fraktur multiple pada satu tulang
TRANSCRIPT
FRAKTUR
Klasifikasi Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh truma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap
terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan
seluruh ketebalan tulang. Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan fraktur.
Sudut Patah
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ketempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah
dikontrol dengan bidai gips. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut
terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. Fraktur spiral timbul akibat torsi
pada ekstermitas. Fraktur-fraktur ini khas pada cedera main ski, di mana ujung ski terbenam pada
tumpukan salju dan ski terputar sampai tulang patah. Yang menarik adalah bahwa jenis fraktur
rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini
cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
Fraktur multiple pada satu tulang
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya
satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh, dan keadaan
ini mungkin memerlukan pengobatan secara bedah. Comminuted fracture adalah serpihan-
serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
Fraktur impaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ke tiga yang berada di
antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini
dapat didiagnosis dengan radiogram. Pandangan lateral dari tulang punggung menunjukkan
pengurangan tinggi vertical dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra. Pada
orang muda, fraktur kompresi dapat di sertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat.
Seperti pada fraktur pelvis, penderita dapat secara cepat menjadi syok hipovolemik dan
meninggal jika tidak di lakukan pemeriksaaan denyut nadi, tekanan darah dan pernapasan secara
akurat dan berulang dalam 24 sampai 48 jam pertama setelah cedera. Ileus dan retensi kemih
dapat juga terjadi pada cedera ini.
Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh
karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas.
Penyebab yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam inin adalah tumor baik primer atau
tumor metastasis.
Fraktur beban lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas
mereka―baru diterima untuk berlatih dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru
memulai latitihan lari. Pada saat awitan gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan
adanya fraktur. Tetapi, biasanya setelah dua minggu, timbul garis-garis radio-opak linear tegak
lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang
itu diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi , jika tidak terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat
bergeser dari tempat asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya. Jadi, setiap pasien yang
mengalami nyeri berat setelah meninggkatkan aktivitas kerja tubuh, mungkin mengalami fraktur.
Penderita semacan ini harus di anjurkan untuk memakai alat proteksi seperti tongkat, atau bidai
gips yang tepat. Setelah dua minggu, harus dilakukan pemeriksaaan radiografi.
Fraktur greenstic
Fraktutur greenstic adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak.
Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Faraktur-fraktur ini akan
segera sembuh dan segera mengalami re-modelling kebentuk dan fungsi normal.
Fraktur avulsi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun
ligamen. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan
terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu
dialakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.
Fraktur sendi
Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama apabila
geometri sendi tergannggu secara bermakna jika tidak ditangani secara tepat, cedera semacam ini
akan menyebabkan osteoarthritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera tersebut.
Deskripsi fraktur
Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur
tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat
menunjukan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus diberikan. Angulasi
dijelaskan dengan memperkirakan derajat deviasi fragmendistal dari sumbu longitudinal normal,
meunjukkan arah apeks dari sudut tersebut. Oposisi menunjukkan tingkat pergeseran fraktur dari
permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan seberapakah proporsi suatu fragmen tulang
yang patah meyentuh permukaan fragmen tulang lainnya.
Fraktur terbuka dan tertutup
Tertutup (simple fracture) dan terbuka (compound fracture) adalah istilah yang sering
dipakai untuk menjelaskan fraktur. Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus
oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
Secara teknik, fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat
telah ditembus. Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi
lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada
saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada posisinya semula. Pada
keadaan semacam ini maka operasi untuk irigasi, bridement, dan pemberian antibiotika secara
intravena mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya osteomielitis. Pada umumnya, operasi
irigasi dan debridement pad fraktur terbuka harus dilakukan pada waktu 6 jam setelah terjadinya
cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi.
Penyembuhan fraktur
Jika suatu tulang sudah patah, maka jaringan linak sekitarnya juga rusak, periosteum
terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada
daerah tersebut, bekuan akan mmembentuk jarungan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang
primitif (osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan
mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus) disekitar
lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen
satunya, dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan
terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi
lokasi frfaktur. Persatuan (union) tulang provisioanal ini akan menjalani transformasi metaplastik
untuk menjadi lebih kuat dan lebih ter organisasi. Kalus tulang akan mengalami re-modelling
dimana osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian
yang rusak sehingga akhirnya akan terbertuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya.
