formulasi sediaan gel anhidrat diabetic ...diabetes melitus adalah kondisi dimana terjadi...
TRANSCRIPT
FORMULASI SEDIAAN GEL ANHIDRAT DIABETIC WOUND HEALING
DENGAN ZAT AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Bernadus Dhuta Wibowo
NIM: 138114098
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
FORMULASI SEDIAAN GEL ANHIDRAT DIABETIC WOUND HEALING
DENGAN ZAT AKTIF IBUPROFEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Bernadus Dhuta Wibowo
NIM: 138114098
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Say this ‘I’m the miracle itself’. So, do it
and make it happen.”
-Unknow-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Formulasi
Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” dapat
dikerjakan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
campur tangan berbagai pihak. Kesempatan ini penulis gunakan untuk
mengungkapkan rasa terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerahnya atas
penyusunan skripsi ini;
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma;
3. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
dan dosen pembimbing yang selalu menuntun, memberikan saran, dan
memotivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi;
4. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi yang telah memberikan ijin dalam penggunaan fasilitas laboratorium
untuk kepentingan penelitian ini;
5. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., yang telah mendukung dan memberi
banyak panduan dalam penyusunan skripsi ini;
6. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt., yang juga telah mendukung dan
memberikan banyak panduan dalam penyusunan skripsi ini;
7. Bapak Yohanes Ratijo, yang telah banyak bersabar dalam mendampingi
penelitian, selalu mendukung, memotivasi, dan meluangkan waktu, tempat,
dan tenaga demi kelancaran penelitian ini;
8. Pak Agung, Pak Kayat, Pak Musrifin, Pak Mukminin, dan Pak Wagiran, selaku
laboran laboratorium Fakultas Farmasi yang telah mengijinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian di laboratorium;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
9. Penelitian ini sebagian didanai oleh DP2M DIKTI berdasarkan kontrak Surat
Perjanjian Pelaksanaan Hibah No.010/HB/LIT/III/2016 tanggal 15 Maret
2016;
10. Keluarga tercinta, Andreas Bowo Srimulat, Yuliana Ponisah, Brigita Fides
Dewanty, Cicilia Gloria Arum Maharani dan keluarga besar penulis yang selalu
memberikan doa, perhatian, dan motivasi demi kelancaran studi dan
penyusunan naskah skripsi;
11. Ivana Tunggal sebagai partner skripsi sekaligus sahabat terbaik yang telah
memberikan waktu, bantuan, perhatian, dan motivasi selama penelitian dan
penyusunan naskah skripsi;
12. Kenny dan Tya yang sama-sama merasakan suka duka selama penelitian
hingga penulisan naskah skripsi ini;
13. Teman-teman seperjuangan: Nilla, Hesti, Dipta, Ryan, Elwy, Fidel yang telah
membantu dan mau bekerjasama dalam penelitian;
14. Teman-teman FST 2013, FSM C 2013, dan seluruh angkatan 2013;
15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis
berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di
bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 18 Januari 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii
PRAKATA ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
ABSTRAK.......................................................................................................... xv
ABSTRACT ......................................................................................................... xvi
PENDAHULUAN ......................................................................................... 2
METODE PENELITIAN ............................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 7
Formulasi Sediaan Gel Anhidrat ........................................................ 7
Uji Sterilitas ........................................................................................ 8
Verifikasi dan Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen ............................. 9
Evaluasi Sifat Fisik ............................................................................. 9
Uji Stabilitas Gel Anhidrat ................................................................. 11
Uji Aktivitas pada Hewan Uji ............................................................ 11
Waktu Penyembuhan Luka ................................................................ 11
Uji Histopatologi ................................................................................ 12
KESIMPULAN .............................................................................................. 14
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14
LAMPIRAN ................................................................................................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula Gel Anhidrat .........................................................................4
Tabel II. Hasil Evaluasi sifat fisik .....................................................................9
Tabel III. Waktu Penyembuhan Luka dan Intepretasi Hasil Histopatologi ........12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil uji sterilitas ...............................................................................8
Gambar 2. Grafik pelepasan obat ........................................................................10
Gambar 3. Hasil uji histopatologi pengecatan Hematoxylin Eosin ....................12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian .........................................................................17
Lampiran 2. Ethical Clearance ...........................................................................31
Lampiran 3. Certificate of Analysis ....................................................................32
Lampiran 4. Data Sifat Fisis Gel .........................................................................38
Lampiran 5. Data Kurva Baku Ibuprofen ...........................................................41
Lampiran 6. Data Pelepasan Obat .......................................................................43
Lampiran 7. Data Wound Closure ......................................................................49
Lampiran 8. Uji Statistika ...................................................................................50
Lampiran 9. Gambar Histopatologi ....................................................................63
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ................................................65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
Senyawa anti-inflamasi diketahui mampu mempercepat penyembuhan
luka pada penderita diabetes. Penelitian “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic
Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” bertujuan untuk mengetahui formula
optimum sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen.
Ibuprofen yang diformulasikan sebagai gel anhidrat diduga mampu mempercepat
penyembuhan luka bagi penderita diabetes. Penambahan propilen glikol dalam
formula ditujukan untuk meningkatkan pelepasan obat dari sediaan. Sifat fisik yaitu
organoleptis, pH, daya sebar, homogenitas, viskositas dan pelepasan obat dari gel
anhidrat diuji untuk melihat kesesuaian dengan parameter sifat fisik yang telah
ditetapkan. Pelepasan obat diuji dengan menggunakan Franz Diffusion
Cell dan dilanjutkan uji stabilitas dengan menggunakan cycle test untuk melihat ada
tidaknya perubahan sifat fisik dari gel. Data viskositas dan daya sebar dianalisis
menggunakan ANOVA. Gel dengan pelepasan obat terbaik akan diaplikasikan pada
luka eksisi pada tikus diabetes terinduksi aloksan. Hasil uji statistika menunjukan
tidak ada perbedaan bermakna pada viskositas dan daya sebar dari masing-masing
formula pada semua siklus uji stabilitas. Hasil uji pelepasan obat menunjukan
bahwa gel anhidrat dengan kadar propilen glikol 50% memberikan pelepasan
terbesar. Hasil uji aktivitas penyembuhan luka pada tikus dan uji histopatologi
menunjukan gel ini mampu mempercepat penyembuhan luka diabetes.
Kata kunci: diabetic wound healing, gel anhidrat, ibuprofen, luka diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
Anti-inflammatory compounds known to accelerate wound healing in
diabetics. Research "Formulation of Ibuprofen Anhydrous Gel Diabetic Wound
Healing" aims to determine the optimum dosage formula of anhydrous diabetic
wound healing gel with the active ingredient ibuprofen. Ibuprofen that formulated
as anhydrous gel allegedly able to accelerate wound healing in diabetics. The
addition of propylene glycol in the formula is intended to enhance the drug release
from the dosage. The physical properties of anhydrous gel tested for conformity
with the parameters of physical properties that have been set. Drug release was
tested by using Franz Difusion Cell and stability test using the cycle test. Viscosity
and spreadability were analyzed using ANOVA. Gel with the highest drug release
applied to the wound excision on alloxan-induced diabetic rats. The test results
showed no statistically significant differences in the viscosity and spreadability on
all cycle from stability assay of each formula. Anhydrous gel with 50% propylen
glycol show the highest drug release. The result of wound healing activity test in
rats and histopathological assay showed that the gel are able to accelerate healing
of diabetic wounds.
Keywords: diabetic ulcer, diabetic wound healing, anhydrous gel, ibuprofen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
FORMULASI SEDIAAN GEL ANHIDRAT DIABETIC WOUND HEALING
DENGAN ZAT AKTIF IBUPROFEN
FORMULATION OF IBUPROFEN ANHYDROUS GEL DIABETIC WOUND
HEALING
Bernadus Dhuta Wibowo
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok,
Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRACT
Anti-inflammatory compounds known to accelerate wound healing in diabetics.
Research "Formulation of Ibuprofen Anhydrous Gel Diabetic Wound Healing" aims to
determine the optimum dosage formula of anhydrous diabetic wound healing gel with the
active ingredient ibuprofen. Ibuprofen that formulated as anhydrous gel allegedly able to
accelerate wound healing in diabetics. The addition of propylene glycol in the formula is
intended to enhance the drug release from the dosage. The physical properties of anhydrous
gel tested for conformity with the parameters of physical properties that have been set. Drug
release was tested by using Franz Difusion Cell and stability test using the cycle test.
Viscosity and spreadability were analyzed using ANOVA. Gel with the highest drug release
applied to the wound excision on alloxan-induced diabetic rats. The test results showed no
statistically significant differences in the viscosity and spreadability on all cycle from
stability assay of each formula. Anhydrous gel with 50% propylen glycol show the highest
drug release. The result of wound healing activity test in rats and histopathological assay
showed that the gel are able to accelerate healing of diabetic wounds.
Keywords: diabetic ulcer, diabetic wound healing, anhydrous gel, ibuprofen
ABSTRAK
Senyawa anti-inflamasi diketahui mampu mempercepat penyembuhan luka pada
penderita diabetes. Penelitian “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing
dengan Zat Aktif Ibuprofen” bertujuan untuk mengetahui formula optimum sediaan gel
anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen. Ibuprofen yang diformulasikan
sebagai gel anhidrat diduga mampu mempercepat penyembuhan luka bagi penderita
diabetes. Penambahan propilen glikol dalam formula ditujukan untuk meningkatkan
pelepasan obat dari sediaan. Sifat fisik yaitu organoleptis, pH, daya sebar, homogenitas,
viskositas dan pelepasan obat dari gel anhidrat diuji untuk melihat kesesuaian dengan
parameter sifat fisik yang telah ditetapkan. Pelepasan obat diuji dengan menggunakan Franz
Diffusion Cell dan dilanjutkan uji stabilitas dengan menggunakan cycle test untuk melihat
ada tidaknya perubahan sifat fisik dari gel. Data viskositas dan daya sebar dianalisis
menggunakan ANOVA. Gel dengan pelepasan obat terbaik akan diaplikasikan pada luka
eksisi pada tikus diabetes terinduksi aloksan. Hasil uji statistika menunjukan tidak ada
perbedaan bermakna pada viskositas dan daya sebar dari masing-masing formula pada
semua siklus uji stabilitas. Hasil uji pelepasan obat menunjukan bahwa gel anhidrat dengan
kadar propilen glikol 50% memberikan pelepasan terbesar. Hasil uji aktivitas penyembuhan
luka pada tikus dan uji histopatologi menunjukan gel ini mampu mempercepat penyembuhan
luka diabetes.
Kata kunci: diabetic wound healing, gel anhidrat, ibuprofen, luka diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
PENDAHULUAN
Diabetes melitus adalah kondisi dimana terjadi peningkatan gula darah yang
diasosiasikan dengan tidak ada atau tidak cukupnya sekresi insulin oleh pankreas, baik
dengan atau tanpa adanya perusakan dari aksi insulin ini (Katzung et al., 2012). Prevalensi
dari diabetes melitus pada penduduk usia produktif di Indonesia adalah 4,6% (Mihardja et
al., 2014). Ulkus kaki pada penderita diabetes diperkirakan dapat terjadi pada 15% penderita
diabetes serta menjadi penyebab awal 84% dari semua amputasi kaki bagian bawah yang
berhubungan dengan diabetes (Brem & Canic 2007).
Obat anti-inflamasi diketahui mampu mepercepat penyembuhan luka diabetes
(McKelvey et al., 2012). Ibuprofen merupakan salah satu obat yang memiliki kemampuan
sebagai anti-inflamasi (Katzung et al., 2012).
Menurut Aly (2012), bentuk sediaan berbasis gel anhidrat memiliki kemampuan
yang lebih cepat dalam menutup luka pada penderita diabetes dibandingkan dengan sediaan
berbasis mikroemulsi gel, hidrogel, alcoholic gel, dan hydroalcoholic gel. Dalam formulasi
gel anhidrat tidak terdapat air, sehingga dapat mengurangi laju degradasi dari zat aktif yang
terkandung di dalamnya (Proniuk & Blanchard, 2002). Namun dari penelitian Aly (2012)
yang sama, gel anhidrat menunjukan pelepasan obat yang lebih kecil untuk obat yang
sifatnya hidrofobik jika dibandingkan dengan hidrogel, gel alkoholik, dan gel
hidroalkoholik. Salah satu zat yang bisa ditambahkan ke dalam gel untuk meningkatkan
pelepasan obat adalah propilen glikol (Amnuaikit et al., 2008). Propilen glikol mampu
menjadi solven bagi obat yang tidak larut air, namun dapat larut dalam air (Rowe et al.,
2009). Ibuprofen relatif tidak larut air (Cayman Chemical Company, 2014), sehingga
ibuprofen dapat diformulasikan menjadi gel anhidrat dan dilakukan optimasi kadar propilen
glikol dalam formula untuk meningkatkan laju pelepasan obat sehingga didapatkan gel
anhidrat ibuprofen yang dapat mempercepat penyembuhkan luka diabetes secara efektif
(Bushra & Aslam, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat
diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen. Hipotesis penelitian ini adalah formula
gel anhidrat diabetic wound healing ibuprofen dengan kadar propilen glikol yang optimum,
mampu memberikan pelepasan obat yang paling baik sehingga mempercepat penyembuhan
luka pada tikus diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni sederhana dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain
Ibuprofen grade farmasetis (Kalbe Farma), working standard Ibuprofen (Sanbe Farma),
aloksan monohidrat (Sigma), gliserin (Aldrich), propylene glycol, carbopol (Brataco), etanol
96% (Aldrich), etanol 70%, Nutrien Agar (Oxoid), kloroform teknis, ketamine 10%, krim
depilatori (Reckitt Bensckiser), kapas, formalin 10% (Aldrich), larutan Harris Hematoxylin,
larutan acid alcohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alcohol 1%, larutan working
Eosin, larutan dapar fosfat pH 7,4, akuabides, heparin, reagen Glucose GOD FS (Diasys,
Germany), akuabides, larutan standar glukosa, dan darah subjek uji.
