fraktur radius.docx

21
CASE REPORT FRAKTUR RADIUS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Pembimbing: dr. Haryono Sp.B 1

Upload: nindya-rizki-tsani

Post on 25-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Radius.docx

CASE REPORT

FRAKTUR RADIUS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Bedah

Pembimbing: dr. Haryono Sp.B

DisusunOleh :

Yanuar Murna, S.Ked

J500100034

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

1

Page 2: Fraktur Radius.docx

BAB I

LAPORAN KASUS

1. Identitas

1. Nama : Bp. S

2. Umur : 45 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : Swasta

5. Agama : Islam

6. Suku : Jawa

7. Alamat :Karangrejo 1/3, Kerjo,Kra

8. Tanggal MRS : 11 November 2014

9. No. RM : 3211XX

2. Anamnesis

A. Keluhan Utama

Nyeri di pergelangan tangan kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD dengan keluhan utama nyeri di pergelangan

tangan kanan. Nyeri dirasakan terus- menerus. Nyeri dirasakan bertambah bila

pergelangan tangan digerakkan. Pasien mengatakan terjatuh dari tangga

dengan ketinggian 2 meter setelah memperbaiki atap rumah. Pasien jatuh

dengan posisi miring kekanan sehingga tangan kanan mengenai lantai untuk

menyangga tubuh. Sebelum dibawa ke RSUD, pasien sempat dibawa ke

puskesmas dekat rumah. Dari puskesmas dianjurkan untuk dibawa ke RSUD

karena peralatan yang berada di puskesmas tidak memadai. Keluhan lain

seperti mual (-), muntah (-), pusing (-).

2

Page 3: Fraktur Radius.docx

C. Riwayat penyakit dahulu

a. Riwayat Penyakit Serupa : disangkal

b. Riwayat DM : disangkal

c. Riwayat Hipertensi : disangkal

d. Riwayat Alergi : disangkal

D. Riwayat keluarga

a. Riwayat Alergi : disangkal

b. Riwayat Hipertensi : disangkal

c. Riwayat DM : disangkal

3. Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

VITAL SIGN

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 72x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : 36,6oC

Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : Retraksi supra sterna (-) deviasi trachea (-)

peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

Thorax :

- Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba

Perkusi : Redup

3

Page 4: Fraktur Radius.docx

Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, regular, bisingj antung (-).

- Paru

Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak terdapat luka bekas operasi

Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi : sonor kanan kiri

Auskultasi : SDV(+/+), Rhonki (-/-),Wheezing (-/-)

- Abdomen : Simetris, distended (-), bekas operasi(-), nyeri tekan (-),

defans muskuler (-)

- Ekstremitas : nyeri dan edema di bagian manus dextra

2. Status Lokalis

- Regio Ektremitas Superior

Look:

Edema (+), kemerahan (+) pada dorsum manus dextra

Feel:

Nyeri tekan (+), krepitasi (+),akral hangat (+)

Movement:

Keterbatasan pergerakan fleksi dan extensi pada manus dextra

4

Page 5: Fraktur Radius.docx

3. PemeriksaanPenunjang

- Lab Darah Rutin

5

Page 6: Fraktur Radius.docx

- Foto Rontgen

10. Diagnosis

Fraktur Radius Dekstra 1/3 Distal Tertutup

11. Terapi

Operatif : Plaster of paris (gips)

6

Page 7: Fraktur Radius.docx

Medikamentosa:

a. Infus RL 20 tpm

b. Ciprofloksasin tab 2x500 mg

c. Pronalges supp 2x50 mg

12. Prognosis

Dubia ad bonam

Gambar 1

7

Page 8: Fraktur Radius.docx

Gambar 2

8

Page 9: Fraktur Radius.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Fraktur

Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total

maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma.

B. Klasifikasi Fraktur

Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada-tidaknya hubungan patahan

tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur

terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka

dan fraktur yang terjadi.

Derajat Luka Fraktur

I Laserasi <1cm;

kerusakan jaringan tidak

berarti

Relative bersih

Sederhana, dislokasi

fragmen distal minimal

II Laserasi > 1cm;

Tidak ada kerusakan

jaringan yang hebat atau

avulsi

Ada kontaminasi

Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar dan rusak

hebat, atau hilangnya

jaringan sekitarnya

Kontaminasi hebat

Kominutif, segmental,

fragmen tulang ada yang

hilang

Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang).

9

Page 10: Fraktur Radius.docx

b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :a. Fraktur kominutif (garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan).b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan).c. Fraktur multiple ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang

berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya)

Berdasarkan posisi fragmen :a. Undisplacedb. Displaced

Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanismet rauma :d. Garis patah melintang.e. Oblikf. Spiralg. Kompresih. Avulsi

Berdasarkan kedudukan tulangnya :a. Tidak adanya dislokasi.b. Adanya dislokasi

Gambar 1. Jenis-jenisfraktur

10

Page 11: Fraktur Radius.docx

C. Diagnosa Fraktur

1. Anamnesa

Anamnesa meliputi identitas, keluhan nyeri, mekanisme terjadinya

cedera, kapan terjadinya cedera, dan apakah sudah dilakukan

pertolongan.