Empat R pada fraktur
Ada 4 konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur:
rekognesi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi. Rekognesi menyangkut diagnosis fraktur pada
tempat kejadian kecelakaan dan kemudian dirumah sakit. Reduksi adalah reposisi fragmen-
fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Retensi menyatakan metode-metode
yang dilaksanakan untuk memmpertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan.
Rencana rehabilitasi harus segera dimulai dan dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan
fraktur.
Rekognisi
Riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan, dan deskripsi
tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri menentukan apakah ada kemungkinan
fraktur, dan apakah perlu dilakukan pemeriksaan spesifik untuk mencari adanya fraktur.
Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka. Krepitus
menyatakan perasaan seakan-akan seperti ada dua kertas gosok (amplas) yang digesek-gesekkan
satu dengan yang lainnya. Meski krepitus ini juga ditemukan pada kondisi ortopedik lainnya,
namun krepitus merupakan petunjuk adanya fraktur dan sesungguhnya sensasi ini ditimbulkan
karena adanya gesekan fragmen-fragmen tulang yang patah.
Reduksi
Reduksi adalah usaha dan tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya. Fraktur tertutup pada tulang panjang
seringkali ditangani dengan reduksi tertutup. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di
dalam ruang gawat darurat, atau ruang bidai gips pada waktu evaluasi awal. Untuk mengurangi
nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika intravena, sedative atau blok saraf lokal.
Karena segala bentuk analgesia baru mencapai efek maksimum sesudah beberapa menit, maka
ada cukup waktu untuk re-evaluasi sifat-sifat cedera.
Retensi dan Reduksi
Sebagai aturan umum, maka gips yang dipasang untuk mempertahankan reduksi harus
melewati sendi diatas fraktur dan dibawah fraktur. Bila kedua sendi tersebut posisinya
membentuk sudut dengan sumbu longitudinal tulang yang patah, maka koreksi angulasi dan
oposisi dapat dipertahankan, dan sekaligus mencegah perubahan letak rotasional. Gips sebaiknya
harus tetap mulus, tidak dilaminasi dan sesuai dengan geomatri ekstermitas yang patah tersebut.
Suplai neurovaskuler pasca reduksi
Reduksi dan pemasangan gips sering kali dapat diselesaikan dalam beberapa jam setelah
terjadi cedera, yaitu saat pembengkakan jaringan lunak belum maksimal. Selain itu proses
reduksi sendiri juga dapat memperberat edema jaringan yang sudah ada. Namun karena gips
yang sudah diasang berbentuk lingkaran yang mengelilingi seluruh ekstermitas, maka suplai
darah dan saraf ke ekstremitas yang cedera harus benar-benar diperhatikan, terutama sesudah
dilakukan reduksi. Ekstremitas harus diletakkan lebih tinggi. Bagian distal ekstremitas yang
mengalami cedera harus diperiksa berulang-ulang guna mengawasi perkembangan nyeri,
kepucatan, parestesi dan lenyapnya denyut nadi. Semua ini adalah tanda-tanda dari disfungsi
neurovaskuler.
Cedera ekstremitas yang disertai tekanan pada suplai darah dapat menimbulkan
perubahan patologik yang tidak reversible bila dibiarkan selama satu setengah jam; oleh karena
itu, respons segera terhadap tanda-tanda bahaya ini merupakan keharusan. Pada beberapa jam 1
setelah terjadi cedera, pemberian obat narkotik secara berulang-ulang adalah suatu kontra
indikasi. Hal ini dapat menghilangkan nyeri yang misalnya timbul dari nekrosis jaringan.
Apabila gips yang dipasang tidak dibentuk dengan baik terutama pada bagian tulang yang
menonjol―misalnya,procesus stiloideus tulang ulna, olekranon, atau maleolus medialis dan
lateralis―maka penderita akan merasakan nyeri terbakar yang terus menerus akibat tekanan
pada tempat-tempat tersebut. Ini adalah tanda terjadinya nekrosis jaringan.
