mk habieb aji

115
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) NOMOR 49/PUU-X/2012 TELAH MENGAKHIRI TELAH MENGAKHIRI KEWENANGAN ISTIMEWA MPD (SEBAGAIMANA TERSEBUT DALAM PASAL 66 AYAT (1) UUJN) 1

Upload: yanuar-alditya

Post on 23-Dec-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PUTUSANMAHKAMAH KONSTITUSI

(MK)NOMOR 49/PUU-X/2012

TELAH MENGAKHIRITELAH MENGAKHIRIKEWENANGAN ISTIMEWA

MPD(SEBAGAIMANA TERSEBUT DALAM

PASAL 66 AYAT (1) UUJN)1

HABIB ADJIE• NOTARIS – PPAT –

• PEJABAT LELANG KELAS II • KOTA SURABAYA

• JALAN TIDAR No. 244 KOTA SURABAYA.• TELP : 031 – 5483881• FAX : 031 – 5469853.• FAX : 031 – 5469853.

• 08121652894• E-mail : [email protected]

• fb : Habib Adjie• twitter : adjieku61

• pin bb : 2AC92DC62

Ketika Mahkamah Konstitusi RepublikIndonesia (MKRI) dengan PutusanNomor : 49/PUU – X/2012 memutuskantelah meniadakan atau mengakhirikewenangan Majelis Pengawas Daerah(MPD) yang tercantum dalam Pasal 66(MPD) yang tercantum dalam Pasal 66ayat (1) UUJN membuat Notaris “terkejutsesaat”, seakan-akan tidak adaperlindungan hukum bagi Notaris dalammenjalankan tugas jabatannya. 3

Untuk Notaris tidak perlu kaget –risau – galau atas Putusan MKRItersebut, karena masih adainstrument lain berdasarkan UUJNdan Undang-undang yang lain yangdan Undang-undang yang lain yangmemberikan perlindungan kepadaNotaris dalam menjalankan tugasjabatannya.

4

PASAL 66 UUJN(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik,

penuntut umum, atau hakim dengan persetujuanMajelis Pengawas Daerah berwenang;(a) mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalampenyimpanan Notaris; danpenyimpanan Notaris; dan

(b) memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yangberkaitan dengan akta yang dibuatnya atau ProtokolNotaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

(2). Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-suratsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat beritaacara penyerahan.

5

AMAR PUTUSAN MK :

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untukseluruhnya:

1.1 Menyatakan frasa “dengan persetujuanMajelis Pengawas Daerah” dalam Pasal 66 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432) bertentangan dengan Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

6

1.2 Menyatakan frasa “dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah” dalam Pasal 66 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432) tidak mempunyai Indonesia Nomor 4432) tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat;2. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia

sebagaimana mestinya;

7

DENGAN DEMIKIAN PASAL 66 UUJN HARUS DIBACA :

(1) Untuk kepentingan proses peradilan,penyidik, penuntut umum, atauhakim berwenang;

(a) mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau ProtokolNotaris dalam penyimpanan Notaris; danNotaris dalam penyimpanan Notaris; dan

(b) memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaanyang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atauProtokol Notaris yang berada dalam penyimpananNotaris.

(2). Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-suratsebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat beritaacara penyerahan.

8

BAHWA SEMUA KETENTUAN UUJN BERLAKUUNTUK : Notaris, Notaris Pengganti, NotarisPengganti Khusus, dan Pejabat Sementara Notarisdan bertanggungjawab sampai hembusan / tarikannafas terakhir (meskipun sudah pensiunan / werdaNotaris).

Pasal 65 UUJNPasal 65 UUJNNotaris, Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, danPejabat Sementara Notaris bertanggung jawab atas setiap

akta yang dibuatnya meskipun Protokol Notaris telahdiserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpanan

Protokol Notaris.

9

DENGAN DEMIKIAN : penyidik (penyidikapapun), penuntut umum, atau hakimmempunyai kewenangan untuk langsungmelaksanakan ketentuan Pasal 66 ayat (1)huruf a dan b UUJN secara langsunghuruf a dan b UUJN secara langsungkepada Notaris, Notaris Pengganti, NotarisPengganti Khusus, dan Pejabat SementaraNotaris (baik yang masih aktif atapun yangsudah pensiun/werda).

10

DEMIKIAN PULA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

INDONESIANOMOR : M.03.HT.03.10 TAHUN 2007

TENTANG PENGAMBILAN MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS TIDAK BELAKU PEMANGGILAN NOTARIS TIDAK BELAKU

LAGI(DAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR : 10/HUM/2008) TIDAK BERLAKU LAGI)

11

PERLU KITA FAHAMI BAHWA PENGAWASAN SECARAATRIBUTIF ADA PADA MENTERI HUKUM DAN HAMRI (Pasal 67 ayat (1) UUJN) KEMUDIAN MENTERIHUKUM DAN HAM RI MEMBENTUK MAJELISPENGAWAS DAN MENDELEGASIKANPENGAWASANNYA KEPADA MAJELIS PENGAWASNOTARIS (PASAL 67 ayat (2) dan (3) UUJN) DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSITERSEBUT MAKA MENTERI HUKUM DAN HAM RITERSEBUT MAKA MENTERI HUKUM DAN HAM RI(KHUSUSNYA PASAL 66 AYAT (1) UUJN) TIDAKMEMPUNYAI KEWENANGAN SECARA ATRIBUTIFLAGI KEPADA MPD TAPI SEMUANYA (DIAMBIL ALIH)MENJADI KEWENANGAN penyidik (penyidikapapun), penuntut umum, atau hakim.

12

DENGAN KATA LAIN BERDASARKAN PUTUSAN MKTERSEBUT, untuk kepentingan proses peradilan,penyidik, penuntut umum, atau hakim, berwenang :(a) mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-

surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atauProtokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan

(b) memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan(b) memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaanyang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atauProtokol Notaris yang berada dalam penyimpananNotaris.

Tanpa PersetujuanMajelis Pengawas Daerah

13

atau MPD sudah tidak mempunyaikewenangan apapun yang berkaitandengan Pasal 66 ayat (1) UUJN. Sehinggajika Penyidik, Penuntut Umum dan Hakimakan melaksanakan ketentuan yangakan melaksanakan ketentuan yangtersebut dalam Pasal 66 UUJN terhadapNotaris, maka Notaris harus berhadapanlangsung dengan Penyidik, PenuntutUmum dan Hakim.

