fraktur

46
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS FRAKTUR DI IGD RS. ABDOER RAHEM - SITUBONDO OLEH : LAILATUL MUTAMIMA 2012.01.016 MOH.SYAIFUL HIDAYAT 2012.01.022 NOVITA APRILYANA 2012.01.025 YANUAR YOSTAN ALI AKBAR 2012.01.040 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI 0

Upload: yanuar-yostan-ali-akbar

Post on 22-Nov-2015

111 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

fraktur

TRANSCRIPT

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS FRAKTUR DI IGD RS. ABDOER RAHEM - SITUBONDO

OLEH :

LAILATUL MUTAMIMA 2012.01.016MOH.SYAIFUL HIDAYAT2012.01.022NOVITA APRILYANA2012.01.025YANUAR YOSTAN ALI AKBAR 2012.01.040

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATANSTIKES BANYUWANGIT.A. 2014 / 2015

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL: Fraktur

Di Susun oleh:

LAILATUL MUTAMIMA 2012.01.016MOH.SYAIFUL HIDAYAT2012.01.022NOVITA APRILYANA2012.01.025YANUAR YOSTAN ALI AKBAR 2012.01.040

Prodi:D3 KeperawatanTingkat : 2

Berdasarkan hasil bimbingan oleh pembimbing ruangan, pembimbing klinik dan dosen pembimbing di IGD RS. Abdoer Rahem - Situbondo sejak tanggal 1 6 September 2014.

Tanggal :

Disetujui oleh :

Clinical Intructure_______________________Dosen Pembimbing________________________

KATA PENGANTARPuji syukur ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga tugas ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam Makalah Fraktur Harapan kami semoga tugas ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kelompok kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas kami.

Banyuwangi, 8 September 2014

Penyusun,

Daftar IsiBAB 1 PENDAHULUAN1.1Latar Belakang41.2 Tujuan Penelitian.41.2.1Tujuan Umum..41.2.2Tujuan Khusus.51.3Sistematika Penulisan..5BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1Konsep Dasar ......................62.1.1Definisi62.1.2Etiologi.62.1.3Klasifikasi62.1.4Patofisiologi.92.1.5Manifestasi Klinis112.1.6Komplikasi...122.1.7Penatalaksanaan..13

2.2 Asuhan Keperawatan152.2.1Pengkajian....152.2.2Analisa Data212.2.3Diagnosa keperawatan..232.2.4Intervensi dan Rasional242.2.5Implementasi262.2.6Evaluasi27

BAB 3 PENUTUP3.1 Kesimpulan293.2 Saran..29DAFTAR PUSTAKA..30LEMBAR KONSULTASI...31

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangFraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian masyarakat. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Pada kecelakaan lalu lintas banyak yang sebagian korban yang mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur.

Dengan mobilitas yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga.

Tibia merupakan tulang panjang yang paling sering mengalami cedera. Mempunyai permukaan subkutan yang paling panjang, sehingga paling sering terjadi fraktur terbuka. Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit, cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling lazim. Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan resiko komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.Jika tidak dapat menangani dan merawat fraktur dengan cermat, akan dapat menyebabkan kecacatan yang berat.

Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami fraktur di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun.

1.2Tujuan Penulisan

1.2.1Tujuan UmumMahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klienyang mengalami fraktur.

1.2.2Tujuan KhususMahasiswa dapat menjelaskan :1.Definisi fraktur.2.Etiologi fraktur.3.Manifestasi klinik fraktur.4.Patofisiologi fraktur.5.Komplikasi fraktur.6.Pemeriksaan Penunjang fraktur.8.Penatalaksanaan fraktur.

1.3Sistematika PenulisanSistematika penuisan makalah berdasarkan panduan makalah :Naskah diketik dengan computer menggunakan huruf Times New Roman dengan ukuran 12.1. Jarak spasinya 1,5 spasi2. Kata asing dicetak miring3. Setiap bab diberi nomor urut sesuai dengan tata cara yang dipilih.4. Bab pendahuluan dan seterusnya diberi nomor dengan angka arb (1,2,3 dan seterusnya) pada pojok kanan atas.5. Pada halaman dengan judul bab, nomor halaman ditulis di bawah tengah.6. Pada halaman lain, nomor halaman ditulis dikanan atas (1,5cm dari teks).7. Untuk referensi isi makalah di dapatkan melalui sumber buku dan dari sumber internet.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR2.1.1DefinisiFraktur Asdalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, Arif, 2000).Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical Nursing.

