forget me not - nulisbuku.comnulisbuku.com/books/download/samples/f7e714915cac2408bf18cbe...novel...
TRANSCRIPT
Forget Me Not
If I could have one wish granted, I’d like to always stay, close to your heart.
Untuk Stefan William & Natasha Wilona
2
Novel terinspirasi Stefan William & Natasha Wilona
Judul : Forget Me Not
Tebal : 186 Halaman
Harga : 58.000 (Belum ongkos kirim)
Penulis : Hime Hell
Sinopsis :
Seorang idola dengan jutaan fans, kekasih yang cantik, kehidupan dan karir yang cemerlang, semuanya terasa sempurna bagi Stefan sampai ia tak sengaja menabrak seorang gadis, menyebabkannya hilang ingatan, lantas memberinya nama juga kehidupan baru sebagai Natasha.
Dari sebuah pertemuan sederhana, menggerakkan roda-roda takdir, menyambung ikatan, merangkai puzzle kehidupan, mengungkap teka-teki, juga menghubungkan jalan yang terpisah. Pertemuan yang menyebabkan Butterfly Effect, bukan hanya kehidupan Stefan yang berubah, tapi Natasha jua. kedekatan dan kebersamaan membuat ikatan keduanya semakin erat.
Ketika akhirnya tiba masa, ingatan Natasha kembali, masa lalunya yang hilang ia temukan, akankah ia tetap berada disisi Stefan? Sebuah persimpangan jalan yang ditumbuhi Spider Lily dan Forget Me Not, jalan manakah yang akan diambil oleh Stefan.
3
Format pemesanan :
* Nama lengkap
* Alamat lengkap : nama jalan/ No.rumah/ RT/RW / Kelurahan/Kecamatan / Kota/Provinsi/ kodepos
*No. Tlp/HP
*Judul buku/Jumlah buku yg dipesan
>> Pendaftaran dikirim ke : (*Pilih salah satu)
-LINE : himeterny
- BBM : 59f7332e
- Email : [email protected]
5
Forget Me Not -------------------------------------------------------------
Hime Hell -------------------------------------------------------------
Copyright © 2014, Hime Hell Hak Cipta dilindungi Undang-undang
All rights reserved -------------------------------------------------------------
Cetakan Pertama, Februari 2016 -------------------------------------------------------------
Ilustrasi Sampul dan Pewajah Isi: Tim Produksi Novel SaSe
Sumber Gambar: google image, tumblr (keyword : Forget me not)
------------------------------------------------------------- Email : [email protected]
Twitter : @NovelSaSe Blog: Stefanatasha.wordpress.com
Instagram : Novelstefanatasha Facebook: fecbook.com/Novelstefanatasha
-------------------------------------------------------------
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
ILP Center Lt.3-10 Jln Raya Pasar Minggu, No.39A Pancoran
Jakarta Selatan 12780
6
Daftar Isi
♥ Hydrangea – 7
♥ Amaryllis – 27
♥ Spider Lily – 49
♥ Daisy – 71
♥ Carnation – 90
♥ Rose – 107
♥ Sun Flower – 120
♥ Lily – 136
♥ Anemone – 149
♥ Forget Me Not – 169
♥ Dari Penulis – 183
♥ Tentang Penulis – 185
7
Apa yang lebih mengejutkan dari sambaran petir? Balas dendam
Hal apa yang hanya sekilas? Memiliki hal yang tidak seharusnya kau miliki
Siapa yang paling akrab didunia ini? Orang yang memahami dirinya sendiri
Apa rahasia abadi itu? Cinta
Dimanakah cinta itu? Tidak dimanapun
Perasaan cinta itu seperti monster, jika telah merasukimu, kau tidak
bisa mengendalikannya.
9
Sore itu di Penang International Airport, Malaysia.
“Okaasan, matte yo1.” Seorang gadis muda berambut panjang
sepunggung meronta pada seorang wanita yang menyeretnya. Koper-
koper yang ditarik bergoyang-goyang. Keributan kecil dari ibu dan
anak itu menarik perhatian beberapa orang.
“Ini demi kebaikanmu.” Ucap wanita yang tidak bisa dibilang
muda lagi. Kerut-kerut halus diwajahnya menunjukkan usianya
berkisar 45 tahunan.
“Okaasan, aku nggak mau ninggalin Chris. Onegai2.”
“Mo, yamete3! Kamu ngapain sih masih mikirin cowok itu?
Mama nggak suka ya. Sekarang kita pulang ke Jepang.”
“Ma, Mama kenapa sih? Aku cinta sama dia. Aku nggak mau
pergi.” Ucap gadis itu duduk disalah satu kursi tunggu bandar udara
Internasional Penang. Percakapan dengan nada tinggi itu terus
berlanjut, tak peduli pada hilir mudik calon penumpang nampak terlihat
sibuk dengan urusan masing-masing bagai koloni semut.
“Kita baru tiba di Indonesia kemarin dan tiba-tiba kita mau
balik ke Jepang? Ma, aku bahkan belum ketemu Chris. Ayolah Ma ada
apa?” tak habis pikir dirinya melihat tingkah ibunya yang tiba-tiba,
masih ia ingat tadi malam tiba-tiba ibunya memutuskan kembali ke
Jepang. Setelah kehabisan tiket terakhir menuju Tokyo, Ibunya lantas
memilih transit di Malaysia. Begitu ingin ibunya cepat-cepat kembali
ke Jepang sungguh membuatnya bingung.
1 Ibu, tolong tunggu 2 Aku mohon 3 Ah, Berhentilah
10
“Kamu sayang sama Mama ‘kan? Kalo kamu sayang Mama,
kamu nurut dong. Mama nggak suka kamu masih mikirin dia. Mulai
sekarang kamu lupakan dia.”
“Okaasan!!!” ia berteriak seolah tak percaya pada apa yang
barus aja didengar dari ibunya sendiri.
“Aku mau ketoilet. Kamu jaga koper. Jangan coba-coba
kabur, dompet, dan passportmu ada ditanganku.” Wanita itu galak.
“Doshite4?” Gadis itu meruntuk kesal saat mamanya beranjak
menuju toilet bandara. Ia benar-benar tak paham apa maksud dan
tujuan ibunya. Ibunya seperti puzzle rumit yang begitu sulit untuk
ditebak.
Hydrangea, ia mendeskripsikan ibunya dengan bunga
Hydrangea. Tiba-tiba saja ia berfikir demikian kala matanya
menangkap sebuah poster bunga yang berbentuk bintang dan
menggerombol berbentuk bulat berwarna campuran putih, ungu dan
biru muda dari sebuah majalan yang ada didekatnya. Hydrangea dalam
bahasa bunga berarti hati yang dingin dan kesombongan. Cantik dan
tegas, menggambarkan jelas tentang ibunya namun ibunya selalu
menjunjung tinggi harga dirinya, selalu bersikap dingin, bersikeras dan
mendominasi hidupnya. Ia sedikit banyak mengerti alasannya, tentu
saja kasih ibu akan terus mengalir tanpa batas pada anaknya namun ia
tak mengerti dengan cara ibunya yang begitu mengekangnya. Ia bebas,
tapi tetaplah merasa bagaikan burung dalam sangkar.
Gadis itu menghela nafas, menatap lalu lintas dari beberapa
pesawat yang mendarat dan lepas landas menyisakan bunyi yang
4 Kenapa?
11
memekakkan telinga. Lalu didenganya suara yang begitu heboh,
pandangan gadis itu teralihkan pada segerombolan remaja putri yang
berteriak histeris. Mereka menyoraki seorang pemuda yang dikelilingi
bodyguard berbadan tegap dengan baju berwarna hitam dilengkapi
kacamata hitam. Seperti sebuah pagar kokoh tak tertembus mereka
berusaha melindungi pemuda berkaca mata hitam dengan rambut
blonde yang berjalan cuek dari pintu kedatangan. Peluh nampak
membasahi wajah putihnya seolah udara Malaysia semakin
menguapkan panasnya.
“Stefan!!! Stefan!!! Stefan!!!” Nama itu begitu dielu-elukan
oleh para penggemar. Seorang pemuda dengan bakat bernyanyi yang
luar biasa. Posternya di angkat tinggi-tinggi oleh seorang gadis yang
berteriak histeris tak mampu menahan kekagumannya pada sosok idola.
Beberapa bahkan menangis saking terharunya bisa berjumpa langsung.
Mungkin bagi sebagian orang remaja-remaja itu memang sedikit
berlebihan. Rasa kagum juga rasa suka telah membuat mereka seperti
mabuk kepayang.
Spanduk bertuliskan nama Stefan juga terpampang
disepanjang pintu kedatangan. Keributan sempat terjadi saat seorang
fans berusaha menembus blokade bodyguard sang bodyguard nampak
mendorong sang gadis hingga jatuh namun tak disangka Stefan berjalan
mendekat dan membatu gadis tadi untuk bangun. Fans itu hanya bisa
melongo dengan mata berkaca-kaca saat beradu pandang dengan
idolanya.
12
Gadis itu menatap Stefan dengan wajah tak tertarik, dare ga
ano hito, idol5? Ia bahkan bukan orang Malaysia, ia tak kenal artis-
artisnya. Tapi ia sadar Stefan bukan dari Malaysia, spanduk yang
berbunyi selamat datang di negeri kami, tidak mungkin untuk artis yang
memang berasal dari negara ini. Lelah melihat kehebohan itu, Ia lantas
mengalihkan pandangannya, ia menghela nafas berat. Ia merogoh saku
dan mendapati sebuah liontin berbentuk bunga matahari yang
didalamnya terdapat foto sepasang kekasih yang saling berangkulan.
“Aku harus bertemu denganmu Chris. Aku ingin
menemuimu. Aku ingin sekali, aku tidak tahu kapan lagi bisa datang ke
Indonesia dan aku...” Gadis itu terisak sedih. Sekian lama
meninggalkan Indonesia dan pergi ke Jepang dan kini ia tak bisa
membayangkan harus pergi lagi tanpa bertemu Chris. Ia termenung
sejenak. Memikirkan apa yang harus ia lakukan. Apapun yang terjadi ia
harus bertemu Chris, dalam pikirannya hanyalah pertemuan itu. Gadis
itu bangkit dan menarik kopernya. Ia berjalan cepat. Ia harus
melepaskan dirinya sendiri.
“Kau mau kemana?” Teriak ibunya yang baru saja keluar dari
toilet. Gadis itu tersentak lantas berlari keluar bandara.
“Help me! Aku dikejar wanita aneh.” katanya pada seorang
satpam. Gomen Okaasan6.
Lalu ia kembali berlari. Sepatu bot hitam selututnya
menapaki lantai bandara dengan keras. Ia menarik kopernya menuju
bagian luar bandara. Ia sempat menoleh menyaksikan mamanya yang
berdebat dengan petugas bandara, ini adalah kesempatan emas baginya.
5 Siapa orang itu? Artis? 6 Maaf ibu
13
Ia berlari lebih cepat, nafasnya naik turun, kakinya lelah, tapi ia terus
berlari. Ia melihat sekelompok remaja fans idola tadi yang berkerumun
di area parkir. Ini kesempatannya untuk membaur dengan puluhan
gadis itu. Ia berlari kedalam kerumunan dan
BRUKKKK!!!! Suara keras diiringi decitan ban dari sebuah
mobil hitam. Orang-orang segera berlari panik. Stefan dan manajernya
Gino segera melompat turun dan membawa tubuh lemah itu kedalam
mobil sebelum para wartawan berkumpul. Stefan panik melihat darah
terus mengucur merembes membasahi celana jeans sang gadis.
Kejadiannnya sangat cepat, gadis itu tiba-tiba berlari didepan
mobil, kehilangan keseimbangan dan tertabrak dengan begitu keras.
“Cepat kerumah sakit!!!” Teriaknya kesal. Mobil itu
meluncur cepat meninggalkan bandara. Meninggalkan deru dingin yang
berselimut sibuknya kota Penang senja itu.
***
Rumah sakit Adventist terlihat sepi pagi itu. Burung-burung
gereja terbang disepanjang taman rumah sakit. Mereka seperti bersua
menyambut terik mentari hangat pagi. Seorang pemuda duduk disalah
satu sofa rumah sakit saat seorang dokter memeriksa pasien
didepannya.
“koma selama satu minggu dan saat sadar justru amnesia. Oh
come on! Sembuhkan dia dok.” Ucap Gino manajer Stefan, pemuda itu
meremas rambutnya sendiri saking gemasnya. Sementara Stefan,
pemuda itu sibuk mengutak atik ponselnya seolah tak peduli perdebatan
yang ada dihadapannya. Ia terus cuek sambil sesekali melirik gadis
berambut cokelat yang duduk sambil menatap ruangan dengan bingung.
14
“Aku sudah boleh pergi tidak? Bau rumah sakit membuatku
mual.”
Gadis yang duduk diatas ranjang menoleh. Wajahnya pucat,
perban membalut kepalanya. Dilihatnya pemuda berambut pirang
kecoklatan yang baru saja angkat suara. Wajahnya tampan, kulitnya
putih bersih, tatapan matanya tajam, ada aura dingin yang terpancar
kala mata keduanya bertemu.
Hydrangea, entah mengapa dan dari mana asalnya, gadis itu
tiba-tiba teringat bunga Hydrangea saat menatap pemuda berpakaian
necis itu untuk pertama kalinya. Kali ini ia hanya terdiam,
tenggorokannya terasa masam juga sakit, ia tidak bisa berbicara dengan
lancar dalam keadaannya. Ia hanya menatap dua pemuda yang tengah
berdebat secara bergantian.
“Stefan, bukan saatnya menjadi egois begitu. Kita harus
bagaimana? Dia tidak ingat nama, alamat, harus bagaimana?
Meninggalkannya disini sendiri?”
“kau pikir bagaimana lagi? Berikan saja dia setumpuk uang
dan urusan beres.” Ucap Stefan tegas. Gino menggeleng kesal pada
Stefan. Kau ini picik sekali, memangnya segala sesuatu bisa
diselesaikan hanya dengan uang apa?
Gino mendekati gadis itu. Wajahnya pucat, matanya yang
bening juga raut wajahnya membuat Gino yakin, usianya tak beda jauh
dengan Stefan.
“Siapa namamu?” Tanyanya. Gadis itu menggeleng bingung.
Ia bahkan belum bersuara sedikitpun sejak membuka matanya.
“Hah Stefan, gadis ini bisa membuatku gila. Kau pikir aku
tidak pusing? Insiden ini harus disembunyikan dari publik. Karirmu
15
bisa rusak kalau kau ketahuan menabrak seseorang sampai hilang
ingatan.”
“Kau’kan manajerku, kenapa tidak selesaikan dengan baik-
baik sih.”
“kau itu selalu saja mengampangkan segala hal. Tidak semua
hal itu bisa diselesaikan dengan cara mudah.”
“Dokter bilang ‘kan amnesianya mungkin tidak permanen.”
“Mungkin, itu mungkin.”
“Dasar cerewet.”
Gadis itu menatap kedua pemuda berusia sebaya itu
bergantian, ia tidak terlalu mengerti keadaan ini. Kepalanya masih
pening, kaki dan lengannya terasa ngilu. Ia mendengar kembali
percakapan keduanya. Ia bingung dan takut. Ia tak ingat apapun. Tapi
ia marasa sedikit takut, ia tidak ingin ditinggalkan.
“Aku mohon jangan lakukan ini padaku. Aku bingung. Aku
mohon jangan tinggalkan aku sendirian.” Pintanya lemah.
“Hah, kau dengar itu Stefan? Kau dengar katanya? Kita harus
bagaimana?”
“Ayo pergi. Sebentar lagi aku harus menyanyi. Hei kamu,
Sebaiknya besok pagi kamu sudah harus ingat lagi.” Ucap Stefan galak.
Ia menatap kembali kedua pemuda sebaya yang keluar dari pintu rumah
sakit sebelum menghilang. Ia menatap sekeliling ruangan dengan
tatapan aneh. Ia termenung lama sekali berusaha menggali tambang
ingatannya yang lenyap tak bersisa. Ia merasakan pening dan kembali
membaringkan tubuh menatap langit-langit rumah sakit.
Sekitar dua jam kemudian, seorang suster masuk dan
memeriksa keadaannya. Ia tersenyum lalu menyalakan tombol power
pada remote televisi dan meninggalkan gadis tanpa nama itu. Suster itu
16
sedikit ingin menghibur pasiennya yang sejak bangun selalu
menampakkan wajah murung. Gadis itu menatap bingung sambil
sesekali memencet remote televisi. Sesaat televisi menampilkan
suasana panggung yang ramai sekali. Seperti ribuan lampu yang
menyeruak berebut tampil. Cahaya menari-nari diatas menyinari
panggung megah itu. Terlihat ribuan penonton histeris dihadapannya.
Begitu sang penyanyi muncul diatas panggung, histeria melipat ganda.
Alunan musik mulai terdengar mengiringi suara sang penyanyi muda
yang enerjik meliuk diatas panggung yang seolah adalah dunianya. Ia
menyanyi dengan penuh penghayatan dan begitu mempesona semua
penonton yang rata-rata adalah remaja puteri. Melodi-melodi berpadu
dengan apik, membentuk irama yang mampu membangkitkan
semangat. Seperti api yang membakar jerami. Acara berlangung hampir
satu jam dan gadis itu masih terpaku menatap layar televisi. Ia seolah
terhipnotis oleh penampilan Stefan, pemuda yang sudah menabraknya,
yang mengambil ingatannya. Stefan yang berada diatas panggung sama
sekali berbeda dengan Stefan yang beberapa jam lalu ada di dekatnya.
Dia tersenyum dan tertawa, dia bernyanyi dan menari, membawa
kebahagiaaan bagi penggemarnya. Seperti membawa ia masuk kedalam
dunia yang baru.
***
“Mana gadis itu?” Tanya Stefan melihat ruangan yang sudah
kosong. Pagi baru menjelang ketika Stefan dan Gino memasuki kamar
VVIP yang ditempati gadis itu. Tak berapa lama gadis yang
ditabraknya keluar dari toilet seraya menyeret selang infusnya dibantu
seorang suster.
17
“Stefan? Stefan Starks ‘kan?” Teriak suster itu histeris. Gino
segera mengambil alih situasi dan membawa suster yang ternyata
adalah penggemar Stefan keluar dari kamar.
“Sudah ingat?” Tanya Stefan. Gadis itu menggeleng pelan. Ia
duduk dipinggir tempat tidur menatap sosok Stefan yang berdiri
didepannya sambil bersandar pada tembok putih rumah sakit.
“Dengar, aku tidak mengenalmu, aku tidak tahu siapa kau
dan aku tidak peduli kau siapa. Gino akan memberimu sisa uang dan
kau bisa menghilang dariku.” Stefan meletakkan sebuah amplop
cokelat didekat tempat duduk gadis itu.
“Semudah itu? Semudah itu kau lepas dari tanggung jawab?
Ambil semua ini !!!” Teriak gadis itu melemparkan uang yang
diberikan oleh Stefan kemarin. Uang itu menghabur kearah kaki Stefan
dan terongok kaku diatas lantai marmer yang dingin. Gadis itu marah
juga bercampur takut. Ia tak ingin ditingggalkan. Semalam ia bahkan
tak bisa tidur mamikirkan apa yang akan terjadi padanya. Ia tak bisa
mengingat semua yang harusnya ia ingat. Bahkan koper juga ransel
yang dibawanya tak memberinya satu informasi apapun.
“Heh dengar ya, kau tahu aku siapa hah? Seorang idola yang
dikagumi. Aku tidak mau berurusan denganmu.” Ucap pemuda itu
marah. Stefan melangkah santai keluar dari kamar.
“Pergi sana kau dasar pengecut. Dasar kau laki-laki tidak
bertanggung jawab. Kasihan sekali ibumu melahirkan anak pecundang
sepertimu.” Teriak gadis itu. Namun Stefan seolah beku. Ia tidak
menggubris lagi teriakan gadis itu.
18
Sekarang harus bagaimana? Wakaranai7. Batinnya
kebingungan. Beberapa tetes air matanya jatuh. Ia merasa tubuh
fisiknya sudah sembuh tapi pikirannya juga hatinya, semuanya kosong.
Ia takut, amat takut ditinggalkan sendirian.
***
Gadis tak bernama itu melangkah keluar rumah sakit seraya
menarik koper merahnya. Ia memperbaiki posisi ransel yang
menyandang dibahunya. Gadis itu sesekali melirik beberapa kedai
makan yang berjejer disepanjang jalan. Ia benar-benar tak percaya telah
ditinggalkan begitu saja. Ia masih ingat jelas pecakapan Stefan dan
Gino semalam didepan pintu kamarnya. Meraka benar-benar akan
meninggalkannya ditempat ini sendirian. Mereka akan pulang ke
Indonesia hari ini. Fisiknya sudah pulih, tak ada alasan lagi baginya
untuk tetap tinggal di Rumah Sakit itu, berdiam diri didalam kamar
hanya akan membuatnya tertekan.
***
Sementara itu di Bandara Internasional Penang, “Tenang
saja, kita bisa pulang ke Indonesia dengan tenang. Aku sudah meminta
Dokter Rosihan mengawasi gadis itu. Jika terjadi apa-apa dia akan
segera menghubungiku.” Ucap Gino menepuk bahu Stefan. Pemuda itu
diam seolah tak peduli seraya mendengarkan alunan musik dari headset
7 Aku tidak tahu
19
putihnya. Stefan masih termenung, ia terus berfikir tentang gadis
berambut cokelat yang ditabraknya, ia merasa kasihan ya, ia merasa
bersalah. Pemuda itu tidak tenang, ia terus terbayang wajah yang tak
bedosa yang sudah ia celakai. Malaysia saja ia tak mengenal, apa lagi
untuk gadis yang baru hilang ingatan. Stefan tak suka dihantui rasa
bersalah, ia tak mau lari dari perbuatannya. Ia bukanlah pengecut
seperti yang dikatakan gadis itu. Stefan beranjak keluar bandara
Bahkan teriakan Gino pun tak ia dengarkan. Pemuda 20 tahunan itu
memanggil taksi dan segera meluncur menuju rumah sakit Adventist.
Stefan dengan setengah berlari memasang tudung jaket dan
kacamatanya memasuki area rumah sakit. Ia berhenti tepat didepan
pintu kamar yang sudah ia hapal. Namun sayang, ia tidak menemukan
yang ia cari. Kamar itu sudah kosong dengan seprai dan suasana yang
sudah rapi.
“Kemana pasien yang ada dikamar 305 VVIP?” Tanyanya
bingung.
“Pasien sudah keluar beberapa menit yang lalu” ucap suster
itu ramah. Stefan tersentak kaget bercampur bingung dan panik. Ia
membalikkan tubuh dan segera berlari kearah parkiran, entah apa yang
ada dipikirannya saat ini tapi yang pasti, ia harus mencari gadis itu.
Stefan kembali masuk kedalam taksi sambil mencari-cari sepanjang
tepi jalan. Tiba-tiba ia menatap sebuah taman yang masih sepi, ia
berlari keluar mendekati sekelompok pria berbadan tegap.
“Let Her Go!!!” Teriak Stefan pada sekelompok pemabuk
yang mengganggu gadis yang ia cari. Gadis itu duduk bersimpuh dan
gemetaran. Ia masih terkejut menghadapi ketegangan atas perlakuan
tiga pria menakutkan yang nyaris menyeretnya kedalam semak-semak.
20
Sementara didepannya Stefan tengah berkutat melayangkan tinju
kearah tiga pria yang kelihatannya tengah mabuk.
“police, police8!!!” Teriak gadis itu membuat ketiga pria itu
terkejut dan menghentikan aksinya. Kesempatan itu diambil Stefan
untuk kabur dan berlari menuju taksi.
“Cepat lari, masuk kedalam taksi!” Perintahnya menarik
tangan gadis itu. Gadis itu kesulitan berlari karena kopernya yang
lumayan besar dan berat. “Buang saja kopernya bodoh.” Teriak Stefan
marah sembari membuang koper yang tengah dipegang gadis itu.
Keduanya berhasil masuk kedalam mobil sebelum pria-pria mabuk itu
berhasil mengejar mereka. Gadis itu masih menatap nanar kopernya
yang tergeletak di terotoar jalan. “A.. Arigato, tapi, koperku….” Gadis
itu mengeluh bingung.
“Hei bodoh, lupakan koper itu, apa yang kau lakukan diluar
sana? Harusnya kau dirumah sakit” omel Stefan.
“Memangnya kau pikir aku harus bagaimana? Kaukan tidak
mau bertanggung jawab.”
“Baiklah-baiklah, biar bagaimanapun ini adalah tanggung
jawabku. Aku harus bertanggung jawab atas perbuatanku. Hanya
sampai ingatanmu kembali, aku harus mengawasimu.”
“Syukurlah, aku sendiri juga bingung kalau harus sendirian,
semuanya kelihatan asing dan aneh.” Gadis itu terlihat lega.
“Tapi ingat, kau harus mengikuti aturan-aturanku. Paham?”
“Um.” Gadis itu mengangguk
“Pertama, kita pikirkan siapa namamu.”
8 Polisi