14

Atas Putusan MKRI para Notaristidak perlu

mempermasalahkannya, sebagaiWarga Negara Indonesia yang taathukum kita tunduk dan patuh padahukum kita tunduk dan patuh pada

Putusan MKRI tersebut, karenaPutusan MKRI telah“final and binding”

15

OLEH KARENA KEWENANGANPENGAWASAN NOTARIS ADA PADAMENTERI HUKUM DAN HAM RI

MAKA MENJADI TUGAS DANKEWENANGAN MENTERI HUKUM DANKEWENANGAN MENTERI HUKUM DAN

HAM RI UNTUK MERUMUSKANKEMBALI PENGAWASAN TERSEBUT

(BENTUK DAN CARA LAIN).

16

BAHWA MAKNA KEWENANGAN MPD YANG TERSEBUTDALAM PASAL 66 AYAT (1) UUJN AGAR DALAMPELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS ADA INSTITUSIYANG MEMAHAMI, MENGERTI DAN MENILAI TERLEBIHDAHULU SETIAP PELAKSANAAN TUGAS JABATANNOTARIS APAKAH SESUAI DENGAN UUJN ATAU TIDAK.DENGAN DIAKHIRI KEWENANGAN MPD TERSEBUTDENGAN DIAKHIRI KEWENANGAN MPD TERSEBUTMAKA TIDAK AKAN ADA LAGI INSTITUSI YANG DAPATMEMBERIKAN PENILAIAN TERLEBIH DAHULUPELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS SEBELUMDIPERIKSA INSTITUSI LAIN (PENYIDIK, KEJAKSAAN,HAKIM).

17

MESKIPUN DEMIKIAN KHUSUS UNTUKPENYIDIK (DARI KEPOLISIAN REPUBLIKINDONESIA) WAJIB MELAKSANAKAN MOUANTARA PP INI DENGAN POLRI NOMOR :

No. Pol : B/1056/V/2006.No. Pol : B/1056/V/2006.----------------------------------------------------Nomor : 01/MOU/PP-INI/V/2006.

18

PEMANGGILAN TERHADAP NOTARIS - PPAT

• Tindakan pemanggilan terhadap Notaris-PPAT harus dilakukan secara tertulis danditandatangani oleh Penyidik

• Pemanggilan Notaris-PPAT dilakukan setelah penyidik memperoleh persetujuandari Majelis Pengawas yang merupakan suatu badan yang mempunyaikewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan

• Surat pemanggilan harus jelas mencantumkan alasan pemanggilan, status yangdipanggil (sebagai saksi atau tersangka), waktu dan tempat, serta pelaksanaantepat waktu

• Surat pemanggilan diberikan selambat-lambat 3 (tiga) hari sebelumnya ataupuntenggang waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat panggilan

Berdasarkan Nota Kesepahaman antara POLRI , Ikatan Notaris Indonesia dan Ikatan PPAT

tenggang waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat panggilantersebut sebagaimana yang tercatat dalam penerimaan untuk mempersiapkanbagi Notaris-PPAT yang dipanggil guna mengumpulkan data-data/bahan-bahanyang diperlukan.

• Dengan adanya surat pemanggilan yang sah menurut hukum, maka Notaris-PPATwajib untuk memenuhi panggilan penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 112ayat (2) KUHAP

• Apabila Notaris-PPAT yang dipanggil dengan alasan sah menurut hukum tidakdapat memenuhi panggilan penyidik, maka penyidik dapat datang kekantor/tempat kediaman Notaris-PPAT yang dipanggil untuk melakukanpemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 113 KUHAP.

TATA CARA PENYITAAN TERHADAP AKTA NOTARIS

• Penyidik mengajukan permohonan kepada Majelis Pengawas di tempatkedudukan Notaris-PPAT yang bersangkutan

• Surat permohonan tersebut menjelaskan secara rinci relevasi dan urgensinyauntuk membuka rahasia suatu minuta akta Notaris-PPAT, demi kelancarankepentingan proses penyidikan suatu perkara pidana

• Dalam mengajukan surat permohonan kepada majelis pengawas Notaris-PPATyang bersangkutan wajib diberi tembusan, dengan demikian Notaris-PPATdapat memberikan pertimbangan kepada Majelis pengawas baik dimintamaupun tidak;

Berdasarkan Nota Kesepahaman antara POLRI , Ikatan Notaris Indonesia dan Ikatan PPAT

maupun tidak;

• Apabila terhadap persetujuan majelis pengawas sebagaimana dimaksud Pasal66 Undang-Undang Jabatan Notaris diberikan, maka penyidik diberikan fotokopi minuta akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atauprotokol Notoris dalam penyimpanan Notaris, setelah disahkan oleh Notaris-PPAT yang bersangkutan sesuai dengan aslinya, dan dibuat Berita acaraPenyerahan

• Dalam hal diperlukan pemeriksaan laboraturium terhadap minuta aktadan/atau protokol Notaris dalam penyimpangan Notaris, maka atas izin Majelispengawas, Notaris-PPAT dan Penyidik bersama-sama membawa bundel minutaakta tersebut ke laboraturium Forensik (Labfor) yang telah ditentukan

Untuk melakukan Penyitaan/ mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris tanpaperlu mengikuti ketentuan Pasal 38 KUHAPperlu mengikuti ketentuan Pasal 38 KUHAP(CATATAN : karena khusus untuk penyitaan

telah menjadi lex spesialis untukPenyidik/Penuntut Umum paska Putusan MK

tersebut).

23

PASAL 38 KUHAP :(1) Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik

dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat.(2) Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesakbilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak

mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebihdahulu, tanpa mengurangi ketentuan ayat (1) penyidik

mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebihdahulu, tanpa mengurangi ketentuan ayat (1) penyidikdapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak

dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketuapengadilan negeri setempat guna memperoleh

persetujuannya.

24

PASAL 225 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja tidak memenuhi memenuhi perintah undang-undang untuk menyerahkan surat-surat

yang dianggap perlu atau dipalsukan, atau yang dianggap perlu atau dipalsukan, atau yang harus dipakai untuk dibandingkan dengan surat lain yang dianggap palsu

atau dipalsukan atau yang kebenarannya disangkal atau tidak diketahui, diancam :

1. Dalam perkara pidana,dengan pidana penjara palinglama sembilan bulan.

2. Dalam perkara lain, dengan2. Dalam perkara lain, denganpidana penjara paling lamaenam bulan.

APA SAJA PERTIMBANGAN HUKUM/PENDAPAT MK UNTUK

MENYATAKAN frasa “dengan persetujuanMajelis Pengawas Daerah” bertentangan

dengan Undang Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 dan tidakRepublik Indonesia Tahun 1945 dan tidak

mempunyai kekuatan hukummengikat…?? ANTARA LAIN :