Nyeri merupakan gejala gangguan sistem musculoskeletal yang paling

umum, dan harus dipikirkan adanya nyeri alih. Mekanisme cedera

sedapat mungkin harus diketahui secara terperinci. Bila diketahui

keluhan bengkak atau deformitas pada jaringan lunak, sendi, dan

tulang, perlu diketahui apakah terjadi secara perlahan atau progresif.

2. PemeriksaanFisik

Pemeriksaan dilakukan secara sistematis, dimulai dari inspeksi (look),

palpasi (feel), movement.

3. PemeriksaanPenunjang

a. Radiologi, seperti foto polos tulang, foto polos dengan media

kontras, serta pemeriksaan khusus seperti CT scan, MRI, atau

USG.

b. Laboratorium

D. Fraktur Pedis

1. Fraktur Talus

Tulang talus merupakan padanan os skafoid pada kaki. Os talus tidak

dilekati oleh otot dan sebagian besar permukaannya dilapisi tulang

rawan sendi sehingga pendarahan tidak cukup banyak. Oleh sebab itu,

fraktur leher talus dapat menyebabkan nekrosis avaskular pada bagian

korpusnya dan menimbulkan nonunion. Penyebab tersering adalah

rudapaksa kaki dengan posisi dorso-fleksi maksimal, misalnya pada

seorang pengemudi yang mengalami tabrakan dengan kaki yang

menginjak pedal.

11

Page 12: Fraktur Radius.docx

2. Fraktur Kalkaneus

Kalkaneus merupakan tulang spongiosa dengan korteks yang tipis.

Tulang kalkaneus mendapat darah yang cukup banyak. Jatuh dari

ketinggian dengan bertopang pada satu atau dua kaki merupakan

penyebab paling sering.

3. Fraktur Metatarsal

Fraktur metatarsal sering terjadi bila dorsum kaki tertimpa benda berat

atau terlindas roda kendaraan. Biasanya terjadi fraktur pada beberapa

tulang metatarsal sekaligus.

4. Fraktur Digiti Pedis

Umumnya, fraktur pada jari kaki disebabkan oleh trauma benturan

atau kejatuhan barang berat.

E. Tatalaksana Fraktur

Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang

ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

penyembuhan patah tulang (imobilisasi).

Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan

imobilisasi, contohnya adalah dengan mengenakan mitela atau sling pada

kasus fraktur iga.

Gambar 2.

Pemakaiansling (a)Board arm sling, b) Collar and cuff)

12

Page 13: Fraktur Radius.docx

Cara kedua ialah mobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan

imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen.Cara ketiga berupa reposisi

dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi.Cara keempat berupa

reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa

minggu lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan dengan patah tulang

yang bila direposisi akan terdislokasi kembali di dalam gips, biasanya pada

fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada fraktur femur.

Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan

fiksasi luar. Fiksasi fragmen fraktur menggunakan pin baja yang ditusukkan

pada fragmen tulang. Alat ini dinamakan fiksator eksterna.

Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan

pemasangan fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang

kolum femur. Fragmen direposisi secara non operatif dengan meja traksi,

setelah tereposisi dilakukan pemasangan protesis pada kolum femur secara

operatif.

Gambar 3. Pemasangantraksi

Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi

interna. Cara ini disebut juga sebagai reduksi terbuka fiksasi interna (open

reduction internal fixation/ORIF).

13

Page 14: Fraktur Radius.docx

Gambar 4. ORIF

Cara terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya

dengan prosthesis yang dilakukan pada patah tulang kolum femur.

Penggunaan prosthesis dipilih jika fragmen kolum femur tidak dapat

disambungkan kembali, biasanya pada orang tua.

F. Komplikasi Fraktur

Komplikasi patah tulang dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi

dini, dan komplikasi lambat.

1. Komplikasi segera

a) Lokal

b) Umum

2. Komplikasi dini

a) Lokal: nekrosis, sindrom kompartemen, osteomielitis

b) Umum: ARDS, emboli paru, tetanus

3. Komplikasi lama

a) Lokal: malunion, non union, delayed union.

b) Umum: nekrosis pasca trauma

14

Page 15: Fraktur Radius.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total

maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma.Secara klinis, fraktur dibagi

menurut ada-tidaknya hubungan patahan tulang dengan dunia luar, yaitu fraktur

tertutup dan fraktur terbuka.

Diagnosa fraktur ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi identitas, keluhan utama, mekanisme

terjadinya cedera, serta penanganan awal cedera. Pemeriksaan fisik meliputi look,

feel, dan movement. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi maupun

pemeriksaan laboratorium.

Pada kasus fraktur pedis khususnya cedera pada jari kaki, umumnya

disebabkan karena trauma benturan atau terkena jatuhan benda berat.

Prinsip penatalaksanaan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang

ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

penyembuhan patah tulang (imobilisasi).

15

Page 16: Fraktur Radius.docx

DAFTAR PUSTAKA

Salter R.B., 1999. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system

3rd ed. Baltimore: Williams and Wilkins

Sjamsuhidajat R., De Jong W., 2010. Buku Ajar IlmuBedahVol 3. Jakarta: EGC

Solomon L., et al., 2001. System of Orthopaedic and Fractures, 8thed. New York:

Oxford University Press Inc

Rasjad C., 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Ed 3. Jakarta

16