2.1.2Etiologi1. Kekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.2. Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan.Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.3.Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.(Oswari E, 1993)

2.1.3KlasifikasiPenampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:1. Berdasarkan sifat fraktur.a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.b. Fraktur Terbuka (Open/Compound),bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.2.Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.b.Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:a. Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)b. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks engan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.c. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.4.Berdasarkan jumlah garis patah.a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.5.Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:a. Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searahsumbu dan overlapping).b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).c. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).6. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.7. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.(Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D, 1995, Oswari, E,1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Price, Sylvia A, 1995, dan Reksoprodjo, Soelarto, 1995)2.1.4 Klasifikasi Fraktur Terbukaklasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)TIPE 1Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang menembus kulit. terdapat sedikit kerusakan jaringan lunak, tanpa penghancuran dan fraktur tidak kominutif.

TIPE 2Laserasi kulit melebihi 1cm tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak, avulsi kulit, serta fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang.

TIPE 3Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. tipe ini biasanya di sebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi.tipe 3 di bagi dalam 3 subtipe:TIPE 3 aJaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya flap. fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebatTIPE 3 bFraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan, terdapat pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebat serta fraktur komunitif yang hebat.

TIPE 4Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

2.1.5PatofisiologiTulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.(Carpnito, Lynda Juall, 2000).Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya(Black, J.M, et al, 1993)

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktura. Faktor EkstrinsikAdanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.b. Faktor IntrinsikBeberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.( Ignatavicius, Donna D, 2000 )

2.Biologi penyembuhan tulangTulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:a. Stadium Satu-Pembentukan HematomaPembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.b. Stadium Dua-Proliferasi SelulerPada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.c. Stadium Tiga-Pembentukan KallusSelsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.d. Stadium Empat-KonsolidasiBila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.e. Stadium Lima-RemodellingFraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.(Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)2.1.6 Lemah dan lemasManifestasi Klinis1. Nyeri2. Deformitas3. Krepitasi4. Bengkak5. Peningkatan temperatur lokal6. Pergerakan abnormal7. Echymosis8. Kehilangan fungsiNyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

2.1.7Komplikasi1. Komplikasi Awala. Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.b. Kompartement SyndromKompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.c. Fat Embolism SyndromFatEmbolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.d. InfeksiSystempertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.e. Avaskuler NekrosisAvaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkannekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.f. ShockShock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lamaa.Delayed UnionDelayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.b. NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.c. MalunionMalunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. (Black, J.M, et al, 1993)

2.1.8Penatalaksanaan1.Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.2.Penatalaksanaan pembedahan.1. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.2. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah

Prinsip penanganan fraktur terbuka.1. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi. 2. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa. 3. Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat. 4. Lakukan debridement dan irigasi luka. 5. Lakukan stabilisaasi fraktur. 6. Lakukan rehabilitasi ektremitas yang, mengalami fraktur

Tahap-Tahap Penanganan Fraktur Terbuka1. Pembersihan lukapembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fascia, otot dan fragmen2 yang lepas3. Pengobatan fraktur itu sendirifraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.4. Penutupan kulitapabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure. yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.5. Pemberian antibioticpemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi6. Pencegahan tetanussemua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia).

2.2Asuhan Keperawatan1. IDENTITAS KLIENBiodataa. Nama : Ny. Lb. Umur: 53 tahunc. Jenis Kelamin: Perempuan d. Alamat: Jl. Blimbing Situbondoe. Status perkawinan:Menikahf. Agama:Islamg. Suku / Bangsa: Madura / Indonesiah. Pekerjaan: IRTi. No. Register: 188815j. Diagnosa Medis: OF Cruris tibia 1/3 tengah distal,CF femur 1/3 distal + CORk. Tanggal MRS: 3 September 2014l. Tanggal Pengkajian: 3 September 2014