Traksi
Metode lain yang baik untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami
fraktur adalah traksi. Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali
pada ekstremitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan
segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Meskipun traksi longitudinal seringkali dapat mempertahankan reduksi secara
memuaskan, tetapi biasanya tetap digunakan bidai, gips atau bebat untuk menopang dan
menggendong ekstremitas dan membantu menahan fragmen-fragmen yang patah pada
tempatnya. Biasanya lebih disukai traksi rangka dengan pin baja steril yang dimasukkan melalui
fragmen distal atau tulang yang lebih distal melalui pembedahan, dan bukan dengan traksi kulit.
Kalau digunakan traksi rangka, maka kemungkinan timbulnya nekrosis kulit dan komplikasi
neurovaskular akibat balutan yang melingkar dapat dicegah.
Sewaktu memasang atau mempertahankan traksi ada beberapa factor penting yang harus
dio pertimbangkan. Tali utama yang biasanya dipasang pada pin rangka sebaiknya menimbulkan
gaya tarik yang segaris dengan sumbu panjang normal tulang panjang yang patah. Berat
ekstremetas maupun alat-alat yang penyokongnya sebaiknya seimbang dengan pemberat untuk
menjamin agar reduksi dapat dipertahankan secara setabil, dan mendukung ekstremetas yang
patah itu selama penderita dirawat ditempat tidur. Tulang-tulang yang menonjol seperti tumit,
maleolus, dan kepala fibula harus diberi perhatian khusus dengan memberi lapisan yang
secukupnya atau terlindung dengan baik. Tali teraksi sebaiknya dapat bergarak dengan bebas
melalui kerekan. Pemberat harus cukup tinggi di atas lantai dengan pasien dalam posisi normal
diatas tempat tidur sehingga perubahan posisi rutin tidak menyebabkan pemberat terletak dilantai
sehingga menghilangkan regangan yangdiperlukan oleh tali.
Traksi kulit Buck. Traksi yang paling sederhana ini paling tepat bila dipasang pada anak
muda untuk jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah
untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki
lebih lanjut. Penggunaan traksi jenis ini dapat menimbulkan banyak komplikasi. Ban berban
elastis yang melingkar dapat mengganggu sirkulasi yang menuju kekaki penderita, yang
sebelumnya sudah menderita penyakit faskular. Alergi kulit terhadap plester juga dapat
menimbulkan masalah. Kalau tidak dirawat dengan baik, mungkin akan timbul ulserasi akibat
tekanan pada malleolus. Traksi berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh pada orang yang
sudah lanjut usia. Biasanya, traksi jenis ini tidak dilakukan untuk merawat penderita lanjut usia.
Traksi kulit Bryant. Traksi kulit Bryant sering digunakan untuk merawat anak kecil yang
mengalami patah tulang paha. Pada jenis fraktur ini, penderuita diletakkan dengan sendi panggul
fleksi, lutut ekstensi, dan ekstremetas pada posisi fertikal agak membuka. Karena periosteum
tulang anak-anak kulat sekali, maka pada waktu terjadi patah tulang jarang terpisah sempurna.
Karna itu, teraksi longitudinal murni ini hamper selalu dapat menghasilkan reduksi yang
memadahi dan mempertahankan posisi frakmen sampai terjadi penyembuhan dini. Traksi Bryant
sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang sudah lebih dari tiga tahun atau pada anak-anak
yang berat badannya lebih dari 30 Ib. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami
kerusakan berat. Kecuali itu, pada anak yang lebih besar dan lebih tua, aliran darah yang menuju
ke kaki mungkin akan mengalami gamgguan akibat pengaruh hidrostatik yang cukup besar
dengan penempatan kaki secara fertikal tersebut, dan akibat tekanan dari pembungkus elastis.
Radiogram pasca traksi seringkali memperlihatkan aposisi bayonet dengan penumpukan
frakmen-frakmen tulang kira-kira dsepanjang setengah inci. Hal ini dap[at diterima dan bahkan
menguntungkan, karena biasanya ekstremetas yang cedera ini justru tumbuh lebih cepat daripada
ekstremetas yang normal selama beberapa tahun sesudah terjadinya patah tulang.
