formulasi strategi pengembangan bisnis model mikro bank...

5
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia masih sangat menjanjikan, dengan jumlah UMKM sebesar 57 juta di tahun 2012 merupakan target pasar yang memiliki potensi sangat besar, berbagai pihak baik pemerintah ataupun pihak yang bergerak di bidang finansial memberikan perhatian tinggi. Fakta menyebutkan bahwa sektor UMKM merupakan sektor yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia, baik yang terjadi pada tahun 1998 maupun krisis tahun 2008. UMKM memenuhi peran penting dalam jangka panjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Negara (Chris 2011). Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, masing- masing sektor usaha memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) (Nina 2015). Perkembangan bisnis di Indonesia semakin lama semakin menonjol akan kompleksitas, persaingan, perubahan, dan ketidakpastian, perusahaan dituntut untuk mengetahui strategi pemasaran seperti apa dan bagaimana yang harus diterapkan (Afrillita 2013). Perekonomian dan industri perbankan sebagai penopang utama kegiatan ekonomi nasional, tahun 2015 pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5.7%, target tersebut merupakan tantangan berat dikarenakan terjadi beberapa kondisi makro yang mempengaruhi kegiatan ekonomi Indonesia. Perkembangan outstanding kredit secara nasional UMKM pada akhir triwulan III 2015 mencapai Rp. 753.2 triliun, tumbuh 9.1% dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9.2%. Pertumbuhan total kredit perbankan mencapai 11.5% dibandingkan tahun sebelumnya, meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 10.5%. Tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) segmen UMKM secara keseluruhan pada akhir Triwulan III 2015 tercatat 4.73%, mengalami peningkatan dibandingkan rasio NPL kredit pada Triwulan sebelumnya yang sebesar 4.62% dan Triwulan III 2014 yang sebesar 4.30%. Kontribusi tertinggi NPL diberikan oleh segmen usaha kecil sebesar 5.78% dan terendah diberikan oleh kredit usaha mikro sebesar 3.71%. Sedangkan NPL kredit segmen usaha menengah tercatat sebesar 4.61%. Pertumbuhan kredit segmen UMKM triwulan III 2015 menurut kelompok bank mengalami kenaikan sebesar 6.47%, data Bank Indonesia disajikan pada Tabel 1.

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Formulasi strategi pengembangan bisnis model mikro bank xrepository.sb.ipb.ac.id/2956/5/E54-05-Aji-Pendahuluan.pdf · 2018. 2. 12. · 5 tahun terakhir yakni dari 2011–2015 mengalami

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Segmen Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia masih

sangat menjanjikan, dengan jumlah UMKM sebesar 57 juta di tahun 2012

merupakan target pasar yang memiliki potensi sangat besar, berbagai pihak baik

pemerintah ataupun pihak yang bergerak di bidang finansial memberikan

perhatian tinggi. Fakta menyebutkan bahwa sektor UMKM merupakan sektor

yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia, baik

yang terjadi pada tahun 1998 maupun krisis tahun 2008.

UMKM memenuhi peran penting dalam jangka panjang pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi Negara (Chris 2011).

Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, masing-

masing sektor usaha memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk

Domestik Bruto (PDB) (Nina 2015). Perkembangan bisnis di Indonesia semakin

lama semakin menonjol akan kompleksitas, persaingan, perubahan, dan

ketidakpastian, perusahaan dituntut untuk mengetahui strategi pemasaran seperti

apa dan bagaimana yang harus diterapkan (Afrillita 2013).

Perekonomian dan industri perbankan sebagai penopang utama kegiatan

ekonomi nasional, tahun 2015 pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi

sebesar 5.7%, target tersebut merupakan tantangan berat dikarenakan terjadi

beberapa kondisi makro yang mempengaruhi kegiatan ekonomi Indonesia.

Perkembangan outstanding kredit secara nasional UMKM pada akhir

triwulan III 2015 mencapai Rp. 753.2 triliun, tumbuh 9.1% dibandingkan tahun

sebelumnya. Kondisi ini relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 9.2%. Pertumbuhan total kredit perbankan mencapai 11.5%

dibandingkan tahun sebelumnya, meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 10.5%.

Tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) segmen

UMKM secara keseluruhan pada akhir Triwulan III 2015 tercatat 4.73%,

mengalami peningkatan dibandingkan rasio NPL kredit pada Triwulan

sebelumnya yang sebesar 4.62% dan Triwulan III 2014 yang sebesar 4.30%.

Kontribusi tertinggi NPL diberikan oleh segmen usaha kecil sebesar 5.78% dan

terendah diberikan oleh kredit usaha mikro sebesar 3.71%. Sedangkan NPL kredit

segmen usaha menengah tercatat sebesar 4.61%. Pertumbuhan kredit segmen

UMKM triwulan III 2015 menurut kelompok bank mengalami kenaikan sebesar

6.47%, data Bank Indonesia disajikan pada Tabel 1.

