fito epms
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
FITOKIMIA
Nama/ NRP :Dian Novita Sari 2443011052
Florensia Paskaliani 2443011059
Caesilia Putri 24430110
Gol/ Kelompok :R / 3
Tanggal Praktikum : April 2013
Asisten :Dra. Hj. Liliek S. Hermanu, M. S., Apt.
Sri Harti M.Si, Apt.
Agatha Maylie W.
Materi :Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari Rimpang Kencur
(Kaemferia galangal L)
I. Dasar Teori:
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit
dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung
cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat
etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut
yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana.
Kelarutan suatu zat padat dan zat cair pada suatu pelarut akan meningkat seiring dengan kenaikan
suhu bila proses pelarutannya adalah endoterm, sedangkan untuk proses pelarutan yang bersifat
eksoterm pemanasan justru menurunkan harga kelarutan zat. Fenomena yang kedua ini jarang
dijumpai di alam yang umum adalah proses pelarutan yang bersifat endoterm yaitu memerlukan
kalor. Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau terurai dam menguap dengan pemanasan
sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar senyawa yang diharapkan tidak rusak. Oleh karena
itu ekstraksi etil p-metoksi sinamat dari kencur tidak boleh menggunakan suhu yang lebih dari titik
lelehnya yaitu 48 – 50⁰C.
Pada percobaan, setelah filtrat diperoleh dilakukan pemekatan sampai volume larutan kira – kira
setengahnya, yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat terbentuknya kristal. Akan
tetapi, kristal tidak diperoleh pada proses ini. Hal ini mungkin terjadi adanya beberapa kesalahan
yang terjadi pada saat proses pelakasanaan praktikum. Hal pertama yang menyebabkan tidak
terbentuknya kristal adalah terlalu panasnya penangas air yang digunakan sehingga akan merusak
senyawa yang akan terbentuk (etil p-metoksi sinamat). Selain itu, proses pemekatan yang kurang
lama ataupun kurang pekat sehingga akan lebi membutuhkan waktu yang lebih lama, sedangkan
waktu yang ada sangat terbatas. Jadi, karena proses isolasi tidak menghasilkan kristal, maka titik
lelehnya pun tidak dapat ditentukan.
1. Hidrolisis etil p-metoksisinamat
Salah satu reaksi yang mudah dilakukan terhadap etil p-metoksi sinamat adalah menghidrolisisnya,
yang akan menghasilkan asam p-metoksisinamat. NaOH yang ditambahkan pada hidrolisis etil p-
metoksi sinamat, akan terurai menjadi Na+ dan OH-. Ion OH- ini akan menyerang gugus C karbonil
yang bermuatan positif yang menyebabkan kelebihan elektron. Hal ini akan menyebabkan
pemutusan ikatan rangkap antara atom O dan atom C sehingga atom O akan bermuatan negatif.
Namun, atom O akan membentuk ikatan rangkap lagi dengan atom C, sehingga atom C akan
menstabilkan diri dengan melepaskan -OC2H5. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya asam p-
metoksisinamat
Pembuatan asam sinamat
Asam sinamat dapat disintesis dari pencampuran dari benzaldehid, asam malonat, piridin dan
piperidin yang dipanaskan dalam penangas air. Selama pemanasan ini, karbondioksida akan
dibebaskan. Secara kasarnya, reaksi yang terjadi adalah
benzaldehid + asam malonat + piridin + piperidin ———>asam sinamat
Pemeriksaan KLT
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan
komponen – komponen atas dasar perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion – ion dalam
fasa yang berbeda. KLT biasanya menggunakan lempeng gelas atau lapisan tipis alumina, silika gel,
atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan
pertama pada pemisahan dengan kromatografi karena prosesnya yang mudah dan cepat.
Biasanya pelat KLT menggunakan bahan indicator fluoresens yang dapat memancarkan warna biru
keunguan di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 nm. Senyawa yang akan diuji dan
ditotolkan pada pelat KLT, yang menyerap sinar UV pada panjang gelombang tersebut akan
memberikan penampakan noda di bawah lampu UV. Cara lain untuk melihat penampakan noda
adalah memasukkan pelat KLT ke dalam wadah yang berisi iod padat yang akan menyublim dan
mengabsorbsi molekul organik pada fasa gas, sehingga akan terbentuk noda keclokatan.