27

[3.10] Menimbang bahwa pada pokoknya Pemohonmendalilkan Pasal 66 ayat (1) sepanjang frasa “denganpersetujuan Majelis Pengawas Daerah” UU Jabatan Notarisbertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1)UUD 1945, karena penyidik Kepolisian RI mengalami kendaladalam melakukan proses penyidikan laporan polisi terhadapnotaris sehubungan dengan tindak pidana membuatketerangan palsu ke dalam akta otentik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 266 KUHP. Oleh karena yang dipanggiladalah notaris maka penyidik kepolisian terlebih dahulu harusadalah notaris maka penyidik kepolisian terlebih dahulu harusmeminta izin kepada Majelis Pengawas Daerah untukmemeriksa notaris dalam perkara pidana. Menurut Pemohonketentuan tersebut bertentangan dengan prinsip “persamaankedudukan di dalam hukum” bagi setiap warga negaraIndonesia, tidak terkecuali notaris, sebagaimana ketentuanPasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945;

28

[3.11] Menimbang bahwa notaris adalah pejabatumum yang berwenang membuat akta otentikmengenai semua perbuatan, perjanjian, danketetapan yang diharuskan oleh peraturanperundang-undangan dan/atau yang dikehendakioleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalamakta otentik, menjamin kepastian tanggalpembuatan akta, menyimpan akta, memberikanpembuatan akta, menyimpan akta, memberikangrosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itusepanjang pembuatan akta-akta itu tidak jugaditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lainatau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang; [vide Pasal 15 UU Jabatan Notaris]

29

[3.12] Menimbang bahwa menurut Pasal 1870 KUHPerdata, akta notaris berlaku sebagai pembuktianyang kuat kepada pihak-pihak yang membuatnya.Artinya, kedudukan notaris sangat penting karenaoleh Undang-Undang diberi wewenangmenciptakan alat pembuktian yang mutlak, dalampengertian bahwa yang tersebut dalam akta otentikpengertian bahwa yang tersebut dalam akta otentikitu pada pokoknya dianggap benar untuk kepastianhukum dari para subjek hukum yang tertuangdalam akta sampai dibuktikan sebaliknya denganputusan pengadilan yang mempunyai kekuatanhukum tetap;

30

[3.13] Menimbang bahwa Pasal 4 dan Pasal 16ayat (1) huruf e UU Jabatan Notaris mewajibkannotaris untuk menjaga kerahasiaan segalasesuatu mengenai akta yang dibuatnya dansegala keterangan yang diperoleh gunapembuatan akta sesuai dengan sumpah janjijabatan kecuali Undang-Undang menentukanjabatan kecuali Undang-Undang menentukanlain. Kemudian terhadap pelanggaran kewajibantersebut berdasarkan Pasal 85 UU JabatanNotaris, seorang notaris dapat dikenai sanksiberupa teguran lisan sampai denganpemberhentian dengan tidak hormat;

31

[3.14] Menimbang bahwa oleh karena Pemohon mendasarkanpermohonannya pada pelanggaran prinsip persamaan kedudukan dihadapan hukum dalam pemerintahan dan perlakuan yang adil,Mahkamah perlu merujuk pendapat Mahkamah dalam Putusan Nomor024/PUU-III/2005, tanggal 29 Maret 2006, bahwa ada tidaknyapersoalan diskriminasi dalam suatu Undang-Undang juga dapat dilihatdari perspektif bagaimana konstitusi merumuskan perlindunganterhadap suatu hak konstitusional, dalam arti apakah hak tersebutoleh konstitusi perlindungannya ditempatkan dalam rangka dueprocess ataukah dalam rangka perlindungan yang sama (equalprotection). Pembedaan demikian penting dikemukakan sebabprotection). Pembedaan demikian penting dikemukakan sebabseandainya suatu undang-undang mengingkari hak dari semua orangmaka pengingkaran demikian lebih tepat untuk dinilai dalam rangkadue process, namun, apabila suatu Undang-Undang ternyatameniadakan suatu hak bagi beberapa orang tetapi memberikan hakdemikian kepada orang-orang lainnya maka keadaan tersebut dapatdianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip equal protection;

32

[3.15] Menimbang bahwa proses peradilan olehpenyidik, penuntut umum, atau hakim untukmengambil dokumen-dokumen dalampenyimpanan notaris dan memanggil notaris untukhadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengandokumen-dokumen yang dibuatnya yang hanyadapat dilakukan dengan persetujuan MajelisPengawas Daerah, menurut Mahkamah termasukdalam kelompok pengaturan yang seharusnya tidakPengawas Daerah, menurut Mahkamah termasukdalam kelompok pengaturan yang seharusnya tidakmengandung perlakuan berbeda yang bertentangandengan prinsip equal protection sebagaimana yangdijamin oleh Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat(3) UUD 1945 yaitu persamaan atau kesederajatandi hadapan hukum dan pemerintahan

33

[3.16] Menimbang bahwa semua proses penegakanhukum pidana terhadap notaris sebagaimana telahdirumuskan pada paragraf di atas harus dilakukantanpa campur tangan atau intervensi dari kekuasaanlain di luar peradilan. Hal demikian sejalan denganprinsip penyelenggaraan kekuasaan peradilan yangmerdeka sebagaimana diatur dalam Pasal 24 UUD 1945dan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahundan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yangmenegaskan,“Segala campur tangan dalam urusanperadilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakimandilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945”;

34

[3.17] Menimbang bahwa terhadap notaris sebagaimana dimaksud dalamPasal 66 ayat (1) UU Jabatan Notaris perlakuan yang berbeda dapatdibenarkan sepanjang perlakuan itu berkaitan dengan tindakan dalam lingkupkode etik yaitu yang berkaitan dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatannotaris dalam melaksanakan tugas yang berhubungan dengan moralitas.Menurut Mahkamah perlakuan yang berbeda terhadap jabatan notaristersebut diatur dan diberikan perlindungan dalam Kode Etik Notaris,sedangkan notaris selaku warga negara dalam proses penegakan hukum padasemua tahapan harus diberlakukan sama di hadapan hukum sebagaimanadimaksud dan dijamin oleh Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3) UUD 1945.Oleh karena itu, keharusan persetujuan Majelis Pengawas Daerahbertentangan dengan prinsip independensi dalam proses peradilan danbertentangan dengan prinsip independensi dalam proses peradilan danbertentangan dengan kewajiban seorang notaris sebagai warga negara yangmemiliki kedudukan sama di hadapan hukum. Dengan cara demikian akanterhindarkan pula adanya proses peradilan yang berlarut-larut yangmengakibatkan berlarut-larutnya pula upaya penegakan keadilan yang padaakhirnya justru dapat menimbulkan pengingkaran terhadap keadilan itusendiri. Keadilan yang tertunda adalah keadilan yang tertolak (“justicedelayed justic denied”);

35

ADAKAH YANGMENARIK DARI

PERTIMBANGANPERTIMBANGANHUKUM MK

DI ATAS ?36

A. DALAM PERTIMBANGAN HUKUM (3.17) MKMENEGASKAN : notaris selaku warga negara dalam prosespenegakan hukum pada semua tahapan harus diberlakukansama di hadapan hukum sebagaimana dimaksud dan dijaminoleh Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3) UUD 1945. Olehkarena itu, keharusan persetujuan Majelis Pengawas Daerahbertentangan dengan prinsip independensi dalam prosesperadilan dan bertentangan dengan kewajiban seorang notarissebagai warga negara yang memiliki kedudukan sama disebagai warga negara yang memiliki kedudukan sama dihadapan hukum. Dengan cara demikian akan terhindarkan pulaadanya proses peradilan yang berlarut-larut yang mengakibatkanberlarut-larutnya pula upaya penegakan keadilan yang padaakhirnya justru dapat menimbulkan pengingkaran terhadapkeadilan itu sendiri. Keadilan yang tertunda adalah keadilan yangtertolak (“justice delayed justic denied”);

37

BAHWA MK TERNYATA MEMANDANG/MENILAI NOTARIS DALAM KAPASITAS SEBAGAI PRIBADI,

TIDAK MEMANDANG/MENILAI SEBAGAI JABATAN PADAHAL UUJN KONSIDERANS “MENIMBANG”, YAITU :

b. bahwa untuk menjamin, kepastian, dan perlindunganhukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentikmengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yangdiselenggarakan melalui jabatan tertentu;diselenggarakan melalui jabatan tertentu;

c. bahwa notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankanprofesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, perlumendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainyakepastian hukum;

38

39

Pertimbangan Hukum MK dalam Putusan Nomor : 009 – 014/PUU-III/2005

bahwa menegaskan :

“Menimbang bahwa Notaris adalah suatu profesi dan sekaligus Pejabat Umum (Public Official) yang melaksanakan sebagian dari Official) yang melaksanakan sebagian dari

tugas pemerintah, sebagaimana diatur dalam Bab II UUJN yang meliputi Kewenangan, Kewajiban dan Larangan bagi Notaris….”

Jabatan Notaris merupakan suatujabatan yang diciptakan oleh Negara

(Suatu lembaga yang dibuat atau diciptakan oleh negara, baik kewenangan atau materi muatannya –

tidak berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, delegasi atau mandat melainkan

41

undangan, delegasi atau mandat melainkan berdasarkan wewenang yang timbul dari freis

ermessen yang dilekatkan pada administrasi negara untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang

dibenarkan oleh hukum (Beleidsregel atau Policyrules). (Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia, UII Press,

Yogyakarta, 2004, hal. 15).

PUTUSAN MK MENGENAI PASAL 66 AYAT (1) UUJN TELAH “FINAL AND BINDING”

PASAL 10 AYAT (1) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI :

(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:

a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang DasarNegara

Republik Indonesia Tahun 1945;c. memutus pembubaran partai politik; dan

d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Penjelasan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 10 Ayat (1) : Putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final,

yakni putusan Mahkamah Konstitusi langsung memperoleh kekuatan hukum tetap sejak

diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh. Sifat final dalam putusan

Mahkamah Konstitusi dalam Undang-Undang ini mencakup pula kekuatan hukum mengikat

(final and binding).(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI)

Pasal 47 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

“Putusan Mahkamah Konstitusimemperoleh kekuatan hukum tetapmemperoleh kekuatan hukum tetap

sejak selesai diucapkan dalamsidang pleno terbuka untuk umum”.

Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

(1) Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undang-undang yang telah diuji, tidak

dapat dimohonkan pengujian kembali. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dikecualikan jika materi muatan dalam Undang-dapat dikecualikan jika materi muatan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

yang dijadikan dasar pengujian berbeda. (UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI)

MATERI YANG SAMADENGAN PASAL 66 AYAT (1)

UUJN TIDAK DAPATDIATUR LAGI DALAMDIATUR LAGI DALAM

BENTUK

UNDANG-UNDANG.

ADAKAH INSTRUMENT LAINBAGI NOTARIS SEBAGAI

BENTUK PERLINDUNGANHUKUM DALAM

MENJALANKAN TUGASMENJALANKAN TUGASJABATANNYA BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG (UUJNATAU YANG LAINNYA)…?

B. LIHAT PERTIMBANGAN HUKUM (NOMOR 3.13) : “bahwa Pasal 4 dan Pasal 16 ayat (1)

huruf e UU Jabatan Notaris mewajibkannotaris untuk menjaga kerahasiaan segala

sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dansegala keterangan yang diperoleh gunasegala keterangan yang diperoleh guna

pembuatan akta sesuai dengan sumpah janjijabatan kecuali Undang-Undang menentukan

lain” KEWAJIBAN INGKAR.

48

APAKAH INI BERARTI MK MENYARANKAN KEPADANOTARIS GUNAKANLAH KEWAJIBAN INGKARDALAM MELAKSANAKAN TUGAS JABATANNOTARIS DARIPADA MENGGUNAKAN KETENTUANDALAM PASAL 66 AYAT (1) UUJN YANGDALAM PASAL 66 AYAT (1) UUJN YANGbertentangan dengan Undang Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dantidak mempunyai kekuatan hukum mengikat… ?

49

BAHWA KEWAJIBAN INGKAR MELEKAT PADAJABATAN NOTARIS SEBAGAI UPAYA MELINDUNGISEGALA HAL YANG BERKAITAN DENGANPEMBUATAN AKTA NOTARIS atau mewajibkannotaris untuk menjaga kerahasiaan segalasesuatu mengenai akta yang dibuatnya dansesuatu mengenai akta yang dibuatnya dansegala keterangan yang diperoleh gunapembuatan akta sesuai dengan sumpah janjijabatan kecuali Undang-Undang menentukanlain DAN KEWAJIBAN INGKAR TERSEBUTPERINTAH UNDANG-UNDANG (UUJN).

50

Notaris wajib merahasiakan isi akta danketerangan yang diperoleh dalam pembuatan aktaNotaris, kecuali diperintahkan oleh undang-undang bahwa Notaris tidak wajib merahasiakandan memberikan keterangan yang diperlukan yangberkaitan dengan akta tersebut, dengan demikianbatasannya hanya undang-undang saja yang dapatberkaitan dengan akta tersebut, dengan demikianbatasannya hanya undang-undang saja yang dapatmemerintahkan Notaris untuk membuka rahasiaisi akta dan keterangan/pernyataan yang diketahuiNotaris yang berkaitan dengan pembuatan aktayang dimaksud.

51

Paska Putusan MKRI tersebut, tidak perlu kita ributkanatau kita sesali, karena pada dasarnya Notarismempunyai instrument lain bagi Notaris sebagaibentuk perlindungan hukum dalam menjalankan tugasjabatannya berdasarkan UUJN dan Undang-undangyang lain, yaitu pada jabatan Notaris telah adamelekat :melekat :

Hak Ingkar (Verschoningsrecht)dan

Kewajiban Ingkar(Verschoningsplicht).

52

Hak dan Kewajiban Ingkar Notaris(setelah berlakunya UUJN) tidakpernah dipergunakan Notaris, karenapara Notaris berlindung dalamkewenangan MPD (Pasal 66 ayat (1)kewenangan MPD (Pasal 66 ayat (1)UUJN). Bahkah sebenarnya Hak danKewajiban Ingkar telah ada sejaklembaga kenotariatan lahir.

53

SETELAH FRASA “dengan persetujuan MajelisPengawas Daerah” tersebut bertentangan

dengan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan “tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat “berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi.berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi.

MAKA NOTARIS WAJIB UNTUKMEMPERGUNAKAN HAK DAN

KEWAJIBAN INGKAR54

Jelas sudah bahwa Notaris mempunyai kewajiban/hakseperti tersebut di atas, pertanyaannya, kenapa paraNotaris tidak menyadari punya kewajiban/hak sepertiitu ? Bahwa Notaris mempunyai Kewajiban/hak Ingkarbukan untuk kepentingan diri Notaris, tapi untukkepentingan para pihak yang telah mempercayakankepentingan para pihak yang telah mempercayakankepada Notaris, bahwa Notaris dipercaya oleh para pihakmampu menyimpan semua keterangan atau pernyataanpara pihak yang pernah diberikan di hadapan Notarisyang berkaitan dalam pembuatan akta.

55

APAKAH

HAK INGKAR(verschoningsrecht)

DANDANKEWAJIBAN INGKAR

(verschoningsplicht) ?

56

HAK INGKAR(Verschoningsrecht)

Hak Ingkar atau hak menolak sebagai imunitas hukum notaris untuk tidak berbicara atau memberikan

keterangan apapun yang berkaitan dengan akta (atau keterangan lainnya yang berkaitan dengan akta) yang

dibuat dihadapan atau oleh Notaris sebagai saksi keterangan lainnya yang berkaitan dengan akta) yang

dibuat dihadapan atau oleh Notaris sebagai saksi dalam penuntutan dan pengadilan merupakan Verschoningsrecht atau suatu hak untuk tidak berbicara/tidak memberikan informasi apapun

didasarkan pada Pasal 170 KUHAP dan Pasal 1909 ayat (3) KUHPerdata.

57

PASAL 170 KUHAP : (1)Mereka yang karena pekerjaan, harkat

martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat diminta

dibebaskan dari kewajibannya untuk memberikan keterangan sebagai saksi yaitu memberikan keterangan sebagai saksi yaitu tentang hal yang dipercaya kepada mereka.

(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.

58

Penjelasan :Ayat (1)Pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanyakewajiban untuk menyimpan rahasia ditentukan olehperaturan perundang-undangan.Ayat (2)Jika tidak ada ketentuan peraturan perundang-undanganJika tidak ada ketentuan peraturan perundang-undanganyang mengatur tentang jabatan atas pekerjaandimaksud, maka seperti yang telah ditentukan oleh ayatini, hakim menentukan sah atau tidaknya alasan yangdikemukakan untuk mendapatkan kebebasan tersebut.

Pasal 1909 KUHPerdata :Semua orang yang cakap untuk menjadi saksi,

diharuskan memberikan kesaksian di muka hakim. Namun dapatlah meminta dibebaskan dari

kewajibannya memberikan kesaksian.Pasal 1909 ayat (3) KUH Perdata :

Segala siapa yang karena kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya menurut undang-

undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang

pengetahuannya dipercayakan kepadanya demikian.

60

Pasal 146 HIR ayat (1), angka 3 : Boleh mengundurkan dirinya untuk memberi

kesaksian :Sekalian orang yang karena martabatnya, pekerjaan

atau jabatan yang sah diwajibkan menyimpan rahasia, akan tetapi hanya semata-mata mengenai akan tetapi hanya semata-mata mengenai

pengetahuan yang diserahkan kepadanya karena martabat, pekerjaan atau jabatannya itu .

(2) Kesungguhan kewajiban menyimpan rahasia yang dikatakan itu, terserah dalam pertimbangan

pengadilan negeri.

61

Berdasar beberapan undang-undangsebagaimana terurai di atas bahwa Hak IngkarNotaris dapat dipergunakan ketika Notarissebagai saksi dalam perkara Perdata : Pasal1909 ayat (3) KUHPerdata, Pasal 146 ayat (1)HIR, dan Pidana : Pasal 170 KUHAP dalamHIR, dan Pidana : Pasal 170 KUHAP dalampersidangan pengadilan yang berkaitan denganakta yang dibuat di hadapan atau oleh Notarisdan segala keterangan yang diperoleh dalampembuatan akta tersebut.

62

Kewajiban Ingkar(Verschoningsplicht)

Kewajiban Ingkar suatu kewajibanuntuk tidak bicara yang didasarkan

pada :pada :Pasal 4 ayat (2) UUJN,

Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJNPasal 54 UUJN.

63

Pasal 4 ayat (2) UUJN :Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

“Saya bersumpah/berjanji :-bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasiladan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya.-bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama,mandiri, dan tidak berpihak.-bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan-bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankankewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dantanggung jawab saya sebagai Notaris.-bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yangdiperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya.-bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsungmaupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apapun, tidak pernah dantidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapapun.”

64

Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN :

Merahasiakan segala sesuatumengenai akta yang dibuatnya dansegala keterangan yang diperolehsegala keterangan yang diperoleh

guna pembuatan akta sesuaidengan sumpah/janji jabatan,

kecuali undang-undangmenentukan lain;

65

Penjelasan Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN :

Kewajiban untuk merahasiakan segalasesuatu yang berhungungan denganakta dan surat-surat lainnya adalahakta dan surat-surat lainnya adalah

untuk melindungi kepentingan sesamapihak yang terkait dengan akta

tersebut.

66

Pasal 54 UUJN :

Notaris hanya dapat memberikan,memperlihatkan, atau

memberitahukan isi akta, GrosseAkta, Salinan Akta atau Kutipan Akta,kepada orang yang berkepentinganlangsung pada akta, ahli waris, atau

67

kepada orang yang berkepentinganlangsung pada akta, ahli waris, atau

orang yang memperoleh hak, kecualiditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan.

UUJN MENEMPATKANKEWAJIBAN INGKAR NOTARIS

SEBAGAI SUATU KEWAJIBANNOTARIS (Pasal 4 ayat (2) UUJN,NOTARIS (Pasal 4 ayat (2) UUJN,Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN,

Pasal 54 UUJN)

68

KAPANKAH NOTARIS MENGGUNAKAN KEWAJIBAN/HAK INGKAR ?

Dalam hal ini timbul pertanyaan, kapankewajiban/hak ingkar dapat dilakukan ?Kewajiban/hak ingkar dapat dilakukan denganbatasan sepanjang Notaris diperiksa oleh instansibatasan sepanjang Notaris diperiksa oleh instansimana saja yang berupaya untuk memintapernyataan atau keterangan dari Notaris yangberkaitan dengan akta yang telah atau pernahdibuat oleh atau di hadapan Notaris yangbersangkutan.

69

A. PERGUNAKAN HAK INGKAR KETIKA NOTARIS DIPERIKSA SEBAGAI SAKSI DI PENGADILAN

(DALAM PERKARA PERDATA/PIDANA).

KETIKA NOTARIS DIPANGGIL PENGADILAN UNTUK BERSAKSI BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUAT OLEH/DIHADAPANNYA ATAU YANG DIBUAT OLEH/DIHADAPANNYA ATAU BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS BERDASARKAN UUJN

MAKA NOTARIS WAJIB MEMENUHI PANGGILAN TERSEBUT.

PASAL 244 KUHPIDANABarangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli, atau

juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban

berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam :dipenuhinya, diancam :

1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan.

2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan

PASAL 522 KUHP

Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi,

ahli atau juru bahasa, tidakahli atau juru bahasa, tidakdatang secara melawan hukum,diancam dengan pidana dendapaling banyak sembilan ratus

rupiah.

Dengan ancaman pidana sebagaimanatersebut di atas, sudah tentu Notaris wajibmemenuhi panggilan tersebut, tapi ketika

panggilan tersebut dipenuhi, apakahNotaris akan memberikanNotaris akan memberikanketerangan/bersaksi (tidak

mempergunakan hak ingkar) atau akanmempergunakan hak ingkar ?.

73

Bahwa penggunaan Hak Ingkar tersebut ketika Notarissebagai saksi dalam persidangan pengadilan tidakbersifat serta merta, artinya langsung berlaku. Tapi jikanotaris akan mempergunakan hak ingkarnya, wajibdatang dan memenuhi panggilan tersebut dan wajibmembuat surat permohonan kepada hakim yangmembuat surat permohonan kepada hakim yangmengadili/memeriksa perkara tersebut, bahwa Notarisakan menggunakan Hak Ingkarnya. Atas permohonanNotaris, Hakim yang memeriksa perkara yangbersangkutan akan menetapkan apakah mengabulkanatau menolak permohonan Notaris tersebut ?

74

JIKA NOTARIS AKAN MEMPERGUNAKAN HAK INGKARNYA WAJIB MEMBUAT SURAT

PERMOHONAN KEPADA HAKIM YANG MENGADILI/MEMERIKSA PERKARA

TERSEBUT. HAKIM AKAN MENETAPKAN APAKAH HAKIM AKAN MENETAPKAN APAKAH

MENGABULKAN ATAU MENOLAK PERMOHONAN TERSEBUT.

(LIHAT PASAL 170 AYAT (1) DAN (2) KUHAP).

75

JIKA HAKIM MENGABULKAN PERMOHONAN NOTARIS TERSEBUT MAKA NOTARIS TIDAK

PERLU BERSAKSI.JIKA HAKIM MENOLAK PERMOHONAN NOTARIS TERSEBUT MAKA NOTARIS PERLU BERSAKSI. DAN ATAS KETERANGAN SAKSI DI PENGADILAN, DAN ATAS KETERANGAN SAKSI DI PENGADILAN, JIKA ADA YANG DIRUGIKAN ATAS KETERANGAN

NOTARIS, NOTARIS TIDAK DAPAT DITUNTUT BERDASARKAN PASAL 322 AYAT (1) KUHP

KARENA NOTARIS MELAKUKANNYA ATAS PERINTAH HAKIM.

76

B. PERGUNAKAN KEWAJIBAN INGKAR KETIKA DIPERIKSA SEBAGAI SAKSI/ MEMBERIKAN

KETERANGAN DALAM PROSES PENYIDIKAN.

KETIKA NOTARIS DIPANGGIL/DIMINTA UNTUKBERSAKSI /MEMBERIKAN KETERANGAN AKTAAKTA YANG DIBUAT OLEH/DIHADAPAN NOTARISAKTA YANG DIBUAT OLEH/DIHADAPAN NOTARISATAU PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARISMENURUT UUJN , MENJADI KEWAJIBANHUKUM NOTARIS UNTUK MEMENUHI HALTERSEBUT.

PADA SAAT NOTARIS MEMENUHIPANGGILAN TERSEBUT KE HADAPANPENYIDIK, NOTARIS DAPAT MENYATAKANAKAN MENGUNAKAN KEWAJIBANINGKARNYA SEBAGAIMANA DIATURDALAM PASAL 4 AYAT (2), PASAL 16 AYATDALAM PASAL 4 AYAT (2), PASAL 16 AYAT(1) HURUF e DAN 54 UUJN. PERNYATAANTERSEBUT DICATAT DALAM BERITA ACARAPEMERIKSAAN.

78

PERNYATAAN MENGGUNAKANKEWAJIBAN INGKAR TERSEBUTTIDAK PERLU DISERTAI ALASANAPAPUN. TAPI SEMATA-MATAAPAPUN. TAPI SEMATA-MATA

MENJALANKAN PERINTAHUU/UUJN.

79

JIKA NOTARIS MENGGUNAKAN KEWAJIBAN INGKAR, APAKAH PENYIDIK/KEJAKSAAN/HAKIM AKAN MEMAKSAKAN KEHENDAKNYA KEPADA

NOTARIS DAN MENGANCAM NOTARIS DENGAN ANCAMAN MENGHALANGI PROSES

PENYIDIKAN/PERADILAN ?PENYIDIKAN/PERADILAN ?(PASAL 117 AYAT (1) KUHAP “KETERANGAN

TERSANGKA DAN/ATAU SAKSI KEPADA PENYIDIK DIBERIKAN TANPA TEKANAN DARI APAPUN

DAN/ATAU DALAM BENTUK APAPUN”)

80

C. PERGUNAKAN KEWAJIBAN INGKAR KETIKA MEMBERIKAN KETERANGAN/ SAKSI DI HADAPAN

MAJELIS PENGAWAS NOTARIS.

APAKAH NOTARIS DAPAT MENGGUNAKAN KEWAJIBAN INGKARNYA KETIKA

DIPERIKSA/MEMBERIKAN KETERANGAN DI HADAPAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS HADAPAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS

BERKAITAN DENGAN ADANYA LAPORAN/PENGADUAN MASYARAKAT KEPADA

MAJELIS PENGAWAS NOTARIS (MPD – MPW – MPP)…..?

81

SESAAT SETELAH NOTARIS DISUMPAH/MENGANGKAT SUMPAH

SEBAGAI NOTARIS, MAKA PADA JABATANNYA TELAH PULA MELEKAT

(ANTARA LAIN) KEWAJIBAN INGKAR (PASAL (ANTARA LAIN) KEWAJIBAN INGKAR (PASAL 4 AYAT (2), PASAL 16 AYAT (1) HURUF e

DAN 54 UUJN) SEHINGGA PADA SETIAP WAKTU/TEMPAT/DIMANAPUN NOTARIS DAPAT MEMPERGUNAKAN KEWAJIBAN

INGKAR TERSEBUT.82

Berdasarkan UUJN/UNDANG-UNDANGYANG LAINNYA ada beberapa peluangNotaris untuk diperiksa berkaitan denganakta yang dibuat oleh atau di hadapannya,oleh :

•MPD, MPW dan MPP untukmelaksanakan kewenangan Majelis

Pengawas.•Penyidik, Kejaksaan dan Hakim.

83

Pada semua instansi tersebut(MPD, MPW, MPP dan Penyidik)

gunakanlah Kewajiban IngkarNotaris.

Ketika Notaris sebagai saksi diKetika Notaris sebagai saksi dipersidangan (dalam perkara pidana

atau perdata) gunakanlahHak Ingkar Notaris.

84

Pada semua instansi tersebut Kewajiban/HakIngkar dilakukan oleh Notaris. Ketika Notarismelakukan Kewajiban Ingkar, maka instansi yangmelakukan pemeriksaan tidak perlu bertanyaalasannya kenapa Notaris melakukannya, tapikarena perintah UUJN. Dan jika dilakukan makainstansi yang bersangkutan wajib membuatinstansi yang bersangkutan wajib membuatberita acara pemeriksaan yang intinya Notaristelah melakukan Kewajiban/Hak Ingkar, dan tidakperlu lagi diupayakan lagi dengan cara-cara yangtidak sesuai dengan UUJN, misalnya dengan caramemanggil dan memeriksa Saksi Akta.

85

DALAM KETENTUAN UNDANG-UNDANG (SUBSTANSI PASAL/AYAT)

TERSEBUT DI ATAS, TIDAK DISEBUTKAN SECARA TERUKUR DAN NORMATIF

ALASAN-ALASAN BAGI NOTARIS UNTUK ALASAN-ALASAN BAGI NOTARIS UNTUK MEMPERGUNAKAN ATAU TIDAK

MEMPERGUNAKAN HAK/KEWAJIBAN INGKAR. KECUALI UNDANG-UNDANG MENENTUKAN

LAIN.

86

ALASAN-ALASAN UNTUK MEMPERGUNAKAN ATAU TIDAK

MEMPERGUNAKAN HAK/KEWAJIBAN INGKAR TERGANTUNG PADA NOTARIS

YANG BERSANGKUTAN. SITUASI DAN NUANSA KETIKA AKTASITUASI DAN NUANSA KETIKA AKTADIBUAT DAN DALAM PELAKSANAANTUGAS JABATAN NOTARIS, MAKA NOTARISYANG BERSANGKUTAN LEBIH TAHU

87

JIIKA NOTARIS DALAM MENJALANKAN TUGAS JABATANNYA SESUAI DENGAN UUJN MAKA

NOTARIS TELAH MENJALANKAN TUGAS/PERINTAH JABATANNYA PASAL 50

KUHP MENENTUKAN “BARANG SIAPA MELAKUKAN PERBUATAN UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN UNTUK

MELAKSANAKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG TIDAK DIPIDANA” KEPADA

YANG BERSANGKUTAN (NOTARIS) TIDAK DIPIDANA.

88

PERHATIAN……!!!!

NOTARIS YANG MELANGGARKETENTUAN HAK/KEWAJIBAN

INGKAR, AKANINGKAR, AKANDIKENAI/DIJATUHI SANKSI

(SECARA KUMULATIF) BERUPA :

89

1. SANKSI PIDANA

Pasal 322 ayat 1 KUHP :

………pidana penjara paling lamasembilan bulan atau pidanasembilan bulan atau pidanadenda paling banyak sembilanribu rupiah.

90

2. SANKSI PERDATA

BERDASARKAN PASAL 1365KUHPerdata SEBAGAI

PERBUATAN MELAWAN HUKUM

91

PERBUATAN MELAWAN HUKUM GUGATAN GANTI KERUGIAN.

3. SANKSI ADMINISTRATIFPasal 85 UUJN :

Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam..........pasal 16 ayat (1) huruf e, ............

Pasal 54, ............ dapat dikenai sanksi berupa :a. teguran lisan;a. teguran lisan;b. teguran tertulis;c. pemberhentian sementara;d. pemberhentian dengan hormat; ataue. pemberhentian dengan tidak hormat.

92

4. SANKSI KODE ETIK NOTARIS

BAB IIIKEWAJIBAN, LARANGAN DAN

PENGECUALIANPENGECUALIANKewajiban

Pasal 393

17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secaraumum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dandilaksanakan antara lain namun tidak terbatas padaketentuan yang tercantum dalam:a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris;b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahunb. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris;

c. Isi Sumpah Jabatan Notaris;d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Ikatan Notaris Indonesia.

94

Larangan Pasal 4

15.Melakukan perbuatan-perbuatanlain yang secara umum disebutsebagai pelanggaran terhadap Kodesebagai pelanggaran terhadap KodeEtik Notaris, antara lain namuntidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap :

95

a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

c. Isi sumpah jabatan Notaris;d. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga dan/atau Keputusan-keputusan lain yang telah ditetapkan oleh organisasiIkatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan olehanggota.

96

BAB IVS A N K S I

Pasal 6

1. Sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukanpelanggaran Kode Etik dapat berupa : a. Teguran; b. Peringatan; b. Peringatan; c. Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan

Perkumpulan;d. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan

Perkumpulan.

97

2.Penjatuhan sanksi-sanksisebagaimana terurai di atasterhadap anggota yangmelanggar Kode Etik disesuaikanmelanggar Kode Etik disesuaikandengan kwantitas dan kwalitaspelanggaran yang dilakukananggota tersebut

98

Timbul pertanyaan, apakah Hak danKewajiban Ingkar tersebut hanya untukNotaris, Notaris Pengganti, NotarisPengganti Khusus, dan Pejabat SementaraNotaris saja ? Bagaimana dengan SaksiNotaris saja ? Bagaimana dengan SaksiAkta (dan mantan Saksi Akta),pensiunan/werda/mantan Notaris, NotarisPengganti, Notaris Pengganti Khusus, danPejabat Sementara Notaris ? .

99

Pasal 65 UUJN menegaskan bahwa“Notaris, Notaris Pengganti, NotarisPengganti Khusus, dan PejabatSementara Notaris bertanggung jawabatas setiap akta yang dibuatnyaatas setiap akta yang dibuatnyameskipun Protokol Notaris telahdiserahkan atau dipindahkan kepadapihak penyimpanan Protokol Notaris”.

100

Dengan demikian pensiunan/werda/mantanNotaris, Notaris Pengganti, Notaris PenggantiKhusus, dan Pejabat Sementara Notaris wajibbertanggungjawab sampai hembusan / tarikannafas terakhir meskipun sudah tidak menjabatlagi, dan bagi pensiunan/werda/mantan Notaris,lagi, dan bagi pensiunan/werda/mantan Notaris,Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus,dan Pejabat Sementara Notaris tetap berlakuHak dan Kewajiban Ingkar. Untuk Sanksinyadapat diterapkan Pasal 322 ayat (1) KUHP dan1365 KUHPerdata.

101

Bagaimana dengan Saksi Akta dan mantan SaksiAkta ? Bahwa keberadaan Saksi Akta merupakanbagian dari aspek formal akta, tanpa adanyaSaksi Akta, maka akta Notaris tidak dapatdiperlukan sebagai akta Notaris, tapi hanyamempunyai kekuatan pembuktian sebagai aktamempunyai kekuatan pembuktian sebagai aktadibawah tangan saja (Pasal 1869 KUHPerdata).Oleh karena itu, kedudukan Saksi Akta, mantanSaksi Akta tersebut tetap melaksanakan Hak danKewajiban Ingkar.

102

ADAKAH (CONTOH) SAMPAISAAT INI UNDANG-UNDANG

(PASAL/AYAT) YANGMENIADAKANMENIADAKAN

HAK/KEWAJIBAN INGKARNOTARIS TERSEBUT ?

103

Pasal 25 ayat (1) UU 20/2000 (BPHTB)

Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notarisdan Kepala Kantor Lelang Negaramelaporkan pembuatan akta atauRisalah Lelang perolehan hak atasRisalah Lelang perolehan hak atastanah dan atau bangunan kepadaDirektorat Jenderal Pajak selambat-lambatnya pada tanggal 10 (sepuluh)bulan berikutnya.

104

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 31 TAHUN 1999

TENTANGPEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Pasal 35(1) Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau ahli,

kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung. Istri atausuami, anak, dan cucu dari terdakwa.suami, anak, dan cucu dari terdakwa.

(2) Orang yang dibebaskan sebagai saksi sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) dapat diperiksa sebagai saksi apabila merekamenghendaki dan disetujui secara tegas oleh terdakwa.

(3) Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),mereka dapat memberikan keterangan sebagai, saksi, tanpadisumpah.

105

Pasal 36Kewajiban memberikan kesaksiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 35berlaku juga terhadap mereka yangmenurut pekerjaan, harkat dan martabatatau jabatannya diwajibkan menyimpanmenurut pekerjaan, harkat dan martabatatau jabatannya diwajibkan menyimpanrahasia, kecuali petugas agama yangmenurut keyakinannya harus menyimpanrahasia.

106

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 28 TAHUN 2007

TENTANGPERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983

TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PASAL 35 AYAT (2) Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terikat oleh kewajibanpada ayat (1) terikat oleh kewajibanmerahasiakan, untuk keperluan pemeriksaan,

penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidanadi bidang perpajakan, kewajiban merahasiakan

tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban merahasiakan ditiadakan

ataspermintaan tertulis dari Menteri Keuangan.i

UNTUK SELANJUTNYA MENJADI KEWAJIBAN FORMAL DAN TERSTRUKTUR

IKATAN NOTARIS INDONESIA(PENGDA – PENGWIL – PP) UNTUK

MENDAMPINGI/MELAKUKAN MENDAMPINGI/MELAKUKAN PENDAMPINGAN KEPADA NOTARIS YANG

DIPANGGIL UNTUK MEMENUHI PANGGILAN PENYIDIK/KEJAKSAAN/HAKIM.

108

KONTEMPLASI

PERLU ADA INSTITUSI YANG DIBERI KEWENANGAN UNTUK MENILAI TERLEBIH DAHULU TERHADAP

AKTA NOTARIS DAN KETERANGAN

109

AKTA NOTARIS DAN KETERANGAN LAIN DALAM PEMBUATAN AKTA SEBELUM DINILAI/DIPERIKSA

INSTITUSI LAIN.

TAWARAN SOLUSI (1) UBAH/REVISI KEN (KODE ETIK

NOTARIS) BERIKAN KEWENANGAN TAMBAHAN KEPADA DKD – DKW – DKP

UNTUK MEMBERIKAN PENILAIAN

110

UNTUK MEMBERIKAN PENILAIAN AWAL TERHADAP AKTA/PELAKSANAAN

TUGAS JABATAN NOTARIS SEBELUM DIPERIKSA/DINILAI OLEH INSTITUSI

LAIN.

(2). ATUR KEMBALI/BERIKAN KEWENANGAN (SEPERTI YANG

TERSEBUT DALAM PASAL 66 AYAT (1) UUJN) KEPADA MPW

ATAU MPP DALAM BENTUK ATAU MPP DALAM BENTUK PERATURAN MENTERI HUKUM

DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

(3). MASUKKAN KEMBALI KE RUUJN DALAM BENTUK FRASA YANG LAIN (TIDAK

MENGULANG SEPERTI YANG MENGULANG SEPERTI YANG TERSEBUT DALAM PASAL 66

AYAT (1) UUJUN)

UNTUK SELANJUTNYA MENJADI KEWAJIBAN FORMAL DAN

TERSTRUKTUR IKATAN NOTARIS INDONESIA (PENGDA – PENGWIL – PP) UNTUK MENDAMPINGI/MELAKUKAN

113

UNTUK MENDAMPINGI/MELAKUKAN PENDAMPINGAN KEPADA NOTARIS

YANG DIPANGGIL UNTUK MEMENUHI PANGGILAN

PENYIDIK/KEJAKSAAN/HAKIM.

Perlindungan Apa Yang Paling Aman?

• Self Defense Jalankan amanah profesi dengan profesionaldan bermartabat sesuai dengan peraturan perundangan,kode etik, nilai-nilai agama;

• Hindari praktik menyimpang akta secara back dated,pemalsuan identitas, penyelundupan hukum, delikommissionis (delik pasif/pembiaran/pura-pura tidak tahu)

• Benteng Pengaman Penggunaan CCTV, DokumentasiRapi, Kehadiran Saksi-Saksi, Sidik Jari, Check and Recheck,dll.

(Wakil Menteri Hukum dan HAMProf. Denny Indrayana, S.H.,LL.M.,Ph.D.

Jakarta, 2 Juli 2013)

SELAMAT BEKERJADAN MAJU TERUS –

TERUS MAJU,TERUS MAJU,SUKSES UNTUK KITA

SEMUA…!!!115