Biodata Penanggungjawaba. Nama : Tn. S.b. Umur: 63 tahunc. Agama: Islamd. Pendidikan: S1 Ilmu Pendidikane. Pekerjaan: Pensiunan Guruf. Alamat: Jl. Blimbingg. Status Perkawinan: Menikah

2. DATA FOKUSa. Data SubyektifPasien datang ke IGD RSUD Abdoer Rahem dengan keluhan nyeri berat akibat fraktur, pasien kecelakaan sekitar 10 menit setelah dibawa ke IGD & diantar oleh polisi, pasien mengalami open fraktur cruris disertai bleding dan closed fraktur femur pasien mengalami nyeri berat (skala nyeri 7 9)S (Symptom)Pasien mengatakan kakinya sangat nyeri dibagian kaki kananA (Alergi)Pasien tidak memilki riwayat alergi apapunM (medikamentosa)Pasien tidak minum obat apapun sebelum masuk IGDP (Post History)Pasien langsung datang ke IGD setelah mengalami kecelakaanL (Last Meal)Makan/minum terakhir saat sarapan pagi pukul 06.00 WIB dirumahnyaE (Event)Penyebab fraktur trauma akibat lakalantas

b. Data Obyektif1) Air WayBersih tidak ada sumbatan atau obstruksi jalan nafas, tidak ada sekret , tidak ada ronchi , tidak terdapat gumpalan darah.2) Breathing RR : 24 x/menit, tidak sesak , suara nafas normal, gerakan dinding dada simetris sama keduanya, tidak terdapat cuping hidung.3) Circulation TD : 140/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit, tidak cyanosis, CRT < 3 detik, denyut nadi karotis teraba, bleding cruruis, akral dingin4) Disebelity & DrungGCS 4,5,6, Comphos Mentis, Skala nyeri berat (skor 7 9 sangat nyeri tetapi masih bisa dikontrol oleh klien5) ExposureTrauma pada bagian cruris (open fraktur), femur (closed fraktur)6) Full Vital SignTD : 140/100 mmHg, Suhu : 37,2 C , RR : 24 x/mnt, Nadi : (112 x/mnt) 7) Give ComfortPasien diposisikan supine8) History Pasien datang ke IGD RSUD Abdoer Rahem pukul 8.35 WIB, tanggal 3 September 2014 mengalami patah tulang terbuka di tibia serta perdarahan dan di jahit dengan 3 jahitan, patah tulang tertutup di femur. Pasien mengalami nyeri berat ( skor 7 9). Klien mengalami lakalantas 10 menit sebelum dibawa ke IGD RSUD Abdoer Rahem dengan didampingi oleh pihak kepolisian setempat.