Selain berfungsi sebagai analisis kualitatif, KLT juga menyediakan gambaran kuantitatif
kromatografik yang disebut nilai Rf. Nilai Rf adalah ”retardation factor” atau nilai “ratio-to-
front” yang diekspresikan sebagai fraksi desimal.
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu
pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester
yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus
karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat
menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat,
metanol, air, dan heksana.
Kelarutan suatu zat padat dan zat cair pada suatu pelarut akan meningkat seiring
dengan kenaikan suhu bila proses pelarutannya adalah endoterm, sedangkan untuk proses
pelarutan yang bersifat eksoterm pemanasan justru menurunkan harga kelarutan zat.
Fenomena yang kedua ini jarang dijumpai di alam yang umum adalah proses pelarutan yang
bersifat endoterm yaitu memerlukan kalor. Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau
terurai dam menguap dengan pemanasan sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar
senyawa yang diharapkan tidak rusak. Oleh karena itu ekstraksi etil p-metoksi sinamat dari
kencur tidak boleh menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya yaitu 48 – 50⁰C.
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis tanaman obat yang
tergolong dalam suku temu-temuan dengan Tata nama/ klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Sub Divisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledoneae
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae
Genus: Kaempferia
Species: Kaempferia galanga L
Tanaman kencur ini berbatang kecil, basah, dan hidupnya berumpun banyak. Kencur juga
merupakan tumbuhan herba perennial dengan kumpulan daun berbentuk rosset dekat permukaan
tanah, batang semu dan pangkalnya berbentuk rimpang. Rimpang atau rizoma tanaman ini
Kandungan Kimia dari Kencur
Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990 yaitu (1) etil
sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol, dan (6) paraffin
Diantara kandungan kimia ini, etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari
kencur (Afriastini,1990). Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri
2,4-2,9% yang terjadi atas etil parametoksi sinamat (30%). Kamfer, borneol, sineol, penta dekana.
Adanya kandungan etil para metoksi sinamat dalam kencur yang merupakan senyawa turunan
sinamat (Inayatullah,1997 dan Jani, 1993).
Manfaat yang diperoleh dari penanaman kencur adalah untuk meningkatkan produktivitas
lahan pertanian yang sekaligus menambah penghasilan petani. Dari rimpang kencur ini dapat
diperoleh berbagai macam keperluan yaitu: minyak atsiri, penyedap makanan minuman dan obat-
obatan. Berbagai jenis makanan mempergunakan sedikit rimpang atau daun kencur sehingga
memberikan rasa sedap dan khas yaitu dalam pembuatan gado-gado, pecal dan urap. Rimpang
kencur yang digerus bersama- sama beras kemudian diseduh dengan air masak dan diberi sedikit
gula atau anggur dapat digunakan sebagai minuman. Minuman ini berguna bagi kesehatan tubuh,
jenis minuman ini sudah diperiksa dipabrik-pabrik berupa minuman beras kencur. Rimpang kencur
di pergunakan untuk meramu obat-obatan tradisional yang sudah banyak di produksi oleh pabrik-
pabrik jamu maupun dibuat sendiri, rimpang mempunyai khasiat obat antara lain untuk
menyembuhkan batuk dan keluarnya dahak, mengeluarkan angin dari dalam perut, bisa juga untuk
melindungi pakaian dari serangga perusak, caranya rimpang kering kencur disimpan diantara
lipatan-lipatan kain (Afrianstini,1990).
Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak
dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta minuman dan industri
rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik. Kandungan etil p-metoksisinamat (EPMS)
didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat
sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita,2007).
II. Alat dan Bahan
Alat:
- Percolator
- Beaker Glass
- Timbangan Analitis
- Rotary Vacum Evaporator
- Gelas Ukur
- Corong Penyari
Bahan:
- Rimpang kencur
- Etanol 95%
III. Cara Kerja
1. Perkolasi 500 gram serbuk kering dari rimpang kencur dengan pelarut etanol 95%
2. Tampung perkolat pada hari pertama, uapkan untuk mengentalkan perkolat.
3. Diamkan perkolat dalam lemari es selama penyimpanan Kristal akan terbentuk
4. Lakukan uji standarisasi terhadap ekstrak yang di peroleh
5. Saring Kristal yang terbentuk, lakukan rekristalisasi dengan pelarut campur, methanol :
air (1:1) untuk mendapatkan Kristal putih dari etil para metoksi yang memiliki titik lebur
46-47,5 (sari 1)
6. Lakukan hidrolisis terhadap Kristal yang terbentuk dengan penambahan KOH
7. Asamkan larutan hidrolisis dengan menambah asam sulfat
8. Simpan larutan hidrolisis dalam lemari es hingga terbentuk Kristal jarum tak berwarna
memiliki titik lebur 167-168 C (sari 2)
9. Gunakan sistem Kromatografi lapis tipis dari ke 2 sari dan senyawa pembanding untuk
memastikan identitas dan memeriksa kemurnian isolate yang di peroleh.
IV. Hasil Pengamatan
Bahan Panjang gelombang 366nm Panjang gelombang 254 nm
1 Sari 1 0,80 0,70
2 Sari 2 0,80 0,75
3 Pembanding - -
V. Pembahasan
Kami melakukan pengisolasian dengan cara maserasi terhadap simplisia kencur selama 5
hari dengan menggunakan pelarut etanol 95% sebanyak 300 mL. lalu ekstrak diuapkan
hingga kental dan disimpan di kulkas hingga terbentuk kristal selama 1-2 hari. Ekstrak lalu
disaring, kemudian endapannya direkristalisasi dengan metanol-air ( 1:1 ). Lalu kemudian
endapan disaring kembali dengan corong buchner, lalu sebagian diambil dan disimpan di
wadah( didapat zat etil-p-metoksisinamat), sebagian lainnya lalu dihidrolisis dengan KOH
dan ditambah asam sulfat untuk pengasaman larutan yang telah dihidrolisis. Ekstrak lalu
disaring kembali dan endapannya dikeringkan(didapat kristal asam p-metoksisinamat).
Endapan pertama dan kedua diuji kemurniannya dengan menggunakan KLT dengan
menggunakan eluat metanol- nheksan (8:2). Dari hasil pengamatan kami, Rf endapan
pertama dan kedua untuk panjang gelombang 254 nm berturut-turut adalah 0,70 dan 0,75.
Sedangkan Rf endapan pertama dan kedua untuk panjang gelombang 366 nm berturut-turut
adalah 0,80 dan 0,80. Ini dapat menunjukkan bahwa ekstrak kencur yang diperoleh bersifat
kurang polar, karena lebih terbawa oleh pelarut yang lebih bersifat nonpolar dibandingkan
dengan plat silika gel yang lebih bersifat polar. Namun kami tidak dapat mengetahui
kemurnian zat kami dikarenakan tidak tersedianya pembanding EPMS saat praktikum kami.
VI. Kesimpulan
Pada uji kemurnian dengan pemeriksaan KLT yang dibandingkan dengan etil p-
metoksisinamat dan asam p-metoksisinamat didapat:
Nilai Rf etil p-metoksisinamat (sebelum hidrolisis) adalah 0,70 ( diukur pada λ 254 nm) dan
0,78 (366 nm)
Nilai Rf asam p-metoksisinamat(setelah hidrolisis) adalah 0,75(diukur pada λ 254 nm) dan
0,80 (366 nm)
VII. Daftar Pustaka
Firdausi, Nur Indah., 2009, Isolasi Senyawa Etil Para Metoksi Sinamat (Epms) dari Rimpang
Kencur Sebagai Bahan Tabir Surya Pada Industri Kosmetik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang, Malang
Harborne. 1989. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Bandung
Hidajati, Nurul dkk.2011.Penuntun Praktikum Kimia Organik 2.Surabaya:Laboratorium Kimia
Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Unesa.
Otih Rostiana, Rosita SMD, Mono Rahardjo dan Taryono, 2005, Budidaya Tanaman Kencur,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika,
Yogyakarta