Alat dan instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi gelas beaker,
hotplate magnetic stirrer, stirrer, skalpel, termometer, gelas ukur, plat stainless steel,
corong, sentrifugator, aluminium foil, kapas, batang pengaduk, kabinet LAF, jarum ose, labu
ukur, tabung sentrifugasi, mortir, stamper, spuit injeksi, pinset, gunting, biopsy punch, kaca
objek dan kaca penutup, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, mikrolab-200 (Merck),
mikropipet (Socorex), tabung reaksi, Rheosys Merlyn VR, timbangan analitik (Ohaus),
vortex (Wilten), dan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 (Olympus Corp., Jepang), Franz
Diffusion Cell Logan VTC-300 (Instrument Corp.), Durapore® DVWP02500 PVDF
membrane filter 0,22 µm.
Subjek uji pada penelitian ini adalah 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar berusia
2 bulan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang memiliki
berat badan pada rentang 150-180 g dan kondisi yang sehat (Katno et al., 2011).
Pembuatan Gel Anhidrat Diabetic Wound Healing
Formula gel anhidrat yang diacu yakni:
R/ Carbopol 0,15
Metanol 0,7918
Gliserin 9
Atrovastatin 0,1
m f. gel (Aly, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Formula gel anhidrat hasil modifikasi:
Tabel 1. Formula Gel Anhidrat
Formula (% w/w) Basis FI FII FIII
Carbopol 1,5 1,5 1,5 1,5
Etanol 7,89 7,89 7,89 7,89
Propylene Glycol 0 10 25 50
Ibuprofen 0 1,25 1,25 1,25
Gliserin Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Gel dibuat terlebih dahulu kemudian zat aktif ditambahkan kemudian secara aseptis.
Pembuatan gel diawali dengan melarutkan carbopol dengan setengah bagian dari etanol
dalam formula. Kemudian propilen glikol dan gliserin ditambahkan kedalam mortir, lalu
aduk hingga homogen. Setelah itu dipindahkan ke dalam beker untuk diaduk menggunakan
stirrer selama 24 jam. Kemudian disimpan selama 48 jam didalam suhu ruangan. Setelah
itu, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121o C selama 15 menit
pada tekanan 1 kgf/cm2. Setengah bagian etanol digunakan untuk melarutkan ibuprofen.
Kemudian dicampurkan ke dalam gel secara aseptis di dalam LAF.
Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan menggoreskan gel anhidrat ke media Nutrient Agar pada
cawan petri menggunakan jarum ose secara zig-zag. Tiap petri kemudian dibungkus plastic
wrap dan diinkubasi terbalik dalam LAF selama 24 jam (Australian Society for
Microbiology, 2012).
Verifikasi dan Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen
Dibuat larutan Ibuprofen 200 µg/ml dengan cara menimbang Ibuprofen sebanyak 20 mg
yang kemudian dilarutkan dengan 1 ml etanol untuk membantu kelarutan yang kemudian di
tambahkan larutan PBS pH 7,4 hingga 100 ml. Dibuat larutan intermediet dengan
konsentrasi 20 µg/ml. Setelah itu dibuat seri larutan baku 1, 3, 5 ,7, 9, 11, 13, 15, 17 µg/ml
dengan 3 kali replikasi. Diukur dengan spektrofotmeter UV pada panjang gelombang 222
nm. LOD dihitung dengan rumus :
𝐿𝑂𝐷 =3 𝑆𝐵
𝑏
dimana SB adalah simpangan deviasi dari blanko dan b adalah slope dari kurva baku. Untuk
nilai LOQ hanya mengganti angka 3 pada LOD menjadi 10. Penghitungan LOD dan LOQ
berdasarkan ICH Q2 (R1) yang dikeluarkan pada November 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Evaluasi Sifat Fisik
Uji daya sebar Sediaan sebanyak 0,5 gram diletakkan di tengah kaca bundar. Kaca bundar
lainnya dan pemberat dengan total bobot 125 gram diletakkan di atas kaca bundar pertama
dan didiamkan selama 1 menit. Diameter sediaan yang telah menyebar diukur (dengan
mengambil nilai rata-rata setelah diukur dari 4 arah berbeda) dan diulangi sebanyak 3 kali.
Uji homogenitas Sediaan secukupnya diletakkan pada kaca objek lalu letakkan kaca objek
lain di atas kaca objek pertama, tekan hingga keduanya merapat. Homogenitas sebarannya
diamati. Ulangi sebanyak 3 kali.
Uji viskositas Viskositas dan rheologi sediaan gel anhidrat diukur menggunakan instrumen
Rheosys Merlin VR dengan sistem cone and plate. Sediaan secukupnya diletakkan di atas
plate, lalu cone diturunkan hingga menghimpit gel pada plate. Pengukuran viskositas
dilakukan pada kecepatan putar 50 rpm.
Uji pelepasan obat Sekitar 0,1 g gel anhidrat dikemas ke dalam chamber pendonor pada
franz difusion cell, dipastikan bahwa tidak ada gelembung udara antara gel dan permukaan
chamber pendonor pada membran selofan. Fase reseptor dipenuhi dengan dapar fosfat pH
7,4 sambil terus diaduk dengan magnetik stearer pada kecepatan putaran yang konstan dan
sama selama percobaan untuk memastikan homogenitas dan suhu dipertahankan pada 37 ±
0,50 C. Sampel ditarik tiap 15 menit selama 90 menit dan dianalisa spektrofotometri pada
222 nm (Csizmazia, 2011). Blank gel juga diuji untuk melihat ada tidaknya interferensi dari
senyawa lain dalam pengukuran kadar ibuprofen (Aly, 2012).
Penentuan model kinetika pelepasan obat Untuk menganalisa bagaimana obat lepas dari
sediaan maka beberapa plot berikut dibuat : % kumulatif pelepasan obat vs waktu (zero
order); log % kumulatif obat yang tersisa disediaan vs waktu (first order); % kumulatif
pelepasan obat vs akar dari waktu (model Higuchi). Korelasi digunakan sebagai indikator
kesesuaian dengan salah satu model (Aly, 2012).
Uji Stabilitas Gel Anhidrat Ibuprofen
Freeze thaw cycle Uji Freeze Thaw dilakukan dengan cara masing-masing formula disimpan
pada suhu -4ºC selama 24 jam, lalu kembali disimpan pada suhu ±25ºC selama 24 jam (untuk
1 siklus). Penyimpanan dilakukan sebanyak 6 siklus dan setiap akhir siklus dilakukan
pengamatan sifat fisik dari setiap formula gel seperti pH, organoleptis, daya sebar dan
viskositas (Barasa, 2016).
Uji viskositas Viskositas dan rheologi sediaan gel anhidrat diukur menggunakan instrumen
Rheosys Merlin VR dengan sistem cone and plate. Sediaan secukupnya diletakkan di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
plate, lalu cone diturunkan hingga menghimpit gel pada plate. Pengukuran viskositas
dilakukan pada kecepatan putar 50 rpm. Uji viskositas dilakukan yaitu tiap siklus pada freeze
thaw cycle.
Uji daya sebar Sebanyak 0,5 gram gel diletakkan di tengah kaca bundar dan ditutup dengan
kaca penutup yang sudah ditimbang dan ditambahkan dengan pemberat hingga total
pemberat diatas gel sebesar 125 gram, didiamkan selama 1 menit dan diameter penyebaran
gel dari 4 bagian sisi dicatat. Uji daya sebar dilakukan pada tiap siklus freeze thaw.
Uji pH Masing-masing formula diukur nilai pH-nya menggunakan kertas indikator pH.
Sedikit gel dioleskan pada pH universal dan warna yang didapatkan dibandingkan hasilnya
dengan standar. Nilai pH yang diinginkan adalah 4,5-6,5 yaitu pH kulit sehingga kulit tidak
teriritasi karena perbedaan pH. Uji pH dilakukan pada tiap siklus freeze thaw.
Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Induksi aloksan pada tikus Larutan aloksan monohidrat 5% diinjeksikan secara
intraperitonial ke tikus jantan galur Wistar (umur 2 bulan dengan berat 150-180 gram) yang
telah dipuasakan selama 15 jam dengan dosis 150 mg/kgBB selama 2-3 hari berturut-turut.
Darah diambil dari orbital plexus 24 jam setelah injeksi dan kadar gula darah tikus diukur
(Pirbalouti, et al., 2010).
Pengukuran kadar gula darah tikus Kadar glukosa darah tikus diukur dengan instrumen
mikrolab-200 pada panjang gelombang 546 nm. Pengukuran kadar glukosa darah tikus
dilakukan dengan metode GOD-PAP (Glucose Oxidase - Phenol Aminoantypiryn
Peroxidase) pada hari ke- 0, 1, dan akhir penelitian. Tiga ekor tikus yang kadar gula
darahnya di atas 250 mg/dL digunakan untuk penelitian sebagai kelompok perlakuan
(diabetes) (Pirbalouti, et al., 2010).
Perlakuan pemberian luka dan pemberian gel anhidrat ibuprofen pada tikus Enam ekor
tikus yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
perlakuan terdiri dari 3 ekor tikus diabetes dengan kadar gula darah > 250 mg/dL dan 3 ekor
tikus tidak diabetes sebagai kelompok kontrol. Setiap tikus dianestesi dengan injeksi ketamin
pada dosis 80 mg/kgBB secara intramuscular. Pada tiap tikus diberikan 5 luka eksisi
menggunakan biopsy punch dengan diameter 3 mm. Luka dibuat pada punggung tikus yang
sudah dicukur 48 jam sebelumnya. Kelima luka eksisi pada 1 ekor tikus diberi perlakuan
berbeda, yaitu : basis, formula optimum dan kontrol tanpa perlakuan. Gel anhidrat
diaplikasikan sebanyak 0,1 mL pada luka eksisi dengan menggunakan spuit tanpa jarum
setiap 12 jam sampai luka menutup. Luka eksisi kemudian dimonitor dan persentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
penutupan luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus dieuthanasia dengan injeksi ketamin
dengan dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan
dalam pot berisi formalin 10%.
Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Sampel jaringan kulit tikus dari
perlakuan diambil, dilakukan pengecatan dengan Hematoxylin Eosin, kemudian diamati
histopatologinya secara mikroskopis dengan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 yang
terhubung dengan kamera Optilab v.2.1 (Micronos, Indonesia). Pembuatan preparat sampel
jaringan kulit dilakukan oleh bagian Patologi Anatomi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Tata cara analisis hasil
Analisis kuantitatif Pengukuran data kuantitatif yaitu kecepatan penyembuhan luka pada
tikus dihitung dengan persamaan:
% wound closure = area luka hari ke−0−area luka hari ke−n
area luka hari ke−0 X 100 %
Pengukuran % penutupan luka menggunakan aplikasi Image J dilakukan setiap hari dari
awal pemberian luka hingga luka menutup. Kecepatan penyembuhan luka dianalisis secara
statistik menggunakan software R i.386 3.2.5. Data sifat fisik yang diperoleh, dihitung rata-
rata dan dicari standar deviasinya, serta dibuat kurva % kumulatif pelepasan obat dari
sediaan terhadap waktu untuk melihat laju pelepasan obat dari sediaan. Dari data stabilitas
fisik, viskositas, % kumulatif pelepasan obat dan daya sebar dianalisis secara statistik
menggunakan software R i368 3.2.3.
Analisis kualitatif Pengamatan pada uji histopatologi memberikan perbandingan hasil
secara mikroskopis antara struktur kulit dari penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit
normal tikus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi Sediaan Gel anhidrat
Formula gel anhidrat diabetic wound healing dalam penelitian ini mengacu pada
penelitian Preparation and Evaluation of Novel Topical Gel Preparation for Wound Healing
in Diabetics. Atrovastatin yang terdapat dalam formula acuan digantikan dengan ibuprofen
karena keduanya merupakan obat yang hidrofobik (National Center for Biotechnology
Information, 2017). Basis gel anhidrat diabetic wound disterilisasi dengan autoklaf pada
suhu 121oC dan tekanan 1kgf/cm2 selama 15 menit karena pada kondisi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mikroorganisme di dalamnya akan mati akibat degradasi asam nukleat dan denaturasi enzim
(Adji, Zuliyanti, dan Larashanty, 2007).