3. Pemeriksaan FisikKeadaan UmumK/U lemah,GCS 4,5,6 kompos mentis, kesakitan / nyeri dibagian ekstremitas bawah dekstra a. Pemeriksaan Cepalo Caudal1). Kepala dan RambutInspeksi : terdapat luka lecet/abrasi, di bagian frontalis sebelah kanan kurang lebih diameter 3 cm, terdapat hematoma , warna kulit wajah pucat, tidak ada jaringan lunak , ekspresi wajah meringis kesakitan..Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan2). HidungInspeksi : tidak terdapat hematoma , tidak ada secret, septum nasi normal, tidak terdapat cuping hidung , tidak ada kelainan bentuk Palpasi : tidak ada massa , tidak ada nyeri tekan , tidak ada krepitasi.3). TelingaInspeksi : tidak ada perdarahan keluar dari telinga , telinga kanan dan kiri simetris, tidak terdapat kelainan pada telinga , tidak terdapat otitis , Palpasi : tidak ada massa , tidak ada nyeri tekan4). MataInspeksi : tidak terdapat katarak , tidak terdapat hematom, tidak ada strabismus , konjungtiva anemisPalpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan5). Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil dan PharingTidak terdapat perdarahan , tidak ada peradangan, tidak ada lidah koror, mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil6). Leher dan TenggorokanInspeksi : tidak ada perdarahan , tidak terdapat edema , tidak ada kelainan pada leher.Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak terdapat pembesaran JVP, tidak terdapat krepitasi, 7). Dada/ Thoraka). Pemeriksaan Paru(1). InspeksiTidak terdapat kelainan pada bentuk dada, pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada otot bantu pernafasan , tidak mengalami sianosis, tidak terdapat obrasi, pernafasan reguler (2). PalpasiTidak ada tumor , tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi.(3). PerkusiSuara sonor disemua lapang paru, tidak ada suara redup atau suara tambahan lainnya disemua lapang paru.(4). AuskultasiTidak ada ronchi, tidak ada wheezing, suara nafas normal vesikulerb). Pemeriksaan Jantung(1). InspeksiIktus cordis tidak tampak di ICS V midclavicula sinistra(2). PalpasiIktus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra(3). PerkusiSuara jantung redup & tidak pembesaran jantungBatas atas ICS 2 parasternal sinistraBatas bawah ICS 5Batas kiri ICS 5 midclavicula sinistraBatas kanan ICS 4 mid clavicula dekstra(4). AuskultasiTidak ada suara tambahan (gallop, mur-mur)Bunyi jantung 1&2 tunggal8). Payudara(a). InspeksiWarna kulit sama dengan kulit sekitar(b). PalpasiTidak ada nyeri tekan ataupun massa9). Pemeriksaan Abdomen(a). InspeksiBentuk datar, tidak terdapat hernia, tidak ada obrasi , warna kulit sama dengan sekitar, umbilicus normal(b). AuskultasiBising usus 14x / menit(c). PalpasiTidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.(d). PerkusiNo. 1 = suara timpani 2 3 2 = suara pekak, ada hepar 1 4 3 = suara timpani, ada gaster 4 = suara timpani 10). Genetalia dan Anus Tidak mengalami perdarahan, tidak ada hemoroid, tidak terpasang kateter11). Ekstrimitas, Kuku dan Kekuatan OtotEkstremitas atas dekstra abrasi bagian phalangeal, sinistra dan ekstremitas bawah dekstra terdapat perdarahan akibat open fraktur di cruris/ tibia, luka jahitan 3 jahitan, closed fraktur di femur, krepitasi dan odem di femur, ekstremitas atas sinistra terpasang infus, nyeri persendian di lengan atas kanan & kiri. Nyeri pada persendian lengan atas kanan dan kiri (skala nyeri ringan 1-3). CRT < 3 dtk, tidak mengalami cyanosis.Kekuatan otot : 5 4 1 5

12). Pemeriksaan NeurologiGCS 4,5,6 , Kompos mentis, klien merasakan nyeri berat pada kaki kanan yang mengalami luka dengan skala nyeri berat 7 9, Tangan pasien tremor akibat kecelakaan

4. Pemeriksaan PenunjangTanggal : 03/09/20141. Laborat : darah lengkap2. Radiologi : foto rontgen cruris

5. PenatalaksanaanTerapi : 1. Infus Ns 20 tpm2. Oksigen nasal kanul 2 lpm3. Bidai 4. Inj lidokain5. Inj ketorolac 30 mg/ iv

6. Harapan Klien/ Keluarga sehubungan dengan PenyakitnyaPasien mengatakan semoga cepat sembuh dan tidak terjadi sesuatu yang membahayakan pada dirinya dan keluarganya terutama suaminya.

Banyuwangi, 04 September 2014Kelompok 1

ANALISA DATANama Pasien: Ny. LNo. Register: 188815NOKELOMPOK DATAMASALAHETIOLOGI

1

2

3DS : Pasien mengatakan seperti tertusuk tusuk bagian kakinya. Sangat nyeri. Pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Pasien mengatakan nyeri saat kejadian kecelakaan sampai sekarang.

DO : TD: 140/100 mmHg Nadi: 112x/menit RR: 24x/menit Suhu: 37,2 C Ekspresi wajah meringis kesakitan. Tampak keluar darah dibagian tibia (3 jahitan), odema femur (closed fraktur) Terdapat Krepitasi difemur Terdapat abrasi di tibia Skala nyeri (7-9) nyeri berat

DS : Pasien mengatakan mengeluarkan darah banyak di kakinya Pasien mengatakan kakinya bengkak dan sakit apabila digerakkan

DO : abrasi 4 cm ( 3 jahitan ) di tibia Odem di femur ( closed fraktur )

DS : Pasien mengatakan kakinya sangat nyeri Pasien mengatakan kakinya tidak bias digerakan dan bila digerakan sakit

