Sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi permeabilitasgas dan

    uap air, bentuk dan permukaannya. Permeabilitas uap air dan gas, sertaluas permukaan

    kemasan mempengaruhi jumlah gas yang baik dan luaspermukaan yang kecil

    menyebabkan masa simpan produk lebih lama.

    Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulandibanding

     bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,termoplatis dan

    selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2

    1) 

    . Sifatpermeabilitas plastik

    terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampuberperan memodifikasi ruang

    kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987)dalam (Nurminah, 2002).(Ryalldan Lipton,

    1972) dalam  (Nurminah, 2002) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis

    kemasanyang dapat menarik selera konsumen.

    Polipropilen dikembangkan sejak tahun 1950.Polipropilen berasal dari monomer

     propilena yang diperoleh dari pemurnian minyak bumi. Polipropilena merupakan jenis

     bahan baku plastik yang ringan, densitas 0,90 – 0,92 per cm

    Polipropilen (PP)

    3, memiliki kekerasan dan

    kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil terhadap panas dikarenakan

    adanya hidrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan penguat memungkinkan

     polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan polimer dan tahan terhadap

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    16/30

    20

     pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada temperatur tinggi.Plastik

     polypropylene merupakan jenis plastik yang baik sebagai barrier terhadap uap air pada

     produk karena memiliki permeabilitas uap air yang rendah (Manley, 2000).

    Permeabilitas uap air rendah (680 cc/mm/cm2/cm Hg)10

    10, permeabilitas gas oksigen

    tinggi (23 cc/mm/cm2/cm Hg)10

    10

    Polipropilen termasuk jenis plastik olifein, lebih kaku dari polietilen, memiliki

    kekuatan tarik dan kejernihan lebih baik dari polietilen serta permeabilitas uap air

    rendah.Suhu leleh polipropilen sekitar 150

    . Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak, baik

    untuk kemasan sari buah dan minyak.Tidak berpengaruh oleh pelarut pada suhu kamar

    kecuali HCl. Tidak mudah sobek sehingga memudahkan dalam penanganan dan

    distribusi (Susanto dan Sucipta, 1994).

    o

    1. Mengkilap dan tidak mudah sobek.

    C, sehingga dapat digunakan untuk kemasan

    yangmemerlukan sterilisasi dan kemasan produk yang dapat dipanaskan langsung di

    oven atau direbus (Syarief dan Halid 1993).Sifat-sifat kemasan polypropylene (PP)

    menurut Buckle et al., (2007) antara lain sebagai berikut:

    2. Plastik polypropylene lebih kaku daripada polyethylene.

    3. Memiliki daya tembus atau permeabilitas uap air yang rendah.

    4. Memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak.

    2) 

    Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,mempunyai

    kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Denganpemanasan akan menjadi

    lunak dan mencair pada suhu 110

    Polietilen (PE)

    oC. Berdasarkan sifatpermeabilitasnya yang rendah

    serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilenmempunyai ketebalan 0.001 sampai

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    17/30

    21

    0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagaipengemas makanan, karena sifatnya yang

    thermoplastik, polietilen mudah dibuatkantung dengan derajat kerapatan yang baik

    (Sacharow, 1970)dalam  (Nurminah , 2002).Konversi etilen menjadi polietilen (PE)

    secara komersial semula dilakukandengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa

    tekanan tinggi. Reaksi yangterjadi adalah sebagai berikut:

    n(CH2= CH2) (-CH2-CH2-)n

    Etilen polimerisasi Polietilen

    Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yangdiperoleh

    dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Prosespolimerisasi yang dilakukan

    ada dua macam, yaitu pertama dengan polimerisasiyang dijalankan dalam bejana

     bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkanmolekul makro dengan banyak

     percabangan yakni campuran dari rantai lurus danbercabang. Cara kedua, polimerisasi

    dalam bejana bertekanan rendah (10-40atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus

    dan tersusun paralel.

    3) 

    Plastik campuran polietilen dan poliamida

    Plastik campuran bahan polietilen dan poliamida digunakan untuk membungkus

    sayur, buah, daging yang hampa udara dan siap dimasak / dimakan.Plastik campuran

     polyethylene dan poliamida (nylon bag) memiliki barrier   yang sangat baik (pori-pori

    kecil) sehingga udara tidakbebas untuk dapat keluar masuk dan produk anda tetap

    terbebas dari oksigen (Slave, 2010).