Penambahan zat aktif ibuprofen ke dalam sediaan gel anhidrat diabetic wound
healing dilakukan dalam suasana aseptis di dalam LAF yang telah dibersihkan dengan
etanol dan didiamkan di bawah sinar UV selama 24 jam. Ibuprofen yang ditambahkan telah
steril karena telah dilarutkan dalam etanol terlebih dahulu. Tidak dilakukan sterilisasi
terminal dalam proses pembuatan gel anhidrat karena dikhawatirkan zat aktif ibuprofen akan
rusak pada suhu tinggi.
Uji Sterilitas
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Hasil uji sterilitas: Basis (a); Formula 1 (b); Formula 2 (c); dan Formula 3 (d)
Uji sterilitas dilakukan untuk mengetahui apakah formulasi yang dilakukan secara
aseptis mampu menghasilkan sediaan gel anhidrat yang steril. Dapat dilihat dari Gambar 1
bahwa tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh pada semua formula gel yang dibuat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menghasilkan sediaan yang dibuat steril. Sediaan gel
diabetic wound ini harus memenuhi persyaratan sterilitas karena akan diaplikasikan pada
luka diabetes yang terbuka. Apabila sediaan ini tidak steril, dikhawatirkan dapat
menimbulkan infeksi pada luka yang dapat menghambat proses penyembuhan luka diabetes
bahkan mengakibatkan amputasi (Leung, 2007). Sediaan ini juga tidak mengandung
antimikroba sehingga uji sterilitas ini perlu dilakukan untuk memastikan sediaan steril
sehingga tidak mengganggu proses penyembuhan luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Hasil uji sterilitas terhadap basis gel, gel Formula 1, gel Formula 2, dan gel Formula
3 menunjukkan keempat sediaan ini steril dengan tidak ditemukan adanya pertumbuhan
mikroorganisme pada media nutrient agar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Verifikasi dan Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen
Kurva baku ibuprofen yang dihasilkan memiliki persamaan linier y = 0.0428x +
0.1734 dengan nilai linieritas (r) sebesar 0.999171018. Rentang SD pada semua titik
konsentrasi kurva baku yaitu 0,000577 - 0,001528 dan untuk % RSD (CV) berada pada
rentang 0,0612 – 0,487 %. Nilai LOD yang dihasilkan yaitu 0,011 µg/ml dan LOQ sebesar
0,887 µg/ml.
Evaluasi Sifat Fisik
Evaluasi sifat fisik yang dilakukan meliputi uji viskositas, uji daya sebar, dan uji
homogenitas. Uji viskositas yang dilakukan dengan instrumen Rheosys Merlin VR pada 50
rpm, bertujuan untuk mengetahui nilai viskositas dan rheologi sediaan gel yang dibuat pada
penelitian ini. Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
sediaan yang dibuat untuk menyebar ketika diaplikasikan pada luka. Uji homogenitas
memastikan bahwa sediaan gel anhidrat yang dibuat homogen. Uji organoleptis dan pH
dilakukan untuk mengetahui penampilan fisik dari sediaan dan pH. Uji pelepasan obat
dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan untuk melepaskan zat aktifnya selama waktu
tertentu. Data hasil evaluasi sifat fisik sediaan dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Hasil Evaluasi Sifat Fisik
Sediaan Basis Formula 1
(F1)
Formula 2
(F2)
Formula 3
(F3)
Viskositas ± SD
(Pa.s) 3.407 ± 0,075 2,984 ± 0,158 2,841 ± 0,163 2,128 ± 0,077
Daya sebar ± SD
(cm) 6,110 ± 0,008 6,200 ± 0,203 6,460 ± 0,049 6,763 ± 0,056
Viskositas ± SD
(Pa.s) siklus 6 3,389 ± 0,013*
2,873 ±
0,164*
2,697 ±
0,147*
2,003 ±
0,070*
Daya sebar ± SD
(cm) siklus 6 6,084 ± 0,012*
6,280 ±
0,063*
6,433 ±
0,053*
6,695 ±
0,073*
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
Organoleptis Bening, tidak
berbau
Bening agak
putih, tidak
berbau
Bening agak
putih, tidak
berbau
Bening agak
putih, tidak
berbau
pH 6 5,5 5,5 5,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
% kumulatif obat
yang terlepas
selama 90 menit
melalui membran
seluas 1,77 cm2
- 40,995 ±
0,426
43,323 ±
0,502
52,078 ±
0,628
Orde 0 - 0,9211 0,9655 0,9771
Orde 1 - 0,9343 0,9484 0,9873
Model Higuchi - 0,9381 0,9323 0,9912 *Perubahan viskositas dan dayasebar tidak menujukan perbedaan yang bermakna (p>0,05)
Gambar 2. Grafik pelepasan obat
Dari Tabel II tampak bahwa peningkatan kadar propilen glikol menyebabkan
penurunan viskositas. Sedangkan untuk % kumulatif obat yang terlepas selama 90 menit,
semakin meningkat seiring dengan peningkatan kadar propilen glikol. Melalui grafik
pelepasan obat dapat dilihat bahwa urutan pelepasan obat dari yang paling besar ke yang
kecil adalah F3, F2, F1. Pelepasan obat dipengaruhi oleh viskositas, semakin besar viskositas
suatu sediaan maka akan semakin kecil obat yang dilepaskan. Hal ini dijelaskan melalui
rumus konstanta difusi yang memiliki rumus sebagai berikut :
𝐷 =𝑅𝑇
6𝜋𝜂𝑟𝑎𝑁𝑎
Dimana R adalah konstanta gas, T adalah temperature absolut, η adalah viskositas, Na adalah
bilangan Avogadro, ra adalah jari-jari solute yang sperish. Peningkatan viskositas akan
menyebabkan penurunan dari nilai D. Penurunan nilai D akan menyebabkan jumlah obat
yang terlepas dari sediaan semakin berkurang (Florence & Attwood, 2005; Steffansen et al.,
2010).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% K
um
ula
tif
ob
at y
ang
terl
epas
Waktu (menit)
Formula 3
Formula 2
formula 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Kinetika pelepasan dari masing-masing formula digambarkan dari Tabel II.
Kinetika pelepasan obat F1 dan F3 mengikuti model Higuchi. Sedangkan untuk F2
mengikuti model orde 0. Orde 0 menggambarkan bahwa obat dilepaskan dalam jumlah yang
sama sepanjang waktu percobaan (Ramteke et al., 2014). Orde 1 menggambarkan bahwa
laju pelepasan obat proporsional dengan jumlah obat yang ada dalam sediaan (Jeon et al.,
2005). Model Higuchi menggambarkan bahwa rate limiting step dalam pelepasan obat
adalah difusi melalui matriks sediaan (Duangjit et al., 2015). Adanya perbedaan kinetika
pelepasan obat pada formula 2 bisa dikarenakan oleh komposisi antara gliserin dan propilen
glikol yang terdapat didalamnya. Gliserin dan propilen glikol memiliki perbedaan kepolaran
(National Center for Biotechnology Information, 2017). Campuran antara keduanya akan
menghasilkan tingkat kepolaran yang berbeda. Perubahan tingkat kepolaran ini akan
berpengaruh pada kelarutan ibuprofen dalam gel serta bagaimana ibuprofen dapat lepas dari
sediaan (Loden & Wessman, 2001).
Uji Stabilitas Gel Anhidrat
Dari hasil uji stabilitas fisik tidak ada menunjukan perubahan yang bermakna pada
semua formula, baik dalam hal viskositas, daya sebar, maupun pH (P > 0,05). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa semua formula tahan terhadap perubahan suhu ekstrim.
Uji Aktivitas pada Hewan Uji
Gel anhidrat formula 3 dipilih untuk uji aktivitas pada punggung tikus yang diberi luka
eksisi karena memberikan stabilitas yang baik dan memiliki pelepasan obat paling besar
dibandingkan formula lainnya.
Waktu Penyembuhan Luka
Data berupa hari yang dibutuhkan untuk mencapai penutupan permukaan luka
100% (kecepatan penyembuhan), dianalisis secara statistik untuk melihat apakah ada
perbedaan bermakna antara kecepatan penyembuhan pada luka yang diberikan basis, gel
anhidrat ibuprofen formula 3, dan luka kontrol pada kelompok kontrol (normal) maupun
kelompok diabetes. Hasil statistika menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan hanya
terjadi antara kecepatan penyembuhan luka pada tikus normal yaitu antara kontrol dengan
gel formula 3 dan basis dengan gel anhidrat. Data lain tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Uji Histopatologi
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g)
Gambar 3. Hasil uji histopatologi pengecatan Hematoxylin Eosin : Tikus normal luka
kontrol (a); Tikus normal basis (b); Tikus normal formula 3 (c); Tikus diabetes luka kontrol
(d); Tikus diabetes basis (e); Tikus diabetes formula 3 (f); Kulit tikus tanpa perlakuan (g)
Keterangan : 1 = lapisan epidermis 4 = pembuluh darah
2 = jaringan granulasi 5 = inti sel
3 = serat kolagen 6 = jaringan ikat
Tabel III. Waktu Penyembuhan Luka dan Intepretasi Hasil Histopatologi
Perlakuan Hari Penyembuhan Keterangan
Tikus normal
(hari)
Tikus
Diabetes
(hari)
Tikus normal Tikus diabetes
Kontrol 13,33 ± 0,577 12,67 ± 2
Kolagen yang
terbentuk tidak
rapat, terdapat
jaringan ikat;
Adanya pembuluh
darah dan jaringan
Kolagen sudah
mulai terbentuk
namun tidak rapat,
terdapat jaringan
ikat; Adanya
pembuluh darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
granulasi
menunjukan proses
penyembuhan luka
sudah pada tahap
proliferasi.
dan jaringan
granulasi yang
banyak
menunjukan proses
penyembuhan luka
mencapai tahap
proliferasi.
Basis 13.33 ± 0,577 12.33 ± 2
Serat kolagen tidak
rapat dan tersebar
tidak teratur,
lapisan epidermis
belum menutup
sempurna; Terdapat
jaringan granulasi
menunjukan proses
penyembuhan luka
mencapai tahap
proliferasi
Serat kolagen tidak
rapat dan teratur,
bagian epidermis
belum terbentuk
sempurna, masih
terdapat jaringan
granulasi yang
menunjukan proses
penyembuhan luka
mencapai tahap
proliferasi
Gel
Formula 3 11 ± 0 11 ± 2
Bagian-bagian
struktur kulit sudah
lengkap; Tidak ada
jaringan granulasi
yang terlihat yang
menunjukan proses
penyembuhan luka
telah mencapai
tahap remodeling
akhir
Serat kolagen telah
terbentuk sudah
mulai rapat;
Terdapat sedikit
jaringan granulasi
yang menunjukan
penyembuhan luka
mulai berada di
tahap remodeling
awal
Tanpa
perlakuan
Bagian-bagian struktur kulit tikus lengkap (tanpa jaringan granulasi) karena
tidak mengalami proses luka
Luka tikus normal dan diabetes yang diberikan gel anhidrat formula 3 dapat
mencapai tahap remodeling, sedangkan luka lainnya hanya mencapai tahap proliferasi. Hal
ini menunjukan bahwa gel anhidrat ibuprofen mampu mempercepat penyembuhan luka
dengan memberikan struktur kulit yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol maupun
basis.
Peningkatan kemampuan penyembuhan luka ini dikarenakan kemampuan anti-
inflamasi yang dimiliki oleh ibuprofen (Katzung et al., 2012). Ibuprofen bekerja dengan
menghambat enzim siklooksigenase. Dimana enzim siklooksigenase ini jika tidak dihambat
akan memetabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin E2 (PGE2) yang merupakan
salah satu agen inflamasi (Riccioti et al., 2011). PGE2 merupakan salah satu penginduksi
terbentuknya MMP-9 (Yen et al., 2016). Diketahui bahwa keberadaan MMP-9 yang berlebih
pada penderita diabetes menyebabkan penyembuhan luka penderita diabetes menjadi lebih
lama jika dibandingkan pada orang yang tidak mengalami diabetes (Liu et al., 2009). Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
terhambatnya enzim siklooksigenase oleh ibuprofen maka pembentukan PGE2 akan
terhenti, dengan terhentinya pembentukan PGE2 maka dapat menurunkan ekspresi dari
MMP-9.