Traksi rangka seimbang. Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat
patah tulang pada korpus femoralis orang dewasa. Sekilas pandang traksi tampaknya kompleks,
tetapi sesungguhnya hanyalah satu pin rangka yang di tempatkan transversal melalui femor distal
atau tibia proksimal. Traksi rangka seimbang ini memiliki banyak keuntungan, antara lain traksi
elevasi koaksial, longitudinal pada tulang panjang yang patah, ekstremitas yang cedera mudah di
jangkau untuk pemeriksaan ulang setatus neoro faskuler, dan untuk merawat luka lokal, serta
mempermudah perawatan oleh perawat. Seperti bentuk traksi yang mempergunakan pin rangka,
pasien sebaiknya diperiksa setiap hatri untuk mengetahui adanya peradangan atau infeksi
sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor, dan pin telah tertarik dari tulang.
Traksi Russell. Walaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani
hamper semua fraktur femohr, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering diperoleh
dengan memakai traksi rassell. Dalam keadaan ini, paha di sokong oleh bebat. Meskipun traksi
rassell dapat digunakan sebagai tindakan perawatan yang utama dan penting untuk patah tulang
paggul pada penderita tertentu, tetapi penderita yang berusia lanjut dan lemah biasanya tidak
dapat mengatasi bahaya yang akan timbul karna berbaring terlalu lama di tempat tidur, seperti
decubitus, pneumonia dan trombo flebitis. Masalah yang paling sering dilihat pada traksi rassell
adalah bergtesernya penderita kebagian kaki tempat tidur, sehinggaga kerekan bagian distal
saling berbenturan dan beban turun kelantai. Dalam hal ini ,perawatan yang cukup cermat harus
di tujukan untuk mempertahankan posisi penderita di tempat tidur.
Traksi Sembilan puluh-sembilan puluh sembilan puluh. Traksi 90-90-90 sangat
berguna untuk merawat anak-anak usia 3 tahun sampai dewasa muda. Control terhadap fragmen-
fragmen pada fraktur tulang femor hamper selalu memuaskan dengan traksi ini. Penderita masih
dapat bergarak dengan cukup bebas diatas tempat tidur.
Prinsip-prinsip penatalaksanaan
Walaupun hanya traksi untuk ekstremetas bawah yang dijelaskan secara terinci, tetapi
smua prinsip-prinsip ini berlaku untuk mangetasi patah tulang pada ekstremetas atas.
Tindakan pembedahan
Reduksi terbuka dan fiksasi internal. Pada saat ini, metode penatalaksanaan patah tulang
yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut
fiksasi internal dan reduksi terbuka. Pada umumnya, insisi dilakukan pada tempat yang
mengalami cedera dan di teruskan sepanjang bidang anatomi menuju tempat yang mengalami
fraktur. Fraktur diperiksa dan di teliti. Hematoma frakntur dan frgmen-fragmen yang telah mati
di irigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tengan agar menghasilkan posisi yang
normal kembali. Sesudah reduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat
ortopedik berupa pin, skrup, pelat dan paku. Keintungan perawatan patah tulang jenis ini adalah
antara lain ketelitian reposisi frfagmen-fragmen tulang yang patah, kesempatan untuk memeriksa
pembuluh edarah dan saraf yang berada didekatnya, dapat mencapai setabilitas fiksasi yang
cukup memadahi, dan tidak perlu berulang kali memasang gibs atau alat-alat setabilisasi lainnya,
serta perawatan dirumah sakit dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus
yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot
hampir normal selama penatalaksanaan dilakukan. Walaupun demikian ada juga kerugian-
kerugian. Setiap tindakan anastesi dan operasi memiliki resiko komplikasi, bahkan kematian.
Patah tulang tertutup yang ditangani secara konservatif dengan gips dan traksi jarang mengalami
infeksi, namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Penggunaan
stabilisasi logam internal memungkinkan adanya kegagalan dari alat itu sendiri. Pembedahan itu
sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur sebelumnya tidak mengalami cedar
mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.