     Nilon atau poliamida (PA) diperoleh dengan cara kondensasi polimer

    (polikondensasi) dari asam amino atau diamina dengan asam dua karboksilat (di-acid).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    18/30

    22

    Dahulu digunakan untuk industri tekstil, tapi saat ini sudah digunakan sebagai film

    kemasan, dengan nama dagang Nypel, Ultramid, X-tal, Zytel, capran dan Rilsan.

    1. 

    Poliamida tergolong thermoplastik non etilen dengan sifat-sifat sebagai berikut :

    2. 

    Bersifat inert, tahan panas dan mempunyai sifat-sifat mekanis yang istimewa

    (elongation, tensile strength, tear strength, folding endurance)

    3. 

    Tahan terhadap asam encer dan basa, tidak tahan asam kuat dan pengoksidasi

    4. 

    Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak beracun

    5. 

    Larut dalam asam formal dan penol

    6. 

    Cukup kedap gas, tetapi tidak kedap air

    7. 

    Dapat mengkerut karena perubahan kelembaban, atau dapat mengembang dan

    menyerap air hingga 8%

    Tahan terhadap suhu tinggi, dan baik digunakan untuk kemasan bahan yang

    dimasak di dalam kemasannya, seperti nasi instan, serta untuk produk – produk

    yang disterilisasi, dan untuk kemas hampa.

     Nilon dilapiskan secara kombinasi dengan bahan lain sehingga diperoleh sifat

    kemasan yang inert dan permeabilitasnya rendah. Nilon dapat digunakan untuk semua

     jenis makanan kecuali susu dan produk – produk susu.

    Kemasan vakum merupakan salah satu aplikasi teknologi pengemasan dengan

    menggunakan kantong plastik vakum (vakum pack ).Pengemasan vakum atau hermetic 

    selama penyimpanan dapat didefenisikan sebagai suatu pengemasan terhadap produk

     pangan sehingga produk di dalamnya terlindung dari pertukaran gas atau air dari luar.

    Dalam kondisi vakum, serangga dan mikroorganisme aerobik akan mati dengan

    2.6 Kemasan Vakum

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    19/30

    23

    sendirinya akibat habisnya oksigen dan meningkatnya konsentrasi CO2

    Menurut Syarief dan Halid (1993), penyimpanan vakum di dalam kemasan plastik

    akan menyebabkan produk di dalamnya terlindung dari pertukaran gas atau air dari luar,

    mencegah masuknya serangga dan binatang kecil lainnya dalam wadah selama

     penyimpanan, mencegah pertumbuhan kapang dan timbulnya panas yang mengurangi

    kelebihan uap air walaupun tidak dapat menghentikan produk asam hasil fermentasi

    anaerobik.

    yang dihasilkan

    selama respirasi serangga dan mikroorganisme maupun produk bahan (Syarif, 1991).

    Selain itu kemasan vakum juga memberikan efek visual yang baik bagi makanan. Sifat-

    sifat permeabilitas kemasan plastik ini akan mempengaruhi produk yang akan disimpan

    secara vakum.

    Pengemasan vakum adalah sistem pengemasan hampa udara bertekanan kurang dari

    1 atm dengan carapengeluaran O2

    Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan antara lain

    sifat bahan pangan, kondisi lingkungan, dan jenis bahan pengemas yang digunakan.

    Hubungan jenis bahan pengemas dengan daya awet bahan pangan yang dikemas

    ditentukan berdasarkan permeabilitasnya. Permeabilitas merupakan transfer molekul air

    dari kemasan sehingga memperpanjang umur simpan.

    Proses pengemasan vakum ini dilakukan dengan cara memasukkan produk ke dalam

    kemasan plastik yang dikuti dengan pengontrolan udara menggunakan mesin pengemas

    vakum (Vakum Packager ), kemudian ditutup dan disealer. Dengan ketiadaan udara

    dalam kemasan, maka kerusakan akibat oksidasi dapat dihilangkan sehingga kesegaran

     produk yang dikemas akan lebih bertahan 3 – 5 kali lebih lama daripada produk yang

    dikemas dengan pengemasan non-vakum (Jay dalamRahmadana , 2013).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    20/30

    24

    atau gas melalui kemasan baik dari produk ke lingkungan ataupun sebaliknya.

    Permeabilitas uap air kemasan merupakan kecepatan atau laju transmisi uap air melalui

    suatu unit luasan bahan dengan ketebalan tertentu akibat adanya perbedaan tekanan uap

    air antara produk dengan lingkungan pada suhu dan kelembaban tertentu. Semakin luas

     permukaan kemasan yang digunakan maka uap air yang masuk ke lingkungan akan

    semakin tinggi dan akan tersebar lebih meluas di dalam kemasan, sehingga kadar air

    kritis produk pun akan segera tercapai dan umur simpan produk tidak lama (Robertson,

    2010).

    Karakteristik pangan dalam arti luas dapat digambarkan atas sumber,

     pemanfaatan, sifat-sifat fisik bahan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

     preferensi pangan (Massofa, 2008).

    2.7 Karakteristik Produk Pangan

    Kramer dan Twigg (1983)dalam(Suryani, 2009) mengklasifikasikan

    karakteristik mutu bahan pangan menjadi dua kelompok, yaitu : (1) karakteristik

    fisik/tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik; kinestika

    yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi; flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan

    cicip, dan (2) karakteristik kimiawi/tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan

    mikrobiologis. Berdasarkan karakteristik tersebut, profil produk pangan umumnya

    ditentukan oleh ciri organoleptik kritis, misalnya kerenyahan pada keripik.Namun, ciri

    organoleptik lainnya seperti bau, aroma, rasa dan warna juga ikut menentukan.Pada

     produk pangan, pemenuhan spesifikasi dan fungsi produk yang bersangkutan dilakukan

    menurut standar estetika atau fisik (warna, rasa, bau, dan kejernihan), kimiawi (mineral,

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    21/30

    25

    logam–logam berat dan bahan kimia yang ada dalam bahan pangan), dan mikrobiologi

    (tidak mengandung bakteri Eschericia coli dan patogen).

    Metabolisme suatu bahan dapat mengakibatkan terjadianya perubahan-

     perubahan yang akhirnya dapat menyebabkan bahan tersebut rusak.Penguasaan

     penanganan terhadap metabolisme bahan diharapkan dapat mengurangi atau

    menghambat kerusakan bahan.Perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan

    makanan yang tidak diinginkan atau penyimpangan dari karakteristik normal dapat

    menyebabkan terjadinya penyimpangan mutu produk pangan seperti kerusakan fisik,

    kerusakan biologis, kerusakan mekanis, kerusakan kimia, dan kerusakan mikrobiologis

    (Rahmawati, 2012).

    2.7.1 Penyimpangan Mutu Bahan Pangan

    Penyimpangan mutu adalah penyusutan kualitatif dimana bahan mangalami

     penurunan mutusehingga menjadi tidak layak dikonsumsi manusia.Bahan pangan yang

    rusak mengalami perubahancita rasa, penurunan nilai gizi atau tidak aman lagi untuk

    dimakan karena mengganggu kesehatan.Pada kondisi ini maka makanan sudah

    kadaluarsa atau melewati masa simpan (shelf life).Penyusutan kuantitatif mengakibatkan

    kehilangan jumlah atau bobot hasil pertanian, dan inidisebabkan oleh penanganan yang

    kurang baik atau karena gangguan biologi (proses fisiologi,serangan serangga dan tikus)

    (Julianti, 2007).

    Rahwawati (2012) menyatakan bahan pangan yang kaya akan zat gizi akan lebih

    mudah rusak dan menimbulkan resiko keamanan pangan yang lebih besar dibandingkan

    dengan bahan yang kandungan gizinya lebih rendah.Jenis kerusakan bahan

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    22/30

    26

     panganseperti kerusakan mikrobiologis, kerusakan mekanis, kerusakan fisik, kerusakan

     biologis, dan kerusakan kimia.

    1.  Kerusakan mikrobiologis adalah kerusakan yang disebabkan oleh

    mikroorganisme. Bahan kemasan seperti logam, gelas dan plastik merupakan

     penghalang yang baik untuk masuknya mikroorganisme ke dalam bahan yang

    dikemas, tetapi penutup kemasan merupakan sumber utama dari kontaminasi.

    Kemasan yang dilipat atau dijepret atau hanya dilapisi ganda merupakan penutup

    kemasan yang tidak baik. Penyebab kontaminasi mikroorganisme pada bahan

     pangan adalah kontaminasi dari udara atau air melalui lubang pada kemasan

    yang ditutup secara hermetis, penutupan (proses sealer ) yang tidak sempurna,

     panas yang digunakan dalam proses sealer pada film plastik tidak cukup karena

    sealer yang terkontaminasi oleh produk atau pengaturan suhu yang tidak baik,

    dan kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan kemasan.Kemasan bahan

     pangan sangat mempengaruhi sterilitas atau keawetan dari bahan pangan

    yangsudah disterilisasi. Permeabilitas kemasanterhadap gas akan mempengaruhi

     pertumbuhan mikroorganisme, terutama terhadapmikroorganisme yang anaerob

     patogen. Untuk melindungi bahan pangan yang dikemas terhadapkontaminasi

    mikroorganisme, maka perlu dipilih jenis kemasan yang dapat melindungi bahan

    dariserangan mikroorganisme. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

    memilih jenis kemasanyang baik untuk mencegah kontaminasi mikroba adalah

    sifat perlindungannya terhadap produk dari masuknya mikroorganisme dari luar

    kemasan ke dalam produk, kemungkinan berkembang biaknya mikroorganisme

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    23/30

    27

    di ruangan antara produk dengantutup (head space), dan serangan

    mikroorganisme terhadap bahan pengemas.

    2.  Kerusakan mekanis adalah kerusakan yang diakibatkan oleh adanya gesekan

    atau tekanan saat pengolahan, penyimpanan atau distribusi. Kerusakan mekanis

     pada produk olahan ikan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai gizinya, tetapi

    cukup berpengaruh terhadap penampilan dan penerimaan konsumen.

    3.  Kerusakan fisik adalah kerusakan yang diakibatkan oleh insekta atau rodentia,

    kondisi lingkungan seperti suhu, sinar matahari.

    4. 

    Kerusakan biologis adalah kerusakan yang diakibatkan oleh respirasi bahan

     pangan.Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas yang melibatkan proses

    metabolisme perombakan senyawa makromolekul (karbohidrat, protein, lemak)

    menjadi CO2, air dan sejumlah energi.Laju respirasi yang sangat cepat dapat

    mempercepat proses kebusukan. Secara umum dapat dikatakan bahwa laju

     proses respirasi merupakan penanda atau sebagai ciri dari cepat tidaknya

     perubahan komposisi kimiawi dalam produk, dan hal tersebut behubungan

    dengan daya simpan produk pangan.Secara umum proses respirasi dalam produk

    dapat dibedakan menjadi tiga tingkat yaitu: pertama pemecahan polisakarida

    menjadi gula sederhana; kedua oksidasi gula menjadi asam piruvat; serta yang

    ketiga adalah transformasi piruvat dan asam-asam organik lainnya menjadi CO 2

    5.  Kerusakan kimia adalah kerusakan yang diakibatkan oleh reaksi kimia seperti

    reaksi oksidasi, hidrolisis, reaksi enzimatis.

    , air, dan energi yang berlangsung secara aerobik.

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    24/30

    28

    2.8Penyimpanan dan Masa Simpan Produk Pangan

    2.8.1 Penyimpanan Produk Pangan

    Penyimpanan merupakan usaha untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan

    yang disebabkan berbagai hal antara lain serangan hama seperti mikroorganisme,

    serangga, tikus dan kerusakan fisiologis atau biokimia (Damayanthi dan Moeljajanto

    1995). Penyimpanan yang tepat bertujuan untuk :(1) Memudahkan produsen dalam

    mengambil dan menggunakan bahan ; (2) Mempertahankan mutu dan keamanan pangan

    ; (3) Mencegah tercemarnya pangan oleh bahan lain yang berbahaya ; (4) Mencegah

    terlukanya bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan.

    Penyimpanan dengan menggunakan suhu kurang dari 5-7°C dapat

    memperlambat kerusakan yang disebabkan oleh mikroba dan mencegah pertumbuhan

    mikroba patogen.Kecepatan perubahan biokimia oleh aktivitas mikroorganisme maupun

    enzim merupakan suatu fungsi logaritmik terhadap suhu (Fellows 1990).Tujuan

     penyimpanan atau pengawetan ikan menggunakan suhu chilling (-1 sampai 5 °C) adalah

    untuk menghambat kegiatan mikroorganisme dan proses-proses kimia serta fisis lainnya

    yang dapat mempengaruhi atau menurunkan kesegaran (mutu) ikan (Moeljanto 1992).

    Moeljanto (1992) menyatakan bahwa selama penyimpanan beku beberapa proses

    seperti biokimia, kimia, dan fisik masih dapat berlangsung. Membekukan produk

    sampai pada suhu (-18°C) merupakan perlakuan baku dalam industri pendinginan ikan.

    Pada suhu (-10°C) kegiatan mikrobiologi terhenti, namun pada suhu ini reaksi kimia

    masih berjalan dan dalam beberapa minggu produk dapat mengalami perubahan-

     perubahan yang merugikan. Suhu (-18 sampai -20°C) cukup baik untuk penyimpanan,

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    25/30

    29

    sedangkan untuk penyimpanan yang lebih lama disarankan memakai suhu (-25 sampai -

    30 °C).

    Tujuan penyimpanan di bawah kondisi beku adalah untuk mempertahankan nilai

     bahan pangan dan melindungi produk dari kerusakan dalam jangka waktu yang

    lama.Suhu penyimpanan beku yang dipakai dalam perdagangan modern kira-kira -30°C

    atau bahkan di bawah suhu -60°C (Sikorski dan Pan, 1994).

    Faktor yang mempengaruhi stabilitas penyimpanan bahan pangan meliputi jenis

    dan kualitas bahan baku yang digunakan, metode dan keefektifanpengolahan, jenis dan

    keadaan pengemasan, perlakuan mekanis yang cukup berat terhadap produk yang

    dikemas dalam ruang penyimpanan dan distribusi, juga pengaruh yang ditimbulkan oleh

    suhu dan kelembaban penyimpanan (Desrosier, 1988).

    Pembekuan hanya menyebabkan sedikit perubahan terhadap nilai gizi protein,

    namun dimungkinkan terjadinya proses denaturasi protein (Desrosier, 1988). Denaturasi

    adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen

    (Deman, 1997). Terjadinya denaturasi protein selama penyimpanan beku disebabkan

    karena terjadi peningkatan konsentrasi garam mineral dan substansi organik terlarut

     pada akhir fase sebelum terjadi pembekuan di dalam sel (Suzuki, 1981).

    Penyimpanan beku dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan berbagai

     perubahan sifat fungsional protein otot dengan adanya denaturasi atau agregasi protein

    miofibril. Pembekuan dapat memberikan efek merugikan pada sel, karena pembentukan

    kristal es baik pada bagian dalam maupun luar. Komponen yang digunakan untuk

    memperlambat denaturasi tersebut adalah cryoprotectant (Zhou et al. 2006).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    26/30

    30

    2.8.2 Masa Simpan

    Definisi umur simpan (shelf life) berdasarkan (Institute of Food Technology,

    1974)dalam  (Rahmadana, 2013) adalah selang waktu antara saat produksi hingga saat

    konsumsi, sedang kondisi produk masih memuaskan pada sifat-sifat: penampakan, rasa-

    aroma, tekstur, dan nilai gizi. Floros dan Gnanasekharan (1993)dalam(Susiwi,

    2009).menyatakan bahwa umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk

     pangan dalam suatu kondisi penyimpanan untuk sampai pada suatu level tertentu.

    Penentuan umur simpan hendaknya dapat memberikan informasi tentang umur

    simpan pada kondisi ideal, umur simpan pada kondisi tidak ideal, dan umur simpan pada

    kondisi distribusi dan penyimpanan normal dan penggunaan oleh konsumen. Suhu

    normal untuk penyimpanan yaitu suhu yang tidak menyebabkan kerusakan atau

     penurunan mutu produk. Suhu ekstrim atau tidak normal akan mempercepat terjadinya

     penurunan mutu produk dan sering diidentifikasi sebagai suhu pengujian umur simpan

     produk. Pengendalian suhu, kelembapan, dan penanganan fisik yang tidak baik dapat

    dikategorikan sebagai kondisi distribusi pangan yang tidak normal. Kondisi distribusi

    dan suhu akan menentukan umur simpan produk pangan (Hariyadi, 2004).

    Penentuan umur simpan didasarkan pada faktor-faktor mempengaruhi umur

    simpan produk pangan.Faktor- faktor tersebut misalnya adalah keadaan alamiah (sifat

    makanan), mekanisme berlangsunganya perubahan (misalnya kepekaan terhadap air dan

    oksigen), serta kemungkinan terjadinya perubahan kimia (internal dan eksternal). Faktor

    lain adalah ukuran kemasan (volume), kondisi atmosfer (terutama suhu dan

    kelembaban), serta daya tahan kemasan selama transit dan sebelum digunakan terhadap

    keluar masuknya air, gas, dan bau (John, 2007).

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    27/30

    31

    Hasil atau akibat dari berbagai reaksi kimiawi yang terjadi dalam bahan pangan

     bersifat kumulatif dan tidak dapat balik selama penyimpanan, sehingga pada saat

    tertentu hasil reaksi tersebut mengakibatkan mutu pangan tidak dapat diterima

    lagi.Jangka waktu akumulasi hasil reaksi yang mengakibatkan mutu pangan tidak dapat

    diterima lagi disebut waktu kadaluwarsa.Bahan pangan disebut rusak apabila bahan

     pangan tersebut telah kadaluarsa, yaitu telah melampaui masa simpan optimumnya

    (Syarief, 1991).

    Penentuan umur simpan produk pangan dapat dilakukan dengan menyimpan

     produk pada kondisi penyimpanan yang sebenarnya. Metode pendugaan umur simpan

    dapat dilakukan dengan metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT), yaitu dengan

    cara menyimpan produk pangan pada lingkungan yang menyebabkannya cepat rusak,

     baik pada kondisi suhu atau kelembaban ruang penyimpanan yang lebih tinggi. Metode

    ASLT yang sering digunakan adalah dengan model Arrhenius dan model kadar air kritis

    (Labuza, 1985).

    Metode ASLT menggunakan suhu lingkungan yang dapat mempercepat

    (accelerated ) terjadinya reaksi-reaksi penurunan mutu produk pangan (Labuza, 1985).

    Metode ASLT sangat baik dipakai karena waktu pengujiannya yang relative singkat,

    namun ketepatan dan akurasinya tinggi. Pada metode ASLT, suhu merupakan parameter

    kunci penentu kerusakan karena semakin meningkatnya suhu maka reaksi kerusakan

    akan semakin cepat (Robertson, 2010).

    Metode ASLT model Arrhenius banyak digunakan untuk pendugaan umur

    simpan produk pangan yang mudah rusak oleh akibat reaksi kimia, seperti oksidasi

    lemak, reaksi maillard dan denaturasi protein. Secara umum, laju reaksi kimia

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    28/30

    32

    akansemakin cepat pada suhu yang lebih tinggi yang berarti penurunan mutu produk

    semakin cepat terjadi.Karena reaksi kimia pada umumya dipengaruhi suhu, maka model

    Arrhenius mensimulasikan percepatan kerusakan produk pada kondisi penyimpanan

    suhu tinggi di atas suhu penyimpanan normal.Laju reaksi kimia yang dapat memicu

    kerusakan produk pangan umumnya mengikuti laju raksi ordo 0 dan ordo 1 (persamaan

    1 dan 2). Tipe kerusakan pangan yang mengikuti model reaksi ordo nol adalah degradasi

    enzimatis (misalnya pada buah dan sayuran segar serta beberapa pangan beku); reaksi

    kecoklatan non-enzimatis (misalnya pada biji-bijian kering, dan produk susu kering);

    dan reaksi oksidasi lemak (misalnya peningkatan ketengikan pada snack, makanan

    kering dan pangan beku). Sedangkan tipe kerusakan bahan pangan yang termasuk dalam

    reaksi ordo satu adalah (1) ketengikan (misalnya pada minyak salad dan sayuran

    kering); (2) pertumbuhan mikroba (misalnya pada ikan dan daging, serta kematian

    mikroba akibat perlakuan panas); (3) produksi off flavor oleh mikroba; (4) kerusakan

    vitamin dalam makanan kaleng dan makanan kering; dan (5) kehilangan mutu protein

    (makanan kering) (Labuza, 1982).