DO : Of tibia, closed fraktur femur, odem femur Nyeri Akut

Kerusakan Integritas kulit

Hambatan mobilitas fisik

Trauma LangsungDiskontinuitas jaringanfrakturpergeseran frakmen tulangNyeri Akut

Trauma langsungFrakturDiskontinuitas tulangPerubahan jaringan sekitarLaserasi kulitKerusakan integritas kulit

Trauma langsungfrakturdiskontinuitas tulangperubahan jaringan sekitardeformitas gangguan fungsi ekstremitas Hambatan Mobilitas Fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien: Ny. LNo. Register: 188815TANGGALMUNCULDIAGNOSA KEPERAWATANTANGGAL TERATASITANDATANGAN

03/09/2014

1. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran frakmen tulang2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan laserasi kulit3. Hambatan mobilitas fisik berbubungan dengan gangguan fungsi ekstremitas

23

RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNama Pasien: Ny. LNo. Register: 188815Tgl.No.TujuanKriteria HasilIntervensiRasionalTT

3/9/141.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang1. TTV dalam batas normalNadi : 60 90x/menitTD : 110 140/60 90mmHgSuhu : 36 37,5 CRR : 18 24 x/menit2. Klien menunjukan keadaan tenang3. Nyeri klien berkurang, ( nyeri sedang ; skor nyeri 4 6)

1. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik nyeri, & kaji tingkat nyeri.2. Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan3. Berikan tindakan kenyamanan dan Atur posisi yang aman4. Observasi TTV pasien, observasi KU dan keluhan klien5. Pertahankan imobilisasi pada bagian yang yang sakit6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

1. Untuk memulihkan pengawasan kefektifan intervensi yang mempengaruhi nyeri2. Memungkinkan pasien untuk siap mengontrol tingkat ketidak nyamanan3. Meingkatkan sirkulasi perifer, mengurangi nyeri & pergerakan 4. Untuk memantau status perkembangan kesehatan kien5. Nyeri dan spame dapat dikontrol dengan imobilisasi6. Menurunkan nyeri

2.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kerusakan integritas kulit

1. Penyembuhan luka tepat waktu2. Perfusi jaringan baik3. Integritas kulit membaik4. Tidak menglami perdarahan

1. Observasi & catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi di sekitar luka2. Observasi TTV pasien, observasi KU dan keluhan klien3. Rawat luka dan heating pada area kulit yang sakit4. Observasi posisi bebat pada kulit dan otot 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit yang tepat

1. Untuk menentukan intervensi selanjutnya, mengetahui indikasi, keefektifan intervensi, dan terapi yang diberikan2. Untuk memantau status perkembangan kesehatan kien3. Mempertahankan proses penyembuhan luka4. Posisi yang tepat dapat menyebabkan cidera5. Mempercepat proses penyembuhan luka 6. Mempercepat proses penyembuahan luka

3.Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi1. Klien dapat mempertahankan fungsi bagian tubuh yang kompensasi1. Observasi keadaan imobilisasi dan presepsi klien terhadap imobilisasi2. Observasi TTV pasien, observasi KU dan keluhan klien3. Pertahankan tirah baring 4. Pasang bidai pada ekstremitas yang mengalami fraktur5. Kolaborasi dengan tim medis radiologi untuk mengetahui posisi tulang yang patah dengan foto rontgen1. Informasi yang benar dapat meningkatkan kemajuan kesehatan 2. Untuk memantau status perkembangan kesehatan kien3. Meminimalkan salah posisi dan nyeri4. Meminimalkan kerusakan tulang yang patah5. Mementuakan lokasi tulang yang patah dan untuk menentukan keefektifan intervensi selanjutnya

25

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien: Ny. LNo. Register: 188815