Seorang yang menderita patah tulang paha dan dirawat dengan metode non operatif
dengan traksi, biasanya akan membutuhkan waktu sekitar enam minggu tinggal di rumah sakit.
Kalau frakturnya sebagian sudah sembuh, maka gips akan dipasang dari ujung jari kaki menuju
garis putting susu. Gips ini akan dipakai terus sampai tulang memberikan tanda-tanda
penyembuhan yang stabil dan pembentukan kembali korteks tulang, baik secara klinis maupun
radiografi.
Pada patah tulang terbuka, irigasi, pembersihan luka, dan debridement jaringan nekrotik
sangat perlu untuk mencegah osteomielitis pasca cedara. Seringkali luka yang terkontaminasi
dapat dibuat menjadi lika bedah yang aseptik dan bersih. Pada kondisi demikian, fiksasi internal
merupakan pilihan perawatan yang perlu dipikirkan.
Pada beberapa kasus, reduksi terbuka dan fiksasi internal mungkin merupakan bentuk
perawatan yang paling baik untuk keadaan umum penderita. Karena nyeri yang ditimbulkan oleh
patah tulang, maka sulit sekali untuk memobilisasi mereka di tempat tidur. Walaupun resiko dan
komplikasi operasi reduksi terbuka dan fiksasi internal pada penderita-penderita semacam ini
cukup serius, tetapi tidak ada cara lain yang dapat memberikan masa penyembuhan yang cepat
dengan kemungkinan dapat memobilisasi penderita dengan nyeri yang relatif ringan. Operasi
reduksi terbuka dan fiksasi internal dapat menimbulkan hal-hal berikut ini:
1. Reduksi yang akurat
2. Stabilitas reduksi tinggi
3. Pemeriksaan struktur-struktur neoro faskular
4. Berkurangnya kebutuhan akan alat imobilasasi eksternal
5. Penyembuhan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat
6. Rawat inap dirumah sakit lebih singkat
7. Dapat lebih cepat kembali kepola kehidupan sebelum cedar
Penggantian bagian tulang yang rusak. Metode operasi lain untuk mengatasi patah tulang
adalah dengan menggantikan bagian tulang yang rusak. Walaupun dengan mempergunakan
kombinasi peralatan dan tehnik pembedahan yang paling canggih sekalipun, tingkat komplikasi
kasus patah kolum femoris yang letaknya berubah masih tetep tinggi.
Rehabilitasi
Komplikasi fraktur
Walaupun sebagian besar penderita patah tulang akan mengalami proses penyembuhan
segera dengan tehnik penatalaksanaan yang stander, tetapi ada semjumlah penderita yang
menjadi cacat karna komplikasi yang timbul akibat cedera dan program penatalaksanaan. Karena
itu, sangat baik bila komplikasi spesifik yang berhubungan dengan penatalaksanaan patah tulang
di pelajari dengan baik, dan tehnik-tehnik untuk memperkecil insiden dan beratnya komplikasi
yang terjadi perlu di bahas.
Malunion. Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut, atau miring. Contoh yang has adalah
patah tualang paha yang dirawat dengan traksi, dan kemudian diberi gips untuk imobilisasi
dimana kemungkinan gerakan rotasi dari fargmen-fragen tulang yang patah kurang diperhatikan.
Akibatnya sesudah gips dibuang, ternyata anggota tubuh bagian distal memutar kedalam atau ke
luar, dan penderita tidak dapat mempertahankan tubuhnya untuk berada dalam posisi netral.
Komplikasi seperti ini dapat dicegah dengan melakukan analisi yang cermat sewaktu melakukan
reduksi, dan mempertahankan reduksi itu sebaik mungkin terutama pada masa awal periode
penyembuhan.
Delayed union dan nonunion. Sambungan tulang yang terlambat dan tulang patah yang
tidak menyambung kembali. Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan
tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat deri keadaan normal. Nonunion dari tulang yang
patah dapat menjadi komplikasi dapat menjadi komplikasi yang membahayakan bagi penderita.
Banyak keadaan yang merupakan factor predisposisi dari nonunion, diantaranya adalah reduksi
yang tidak benar akan menyebabkan bagian-bagian tulang yang patah tetap tidak manyatu,
imobilisasi yang kurang tepat baik dengan cara terbuka maupun tertutup, adanya interposisi
jaringan lunak(biasanya otot) di antara kedua fragmen tulang yang patah, cedera jaringan lunak
yang sangat berat, infeksi, pola spesifik peredaran darah dimana tulang yang patah tersebut dapat
merusak suplai darah kesatu atau lebih fragmen tualng.
Banyaknya kasus nonunion ada kaitannya dengan keadaan anatomi tertentu dari
peredaran darah. Suplai darah ke tulan yang patah dapat terganggu oleh patah tulang yang
melewati arteri-arteri utama. Patah tulang skafoid karpal sangat mudah untuk terjadi nonunion
karna tualang ini melintasi pembuluh darah yang menuju ke fragmen proksimel. Situasi yang
serupa dapat terjadi pada patah kolum femoris dan patah dibagian leher tualang talus.
Dislokasi dan subluksasi
Pada sendi normal pemukaan-permukaan rawan sendi yang menanggung beban terpasang
dengan sangat akurat satu dengan yang lainnya. Dengan demikian pada sendi panggul yang
berbentuk kepala dan mangkuk sendi hamper tidak ada penyimpangan dari bentuk bulat
komponen-kompenenya. Subluksasi adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya
deviasi dari hubungan normal antara rawan tulang yang satu dengan tulang rawan yang lainnya
pada suatu persendian. Jika kedua bagian ini sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya maka
disebut dislokasi.
Penggantian panggul
Walaupun banyak bentuk atritis dapat dikendalikan dengan baik oleh perawat medis,
tetapi kadang kala kerusakan progresif pada sendi utama dapat membuat penderita menjadi
cacat. Apabila nyeri dan keterbatasan gerak begitu besar sehingga penderita tidak lagi mampu
untuk melakukan aktivitas dasar secara mandiri, maka mungkin operasi penggantian sendi yang
nyeri merupakan indikasi.
Charnley adalah yang pertama mengambangkan sendi panggul palsu secara cukup
berhasil. Disainnya meliputi suatu prostesis socket aseta bulum yang terbuat dari poli etilen
bermolekul ultra tinggi dan sebuah kaput humeri pasangannya yang terbuat dari metal yang
mulus.
Penggantian lutut total
Penggantian lutut total pada penata laksanaan penderita atritis berat pada sendi lutut
mula-mula diperkenalkan oleh walldius pada tahun 1950-an. Prostesisnya pada dasarnya berupa
sendi engsel logam-logam berat. Pada pemakaian kronik terbentuk debrik metalik yang
menyebabkan sinovitis. Debris ini dapat menyebabkan peningkatan angka infeksi serius yang
berkaitan dengan pemakaian prosthesis ini.
Pada pembedahan, ligament kolateral dan biasanya ligament krusiata posterior, demikian
pula sebagian besar kapsul sendi yang kuat dipertahankan utuh. Koreksi deformitas dan usaha
untuk mendapatkan lutut yang normal adalah penting untuk mendapatkan fungsi lutut yang
memuaskan untuk jangka panjang.
Osteomielitis
infeksi jaringan tulang disebut sebagai steomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik.
Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam setemik maupun manefestasi lokal yang
berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagai komplikasi dari
infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit
(impetigo).
Pelu sekali mendiagnosis osteomyelitis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak,
ehingga pengobatan dengan anti biotika dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai
dapat dilakukan untuk mencagah penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk
mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan
kelumpuhan.
Osteomyelitis adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomyelitis sangat resisten terhadap pengobatan
dengan anti biotiaka. Menurut teori, hal ini disebabkan oleh karena sifat korteks tulang yang
tidak memiliki pempbuluh darah. Tidak cukup banyak anti bodi yang dapat mencapai daerah
yang terinfeksi tersebut. Infeksi tulang sangat sulut untuk di basmi, bahkan tindakan drainase dan
debridemen, serta pemberian anti biotika yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan
penyakit.