KESIMPULAN
Hasil uji pelepasan obat dan stabilitas menunjukkan formula yang optimum adalah gel
dengan kadar propilen glikol sebesar 50% w/w. Pada uji aktivitas terhadap penentuan
kecepatan penyembuhan luka, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tikus diabetes,
tetapi pada tikus normal terdapat perbedaan signifikan antara perlakuan dengan kontrol
maupun basis. Berdasarkan hasil uji histopatologi menunjukkan bahwa formula gel anhidrat
ibuprofen memberikan struktur kulit yang paling baik dibandingkan dengan kontrol dan
basis. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah area luka diperluas sehingga bisa dilihat
perbedaan kecepatan penyembuhan antar luka serta dapat dikembangkan basis lainnya yang
dapat memberikan pelepasan obat yang lebih baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih ditujukan kepada PT. Sanbe Farma atas working standard ibuprofen
dan DP2M DIKTI atas bantuan dana penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, D., Zuliyanti, dan Larashanty, H., 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol
70%, Inframerah, Otoklaf, dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
subtillis. Jurnal Sain Veteriner, 25(1), 17-24.
Aly, U. F., 2012. Preparation and Evaluation of Novel Topical Gel Preparations for Wound
Healing in Diabetic. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 4, 11.
Amnuakit, T., Ingkatawornwong, S., Maneenuan, D., Worachotekamjorn, K., 2008. Caffein
Topical Gel Formulation. IJPS, 4, 16-24.
Australian Society for Microbiology, 2012. Guidelines for Assuring Quality of Medica
Microbiological Culture Media. Available from http://www.theasm.org.au/
assets/ASM-Society/Guidelines-for-the-Quality-Assurance-of-Medical-Micro
biological-culture-media-2nd-edition-July-2012.pdf [Accessed 16 January
2017].
Barasa, M., 2016. Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) Dalam Berbagai Variasi Konsentrasi CMC-Na dan Gliserin.
Skripsi (S.Farm). Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Brem, H., Canic, M. T., 2007, A Cellular And Molecular Basis of Wound Healing In
Diabetes, The Journal of Clinical Investigation, volume 17(5), 1219.
Bushra, R., dan Aslam, N., 2010. An Overview of Clinical Pharmacology of Ibuprofen.
Oman Medical Journal, 25, 155-161.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Cayman Chemical Company, 2014, Safety Data Sheet Ibuprofen, 1-7. Available from :
https://www.caymanchem.com/msdss/70280m.pdf [Accesed 31 Mei 2016].
Csizmazia, E., 2011. Drug Permeation Study Through Biological Membran Barriers. Thesis
(PhD). Faculty of Pharmacy, University of Szeged, Szeged.
Duangjit, S., Buacheen, P., Priebrpom, P., Limpanickhul, S., Asavapichayont, P.,
Chaimanee,P., et al., 2015. Development and Evaluation of Tamarind Seed
Xyloglucan for Transdermal Patch of Clindamycin. Advanced Materials
Research, 1060 (2015), 21-24.
Florence, A., Attwood, D., 2005. Physicochemical Principles of Pharmacy. 4th ed. London:
Pharmaceutical Press.
ICH, 2005. Validation of Analitycal Procedures : Text and Methodology Q2 (R1).
Jeon, O., Kang, S.W., Lim, H.W., Chung, J.H., Kim, B.S., 2005. Long-Term and Zero-Order
Release of Basic Fibroblast Growth Factor from Heparin-Conjugated Poly(L-
lactide-co-glycolide) Nanospheres and Fibrin Gel. Biomaterial, 27, 1598-1607.
Katno, Anistyani, D., Saryanto, 2011. Uji Aktivitas Hipoglikemik Ekstrak Etanol Daun The
(Camellia sinensis L.). Available from : download.portalgaruda.org/article.php?
article=134358&val=5638.
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J., 2012. Basic & Clinical Pharmacology. San
Francisco : The McGraw-Hill.
Leung, P. C., 2007. Diabetic Foot Ulcer – A Comprehensive Review. Surgeon, 5(4),219-31.
Liu, Y., Min, D., Bolton, T., Nube, V., Twigg, S.M., Yue, D.K. et al., 2009. Increased Matrix
Metalloproteinase-9 Predict Poor Wound Healing in Diabetic Foot Ulcer.
Diabetes Care, 32(1).
Loden, M., Wessman, C., 2001. The Influence of A Cream Containing 20% Glycerin
ItsVehicle on Skin Barrier Properties. International Journal of Cosmetic
Science, 23, 115-119.
McKelvey, K., Xue, M., Whitmont, K., Shen, K., Cooper, A., Jacson, C., 2012. Potential
Anti-Inflamatory Treatments for Chronic Wounds. Wound Practice and
Research, 20(2), 86-89.
Mihardja, L, Soetrisno, U, & Soegondo, S., 2014. Prevalence and clinical profile of diabetes
mellitus in productive aged urban Indonesians. Journal of Diabetes
Investigation, 5(5), 507–512.
National Center for Biotechnology Information, 2017. PubChem Compound Database;
CID=1030. Available from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/1030
[Accessed 16 January 2017].
National Center for Biotechnology Information, 2017. PubChem Compound Database;
CID=753. Available from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/753
[Accessed 16 January 2017].
National Center for Biotechnology Information, 2017. PubChem Compound Database;
CID=753. Available from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/60823
[Accessed 27 January 2017].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
National Center for Biotechnology Information, 2017. PubChem Compound Database;
CID=753. Available from : https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/3672
[Accessed 27 January 2017].
Pirbalouti, A.G., Azizi, S., Koohpayeh, A., Hamedi, B., 2010, Wound Healing Activity of
Malvasylvestris and Punica Granatum in Alloxan-Induced Diabetic Rats, 67(5),
511-516.
Proniuk, S., Blachard, J., 2002. Anhydrous Carbopol Polymer Gel for the The Topical
Delivery of Oxygen /Water Sensitive Compounds. Pharmaceutical
Development and Technology, 7(2), 249-255.
Ricciotti, E., FitzGerald, G. A., 2011, Prostaglandins and Inflammation, Arteriosclerosis,
Thrombosis, and Vascular Biology, 31, 986–1000.
Steffansen, B., Brodin, B., Nielsen, C.U., 2010. Passive diffusion of drug subtances: the
concepts of flux and permeability. In: B. Brodin, ed. Molecular
Biopharmaceutics : Aspects of drug characterization, drug delivery and dosage
form evaluation. London: Pharmaceutical Press, 135-151.
Yen, J., Khayrullina, T., dan Ganea, D., 2008. PGE2-induced Metalloproteinase-9 is
Essential for Dendritic Cell Migration. Blood, 111(1), 260-270.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 1. Proposal Penelitian
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus adalah kondisi dimana terjadi peningkatan gula darah yang
diasosiasikan dengan tidak ada atau tidak cukupnya sekresi insulin oleh pankreas, baik
dengan atau tanpa adanya perusakan dari aksi insulin ini (Katzung et al., 2012). Ada
beberapa jenis dari diabetes, namun jenis diabetes yang paling sering adalah diabetes tipe 2
atau biasa disebut diabetes melitus (Finkel et al., 2009).
Menurut WHO pada tahun 2012, diabetes melitus berada pada urutan ke-7 pada
survey WHO mengenai 10 penyakit yang dapat menyebabkan kematian di dunia, dengan
angka kematian 1,5 juta jiwa yang meninggal akibat diabetes pada tahun 2012 di seluruh
dunia. Di Indonesia sendiri, prevalensi dari diabetes melitus pada penduduk usia produktif
adalah 4,6% (Mihardja et al., 2014). Ulkus kaki pada penderita diabetes diperkirakan dapat
terjadi pada 15% penderita diabetes serta menjadi penyebab awal 84% dari semua amputasi
kaki bagian bawah yang berhubungan dengan diabetes (Brem & Tomic-canic 2007).
Diketahui bahwa aktivitas dari MMP-9 menyebabkan penyembuhan luka pada
penderita diabetes menjadi lebih lama dibandingkan pada orang yang tidak mengalami
diabetes (Liu et al., 2009). Salah satu penginduksi pembentukan MMP-9 ini adalah
prostaglandin E2 (PGE2) (Yen et al., 2016).
Zat aktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibuprofen. Ibuprofen
merupakan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) (Katzung et al., 2012). Menurut
Bachhav et al. (2010), penghantaran secara topikal melalui kulit dari OAINS memberikan
beberapa keuntungan dibandingkan dengan rute oral dalam hal potensi efek samping.
Ibuprofen memiliki aktivitas sebagai inhibitor siklooksigenase non-selektif (Katzung et al.,
2012). Siklooksigenase mampu memetabolisme asam arakidonat menjadi PGE2 (Ricciotti et
al, 2011). Dengan terhambatnya siklooksigenase maka pembetukan PGE2 akan terhenti,
dengan terhentinya pembentukan PGE2 maka dapat menurunkan ekspresi dari MMP-9.
Menurut Aly (2012), bentuk sediaan berbasis gel anhidrat memiliki kemampuan
yang lebih cepat dalam menutup luka pada penderita diabetes dibandingkan dengan sediaan
berbasis mikroemulsi gel, hidrogel, alcoholic gel, dan hydroalcoholic gel. Selain itu gel
anhidrat tidak memiliki kandungan air dalam formulanya sehingga dapat mengurangi laju
degradasi dari zat aktif yang terkandung di dalamnya (Proniuk et al., 2002). Namun gel
anhidrat memiliki kekurangan dalam laju pelepasan obat dibandingkan hidrogel, gel
alcoholic, dan gel hydroalcoholic (Aly, 2012). Salah satu kandungan gel yang
mempengaruhi pelepasan zat aktifnya adalah propilen glikol (Amnuaikit et al., 2008).
Propilen glikol memiliki kemampuan sebagai peningkat permeabilitas (permeability
enhancer) (Trommer et al., 2006). Propilen glikol mampu menjadi solven bagi obat yang
tidak larut air, namun dapat larut dalam air (Rowe et al., 2009). Ibuprofen relatif tidak
larut air (Chayman Chemical Company, 2014), sehingga ibuprofen dapat
diformulasikan menjadi gel anhidrat dan dilakukan optimasi kadar propilen glikol
dalam formula untuk meningkatkan laju pelepasan obat sehingga didapatkan gel
anhidrat ibuprofen yang dapat mempercepat penyembuhkan luka diabetes secara
efektif (Bushra et al., 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.2 Rumusan Masalah
Apa formula gel anhidrat ibuprofen yang optimum sebagai diabetic wound healing?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui formula optimum sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif
ibuprofen.
1.4 Urgensi Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan suatu produk baru yang belum beredar di
pasaran yakni sediaan gel anhidrat ibuprofen yang dapat mempercepat proses penyembuhan
luka pada penderita diabetes sehingga mengurangi angka kejadian amputasi akibat ulkus
diabetikum.
1.5 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang kefarmasian terkait dengan formulasi sediaan gel anhidrat ibuprofen sebagai
diabetic wound healing, sehingga dapat pula dijadikan sumber acuan yang dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Luaran yang Diharapkan
Mendapatkan formulasi optimum sediaan gel anhidrat ibuprofen yang secara efektif dapat
mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes.
1.7 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah mengenai formula sediaan gel
anhidrat ibuprofen yang optimum sebagai diabetic wound healing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka
Luka merupakan kerusakan dari integritas epitelial pada kulit dan mungkin disertai
oleh gangguan struktur dan fungsi dari jaringan kulit normal (Enoch & Leaper, 2005).
Berdasarkan waktu dan sifatnya untuk sembuh, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu luka
akut dan luka kronis (Enoch & Leaper, 2005). Luka kronis merupakan luka yang tidak dapat
sembuh dalam waktu dan sifat yang sewajarnya (Enoch & Leaper, 2007). Luka dapat
sembuh dalam 5-10 hari pada luka akut. Pada luka kronis terjadi perpanjangan pada satu
atau lebih pada fase penyembuhan luka (Velnar, 2009). Salah satu penyebab luka menjadi
kronis adalah diabetes (Enoch & Leaper, 2007). Penyembuhan luka merupakan proses
fisiologis yang penting bagi hemostasis jaringan, namun ini dapat juga berupa ganguan dari
penyakit dan berbagai patologi (Shaw & Martin, 2009). Proses penyembuhan luka secara
umum ada empat fase yang saling tumpang tindih, secara urut fasenya adalah fase koagulasi,
inflamasi, proliferasi dan remodelling (Hamed et al., 2014; Guo & DiPietro, 2010).
Koagulasi terjadi pertama kali ketika luka. Ketika terjadi luka platelet beragregasi
pada tempat luka agar memfasilitasi pembentukan fibrin yang akan bertranformasi menjadi
matriks sementara dengan memasukan fibronectin (Hamed et al., 2014). Fibronectin
merupakan glikoprotein adhesive yang berguna dalam memediasi sel untuk merekat,
menyebar dan bermigrasi menuju tempat luka, serta meningkatkan sensitivitas sel tertentu
seperti sel endotelial untuk menghasilkan growth factor (Enoch & Leaper, 2007).