Page 2: Formulasi strategi pengembangan bisnis model mikro bank xrepository.sb.ipb.ac.id/2956/5/E54-05-Aji-Pendahuluan.pdf · 2018. 2. 12. · 5 tahun terakhir yakni dari 2011–2015 mengalami

2

Tabel 1 Kredit UMKM menurut kelompok Bank dalam miliar rupiah

No. Kelompok Bank 2012 2013 2014 Sept 2015

1 Bank Persero 242.861 304.750 341.804 360.866

2 Bank Swasta Nasional Devisa 205.731 217.529 230.998 249.772

3 Bank Swasta Nasional Non Devisa 23.259 27.571 30.367 32.255

4 BPD 45.081 46.895 50.837 51.730

5 Bank Campuran 8.750 11.378 13.467 14.652

6 Bank Asing 712 697 4246 6.083

7 BPR-BPRS 25.820 30.648 35.741 37.856

Total 552.214 639.468 707.460 753.214 Sumber : Bank Indonesia

Bank X mengawali kiprahnya dalam industri keuangan sebagai lembaga keuangan

sejak 1973, mengalami beberapa kali perubahan nama pada tahun 1990, pada

tahun 1992 mencatatkan sahamnya pada bursa efek Surabaya pada tanggal 10 Juli

1990, tahun 1997 kembali perseroan mengalami perubahan nama, dan pada tahun

2005 mengalami perubahan nama yang terakhir hingga saat ini.

Menurut laporan publikasi laporan keuangan penutupan Bank X Audited per

31 Desember 2014, posisi total aset tahun 2014 adalah Rp. 23 triliun rupiah,

dengan perolehan laba sebesar Rp. 111 milyar rupiah. Total kredit yang

disalurkan adalah sebesar Rp. 17 triliun. Penyaluran kredit sejak tahun 2013

sampai dengan 2015 kredit komersial memiliki porsi terbesar, disusul retail dan

konsumer, mikro seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Outstanding kredit Bank X dalam miliar

Sumber : laporan keuangan Bank X 2015

Dengan total kantor cabang 117 kantor memberikan jaringan yang cukup

luas di Indonesia, sebaran lokasi kantor Bank X terdapat di Indonesia Wilayah

Barat, Tengah, dan Wilayah Timur. Sejak tahun 2014 Bank X menetapkan

program kerja untuk peningkatan segmen, khususnya UMKM/MSME (Micro

Small and Medium Enterprises) & Consumer. Peningkatan pada segmen

pembiayaan konsumer dan retail terjadi pada tahun 2013 ke tahun 2014 yaitu

sebesar 12,5% atau sekitar Rp. 300 miliar rupiah, untuk segmen pembiayaan

mikro masih dalam tataran wacana pengembangan. Salah satu pembiayaan yang

mulai dikembangkan pada tahun 2014 adalah pembiayaan kepada calon Tenaga

Kerja Indonesia (TKI), mekanisme penyaluran bekerjasama dengan agen penyalur

TKI dan penempatan terbatas pada beberapa Negara penempatan TKI, data Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) penempatan TKI selama

Kredit 2013 Kredit 2014 Kredit 2015

Komersial 12.800 14.300 13.900

Retail 1.400 1.600 1.900

Konsumer 1.000 1.100 1.400

Mikro 1.500 0.760 0.250

Page 3: Formulasi strategi pengembangan bisnis model mikro bank xrepository.sb.ipb.ac.id/2956/5/E54-05-Aji-Pendahuluan.pdf · 2018. 2. 12. · 5 tahun terakhir yakni dari 2011–2015 mengalami

3

5 tahun terakhir yakni dari 2011–2015 mengalami kenaikan pada TKI formal dan

penurunan pada TKI informal, seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia 2011 s.d 2015

No Tahun Jumlah Total TKI TKI Formal % TKI Informal %

1 2011 586.802 266.191 45 320.611 55

2 2012 494.609 258.411 52 236.198 48

3 2013 512.168 285.297 56 226.871 44

4 2014 429.872 247.610 58 182.262 42

5 2015 275.736 152.394 55 123.342 45 Sumber : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI)

Bank X melakukan pengelompokan dalam penyaluran kredit berdasarkan

besaran plafon kredit yang diberikan, khusus segmen consumer produk KPR tidak

terdapat batasan plafon, seperti tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengelompokan Kredit Bank X

Segmen %

Komersial > 5 miliar 80.81

Retail 500 juta s.d 5 miliar 11.04

Konsumer Konsumtif berapapun besaran plafon 8.13

Mikro s.d 500 juta 0.001

Plafon kredit

Sumber : laporan keuangan Bank X 2015

Pertumbuhan segmen UMKM setiap tahunnya memiliki kecenderungan

yang sangat baik, terlebih segmen mikro telah terbukti dapat menghadapi

gelombang krisis ekonomi. Bank X dalam penyaluran kredit mikro memiliki

pengalaman yang kurang baik di masa lalu. Tingginya kredit macet atau Non

Performing Loan (NPL) pada masa lalu, banyak meninggalkan trauma kepada

Bank X, hal ini berbanding terbalik untuk banyak bank, segmen mikro merupakan

lahan bisnis yang sangat menjanjikan, karena segmen ini memiliki tingkat

keuntungan / yield yang tinggi sehingga pendapatan bank akan jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan segmen lain diperbankan.

