sejarah fix

22
1. Jelaskan mengapa pemerintahan pada masa demokrasi liberal (1950-1959) terjadi instabilitas! Jawab: Menurut UUDS 1959, pemerintah Republik Indonesia menganut sistem demokrasi liberal. Dalam demokrasi liberal berlaku sistem kabinet parlementer, artinya pemerintahan dipegang oleh perdana menteri dan menteri-menterinya bertanggung jawab pada parlemen atau DPR. Akan tetapi demokrasi liberal tidak berumur panjang, yaitu hanya antara tahun 1950-1959, ketika Soekarno menjabat sebagai Presiden dan mengeluarkan dekrit pada 5 juli 1959 yang membubarkan konstituante dan menyarankan kembali ke UUD 1945. Karena ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya kabinet, maka hal ini menyebabkan jumlah partai yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang memiliki mayoritas mutlak. Setiap kabinet terpaksa didukung oleh sejumlah partai berdasarkan hasil usaha pembentukan partai (kabinet formatur). Bila dalam perjalanannya kemudian salah satu partai pendukung mengundurkan diri dari kabinet, maka kabinet akan mengalami krisis kabinet. Presiden hanya menunjuk seseorang (umumnya ketua partai) untuk membentuk

Upload: yasir-abdul-yasir

Post on 16-Apr-2017

45 views

Category:

Entertainment & Humor


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah fix

1. Jelaskan mengapa pemerintahan pada masa demokrasi liberal (1950-1959)

terjadi instabilitas!

Jawab:

Menurut UUDS 1959, pemerintah Republik Indonesia menganut

sistem demokrasi liberal. Dalam demokrasi liberal berlaku sistem kabinet

parlementer, artinya pemerintahan dipegang oleh perdana menteri dan

menteri-menterinya bertanggung jawab pada parlemen atau DPR.

Akan tetapi demokrasi liberal tidak berumur panjang, yaitu hanya

antara tahun 1950-1959, ketika Soekarno menjabat sebagai Presiden dan

mengeluarkan dekrit pada 5 juli 1959 yang membubarkan konstituante dan

menyarankan kembali ke UUD 1945. Karena ciri utama masa Demokrasi

Liberal adalah sering bergantinya kabinet, maka hal ini menyebabkan

jumlah partai yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang memiliki

mayoritas mutlak.

Setiap kabinet terpaksa didukung oleh sejumlah partai berdasarkan

hasil usaha pembentukan partai (kabinet formatur). Bila dalam

perjalanannya kemudian salah satu partai pendukung mengundurkan diri

dari kabinet, maka kabinet akan mengalami krisis kabinet. Presiden hanya

menunjuk seseorang (umumnya ketua partai) untuk membentuk kabinet,

kemudian setelah berhasil pembentukannya, maka kabinet dilantik oleh

Presiden.

Suatu kabinet dapat berfungsi bila memperoleh kepercayaan dari

parlemen, dengan kata lain ia memperolehmosi percaya. Sebaliknya,

apabila ada sekelompok anggota parlemen kurang setuju ia akan

mengajukan mosi tidak percaya yang dapat berakibat krisis kabinet.

Selama sepuluh tahun (1950-1959) ada tujuh kabinet, sehingga rata-rata

satu kabinet hanya berumur satu setengah tahun. Dan pada umumnya

program kabinet tidak dapat diselesaikan.

Mosi yang diajukan untuk menjatuhkan kabinet lebih

mengutamakan merebut kedudukan partai daripada menyelamatkan rakyat.

Sementara para elit politik sibunk dengan kursi kekuasaan, rakyat

Page 2: Sejarah fix

mengalami kesulitan karena adanya berbagai gangguan keamanan dan

beratnya perekonomian yang menimbulkan labilnya sosial-ekonomi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan berlakunya kabinet

parlementer pemerintahan Republik Indonesia tidak stabil dikarenakan:

a) partai politik mementingkan kepentingan golongan masing-masing

sehingga kabinet jatuh bangun

b) partai politik tidak mencerminkan dukungan rakyat pemilih

c) partai politik yang berkuasa tidak dapat melaksanakan programnya,

sebab masa kerja kabinet pendek.

2. Jelaskan kebijakan Ekonomi Benteng dan Gunting Syafrudin secara detail!

Jawab:

a) Kebijakan Ekonomi Benteng

Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha

pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi

yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir. Latar

belakang ekonomi gerakan benteng yaitu adanya kesenjangan

sosial antara pengusaha pribumi dengan pengusaha asing (China).

Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah melakukan

ekonomi gerakan benteng ini dengan harapan dapat meningkatkan /

agar pengusaha pribumi dapat bersaing dengan para pengusaha

asing.Pelakasanaan gerakan ini yaitu dengan memberikan kredit

atau bantuan kepada para pengusaha pribumi sebagai modal usaha

agar bersaing dengan pengusaha pribumi.

Program sistem ekonomi dari gagasan Sumitro ini

dituangkan dalam program Kabinet Natsir (September 1950-April

1951) ketika ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Program

Benteng dimulai pada bulan April 1950 dan berlangsung selama

tiga tahun, yaitu tahun 1950-1953. Lebih kurang 700 pengusaha

pribumi Indonesia mendapat bantuan kredit dari Program Benteng

ini.

Page 3: Sejarah fix

Program Program Benteng pada dasarnya mempunyai

tujuan-tujuan berikut:

Menumbuhkan dan membina wiraswastawan Indonesia

(pribumi) sambil menumbuhkan nasionalisme ekonomi

atau “Indonesianisasi”.

Mendorong para importir nasional agar mampu bersaing

dengan perusahaan-perusahaan impor asing.

Membatasi impor barang-barang tertentu dan memberikan

lisensi impor hanya kepada para Importir Indonesia.

Memberi bantuan dalam bentuk kredit keuangan kepada

para pengusaha Indonesia.

Sasaran utama program ini adalah pembentukan modal

yangcukup besar melalui kegiatan transaksi-transaksi impor

yang sangat menguntungkan untuk memungkinkan

dimulainya usaha mendirikan industri-industri kecil-

kecilan.

Adapun program dr Sumitro untuk mencapai tujuannya yaitu:

Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa

Indonesia.

Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu

diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan

ekonomi nasional.

Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu

dibimbing dan diberikan bantuan kredit.

Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan

berkembang menjadi maju.

Akan tetapi, program tersebut tidak berhasil mencapai

tujuan meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar.

Kegagalan program ini disebabkan karena :

Page 4: Sejarah fix

Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan

pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem

ekonomiliberal.

Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang

cenderung konsumtif.

Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada

pemerintah.

Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan

usahanya.

Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar

dan menikmati cara hidup mewah.

Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan

mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka

peroleh.

Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu sumber

defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952

sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun

sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan

Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada

pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah

sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen

yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.

b) GuntingSyafrudin

Gunting Syafrudin adalah kebijakan moneter yang

ditetapkan oleh Syafrudin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam

Kabinet Hatta II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10

Maret 1950. Menurut kebijakan itu, "uang merah" (uang NICA)

dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting

menjadi dua. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran

yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai tanggal 9

Page 5: Sejarah fix

Agustus pukul 18.00. Mulai 22 Maret sampai 16 April, bagian kiri

itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan tempat-

tempat yang telah ditunjuk. Lebih dari tanggal tersebut, maka

bagian kiri itu tidak berlaku lagi. Guntingan kanan dinyatakan

tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar

setengah dari nilai semula, dan akan dibayar tiga puluh tahun

kemudian dengan bunga 3% setahun.

Gunting Syafrudin itu juga berlaku bagi simpanan dibank.

Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan,

demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia). Kebijakan

ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu

sedang terpuruk—utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga

melambung. Selain itu, pemerintah melakukan upaya tersebut

untuk perbaikan jangka pendek untuk menguatkan perekonomian

Indonesia, salah satunya mengurangi jumlah uang yang beredar

dan mengatasi defisit anggaran.

Dengan kebijaksanaan yang kontroversial itu, Syafruddin

bermaksud sekali pukul menembakbeberapasasaran, diantaranya:

penggantian mata uang yang bermacam-macam dengan

mata uang baru

mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan

inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang

mengisi kas pemerintah dengan pinjaman wajib yang

besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 miliar

Satu minggu sebelumnya Syafruddin juga mengeluarkan

kebijakan kontroversial, yang disebut dengan Sertifikat Devisa

(SD). Kebijaksanaan ini bermaksud mendorongekspordan

sebaliknya menekanimpor.Berdasarkan kebijaksanaan tersebut,

selain mendapatkan uang sebanyak harga barangnya, setiap

eksportir juga memperoleh SD sebesar 50% dari harga ekspornya.

Sebaliknya, orang yang hendak impor harus membeli SD senilai

Page 6: Sejarah fix

harga barang yang hendak diimpor. Jadi, selain menyediakan uang

senilai harga barang yang akan dibeli, setiap importir harus

membeli SD dengan kurs yang ditetapkan pemerintah. Sebagai

permulaan, pemerintah menetapkan kursnya 200 persen. Artinya,

kalau orang akan membeli SD sebesar Rp 10.000, dia harus

membayar Rp 20.000. Kurs itu akan naik-turun sesuai dengan

perkembangan pasar.

Dengan demikian, tanpa mengubah kurs resmi, kurs efektif

bagi penghasil devisa adalah 200% kurs resmi, sedangkan bagi

para pemakai devisa adalah 300% dari kurs resmi. Selisih ini

masuk ke dalam kas pemerintah. Sudah tentu, dua kebijakan yang

radikal itumenyulut pro-kontra. Syafruddin pun mengakui,

kebijakannya itu memberatkan para importir. Namun, ia tidak mau

mengabaikan kepentingan para petani yang menghasilkan sebagian

besar barangekspor. Hasilnya ternyata mujarab. Kedudukan rupiah

menguat, harga barang terutama kebutuhan pokok tidak naik, dan

pemasukan pemerintah naik berlipat-lipat, dari Rp 1,871 miliar

menjadiRp 6,990 miliar.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kabinet koalisi dan mengapa terjadi

jatuh bangun kabinet!

Jawab:

Kabinet Koalisi adalah suatu kabinet yang berdasarkan kerjasama

antara beberapa partai yang bersama-sama mencapai mayoritas

dalambadan legislatif.

Pada tahun 1950, setelah unitary dari Republik Indonesia Serikat

(RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia

mulai menganut sistem Demokrasi Liberal dimana dalam sistem ini

pemerintahan berbentuk parlementer sehingga perdana menteri langsung

bertanggung jawab kepada parlemen (DPR) yang terdiri dari kekuatan-

kekuatan partai. Anggota DPR berjumlah 232 orangyang terdiri dari

Page 7: Sejarah fix

Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI (13 kursi), Partai

Katholik (9 kursi), Partai Kristen (5 kursi), dan Murba (4 kursi),

sedangkan sisa kursi dibagikan kepada partai-partai atau perorangan, yang

tak satupun dari mereka mendapat lebih dari 17 kursi. Ini merupakan suatu

struktur yang tidak menopang suatu pemerintahan-pemerintahan yang

kuat, tetapi umumnya diyakini bahwa struktur kepartaian tersebut akan

disederhanakan apabila pemilihan umum dilaksanakan.

Selama kurun waktu 1950-1959 sering kali terjadi pergantian

kabinet yang menyebabkan instabilitas politik. Parlemen mudah

mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap kabinet sehingga koalisi partai

yang ada di kabinet menarikdiri dan kabinet pun jatuh. Sementara Sukarno

selaku Presiden tidak memiliki kekuasaansecara riil kecuali menunjuk para

formatur untuk membentuk kabinet-kabinet baru, suatu tugas yang sering

kali melibatkan negosiasi-negosiasi yang rumit. Kabinet Koalisi yang

diharapkan dapat memperkuat posisi kabinet dan dapat didukung penuh

oleh partai-partai di parlemen ternyata tidak mengurangi panasnya

persaingan perebutan kekuasaan antar elite politik. Semenjak kabinet

Natsir, para formatur berusaha untuk melakukan koalisi dengan partai

besar.

Dalam hal ini, Masyumi dan PNI. Mereka sadar betul bahwa

sistem kabinet parlementer sangat bergantung pada basis dukungan di

parlemen. Penyebab kabinet mengalami jatuh bangun pada masa

demokrasi liberal adalah akibat kebijkaan-kebijakan yang dalam

pandangan parlemen tidak menguntungkan Indonesia ataupun dianggap

tidak mampu meredam pemberontakan-pemberontakan di daerah.

Sementara keberlangsungan pemerintah sangat ditentukan olehdukungan

di parlemen.

Page 8: Sejarah fix

Penyebab jatuhnya 7 kabinet di Indonesia:

a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)

Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan kegagalan Kabinet

ini dalam menyelesaikan masalah Irian Barat dan adanya mosi

tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan

Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap

peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu

menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen

sehingga Kabinet Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada

Presiden.

b. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)

Kejatuhan Kabinet Soekiman merupakan akibat dari

ditandatanganinya persetujuan bantuan ekonomi dan persenjataan

dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual Security

Act (MSA). Peretujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia

telah memasuki Blok Barat, yang berarti bertentangan dengan

prinsip dasar politik luar negri Indonesia yang bebas aktif. Muncul

pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman

sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut.

DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus

mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya

dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga

Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada

tanggal 2 Juni 1953.

d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)

NU menarik dukungan dan menterinya darikabinet sehingga

keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus

mengembalikan mandatnya pada Presiden.

Page 9: Sejarah fix

e. KabinetBurhanuddinHarahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)

Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi

di DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956, Kabinet

Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan

mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru

berdasarkan hasil pemilihan umum. Sebenarnya kabinet ini

seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak

percaya dari parlemen. Tetapi secara Etika politik demokrasi

parlementer, kabinet ini dengan sukarela menyerahkan mandatnya,

setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk anggota DPR

maupun konstituante.

f. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)

Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi (Januari 1957),

membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan

mandatnya pada Presiden pada tanggal 14 Maret 1957.

g. KabinetDjuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)

Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5

Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi

Terpimpin.

4. Bagaimana reaksi masyarakat Indonesia pada saat munculnya kebijakan

sistem Ali Baba?

Jawab:

Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus

1954-Agustus 1955), menteri perekonomian Mr. Iskaq Cokrohadisuryo

memperkenalkan sistem ekonomi baru yang dikenal dengan sistem Ali-

Baba. Artinya, bentuk kerjasama ekonomi antara pengusaha pribumi yang

diidentikkan dengan Ali dan pengusaha Tionghoa yang diidentikkan

dengan Baba. Sistem ekonomi ini lebih menekankan pada kebijakan

indonesianisasi yang mendorong tumbuh berkembangnya pengusaha-

pengusaha swasta nasional pribumi. Pelaksanaan sistem ekonomi Ali-Baba

Page 10: Sejarah fix

tidak berjalan sebagaimana mestinya. Reaksi masyarakat pribumi tidak

mendukung system ini karena para pengusaha pribumi akhirnya hanya

dijadikan sebagai alat bagi para pengusaha Tionghoa untuk mendapatkan

kredit dari pemerintah.

Memasuki zaman pemerintahan DemokrasiTerpimpin, berbagai

upaya dilakukan oleh pemerintah. Namun, kondisi kehidupan rakyat tetap

menderita. Kondisi buruk ini diperparah dengan tidak berjalannya

distribusi bahan makanan dari pusat produksi ke daerah konsumsi akibat

pemberontakan di berbagai daerah. Sementara itu, jumlah uang yang

beredar semakin banyak karena pemerintah terus mencetak uang tanpa

kendali. Uang tersebut digunakan untuk mebiayai proyek-proyek

mercusuar, seperti Games of the New Emerging Forces (Ganefo) dan

Conference of the New Emerging Forces (Conefo). Akibatnya, Inflasi

semakin tinggi dan mencapai hingga 300%. Untuk mengatasi masalah itu,

pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan dengan pemotongan nilai mata

uang. Misalnya, uang Rp.500,00 dihargai Rp.50,00 dan uangRp.1000,00

dihargai Rp.100,00.

Tindakan pemerintah tersebut ternyata tidak menambah perbaikan

kehidupan ekonomi rakyat. Sistem Ali-Baba pada awalnya bertujuan

untuk memberikan peluang kepada para pengusaha agar bisa memajukan

perekonomian Indonesia waktu itu dengan cara pemberian dana segara

pada pengusaha tersebut. Sistem ini mengalami kegagalan karena:

a. Kredit yang digunakan ternyata tidak digunakan secarabenar oleh

para pengusaha pribumi (indonesia) dalam rangka mencari

keuntungan tetapi malah dipindahkan kepada pengusaha tionghoa

secara sepihak.

b. Kredit yang diberikan pada awalnya dimaksudkan untuk

mendorong kegiatan produksi tapi malah diselewengkan untuk

kegiatan konsumsi

Page 11: Sejarah fix

c. Kegagalan pengusaha pribumi dalam memanfaatkan kredit secara

maksimal sehingga kurang berdampak positif terhadap

perekonomian Indonesia waktu itu.

5. Mengapa hasil pemilu tahun 1955 tidak mampu mewujudkan kestabilan

politik di Indonesia, jelaskan!

Jawab:

Penyelenggaraan Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang

pertama dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Pemilu diselenggarakan pada

masa pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu dilaksanakan

dalam dua tahap yaitu tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota

DPR, dan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan

Konstituante (Badan Pembentuk UUD). Hasil pemilu tahun 1955

menunjukkan ada empat partai yang memperoleh suara terbanyak yaitu

PNI (57 wakil), Masyumi (57 wakil), NU (45 wakil), dan PKI (39 wakil).

Dari segi penyelenggaraan, pemilu tahun 1955 dapat dikatakan berjalan

dengan bersih dan jujur karena suara yang diberikan masyarakat

mencerminkan aspirasi dan kehendak politik mereka.

Kesuksesan pemilu 1955 bahkan mendapat pujian dari berbagai

pihak, termasuk dari negara-negara asing. Peserta pemilu mencapai lebih

dari 30-an partai politik serta lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon

perorangan. Pemilu diikuti oleh lebih dari 37,8 juta warga, dari total 85,4

juta populasi pada saat itu, kira-kira hampir sesuai dengan jumlah 50%

warga yang telah melek huruf. Namun walaupun telah berhasil melewati

satu tahapan menuju negara demokratis, pemilu 1955 membawa dampak

lain. Pelaksanaan pemilu yang sukses adalah satu hal, namun hasil dari

pemilu sukses tersebut adalah hal yang lain lagi.

Dalam prosesnya, masa persiapan serta kampanye yang terlalu

bebas telah mengundang emosi politik yang amat tinggi, terutama

kecintaan yang berlebihan terhadap partai. Waktu kampanya yang terlalu

lama (2,5 tahun) bahkan menimbulkan kecintaan dan fanatisme yang

Page 12: Sejarah fix

berlebihan terhadap partai. Akibatnya, pemilu tahun 1955 tidak mampu

menciptakan stabilitas politik seperti yang diharapkan. Berbagai konflik

muncul ke permukaan, seperti konflik ideologis, konflik antar kelompok

dan daerah, konflik kepentingan antarpartai politik, bahkan yang paling

krusial adalah munculnya perpecahan antara pemerintahan pusat dengan

beberapa daerah.

Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakmampuan anggota

Konstituante yang terpilih dari hasil Pemilu 1955 untuk mencapai titik

temu dalam menyusun UUD baru demi mengatasi kondisi negara yang

kritis. Pekatnya kepentingan partai atau golongan memicu sering

pertentangan yang berujung perselisihan. Namun terlepas dari segala hal

tersebut, upaya penegakkan demokrasi telah dilakukan dalam periode

demokrasi parlementer (1945 -1959) pasca proklamasi. Tepatnya

Padatanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit. Dekrit

ini dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Page 13: Sejarah fix

Daftar Pustaka

http://www.duniapendidikan.net/2015/09/seringnya-pergantian-kabinet-pada-

masa-demokrasi-liberal-1950-1959.html

http://actaviaspena.blogspot.in/2012/05/kegagalan-demokrasi-liberal-pada-

masa.html

http://mirzarizqi92.blogspot.in/2012/09/sistem-ekonomi-gerakan-benteng.html

https://polysoft313.blogspot.in/2015/10/ekonomi-gerakan-benteng-dan-gerakan-

ali.html?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C9292940083

http://artikeltop.xyz/sistem-ekonomi-gerakan-benteng.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunting_Syafruddin?

_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C7822531868

http://elevenbluemoon.blogspot.in/2015/09/latar-belakang-gerakan-asaat-

gunting.html

https://id.answers.yahoo.com/question/index?

_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C5777544656

http://kumpulan-tugas-tugas.blogspot.in/2012/08/penyebab-jatuhnya-7-kabinet-di-

indonesia.html

https://rohmanf2.wordpress.com/2012/02/12/pengaruh-pemilu-tahun-1955-dan-

lahirnya-dekrit-presiden-5-juli-1959-terhadap-lahirnya-demokrasi-terpimpin/?

_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C3252290392

http://sosialis-indonesia.org/content/jejak-demokrasi-empiris-di-indonesia

http://shyraalthafunisa.blogspot.com/2012/05/konsep-sejarah.html

Page 14: Sejarah fix

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI

PARLEMENTER

(1950-1959)

Disusun oleh:

1. Lutfia (11)

2. Rani Syafiqah (21)

XII-MIPA 2

SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

TAHUN AJARAN 2016/1017