Pada fase inflamasi terjadi ekstravasasi dari neutrofil dan makrofag ke dalam luka
dan fagositosis dari debris pengotor dan mikroorganisme oportunistik. Sel inflamasi
menyekresikan proinflamatory sitokin seperti TGF-β1, monocyte chemoattractant protein-
1, colony stimulating factor, interleukin (IL)-1, tumor necrosis factor (TNF)-α, dan growth
factor seperti PDGF, vascular endotelial growth factor (VEGF), dan insulin like growth
factor-1 (Hamed et al., 2014). Growth factor, sitokin, dan stimulus fagosit mengatur sekresi
dan sintesis dari metalloproteinase (Enoch & Leaper, 2005). Yang termasuk
metalloproteinase pada pembentukan luka yaitu gelatinase atau MMP-9, collagenase, dan
stromelisins (Enoch & Leaper, 2005).
Dalam fase proliferasi ada proses epitelisasi, fibroplasia, angiogenesis, dan kontraksi
(Hamed et al., 2014). Fibroblast merupakan komponen yang berguna dalam pembentukan
matriks ekstraseluler (Enoch & Leaper, 2007). Kondisi hipoksia merupakan stimulus poten
untuk terjadi angiogenesis, selain itu angiogenesis juga dipacu oleh growth factor yang
disekresikan oleh makrofag yang keluar (Hamed et al., 2014). Pembentukan dari jaringan
granulasi (granulation tissue) memungkinkan terjadinya epitalisasi dan penutupan luka
(Hamed et al., 2014). Kolagen dihasilkan oleh fibroblast serta karena adanya stimulasi dari
monosit yang dihasilkan pada proses inflamasi (Enoch & Leaper, 2005).
Pada fase remodelling terdapat proses penghentian inflamasi, proses pembentukan
parut, pengembalian morfologi jaringan normal, pengenalan dari matriks kolagen bersama
garis tegangan kulit. Sel yang sudah tidak diperlukan lagi dihilangkan secara apoptosis
(Hamed et al., 2014).
2.2 Luka Diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pada penderita diabetes, proses penyembuhan luka terganggu pada semua fasenya
sehingga menjadi luka kronis. Diabetes menderegulasi keseimbangan koagulasi cairan darah
yang mengakibatkan gangguan secara makro dan mikrovaskular serta menyebabkan
pendarahan berlebih setelah pembentukan lesi. Terganggunya pembentukan matriks
sementara (provisional matrix) menyebabkan terganggunya pembentukan jarigan granulasi
(granulation tissue), epitalisasi dari wound bed, angiogenesis, serta penutupan luka.
Epitelisasi tidak dapat terbentuk karena kurangnya jumlah fibronectin. Hal ini mengganggu
pembentukan matriks sementara dan meningkatkan intensitas dan durasi dari respon
inflamasi. Respon inflamasi yang berlebihan ini menyebabkan sekresi protease yang
berlebihan pada luka diabetes kronis (Hamed et al., 2014). Protease yang dihasilkan pada
luka kronis adalah metalloproteinases tipe 9 (MMP-9) (Enoch & Leaper, 2005). Menurut
McLennan et al.(2008), kadar glukosa yang tinggi pada penderita diabetes meningkatkan
jumlah MMP-9. Selain itu peningkatan ekspresi MMP-9 juga diinduksi oleh prostaglandin
E2 (PGE2) (Yen et al., 2016).
MMP-9 merupakan gelatinase atau kolagenase tipe IV yang mendegradasi kolagen
amorf dan fibronectin (Enoch & Leaper, 2005). MMP diatur secara ketat dalam tubuh karena
potensi dalam merusak kolagen dan menyebabkan ganguan penyembuhan luka. Dalam
hubungannya mendorong inflamasi, hal-hal yang dilakukan oleh MMP-9 adalah memotong
IL-8 untuk meningkatkan sifat netrofil chemoattractant, aktivasi dari pro IL-1β menjadi IL-
1 β aktif, pengubahan dari akumulasi IL-1α di luka untuk mempengaruhi sintesis dan
degradasinya, degradasi dari inhibitor serine protease, aktivasi dari bentuk laten dari TGF-
β untuk meningkatkan bioaktivitasnya namun menurunkan stabilitasnya, serta meningkatkan
aktivitas sitokin (McLennan et al., 2008).
2.3 Ibuprofen
Gambar 1. Struktur kimia ibuprofen (Katzung et al., 2012).
Ibuprofen merupakan turunan dari asam fenilpropionat (Katzung et al., 2012).
Beberapa efek yang dimiliki oleh ibuprofen adalah sebagai anti-inflamasi, analgesik, dan
antipiretik (Harvey et al., 2009). Obat ini menghambat siklooksigenasi 1 dan 2 secara
reversibel yang kemudian menghambat pembentukan prostaglandin namun tidak
menghambat leukotrien (Harvey et al., 2009). Dengan dosis 2400 mg perhari, ibuprofen
setara dengan 4 gram aspirin dalam hal efek anti-inflamasi. Krim ibuprofen dapat terserap
dalam jaringan penghubung seperti kolagen dan otot serta dapat menjadi perwatan dalam
penyakit osteoartritis. 400 mg ibuprofen dapat memberikan rasa lega dan kemanjuran yang
baik pada rasa sakit setelah operasi gigi (Katzung et al., 2012).
Berikut merupakan sifat fisika kimia dari ibuprofen:
1. bentuk fisik: kristal solid;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. kelarutan dalam air: tidak larut dalam air dingin;
3. kelarutan: ~2 mg/ml dalam PBS (pH=7,2); ~45 mg/ml dalam EtOH, DMSO, & DMF
(Chayman Chemical Company, 2014);
4. pKa = 4,91 (National Center for Biotechnology Information, 2016)
5. Log P= 3,5 (National Center for Biotechnology Information, 2016).
Gambar 2. Skema penghambatan pembentukan prostanoid oleh NSAID (Ricciotti &
FitzGerald, 2011).
2.4 Prostaglandin
PG dan tromboksan A2 (TXA2), secara kolektif disebut prostanoids, terbentuk ketika
asam arakhidonat (AA), yang merupakan asam lemak tak jenuh mengandung 20-karbon,
dilepaskan dari membran plasma oleh phospholipases dan dimetabolisme oleh secara
berurutan oleh PGG / H sintase atau cyclooxygenase (COX) dan sintasenya masing-masing.
Ada 4 PG bioaktif utama yang dihasilkan in vivo yaitu prostaglandin E2 (PGE2), prostasiklin
(PGI2), prostaglandin D2 (PGD2), dan prostaglandin F2α (PGF2α) (Ricciotti et al, 2011).
PGE2 dapat meningkatkan ekspresi dari MMP-9 (Yen et al., 2016)
2.5 Gel Anhidrat
Tingkat keseimbangan kelembaban pada luka dapat memfasilitasi pertumbuhan
seluler dan proliferasi kolagen (Okan et al., 2007). Sediaan yang menjaga kelembaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
lingkungan jaringan luka dapat meningkatkan kecepatan penyembuhan luka, mereduksi rasa
sakit, dan mereduksi infeksi serta mencegah desikasi (Ovington, 2007; Boateng et al.,
2008).
Gel anhidrat merupakan gel yang tidak menggunakan air dalam formula gelnya
(Proniuk & Blanchard, 2002). Menurut Proniuk dan Blanchard (2002), gel anhidrat dapat
digunakan untuk senyawa yang tidak tahan oksigen dan atau air. Salah satu basis dalam gel
anhidrat adalah gliserin dengan campuran polimer karbopol. Dalam gel anhidrat ini tidak
digunakan air dan kemampuan untuk menyiapkan formulasi gel tanpa netralisasi
menghasilkan stabilitas dari zat aktif yang terdapat didalamnya. Formulasi yang digunakan
pada dasarnya cukup mudah (Proniuk & Blanchard, 2002). Gel anhidrat dapat digunakan
pada zat aktif yang tidak larut air (Aly, 2012).
Menurut Aly (2012), gel anhidrat memiliki kemampuan penyembuhan luka yang
paling cepat dibanding dengan sedian gel lainnya. Kecepatan kontraksi luka yang cepat pada
gel anhidrat dapat dikarenakan oleh gliserin yang terdapat pada formulanya. Gliserin
memiliki berbagai macam sifat yang menguntungkan bagi luka. Gliserin jika digunakan pada
kulit, memberikan sinyal pada sel untuk mendewasa (Aly, 2012). Gliserin memiliki
kemampuan sebagai humektan dan emolient (Rowe et al., 2009). Humektan adalah bahan
alam produk kosmetik yang ditujukan untuk mencegah hilangnya lembab dari sediaan dan
meningkatkan kelembaban lapisan kulit terluar pada saat produk digunakan (Lynde, 2001).
Proses gelasi atau pembentukan gel pada gel anhidrat berbeda dengan pembentukan
gel dengan air. Pada gel anhidrat proses gelasi menggunakan gliserin tampa ditambahkan
neutralizer seperti TEA. Proses gelasi ini membutuhkan donor hidroksil dari gliserin yang
ditambahkan ke polimer. Polimer yang dapat digunakan pada gel anhidrat adalah karbopol.
Gugus hidroksil akan berinteraksi secara ikatan hidrogen dengan gugus karboksil pada
polimer, sehingga mengakibatkan polimer menjadi terbuka (uncoil) dan menghasilkan
pengentalan dari gel (Proniuk & Blanchard, 2002).
2.6 Propilen Glikol
Gambar 3. Struktur propilen glikol (Rowe et al., 2009)
Propilen glikol merupakan penetration enhancher yang mampu menjadi peningkat
permeabilitas dan pelepasan obat bagi obat yang lebih larut di alkohol dibandingkan di air
(Trommer et al., 2006). Selain itu menurut Rowe et al. (2009), propilen glikol juga mampu
bekerja sebagai ko-solven maupun solven terhadap obat yang sukar larut air. Namun,
propilen glikol merupakan senyawa yang mudah terlarut dalam air (Rowe et al., 2009).
Jumlah air dalam tubuh manusia mencapai 65% sampai 75% dari berat total. Darah manusia
terdiri dari 38-48 % sel darah dan 52-62 % plasma darah. Plasma darah terdiri dari 91,5%
air (Scanlon, 2007). Propilen glikol stabil secara kimia jika dicampurkan dengan gliserin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.7 Landasan Teori
Ibuprofen merupakan senyawa yang dapat menurunkan jumlah ekspresi dari MMP-
9 dengan cara menghambat pembentukan senyawa PGE2. PGE2 terhambat karena enzim
COX dihambat.
Dalam bentuk sediaan gel anhidrat tidak terdapat air dalam formulanya, sehingga
ibuprofen yang memiliki kelarutan rendah dalam air dapat diformulasikan sebagai gel
anhidrat. Carbopol dan gliserin merupakan bahan utama yang menjadi pembentuk gel dalam
gel anhidrat. Selain itu sediaan penyembuhan luka harus mampu menjaga kelembaban dari
lingkungan tempat luka agar dapat mempercepat penyembuhan luka. Kandungan gliserin
pada formula mampu menjaga kelembaban dari luka. Propilen glikol dalam formula gel
anhidrat memiliki kemampuan untuk meningkatkan permeabilitas sehingga dapat membantu
pelepasan zat aktif untuk mengoptimumkan penyembuhan luka. Selain itu propilen glikol
memiliki sifat yang hidrofilik dan mampu melarutkan zat aktif yang bersifat tidak larut air.
Sehingga propilen glikol mampu terlarut dalam cairan pada luka dan ibuprofen dapat
terdifusi ke luka.
2.8 Hipotesis
Formula gel anhidrat diabetic wound healing ibuprofen dengan kadar propilen glikol
optimum yang mampu memberikan stabilitas dan pelepasan obat yang baik sehingga
mempercepat penyembuhan luka pada tikus diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Formulasi Sediaan Gel Anhidrat Diabetic Wound
Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen” ini termasuk penelitian eksperimental murni.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: variasi konsentrasi propilen glikol dalam sediaan gel anhidrat
diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen.
b. Variabel tergantung : sifat fisik, pelepasan obat ibuprofen dari basis gel anhidrat
dan stabilitas sediaan gel anhidrat diabetic wound healing, serta kecepatan
penyembuhan luka.
c. Variabel pengacau:
1) Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada penelitian
ini adalah prosedur pembuatan dan pengujian sediaan, kondisi penyimpanan
sediaan, wadah penyimpanan sediaan, berat badan tikus, galur tikus, jenis
kelamin tikus, dan asupan gizi tikus.
2) Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada
penelitian ini adalah suhu dan kelembapan udara ruangan selama pembuatan
dan pengujian sediaan, serta kondisi patofisiologis hewan uji (tikus).