Segmen mikro untuk Bank X bukan merupakan segmen yang baru,

peningkatan pemberian kredit pada segmen ini terjadi secara signifikan pada

tahun 2004 dengan diluncurkannya produk Kredit Wira Usaha (KWU), hal yang

mendasari produk ini diluncurkan adalah untuk menciptakan lapangan kerja baru

dalam hal ini calon-calon professional (arsitek, dokter, peternakan, perikanan),

pengembangan usaha baru khususnya para pelaku usaha non formal. Produk

KWU diberikan kepada pelaku usaha kecil dan mikro dengan persyaratan mudah.

Mekanisme penyaluran kredit dengan bekerjasama kepada universitas, bapak

angkat (pemerintah, BPR, koperasi, lembaga keuangan mikro, organisasi

keagamaan)

Page 4: Formulasi strategi pengembangan bisnis model mikro bank xrepository.sb.ipb.ac.id/2956/5/E54-05-Aji-Pendahuluan.pdf · 2018. 2. 12. · 5 tahun terakhir yakni dari 2011–2015 mengalami

4

Outstanding kredit KWU mengalami peningkatan yang sangat signifikan

akan tetapi tingkat kesehatan kredit memiliki kecederungan memburuk / NPL. Hal

yang menyebabkan NPL tinggi adalah pemberian kredit yang tidak sesuai sasaran,

kerjasama dengan bapak angkat yang tidak berjalan dengan baik, sehingga pada

saat kredit telah dicairkan, tanggung jawab monitoring dari bapak angkat tidak

berjalan dengan baik. Hal ini yang mendasari dilakukan penelitian ini, bagaimana

strategi yang diperlukan oleh Bank X kedepannya dalam upaya mengembangan

segmen mikro, faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki, sehingga dapat

membantu Bank X dalam menyusun bisnis model pembaharuan di segmen mikro.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan

beberapa permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana kompetensi inti yang dimiliki pada saat ini dan kompetensi apa

yang akan dikembangkan oleh Bank X di masa yang akan datang?

2. Faktor eksternal apa saja yang dihadapi Bank X dalam upaya mengembangkan

bisnis mikronya?

3. Bagaimana formulasi strategi Bank X dalam upaya pengembangan dan

peningkatan bisnis mikro dengan membandingkan model bisnis kanvas

terdahulu?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, secara rinci atau spesifik penelitian

bertujuan untuk:

1. Menganalisis kompetensi inti lembaga saat ini dan kompetensi apa yang

sebaiknya dikembangkan oleh Bank X di masa yang akan datang dalam upaya

mengembangkan bisnis mikro.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan

bisnis mikro.

3. Merekomendasikan bisnis model kanvas yang telah disempurnakan untuk

formulasi strategi Bank X dalam upaya pengembangan dan peningkatan bisnis

mikro.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukkan dan kajian Bank X dalam merumuskan strategi

usahanya dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal, khususnya

dalam pengembangan segmen mikro untuk masa yang akan datang.

2. Bagi peneliti, sebagai sarana dan media pengaplikasian teori dalam lingkungan

yang nyata serta memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai formulasi

strategi.

3. Bagi akademisi, sebagai referensi bagi mahasiswa lainnya dalam penelitian

bidang usaha sejenis dan terkait.

Page 5: Formulasi strategi pengembangan bisnis model mikro bank xrepository.sb.ipb.ac.id/2956/5/E54-05-Aji-Pendahuluan.pdf · 2018. 2. 12. · 5 tahun terakhir yakni dari 2011–2015 mengalami

5

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dibatasi pada perumusan formula strategi berdasarkan studi kasus

pada Bank X berdasarkan kompetensi serta analisis internal dan eksternal yang

berhubungan dengan pengembangan segmen bisnis mikro Bank X.

2. Penelitian yang dilakukan dibatasi dan difokuskan pada formulasi strategi

Bank X dalam menghadapi persaingan dan perubahan industri perbankan serta

mengembangkan segmen bisnis mikro.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teoritis

Kriteria UMKM

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2008 mendefinisikan kredit

UMKM adalah kredit kepada debitur usaha produktif mikro, kecil dan menengah

yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu berdasarkan kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan.

Kriteria UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008 adalah adalah sbb :

1. Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus

juta rupiah).

2. Usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki

hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta

rupiah).

3. Usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,-

(lima puluh milyar rupiah).

Bank X menetapkan kriteria usaha mikro adalah kredit produktif dengan

plafond maksimal Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dapat diselurkan

secara kelompok ataupun secara individu. Pengalaman usaha minimal 2 (dua)

tahun dengan kondisi usaha yang baik.