    2.9 Perubahan Bahan Pangan Berlemak selama Penyimpanan

    Adonan sate lilit (luluh) sensitif terhadap udara karena menggunakan santan

    kelapa dan minyak goreng dalam proses pengolahannya. Meskipun dilakukan

     pengepresan untuk membuang kandungan minyaknya, tetapi tidak semuanya dapat

    dihilangkan. Bahan pangan yang mengandung lemak atau minyak biasanya akan

    mengalami proses ketengikan selama proses penyimpanan yang ditandai dengan

    timbulnya bau dan rasa tengik. Ketengikan diartikan sebagai kerusakan atau perubahan

     bau dan cita rasa dalam bahan pangan berlemak atau minyak. Terjadinya proses

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    29/30

    33

    ketengikan tidak hanya terbatas pada bahan pangan berlemak tinggi, tetapi juga terjadi

     pada bahan pangan berlemak rendah. Ketengikan pada bahan pangan berlemak dapat

    disebabkan oleh beberapa faktor yaitu absorpsi lemak, aksi enzim dalam jaringan bahan

     pangan yang mengandung lemak, aksi mikroba dan oksidasi oleh oksigen atau

    kombinasi dari dua atau lebih penyebab ketengikan (Ketaren, 2008).

    Menurut de Man (1997), proses autooksidasi atau kerusakan pada bau rasa lemak

    dan makanan berminyak sering dinyatakan dengan istilah ketengikan, dimana ikatan

    tidak jenuh yang terdapat dalam semua lemak dan minyak merupakan pusat aktif antara

    lain dapat berekasi dengan oksigen. Reaksi ini menghasilkan produk oksidasi primer,

    sekunder dan tersier yang dapat menyebabkan lemak atau makanan yang mengandung

    lemak tidak dapat dimakan.

    Ketengikan adalah kerusakan yang dapat disebabkan oleh reaksi hidrolisis dan

    oksidasi.Ketengikan yang paling sering terjadi adalah ketengikan oksidatif yang

    dihasilkan oleh autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Faktor –

    faktor yang mempengaruhi proses oksidasi antara lain suhu tinggi, sinar ultraviolet,

    radiasi ionisasi, enzim peroksidase, katali besi organik dan logam seperti Cu dan Fe

    (Rohaman et al., 1998).

    Bentuk kerusakan dari bahan pangan yang mengandung lemak, terutama

    ketengikan yang paling penting disebabkan oleh aksi oksigen terhadap lemak.Oksidasi

    oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung asam lemak

    dibiarkan kontak dengan udara. Sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung

    dari tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Proses oksidasi bisa terjadi dalam kamar, dan

    selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi. Hasil oksidsasi lemak dalam

  • 8/18/2019 fungsi bumbu

    30/30

    34

     bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi juga dapat

    menurunkan nilai gizi, karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol) dan asal lemak

    essensial dalam lemak. Suatu senyawa kimia yang dapat menghambat atau mencegah

    kerusakan bahan pangan berlemak akibat proses oksidasi disebut juga dengan

    antioksidan. Ketaren (2008)

    Buckle et al. (2007) mengatakan bahwa hidrolisis lemak akan menghasilkan

    asam-asam lemak bebas yang dapat mempengaruhi citarasa dan bau bahan pangan.

    Hidrolisis dapat disebabkan oleh adanya air dalam lemak. Dengan adanya air, lemak

    akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol (hidrolic rancidity) dimana

    reaksi ini dipercepat dengan enzim lipase pada semua jaringan yang mengandung lemak

    (Winarno, 1997). Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih dari 1% jika dicicipi

    akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan mengakibatkan rasa yang tidak

    lezat (Ketaren, 2008). Reaksi hidrolisis pada lemak dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Reaksi hidrolisis pada lemak (Sherli,2011)