2. Definisi Operasional
a. Sediaan Gel Anhidrat. Sediaan gel dengan basis yang tidak atau sangat sedikit
mengandung air atau oksigen.
b. Sifat fisik gel. Parameter kualitas fisik meliputi, organoleptis, pH, daya sebar,
homogenitas, dan viskositas.
c. Stabilitas fisik. Parameter kestabilan gel meliputi, perubahan organoleptis, ph,
viskositas, daya sebar dan stabilitas sediaan setelah diuji menggunakan metode
freeze thaw cycle.
d. Pelepasan obat. Parameter jumlah zat aktif yang terlepas dari basis gel.
e. Formula gel optimum. Formula yang memiliki hasil uji sifat fisik dan stabilitas
fisik gel yang paling memenuhi standar sediaan semisolid yang meliputi daya
sebar dengan diameter 5-7 cm, viskositas 200-300 dPa.s dan perubahan viskositas
≤10% serta memiliki jumlah pelepasan obat paling banyak.
f. Viskositas adalah tingkat kekentalan gel anhidrat ibuprofen yang diukur
menggunakan viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan
jarum penunjuk viskositas. Hal ini berkaitan denagn kemampuan gel anhidrat
ibuprofen untuk dituang dan keluar dari wadah.
g. Daya sebar adalah kemampuan menyebar dari gel anhidrat ibuprofen yang diukur
menggunakan horizontal double plate selama 1 menit dengan beban 125 gram.
h. Kecepatan penyembuhan luka. Satuan laju per waktu luka pada hewan uji dapat
sembuh.
i. Tikus diabetes. Hewan uji tikus putih galur wistar jantan berumur 2 bulan dengan
berat 150-180 g (deviasi 30 g) yang diinjeksikan obat peningkat gula darah
aloksan sehingga kadar gula darahnya diatas 250 mg/dl.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
j. Efek penyembuhan luka. Perhitungan persentase wound closure rate yang didapat
dari luka tikus setelah pemakaian sediaan.
k. Uji Hispatologi. Suatu pengamatan kulit tikus menggunakan mikroskop cahaya
dengan adanya bantuan zat pewarna tertentu.
3.3 Subjek dan Bahan Penelitian
1. Subjek penelitian
Gel anhidrat ibuprofen dalam beberapa formula.
2. Bahan penelitian
Ibuprofen (dari PT. Sanbe Farma), aloksan monohidrat, gliserin, propylene
glycol, carbopol, etanol 96% (Labora), etanol 70%, Nutrien Agar (Oxoid), kloroform
teknis, ketamine, krim depilatori, kapas, formalin 10%, larutan Harris Hematoxylin,
larutan acid alcohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alcohol 1%, larutan
working Eosin, larutan dapar fosfat pH 7,4, tikus putih jantan galur wistar.
3.4 Alat Penelitian
Beaker glass, mantle heater, stirrer, magnetic stirrer, labu ukur, batang
pengaduk, sentrifuge, sentrifuge tube, mortir, stamper, thermometer, kabinet LAF, pipet
tetes, plastic wrap, kaca bundar, object glass, corong, alumunium foil, ose, spuit injeksi,
pinset, gunting, mikroskop cahaya, biopsy punch, scalpel, blade, kertas indikator pH,
viskometer Merlyn II, Spektrofotometer UV-Vis, Kuvet Spetrofotometer, sel difusi dan
membran selofan (Franz diffusion cell untuk dissolution tester).
3.5 Tata Cara Penelitian
Gambar 4. Skema tata cara penelitian
Sterilisasi Ruangan & Tube
Pembuatan Gel anhidrat diabetic
wound
Uji sifat fisik gel anhidrat diabetic wound
1. Viskositas
2. pH
3. Daya sebar
4. homogenitas
5. Pelepasan obat
Uji sterilitas gel anhidrat diabetic
wound
Uji stabilitas gel anhidrat diabetic
wound
Uji aktivitas formula optimum
gel anhidrat diabetic wound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1. Sterilitasi ruangan
Selama 24 jam sebelum pembuatan gel diabetic wound healing ruangan
dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol 70%, dalam hal ini termasuk
setiap sudut dan lantai ruangan. Setelah itu, lampu UV pada LAF dan ruangannya
dinyalakan selama 24 jam (Divadi, 2015).
2. Sterilisasi tube
Tube yang akan dipakai dicuci dengan etanol 70%, bersamaan dengan plastik
filling gel dibiarkan dibawah sinau UV pada LAF selama 24 jam bersamaan dengan
proses sterilisasi ruangan (Divadi, 2015).
3. Pembuatan gel diabetic wound healing
Pada penelitian ini sediaan yang akan dibuat ialah gel dengan penambahan
Ibuprofen dengan perbedaan jumlah propylene glycol (FI, FII, dan FIII) dan basis gel
itu sendiri (Gel). Formula sediaan tersebut merupakan modifikasi dari formula Aly
(2012) yaitu:
Tabel. I. Formula Gel Anhidrat (Aly, 2012).
Bahan Jumlah
Carbopol (% w/w) 1,5
Metanol (mL) 1
Gliserin (g) 9
Atrovastatin (% w/w) 1
Tabel II. Formula modifikasi sediaan uji diabetic wound healing
Formula (% w/w) FI FII FIII FIV
Carbopol 0,15 0,15 0,15 0,15
Etanol 0,789 0,789 0,789 0,789
Propylene Glycol 0 1,0 2,5 5,0
Ibuprofen 0 0,5 0,5 0,5
Gliserin Ad 10 Ad 10 Ad 10 Ad 10
Carbopol dan gliserin dicampur, kemudian ditambahkan propylene glycol .
Ibuprofen dilarutkan dengan menggunakan etanol. Semuanya dicampur menjadi satu
sambil dilakukan pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Pengadukan
menggunakan magnetic stirrer dilakukan selama 24 jam. Hasil campuran disimpan
pada suhu ruangan selama 48 jam untuk mendapatkan ekuilibrasi. Setelah itu,
dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf dengan suhu 121o C selama 15
menit pada tekanan 1 kgf/cm2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4. Uji Sifat fisik gel anhidrat diabetic wound healing ibuprofen
a. Uji organoleptis dan pH
Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna, bau dan bentuk
dari gel setelah 48 jam gel selesai dibuat (Septiani et al., 2012). Pengujian pH
dilakukan dengan menggunakan pH universal stick dengan cara mengoleskan
sedikit gel pada stik pH dan membandingkan warna yang dihasilkan dengan
standar. Nilai pH yang diinginkan adalah 4,5-6,5 yaitu pH kulit sehingga kulit
tidak teriritasi karena perbedaan pH (Tranggono dan Latifah, 2007).
b. Uji daya sebar
Sebanyak 0,5 gram gel anhidrat ditimbang dan diletakkan di tengah kaca
bundar yang berskala, ditutup dengan kaca bundar penutup dengan penambahan
beban sehingga total berat penutup dan beban ialah 125 gram dan dibiarkan
selama 1 menit. Pengukuran dihitung dari diameter yang terbentuk dan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali (Divadi, 2015).
c. Uji Homogenitas
Secukupnya sediaan gel diletakkan pada object glass dan ditutup dengan
object glass lainnya, ditekan hingga merapat dan pengujian dilakukan 3 kali
(Divadi, 2015).
d. Uji Viskositas
Viskositas gel diukur menggunakan viskometer Merlyn II dengan sistem
cup and bob. Gel diambil sebanyak 15 mL dan dimasukkan ke dalam cup,
kemudian cup dan bob dipasang pada viskometer. Pengujian dilakukan pada
kecepatan 50 rpm pada suhu 25ºC (Divadi, 2015).
e. Uji pelepasan obat
Sekitar 1 g gel anhidrat dikemas ke dalam chamber pendonor pada franz
difusion cell, dipastikan bahwa tidak ada gelembung udara antara gel dan
permukaan chamber pendonor pada membran selofan. Fase reseptor dipenuhi
dengan dapar fosfat pH 7,4 sambil terus diaduk dengan magnetik stearer pada
kecepatan 100 rpm selama percobaan untuk memastikan homogenitas dan suhu
dipertahankan pada 37 ± 0,50 C. Sampel ditarik pada berbagai interval waktu dan
dianalisa spektrofotometri pada 263 nm (Csizmazia, 2011).
5. Uji sterilitas
Kabinet LAF dibersihkan dengan etanol 70%, Lampu UV dinyalakan selama 24
jam. Peralatan yang digunakan juga disterilkan sebelumnya menggunakan autoklaf
pada 121ºC selama 15 menit. Nutrient Agar (Oxoid) ditimbang sebanyak 21 gram dan
ditambahkan pada 750 mL akuades, diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen.
Media NA dipanaaskan dengan hotplate magnetic stirrer sampai homogen, dan
dituang ke tabung reaksi sebanyak 15 mL tiap tabungnya dan ditutup dengan penutup
yang sesuai. Media NA tersebut disterilisasi menggunakan autoklaf pada 121ºC
selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Dalam LAF media NA yang telah steril
dituang pada cawan petri, dan penuangan dilakukan didekat bunsen. Media NA
dibiarkan memadat dalam cawan petri. Sediaan gel yang akan diuji disiapkan, kemasan
dibersihkan dengan etanol 70%. Jarum ose yang akan digunakan dipanaskan di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
bunsen hingga memijar, dan didinginkan. Kemasasn gel dibuka secara aseptis didekat
nyala bunsen, dan sedikit gel dibuang, kemudian diambil 1 ose gel dan digoreskan
secara zigzag pada permukaan media NA. Ose yang digunakan untuk penggoreskan
harus dipijarkan setiap penggunaannya. Tiap cawan petri diberi label dan dibungkus
dengan plastic warp, dan diinkubasi terbalin dalam LAF tanpa nyala bunsen selama
24 jam dan dilakukan pengamatan setelahnya (Divadi, 2015).
6. Uji Stabilitas Gel anhidrat ibuprofen
a. Freeze Thaw Cycle
Uji Freeze Thaw dilakukan dengan cara masing-masing formula disimpan pada
suhu -4ºC selama 24 jam, lalu kembali disimpan pada suhu ±25ºC selama 24 jam (untuk
1 siklus). Penyimpanan dilakukan sebanyak 6 siklus dan setiap akhir siklus dilakukan
pengamatan sifat fisik dari setiap formula gel seperti pH, organoleptis, daya sebar dan
viskositas (Barasa, 2016).
b. Uji viskositas
Semua formula diukur viskositasnya menggunakan viskometer Merlyn II dengan
sistem cup and bob. Sebanya 15 mL Gel dimasukkan ke dalam cup, kemudian cup dan
bob dipasang pada viscometer. Pengujian dilakukan pada kecepatan 50 rpm pada suhu
25ºC. hasil yang didapat dicatat dan dilakukan pada masing-masing replikasi. Uji
viskositas dilakukan yaitu tiap siklus pada freeze thaw cycle.
c. Uji daya sebar
Sebanyak 0,5 gram gel diletakkan di tengah kaca bundar dan ditutup dengan
kaca penutup yang sudah ditimbang dan ditambahkan dengan pemberat hingga total
pemberat diatas gel sebesar 125 gram, didiamkan selama 1 menit dan penyebaran gel
dari 4 bagian sisi dicatat. Setelah didapatkan diameter dari persebaran gel, dilakukan
perhitungan luas persebaran gel dengan menggunakan rumus luas lingkaran. Uji daya
sebar dilakukan yaitu tiap siklus pada freeze thaw cycle.
d. Uji pH
Masing-masing formula diukur nilai pH-nya menggunakan kertas indikator pH.
Uji pH dilakukan pada tiap siklus freeze thaw cycle. Sedikit gel dioleskan pada pH
universal dan warna yang didapatkan dibandingkan hasilnya dengan standar. Nilai pH
yang diinginkan adalah 4,5-6,5 yaitu pH kulit sehingga kulit tidak teriritasi karena
perbedaan pH.
e. Uji sentrifugasi
Dilakukan uji sentrifugasi terhadap masing-masing formula setelah 48 jam
pembuatan. Tiap formula diuji sentrifugasi dengan cara gel dimasukkan ke dalam
tabung sentrifugasi, kemudian dimasukkan ke dalam mesin sentrifugasi dan sistem
dijalankan dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam dan diamati pemisahan yang
terjadi pada masing-masing gel tiap formula (Elya et al., 2013).
7. Uji aktivitas gel anhidrat diabetic wound healing ibuprofen
a. Perlakuan pada tikus
Dua belas ekor tikus ditimbang dan diinjeksi aloksan monohidrat secara intraperitonial
dengan dosis 150 mg/kgBB, 48 jam setelah induksi dilihat kadar gula darah tikus
(Pirbalouti et al., 2010). Sebanyak 6 tikus yang kadar gula darahnya di atas 250 mg/dl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
digunakan untuk penelitian. Tikus-tikus yang memiliki kadar gula darah di atas 250
mg/dl diberi olesan krim depilatory pada bagian punggungnya dan didiamkan selama
5 menit, kemudian dibilas dengan kapas basah (air bersih), hingga tampak kulit
punggungnya. Tikus dibiarkan selama 48 jam. Tikus diberi anestesi melalui injeksi
i.m. ketamine 0,5 mL/kgBB dibagian paha dan ditunggu hingga tikus tertidur. Kulit
punggung tikus dibasahi dengan etanol 70% dan melakukan luka secara eksisi
menggunakan biopsy punch dengan diameter 3 mm (Divadi, 2015; DiPietro, 2003).