TanggalJamNo. DxTindakan KeperawatanTT

3/9/149.309.35

9.40

9.45

9.50

10.0010.10

10.181,2,31

1,2,3

2

3

1. Menganamnesa klien2. Mengakaji skala nyeri klienR/ : nyeri berat ; skor nyeri 4 -63. Mengkaji TTV klienR/ : TD : 140/100 mmHg, Nadi : 112x/menit, RR : 24 x/menit, Suhu : 37,2 C4. Melakukan tindakan kolaborasi dengan melaksanakan advis dokter R/ : memberikan cairan NS 500 cc, 20 tpm, inj ketorolac 30 mg/ iv5. Melakukan rawat luka dan heating dengan perawat senior6. Melakukan pembidaian dikaki kanan klien7. Menyiapkan klien dan mengantar klien foto rontgen di radiologi8. Melakukan tindakan kolaborasi dengan melaksanakan advis dokterR/ : memberikan O2 nasal kanul 2 lpm

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: Ny. LNo. Register: 188815NODXTANGGAL3/9/14, jam : 10.20TANGGAL

1,2,3

S : klien mengatakan bahwa kaki kanannya masih sakit dan nyeri.O : k.u lemah, pasien tampak menahan kesakitan akibat luka yang dialami dengan diagnose OF di cruris, CF di femur dan mengalami odem, + COR. Serta terdapat luka abrasi dibagian kaki kanan dan kepala bagian kananB1 : RR : 24x/menit, airway dan breathing normal tidak ada gangguan, tidak sesak , cuping hidung tidak ada , B2 : TD : 140/100 mmHg, Nadi : 112 x/menit, tidak terdapat cyanosis ,akral dingin, CRT < 3 detik,tidak ada perdarahan setelah dilakukan rawat luka B3 : GCS 4,5,6 comphos mentis, Suhu : 37,2 C, di bagian kedua tangan klien tremor akibat trauma lakalantas, tidak terdapat kelainan neurologi, seperti kejang, daya ingat menghilang dllB4 : klien belum BAK , saat di IGD klien tidak ingin BAK dan belum terpasang kateterB5 : klien di puasakan setelah mengalami lakalantas, klien tidak BAB B6 : Mobilitas minimal, aktivitas hanya di tempat tidur, nyeri pada kaki sebelah kanan (skala nyeri berat 7-9), OF tibia/cruris terdapat luka jahitan ( 3 jahitan ), CF femur ditandai dengan adanya krepitasi dan odem. Kaki kanan terpasang bidai dan perban. Perban tidak mengeluarkan rembesan darah setelah dirawat luka. Luka abrasi di bagian frontalis sebelah kanan diameter 3 cm, abrasi dibagian jari kaki sebelah kanan. Nyeri pada persendian lengan atas kanan dan kiri (skala nyeri ringan 1-3).A : Masalah beum teratasiP : lanjutkan intervensi sesuai diagnose dan lanjutkan perawatan di ruang mawar

BAB 3PENUTUP

3.1 KesimpulanFraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Donna L. Wong, 2004).Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.Fraktur dapat diklasifikasikan ; 1) Terbuka dan Tertutup, 2) Komplit dan Inkomplit, 3) Complicated dan comminuted.Fraktur disebakan karena trauma. Terdapat manifestasi klinis serta komplikasi sebagai akibat fraktur.Pemeriksaan diagnostik pada fraktur meliputi; Foto Rontgen, Pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah.Penatalaksanaan terapetik meliputi ; Pengobatan dan Reduksi.Pengkajian pada fraktur meliputi ; Riwayat fraktur, Muskuloskeletal, Neurologi, integumen, nadi, neuromuskular.Asuhan keperawatan ditujukan pada penyelesaian masalah aktual maupun potensial pada anak dengan frakturdan dislokasi.

3.2 SaranSetelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita lebih hati-hati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta dapat membantu pasien fraktur .

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham ,Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995.Black, J.M, et al,Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing ProcessApproach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.Carpenito, Lynda Juall,Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,Jakarta, 1999.Dudley, Hugh AF,Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta,1991.Henderson, M.A,Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.Hudak and Gallo,Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta, 1994.Ignatavicius, Donna D, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, W.B. Saunder Company, 1995.Keliat, Budi Anna,Proses Perawatan, EGC, Jakarta, 1994.Long, Barbara C,Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996.Mansjoer, Arif, et al,Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000.Oswari, E, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.Price, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta 1997.Reksoprodjo, Soelarto,Kumpulan Kuliah Ilmu BedahFKUI/RSCM, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta, 1998.

LEMBAR KONSULTASINOHARI/TANGGALKETERANGAN REVISITTD DOSEN PEMBIMBING

28