jamu obat herbal terstandar fito farmaka a. · pdf file–utk melihat pengaruh calon...

56
JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. Uji toksisitas b. Uji praklinik (Uji efek farmakologik) c. Uji klinik 1

Upload: vohanh

Post on 31-Jan-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• JAMU

• OBAT HERBAL TERSTANDAR

• FITO FARMAKA

a. Uji toksisitas

b. Uji praklinik (Uji efek farmakologik)

c. Uji klinik

1

Page 2: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Permenkes RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992

• Sediaan obat yang telah dibuktikan

keamanan dan khasiatnya

• Bahan bakunya adalah simplisia atau

sediaan galenik yang telah memenuhi

persyaratan yang berlaku (FI,EKSTRA FI

MATERIA MEDIKA INDONESIA, FHI,dll)

2

Page 3: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• Mengandung tidak lebih dari 5 bahan baku

• Harus memenuhi persyaratan peredaran

sediaan obat (uji kualitatif dan kuantitatif)

• Harus lolos uji KETOKSIKAN AKUT

(derajat efek toksik suatu senyawa pada

hewan uji, yang terjadi dalam waktu

singkat setelah pemberian dosis tunggal )

• Harus lolos berbagai uji PRAKLINIK

3

Page 4: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

4

Masyarakat Indonesia lazim

menggunakan OT

Obat Tradisional

Obat Alami

JAMU

Obat Tradisional: bhn/ramuan bhn yg berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bhn tsb yg scr turun- temurun telah digunakan utk pengobatan

Dalam rangka memanfaatkan Kekayaan alam Indonesia

Latar Belakang

Page 5: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

5

Obat alami di masyarakat

1. Penggunaannya merupakan suatu kenyataan empirik,

tanpa dibuktikan secara ilmiah

2. Tdk jarang dipakai utk pengobatan penyakit yg blm ada

obat yg memuaskan

3. Dalam pembuatannya, timbul keraguan ttg keseragaman

kualitas baik kandungan zat aktifnya maupun kebersihan

(kontaminasi)

4. OA dan penemuan obat baru

Kinin → Cinchona ledgeriana

Papaverin, kodein, morfin → Papaver somniferum

Serpentin → Rauwolfia serpentina

Artemisinin → Artemisia annua

Vincristin, vinblastin → Vinca rosea

Page 6: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

6

Tujuan pemakaian OA :

1. Promotif 3. Kuratif

2. Preventif 4. Rehabilitatif

Peraturan pemerintah agar OA ditelitikembangkan utk dpt

dimanfaatkan sebaik-baiknya:

1. UU RI no 23 thn 1992 ttg Kesehatan

2. Resolusi World Health Assembly

3. SK Menkes no 0584 thn 1995 Sentra P3T

4. Agenda Riset Nasional

Strategi pelaksanaannya ???

Page 7: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

7

Farmakologi (Khasiat)

Obat Alami (jamu)

Standarisasi: bhn baku

produk jadi

CLINICAL Trials

Kaidah iptek yg sesuai

Penggunaan pd unit pelayanan kesehatan

(Fitofarmaka)

Dpt dipertanggung jawabkan scr ilmiah

Pengujian potency and safety serta evaluasi standar mutu/kualitas

Uji praklinik

Kaidah iptek yg sesuai

Guideline dlm uji klinik obat alami: 1. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional 2. Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB) (Good Clinical Practices (GCP))

Reproducible Reproducible

Reproducible Reproducible

Toksikologi (Keamanan)

Page 8: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

8

PELAKSANAAN UJI KLINIK OBAT ALAMI

Aman Bermanfaat

Sdh terstandarisasi

Identitas obat (fisik, teknologi farmasi) Uji praklinik

Langkah pelaksanaan uji klinik OA scr prinsip tdk ada perbedaan dengan pelaksanaan uji klinik obat sintesis

UJI KLINIK

Reproducible

Langkah pelaksanaan OA agar dpt digunakan dlm pelayanan kes: 1. Uji praklinik (uji toksisitas dan uji farmakodinamik) 2. Standarisasi sederhana 3. Teknologi farmasi (identitas obat) 4. Uji klinik pd org sakit dan atau org sehat

Page 9: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

9

persiapan dan uji praklinik persiapan dan uji klinik (di Sentra P3T atau lab. yg ditunjuk)

Produsen OA yg tdk memiliki izin usaha industri

-Khasiat secara empiris -luas jangkauan masy pengguna -informasi teknologi kefarmasian

Industri → Permenkes no 246 thn 1990 (Izin Usaha IOT dan Pendaftaran OT) Produk → Kepmenkes 661 thn 1994 (Persyaratan OT)

Dirjen POM a.n. Menkes

Produsen OA yg memiliki izin usaha industri

Persyaratan dan Alur pengembangan OA ke arah penggunaan dlm pelayanan kesehatan

Depkes dlm hal ini bertindak sbg inovator, motivator, dan evaluator

Page 10: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

10

Tahapan pelaksanaan uji dlm rangka pengembangan OA ke arah penggunaan dlm pelayanan kesehatan

Page 11: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep.Kes RI)

• Tahap seleksi

• Proses pemilihan jenis bhn alam yg akan diteliti sesuai dgn skala prioritas sbb: – Jenis OA yg diharapkan berkhasiat utk penyakit2 utama

– Jenis OA yg akan memberikan khasiat dan kemanfaatan berdsr pengalaman pemakaian empiris seblmnya

– Jenis OA yg diperkirakan dpt sbg alternatif pengobatan untuk penyakit2 yg blm ada atau msh blm jelas pengobatannya

• Tahap biological screening, utk menyaring: – Ada/tdknya efek farmakologi calon fitofarmaka yg mengarah ke khasiat

terapetik (praklinik, in vivo)

– Ada/tdknya efek keracunan akut (single dose), spektrum toksisitas jika ada, dan sistem organ vital mana yg paling peka terhadap efek keracunan tsb (praklinik, in vivo)

Page 12: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• Tahap penelitian farmakodinamik – Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ

tubuh

– Praklinik, in vivo dan in vitro

– Tahap ini tdk dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja utk mengetahui mekanisme kerja yg lebih rinci dari calon fitofarmaka

• Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses) – Toksisitas subkronis

– Toksisitas kronis

– Toksisitas khas/khusus

• Tahap pengembangan sediaan (formulasi)

• Mengetahui bentuk2 sediaan yg memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika utk pemakaian pd manusia

• Tata laksana teknologi farmasi dlm rangka uji klinik: – Teknologi farmasi tahap awal

– Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak, sediaan OA

– Parameter standar mutu: bhn baku OA, ekstrak, sediaan OA

Page 13: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• Tahap uji klinik pd manusia

• Pengujian baru dpt dilakukan jika: syarat keamanan (praklinik), khasiat (praklinik), dan syarat mutu sediaan memungkinkan utk dipakai pd manusia

• Ada 4 fase: – Fase I, dilakukan pd sukarelawan sehat, utk melihat efek farmakologi, profil

farmakokinetika, serta hub dosis dan efek obat

– Fase II, dilakukan pd kelompok pasien scr terbatas, utk melihat kemungkinan penyembuhan dan atau pencegahan penyakit/gejala penyakit

• Pada fase ini, metodologi msh dilakukan tanpa kelompok pembanding (kontrol)

– Fase III, dilakukan pd kelompok pasien dgn jumlah yg lebih besar dari Fase II, metodologi sdh dilakukan menggunakan kelompok pembanding (kontrol)

– Fase IV • post-marketing surveillance

• Utk melihat kemungkinan efek samping yg tdk terkenali saat uji praklinik maupun saat uji klinik fase I-III

• Why ???

Page 14: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• Pengujian keamanan bhn obat yg dilakukan pada hewan coba blm tentu memberikan hasil yg sama pd manusia krn adanya perbedaan antar spesies yg tdk diketahui secara pasti

• Obat yg ditunjukkan memberikan efek pd sistem biologis hewan coba blm tentu memberikan efek yg sama pd manusia

• Pengujian pd manusia seringkali dilakukan pd populasi yg terbatas shg utk efek samping yg kejadiannya langka tdk akan dpt diketahui seblm calon fitofarmaka dipakai secara luas dlm masyarakat

• Pengujian pd manusia umumnya dilakukan dlm kondisi2 dgn batasan penelitian yg ketat yg blm tentu dpt menggambarkan kondisi sesungguhnya yg lebih kompleks apabila nantinya calon fitofarmaka dipakai secara luas dlm masyarakat

Page 15: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

TATA LAKSANA

TEKNOLOGI FARMASI

Dalam Rangka Uji Klinik

Page 16: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• PRASYARAT OA yg akan diuji praklinik:

- Jelas nama latin simplisia dgn menyebutkan genus,

species, petunjuk jenis (specific epithet) dr tanaman asal,

diikuti dgn bag tanaman yg digunakan

- Jelas ukuran (berat/vol)

- Jelas langkah2 proses pembuatan dr btk simplisia hingga

mjd btk yg siap diujikan

- Dosis dan cara penggunaan (cara pemberian, frekuensi,

interval, dan lama pemberian)

Pedoman teknologi farmasi OA:

1. CPOTB

2. GMP

3. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik OA

Teknologi Farmasi Tahap Awal

Page 17: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Parameter Standar Mutu

OA yg diuji klinik adalah OA yg memiliki identitas farmasi yg jelas OA tsb sejak bhn baku hingga formulasi dan btk sediaannya

mengikuti dan memenuhi persyaratan standar mutu Parameter standar mutu:

Utk bhn baku => bhn baku OA bhn baku ekstrak Utk sediaan yg memiliki formulasi dlm bentuk sediaan ttt

Page 18: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

18

Tata laksana uji praklinik

Data hsl pengamatan uji praklinik merupakan: 1. persyaratan utk dasar pertimbangan dpt tdknya

dipertanggungjawabkan suatu OA dlm pengembangannya 2. persyaratan utk dasar pertimbangan dpt tdknya suatu OA masuk dlm

tahap uji klinik 3. Dasar bagi peneliti utk mengantisipasi masalah yg timbul dan

merancang eksperimen yg rasional

Uji praklinik merupakan penelitian eksperimental secara in vivo maupun in vitro

Tujuan

Page 19: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

19

Aspek uji praklinik = 1. Uji toksisitas (safety) 2. Uji farmakologi (potency)

PRASYARAT 1. Obat alami yg diuji - digunakan scr empirik - utk indikasi ttt - diket komposisi formula, bentuk sediaan, cara penyiapan utk

penggunaan, dan cara penggunaan 2. Identitas obat alami yg diuji, meliputi: - Kejelasan simplisia yg digunakan (nama latin, determinasi) - Ukuran (berat/vol) - Langkah proses pembuatan dr btk simplisia hingga mjd btk yg siap diujikan - Dosis dan cara penggunaan (cara pemberian, frekuensi, interval, dan lama pemberian)

Page 20: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

20

UJI TOKSISITAS

TUJUAN Mengungkapkan keamanan terkait dgn khasiat dan maksud penggunaannya pd manusia.

Toksisitas umum: Akut

Subkronis Kronis

Toksisitas khusus: Teratogenik Mutagenik

Karsinogenik Potensiasi

Reproduksi Kulit dan mata

Dlm pelaksanaan uji toksisitas, btk obat alami perlu diupayakan sesuai dgn btk yg digunakan oleh masyarakat: komposisi formula, cara penyediaan, dan cara penggunaan

Page 21: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

21

Toksisitas akut

• Menetapkan LD50

• Menilai gejala klinis

• Menetapkan spektrum efek toksik

• Mengetahui mekanisme kematian

Prinsip:

1. Dilakukan sekurang-kurangnya pd 1 spesies hwn uji (rodent/nirrodent), dewasa muda, dan mencakup kedua jenis kelamin

2. Jumlah sampel hwn uji mewakili jumlah estimasi insiden dan frekuensi efek toksik. Biasanya 4-6 kel tikus, msg-msg kel minimal 4 ekor tikus jantan dan 4 ekor tikus betina

3. Utk nirrodent, jumlah tiap kel minimal 2 ekor

Tujuan

Page 22: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

22

• OA diberikan single dose

• Dosis awal: dosis pd pemakaian empiris (memberikan 0% kematian hwn uji)

• Perlu dicari dosis yg menyebabkan kematian >50% hwn uji

• Dosis max: dosis yg msh dimungkinkan utk diberikan pd

hwn uji (memberikan 100% kematian hwn uji)

• Pengamatan: seblm perlakuan, selama perlakuan (24 jam), sesdh perlakuan (7-14 hr bahkan bisa lbh lama terkait dgn pemulihan gejala toksik/reversibilitas)

• Yg diamati: % kematian, timbulnya gejala toksik, perubahan BB, patologi organ vital (makroskopik dan mikroskopik), kerusakan struktur organ → menjelaskan mekanisme kematian

Page 23: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

23

Kriteria ketoksikan akut

Kriteria LD50 (mg/kgBB)

Luar biasa toksik 1 atau kurang

Sangat toksik 1 – 50

Cukup toksik 50 – 500

Sedikit toksik 500 – 5000

Praktis tidak toksis 5000 - 15000

Relatif kurang berbahaya > 15000

Page 24: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

24

Toksisitas subkronis • Tujuan:

– Mengetahui spektrum efek toksis

– Mengetahui hub dosis vs spektrum efek toksik

– Reversibilitas efek toksik

– Mengetahui informasi perkembangan efek toksik

yg lambat

• Prinsip:

– Dosis berulang, 1 x sehari selama < 3 bulan

– Pemilihan hwn uji didsrkan pd hsl uji ketoksikan akut atau dipilih hwn uji yg peka (memiliki pola metabolisme thdp OA-uji yg semirip mungkin dgn manusia)

– Jumlah hwn uji: minimal 10 ekor/jenis kelamin dalam setiap

kel dosis yg diberikan

– Minimal 3 peringkat dosis (mempertimbangkan aktivitas farmakologi dan hsl uji toksisitas akut)

Page 25: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

25

• Utk penentuan dosis dan cara penggunaan dipertimbangkan: – Penggunaan empirik yg berlaku di masyarakat – Rencana maksud pemanfaatannya kelak – Hasil pengamatan uji toksisitas akut

• Dosis terendah: mendekati ED50

• Dosis max: dosis yg menimbulkan efek toksik (perubahan hematologi, histopatologi, anatomi, biokimia) namun mayoritas hwn uji hrs dpt bertahan hidup

Data digunakan utk merancang uji toksisitas kronis

Page 26: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

26

• Pengamatan: – Perubahan BB (diperiksa minimal 7 hr sekali)

– Asupan makanan dan minuman (diperiksa minimal 7 hr sekali)

– Gejala toksik (diamati tiap hr)

– Hematologi/Kimia darah (awal dan akhir percobaan)

– Kimia urin (awal dan akhir percobaan)

– Histopatologi organ vital (akhir percobaan)

• Dlm uji toksisitas ini, perubahan berupa akumulasi, toleransi, metabolisme dan kelainan khusus organ ttt dpt dipelajari

Page 27: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

27

Toksisitas kronis

• Lama pemberian: > 3 bulan atau selama sebagian besar

masa hidup hwn uji

• Utk mengetahui efek toksik yg kronis dr OA-uji (selama proses menua → kepekaan jaringan, perubahan kapasitas metabolisme, penyakit yg muncul krn pertambahan umur)

dimungkinkan mempengaruhi derajat dan sifat respon toksik.

• Data utk mengetahui: no observed adverse effect level, batas toleransi zat kimia dlm makanan, dan batas keamanan suatu OA (index terapi)

Page 28: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

28

Masa penggunaan klinis Masa pemberian OA selama uji

Single dose (< 1 minggu) 2 minggu – 1 bulan

Multiple dose (1 – 4 minggu) 1 – 3 bulan

Multiple dose (1 – 6 minggu) 3 – 9 bulan

Multiple dose (> 6 bulan) 9 – 12 bulan

Page 29: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

29

Uji toksisitas khusus • Bukan merupakan syarat mutlak utk setiap OA utk dpt masuk dlm

tahap uji klinik OA

• Uji potensiasi: diperoleh informasi ttg adanya kemungkinan peningkatan efek toksik suatu OA krn tercampur dgn senyawa

lain

• Uji kemutagenikan: utk mengetahui pengaruh OA thdp sistem kode genetik (perubahan dideteksi dgn pemeriksaan sitologi

thdp kromosom)

• Uji keteratogenikan: pd OA yg digunakan oleh wanita hamil

(utk mengetahui pengaruh OA pd janin/organogenesis)

• Uji reproduksi: utk mengetahui pengaruh OA pd kapasitas

reproduksi

• Uji kulit dan mata

Page 30: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

30

Uji Farmakologi

Uji farmakodinamik

Penelusuran mekanisme

Target aksi obat

In vivo – in vitro

Kelompok: perlakuan OA, standar,

kontrol normal, kontrol negatif

Pd hewan sehat atau berpenyakit

Uji farmakologi

Pembuktian khasiat

% efek, ED50

In vivo

Kelompok: perlakuan OA, standar,

kontrol normal, kontrol negatif

Pd hewan sehat atau berpenyakit

Page 31: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Tata Laksana Uji Klinik

Page 32: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Tujuan

• Membuktikan manfaat OA sesuai indikasi yg diajukan

• Memastikan status keamanan penggunaan OA pd manusia

• Mengungkap data utk mendorong penentuan dan pengembangan obat baru yg berasal dr alam

Page 33: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Syarat uji klinik

• Calon fitofarmaka: – uji praklinik: aman dan bermanfaat

– identitas farmasi yg jelas

– Diketahui mekanisme aksi dan target aksi OA

• Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

• Memenuhi etik uji klinik

• Persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan

Page 34: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• Utk OA yg sdh lama beredar di masyarakat scr luas, tdk menunjukkan efek samping yg merugikan => sesdh uji praklinik dpt langsung dilakukan uji klinik dgn pembanding (uji klinik fase 3)

• Utk OA yg blm digunakan scr luas, hrs melalui uji klinik

fase 1 dan 2

• Uji klinik OA memerlukan: tenaga ahli, fasilitas berupa peralatan, dan dana

Page 35: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Tata laksana uji klinik

• Judul • Latar belakang • Tujuan • Tempat penelitian • Desain penelitian • Seleksi pasien dan proses pengikutsertaan (recruitment) • OA-uji dan pembanding • Pemeriksaan klinik dan lab • Pengamatan respon • Data • Jadwal kegiatan dlm uji klinik OA • Pemantauan dan penghentian uji klinik OA • Dana dan kontrak dgn sponsor • Kelengkapan lampiran yg perlu • Tim pelaksana • Laporan hasil uji klinik OA

Page 36: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

• Judul – Singkat, tajam dlm mengemukakan masalah yg diteliti

• Latar belakang – Alasan utama perlunya dilakukan uji klinik OA – Indikasi yg akan dibuktikan dgn uji klinik OA – Deskripsi ciri-ciri OA, identifikasi OA, pemanfaatan empiris – Deskripsi pengolahan, peracikan, dan formulasi – Manfaat yg akan diperoleh dr uji klinik OA, terutama dlm menunjang

program pembangunan kesehatan

• Tujuan – Jelas dan tegas utk indikasi apa uji klinik ini dilakukan

• Tempat penelitian – Institusi tempat pelaksanaan uji klinik yg memenuhi persyaratan

CUKB (GCP)

Page 37: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Disain

• randomized controlled clinical trial: double blind • Single blind (bila tdk memungkinkan double blind) →

uncontrolled trial) • Unblinding • Bisa dilakukan pengacakan perlakuan • Pembandingan hrs dgn obat standar atau plasebo • Pd indikasi ttt (yg tdk boleh menggunakan plasebo)

pembandingan dilakukan thdp obat standar saja

Page 38: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Seleksi pasien dan proses pengikutsertaan (recruitment)

• Pemilihan subyek – Perlu dikemukakan kriteria penerimaan subyek dan kriteria penolakan subyek – Butir2 kriteria perlu dirinci scr jelas – Keikutsertaan subyek uji dituangkan pd persetujuan scr tertulis sesdh mendpt

penjelasan yg perlu dipahami oleh calon subyek uji

• Persetujuan etik – Semua usulan penelitian yg menggunakan manusia sbg subyek penelitian hrs

mendptkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan setempat

• Besar sampel – Kemukakan jumlah sampel yg diperlukan scr jelas utk tiap kelompok berdasarkan

perhitungan statistik utk menjamin kesahihan kesimpulan hsl studi – Sampel tdk selalu hrs sama besar jumlahnya utk tiap kelompok perlakuan

Page 39: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

OA-uji dan pembanding

• OA-uji – Sdh uji praklinik (aman + khasiat +) – Kemukakan data yg mengungkapkan identitas OA-uji (beserta dgn formulanya) – Kemukakan bgmn proses menyiapkan dr sejak bhn baku, proses peracikan, hingga

siap digunakan

• Pembanding – Kemukakan data yg mengungkapkan identitas pembanding baik obat standar

maupun plasebo

• Penyiapan OA-uji dan pembanding – Kemukakan sejauh mana OA-uji dan pembanding dpt disiapkan sbg preparat dgn

rupa yg sama dan tdk terbedakan – Kemukakan siapa yg menyiapkan paket obat dgn kodifikasinya dan siapa yg

menyimpan kode selama blm waktunya utk dibuka

Page 40: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Regimen OA-uji dan pembandingnya

– Dosis, frekuensi dan lama pemberian

– Cara pemberian scr rinci

– Tablet diminum tiap jam 07.00 WIB dgn segelas air putih

Obat penyerta (concomitant medicines) dan obat penolong (rescue medicines)

– Jika subyek diijinkan utk menggunakan obat lain scr bersamaan perlu

dijabarkan jenis obat yg diperbolehkan dan dicatat scr rinci selama penelitian berlangsung.

– Utk uji klinik ttt mis. pd nyeri mungkin diperlukan obat penolong

– Jelaskan ttg identitas obat, dosis, dan bilamana dan pd keadaan apa obat penolong tsb digunakan

Page 41: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Pemeriksaan klinik dan lab

• Utk mendukung diagnosis • Utk menilai perkembangan penyakit • Utk mengetahui efek obat (diterima/ditolak pasien) • Utk membandingkan kondisi praperlakuan (baseline

data) dan kondisi pasca perlakuan • Utk keperluan evaluasi (follow up) • Jadwal pemeriksaan dan faktor2 yg diperiksa

dijabarkan dgn jelas, ditentukan sesuai dgn perjalanan penyakit yg diteliti

Page 42: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Pengamatan respon • Parameter respon

– Kemukakan gejala atau tanda, baik scr klinik maupun laboratorik, yg merupakan parameter respon yg utama

– Jabarkan mengenai: • Bgmn pengamatan dilakukan, pake alat/tdk (alat, spek alat, sensitivitas

alat, cara penggunaan alat)

• Jadwal pengamatan

• Kualifikasi dan ketrampilan pengukur respon

• Evaluasi respon – Membandingkan parameter respon utama pra perlakuan dan pasca

perlakuan baik pd kel obat maupun pd kel pembanding

Page 43: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Data • Pencatatan data

– Data pasien baik demografik, klinis, lab, serta data lain yg relevan hrs dicatat dlm case record form (formulir pencatatan pasien) utk masing2 pasien

• Penanganan data – Penyimpanan dan pengelolaan data

• Pihak yg menyimpan dan mengelola data hsl uji klinik • Kemukakan bgmn wewenang dan hak atas data utk masing2 pihak (krn

pelaksanaan uji klinik melibatkan berbagai lembaga/institusi dlm suatu kerjasama)

• Jelaskan siapa yg berhak memasukkan data pasien ke dlm case record form, siapa yg berhak merubahnya, bgmn tatacara perubahannya.

• Jelaskan siapa yg berhak menandatangani, menyimpan, dan menggunakan data dgn tetap menjaga kerahasiaan identitas pasien

Page 44: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Pengolahan data dan penyajian hasil

– Cara mengolah data (manual, komputer)

– Cara penyajian data hasil olahan

• Analisis dan metode statistik

– Cara analisis data (terolah)

– Bentuk/metode uji statistik yg diterapkan

– Alasan pemilihan bentuk/metode uji statistik (mempertimbangkan jenis dan sifat data)

Page 45: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Jadual kegiatan dlm uji klinik OA

• Rencana pelaksanaan uji klinik OA dgn penjadwalan kegiatannya dpt dijabarkan dlm bentuk Bagan Kegiatan dan Waktu (Time Table Matrix)

• Kemukakan dlm bagan, dgn tanda/catatan ttt mengenai segala sesuatu yg dipandang memerlukan perhatian khusus

Page 46: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Pemantauan dan penghentian uji klinik OA

• Pemantauan – Siapa yg memantau – Tugas saat pemantauan – Kpn dilakukan pemantauan – Bgmn tindak lanjut hasil pemantauan

• Penghentian – Kriteria utk menghentikan uji klinik, baik atas penghentian

keikutsertaan perorangan (pasien) maupun uji klinik scr keseluruhan

– Pihak yg berwenang menghentikan uji klinik

Page 47: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Dana dan kontrak dgn sponsor

• Dana hrs cukup utk pelaksanaan uji klinik scr tuntas

• Kemukakan rincian anggaran scr rinci

• Kontrak dgn sponsor hrs jelas (besarnya dana, tahap pendanaan, asuransi subyek uji klinik, hak dan kewajiban)

Page 48: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Kelengkapan lampiran yg perlu

• Hasil uji praklinik • Informasi yg akan diberikan kpd calon subyek utk

memperoleh persetujuan sbg subyek uji klinik (krn persetujuan berdsrkan informasi yg dpt dipahami)

• Contoh formulir informed consent • Contoh surat perjanjian dgn sponsor • Formulir lap kejadian yg tdk diharapkan (adverse

events) • Formulir lap kematian • Formulir catatan data pasien (case record form)

Page 49: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Tim pelaksana

• Nama anggota tim pelaksana

• Kualifikasi

• Alamat (komunikasi cepat)

• Pengalaman kerja

• Pengalaman penelitian

• Peran dan tanggung jwb dlm uji klinik

Memiliki pengalaman kerja memadai yg selaras dgn tujuan uji klinik

Memahami kaedah CUKB (GCP) → tersertifikasi

Memiliki kemampuan utk bekerjasama

Bersedia mematuhi ketentuan yg terkait dgn pelaksanaan uji klinik khususnya pelaksanaan uji klinik OA

Mampu memanage suatu penelitian

Peneliti utama

Page 50: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

Laporan hasil uji klinik OA

• Kemukakan segala sesuatu yg dipandang perlu mengenai laporan yg akan dibuat

• Laporkan semua hal yg terjadi dan semua hasil yg diperoleh selama uji klinik berlangsung, sebelum, dan sesudah uji klinik

• Siapa yg berhak menerima laporan

• Siapa yg berhak utk memiliki lap

• Siapa yg berhak utk publikasi hasil uji klinik tsb

Page 51: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap
Page 52: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

52

• Industri farmasi sbg sponsor

• Industri farmasi meragukan kemampuan sumber daya yang ada di Indonesia dalam melakukan uji klinik obat. Ketidakpercayaan industri farmasi tersebut antara lain terlihat pada masih sedikitnya jumlah pengajuan persetujuan uji klinik yang diajukan ke BPOM selama periode 2000-2006.

• jumlah total pengajuan persetujuan uji klinik di Indonesia dalam satu tahun tidak ada yang lebih dari 41 uji klinik. Jauh lebih sedikit dibandingkan pengajuan persetujuan uji klinik di negara-negara Asia lain seperti Malaysia dan Singapura

Page 53: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

53

• Malaysia

• Jumlah uji klinik yang setiap tahun diajukan ke BPOM Malaysia untuk obat yang belum terdaftar di negara itu saja paling sedikit 36 (tahun 2000) dan tahun 2005 mencapai 70 uji klinik.

• Singapura

• rata-rata jumlah uji klinik yang diajukan ke BPOM setiap tahunnya lebih dari 100 uji klinik

• Taiwan

• rata-rata lebih dari 200 uji klinik yang dilakukan setiap tahun

• Cina

• pada awal Februari 2006 saja sudah ada lebih dari 250 uji klinik yang dilaksanakan, semuanya disponsori oleh industri farmasi internasional.

Page 54: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

54

• Jika Asia demikian menarik untuk melaksanakan uji klinik, lantas mengapa Indonesia sangat tertinggal dalam jumlah uji klinik?

• Padahal jumlah penduduk dan pasien di Indonesia merupakan potensi pasar obat yang besar

Page 55: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

55

• selama ini pihak sponsor masih menghadapi cukup banyak kesulitan untuk melakukan uji klinik berbasis Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB) atau Good Clinical Practice (GCP) di Indonesia. Survei yang dilakukan BPOM pada 10 sponsor menunjukkan bahwa pihak sponsor mengalami kesulitan untuk mencari peneliti yang kompeten, mengerti GCP dan punya cukup waktu

Page 56: JAMU OBAT HERBAL TERSTANDAR FITO FARMAKA a. · PDF file–Utk melihat pengaruh calon fitofarmaka thdp masing2 sistem biologis organ tubuh –Praklinik, in vivo dan in vitro –Tahap

56

• Tiga dari 10 sponsor, menurut survei tersebut: menghadapi masalah dalam pembuatan protokol uji klinik seperti desain, besar sampel dan obat pembanding sedangkan dua dari 10 sponsor mengaku bermasalah dalam pembuatan informed consent yang cocok dalam bahasa awam

• BPOM: untuk memacu perkembangan pelaksanaan uji

klinik obat yang lebih baik di Indonesia perlu dilakukan peningkatan kompetensi para dokter peneliti dalam metodologi uji klinik dan GCP. Dalam hal ini Departemen Kesehatan dan BPOM, juga harus membuat peraturan untuk memastikan bahwa uji klinik hanya boleh dilakukan oleh klinisi yang sudah bersertifikat GCP saja.