lapleng fito i & iii

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat asli Indonesia sudah sejak lama mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Demikian juga kecenderungan penggunaan obat tradisional dari tahun ke-tahun semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui dengan semakin banyaknya industri jamu di Indonesia, yang didukung oleh pemerintah dengan demikian memberikan kemudahan-kemudahan untuk tujuan meningkatkan pengembangan obat tradisional tersebut. Pengembangan obat tradisional di Indonesia dapat mengalami kemajuan ke arah pengobatan modern, yaitu dengan cara meningkatkannya menjadi obat golongan Fitoterapi tanpa menganggu eksistensi golongan obat tradisional atau jamu. Dalam hal ini peran Fitokimia sangat mendukung dalam memberikan kajian-kajian ilmiah mengenai kandungan kimia tumbuhan, yang meliputi isolasi zat berkhasiat kemudian mengidentifikasi zat berkasiat tersebut. Pengetahuan tersebut sangat penting

Upload: husnul-khatimah-arsyad

Post on 28-Sep-2015

247 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

laporan lengkap fitokima

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangObat asli Indonesia sudah sejak lama mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Demikian juga kecenderungan penggunaan obat tradisional dari tahun ke-tahun semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui dengan semakin banyaknya industri jamu di Indonesia, yang didukung oleh pemerintah dengan demikian memberikan kemudahan-kemudahan untuk tujuan meningkatkan pengembangan obat tradisional tersebut. Pengembangan obat tradisional di Indonesia dapat mengalami kemajuan ke arah pengobatan modern, yaitu dengan cara meningkatkannya menjadi obat golongan Fitoterapi tanpa menganggu eksistensi golongan obat tradisional atau jamu. Dalam hal ini peran Fitokimia sangat mendukung dalam memberikan kajian-kajian ilmiah mengenai kandungan kimia tumbuhan, yang meliputi isolasi zat berkhasiat kemudian mengidentifikasi zat berkasiat tersebut. Pengetahuan tersebut sangat penting agar dapat diambil langkah lebih lanjut guna pemanfaatan secara optimal yang menyangkut pengembangan bahan obat tersebut dalam bentuk sediaan-sediaan farmasi, sehingga hal ini akan menpermudah pemakaian, pengaturan dosis, dan pemantauan efek toksis yang mungkin ada. Disamping itu, kemungkinan lain adalah pengembangan lebih lanjut modifikasi struktur zat berkhasiat untuk mendapatkan efek terapi besar dan toksisitas yang kecil. Salah satu tananan obat yang ada di Indonesia yaitu Kacimpang adalah tanaman yang sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya Kabupaten Pangkep yang digunakan sebagai obat penyakit beri-beri. Kacimpang cukup dikenal sebagai obat tradisional dan diperkirakan penggunaannya semakin meningkat.Mengingat manfaat daun Kacimpang tersebut bagi tubuh, maka kami ingin mencoba mengidentifikasi kandungan senyawa pada sampel tanaman tersebut, dan dapat membandingkan hasil yang kami peroleh dengan kandungan senyawa yang sudah tertera pada literatur, sehingga dari pengetahuan kandungan senyawa kimianya ini dapat dilakukan langkah lebih lanjut guna pemanfaatan secara optimal yang menyangkut pengembangan bahan obat dari senyawa yang terkandung pada tanaman tersebut dalam bentuk sediaan-sediaan farmasi. Percobaan ini juga tidak lain bertujuan sebagai awal atau dasar pengetahuan praktikan tentang praktikum fitokimia dan juga dapat menjadi salah satu pilihan penelitian akhir guna menyelesaikan pendidikan strata satu farmasi.B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud PercobaanMengetahui dan memahami metode ekstraksi dan identifikasi komponen kimia yang terkandung pada suatu sampel dengan menggunakan metode tertentu.2. Tujuan Percobaana. Menentukan senyawa yang terkandung pada daun Kacimpang dengan metode maserasi, ekstraksi padat-cair, kromatografi lapis tipis, identifikasi komponen senyawa kimia, kromatografi cair vakum, kromatografi lapis tipis preparatif, kromatografi multi eluen, kromatografi dua dimensi, dan rekristalisasi.b. Menentukan kemampuan senyawa yang terkandung pada daun Kacimpang melalui uji antimikroba, uji sitotoksik Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), dan uji antimitosis terhadap sel telur bulu babi.C. Prinsip percobaan1. Prinsip Ekstraksia. MaserasiPenarikan komponen kimia yang terkandung pada suatu sampel, melalui perendaman menggunakan cairan penyari berdasarkan proses difusi, di mana cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel dan melarutkan komponen kimia yang terkandung berdasarkan perbedaan konsentrasi komponen kimia yang terlarut, di mana peristiwa tersebut berlangsung secara terus menerus hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara komponen kimia yang terlarut di luar dan di dalam sel.b. PerkolasiPenarikan komponen kimia dengan pengaliran cairan penyari melalui serbuk simplisia, di mana cairan penyari yang dialirkan dari atas kemudian turun ke bawah akan melarutkan zat-zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh dan dilakukan pergantian cairan penyari sampai cairan penyari tidak mampu lagi mengikat komponen kimia sampel. Gerakan kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya (gaya grafitasi) beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.

c. SoxhletPenyarian komponen zat aktif secara berkesinambungan di mana sampel dimasukkan ke dalam klonsong yang telah diisi sampel, di mana sampel tersebut telah dibasahi dengan cairan penyari kemudian cairan penyari dipanaskan dan menguap melewati pipa samping, terkondensasi turun kembali membasahi sampel di mana keadaan tersebut berlangsung secara terus-menerus sampai tercapai kejenuhan.d. RefluksPenyarian kompenen zat aktif secara berkesinambungan dengan bantuan peningkatan suhu di mana sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan dan mengalami kondensasi kembali lalu turun ke labu alas bulat demikian seterusnya sampai cairan penyari tidak mampu lagi melarutkan komponen kimia pada sampel dan dilakukan penggantian pelarut sebanyak 3 kali setiap 4 jam.e. Destilasi Uap AirBahan dicampur dengan air lalu dipanaskan hingga mendidih (destilasi dengan air). Uap yang timbul dikumpulkan dan dibiarkan mengembun dan minyak terpisah dari air. Minyak tersebut harus dihindarkan dari pemanasan yang berlebihan, maka uap dari generator yang terpisah dapat dibuat dengan melewati sampel tumbuhan, yang disuspensikan dalam air tetapi tidak dipanaskan (destilasi uap air) atau langsung melewati sampel tumbuhan yang diletakkan dalam jarak yang diatur antara pintu masuk uap dan kondensor (destilasi uap langsung). Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Untuk menyari simplisia dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan dikondensasi oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang menetes ke dalam corong pisah yang telah diisi air. Penyulingan dilakukan hingga sempurna.2. Prinsip RotavaporSuatu metode pemisahan komponen kimia (ekstrak) dari pelarutnya berdasarkan pada proses penguapan di mana terjadi perbedaan titik didih antara komponen kimia dan cairan penyari dengan tekanan yang diturunkan, karena adanya pengaruh dari pompa vakum menyebabkan cairan menguap pada suhu 5 10 oC dibawah titik didih pelarut yang digunakan, uap yang keluar terhisap masuk ke dalam kondensor kemudian terjadi kondensasi menjadi molekul-molekul cair pelarut murni dan menetes ke dalam labu penampung.3. Prinsip Partisi Cair-CairPenarikan komponen kimia dengan menggunakan campuran dua pelarut atau cairan penyari yang tidak saling bercampur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda di mana komponen kimia pada sampel akan terdistribusi dan melarut ke masing-masing pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya.4. Prinsip Partisi Padat-CairPenarikan komponen kimia pada suatu sampel dengan menggunakan dua pelarut yang pelarutannya dilakukan secara terpisah dimana komponen kimia akan terlarut dalam pelarut masing-masing dengan cepat dengan bantuan sentrifuge berdasarkan gaya sentrifugal.5. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT)Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), di mana komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda dan komponen kimia pada sampel akan terikat pada fase diam berdasarkan tingkat kepolarannya dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.6. Prinsip Penampakan Nodaa. UV 254 nmPada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energb. UV 366 nmPada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.c. Pereaksi Semprot H2SO4 10 %Mekanisme penampakan noda pada H2SO4 yaitu gugus yang terdapat pada noda dirusak oleh H2SO4 sehingga gugus OH dari asam sulfat (ausokrom) akan berikatan dengan ikatan rangkap senyawa yang telah terputus dengan bantuan pemanasan sehingga terjadi pergeseran panjang gelombang dari panjang gelombnag UV bergeser ke panjang gelombang sinar tampak, sehingga dapat dilihat dengan mata langsung, di mana senyawa yang mengandung gugus organik akan berwarna hitam sedangkan yang tidak mengandung gugus organik akan tampak warna-warni (visible). 7. Prinsip Uji Identifikasi Komponen Senyawa KimiaPenentuan komponen senyawa kimia ekstrak dengan penambahan pereaksi Dragendorf (alkaloid), AlCl3 5 % (flavonoid), FeCl3 5 % (fenol), Liebermann-Buchard (steroid dan triterpenoid), dan H2SO4 (senyawa organik).8. Prinsip Uji AntimikrobaPenentuan kemampuan ekstrak metanol, ekstrak heksan, dan ekstrak tidak larut heksan terhadap aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan beberapa bakteri yang diujikan.9.Prinsip Brine Shrimp Lethality Test (BST)Sebuah metode uji praskrining sederhana untuk mengetahui sifat toksisitas senyawa bioaktif tanaman pada dosis tinggi menggunakan nauplii (larva udang laut) yang diperoleh dari telur Artemia salina Leach dengan melihat hubungan antara konsentrasi larutan ekstrak dengan respon kematian larva Artemia salina. 10. Prinsip Kromatografi KolomPada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut atau fase gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau gaya gravitasi. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom. 11. Kromatografi Cair VakumPrinsip pemisahan komponen kimia berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa vakum. Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan dalam kolom isap, selanjutnya ditambahkan eluen, eluen yang mengalir turun yang disebabkan oleh isapan pompa vakum. 12. Prinsip RekristalisasiRekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.

BAB IIIMETODE PRAKTIKUMA. Alat dan Bahan 1. Alat yang DigunakanAdapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: aerator, beker gelas 5 ml, 10 ml, 100 ml (Pirex Iwaki), blender (Miyako), botol (ABC), corong kaca, corong plastik, corong pisah, eksikator (Lion Star), gelas erlenmeyer (Pirex Iwaki), gelas ukur 250 ml (Pirex Iwaki), kain putih, kipas angin (Cosmos), klem, kondensor bola (Schott Duran), labu alas datar (Pirex Iwaki), lampu belajar, lap halus, lap kasar, lumpang, neraca analitik (Precisa), oven (Memmert), pengayak, pipa kapiler, pipet tetes, saringan vakum, sendok tanduk, silika gel, spatel, statif, stoples (King Grup), tangas air (Memmert), dan vial.2. Bahan yang DigunakanAdapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Aluminium klorida 5 %, asam sulfat 10 %, aquadest, besi (III) klorida 5 %, bulu babi, butanol jenuh air, daun Kacimpang, dragendorf, garam tidak beriodium, larva udang, lempeng silika gel, metanol, n-hexan, Lieberman Buchard, dan tissue.

B. Cara Pengerjaan Sampel1. Daun Kacimpanga. Pengambilan SampelPanen dilakukan pada saat terjadi fotosintesis maksimal sekitar pukul 10 pagi 12 siang. Diambil daun yang sudah berubah menjadi daun tua yaitu daun ke-5 dari pucuk.b. Pengolahan Sampel1) Sampel dipisahkan dari tanah, kerikil, rumput-rumputan, bahan lain, tanaman yang rusak (dimakan ulat), dan bagian tanaman yang tidak digunakan.2) Sampel dicuci hingga bersih.3) Sampel dikeringkan tidak di bawah sinar matahari langsung (diangin-anginkan).4) Sampel yang telah kering diserbukkan.5) Disimpan dalam wadah kedap udara (stoples).c. Ekstraksi Sampel dengan Metode Maserasi1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Ditimbang sampel (daun Kacimpang) sebanyak 500 gram.3) Dimasukkan dalam bejana maserasi (stoples).4) Dibasahi sampel dengan 100 ml metanol.5) Dibiarkan selama 10 menit.6) Ditambahkan lagi cairan penyari hingga 2 cm diatas sampel sekitar 200 ml metanol.7) Diaduk hingga homogen lalu ditutup.8) Didiamkan selama 3 x 24 jam (tiap 24 jam diganti cairan penyari).9) Disaring lalu diambil filtratnya.d. Rotavapor1) Alat rotary evaporator dinyalakan.2) Filtrat dimasukkan ke dalam labu alas bulat dengan bantuan selang hisap.3) Diatur suhu dan kecepatan alat rotary evaporator.4) Dikontrol mesin rotavapor dengan pemberian air dan es batu agar mesin tidak terlalu panas dalam bekerja.5) Dilakukan secara berulang-ulang hingga filtrat habis.6) Hasil pelarut yang ada dalam labu penampung dimasukkan lagi ke dalam stoples yang berisi sampel.7) Filtrat yang telah dirotavapor kemudian ditampung dalam mangkuk yang telah ditimbang sebelumnya.8) Diangin-anginkan menggunakan kipas angin hingga terbentuk ekstrak kering.e. Partisi Padat-Cair1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Ditimbang ekstrak metanol sebanyak 1 gram pada neraca analitik.3) Ekstrak dimasukkan ke dalam lumpang, dilarutkan dengan n-heksan lalu digerus.4) Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge.5) Disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.6) Ditampung ekstrak yang larut dan tidak larut n-heksan dalam mangkuk kecil yang telah ditimbang sebelumnya.7) Dilakukan secara terus-menerus hingga larutan n-heksan dalam lumpang menjadi jernih.8) Dikeringkan kedua hasil ekstrak dengan cara diuapkan dan diangin-anginkan.f. Identifikasi KLT1) Lempeng silika gel dipotong lalu diaktifkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 30-60 detik.2) Lempeng silika gel dibagi menjadi 3 bagian (penotolan ekstrak metanol, heksan, dan tidak larut heksan).3) Chamber diisi eluen sesuai dengan perbandingan masing-masing ekstrak.4) Ekstrak dimasukkan ke dalam masing-masing vial lalu dilarutkan (ekstrak metanol dengan metanol, ekstrak heksan dengan heksan, dan ekstrak tidak larut heksan dengan metanol).5) Ekstrak ditotolkan pada lempeng dengan menggunakan pipa kapiler.6) Dielusi dalam chamber yang telah dijenuhkan.7) Lempeng diangkat apabila pengelusian telah mencapai batas atas lempeng.8) Diamati penampakan noda pada lempeng dengan menggunakan lampu UV 254 nm, UV 366 nm, dan pereaksi semprot H2SO4 10 %.g. Identifikasi Komponen Senyawa Kimia1) Lempeng KLT diaktifkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 30-60 detik.2) Ditotolkan ekstrak pada lempeng KLT yang telah dibagi menjadi 6 bagian.3) Dielusi dengan eluen yang diperoleh pada profil KLT.4) Lempeng dipotong menjadi 5 bagian lalu masing-masing ditambahkan pereaksi Dragendorf (jingga kuning (+) alkaloid), AlCl3 (fluoresensi kuning pada UV 366 nm (+) flavonoid), FeCl3 (hitam/biru (+) fenol), pereaksi LB (pada UV 366 nm hijau/biru (+) steroid dan merah/coklat (+) triterpenoid), H2SO4 (kuning, coklat, kehitaman (+) senyawa organik.h. Uji Antimikroba1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Ditimbang masing-masing 10 mg ekstrak metanol, heksan , dan tidak larut heksan pada neraca analitik.3) Dimasukkan masing-masing ekstrak ke dalam 3 botol coklat yang berbeda.4) Ditambahkan pelarut DMSO sebanyak 0,2 ml lalu dihomogenkan.5) Ditambahkan NA sebanyak 10 ml lalu dihomogenkan.6) Dituang ke dalam cawan petri yang telah diberi garis/tanda dan dibiarkan hingga memadat.7) Dimasukkan biakan bakteri kedalamnya dengan cara digoreskan pada bagian yang telah ditentukan8) Dilakukan secara aseptik lalu diinkubasikan selama 1 x 24 jam.9) Diamati pertumbuhan dan daerah penghambatan bakteri.i. Uji BST1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Dibuat air laut bebas protozoa dengan cara 37 gram garam tidak beriodium dilarutkan dengan aquadest sebanyak 1 liter lalu disaring.3) Ditimbang 30 mg masing-masing ekstrak metanol, heksan, dan tidak larut heksan.4) Sebanyak 60 vial bersih dan kering kemudian ditarer masing-masing 5 ml.5) Tiap ekstrak dikelompokkan menjadi 3 bagian (konsentrasi 1000 ppm, 100 ppm, dan 10 ppm) yang masing-masing terdiri dari 5 vial dan 5 vial lagi untuk kontrol air laut.6) Dimasukkan masing-masing ekstrak ke dalam vial yang telah ditentukan.7) Dimasukkan larva udang sebanyak 10 ekor ke dalam masing-masing vial lalu dicukupkan volumenya dengan air laut bebas protozoa.8) Dimasukkan pakan larva udang sebanyak 2 tetes pada masing-masing vial dan dibiarkan selama 1 x 24 jam di bawah cahaya lampu.9) Diamati lalu dihitung % kematian, nilai probit, dan nilai LC50-nya.j. Kromatografi Cair Vakum1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Dirangkai alat kromatografi cair vakum.3) Dimasukkan 20 gram silika ke dalam kolom hingga rata dan mampat.4) Ditimbang ekstrak sebanyak 3 gram lalu digerus dalam lumpang dan ditambahkan silika dan pelarut sedikit demi sedikit hingga homogen.5) Dimasukkan ke dalam kolom lalu diratakan dan dimampatkan.6) Dilapisi bagian atasnya dengan kertas saring lalu dimasukkan eluen dengan perbandingan yang telah ditentukan.7) Ditampung isolat dalam mangkuk kecil lalu diangin-anginkan.8) Ditotolkan masing-masing isolat pada lempeng lalu dielusi.9) Diamati penampakan nodanya pada UV 254 nm, UV 366 nm, dan pereaksi semprot H2SO4 10 %.k. KLT Preparatif1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Dibuat bubur silika dengan cara mencampurkan silika dengan aquadest (30 gram silika : 90 ml aquadest).3) Dituang dan diratakan bubur silika di atas lempeng kaca yang telah dibebaslemakkan.4) Didiamkan 1 x 24 jam lalu diaktifkan dalam oven pada suhu 114 oC selama 2 jam.5) Diambil ekstrak dari fraksi C hasil KCV lalu dilarutkan.6) Ekstrak ditotolkan pada lempeng kaca lalu dielusi dengan perbandingan eluen heksan : etil (2 : 1).7) Diamati penampakan nodanya pada UV 254 nm dan UV 366 nm.8) Ditentukan noda yang akan dikerok lalu dimasukkan ke dalam mangkuk.9) Dipisahkan senyawa dari silika gel.l. KLT Multi Eluen1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Diaktifkan lempeng dalam oven selama 5 menit.3) Dilarutkan isolat hasil KLT preparatif dengan pelarut yang sesuai hingga homogen.4) Lempeng ditotol lalu dielusi dengan masing-masing eluen dengan perbandingan heksan : etil (5 : 1), kloroform : heksan (2 : 1), dan etil : etanol (10 : 1).5) Diamati penampakan nodanya pada UV 254 nm, UV 366 nm, dan H2SO4 10 %. 6) Noda yang digunakan yaitu noda 3.m. KLT Dua Dimensi1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Ditotolkan isolat pada lempeng ukuran 10 x 10 cm.3) Dielusi menggunakan masing-masing eluen dengan perbandingan etil : metanol (3 :1) dan heksan : etil (1 : 5).4) Diamati penampakan nodanya pada UV 254 nm dan UV 366 nm.5) Lempeng diputar 90 derajat lalu dimasukkan lagi ke dalam chamber.6) Diamati penampakan nodanya pada UV 254 nm, UV 366 nm dan H2SO4 10 %.n. Uji Identifikasi1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Diaktifkan lempeng lalu ditotolkan isolat yang telah dilarutkan dengan etanol PA.3) Dielusi lalu dilihat penampakan nodanya pada UV 254 nm dan UV 366 nm.4) Lempeng dibagi menjadi 5 bagian lalu masing-masing ditambahkan pereaksi Dragendorf (jingga kuning (+) alkaloid), AlCl3 (fluoresensi kuning pada UV 366 nm (+) flavonoid), FeCl3 (hitam/biru (+) fenol), pereaksi LB (pada UV 366 nm hijau/biru (+) steroid dan merah/coklat (+) triterpenoid), H2SO4 (kuning, coklat, kehitaman (+) senyawa organik).o. Rekristalisasi1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2) Ditimbang hasil isolat lalu dilarutkan dengan etanol PA.3) Direkristalisasi menggunakan metode panas dengan cara diletakkan di atas hot plate.4) Dibiarkan hingga pelarutnya menguap hingga terbentuk kristal.5) Kristal yang terbentuk kemudian ditimbang.