Sebanyak 0,1 mL formula optimum gel anhidrat diabetic wound dioleskan pada luka
menggnakan spuit tanpa jarum suntiknya dan pemberian sediaan dilakukan tiap 12 jam
hingga luka menutup. Tikus di eutanasia dengan inhalasi ketamin dengan dosis 100
mg/kgBB, kemudian kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan
dalam pot berisi formalin 10%. Kemudian dimonitor dan area luka dihitung.
b. Uji histopatologi-Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Pengecatan ini diawali dengan proses pemotongan jaringan (trimming) menggunakan
scalpel yang dilanjutkan dengan proses dehidrasi yaitu air yang terkandung dalam
jaringan dikeluarkan menggunakan reagen pembersih, kemudian dilakukan
impregnasi yakni penetrasi parafin ke dalam jaringan. Selanjutnya adalah meletakkan
jaringan tersebut di atas sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas pemotongan
jaringan dengan pisau mikrotom (cutting). Dilanjutkan dengan proses pengecatan
(staining) secara berurutan menggunakan xylol, alkohol absolut, akuades, harris
hematoxylin, acid alkohol, eosin, dan alkohol 96%. Terakhir dilakukan penutupan
dengan object glass dengan cover glass (mounting) dan hasil histopatologinya diamati
pada mikroskop cahaya (Olympus tipe BH-2, Olympus Corp., Jepang).
3.6 Tata Cara Analisis
1. Analisis kuantitatif
Data yang akan diperoleh pada penelitian ini adalah data sifat fisik dan stabilitas
sediaan gel anhidrat diabetic wound healing dengan zat aktif ibuprofen, dan data
kecepatan penyembuhan luka pada tikus.
Data sifat fisik yang diperoleh, dihitung rata-rata dan dicari standar deviasinya.
Dari data sifat fisik, viskositas dan daya sebar dianalisis menggunakan software R i368
3.2.3. untuk masing-masing respon. Analisis statistik yang digunakan R i368 3.2.3.
adalah uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.
Data stabilitas fisik yang diperoleh, dihitung rata-rata dan dicari standar
deviasinya. Dari data stabilitas fisik, viskositas dan daya sebar dianalisis menggunakan
software R i368 3.2.3. dengan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Nilai p-
value < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan signifikan.
Data disolusi yang diperoleh dibuat kurva kumulatif pelepasan obat dari sediaan
terhadap waktu untuk melihat laju pelepasan obat dari sediaan.
Pengukuran efek penyembuhan luka pada tikus dihitung dengan persamaan:
Wound closure (%)
= area luka pada hari ke − 0 − area luka pada hari ke − n
area luka pada hari ke − 0 x100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Analisis kualitatif
Pengamatan pada uji histopatologi akan memberikan perbandingan hasil secara
mikroskopis antara struktur kulit dari penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit normal
tikus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 2. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 3. Certificate of Analysis
1. Ibuprofen Farmasetis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2. Ibuprofen Working standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 4. Data Sifat Fisis Gel
1. Daya sebar (satuan dalam cm)
Basis
Formula
Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
Basis Basis Basis Basis Basis Basis Basis
R1 6,100 6,090 6,115 6,080 6,080 6,070 6,090
R2 6,105 6,105 6,095 6,085 6,075 6,090 6,100
R3 6,115 6,095 6,080 6,105 6,100 6,120 6,085
R4 6,110 6,100 6,075 6,090 6,105 6,070 6,075
R5 6,120 6,090 6,100 6,095 6,090 6,075 6,070
Rata-
Rata 6,110 6,096 6,093 6,091 6,090 6,085 6,084
SD 0,008 0,007 0,016 0,010 0,013 0,021 0,012
CV 0,129 0,107 0,263 0,158 0,209 0,349 0,196
Formula 1
Formula
Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
F I F I F I F I F I F I F I
R1 5,945 6,245 6,045 6,170 6,320 6,170 6,220
R2 6,295 6,220 6,145 6,295 6,170 6,420 6,258
R3 6,470 6,295 6,170 6,170 6,270 6,120 6,245
R4 6,070 6,120 6,170 6,245 6,258 6,195 6,295
R5 6,220 6,195 6,220 6,220 6,195 6,295 6,383
Rata-
Rata 6,200 6,215 6,150 6,220 6,243 6,240 6,280
SD 0,203 0,065 0,065 0,053 0,060 0,119 0,063
CV 3,268 1,041 1,052 0,853 0,964 1,909 1,009
Formula 2
Formula
Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
F II F II F II F II F II F II F II
R1 6,425 6,400 6,525 6,450 6,450 6,500 6,525
R2 6,425 6,475 6,500 6,400 6,425 6,400 6,400
R3 6,525 6,475 6,475 6,433 6,500 6,500 6,400
R4 6,425 6,350 6,550 6,513 6,450 6,475 6,425
R5 6,500 6,425 6,450 6,475 6,400 6,425 6,413
Rata-
Rata 6,460 6,425 6,500 6,454 6,445 6,460 6,433
SD 0,049 0,053 0,040 0,042 0,037 0,045 0,053
CV 0,754 0,825 0,608 0,658 0,575 0,703 0,820
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Formula 3
Formula
Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
F III F III F III F III F III F III F III
R1 6,725 6,625 6,738 6,725 6,713 6,700 6,813
R2 6,800 6,750 6,675 6,788 6,700 6,738 6,625
R3 6,838 6,725 6,713 6,725 6,625 6,625 6,650
R4 6,750 6,850 6,800 6,725 6,725 6,713 6,713
R5 6,700 6,625 6,825 6,688 6,700 6,625 6,675
Rata-
Rata 6,763 6,715 6,750 6,730 6,693 6,680 6,695
SD 0,056 0,095 0,062 0,036 0,039 0,052 0,073
CV 0,827 1,408 0,917 0,535 0,585 0,778 1,093
2. Viskositas (Pa.s)
Basis
Formula Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
R1 3,458 3,387 3,391 3,359 3,424 3,409 3,402
R2 3,429 3,396 3,429 3,430 3,371 3,392 3,408
R3 3,507 3,372 3,410 3,394 3,414 3,414 3,374
R4 3,307 3,461 3,388 3,380 3,381 3,371 3,377
R5 3,333 3,408 3,398 3,425 3,383 3,376 3,386
Rata-
Rata 3,407 3,405 3,403 3,398 3,395 3,392 3,389
SD 0,07557 0,03045 0,01495 0,02688 0,02057 0,01714 0,01347
CV 2,21847 0,89459 0,43954 0,791205 0,606188 0,505299 0,397414
Formula 1
Formula Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
R1 3,095 2,843 2,925 2,933 2,795 3,139 3,133
R2 3,194 3,174 3,033 2,964 3,164 3,400 2,623
R3 2,803 3,123 3,444 3,036 2,997 2,623 2,821
R4 2,892 3,120 2,636 2,952 2,763 2,797 2,860
R5 2,938 2,716 2,799 2,865 3,116 2,720 2,925
Rata-
Rata 2,985 2,995 2,967 2,950 2,967 2,936 2,873
SD 0,14132 0,18187 0,27256 0,05523 0,16307 0,28972 0,16453
CV 4,73496 6,072241 9,185262 1,872374 5,49611 9,86923 5,72776
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Formula 2
Formula Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
R1 3,076 2,765 2,517 2,586 2,479 2,586 2,543
R2 2,794 2,662 2,742 2,856 2,694 2,856 2,942
R3 2,757 2,870 2,715 3,061 2,973 2,914 2,789
R4 2,653 2,960 2,809 3,153 2,748 3,013 2,611
R5 2,924 2,817 2,975 2,235 2,856 2,235 2,600
Rata-
Rata 2,841 2,815 2,752 2,778 2,750 2,721 2,697
SD 0,14622 0,09983 0,14812 0,33414 0,16592 0,28100 0,14757
CV 5,147639 3,54685 5,382632 12,0276 6,03397 10,3282 5,47217
Formula 3
Formula Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
R1 2,181 2,085 2,193 2,010 2,099 1,925 2,125
R2 2,199 2,045 2,037 2,227 2,109 2,102 1,922
R3 2,163 2,131 1,944 2,032 1,943 2,052 2,013
R4 2,086 2,053 2,102 2,118 1,984 2,022 1,949
R5 2,013 2,198 2,220 2,104 2,059 1,999 2,005
Rata-
Rata 2,128 2,102 2,099 2,098 2,039 2,020 2,003
SD 0,0693 0,0565 0,1015 0,0767 0,0653 0,0587 0,0702
CV 3,2563 2,6862 4,8355 3,6537 3,2042 2,9039 3,5050
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 5. Data Kurva Baku Ibuprofen
Konsentrasi stok
penimbangan (mg) larutan (ml) Konsentrasi (µg/ml)
21 100 210
Konsentrasi intermediet
21 (µg/ml)
Seri kurva baku
seri Replikasi konsentrasi
(µg/ml)
absorbansi Rata-
rata
Konsentrasi
(µg/ml)
SD % RSD
1 1 1,05 0,222 0,22133 1,119938 0,00057 0,2609
2 1,05 0,221
3 1,05 0,221
2 1 3,15 0,314 0,31366 3,277259 0,00152 0,487
2 3,15 0,315
3 3,15 0,312
3 1 5,25 0,391 0,39066 5,076324 0,00057 0,1478
2 5,25 0,391
3 5,25 0,39
4 1 7,35 0,487 0,48566 7,29595 0,00115 0,2378
2 7,35 0,485
3 7,35 0,485
5 1 9,45 0,568 0,56733 9,20405 0,00115 0,2035
2 9,45 0,566
3 9,45 0,568
6 1 11,55 0,674 0,675 11,71963 0,001 0,1481
2 11,55 0,676
3 11,55 0,675
7 1 13,65 0,773 0,77366 14,02492 0,00115 0,1493
2 13,65 0,775
3 13,65 0,773
8 1 15,75 0,833 0,83166 15,38006 0,00115 0,1388
2 15,75 0,831
3 15,75 0,831
9 1 17,85 0,943 0,94266 17,97352 0,00057 0,0612
2 17,85 0,943
3 17,85 0,942
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Regression Statistics
Multiple R 0.999171018
R Square 0.998342724
Adjusted R
Square 0.998276433
Standard
Error 0.00982963
Observations 27
Coefficients
Standard
Deviasi
Intercept
(blanko) 0.173362963
0.00380112
(SB)
X
Variable 1
0.042814815
(slope) 0.000348884
PARAMETER
LOD 0.011 ppm
LOQ 0.887 ppm
y = 0.0428x + 0.1734R² = 0.9983
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0 5 10 15 20
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (mikrogram/ml)
absorbansi
absorbansi
Linear (absorbansi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 6. Data Pelepasan Obat
Formula 1
No
Waktu
(menit)
Faktor
pengenceran (fp) abs
Konsentrai
(ppm)
Konsentrasi x fp
(ppm)
Volume
acceptor (ml)
Bobot dari ibuprofen
yang lepas (mikrogram)
1
15
1 0,32 3,425233645 3,425233645 15 51,37850467
2 1 0,32 3,425233645 3,425233645 15 51,37850467
3 1 0,337 3,822429907 3,822429907 15 57,3364486
4
30
1 0,364 4,453271028 4,453271028 15 66,79906542
5 1 0,365 4,476635514 4,476635514 15 67,14953271
6 1 0,37 4,593457944 4,593457944 15 68,90186916
7
45
5 0,452 6,509345794 32,54672897 15 488,2009346
8 5 0,455 6,579439252 32,89719626 15 493,4579439
9 5 0,46 6,696261682 33,48130841 15 502,2196262
10
60
5 0,52 8,098130841 40,49065421 15 607,3598131
11 5 0,526 8,238317757 41,19158879 15 617,8738318
12 5 0,524 8,191588785 40,95794393 15 614,3691589
13
75
5 0,549 8,775700935 43,87850467 15 658,1775701
14 5 0,547 8,728971963 43,64485981 15 654,6728972
15 5 0,553 8,869158879 44,34579439 15 665,1869159
16
90
5 0,558 8,985981308 44,92990654 15 673,9485981
17 5 0,563 9,102803738 45,51401869 15 682,7102804
18 5 0,566 9,172897196 45,86448598 15 687,9672897
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Bobot gel yg diuji
(mikrogram)
bobot ibuprofen
awal
% Pelepasan
obat Rata-rata SD
133000 1662,5 3,09044
3,20989 0,206906
133000 1662,5 3,09044
133000 1662,5 3,44881
133000 1662,5 4,01799
4,06718 0,067765
133000 1662,5 4,03907
133000 1662,5 4,14447
133000 1662,5 29,36547
29,75195 0,425984
133000 1662,5 29,68168
133000 1662,5 30,20870
133000 1662,5 36,53292
36,88427 0,322014
133000 1662,5 37,16534
133000 1662,5 36,95454
133000 1662,5 39,58963
39,65990 0,322014
133000 1662,5 39,37882
133000 1662,5 40,01124
133000 1662,5 40,53826
40,99501 0,425984
133000 1662,5 41,06528
133000 1662,5 41,38149
TIME % Drug Release
LOG % Drug
Remainung
root square
time Model kinetika pelepasan Linearitas
15 3.209893894 1.985830966 3.872983346 zero 0.9211
30 4.067177289 1.981967223 5.477225575 first 0.9343
45 29.75194997 1.846634273 6.708203932 higuchi 0.9381 60 36.88426674 1.800137632 7.745966692 75 39.65989741 1.780606044 8.660254038 90 40.99501089 1.770888735 9.486832981
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Formula 2
No waktu
Faktor
pengenceran (fp) abs
Konsentrai
(ppm)
Konsentrasi x fp
(ppm)
Volume
acceptor (ml)
Bobot dari ibuprofen
yang lepas (mikrogram)
1
15
1 0,326 3,565420561 3,565420561 15 53,48130841
2 1 0,328 3,612149533 3,612149533 15 54,18224299
3 1 0,329 3,635514019 3,635514019 15 54,53271028
4
30
5 0,222 1,135514019 5,677570093 15 85,16355140
5 5 0,224 1,182242991 5,911214953 15 88,66822430
6 5 0,226 1,228971963 6,144859813 15 92,17289720
7
45
1 0,649 11,11214953 11,11214953 15 166,68224299
8 1 0,651 11,1588785 11,1588785 15 167,38317757
9 1 0,654 11,22897196 11,22897196 15 168,43457944
10
60
5 0,393 5,130841121 25,65420561 15 384,81308411
11 5 0,401 5,317757009 26,58878505 15 398,83177570
12 5 0,394 5,154205607 25,77102804 15 386,56542056
13
75
5 0,423 5,831775701 29,1588785 15 437,38317757
14 5 0,426 5,901869159 29,50934579 15 442,64018692
15 5 0,43 5,995327103 29,97663551 15 449,64953271
16
90
5 0,576 9,406542056 47,03271028 15 705,49065421
17 5 0,583 9,570093458 47,85046729 15 717,75700935
18 5 0,585 9,61682243 48,08411215 15 721,26168224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Bobot gel yg diuji
(mikrogram)
bobot ibuprofen
awal
% pelepasan
obat
Rata-
rata SD
132000 1650 3.241
3.277 0.032445
132000 1650 3.284
132000 1650 3.305
132000 1650 5.161
5.374 0.212404
132000 1650 5.374
132000 1650 5.586
132000 1650 10.102
10.152 0.053454
132000 1650 10.144
132000 1650 10.208
132000 1650 23.322
23.641 0.462925
132000 1650 24.172
132000 1650 23.428
132000 1650 26.508
26.862 0.37297
132000 1650 26.827
132000 1650 27.251
132000 1650 42.757
43.323 0.501892
132000 1650 43.500
132000 1650 43.713
TIME % Drug Release LOG % Drug Remaining root square time Model kinetika pelepasan Linearitas
15 3.276692155 1.985531141 3.872983346 zero 0.9655
30 5.373831776 1.976011254 5.477225575 first 0.9484
45 10.15151515 1.953510758 6.708203932 higuchi 0.9323
60 23.64061172 1.882862441 7.745966692 75 26.86207873 1.864142613 8.660254038 90 43.32342113 1.753403627 9.486832981
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Formula 3
No waktu
Faktor
pengenceran (fp) abs
Konsentrai
(ppm)
Konsentrasi x fp
(ppm)
Volume
acceptor (ml)
Bobot dari ibuprofen
yang lepas (mikrogram)
1
15
5 0,252 1,836448598 9,182242991 15 137,7336449
2 5 0,26 2,023364486 10,11682243 15 151,7523364
3 5 0,256 1,929906542 9,64953271 15 144,7429907
4
30
5 0,343 3,962616822 19,81308411 15 297,1962617
5 5 0,349 4,102803738 20,51401869 15 307,7102804
6 5 0,347 4,056074766 20,28037383 15 304,2056075
7
45
5 0,471 6,953271028 34,76635514 15 521,4953271
8 5 0,477 7,093457944 35,46728972 15 532,0093458
9 5 0,474 7,023364486 35,11682243 15 526,7523364
10
60
5 0,539 8,542056075 42,71028037 15 640,6542056
11 5 0,547 8,728971963 43,64485981 15 654,6728972
12 5 0,542 8,612149533 43,06074766 15 645,911215
13
75
5 0,613 10,27102804 51,35514019 15 770,3271028
14 5 0,617 10,36448598 51,82242991 15 777,3364486
15 5 0,62 10,43457944 52,1728972 15 782,5934579
16
90
5 0,625 10,55140187 52,75700935 15 791,3551402
17 5 0,63 10,6682243 53,3411215 15 800,1168224
18 5 0,636 10,80841121 54,04205607 15 810,6308411
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Bobot gel yg diuji
(mikrogram)
bobot ibuprofen
awal
% pelepasan
obat Rata-rata SD
123000 1537,5 8,95829
9,41418 0,455892
123000 1537,5 9,87007
123000 1537,5 9,41418
123000 1537,5 19,32984
19,70975 0,348194
123000 1537,5 20,01368
123000 1537,5 19,78573
123000 1537,5 33,91840
34,26031 0,341919
123000 1537,5 34,60223
123000 1537,5 34,26031
123000 1537,5 41,66857
42,08647 0,460617
123000 1537,5 42,58035
123000 1537,5 42,01049
123000 1537,5 50,10258
50,52048 0,40026
123000 1537,5 50,55847
123000 1537,5 50,90039
123000 1537,5 51,47025
52,07811 0,627715
123000 1537,5 52,04012
123000 1537,5 52,72396
TIME % Drug Release
LOG % Drug
Remaining root square time Model kinetika pelepasan Linearitas
15 9,41418 1,957060228 3,872983346 zero 0,9771
30 19,70975 1,904662818 5,477225575 first 0,9873
45 34,26031 1,817827622 6,708203932 higuchi 0,9912
60 42,08647 1,762780055 7,745966692 75 50,52048 1,694425503 8,660254038 90 52,07811 1,680533942 9,486832981
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 7. Data Wound Closure
Tikus Replikasi kontrol Gel Formula
3
Diabetes
1 10 10 9
2 14 14 12
3 14 13 12
Rata-rata 12.66667 12.33333 11
SD 2 2 2
Normal
1 13 13 11
2 13 13 11
3 14 14 11
Rata-rata 13.33333 13.33333 11
SD 0.57735 0.57735 0
Keterangan : tikus 1 = tikus diabetes replikasi 1
tikus 2 = tikus diabetes replikasi 2
tikus 3 = tikus diabetes replikasi 3
tikus 4 = tikus diabetes replikasi 1
tikus 5 = tikus diabetes replikasi 2
tikus 6 = tikus diabetes replikasi 3
Tikus 1 Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kontrol 8.29% 13.14% 13.36% 20.66% 22.90% 23.18% 38.71% 46.00% 66.58% 100.00%
Basis 11.08% 11.31% 18.95% 21.63% 24.54% 25.93% 50.92% 65.12% 81.71% 100.00%
Ibuprofen 20.59% 26.06% 39.71% 39.74% 41.49% 55.20% 59.35% 69.43% 100.00% 100.00%
Wound
Closure
Tikus 2 Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kontrol 8.75% 10.34% 18.39% 19.54% 19.66% 20.56% 37.43% 44.98% 67.07% 69.72% 76.71% 81.61% 97.54% 100.00%
Basis 3.31% 9.68% 9.88% 24.69% 24.89% 26.30% 44.41% 55.45% 71.35% 77.61% 82.97% 92.43% 99.61% 100.00%
Ibuprofen 24.41% 33.71% 33.87% 33.94% 35.52% 42.66% 50.31% 75.12% 89.43% 91.99% 93.91% 100.00% 100.00% 100.00%
Wound
Closure
Tikus 3 Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kontrol 5.06% 8.67% 12.38% 28.57% 31.81% 37.19% 51.84% 62.89% 63.35% 75.39% 84.80% 90.62% 97.18% 100.00%
Basis 13.64% 14.60% 15.62% 18.47% 25.12% 25.27% 50.18% 64.06% 64.90% 80.28% 85.74% 94.57% 100.00% 100.00%
Ibuprofen 20.51% 31.47% 35.53% 44.55% 47.37% 48.59% 54.82% 69.57% 81.84% 86.27% 91.11% 100.00% 100.00% 100.00%
Wound
Closure
Tikus 4 Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kontrol 0.00% 25.89% 26.74% 27.57% 29.67% 29.77% 41.82% 51.19% 82.73% 83.37% 85.35% 96.73% 100.00%
Basis 0.00% 15.04% 18.55% 21.26% 27.93% 27.96% 56.78% 72.68% 85.56% 88.24% 90.57% 98.97% 100.00%
Ibuprofen 26.49% 27.89% 31.74% 32.37% 33.51% 50.91% 73.53% 78.49% 84.93% 89.52% 100.00% 100.00% 100.00%
Wound
Closure
Tikus 5 Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kontrol 6.90% 14.22% 17.49% 19.25% 21.10% 23.60% 29.93% 40.43% 53.64% 68.43% 80.43% 92.52% 100.00%
Basis 7.18% 16.52% 19.13% 19.32% 24.70% 29.19% 32.03% 48.48% 57.17% 71.33% 82.77% 97.41% 100.00%
Ibuprofen 14.20% 21.07% 27.53% 29.72% 30.38% 34.22% 47.72% 61.12% 74.21% 86.59% 100.00% 100.00% 100.00%
Wound
Closure
Tikus 6 Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kontrol 0.00% 8.88% 13.37% 15.97% 20.51% 23.56% 29.81% 31.82% 41.95% 53.87% 66.90% 70.95% 82.75% 100.00%
Basis 0.00% 10.54% 16.12% 18.21% 21.33% 23.95% 31.74% 40.04% 49.47% 55.69% 69.70% 77.96% 89.53% 100.00%
Ibuprofen 11.41% 16.89% 18.20% 19.38% 20.95% 27.06% 51.90% 65.07% 68.48% 85.90% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Wound
Closure
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 8. Uji Statistika
Data Statistika Uji Stabilitas
1. Daya sebar
a. Basis
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,9672 0,4211 0,7941 0,9276 0,6919 0,88449 0,8989
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
b. Formula 1
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,9796 0,9546 0,3758 0,4677 0,7869 0,5869 0,3966
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
c. Formula 2
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,4677 0,4677 0,9672 0,9965 0,7773 0,2538 0,01329
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
d. Formula 3
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,8013 0,429 0,7602 0,1995 0,06469 0,1958 0,4702
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Viskositas
a. Basis
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,8249 0,2696 0,5355 0,7437 0,5733 0,5733 0,6471
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
b. Formula 1
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,785 0,1625 0,7222 0,8829 0,3502 0,4498 0,9183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
c. Formula 2
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,8638 0,9995 0,9102 0,6721 0,9412 0,4067 0,3332
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
d. Formula 3
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Siklus Siklus 0 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Siklus 4 Siklus 5 Siklus 6
p-value* 0,3692 0,4562 0,7466 0,6096 0,4147 0,9732 0,5517
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Uji Statistika % Kumulatif Pelepasan Obat
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal.
Formula Formula 1 Formula 2 Formula 3
p-value* 0,7262 0,4072 0,8999
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Uji Statistik Wound closure
Luka gabungan
Hasil Post-Hoc T.Test
Indikator p-value
Kontrol diabetes vs kontrol normal 0,3173
Basis diabetes vs basis normal 0,4778
Anhidrat diabetes vs anhidrat normal 1
*p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda secara signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Luka diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Luka Normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 9. Gambar Histopatologi
Tikus normal tanpa pelakuan
Tikus diabetes luka kontrol
Tikus diabetes luka basis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tikus diabetes Gel Formula 3
Tikus normal luka kontrol
Tikus normal luka basis
Tikus normal Formula 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Sediaan Gel anhidrat
Uji Sterilitas Uji viskositas
Uji homogenitas Uji aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kulit Tikus Franz diffusion cell
Uji daya sebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Gel
Anhidrat Diabetic Wound Healing dengan Zat Aktif Ibuprofen”
memiliki nama lengkap Bernadus Dhuta Wibowo. Dilahirkan di
Lubuklinggau pada tanggal 30 Oktober 1995 dari pasangan Bapak
Andreas Bowo Srimulat dan Ibu Yuliana Ponisah. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan di TK Xaverius Lubuklinggau pada
tahun 2000 hingga 2001, lalu melanjutkan pendidikan di SD
Xaverius Lubuklinggau pada tahun 2001 hingga 2007. Penulis
menempuh sekolah menengah di SMP Xaverius Lubuklinggau
pada tahun 2007 hingga tahun 2010, kemudian melanjutkan ke
tingkat menengah atas di SMA Xaverius 1 Bangau Palembang pada
tahun 2010 hingga 2013. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakulas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013 hingga 2016. Selama menjadi mahasiswa di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, penulis cukup aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan dan kepanitiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI