fix tjr
DESCRIPTION
total joint replacementTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kadang kala, penyakit sendi atau deformitas memerlukan intervensi bedah
untuk mengurangi nyari, meingkatkan stabilitas dan memperbaiki fungsi. Terapi
pembedahan yang dilakukan pada penyakit sendi meliputi eksisi jaringan rusak
dan sakit, perbaikan struktur yang rusak (mis.ruptur tendon), pembuangan
jaringan lepas (debredemen), dan fusi imobilisasi sendi (astrodesis), dan
penggantian semua atau sebagian permukaan sendi (mis.artroplasti, protesis, sendi
total).
Penggantian sendi total adalah penggantian kedua permukaan sendi dalam
kapsulnya. Hemiartroplasti berarti penggantian salah satu permukaan sendi.
Prosedurnya dipilih berdasarkan kondisi ortopedi pasien yang mendasarinya,
kesehatan umum fisik, dampak disabilitas sendi terhadap kehidupannya dan usia.
Pengambilan waktu prosedur ini sangat penting agar fungsinya bisa maksimal.
Pembedahan harus dilakukan sebelum otot disekitarnya mengalami kontraktur dan
atrofi dan terjadi abnormalitas strukutr yang serius. Pasien dievaluasi dengan
cermat oleh dokter sehingga dapat dilakukan prosedur yang paling sesuai.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sendi?
2. Apa definisi dari Total Joint Replacement (TJR) ?
3. Bagaimana klasifikasi dari Total Joint Replacement (TJR)?
4. Apa etiologi dari Total Joint Replacement (TJR)?
5. Bagaimana manifestasi dari Total Joint Replacement (TJR)?
6. Bagaimana WOC dari Total Joint Replacement (TJR)?
7. Apa saja pemeriksaan untuk Total Joint Replacement (TJR)?
8. Bagaimana perawatan pasca operasi Total Joint Replacement (TJR)?
9. Bagaimana managemen nyeri pada Total Joint Replacement (TJR)?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Total Joint Replacement (TJR)?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini:
1. Mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sendi
2. Mengetahui tentang definisi dari Total Joint Replacement (TJR).
3. Mengetahui tentang klasifikasi dari Total Joint Replacement (TJR).
4. Mengetahui tentang etiologi dari Total Joint Replacement (TJR).
5. Mengetahui tentang manifestasi klinik dari Total Joint Replacement (TJR)
6. Mengetahui tentang WOC dari Total Joint Replacement (TJR).
7. Mengetahui tentang pemeriksaan untuk Total Joint Replacement (TJR).
8. Mengetahui tentang perawatan pasca operasi dari Total Joint Replacement
(TJR).
9. Mengetahui tentang manajemen nyeri dari Total Joint Replacement (TJR).
10. Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan dari Total Joint
Replacement (TJR).
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SENDI menuurut Syaifuddin, 2002
Alat gerak diagi atas alat gerak pasif (gerakan yang dilakukan oleh kerangka
tulang badan) dan alat gerak aktif (gerakan yang dilakukan oleh otot-otot badan).
Umumnya rangka tulang terbentuk dari tingkat pendahuluan dari jaringan rawan
ada juga sebagai pengganti jaringan rawan. Pada keadaan tertentu tulang rawan
diganti dengan tulang pengganti (tulang keras) dan jaringan ikat sebagai jaringan
penutup.
Sendi, tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat terjadi
pergerakan atau tidak. Dalam perkembangannya jaringan ikat diganti oleh
jaringan rawan. Untuk memungkinkan terjadinya pergerakan, maka di tempat ada
jaringan ikat dan jaringan rawan diganti dengan jaringan tulang. Pada ujung
tulang akan tinggal suatu lempeng jaringan rawan sebagai rawan sendi.
1. Stabilitas sendi bergantung pada :
a) Permukaan sendi. Tulang memegang peranan penting pada stabilitas sendi.
b) Ligamentum. Ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi secara
berlebihan. Bila regangan berlangsung lama, ligamentum fibrosa akan
teregang. Sebaliknya ligamentum elastis kembali ke panjang asal setelah
teregang.
c) Tonus otot. Pada kebanyakan sendi, tonus otot merupakan faktor utama
yang mengatur stabilitas.
Sendi menurut permukaannya
Sendi engsel
Sendi kondiloid
Sendi elipsoid
Sendi pasak
Sendi peluru
Sendi pelana
Sendi pelanan
2. Klasifikasi jenis sendi menurut permukaannya :
a. Sendi pelana. Sendi ini permukaannya hampir datar yang memungkinkan
tulang saling bergeser. Misalnya, sendi pelana, art. Sternoklavikular dan
art. Akromioklavikular, persendian yang terdapat pada bahu.
b. Sendi engsel, mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi
dan ekstensi. Suatu permukaan bundar diterima oleh yang lain sehingga
gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah. Misalnya, sendi siku dan
sendi lutut.
c. Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan
bersendi dengan permukaan yang konkaf seperti sendi engsel tapi bergerak
dengan dua bidang dan empat arah ( fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi ) disertai sedikit gerakan rotasi, misalnya metakarpofalangeal dan
interfalangeal.
d. Sendi elipsoid. Permukaan sendi berbentuk konveks elips. Dengan
permukaan sendi konveks elips, pergerakan ( fleksi, ekstensi, abduksi dan
adduksi ) dapat dilakukan tetapi rotasi tidak mungkin ( misal, sendi ibu jari
).
e. Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang cocok
dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti soket. Bongkol sendi tepat
masuknya pada mangkok sendi. Gerakan dapat diberikan ke seluruh arah
Sendi menurut pergerakannyaAmfiartrosis
Diartrosis (sendi synovial)
Sendi fibrus (sinartrosis)
Skindrosis
Komposis
Skindilosis
Sutura
dengan pergerakan yang sangat bebas ( fleksi, ekstensi, abduksi, rotasi dan
sirkumduksi ) misal, sendi bahu dan sendi panggul.
f. Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum
bertulang. Hanya satu gerakan yang dapat dilakukaan yaitu rotasi ( misal,
atlas ). Bentuk cincin berputar di atas prosesus odontoid dan gerakan
radius di sekitar ulna. Pronasi dan supinasi disebut juga sendi berporos
atau sendi putar.
g. Sendi pelanan ( sendi timbal balik ). Berbentuk pelanan kuda, dapat
melakukan gerakan ( fleksi, ekstensi, abduksi, dan rotasi ) yang dapat
memberi banyak kebebasan untuk bergerak ( misal, ibu jari ), dapat
berhadapan dengan jari yang lain karpometakarpal ibu jari.
3. Pembagian sendi menurut pergerakannya :
a. Sendi fibrus ( sinartrosis ), sendi yang tidak bergerak sama sekali :
1) Sutura : persambungan tulang bergerigi, tepi tulang dihubungkan oleh
jaringan ikat yang tipis di antara tulang tengkorak.
2) Skindilosis : suatu lempeng tulang yang terjepit dalam celah tulang
yang lain. Misalnya, persambungan antara os maksilaris, kedua os
palatum, dan os etmoidalis dengan os femuris.
3) Komposis : tulang yang satu berbentuk kerucut, masuk ke dalam lekuk
yang sesuai dengan bentuk dari tulang yang lain. Misalnya, antara gigi
dan alveoli dari os maksilaris dan os mandibularis.
4) Skindrosis : tempat jaringan penghubung sendi, terdiri dari tulang
rawan. Misalnya, antara epifise dengan diafise pada orang dewasa
antara kedua ossa pubika.
Sendi menurut tempatnya
Persendian Gelang panggul
Tungkai atas dan lutut
Persendian Anggota gerak atas
Sendi lengan bawah dan tangan
Sendi bahu
Sendi pergelangan bahu
Pesendian tungkai bawah
Pesendian kaki
b. Amfiartrosis. Suatu sendi pergerakannya sedikit sekali karena komponen
sendi tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan
pergerakan sendi sedikit. Misalnya, sendi antara manubrium sterni dan
korpus sterni serta sendi antara tulang vertebrae.
c. Diartrosis ( sendi synovial ). Sendi dengan pergerakan bebas. Permukaan
sendi dilipui oleh lapisan tipis rawan hialin dipisahkan rongga sendi.
Susunan ini memungkinkan sendi bergerak bebas. Rongga sendi dibatasi
oleh membrane synovial yang berjalan dari tepi permukaan sendi ke
permukaan sendi yang lain.
4. Persendian menurut tempatnya :
a. Sendi anggota gerak atas.
1) Sendi pergelangan bahu
a) Art. Sternoklavikular : hubungan antara gelang bahu dan batang
badan, antara pars sternalis klavikula dan manubrium sterni rawan
iga I, sebelah atas berhubungan dengan klavikula dan sebelah
bawah dengan sternum. Alat-alat khusus :
i. Kapsula artikuris : jaringan fibrosa sekeliling sendi.
ii. Ligamentum sternoklavikular yang menghubungkan ujung
medialis klavikula dengan manubrium sterni.
iii. Ligamentum interklavikular menghubungkan kedua ujung
klavikula dengan ujung kranialis sternum.
iv. Ligamentum kostaklavikular menghubungkan tuberositas
kostalis klavikula dengan rawan iga I.
v. Diskus artikularis : terletak di antara permukaan sendi
sternalis klavikula, melekat pada tepi atas belakang
permukaan sendi klavikula.
b) Art. Akromioklavikular. Sendi ini merupakan hubungan antara
ekstremitas akrominalis dan klavikula. Alat-alat khusus :
i. Kapsula artikularis, terletak diatas dan di bawah ligamentum
akromioklavikularis superior dan inferior.
ii. Ligamentum akromioklavikularis superior, menghubungkan
bagian atas ekstremitas akrominalis klavikular dengan
permukaan atas akromion.
iii. Ligamentum akromioklavikularis inferior, di bawah
artikulasioakromioklavikularis.
iv. Ligamentum korakoklavikular, menghubungkan proessus
korakoideus dengan tuberositas korakoklavikula.
v. Ligamentum trapezoideum, bagian anterior dan lateral.
c) Art. Humeri, merupakan sendi peluru karena kaput humeri
merupakan sebuah bola yang melekat pada bagian dalam bidang
scapula dengan kaput humeri.
i. Gerakan antefleksi dan retrofleksi, gerakan berlangsung
sekeliling sumbu gerakan horizontal
ii. Gerakan abduksi dan adduksi. Gerakan berlangsung dalam
bidang scapula. Sekeliling sumbu, gerak tegak lurus pada
bidang scapula.
iii. Gerakan rotasi, sekeliling sumbu gerak memanjang pada
sumbu humerus. Ketiga sumbu gerak berpotongan tegak lurus
di kaput humeri.
2) Sendi siku ( artikulasio kubiti ), merupakan artikulasio komposita. Pada
sumbu ini bertemu humerus, ulna, dan radius. Sedangkan menurut
faalnya sendi ini merupakan suatu sendi engsel dengan tiga bagian :
a) Art. Humeroulnaris. Sendi antara trokhlea humeri dan insisura
semilunaris ulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang
pertemuan yang terlebar pada sikap lengan yang sedikit diketulkan
sehingga merupakan sikap terbaik bagi lengan untuk menerima
tumpuan lengan.
b) Art. Humeroradialis. Sendi antara kapitulum humeri dengan fovea
kapitulum radii.
c) Art. Radioulnaris proksimal. Sendi antara sirkumferensia artikularis
radii dan insisura radialis ulna.
Ketiga sendi ini mempunyai simpai sendi bersama. Alat-alat khusus :
a) Kapsula artikularis melekat pada epikondilus medialis permukaan
depan, humerus di atas fossa koroidea, dan fossa radialis sebelah
bawah melekat pada permukaan anterior prosesus koroideus ulnae.
b) Ligamentum kolateral ulna. Ligamentum ini tebal merupakan 3
buah pita berbentuk segitiga. Ligamentum ini berhubungan dengan
M. triseps brakhii.
c) Lig. Kolateral radial, merupakan pita sederhana yang
menghubungkan epikondilus lateralis humeri dengan ligamentum
ulnar, berhubungan dengan tendo M. suprinator.
d) Art. Radioulnaris proksimal, merupakan sendi antara
sirkumferensia artikularis radii dengan insisura radialis ulna dan
ligamentum ulnare.
e) Art. Radioulnaris distalis, sendi antara sirkumferensia artikularis
kapituli ulna dan insisura radii. Rongga sendi berbentuk huruf L,
dibentuk oleh ulna dan radius. Permukaan sendi sangat luas
sehingga terdapat kemungkinan yang luas untuk pergerakan
spinalis dan pronasi.
f) Sinartrosis. Kedua ulna dan radius dihubungkan oleh koroidea
oblig dan membrane interrosa antebrakhii.
3) Sendi lengan bawah dan tangan :
a) Art. Radiokarpal, merupakan sendi ellipsoid hubungan antara
ujung distal radialis yang merupakan lekuk sendi dan os
navikulare. Lunatum dan triquitrum merupakan kepala sendi yang
terletak di sebelah distal.
b) Art. Interkapal, terdiri dari tiga kelompok :
i. Artikulasi bagian proksimal tulang karpal, merupakan sendi
antara ossa navikulare, lunatum, dan triquetrum.
ii. Artikulasi bagian distal tulang karpal, sendi antara tulang-tulang
karpalia deretan distalis yang berdekatan.
iii. Artikulasi dua bagian tulang karpal satu sama lain antara ossa
navikulare, lunatum, dan triquetrum dengan ossa karpalia
deretan distalis yang disebut sendi midkarpal.
c) Art. Karpometakarpal
i. Art. Karpometakarpae I, hubungan antara os metacarpal I dan
os multangulum mayus, merupakan sendi pelana, simpai sendi
sangat longgar sehingga pergerakan lebih luas.
ii. Artikulasi karpometakarpae II-V, sendi antara ossa karpalia
dan ossa metakarpalia II-V.
d) Artikulasi intermetakarpae, basis ossis metakarpalia II-V bersendi
satu sama lainnya dengan satu permukaan sendi yang kecil.
e) Artikulasi metakarpofalangeal, merupakan sendi antara kapitulum
ossis metakarpalia. Kepala sendi dengan basis ossis falang I
merupakan lekuk sendi.
f) Artikulasi digitorum manus, sendi antara falang I, II, III
merupakan sendi engsel yang diperkuat oleh lig. Vaginale, lig.
Kolateral, dan lig. Posterior.
b. Persendian gelang panggul
1) Artikulasi sakroiliaka. Persendian antara os sacrum dan os ileum
melalui fascies artikularis ossis illii dan fascies artikularis ossis sacrum.
Sendi ini merupakan hubungan antara gelang panggul dan rangka
badan yang identik dengan artikulasi sternoklavikularis. Artikulasi ini
mempunyai gerakan yang kecil karena banyak cekungan, cembungan,
dan persendian tidak rata, di samping itu banyak ligamentum pada
sendi.
2) Art. Simfisis pubis. Hubungan antara kedua os pubis. Di dalamnya ada
suatu kavum yang disebut pseudokruris berupa kartilago dinamakan
juga fibrokartilago interpubis.
3) Artikulasi koksae, merupakan enarthrosis sferoidea yang diperkuat oleh
ligamentum illeofemorale sehingga kaput femoris dapat keluar dari
lekuknya dan berada di bawah os ileum.
c. Persendian tungkai atas dan lutut. Artikulasio genu menghubungkan
permukaan ujung tulang distal os femur dan permukaan permukaan ujung
proksimal tibia yaitu antara kondilus medialis dan lateralis ossis femur dan
fascies artikularis superior ossis tibia. Di depan sendi ini terdapat patella.
d. Persendian tungkai bawah. Persendian antara tibia dan fibula :
1) Artikulasio tibia-fibula proksimal : sendi yang terdapat antara fascies
artikularis kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies
artikularis fibularis ossis pada kondilus tibia, ikat sendi ligamentum
tibio fibularis proksimal.
2) Sindesmosis tibio fibularis : persendian antara fascies artikularis
tibialis ossis fibulae dan insisura fibularis ossis tibialis.
3) Hubungan antara krista interosia fibula dan krista interosea tibia,
terbentang melalui membrane interrosa kruris yang terbentang dari
proksimalis di bawah kolum fibulae ke distal sampai batas 1/3 distal os
tibia dan os fibula. Arah serabut membrane unterosa kruris dari medial
atas os tibia ke lateral bawah menuju os fibula.
e. Persendian kaki
1) Art. Talo tibia fibularis ( pergelangan kaki ), antara fascies artikularis
tali os tibia dan os fibula dengan trokhlea tali bagian medial dan lateral.
Bentuk sendi engsel. Gerakan sendi ini dapat dilakukan dorsal fleksio
dan plantar fleksio ( ekstensi ).
2) Art. Talo tarsalia ( sendi loncat ) karena pada gerakan meloncat ada dua
bagian.
a) Art. Talo kalkanea ( sendi loncat atas ), antara fascies artikularis
kalkanei posterior ossis talus dan fascies artikularis tali posterior
ossis kalkaneus.
b) art talo kalkaneonavikularis (sendi loncatbagian bawah) antara
fascies artikularis navikulare kalkanei media anterior dan fascies
artikularis navikulare ossis talus dnengan fascies tali media anterior
ossis kalkaneus dan fascies artikularis tali ossis navikulare pedis.
Gerakan sendi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu gerakan
plantar fleksi dan adduksi serta gerakan dorsal fleksi kaki disertai
adduksi.
c) Art. Tarsotranversa, merupakan linea amputasiones khoparti, ada
dua bagian:
i. Art. Talonavikularis pedis, antara kapitulum tali dan fascies
artikularis tali os navikularis pedis.
ii. Art. Kalkanea kuboidea, antara artikularis kuboidea dari os
kolumna dan fascies artikularis kalkanei dari os kuboideum.
Gerakan rotasi sumbu gerak searah dengan panjang kaki.
d) Art. Tarsometatarsea, antara permukaan distal ossa metatarsalia 1,
II, dan III. Permukaan sendi distal os koboideum dengan permukaan
proksimal ossa metatarsalia IV dan V.
e) Antara permukaan distal ossa matatarsalia dengan permukaan
proksimal ossa falangea I, digiti I, III, IV, dan V.
f) Art. Interfalangeal, antara ruas jari I, II, III dan masing-masing jari
(digiti) I, II, III, IV, dan V. Gerakan fleksi dan ekstensi bentuksendi
engsel.
B. DEFINISI Total Joint Replacement (TJR) menurut Brunner & Suddart, 2005
Penggantian sendi total adalah penggantian kedua permukaan sendi dalam
kapsulnya (mis. Penggantian pinggul total berarti implantasi baik protesis femoral
maupun asetubular). Hemiartroplasti berarti pengantiam salah satu permukaan
sendi.(mis. Pada hemiarthoplasti pinggul kaput dan kolum femur diganti dengan
protesis femoral – asetabulumnya tidak diganti).
C. KLASIFIKASI Total Joint Replacement (TJR)
1. Arthoplasti panggul total ( Hip replacement)
Penggantian panggul total adalah pengantian panggul yang rusak berat
dengan sendi buatan. Operasi penggantian pinggul dapat dilakukan sebagai
penggantian total atau hemi (setengah) pengganti. Seperti penggantian sendi
bedah ortopedi umumnya dilakukan untuk mengurangi rasa sakit arthritis atau
memperbaiki kerusakan sendi yang parah fisik sebagai bagian dari
pengobatan patah tulang pinggul. Sebuah penggantian panggul total
(artroplasti total pinggul) terdiri dari menggantikan baik acetabulum dan
kepala femoral sementara umumnya hanya hemiarthroplasty menggantikan
kepala femoral.
Penggantian pinggul saat operasi ortopedi yang paling umum, meskipun
kepuasan pasien jangka pendek dan panjang bervariasi.
Tersedia berbagai protesis panggul total. Kebanyakan tersusun atas
komponen femoral logam yang dilapisi bagian atasnya dengan bola sferis
yang berukuran tepat dengan soket asetabulum dari plastik. Ahli bedah
memilihkan protesis yang paling cocok dengan pasien, dengan
mempertimbangkan berbagai faktor termasuk strukturskelet dan tingkat
aktivitas.
Pasien biasanya berusia lebih dari 60 tahun dengan nyeri yang tak
tertahankan atau kerusakan sendi pinggul irreversibel. Dengan perkembangan
bahan protesis dan teknik operasi yang makin baik, masa hidup protesis dapat
diperpanjang, pasien muda dengan kerusakan panggul berat yang sangat nyeri
pun dapat menjalani penggantian panggul total.
2. Arthoplasti lutut total (knee replacememt)
Penggantian lutut, atau artroplasti lutut, adalah prosedur bedah untuk
menggantikan menahan beban permukaan sendi lutut untuk meringankan rasa
sakit dan cacat osteoartritis. Ini mungkin dilakukan untuk penyakit lutut yang
lain seperti rheumatoid arthritis dan psoriatis arthritis. Pada pasien dengan
deformitas berat dari rheumatoid arthritis maju, trauma, atau osteoartritis
berdiri lama, operasi mungkin lebih rumit dan membawa risiko yang lebih
tinggi. Osteoporosis biasanya tidak menyebabkan nyeri lutut, deformitas, atau
peradangan dan bukan merupakan alasan untuk melakukan penggantian lutut.
Penyebab utama lain dari nyeri melemahkan termasuk air mata meniskus,
cacat tulang rawan, dan air mata ligamen. Melemahkan rasa sakit dari
osteoarthritis adalah jauh lebih umum pada orang tua.
Operasi penggantian lutut dapat dilakukan sebagai parsial atau
penggantian lutut total Secara umum, operasi terdiri dari penggantian
permukaan sendi sakit atau rusak dari lutut dengan logam dan komponen
plastik berbentuk untuk memungkinkan gerak terus lutut.
Operasi biasanya melibatkan rasa sakit pasca operasi besar, dan termasuk
rehabilitasi fisik kuat. Periode pemulihan mungkin 6 minggu atau lebih lama
dan mungkin melibatkan penggunaan alat bantu mobilitas (frame berjalan
misalnya, tongkat, kruk) untuk mengaktifkan kembali pasie n untuk mobilitas
pra operasi.
3. Arthoplasti bahu total (shoulder replacememt)
Penggantian bahu adalah prosedur pembedahan di mana semua atau
bagian dari sendi glenohumeral diganti oleh implan prostetik. Operasi
penggantian sendi seperti umumnya dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
arthritis atau memperbaiki kerusakan sendi yang parah fisik.
Bahu operasi penggantian adalah pilihan untuk pengobatan arthritis parah
dari sendi bahu. Arthritis adalah suatu kondisi yang mempengaruhi tulang
rawan sendi. Sebagai lapisan tulang rawan memakai jauhnya, lapisan
pelindung antara tulang hilang. Ketika ini terjadi, menyakitkan tulang-on-
tulang arthritis berkembang. Arthritis bahu parah adalah sangat menyakitkan,
dan dapat menyebabkan pembatasan gerak. Meskipun hal ini mungkin
ditoleransi dengan beberapa obat dan penyesuaian gaya hidup, mungkin ada
datang suatu waktu ketika pengobatan bedah diperlukan.
4. Arthoplsati pergelangan kaki (ankle replacememt)
Ankle replacement, atau artroplasti pergelangan kaki, adalah prosedur
bedah untuk mengganti permukaan artikular yang rusak dari sendi
pergelangan kaki manusia dengan komponen palsu. Prosedur ini menjadi
terapi pilihan bagi pasien, menggantikan penggunaan konvensional
arthrodesis, yaitu fusi tulang. Pemulihan rentang gerak adalah fitur kunci
dalam mendukung penggantian pergelangan kaki sehubungan dengan
arthrodesis. Namun, bukti klinis keunggulan mantan masih harus dibuktikan.
D. ETIOLOGI Total Joint Replacement (TJR)
Osteoartritis mengakibatkan hilangnya tulang rawan, remodeling tulang yang
mendasari dan osteofit (tulang perkembangan) pembentukan di margin bersama,
dengan konsekuensi pertumbuhan dari bentuk sendi. (NCC, 2008).
a) Osteoartritis biasanya terjadi pada seseorang yang berumur 50 tahun dan yang
berumur lebih tua. Dalam bentuk penyakit, tulang rawan artikular (bantalan
tulang pinggul) menipis. Tulang kemudian bergesekan sehingga terjadi nyeri
dan kekakuan.
b) Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimmun di mana membran sinovial
menjadi meradang, menghasilkan cairan sinovial terlalu sedikit, dan
kerusakan tulang rawan artikular, yang menyebabkan rasa sakit dan
kekakuan.
c) Trauma arthritis dapat menjadi cedera serius atau patah tulang pinggul.
Tulang rawan artikular menjadi rusak dari waktu ke waktu, menyebabkan
rasa sakit pinggul dan kekakuan
d) Deformitas kongenital
e) Terputusnya asupan darah dan nekrosis avaskuler yang diakibatkannya.
Indikasi di lakukannya penggantian sendi panggul total adalah :
a) Artritis (prnyakit sendi degeneratif, artritis reumatoid)
b) Fraktur kolum femoris
c) Kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya (kerusakan prosteosis,
osteotomi, penggantian kaput femoris)
d) Penyakit panggul kongenital (Smeltzer, Suzanne C, dkk. 2002)
E. MANIFESTASI KLINIK Total Joint Replacement (TJR)
1. Nyeri kronis hebat
2. Kekakuan panggul
3. Sendi panggul sudah aus dan robek
F. WOC Total Joint Replacement (TJR)
Trauma panggul
Rusaknya kartilago articular
Terjadi nekrosis sendi
MK : Nyeri analgetik berlebih
Resistensi terhadap antibiotic
Nyeri semakin bertambah
Sendi acetabular semakin nekrosa
Kaki sulit digerakkan
MK : hambatan immobilitas
perlunya penggantian sendi
(TJR)
pembedahan
Gumpalan darah luka bedah – kulit akut anestesi
Berjalan ke paru bakteri masuk keracunan hati
Emboli paru Gangguan fungsi hati
Jaringan parut
Penumpukan cairan di panggul (darah)
MK : Gangguan body image
MK : Resiko penyebaran infeksi
statis vena menurun
thrombosis vena propunola
Pembedahan
G. PEMERIKSAAN UNTUK Total Joint Replacement (TJR)
1. Radiologi dan imaging studies
a. X-ray
1) Pada tulang : mengetahui densitas, texture, erosion, dan perubahan
sambungan.
2) Pada cortex : mengetahi pelebaran, penyempitan, irregularity.
3) Pada sendi : menunjukkan cairan, irregularity, formasi,
penyempitan, perubahan contour sendi
b. Tomogram
c. computed tomogram
d. Bone scan
e. Arthrogram : penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam
rongga sendi untuk melihat strukur jaringan lunak dan kontur sendi.
f. Myelogram
g. Discogram
2. Pemeriksaan sendi
a. Arthrocentesis : aspirasi cairan sinovial untuk tujuan pemeriksaan
dengan menggunakan jarum.
b. Arthroscopy : merupakan prosedur endoskopsis yang memungkinkan
pandangan langsung kedalam sendi.
3. Otot dan saraf
a. Electromyography
b. Nerve conduction velocities
4. Laboratorium
5. Biopsy tulang, densitometry
H. PERAWATAN PASCA OPERASI
1) Periksa tanda vital, termasuk suhu dan tingkat kesadaran, setiap 4 jam atau
lebih sering seperti yang dibutuhkan. Laporan perubahan signifikan ke
dokter. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang status
kardiovaskular klien dan dapat memberikan indikasi awal komplikasi
seperti perdarahan yang berlebihan, defisit volume cairan, dan infeksi.
2) Melakukan pemeriksaan neurovaskular pada anggota tubuh yang dioperasi
per jam untuk 12-24 jam pertama, maka setiap 2-4 jam. Segera
melaporkan temuan abnormal ke dokter. Operasi dapat mengganggu suplai
darah atau persarafan pada bagian ekstremitas. Jika demikian, intervensi
cepat adalah penting untuk menjaga fungsi ekstremitas tersebut.
3) Monitor perdarahan insisional dengan mengosongkan dan merekam hisap
drainase setiap 4 jam dan menilai dressing sering. kehilangan darah yang
signifikan dapat terjadi dengan penggantian sendi total, terutama
penggantian panggul total.
4) Menjaga asupan infus dan akurat dan output catatan selama periode pasca
operasi awal.
5) Mempertahankan istirahat dan posisi yang ditentukan dari ekstremitas
yang terkena menggunakan sling, belat penculikan, brace, immobilizer,
atau perangkat lain yang ditentukan.
6) Bantu klien pergeseran posisi setidaknya setiap 2 jam sementara di tempat
tidur beristirahat. Pergeseran posisi membantu mencegah luka tekanan dan
lainnya komplikasi imobilitas.
7) Mengingatkan klien untuk menggunakan spirometer insentif, batuk, dan
bernapas dalam setidaknya setiap 2 jam. Langkah-langkah ini penting
untuk mencegah komplikasi pernafasan seperti pneumonia.
8) Menilai tingkat kenyamanan klien sering. Memelihara PCA, infus
epidural, atau analgesia yang diresepkan lainnya untuk meningkatkan
kenyamanan. manajemen nyeri yang memadai meningkatkan
penyembuhan dan mobilitas.
9) Memulai terapi fisik dan latihan seperti yang ditentukan untuk bersama
spesifik diganti, seperti paha depan pengaturan, menaikkan kaki, dan pasif
dan aktif berbagai-latihan-gerak. Latihan ini membantu mencegah atrofi
otot dan tromboemboli dan memperkuat otot-otot ekstremitas yang terkena
sehingga dapat mendukung sendi prostetik.
10) Gunakan perangkat kompresi berurutan atau stocking antiembolism seperti
yang ditentukan. Ini membantu mencegah tromboemboli dan pulmonary
embolus untuk klien yang harus tetap bergerak setelah operasi.
11) Menilai klien dengan total penggantian pinggul tanda-tanda prosthesis
dislokasi, termasuk rasa sakit di pinggul terpengaruh atau shortening dan
internal rotasi kaki yang terkena.
I. MANAJEMEN NYERI
Penatalaksanaan Nonfarmokologis menurut Anas Tamsuri,2004
Penatalaksanaan nonfarmokologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan
nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif. Penanganan fisik
meliputi stimulasi kulit, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan (TENS,
transkutaneous Elektrical Nerve Stimulation), akupuntur, dan pemberian placebo.
Intervensi perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi, imajinasi
terbimbing, umpan balik biologis, hipnotis, dan sentuhan terapeutik.
Penanganan nyeri dengan tidakan fisik dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:
Meningkatkan kenyamanan
Memperbaiki adanya difungsi fisik
Mengubah respons fisiologik
Menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan imobilitas karena
nyeri atau adanya pembatasan aktivitas
Stimulasi kulit dapat member efek penurunan nyeri yang efektif. Tindakan ini
mengalihkan tindakan klien sehingga klien berfokus pada stimulus taktil dan
mengabaikan sensasi nyeri, yang pada akhirnya adapat menurunkan persepsi
nyeri. Stimulasi kulit juga dipercaya dapat:
1. Meningkatkan pelepasan endorphin yang memblok tarnsmisi stimulus
nyeri
2. Menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga
menurunkan transmisi implus nyeri melalui serabut kecil A-delta dan
serabut saraf C
Yang termasuk teknik stimulasi kulit meliputi:
Masase
Kompres panas dan dingin
Akupuntur
Stimulasi kontralateral
1. MASASE KULIT
Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter
besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan implus nyeri. Beberapa
strategi stimulasi kulit lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Masase adalah
mekanisme kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau
dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 10
menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang
maksimal.
Masase kulit dapat dilakukan dengan menggunakan ointment (balsam
gosok) atau liniment (obat cair gosok) yang mengandung mentol untuk membantu
mencapai pengurangan nyeri. Balsem ini akan menimbulkan sensasi hangat segera
setelah pemakaian hingga beberapa saat setelah pemberian. Di Indonesia, balsam
sering digunakan untuk mengurangi nyeri otot dan sendi serta digunakan pada
perut yang terasa kembung.
Berikut ini contoh prosedur penanganan nyeri dengan masase punggung.
Tipe masase
Efflurage : Memberikan pukulan pada tubuh
Petrisage : Membuat pijatan atau cubitan besar pada kulit, subkutan,
dan otot
Kotak 3-1. Langkah-langkah prosedur masase punggung
a. Pilih waktu yang tepat, yang bebas dari gangguan.
b. Hangatkan minyak dengan telapak tangan sebelum digunakan, usapkan
pada punggung
c. Lakukan efflurage pada seluruh permukaan punggung
d. Lakukan gerakan melingkar sejajar pada kedua bagian punggung hingga
ketulang belakang dengan tekanan ringan
e. Pijat punggung, bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya
f. Lakukan petrisage pada punggung dan bahu
g. Lakukan gerakan tangan dengan tekanan pada punggung, dengan tekanan
sedang
h. Lakukan efflurage dan petrisage pada punggung atas dan bahu,
menggunakan tekanan yang kuat dan lama
i. Berikan pukulan sepanjang kolumna spinal
j. Lakukan gerakan sirkular dengan telapak tangan
k. Akhiri mepijatan dengan menggunakan pukulan ringan pada seluruh
punggung
2. KOMPRES
Penggunaan panas dingin meliputi penggunaan kantong es, masase mandi
air dingin atau panas, penggunaan selimut atau bantal panas.
Kompres panas dingin, selain menurunkan sensari nyeri juga dapat
meningkatkan penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan.
Penggunaan panas, selain member efek mengatasi atau menghilangkan
sensari nyeri, teknik ini juga memberikan reaksi fisiologis antara lain:
1. Meningkatkan respons inflamasi
2. Meningkatkan aliran darah dalam jaringan
3. Meningkatkan pembentukan edema
Penggunaan panas (aplikasi kompres panas) sebaiknya dilakukan pada:
1. Trauma yang lebih dari 48 jam
2. Sistesis
3. Hemoroid
4. Nyeri punggung
5. Artritis
6. Bursitis
Penggunaan kompres panas dikontrainkandikasikan pada:
1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Perdarahan/edema
3. Gangguan vascular
4. Pleuritis
Contoh metode penggunaan kompres panas:
1. Handuk atau waslap dicelupkan ke dalam air hangat dan diletakkan
pada bagian tubuh (handuk ditutup dengan plastic disekitar daerah
kompres agar panas tidak menyebar keluar)
2. Menggunakan kantong atau bli-buli panas
3. Mandi air panas
4. Berjemur di sinar matahari
5. Menggunakan selimut hangat, bantal panas
6. Menggunakan lampu penghangat, yaitu lampu 60 watt dengan leher
angsa yang diletakkan pada jarak 45-60 cm di daerah yang sangat
diberikan aplikasi hangat
Perlu diketahui bahwa apabila suhu yang di aplikasikan terlalu tinggi akan
menimbulkan rasa tidak nyaman dan kurang memberikan efek penurunan nyeri
pada klien. Untuk itu, suhu perlu di atur yaitu sekitar 52o C pada dewasa normal,
40,5-46o C pada klien dewasa yang tidak dasar, dan 40,5-46o C pada anak kecil
dibawah usia 2 tahun.
Pada aplikasi dingin, selain akan memberikan efek menurunan sensari
nyeri aplikasi dingin juga memberikan efek fisiologis:
1. Menurunkan respons inflamasi jaringan
2. Menurunkan aliran darah
3. Mengurangi edema
Penggunaan kompres dingin diindikasikan pada:
1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Fraktur
3. Gigitan serangga
4. Perdarahan
5. Spasme otot
6. Artristis rheumatoid
7. Pruritus
8. Sakit kepala
Penggunaan kompres dingin dikontraindikasikan pada:
1. Penyakit Reinaud
2. Alergi dingin
3. Trauma yang lama (lebih dari 48 jam)
Untuk memberikan efek terapeutik yang diharapkan (mengurangi nyeri),
sebaiknya suhu tidak terlalu dingin (yaitu, berkisar antara 18-27o C), karena suhu
yang terlalu dingin selain memberikan rasa tidak nyaman juga dapat
menyebabkan frost-bite/membeku. Perhatikan pemasangan kompres pada daerah
yang mengalami penurunan sensasi seperti pada penderita diabetes, hemiplagia,
atau penderita yang tidak sadar.
3. STIMULASI KONTRALATERAL
Stimulasi kontralateral adalah memberikan stimulasi pada daerah kulit di
sisi yang berlawanan pada daerah terjadinya nyeri. Stimulasi kontralateral dapat
berupa garukan pada daerah yang berlawanan jika terjadi gatal, menggosok
(masase) jika kram (kejang) atau memberikan kompres dingin atau panas serta
pemberian balsam atau obat cair gosok.
Metode ini mungkin berguna jika daerah mengalami nyeri tidak dapat
disentuh karena karena hpersensitif, tertutup perban dan gips atau ketika terjadi
nyeri bayangan atau fantom (phantom pain).
4. ACUPRESSURE (PIJAT REFLEKSI)
Acupressure dikembangkan dari ilmu pengobatan kuno Cina dengan
menggunakan system akupunktur. Terapis member tekanan jari-jari pada berbagai
titik organ tubuh seperti pada akupunktur. Tindakan ini merupakan tindakan
sederhana dan mudah dipelajari. Terdapat banyak buku yang membahas teknik
pijat refleksi ini. Apalagi dengan teknik ini ternyata terbukti efektif untuk
mengatasi nyeri, teknik ini dapat terus digunakan dan dapat diajarkan kepada
klien.
5. TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS)
Stimulasi saraf elektris transkutan menggunakan satu unit peralatan yang
dijalanankan dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan
sensasi kesemutan, getaran, atau mendengung pada area kulit tertentu. TENS telah
digunakan baik untuk menghilangkan nyeri akut atau kronis. TENS diduga dapat
menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor nonnyeri di area yang sama
dengan serabut yang menstransmisi nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori
gerbang kendali nyeri. Pada berbagai riset menunjukkan bahwa penggunaan
TENS memberikan efek terapeutik yang sama atau lebih efektif darpada
penggunaan pereda nyeri dengan penggunaan standar. Umumnya, TENS
digunakan untuk mengatasi berbagai nyeri kronis, nyeri pascatrauma, nyeri
fantom, neuralgia perifer, sakit pinggang bawah, antritis inflmasi, trigeminus
neuralgia dan pada klien yang cemas atau depresi.
Pada penggunaan alat ini, elektroda sebaiknya tidak dipasang diatas
rambut, kulit yang iritasi, jahitan, sinus karotis (menyebabkan bradikardia), otot
laring dan faring (menyebabkan spasme) atau pada uterus ibu hamil. Perawatan
alat dilakukan dengan membersihkan eletroda minimal satu hari sekali,
membersihkan elektroda minimal kulit dengan sabun dan air, mengeringkan kulit
dan memasang kembali alat TENS.
6. IMOBILISASI
Imobilisasi terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat mungkin
dapat meredakan nyeri. Kasus seperti arthritis reunatoid mungkin memerlukan
teknik ini untuk mengatasi nyeri. Kadang kala penugasan kesehatan memberikan
intruksi kepada klien untuk istirahat selama terjadinya nyeri tanpa disertai intrkasi
instruksi yang jelas bagaimana istirahat yang dimaksud dan berapa lama istirahat
harus dilakukan. Kondisi sering membingungkan klien, sehingga klien takut untuk
memulai aktivitasnya kembali; yang akhirnya menyebabkan penurunan minat,
kemampuan penurunan beraptasi dengan nyeri dan bahkan menimbulkan berbagai
komplikasi seperti kontraktur serta nyeri otot. Sangat penting bagi klien untuk
diajarkan tentang bagaimana ia harus beraktivitas selama terjadinya nyeri dan
kapan ia harus beristirahat. Yakinkah bahwa istirahat bukan untuk mengobati,
tetapi hanya salah satu teknik untuk meredakan nyeri yang tidak dapat ditoleransi.
Anjuran untuk istirahat harus dipertimbangkan dengan meninjau pada aspek
kerusakan dengan mobilisasi, serta dampak kerusakan terhadap nyeri tubuh.
Penatalaksaan nonfarmakologik kedua yang digunakan dalam stimulasi
fisik adalah pemberian placebo. Plasebo dalam bahasa latin berarti “Saya ingin
menyenangkan” merupakan zat tanpa kegiatan farmokologik dalam bentuk yang
dikenal dengan klien sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi, dan
sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula, larutan salin normal, dan atau air
biasa.
Karena placebo tidak memiliki efek farmakologik, “obat” ini hanya
memberikan efek karena dikeluarkannya produk alamiah (endogen) endorphin
dalam sistme control desenden; sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri.
Harapan klien yang positif terhadap pengobatan dapat meningkatkan keefektifan
medikasi atau intervensi lainnya. Semakin sering klien mendapatkan informasi
tentang keefektifan suatu terapi, makin efektif intervensi tersebut nantinya.
Individu yang diinformasikan bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat
meredakan nyeri hamper pasti mengalami peredaan nyeri yang lebih baik
dibandingkan dengan klien yang diberitahu bahwa pengobatannya tidak
memberikan efek apapun. Hubungan perawat klien yang positif juga dapat
member peran yang amat penting dalam meningkatkan efek placebo.
Selama pemberian placebo, beberapa prinsip yang harus diingat adalah:
1. Efek placebo bukan suatu indikasi bahwa seseorang tidak mengalami nyeri
2. Plasebo tidak boleh digunakan untuk menguji kejujuran individu tentang nyeri
atau sebagai pengobatan lini depan
3. Respons positif terhadap placebo, yaitu penurunan nyeri, jangan pernah
diinterpretasikan sebagai suatu indikasi bahwa nyeri yang dialami klien tidak
nyata
4. Jangan pernah memberikan placebo sebagai pengganti analgesic
Intervensi kognitik-perilaku meliputi tindakan distraksi, teknik relaksasi,
umpan balik biologis, hipnotis, dan sentuhan terapeutik.
7. DISTRAKSI
Distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke
stimulus yang lain. Teknis distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori
bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang menerima
input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan menghambat implus nyeri ke
otak (nyeri berkurang dan tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang
menyenangkan dari luar dapat merangsang sekresi endorphin, sehingga stimulus
nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum
berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas
sensori yang digunakan, dan minat individu dalam stimulasi. Oleh karena itu,
stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan lebih efektif
dalam menurunkan nyeri disbanding stimulus satu indra saja.
Macam-macam distraksi antara lain:
a. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televise, membaca Koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual
b. Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan music yang disukai, atau suara burung
serta gemercik air. Individu di anjurkan untuk memilih music yang
tenang dan disukai, dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan
irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh
mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
c. Distraksi pernapasan
Bernapas ritmik, anjurkan klien untuk memandang focus pada satu
objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan
melalui hidung dengan hitungan dari satu sampek empat dan kemudian
menghembuskan napas melalui mulut secara perlahan sambil
menghitung satu sampai empat (salam hati). Anjurkan klien untuk
berkonsentrasi pada sensai pernapasan dan terhadap gambar yang
member ketenangan. Lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola
pernapasan yang ritmik.
Bernapas ritmik dan masase, intruksikan klien untuk melakukan
pernapasan ritmik, dan pada saat bersamaan lakukan masase pada
bagian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri.
d. Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan prangko, menulis
cerita.
e. Teknik pernapasan
Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembahyang.
f. Imajinasi terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan,
dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-
angsur membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri. Sebagai
contoh: perintahkan klien untuk menutup mata dan membayangkan
atau menggambarkan hal yang menyenangkan; ketika klien
menggambarkan bayangannya, tanyakan tentang suara, cahaya, benda
yang tampak dan bau bauan yang terbayangkan. Minta klien untuk
menggambarkan dengan lebih rinci.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah mengintruksikan klien untuk
melakukan napas ritmik, lalu klien diminta untuk membayangkan
bahwa setiap napas yang dihembuskan menyebabkan ketegangan dan
ketidaknyamanan dikeluarkan. Setiap kali melakukan inhalasi, klien
harus membayangkan energy penyembuhan dialirkan ke bagian tubuh
yang mengalami nyeri.
8. RELAKSASI
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri
pasca operasi. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali
agar mencapai hasil yang optimal. Klien yang telah mengetahui teknik ini
mungkin hanya perlu diinstruksikan menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri.
Tindakan relaksasi dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental
dan fisik dari tekanan dan stress. Dengan relaksasi, klien dapat mengubah
persepsi terhadap nyeri. Kemampuannya dalam melakukan relaksasi fisik
dapat menyebabkan relaksasi mental. Relaksasi memberikan efek secara
langsung terhadap funsi tubuh, seperti:
a. Penurunan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan
b. Penurunan komsumsi oksigen oleh tubuh
c. Penurunan tegangan otot
d. Meningkatkan kemampuan konsentrasi
e. Menurunkan perhatian terhadap stimulus lingkungan
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, dan berirama. Klien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan cara
menghitung lambat dalam hati saat bersamaan dengan inhalasi (“hirup, dua, tiga”)
dan ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan teknik ini,
akan sangat membantu jika menghitung dengan keras bersama sama klien pada
awalnya. Apabila pernapasan yang teratur telah tercapai, perintahkan klien untuk
perlahan-lahan untuk merelaksasikan otot-otot pada leher, tangan, dada, paha, dan
kaki.
9. UMPAN BALIK TUBUH
Umpan balik tubuh (biofeedback) adalah teknik mengatasi nyeri dengan
memberikan informasi kepada klien tentang respons fisiologis tubuh terhadap
nyeri yang dialami klien (mis., tekanan darah atau tegangan otot serta EEG) dan
cara untuk mengendalikan secara involunter respons tersebut.
Dengan member informasi yang akurat tentang tekanan darah, ketegangan
otot atau melihat monitor poligraf, klien akan bersaha untuk mencapai relaksasi
yang optimal, sehingga nyeri yang dirasakan klien berkurang.
10. SENTUHAN TERAPEUTIK
Terapi ini sangat dipercaya dapat menolong klien yang menderita nyeri.
Teknik yang digunakan adalah perawat melakukan meditasi dalam waktu singkat
sebelum kontak dengan klien. Pada periode ini, perawat menyembunyikan tingkat
energy internal, kemudian meraba klien dan mentransmisikan energy
penyembuhan. Rasionalisasi keberhasilan metode ini tidak dapat dimengerti
dengan jelas.
Selain berbagai teknik di atas, oenting juga bagi perawat untuk
memberikan pedoman antisipasi (anticipatory guidance). Teknik ini merupakan
teknik penatalaksanaan nyeri dengan melakukan modifikasi terhadap tingkat
kecemasan klien yang ditimbulkan oleh nyeri. Teknik ini dilakukan dengan
memberikan informasi mengenai:
1. Awitan dan durasi nyeri
2. Kualitas, tingkat keparahan dan lokasi nyeri
3. Informasi mengenai bagaimana keadaan klien pada saat nyeri
4. Penyebab nyeri
5. Tindakan yang perlu dilakukan oleh perawat dank lien untuk
mengatasi nyeri
6. Hasil yang diharapkan setelah prosedur tindakan
Teknik ini dilakukan pada saat klien tidak merasakan atau sedikit
merasakan nyeri. Penjelasan yang diberikan dapat membantu klien
mengendalikan kecemasan dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Total Joint Replacement (TJR)
1. Pengkajian
a. Identitas klien : mengumpulkan data-data dari klien yang mencakup
nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjan, alamat dan informasi lain-
lainnya yang bertujuan untuk memudahkan menentukan intervensi yang
akan dilakukan dan agar tidak terjadi kesalahan atau agar tidak salah
melakukan intervensi dengan pasein yang lainnya.
b. Keluhan utama : masalah utama klien, tidak perlu di uraikan cukup
dengan bahasa singkat, contohnya “Nyeri”
c. Riwayat kesehatan masa lalu : seperti riwayat penyakit, trauma atau
operasi, obat-obatan dan sebagainya.
d. Riwayat kesehatan keluarga : lebih ke penyakit yang turun temurun/di
turunkan seperti hipertensi, penyakit jantung, dan sebagainya.
e. Riwayat kesehatan saat ini : menjelaskan/menguraikan masalah
utama/keluhan utama, yang mencakup P, Q, R, S, T. Pada pasien dengan
Total Joint Replacement pada riwayat kesehatan saat ini pun dapat di
dapat dari beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
Aktivitas/istirahat : kesulitan ambulasi, kekakuan sendi (memburuk
pada pagi hari atau setelah periode tak aktif). Riwayat
partisipasi/okupasi aktivitas olahraga yang menggunakan sendi
tertentu. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas
okupasi/rekreasi pada tingkat yang diinginkan. Gangguan tidur,
pelambatan untuk tertidur/bangun karena nyeri. Tidak merasa istirahat
dengan baik.
Sirkulasi : adanya edema, penurunan nadi pada sendi yang sakit,
tungkai/jari-jari.
Neurosensori : gangguan rentang gerak pada sendi yang sakit.
Analisa data
Biasanya didapat dari keluhan pasien, dan hasil dari pengkajian. Dan dari
hasil pemeriksaan diagnostic/penunjang lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien yang mengalami
Total Joint Replacement, yaitu:
Pre operasi1. Ansietas berhubungan dengan prosedur penggantian panggul total.2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur penggantian
panggul total.3. Nyeri berhubungan dengan penggantian sendi panggul.4. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Post operasi1. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan keharusan tirah baring setelah
penggantian sendi pinggul.2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas
struktur tulang.3. Potensial kerusakan penatalaksanaan kesehatan di rumah berhubungan
dengan penggantian sendi pinggul total.4. Masalah kolaborasi : hemoragi, menurunkan neurovaskular, dislokasi
prostesis, trombosis vena profunda, infeksi yang berhubungan dengan pembedahan.
3. Intervensi
No Diagnosa Intervensi Rasional1 Nyeri Kronis
berhubungan dengan penggantian sendi panggul totalTujuan :Nyeri pada klien berkurangKriteria Hasil :1. Pasien
menjelaskan tentang ketidak nyamanannya
2. Mengekspresikan rasa percaya diri dalam usaha mengontrol nyeri.
3. Mengungkapkan adanya pengurangan nyeri.
4. Nampak nyaman dan santai.
5. Menggunakan upaya fisik, psikologis, dan farmakologis untuk mengurangi ketidaknyamanan.
1. Kaji pasien mengenai adanya nyeri
2. Minta pasien menerangkan ketidaknyamanannya
3. Lakukan tindakan peningkatan kenyamanan
4. Gunakan teknik modifikasi nyeri:a. Menggunakan
analgetik.b. Mengubah posisi
dalam batas yang diperlukan.
c. Memodifikasi lingkungan.
d. Memberitahu dokter bedah bila perlu.
e. Mengevaluasi dan mencatat ketidaknyamanan dan keefektifan teknik modifikasi-nyeri
1. Mengetahui tingkatan nyeri untuk menentukan tindakan.
2. Agar tidak ada salah persepsi
3. Untuk meningkatan sirkulasi.
4. Untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Memperlancar aliran darah.
6. Distraksi untuk mengalihkan perhatian dan membuat nyaman pasien.
7. Mencegah komplikasi lanjut
2 Ansietas berhubungan dengan prosedur penggantian panggul totalTujuan:Klien mampumengontrol kecemasannyaKriteria Hasil :
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3. Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
1. Menciptakan trust2. Mengurangi rasa
cemas klien jika dilakukan tindakan
3. Mencegah kondisi klien agar tdk semakin tertekan karena kondisinya
4. Agar klien merasa bahwa dirinya tidak
1. Mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.3. Vital sign (TD, nadi, respirasi) dalam batas normal.4. Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
5. Menunjukkan peningkatan kosentrasi dan akurasi dalam berfikir.6. Menunjukkan peningkatan fokus eksternal.
5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
6. Dorong keluarga untuk menemani pasien
7. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
8. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
9. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
.
merasa kesepian5. Mengurangi rasa
cemas dan takut klien karena tindakan yang dilakukan
6. agar klien merasa disupport untuk kesembuhan kondisi klien
7. mencegah pasien agar tidak semakin cemas
8. klien merasa dimotivasi untuk perbaikan yang optimal
9. untuk mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa cemas
3 Hambatan mobilitas berhubungan dengan keharusan tirah baring setelah penggantian sendi pinggul.Tujuan :Mencapai panggul yang bebas nyeriKriteria Hasil :1. Dapat
mempertahankan dan daily kekuatan dan fungsi tubuh.
2. Pasien menunjukkan perilaku yang memungkinkan
Pertahankan posisi sendi pinggul yang benar (abduksi, rotasi netral, fleksi terbatas
Instruksikan dan membantu perubahan posisi dan perpindahan
Instruksikan dan berikan pengawasan latihan pengesetan kuardrisep dan gluteal
konsultasi dengan ahli fisioterapi
Berikan semangat dan dukungan terhadap program latihan
1. Agar sendi tidak kaku2. Mencegah kekauan
sendi3. Mempertahankan
kekuatan sendi dan peningkatan sirkulasi
4. Menyusun program aktivitas fsik secara individual
5. Memotivasi klien agar tetap semangat menjalani latihan
melakukan aktivitas.
4 Potensial kerusakan penatalaksanaan kesehatan di rumah yang berhubungan dengan penggantian sendi pinggul total.Tujuan :mencapai sendipanggul yangbebas nyeri
1. Dorong pasien mengekspresikan kekhawatirannya mengenai perawatan di rumah; eksplorasi bersama kemungkinan pemecahan masalah.
2. Kaji ketersediaan bantuan fisik untuk aktivitas perawatan kesehatan.
3. Ajarkan pemberi perawatan tentang program perawatan kesehatan di rumah.
4. Beri instruksi kepada pasien mengenai perawatan pascahospitalisasi;- Pembatasan aktivitas
(menghindari stres karena prostesi.
- Memperkuat instruksi latihan..
- Penggunaan alat bantu ambulasi yang aman.
- Perawatan luka.- Tindakan untuk
mempercepat penyembuhan.
- Obat, bila ada.- Masalah potensial.
Lanjutan pengawasan dan penatalaksanaan perawatan kesehatan.
1. Agar perawat dapat memberikan penkes kepada keluarga.
2. Untuk melatih kemandirian klien.
3. Agar kien dapat merawat dan menjaga kondisinya.
4. Mencegah terjadinya komplikasi
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sendi dapat diklasifikasikan berdasarkan permukaannya, pergerakannya dan
tempatnya
2. Total joint replacement (TJR) atau penggantian sendi total adalah
penggantian kedua permukaan sendi dalam kapsulnya
3. Klasifikasi dari Total Joint Replacement (TJR) adalah Arthoplasti panggul
total ( Hip replacement), Arthoplasti lutut total (knee replacememt),
Arthoplasti bahu total (shoulder replacememt), Arthoplsati pergelangan kaki
(ankle replacememt)
4. Etiologi dari Total Joint Replacement (TJR) : artritis reumatoid, osteoartritis
(penyakit sendi degeneratif), trauma, dan deformitas kongenital dan
terputusnya asupan darah dan nekrosis avaskuler yang diakibatkannya.
5. Penanganan nyeri nonfarmakologi yang dapat digunakan adalah Penanganan
fisik meliputi stimulasi kulit, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan (TENS,
transkutaneous Elektrical Nerve Stimulation), akupuntur, dan pemberian
placebo. Intervensi perilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik
relaksasi, imajinasi terbimbing, umpan balik biologis, hipnotis, dan sentuhan
terapeutik.
B. SARAN
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
benar sehingga klien dengan Total Joint Replacement (TJR) agar ditangani dan
diberikan perawatan yang tepat. Perawat juga diharuskan bekerja secara
profesional sehingga meningkatkan pelayanan untuk membantu kilen dengan
Total Joint Replacement (TJR).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&suddart. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 ed.8. Jakarta:
EGC
Syaifuddin. 2002. Anatomi fisiologi. Jakarta: EGC
Susan Martin Tucker. 2008. Standar perawatan: perencanaan kolaboratif dan
intervensi keperawatan. Jakarta: EGC
Tamsuri Anas. 2012. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC