lapleng bhayangkara.docx

80
BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Pemerintah melakukan upaya-upaya pelayanan terhadap masyarakat sebagai wujud dari penyelenggaraan kepentingan umum. Hal itu merupakan tugas pemerintah yang tercermin dalam alinea 4 pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kebutuhan kesehatan merupakan unsur yang harus terpenuhi karena merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara.Pemerintah melakukan banyak perubahan di bidang pelayanan kesehatan menjadi lebih komprehensif sehingga masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara optimal dapat lebih mudah untuk menjangkaunya. Farmasi Klinis merupakan praktek kefarmasian yang berorientasi kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk. Istilah farmasi klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, yaitu suatu disiplin ilmu farmasi

Upload: aenhiequrra-althafunnisa

Post on 21-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

derajat kesehatan yang optimal. Pemerintah melakukan upaya-upaya pelayanan

terhadap masyarakat sebagai wujud dari penyelenggaraan kepentingan umum. Hal

itu merupakan tugas pemerintah yang tercermin dalam alinea 4 pembukaan

Undang-undang Dasar 1945.

Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

Indonesia No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Kebutuhan kesehatan merupakan unsur yang harus

terpenuhi karena merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang

mempengaruhi kualitas sumber daya manusia dalam suatu kehidupan berbangsa

dan bernegara.Pemerintah melakukan banyak perubahan di bidang pelayanan

kesehatan menjadi lebih komprehensif sehingga masyarakat yang membutuhkan

pelayanan kesehatan secara optimal dapat lebih mudah untuk menjangkaunya.

Farmasi Klinis merupakan praktek kefarmasian yang berorientasi kepada

pasien lebih dari orientasi kepada produk. Istilah farmasi klinik mulai muncul

pada tahun 1960-an di Amerika, yaitu suatu disiplin ilmu farmasi yang

menekankan fungsi farmasis untuk memberikan asuhan kefarmasian

(pharmaceutical care) kepada pasien, bertujuan untuk meningkatkan outcome

pengobatan. 

Dapat juga didefinisikan sebagai suatu keahlian profesional dalam bidang

kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan, kerasionalan

dan ketepatan penggunaan terapi obat oleh penderita melalui penerapan

pengetahuan dan fungsi terspesialisasi dari apoteker dalam pelayanan penderita.

Farmasi klinik ini memerlukan pengumpulan data dan interpretasi data  penderita

serta keterlibatan penderita dan interaksi langsung antarprofesional. Sesuai dengan

karakteristik dan defenisi pelayanan farmasi klinik ada tiga komponen utama yang

Page 2: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

mendasari peranan klinik dalam pelayanan farmasi di rumah sakit yaitu

komunikasi, konseling dan konsultas.

Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan keuntungan

terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan

obat. Oleh karena itu misi farmasi klinik adalah meningkatkan dan memastikan

kerasionalan kemanfaatan dan keamanan terapi obat. Praktisi profesional

kesehatan lainpun berbagi fungsi dalam melaksanakan misi ini, namun hal ini

bukan merupakan satu-satunya perhatian intensif mereka.

Pelayanan farmasi klinik terdiri atas beberapa golongan sesuai

karakteristik pelayanan seperti di bawah ini:

1. Golongan pelayanan farmasi klinik yang merupakan program rumah

sakit menyeluruh. Pelayanan ini tidak terfokus pada penderita tertentu, tetapi

ditanamkan dalam program rumah sakit secara menyeluruh yang pada

pokoknya mempengaruhi hasil positif dari terapi obat. Pelayanan ini

ditekankan pada seleksi terapi obat, pemantauan terapi obat dan edukasi

tentang obat.

2. Golongan pelayanan farmasi klinik yang didasarkan pada komunikasi

langsung pada penderita. Dalam proses penggunaan obat, apoteker wajib

berinteraksi dengan dokter dan perawat yang menangani langsung penderita,

dan dengan penderita itu sendiri. 

3. Golongan pelayanan farmasi klinik formal dan terstruktur. Pelayanan ini

difokuskan pada kelompok penderita atau golongan obat, bertujuan untuk

peningkatan terapi dengan memberi edukasi bagi dokter penulis resep/order

atau penderita. 

4. Golongan pelayanan farmasi klinik subspesialistik. Pelayanan klinik dalam

kategori ini merupakan jenis yang paling terspesialisasi. Praktisi dalam bidang

ini sangat terlatih dalam suatu bidang tertentu. Persiapan untuk pengadaan

pelayanan ini memerlukan pengetahuan dan pengertian yang mendalam

tentang patofisiologi dan farmakoterapi dari status penyakit.

Page 3: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat

(drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu

kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan yang semula hanya berfokus

pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang

komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun

pelayanan kefarmasian di apotek saat ini masih belum optimal dikarenakan pada

setiap jam buka apotek lebih sering tidak dijumpainya apoteker, melainkan tenaga

teknis kefarmasian dan pemilik modal apotek (Febrianti, 2008). Segala aktivitas

apotek lebih dikendalikan oleh pemilik modal apotek, akibatnya profil dan

performa apotek tidak lebih dari tempat transaksi jual beli obat yang dikendalikan

sepenuhnya pemilik modal apotek yang sering tidak memiliki latar belakang

kefarmasian (Rubiyanto,2010). Apotek telah berubah menjadi semacam Toko

yang berisi semua golongan obat baik obat bebas, obat keras, psikotropika dan

narkotika dengan pelayanan yang tidak mengacu pada kaidah-kaidah profesi,

karena tidak dilakukan oleh Apoteker tapi oleh siapa saja yang ada di apotek

(Ahaditomo, 2002).

Terbitnya Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian membawa beberapa ketentuan baru yang menimbulkan empat

konsekuensi bagi apotek, meliputi pengembalian fungsi apotek sesuai peraturan,

peningkatan peran apoteker, penambahan beban biaya dan penambahan beban

kerja yang cendrung memberatkan apotek.

II. 2. TUJUAN PBL FARMAKOTERAPI

a. Untuk manambah wawasan dan pengalaman kerja didunia kesehatan

b. Untuk mengaplikasikan teori yang telah didapatkan dibangku kuliah

c. Sebagai proses pembelajaran sebelum terjun langsung kedunia kesehatan yang

sesungguhnya

Page 4: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 KONSEP PHARMACEUTICAL CARE

Pharmaceutical care adalah konsep dasar dalam pekerjaan kefarmasian

yang timbul pertengahan tahun 1970-an. Dia mengisyaratkan bahwa semua

praktisi kesehatan harus memberikan tanggung jawab atas dampak pemberian

obat pada pasien.Hal ini meliputi bermacam-macam pelayanan dan fungsi,

beberapa masih baru sebagian sudah lama.

Konsep pharmaceutical care juga termasuk komitmen emosional pada

kesejahteraan pasien sebagai individu, yang memerlukan dan patut mendapat

petunjuk /jasa, keterlibatan dan perlindungan dari seorang

apoteker.Pharmaceutical care dapat ditawarkan pada individual atau masyarakat.

Pharmaceutical care yang berbasiskan masyarakat menggunakan data

demografi dan epidemiologi untuk mengembangkan formula atau daftar obat,

memonitor kebijakan apotik, mengembangkan dan mengelola jaringan farmasi

(apotik) menyiapkan serta menganalisa laporan penggunaan obat, biaya obat,

peninjauan penggunaan obat dan mendidik provider tentang prosedur dan

kebijaksanaan obat.. Tanpa pharmaceutical care, tidak ada sistem yang mengelola

dan memonitor kesakitan karena obat secara efektif.Sakit karena obat bisa terjadi

berasal dari formularium atau daftar obat-obatan, atau sejak obat diresepkan,

diserahkan atau obat yang sudah tidak layak digunakan.Karena itu pasien butuh

pelayanan apoteker pada waktu menerima obat.Keberhasilan farmakoterapi

merupakan sesuatu yang spesifik untuk masing-masing pasien.Untuk pelayanan

pengobatan pasien secara individual, apoteker perlu mengembangkan pelayanan

bersama dengan pasien.

Pharmaceutical care tidak dalam isolasi pelayanan kesehatan lain. Dia

harus di dukung dalam kolaborasi dengan pasien, dokter , para medis dan tenaga

pemberi pelayanan lainnya.

Tahun 1998 Pharmaceutical care di adopsi oleh FIP dan merupakan penuntun

(guidance) bagi organisasi apoteker untuk mengimplementasikan pelayanan

Page 5: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

kefarmasian di negaranya tapi disesuaikan lagi menurut kebutuhan negara masing-

masing.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa tujuan akhir

dari Pharmaceutical Care adalah meningkatkan kualitas hidup pasien melalui

pencapaian hasil terapi yang diinginkan secara optimal. Hasil terapi yang

diinginkan dapat berupa :

a. sembuh dari penyakit

b. hilangnya gejala penyakit

c. diperlambatnya proses penyakit

d. pencegahan terhadap suatu penyakit.

Pasien yang mendapatkan obat mempunyai risiko untuk mengalami

kejadian yang tidak diinginkan baik yang potensial maupun secara nyata dapat

mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan, oleh sebab itu peran utama apoteker

dalamPharmaceutical Care adalah :

1. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (DRP =

Drug Related Problem) baik yang potensial maupun nyata.

2. Mengatasi DRP yang nyata

3. Mencegah DRP yang potensial

Adapun masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dapat

digolongkan sebagai berikut:1

1. Indikasi

1. Pasien mempunyai gangguan kesehatan yang memerlukan obat, tetapi

pasien tidak mendapatkan obat untuk indikasi tersebut.

2. Pemilihan obat tidak tepat

3. Dosis terlalu rendah

4. Dosis terlalu tinggi

5. Pasien tidak mendapatkan obat karena suatu sebab (psikososial,

ekonomi, human error)

6. Efek samping obat

7. Interaksi obat-obat , obat-makanan atau obat-uji laboratorium

8. Obat belum terbukti secara ilmiah efektif

Page 6: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

II. 2 PENYAKIT

A. Hematemesis Melena

1. Definisi

Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit

saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per

rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan

usus proksimal (Grace & Borley, 2007).

Hematemesis adalah muntah darah. Darah bisa dalam bentuk segar

(bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim

dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi.

Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran

nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran

pencernaan atas yang signifikan.Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan

hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan menunjukkan

perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus

(Davey, 2005).

Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat

berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis,

hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi).Tergantung pada lamanya kontak dengan

asam lambung, darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam.Biasanya

tercampur sisa makanan dan bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna

hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya terjadi akibat perdarahan

saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan biasanya disertai

hematemesis ( Purwadianto& Sampurna, 2000).

Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan

memerlukan perawatan segera di rumah sakit. 

Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami

muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna

hitam.Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran

cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering

dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.Pendarahan

Page 7: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus

peptikum. Delapan puluh enam persen dari angka kematian akibat pendarahan

SCBA di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

(FKUI)/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berasal dari pecahnya

varises esofagus akibat penyakit sirosis hati dan hepatoma Di Indonesia sebagian

besar (70-85%) hemetemesis disebabkan oleh pecahnya varises esofagus yang

terjadi pada pasien sirosis hati sehingga prognosisnya tergantung dari penyakit

yang mendasarinya. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan

fungsi hati penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.

2. Patofisiologi

Gejala perdarahan intestinal ini menunjukkan bahwa sumber perdarahan

terletak di bagian proksimal. Warna darah yang dimuntahkan tergantung pada

konsentrasi asam hidroklorida didalam lambung dan campurannya dengan darah.

Jika vomitus terjadi segera setelah terjadinya perdarahan, muntahan akan tampak

berwarna merah gelap, coklat, atau hitam. Bekuan darah yang mengendap pada

muntahan akan tampak seperti “ampas kopi” yang khas. Hematemesis biasanya

menunjukkan perdarahan disebelah proksimal ligamentum Treitz, karena darah

yang memasuki traktus gastrointestinal dibawah doudenum jarang masuk kedalam

lambung.

Meskipun perdarahan yang cukup untuk menimbulkan hematemesis

biasanya akan mengakibatkan melena, kurang dari separuh pasien melena

menderita hematemesis. Istilah Melena biasanya menggambarkan perdarahan dari

esofagus, lambung atau doudenum, tetapi lesi didalam jejunum, ileum dan bahkan

kolonascendens dapat menyebabkan melena asalkan waktu perjalanan melalui

traktus gastrointestinal cukup panjang. Kurang lebih 60mL darah cukup untuk

menimbulkan satu kali buang air besar dengan tinja yang berwarna hitam.

Kehilangan darah akut yang lebih besar dari jumlah ini dapat

menimbulkan melena lebih dari 7 hari. Setelah warna tinja kembali normal , hasil

tes untuk adanya darah samar dapat tetap positif selama lebih dari satu minggu.

Warna melena yang hitam terjadi akibat kontak darah dengan asam hidroklorida

sehingga terbentuk hematin. Tinja tersebut akan terbentuk seperti ter (lengket) dan

Page 8: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

menimbulkan bau yang khas. Konsistensi seperti ini berbeda dengan tinja yang

berwarna hitam atau gelap setelah seseorang mengkonsumsi zat besi, bismut atau

licorice.

Demikian pula tinja yang merah dapat terjadi akibat mengkonsumsi bit

atau setelah menyuntikan sulfobromoftalein intravena. Perdarahan

gastrointestinal, sekalipun hanya terdeteksi dengan tes yang positif untuk darah

samar, menunjukkan darah yang potensial serius dan harus diselidiki lebih lanjut.

3. Gejala

a. Muntah Darah (hematemesis)

b. Menegluarkan tinja yang kehitaman (melena)

c. Mengeluarkan darah rectum (hematoskezia)

d. Denyut nadi yang cepat, TD rendah

e. Akral teraba dingin dan basah

f. Nyeri perut

g. Nafsu makan menurun

h. Jika terjadi pendarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadi

anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan perut

4. Terapi dan Algoritma

a. Pengawasan dan pengobatan umum

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek

sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila

perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis 

selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila

perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk

mengikuti keadaan perdarahan.

Page 9: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan

mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,

karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis

(simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian

antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi

usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan

produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan

ensefalopati hepatik.

b. Pemasangan pipa naso-gastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan

lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan.

Pemberian air  pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal

sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan

demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan

berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna

jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan

endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

c. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus

akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga

menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises

dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos

sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan

pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.Karena

itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan

adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

d. Pemasangan balon SB Tube

Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat

pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita

Page 10: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna

pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang

dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.

Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini

dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya

varises esofagus.Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan

ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

e. Pemakaian bahan sklerotik

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %

sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan

dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak

memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali.Cara pengobatan ini

sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam

menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya

varises esofagus.

f. Tindakan operasi

Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan

dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi .

Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi

esofagus, pintasan porto-kaval.

Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari

membaik.

5. Monitoring

Page 11: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

B. Kanker Payudara

1. Definisi

Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel

yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan

jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis.Kanker terjadi karena timbul dan

berkembangbiaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya

(dekstrutif), dapat menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika

dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar

dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk semua

bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh.Sel-sel kanker yang tumbuh

cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Penjalarannya kejaringan lain disebut sebagai metastasis. Kanker mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda.Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh

tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara (Schwartz, S I. 2005).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang meyerang jaringan payudara,

jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu) saluran

kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara

merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada wanita,kanker

payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan

dan diferensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat

dikendalikan. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke

seluruh tubuh.

Untuk menentukan lokasi tumor, payudara dibagi menjadi 4 kwadran,

yaitukwadran lateral (pinggir) atas, lateral bawah, medial (tengah) atas, dan

medial bawah.Bagian terbesar kanker payudara terletak pada kwadran lateral atas

dengan perjalanannyake arah ketiak.

Gambar  Kwadran letak kanker payudara dan anatomi payudara:

Page 12: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Keterangan :

I Lateral atas (daerah paling banyak terserang kanker)

II Lateral bawah

III Medial atas

IV Medial bawah

2. Etiologi

Penyebab kanker payudara tidak diketahui, tetapi payudara merupakan alat

seks sekunder yang selalu menerima rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi,

pada saat hamil, dan laktasi (menyusui).Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan

hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas

(Manuaba, 2010).

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor

resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

a) Jenis Kelamin

Hanya 1% dari seluruh kejadian kanker payudara yang terdapat pada

laki-laki.

Page 13: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

b) Usia

Insidens menurut usia naik seiring bertambahnya usia. Kejadian kanker

payudara meningkat pada usia di atas 35 tahun.

c) Genetik

Dua tumor suppressor gene, BRCA1 dan BRCA2 berperan dalam risiko

munculnya kanker payudara pada wanita.Mutasi pada BRCA1 berhubungan

dengan risiko terjadinya kanker payudara mencapai 50%-85% pada

wanita.Laki-laki dengan mutasi BRCA1 tidak mengalami peningkatan risiko

kanker payudara, tetapi terjadi peningkatan risiko kanker prostat dan kanker

kolon. Wanita yang mengalami mutasi pada BRCA2 memiliki risiko yang

sama dengan mutasi BRCA1 untuk terjadinya kanker payudara.

d) Reproduksi dan Hormonal

Menarke yang cepat dan menopause yang lambat ternyata disertai

dengan peninggian risiko. Usia menarke yang lebih dini yakni di bawah 12

tahun meningkatkan resiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia

menopause yang lambat yaitu diatas usia 55 tahun meningkatkan resiko

sebanyak 2 kali lipat. Risiko terhadap karsinoma mammae lebih rendah

pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih muda. Laktasi

tidak mempengaruhi risiko. Kemungkinan risiko meninggi terhadap adanya

kanker payudara pada wanita yang menelan pil KB dapat disangkal

berdasarkan penelitian yang dilakukan selama puluhan tahun.

e) Diet.

Diet lemak hewani seperti makanan cepat saji dan makanan yang

digoreng meningkatkan resiko kanker payudara dua kali lipat.

f) Virus.

Pada air susu ibu ditemukan (partikel) virus yang sama dengan yang

terdapat pada air susu tikus yang menderita karsinoma mammae. Akan

tetapi, peranannya sebagai faktor penyabab pada manusia tidak dapat

dipastikan.

g) Sinar ionisasi,

Page 14: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Pada hewan coba terbukti adanya peranan sinar ionisasi sebagai faktor

penyebab kanker payudara.Dari hasil penelitian epidemiologi setelah

ledakan bom atom atau penelitian pada setelah pajanan sinar rontgen,

peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab pada manusia lebih jelas.

h) Riwayat pernah menderita kanker payudara atau ovarium

Riwayat pernah menderita kanker payudara kontralateral meningkatkan

resiko 3-9 kali lipat, sedangkan riwayat pernah menderita kanker ovarium

meningkatkan resiko 3-4 kali lipat (Schwartz, S I. 2005).

3.  Patofisiologi

Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi hormon

HGF dan onkogen Met, serta ekspresi berlebihan enzim PTK-6.

a) Transformasi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang

disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

b) Fase Inisiasi

Pada tahap inisiasi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang

memancing sel menjadi ganas.Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan

oleh suatu agen yang disebut karsinogen.

c) Fase promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah

menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh

oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.

d) Fase metastasis

Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada

kanker payudara.Beberapa diantaranya disertai dengan komplikasi lain (Anonim,

2012).

Page 15: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

4. Gejala

Tanda awal dari kanker payudara adalah ditemukannya benjolan yang

terasa berbeda pada payudara.Jika ditekan, benjolan ini tidak terasa nyeri.

Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi lama kelamaan membesar dan

akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara

atau puting susu. Berikut merupakan gejala kanker payudara, yaitu:

a) Benjolan pada payudara yang berubah bentuk atau ukuran.

b) Kulit payudara berubah warna (dari merah muda menjadi coklat

hingga seperti kulit jeruk).

c) Puting susu masuk ke dalam (retraksi). Bila tumor sudah besar, salah

satu puting susu tiba-tiba lepas atau hilang.

d) Bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang timbul.

e) Kulit payudara terasa seperti terbakar.

f) Payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, tanpa menyusui.

g) Adanya borok (ulkus). Ulkus akan semakin membesar dan mendalam

sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara.

h) Payudara sering berbau dan mudah berdarah (Sjamsuhidayat, R. 2010).

5. Klasifikasi

Ada 2 macam klasifikasi kanker payudara, yakni klasifikasi patologik dan

klasifikasi klinik.

a. Klasifikasi Patologik

1) Kanker puting payudara (Paget’s disease)

Paget’s disease adalah bentuk kanker yang dalam taraf permulaan

manifestasinya sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya merah

dan menebal.

2) Kanker duktus laktiferus: papillary, comedo, adeno carcinoma dengan banyak

fibrosis (scirrhus), medullary carcinoma dengan infiltrasi kelenjar.

3) Kanker dari lobulus.

Page 16: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Ini yang timbul sering sebagai carcinoma in situ denga lobulus yang membesar.

b. Klasifikasi Klinik

Kanker payudara, di samping klasifikasi patologik, juga mempunyai

klasifikasi klinik.Sebelum 1968, di klinik bedah sering dipakai klasifikasi

Steinthal.

a.    Steinthal I           : Kanker payudara sampai 2 cm besarnya dantidak

mempunyai anak sebar.

b.    Steinthal II          : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan

mempunyai anak sebar di kelenjar ketiak.

c.    Steinthal III         : Kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak

sebar di kelenjar ketiak, infra dan supraklavikular;

atau infiltrasi ke fasia pektolaris atau ke kulit; atau

kanker payudara yang apert (memecah ke kulit).

d.    Steinthal IV        : Kanker payudara dengan metastasis jauh,

misalnya ke tengkorak, atau tulang punggung, atau

paru-paru, atau hati dan panggul (Prawirohardjo,

2008).

6. Pencegahan

a. Pencegahan Primordial

Upaya ini dimaksudkan dengan memberi kondisi pada masyarakat

yangmemungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan,

gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan

tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja, misalnya menciptakan

prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang

kurang baik, dan mempromosikan program berolahraga secara teratur serta

melakukan salah satu bentuk promosi kesehatan yang ditujukan pada orang yang

sehat melalui upaya pola hidup sehat.

Page 17: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

b. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang yang

memilikiresiko untuk terkena kanker payudara melalui upaya menghindarkan diri

dariketerpaparan pada berbagai faktor resiko.

Beberapa cara yang dilakukan adalah :

1) Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau karena

banyak mengandung vitamin, seperti beta karoten, vitamin c, mineral,

klorofil, dan fitonutrien lainnya yang dapat melindungi tubuh dari kanker.

2) Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi. Telah banyak bukti

yang menunjukan adanya hubungan makanan tinggi lemak dengan

beberapa jenis kanker, dan yang terbanyak terjadi pada kanker payudara.

3) Konsumsilah makanan yang banyak mengandung serat. Serat akan

menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian

membawanya keluar dengan feses.

4) Makanlah produk kedelai seperti tahu dan tempe. Kedelai selain

mengandung flonoidyang berguna untuk mencegah kanker, juga

mengandung genestein yang berfungsisebagai estrogen nabati

(fitoestrogen). Estrogen nabati iini akan menempel padareseptor estrogen

sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangiestrogen

asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya

sel kanker.

5) Kurangi makan makanan yang diasinkan, dibakar, diasap atau diawetkan

dengan nitrit. Makanan tersebut dapat menghasilkan senyawa kimia yang

dapat berubah menjadi karsinogen aktif.

6) Hindari alkohol dan rokok.

7) Pengontrolan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga akan

mengurangi resikoterkena kanker payudara.Upayakan pola hidup yang

seimbang seperti menghindari gaya hidup yang seringmengkonsumsi

makanan tinggi lemak, makanan cepat saji dan usahakan olahraga teratur.

8) Hindari stress.

c. Pencegahan Sekunder

Page 18: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

a) Pencegahan sekunder

Berupa usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat kanker

payudara dengan mengidentifikasi kelompok populasi berisiko tinggiterhadap

kanker payudara, dan deteksi dini pada individu yang tanpa gejala. Deteksi

dinidapat dilakukan dengan :

1) Pemeriksaan Klinis Payudara

2) Mencari benjolan atau kelainan lainnya. Karena organ payudara

dipengaruhi olehfaktor hormonal antara lain estrogen dan progesteron,

maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh

hormonal ini seminimal mungkin atau setelah menstruasi ± 1 minggu dari

hari terakhir menstruasi.

3) Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka.

4) Posisi tegak (duduk).

5) Penderita duduk dengan tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksa

berdiri didepan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi.

b) Inspeksi (pandangan)

1) Membandingkan ukuran (simetris) atau antara payudara kanan dan kiri.

2) Ada atau tidak kelainan pada puting payudara (papilla mammae), letak

danbentuk, adakah penarikan (retraksi) puting susu, kelainan kulit, tanda-

tandaperadangan, kelainan warna (peau de’orange), dimpling

(lesung/lekukan), tukak(ulserasi), dan lain-lain.

c) Palpasi

Penderita dibaringkan dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata

diataslapangan dada, jika perlu bahu/punggung diganjal dengan bantal kecil pada

penderita yang payudaranya besar.

d) Pemeriksaan Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x

padapayudara dan tingkat adisinya dibuat sekecil mungkin sehingga tidak

menimbulkan efeksamping pada pasien, karena radiasi sinar x yang berebihan

malah akan memicu Pertumbuhan sel kanker. Kehebatan mammografi ialah

kemampuannya mendeteksitumor yang belum teraba sekalipun (radius 0,5 cm)

Page 19: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan

mammografi pada wanitaproduktif adalah hari 1-14 dari siklus haid (menstruasi)

atau dua minggu sebelum haidyang akan datang. Pada perempuan usia

nonproduktif dianjurkan untuk dilakukan kapan saja.

e) Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi merupakan alat bantu pemeriksaan yang menggunakan

gelombangsuara dan tidak menggunakan sinar rontgen. Pemeriksaan ini tidak

menimbulkan rasasakit pada pasien.

Ultrasonografi payudara ditujukan sebagai berikut :

1) Untuk memeriksa perempuan berusia dibawah 35 tahun, perempuan hamil,

danperempuan yang menyusui.

2) Untuk membedakan kista dengan tumor yang berisi jaringan padat.

3) Untukmembantu hasil mammografi agar memperoleh nilai akurasi yang

lebih tinggi.

f) Xerografi :

1) Suatu ”fotoelectric imaging system” berdasarkan pengetahuan xerografic.

2) Ketepatan diagnostik cukup tinggi 95,3% dimana dapat terjadi ” false

positive”± 5%.

g) Scintimammografi

Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radioisotop Tc

99msestamibi.Pemerisaan ini mempunyai sensifitas tinggi untuk menilai aktifitas

sel kankerpada payudara selain itu dapat pua mendeteksi lesi multipel dan

keterlibatan KGBregional.

d. Pencegahan Tertier

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif

menderitakanker payudara . Penanganan yang tepat penderita kanker payudara

sesuai denganstadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang

harapan hidup penderita.Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan

kualitas hidup penderitaserta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan

pengobatan.Setelah selesai pengobatan perlu dilakukan rehabilitasi seperti

Page 20: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

gerakan-gerakanuntuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan untuk

mengurangi pembengkakan.

7. Penanganan

Pola pengobatan kanker payudara tergantung pada stadium

tumor.Keberhasilan pengobatan kanker payudara bergantung pada

stadiumnya.Semakin dini ditemukansemakin mudah disembuhkan.

Terdapat 3 cara pengobatan yang sudah dibakukan yaitu:

a) Operasi

Tindakan pengobatan dapat diakukan dengan Operasi yang dilakukan

denganmengambil sebagian atau seluruh payudara.Cara pengobatan ini

bertujuan untukmembuang sel-sel kanker yang ada di dalam payudara.

Jenis-jenis operasi yang dilakukanuntuk mengobati kanker payudara adalah

sebagai berikut:

Lumpektomi

Lumpektomi merupakan operasi pengangkatan sebagian dari

payudara dimanapengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel

kanker, bukan seluruhpayudara.Operasi ini selalu diikuti dengan

pemberian radioterapi.Biasanyalumpektomi direkomendasikan pada pasien

yang besar tumornya kurang dari 2cm dan letaknya dipinggir payudara.

Mastektomi

Mastektomi merupakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat

seluruhPayudara beserta kankernya, kadang-kadang beserta otot dinding

dada.

Operasi Pengangkatan Kelenjar Getah Bening

Operasi ini biasanya dilakukan jika sudah ada penyebaran kanker

dari payudarake kelenjar getah bening di ketiak.

b) Radioterapi

Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan penyinaran

kedaerah yangterserang kanker, dengan tujuan untuk merusak sel-sel

Page 21: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

kanker.Pemilihan jenis radioterapiyang digunakan didasarkan pada lokasi kanker,

hasil diagnosis, dan stadium kanker.Radioterapi dapat dilakukan sesudah operasi

ataupun sebelum operasi.

c) Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pilcair, kapsul atau infus yang bertujuan membunuh sel kanker tidak hanya

pada payudaratapi juga seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien

mengalami mual dan muntahserta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan

yang diberikan pada saat kemoterapi.Efek samping ini dapat dikontrol dengan

pemberian obat.Kemoterapi biasanya diberikan1-2 minggu sesudah

operasi.Namun untuk tumor yang terlalu besar, sebaiknya dilakukankemoterapi

praoperasi.

d) Terapi Hormonal

Terapi hormonal adalah bila penyakit telah sistemik berupa metastasis

jauh.Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemotherapinya

karena efeklebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker

peka terhadap terapihormonal.Terapi hormonal merupakan terapi utama pada

stadium IV (Snells R.S., 2006).

C. PPOK

1. Definisi PPOK

Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease),

PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek

ekstrapulmonal yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan

penderita.Karakteristik penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di

saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel.Hambatan aliran udara

tersebut biasanya bersifat progressif dan berhubungan dengan respon

inflamasi pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya.

2. Epidemiologi

Di seluruh dunia, PPOK menduduki peringkat keenam sebagai penyebab

utama kematian pada tahun 1990.Hal ini diproyeksikan menjadi penyebab

utama keempat kematian di seluruh dunia pada 2030 karena peningkatan

Page 22: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

tingkat merokok dan perubahan demografis di banyak negara.PPOK adalah

penyebab utama kematian ketiga di Amerika Serikat dan beban ekonomi

PPOK di AS pada tahun 2007 adalah 426 juta dollar dalam biaya perawatan

kesehatan dan kehilangan produktivitas.4 Di Indonesia tidak ada data yang

akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke -

5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama.

SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis

kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab tersering

kematian di Indonesia.2

3. Faktor Resiko

Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Selain

itu, terdapat faktor-faktor resiko yang lain seperti riwayat terpajan polusi

udara di lingkungan dan tempat kerja, hiperaktivitas bronkus, riwayat infeksi

saluran nafas berulang, dan defisiensi antitripsin alfa-1. Di Indonesia

defisiensi antitripsin alfa-1 sangat jarang terjadi.

Dalam pencatatan perlu diperhatikan riwayat merokok.Termasuk perokok

aktif, perokok pasif, dan bekas perokok.Derajat berat merokok dengan Indeks

Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari

dikalikan lama merokok dalam tahun.Kategori ringan 0-200, sedang 200-600,

dan berat >600.

4. Patofisiologi dan patogensis

Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus,

metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi

akibat fibrosis.Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal

bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik

dibedakan tiga jenis emfisema:

- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke

perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan

merokok lama

Page 23: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

- Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata

dan terbanyak pada paru bagian bawah

- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas

distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat

pleura.

Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena

perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis,

metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan

napas.

5. Manifestasi klinik

Gejala dari PPOK adalah seperti susah bernafas, batuk kronis dan

terbentuknya sputum kronis, episode yang buruk atau eksaserbasi sering

muncul. Salah satu gejala yang paling umum dari PPOK adalah sesak napas

(dyspnea). Orang dengan PPOK umumnya menggambarkan ini sebagai:."Saya

merasa kehabisan napas," atau "Saya tidak bisa mendapatkan cukup udara ".

Orang dengan PPOK biasanya pertama sadar mengalami dyspnea pada

saat melakukan olahraga berat ketika tuntutan pada paru-paru yang

terbesar.Selama bertahun-tahun, dyspnea cenderung untuk bertambah parah

secara bertahap sehingga dapat terjadi pada aktivitas yang lebih ringan,

aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga.Pada tahap lanjutan dari

PPOK, dyspnea dapat menjadi begitu buruk yang terjadi selama istirahat dan

selalu muncul.

Orang dengan PPOK kadang-kadang mengalami gagal pernafasan.Ketika

ini terjadi, sianosis, perubahan warna kebiruan pada bibir yang disebabkan

oleh kekurangan oksigen dalam darah, bisa terjadi.Kelebihan karbon dioksida

dalam darah dapat menyebabkan sakit kepala, mengantuk atau kedutan

(asterixis).Salah satu komplikasi dari PPOK parah adalah cor pulmonale,

kejang pada jantung karena pekerjaan tambahan yang diperlukan oleh jantung

untuk memompa darah melalui paru-paru yang terkena dampak.4 Gejala cor

pulmonale adalah edema perifer, dilihat sebagai pembengkakan pada

pergelangan kaki, dan dyspnea.

Page 24: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Uji Faal Paru

Uji faal paru dengan menggunakan spirometri berguna untuk menegakkan

diagnosis, melihat perkembangan penyakit, dan menentukan

prognosa.Pemeriksaan ini penting untuk memperlihatkan secara obyektif

adanya obstruksi saluran nafas dalam berbagai tingkat. Spirometri harus

digunakan untuk mengukur volume maksimal udara yang dikeluarkan setelah

inspirasi maksimal, atau disebut Forced vital capacity (FVC). Spirometri juga

harus digunakan untuk mengukur volume udara yang dikeluarkan pada satu

detik pertama pada saat melakukan manuver di atas, atau disebut dengan

Forced Expiratory Volume in 1 second (FEV1). Rasio dari kedua pengukuran

ini juga harus dilakukan (FEV1/FVC). Penderita PPOK secara khas akan

menunjukkan penurunan dari FEV1 dan FVC. Adanya nilai FEV1/FVC <

70% disertai dengan hasil tes bronkodilator yang menghasilkan nilai FEV1 <

80% dari nilai prediksi mengkonfirmasi terjadinya pembatasan aliran udara

yang tidak sepenuhnya reversibel.FEV1 merupakan parameter yang paling

umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan

penyakit. FEV1 juga amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, etnis, dan

tinggi penderita, sehingga paling baik dinyatakan berdasarkan sebagai

persentase dari nilai prediksi normal

Uji faal paru juga dapat dilakukan dengan uji bronkodilator.Uji

bronkodilator juga menggunakan spirometri.Teknik pemeriksaan ini adalah

dengan memberikan bonkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, dan 15-20

menit kemudian dilihat perubahan nilai FEV1.Bila perubahan nilai FEV1

kurang dari 20% maka ini menunjukkan pembatasan aliran udara yang tidak

sepenuhnya reversibel.Uji ini dilakukan saat PPOK dalam keadaan stabil (di

luar eksaserbasi akut).

Dari hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator juga

dapat menentukan klasifikasi penyakit PPOK. Klasifikasi tersebut adalah

1. Stage I : Ringan

Page 25: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Pada stage I, hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator

menunjukan hasil rasio FEV1/FVC < 70% dan nilai FEV1 diperkirakan ≥

80% dari nilai prediksi.

2. Stage II : Sedang

Pada stage II, hasil rasio FEV1/FVC < 70% dengan perkiraan nilai FEV1

diantara 50-80% dari nilai prediksi.

3. Stage III : Berat

Pada stage III, dengan rasio FEV1/FVC < 70%, dan nilai menunjukkan

FEV1 diantara 30-50% dari nilai prediksi

4. Stage IV : Sangat Berat

Pada stage IV, rasio FEV1/FVC < 70%, nilai FEV1 diperkirakan kurang

dari 30% ataupun kurang dari 50% dengan kegagalan respirasi kronik.

6. Diagnosis

Diagnosis klinis untuk PPOK harus dicurigai jika pasien mengalami

kesulitan bernafas, batuk kronis atau terbentuknya sputum dan riwayat terkena

faktor resiko penyakit ini.Spirometri dibutuhkan untuk diagnosis klinis PPOK;

adanya postbronchodilator FEV1/FVC<0.70 mengindikasikan adanya

keterbatasan aliran udara dan PPOK.

7. Tatalaksana

Penghentian merokok mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi

riwayat dari PPOK.Kita sebagai dokter harus bisa membuat pasien untuk

berhenti merokok.

Konseling dengan dokter secara signifikan meningkatkan angka berhenti

merokok, konseling selama 3 menit dapat menghasilkan angka berhenti

merokok hingga 5-10%.Terapi penggantian nikotin (permen karet nikotin,

inhaler, patch transdermal, tablet sublingual atau lozenge) dan juga obat

dengan varenicline, bupropion atau nortriptyline dengan baik meningkatkan

penghentian merokok jangka panjang dan pengobatan ini lebih efektif

daripada placebo.

Mendorong kontrol tembakau secara komprehensif dari pemerintah dan

membuat program dengan pesan anti merokok yang jelas, konsisten dan

Page 26: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

berulang.Aktivitas fisik sangat berguna untuk penderita PPOK dan pasien

harus didorong untuk tetap aktif.

Melakukan pencegahan primer, dapat dilakukan dengan baik dengan

mengeleminasi atau menghilangkan eksposur pada tempat kerja.Pencegahan

sekunder dapat dilakukan dengan baik dengan deteksi dini.Kita menghindari

atau mengurangi polusi indoor berupa pembakaran bahan bakar biomass dan

pemanasan atau memasak diruangan yang ventilasinya buruk, sarankan pasien

untuk memperhatikan pengumuman publik tentang tingkat polusi

udara.Semua pasien PPOK mendapat keuntungan yang baik dari aktivitas fisik

dan disarankan untuk selalu aktif.

8. Terapi

Terapi Farmakologis untuk PPOK yang stabil

Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi

keparahan eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan.Setiap pengobatan

harus spesifik terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan dari

keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi

keparahan eksaserbasi, adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum.

Pemberian terapi farmakologis pada PPOK untuk terapi PPOK stabil perlu

disesuaikan dengan keparahan penyakitnya..

Bronkodilator adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK,

terapi inhalasi lebih dipilih dan bronkodilator diresepkan sebagai pencegahan/

mengurangi gejala yang akan timbul dari PPOK. Bronkodilator inhalasi kerja

lama lebih efektif dalam menangani gejala daripada bronkodilator kerja cepat.

Agonis β-2 kerja singkat baik yang dipakai secara reguler maupun saat

diperlukan (as needed) dapat memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun

pemakaian pada PPOK tidak dianjurkan apabila dengan dosis tinggi.Agonis β-

2 kerja lama, durasi kerja sekitar 12 jam atau lebih.Saat ini yang tersedia

adalah formoterol dan salmeterol.Obat ini dipakai sebagai ganti agonis β-2

kerja cepat apabila pemakaiannya memerlukan dosis tinggi atau dipakai dalam

jangka waktu lama. Efek obat ini dapat memperbaiki FEV1 dan volume paru,

mengurangi sesak napas, memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kejadia

Page 27: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat mempengaruhi mortaliti dan besar

penurunan faal paru. Agonis β-2 dengan durasi kerja 24 jam , preparat yang

ada adalah indacaterol.

Kortikosteroid inhalasi dipilih pada pasien PPOK dengan FEV1<60%,

pengobatan reguler dengan kortikosteroid inhalasi dapat mengurangi gejala,

meningkatkan fungsi paru dan kualtias hidup dan menurunkan frekuensi

eksaserbasi.Kortikosteroid inhalasi diasosiasikan dengan peningkatan

pneumonia.Penghentian tiba-tiba terapi dengan kortikosteroid inhalasi bisa

menyebabkan eksaserbasi di beberapa pasien.Terpai monoterm jangka

panjang dengan kortikosteroid inhalasi tidak direkomendasikan.

Kortikosteroid inhalasi dikombinasikan dengan beta2 agonist kerja lama

lebih efektif daripada salah satu antara kortikosteroid dan bronkodilator dalam

peningkatan fungsi paru dan mengurangi eksaserbasi pada pasien dengan

PPOK sedang sampai sangat berat.Pengobatan jangka panjang dengan

kortikosteroid oral tidak direkomendasikan.

Phosphodiesterase-4 inhibitors, pada GOLD 3 dan GOLD 4 pasien dengan

riwayat eksaserbasi dan bronkitis kronis, phosphodiesterase-4 inhibitor

roflumilast ini mengurangi eksaserbasi pada pasien yang di terapi dengan

kortikosteroid oral.

Page 28: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Algoritma terapi berdasarkan keparahan PPOK

Pengobatan Farmakologis yang lain

Vaksin Influenza bisa mengurangi penyakit serius dan kematian pada

PPOK, virus inaktif pada vaksin di rekomendasikan dan sebaiknya di berikan

sekali setahun.Vaksin pneumococcal polusaccharide direkomendasikan untuk

pasien diatas 65 tahun.Penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan kecuali

untuk pengobatan eksaserbasi infeksius dan infeksi bakteri lainnya.

Pengobatan lain

Pasien dari segala tingkat keparahan akan mendapatkan keuntungan dari

kegiatan rehabilitasi. Peningkatan kondisi pasien bisa dilihat setelah

melakukan program rehabilitasi pulmonari. Lama waktu minimum yang

efektif untuk rehabilitasi adalah 6 minggu, semakin lama program semakin

bagus buat pasien.

Terapi oksigen dibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat.Pada

PPOK derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang

disebabkan pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat berat yang terapi oksigen

Page 29: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

di rumah pada waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama pada

waktu tidur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter.

Terapi pembedahan pada PPOK memiliki beberapa

keuntungan.Keuntungan dari LVRS (Lung Ventilation Reduction Surgery)

dari pada terapi medis lainnya adalah lebih signifikan hasilnya pada pasien

dengan empidema pada lobus bawah dan pada pasien dengan kapasitas

aktifitas fisik rendah karena pengobatan.Pada beberapa pasien dengan PPOK

sangat parah, transplatasi paru menunjukkan peningkatan kualitas hidup yang

baik.

9. Manajemen Eksaserbasi

Eksaserbasi dari PPOK didefinisikan sebagai kejadian akut dengan

karakteristik perburukan gejala respirasi yang biasanya lebih parah dari gejala

normal dan biasanya akan merubah pengobatan.

Menilai keparahan eksaserbasi secara garis besar ada 3 yang perlu dinilai

yaitu pengukuran gas darah arterial, foto torak berguna untuk mengeleminasi

diagnosis lain, dan pada elektrokardiograpi bisa membantu diagnosis masalah

jantung pada eksaserbasi. Tes spirometrik tidak direkomendasikan selama

eksaserbasi karena sulit dilakukan dan pengukurannya bisa tidak akurat.

Manajemen eksaserbasi pada PPOK diberikan oksigen dengan target

saturasi 88-92%. Beta2-agonist kerja cepat dengan atau tanpa antikolinergik

kerja cepat lebih dipilih untuk pengobatan eksaserbasi.Kortikosteroid sistemik

dapat meningkatkan fungsi paru FEV1 dan menurunkan resiko kekambuhan

awal, kegagalan terapi dan lama dirumah sakit.Dosis sebesar 30-40 mg

prednisolone setiap hari selama 10-14 hari direkomendasikan. Pemberian

antibiotik harus diberikan kepada pasien dengan tiga gejala jantung:

peningkatan dyspnea, peningkatan volume sputum, peningkatan purulence

dari sputum, peningkatan purulence dari sputum dan gejala kardinal lain, dan

membutuhkan ventilasi mekanikal.

Terapi tambahan bergantung pada kondisi klinis dari pasien dan

keseimbangan cairan dengan perhatian spesial pada pelaksanaan diuretik,

Page 30: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

antikoagulan, pengobatan komorbiditas, dan aspek nutrisional harus

diperhatikan.

Page 31: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

BAB III

STUDI KASUS

III. 1 KASUS

I HEMATEMESIS MELENA

Seorang pasien bernama pak Muh Rizal Nur berumur 48 tahun. Psien

mengeluhkan muntah darah dialami sejak 1 hari muntahnya kurang lebih 3x

sehari berwarna hitam, riwayat penyakit pasien yang sama (+), dema (-), batuk (-),

sesak (-), nyeri perut (-), BAB berwarna hitam. Pasien memiliki rekanan darah

130/90. Untuk data yang diperoleh selanjutnya yaitu pasien muntah darah

berwarna hitam SMRS sebanyak kurang lebih 500 CC, menurut informasi bahwa

pasien pernah mengonnsumsi jamu dan ramuan SMRS, memiliki riwayat penyakit

maag dan tidak brerobat secara teratur

Subyek :

Nama : Muh. Rizal Nur

No Rem : 189173

Tgl masuk : 23/12/14-05/01/2015

Umur : 48 tahun

Riwayat pengobatan : Injeksi metronidazol, vit K+ adona, cefaoaxime, omz dan

transamin.

Obyek :

Tgl 32/12/2014

Normal Hasil

Creatinin L : 0,6-20 mg/dl

P : 0,5-1.2 mg/dl

SGOT 37°C P: 31 U/L

SGOT 37°C L: 37 U/L 66

SGPT 37°C L : 42 U/L 68

P : 32 U/L

ALBUMIN 3,8-4,0 mg/dl -

Page 32: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Tgl 24/12/2014

Normal Hasil

Random 100-140 mg/dl 136

Creatinin 1,3

SGOT 37°C P: 31 U/L

SGOT 37°C L: 37 U/L 73

SGPT 37°C L : 42 U/L 40

Ureum 22

ALBUMIN 3,8-4,0 mg/dl 1,5

Tgl 26/12/2014

Normal Hasil

Random 100-140 mg/dl 109

Creatini 1,4

SGOT 37°C P: 31 U/L -

L: 37 U/L -

SGPT 37°C L : 42 U/L -

Ureum 33

ALBUMIN 3,8-4,0 mg/dl 2,9

Assesment :

Berdasarkan keluhan, pasien mengidap penyakit Hematemesis Melena

Data

subjekti

f

Data objektif Ases

men

masal

ah :

Planning Implemetasi

tindakan

Evaluas

i

Osi

mengat

akan

- Ositam

pak

lemah

Munt

ah

- Observ

asi

TTV

- Mengobse

rvasi TTV

S: osi

mengat

akan

Page 33: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

muntah

darah

SMRS

- TTV

- TD

140/90

- N 90X

- S 36,5

- Anjurk

an

untuk

banyak

minum

air

hangat

- Kalabo

rasi

THI

- Menganju

rkan

banyak

minum air

hangat

- THI

diberikan

tidak

muntah

O:

objek

masih

tampak

lemah

A:

masalah

belum

teratasi

P:

lanjutka

n

intervan

si

Planning :

Adapun terapi yang dikonsumsi selama dirumah sakit yaitu :

Albumin infus

Propanolol

Lasix

Ranitidin

Penjelasan Terapi :

1. Albumin infuse digunakan karena albumin memilki efek pengikatan protein-

darah, dimana sebagian obat diikat secara reversibel pada protein plasma. Zat

yang bersifat asam terikat pada albumin yang jumlahnya jauh lebih besar (tjay

tan hoan. 2009: 28).

Jika dilihat dari kondisi pasien yang banyak mengeluarkan darah ketika

muntah dan buang air, maka albumin menekan agar darah tetap berada di

dalam tubuh sehingga pasien tidak kekurangan darah.

Page 34: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

2. Propanolol kenapa digunakan pada pasien ini sedangkan tekanan darahnya

tidak terlalu tinggi dan yang kita ketahui propanolol itu adalah terapi untuk

penderita hipertensi stage II sedangkan pada pasien tersebut belum sampai

pada hipertensi stage II. Pada ebook D’piro dikatakan bahwasanya terapi

untuk hipertensi yang baru awal pengobatan diberikan obat diuretic atau ACEI

(captopril) jadi seharusnya tidak diberikan dulu propanolol (ebook D’piro)

3. Lasix digunakan untuk terapi heprtensinya dimana lasix ini isinya adalah

furosemid dan termasuk obat diuretik jadi ini tidak jadi masalah (ebook

D’piro)

4. Ranitidine digunakan untuk melindungi mukosa lambung dari obat-obat yang

dapat mengiritasi lambung dan untuk tetap menetralkan cairan lambung di

dalam tubuh pasien apalagi pasien ini sudah terkena maag kronis. Ranitidine

memilki daya menghambat senyawa furan terhada sekresi asam, tidak

merintangi perombakan oksidatif dari obat-obat lain sehingga tidak

mengakibatkan interaksi yang tidak diinginkan (Tjay. 2009: 273)

5. Injeksi metronidazol digunakan sebagai antimikroba dengan aktivitas yang

sangat baik terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Mekanisme kerjanya

dengan cara berinteraksi dengan DNA menyebabkan perubahan struktur heliks

DNA dan putusnya rantai sehingga sintesa protein dihambat dan terjadilah

kematian sel (ISO Farmakoterapi. 2008. 756)

6. Vit k + adona berguna untuk mencegah atau mengatasi pendarahan akibat

defisiensi vitamin K. defisiensi vitamin K dapat terjadi akibat berkurangnya

bakteri yang mensitesis vitamin K darp neggunaan obat antibiotic dan obat

sulfonamide (Farmakologi dan Terapi. 2007. 789)

7. Cefotaxime merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ke-3 dimana

memiliki aktivitas terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan lebih luas

(OOP, 2010: 71)

Antibiotik paling menguntungkan untuk PPOK dan sebaiknya dimulai jika

dua dari tiga gejala berikut tampak: peningkatan dispnea, peningkatan vol.

sputum dan peningkatan sputum kandungan nanah (Sukandar, 2009: 475).

Page 35: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

8. Omeprazol digunakan sebagai obat maag, dimana mekanisme kerjanya dengan

cara menghambat pompa proton. Merupakan obat pilihan bagi senyawa

esofagitis erosive. Penghambat pompa proton merupakan pengobatan jangka

pendek yang efektif untuk tukak lambung dan duodenum (ISO Farmakoterapi.

2008: 417)

9. Transamin atau asam traneksamat digunakan sebagai penghambat bersaing

dari activator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin berperan

menghancurklan fibrinogen dan faktor pembekuan darah. Pemberian

transamin ini diberikan apabila terjadi fibrinolisis berlebihan. Asam traneks ini

memiliki kerja yang sama dengan asam aminokaproat namun aktifitasnya 10

kali lebah potent dengan efek samping yang lebih ringan (ISO Farmakoterapi.

2008: 818-819).

10. Air hangat

11. SGOT dan SGOPT dikatan bermasalah apabila peningkatannya 3 kali lipat

dari nilai normalnya

2. KANKER PAYUDARA

KASUS MAGANG KANKER

Nama : Ny Tina

Umur : 53 tahun

Jenis kelmin : perempuan

Tgl masuk pertama : 13/10/2014 – 16/10/2014 (operasi)

Tgl masuk kedua : 23/12/2014 – 24/12/2014 (pemeriksaan)

Tgl masuk ketiga : 05/01/2015 – 09/01/2015 (kemoterapi)

Ny tina berumur 53 tahun dengan BB 58 kg, TB 140 cm dating kerumah sakit

pada tgl 13/10/2014 dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri selama kurang lebih 1

Page 36: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

bulan SBMR, dan kadang merasakan lemas dan sesak pada dada sebelah kiri dan

dia merasakan ada benjolan kecil.pada tgl 14/10/2014 ibu ini melakukan

pemeriksaan photo torax dan USG abdomen dan hasilnya normal. Diagnosa

dokter ca mammae dengan ukuran benjolan 3x4 cm dan tindakan pertama yang

akan diberikan adalah operasi. Setelah operasi sekitar satu bulan ibu ini kembali

datang kerumah sakit pada tgl 23/12/2014 dengan keluhan nyeri pada dada

sebelah kirinya, setelah diperiksa ternyata ada sel-sel ganas yang telah menyebar

luas dan itulah yang membuat nyeri yang hebat yang dirasakan oleh ibu tina

ini.dan pada tgl 24/12/2014 ibu ini minta izin untuk pulang dan kembali pada tgl

05/01/2015

14/10/2014

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

Ureum 24 10-50 mg/dl

Creatini 1,0 L 0.6-2.0 mg/dl P 0,5-1,2 mg/dl

SGOT 27 L 37 P 31

SGPT 31 L 42 P 32

24/12/2014

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

Glukosa random 160 100-140 mg/dl

Ureum 24 10-50 mg/dl

creatinin 1.2 L 0.6-2.0 mg/dl P 0,5-1,2 mg/dl

SGOT L 37 P 31 U/L

SGPT L 42 P 32 U/L

Page 37: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Profil pengobatan

No Nama obat jumla

h

Tgl/bulan/ tahun

Oktober 2014 Des

14

Januari 2015

1 Rl 13 14 15 16 24 05 06 07 08 09

3 Infuse set √

4 Abocet 20 √

5 Ranitidine √

6 Spoit 3 cc 2 √

7 Santagesik √

8 Neurofyl √

9 Rl √

10 Spoit 3 cc 2 √

11 Santagesik √

12 Neurofyl √

13 Rl √

14 Cefipim √

15 Aquadets √

16 Abocet 18 √

17 Dispo 10 cc √

18 Dispo 5 cc √

19 Transfuse set √

19 Electrode 2 √

20 Abocet 18 √

21 Transfuse set √

22 Dispo 10 cc √

15 Dispo 5 cc 2 √

16 Dispo 3 cc 2 √

17 Handscoon 1 √

18 Ranitidine √

Page 38: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

19 Rl √

20 Nacl √

21 Ondansetron √

22 Dexa √

23 Ketorolac √

24 Ranitidine √

25 Midazolam √

26 Lidocain √

27 Dropofol √

28 Alprazolam √

29 Ranitidine √

30 Rl √

31 MP 21 √

32 Nacl √

33 Cefipim √

34 Tranexid √

35 Ketorolac √

36 Futrolit √

37 Rl √

38 Dispo 10 cc √

39 Dispo 5 cc √

40 Dispo 3 cc √

41 Rl √

42 Cefipim √

43 Tranexid √

44 Rl √

45 Cefipim √

46 Tranexid √

47 Ketorolac √

48 Aquadets √

Page 39: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

49 Cefixim 200

mg

2x2 √

60 As.

Mefenamat

3x1 √

61 Becom . c 1x1 √

62 Santotaxel √

63 Sandorob √

64 Rl 1 √

65 Nacl 3 √

66 Dexa 5% 1 √

67 Ondansetron 2 √

68 Ranitidine 2 √

69 Dexa 2 √

70 Abocet 22 √

71 Infus set √

72 Spoit 10 cc 3 √

73 Spoit 5 cc 2 √

74 Spoit 3 cc 3 √

75 Rl 2

76 Rl 1

77 Novalgin 1

78 Rl 2 √

79 Novalgin 2

80 Tramadol 2

81 neurobion 1

82 Rl 1

83 Rl 2 √

84 Rl 1

85 Ondansentron 2

86 Santagesik 2

Page 40: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

87 Neurobion 1

88 Rl 1 √

Ondansentron 2

Santagesik 2

89 Neurobion 1

90 Abocet 22 1

91 Infuse set 1

92 Ranitidine 2

93 Dexa m 2

94 Antasida 3x1

95 Rl 1 √

96 Ranitidine 1

97 Ondansetron 1

98 Dexa m 1

10

0

Levodestrim 9 2x1

10

1

As.mefenamat 9 3x1

10

2

Ondansetron 9 3x1

10

3

Neurobion 9 3x1

10

4

Neurodex 9 2x1

Tgl Subjektive Objektive Assesment Planning Implementasi

tindakan

23/1

2

Osi menyatakan

nyeri pada dada

sebelah kiri

Osi Nampak nyeri Pola napas

tidak efektif

- Memberi posisi

yang nyaman

- Menganjurkan

Osi menyatakan

sakit dada sebelah

kiri

Page 41: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

TD 110/80

osi napas dalam Osi tampak tidak

memakai O2

Masalah teratasi

Pertahankan

intervensi

Berdasarkan kasus yang dialami oleh Ny.T :

Kanker atau karsinoma (bahasa Yunani carsinos = kepiting) adalah

pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu

kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat

Page 42: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

dan jika terjadi benjolan atau pembengkakan disebut tumor atau neoplasma

(bahasa Latin neo = baru, plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi

jaringan disekitarnya dan memusnahkannya. Sel-sel ini dapat menyebar melalui

hematogen ke organ-organ yang umumnya berbentuk nodus atau tumor dan

menimbulkan destruksi jaringan atau gangguan fungsi organ yang

bersangkutan(Thackery, Ellen. 2001. The Gale Encyclopedia of Cancer, Volume

1: 145).

Pada dasarnya kanker merupakan penyakit sel yang ditandai oleh pergeseran

mekanisme kontrol yang menentukan proliferasi dan diferensiasi sel. Sel yang

mengalami transformasi neoplastik biasanya menunjukkan antigen permukaan sel

dari jenis fetal normal. Transformasi sel itu terjadi karena mutasi gen yang

mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, yaitu proto-onkogen dan atau

supresor gen (anti onkogen)(Thackery, Ellen. 2001. The Gale Encyclopedia of

Cancer, Volume 1: 145).. 

Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara.Kanker payudara

terjadi saat sel-sel payudara mulai tumbuh tanpa kontrol dan dapat menyerang

jaringan sekitarnya atau menyebar ke tubuh. Jaringan payudara pada manusia

terdiri dari connective tissue dan lemak. Pada payudara juga terdapat sistem

pembuluh yang digunakan selama proses menyusui. Jaringan payudara

mempunyai sumber darah yang melimpah dan jaringan limfatik yang

luas.Penyaluran limfatik dari jaringan mammary mengalir ke dalam axillary,

interpectoral, dan internal mammary limph nodes. Hal ini penting karena kanker

payudara pada umumnya menyebar melalui sistem limfatik dan penyebaran

penyakit biasanya seringkali ditemukan pada daerah nodus limfa pada saat

pelaksanaan diagnosis(Lindley,Celeste and Laura Boehnke Michau. Breast Cancer

in Pharmacotherapy, A Patophysiology Approach, 6th edition: 2340-2342).

Pertumbuhan kanker payudara terjadi ketika sel payudara kehilangan kontrol

diferensisi dan proliferasi normal.Proliferasi dari sel yang abnormal ini atau sel

tumor dipengaruhi oleh berbagai jenis hormone, oncogenes, dan faktor-faktor

pertumbuhan.Terdapat bukti kuat untuk menyatakan bahwa estrogen secara

langsung dan tidak langsung menstimulasi pertumbuhan sel tumor.Selanjutnya,

Page 43: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

banyak sekali faktor-faktor pertumbuhan yang juga memegang peranan penting

pada pertumbuhan tumor yang disekresi oleh sel kanker payudara itu sendiri. 

Kanker payudara merupakan penyakit dari ephitelium glandular(Lindley,Celeste

and Laura Boehnke Michau. Breast Cancer in Pharmacotherapy, A

Patophysiology Approach, 6th edition: 2340-2342).

Berdasarkan kasus pada pasien diatas, setelah Ny.T melakukan operasi

ternayata ada sel-sel ganas yang telah menyebar luas.Oleh karena itu Langkah

selanjutnya adalah kemoterapi, itu sangat penting untuk membunuh sel kanker

tersebut.Kemoterapi adalah pengobatan dengan obat anti-kanker yang dapat

diberikan secara intravena (disuntikkan ke pembuluh darah) atau melalui mulut.

Obat-obatan dimasukkan melalui aliran darah untuk mencapai sel-sel kanker pada

sebagian besar bagian tubuh(Lindley,Celeste and Laura Boehnke Michau. Breast

Cancer in Pharmacotherapy, A Patophysiology Approach, 6th edition: 2340-

2342).

Perawatan dengan menggunakan kemo diberikan secara bertahap dengan

masing-masing tahap perawatan diikuti oleh masa pemulihan. Pengobatan dengan

metode ini biasanya dapat berlangsung selama beberapa bulan(Lindley,Celeste

and Laura Boehnke Michau. Breast Cancer in Pharmacotherapy, A

Patophysiology Approach, 6th edition: 2340-2342).

Efek samping dari kemoterapi adalah mual-mual, ada beberapa pasien yg

mengalami muntah2 , rambut rontok, kurang selera makan.

Efek samping diatas juga dipengaruhi oleh ketahanan tubuh masing2 penderita.

Selama pasca kemo dan sesudahnya dapat di kombinasikan dengan pengobatan

herbal untuk mengurangi resiko efek samping dari kemo itu sendiri.

Alasan penggunaan obat :

Page 44: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

10. Ranitidin digunakan untuk melindungi mukosa lambung dari obat-obat yang

dapat mengiritasi lambung dan untuk tetap menetralkan cairan lambung di

dalam tubuh pasien apalagi pasien ini sudah terkena maag kronis. Ranitidine

memilki daya menghambat senyawa furan terhada sekresi asam, tidak

merintangi perombakan oksidatif dari obat-obat lain sehingga tidak

mengakibatkan interaksi yang tidak diinginkan (Tjay. 2009: 273)

11. Ondansetron digunakan sebagai antagonis-serotonin selektif (dari reseptor

5HT3) dengan bekerja antiemetis kuat dengan melawan refleks muntah dari

usu halus dan stimulasi CTZ, yang keduanya diakibatkan oleh serotonin (tjay.

2009: 285)OndansentronEfeknya dapat diperkuat dengan pemberian dosis

tunggal dexamethason (20 mg/infus) sebelum kemoterapi.Resorpsi dari usus

agak baik dan t1/2 nya 3-5 jam sebagian besar zat ini dimetabolit di hati dan

metabolitnya diekskresikan lewat  tinja dan kemih. Efek samping berupa nyeri

kepala, obstipasi, jarang sekali gangguan ekstrapiramidal dan reaksi

hipersensitivitas.

12. Deksametason digunakan untuk mendukung penggunaan obat ondansentron.

Dan memilki mekanisme kerja menekan adrenal relative kuat. Obat ini sering

digunakan sebagai zat diagnostic untuk menetukan hiperfungsi adrenal (tjay.

2009: 734). Dexamethasone digunakan sebagai anti inflamasi dengan

mencegah pelepasan zat-zat di dalam tubuh yang menyebabkan peradangan

13. Midazolam digunakan sebagai akibat timbulnya sedasi, anksiolyse dan

amnesia anterograde yang menguntungkan. Mulai kerjanya cepat, yaitu dalam

30 menit dan bertahan sampai 5-7 jam (tjay. 2009: 395)

14. Lidokain digunakan untuk anastesi permukaan maupun infiltrasi, khasiatnya

lebih kuat dan lebih cepat kerjanya, juga bertahan lebih lama (plasma-t ½ 1,5-

2 jam, lama kerjanya 60-90 menit). Lidokain digunakan setelah infark jantung

sebagai obat pencegah aritmia ventricular dan pada bedah jantung (tjay. 2009:

411-412)

15. Novalgin (mateamizol, antalgin) digunakan sebagai derivate yang berkhasiat

sebagai alagetik, antipiretik dan antiradang (tjay. 2009: 315)

Page 45: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

16. Asam mefenamat digunakan sebagai derivate antranilat dengan khasiat

analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang cukup baik. Obat ini lebih sering

digunakan sebgai obat nyeri dan rema. Dengan dosis 500 mg, lalu 3-4 dd 250

mg p.c (tjay. 2009: 318)

17. Becom-C digunakan sebagai supplement vitamin B kompleks (tjay. 2009:

847)

18. Antasida digunakan untuk mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam

lambung. Efeknya adalah peningkatan pH yang mengakibatkan berkurangnya

kerja proteolitis dari pepsin. Obat ini mengurangu rasa nyeri di lambung (tjay.

2009: 267).

19. Neurobion digunakan sebagai obat penambah darah

20. Cefixim berguna sebagai antibiotik berspektrum luas

21. Ketorolac selain digunakan sebagai anti inflamasi juga memiliki efek

anelgesik yang digunakan sebagai pengganti morfin pada keadaan pasca

operasi ringan dan sedang

22. Santagesik digunakan sebagai analgesik

23. Tramadol digunakan sebagai analgesik

24. Futrolit digunakan sebagai perbaikan kebutuhan karbohidrat, cairan &

elektrolit pada tahap pre, intra & pasca operasi, dehidrasi isotonik &

kehilangan cairan extracellular

25. Neurodex digunakan untuk mengatasi Neurotropik (pegal, lelah), serta

mengatasi efek dari obat yang mengganggu penyerapan dan kekurangan vit

B12 B1 B6

26. Alprazolam. Beberapa efek dari Alprazolam adalah anti cemas, hipnotik

(membuat ngantuk), pelemas otot rangka, anti kejang, dan memiliki efek

amnestik (kemampuan membuat orang lupa terhadap sesuatu). Alprazolam

seringkali digunakan untuk mengobati gangguan panik, gangguan cemas

seperti gangguan cemas menyeluruh / generalized anxiety disorder (GAD)

atau gangguan cemas sosial / social anxiety disorder (SAD)

27. Tranexid digunakan sebagai Fibrinolisis pada menoragia, epistaksis, traumatic

hyphaemia, neoplasma tertentu, komplikasi pada persalinan (obstetric

Page 46: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

complications) dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi kandung

kemih, prostatektomi atau konisasi serviks

28. Neurofyl digunakan untuk neuritis (radang saraf), neuralgia (nyeri saraf),

hiperemesis gravidarum (muntah-muntah selama 3 bulan pertama kehamilan),

kelainan sirkulasi, sindroma bahu-lengan, palsi fasial (hilangnya daya gerak

wajah), herpes zoster, neuritis optis (radang saraf mata), muntah-muntah saat

hamil

29. Propofol merupakan obat sedative-hipnotik yang digunakan dalam induksi dan

pemeliharaan anestesi maupun sedasi. Injeksi secara intravena pada dosis

terapetik memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam waktu 40

detik dari awal pemberian injeksi

3. KASUS PPOK

Nama : Tn. D

No Rem : 206883

Tgl masuk : 6/2/15-8/2/2015

Umur : 64 tahun

Seorang pasien bernama Tn. D berumur 64 tahun.Pasien mengeluhkan sesak

nafas dialami sejak ± 7 bulan lalu dan memberat beberapa hari terakhir.Batuk

(+), lendir (+), darah (-), suara tekak (+), nyeri ulu hati (+), nyeri dada (-),

mual (-), demam (-) nyeri menekan (-) dan perokok berat (+). TD 140/100, N

80. Di diagnose dyspnea PPOK

Untuk data lab yang diperoleh:

Tgl 7/2/2015

Normal Hasil

Page 47: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Creatinin L : 0,6-20

mg/dl

1,0

Ureum 23

SGOT

37°C

P: 31 U/L

SGOT

37°C

L: 37 U/L 37

SGPT

37°C

L : 42 U/L 46

P : 32 U/L

ALBUMIN 3,8-4,0 mg/dl -

TGL 8/2/015

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

BTA I Negatif Negatif

BTA II Negatif Negatif

BTA III Negatif Negatif

Profil obat yang digunakan :

06/2/015

Infus RL, Injeksi ranitidine, injeksi dexamethasone, injeksi nebulizer ventolin,

vital. (pada pukul 10.00 wita)

Ranitidine, cefotaxime (pada pukul 16.00 wita)

07/2/015

Page 48: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Cefotoxime, ranitidine (pukul 06.00 wita) TD 130/100

Cefotoxime, ranitidine (pukul 18.00 wita)

Catatan pkl 22.00 pasien sesak nafas 02 dinaikkan, + nebulizer ventolin

08/2/015

Cefotoxime, ranitidine (pukul 06.00 wita)

Data

subjektif

Data objektif Asesme

n

masalah

:

Planning Implemetasi

tindakan

Evaluasi

Pasien

mengata

kan

sesak

dan

batuk

berlendi

r

Pasien tampak

sesak, batuk

produktif dan

tampak

gelisah.

Merasa

nafas

terasa

susah

- Auskultasi

suara nafas

- Kanji

tanda-

tanda vital

- Lakukan

fisioterapi

dada,

berikan O2

dan

menganjur

kan pasien

untuk

batuk

efektif

- Auskultasi

suara nafas

- Kanji tanda-

tanda vital

- Lakukan

fisioterapi

dada, berikan

O2 dan

menganjurkan

pasien untuk

batuk efektif

S: pasien

mengataka

n sesak

O: pasien

Nampak

sesak,

batuk

produktif

A: masalah

belum

teratasi

P:

lanjutkan

intervansi

1,2,3,4,5

Penyelesaian

1. Defenisi

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) adalah suatu penyakit yang

ditandai oleh perlambatan aliran udara yang bersifat irreversible dan

Page 49: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

reversible sebagian. Keterbatasan aliran udara bersifat progresif

disebabkan oleh respon inflamasi paru terhadap partikel gas seperti polusi

udara, asap rokok dll dalam kurun waktu yang lama dengan gejala sesak

napas/ dyspnea, batuk dan produksi sputum (Gold, 2007).

Menurut “ The National Heart, Lung and Blood Institute dan WHO

PPOK yaitu penyakit yang ditandai oleh keterbatasan jalan udara yang

progresif yang tidak sepenuhnya dapat pulih kembali. Keterbatasan jalan

udara biasanya dapat progresif dan terisosiasi dengan respon inflamasi

abnormal paru-paru terhadap partikel asing atau gas. Kondisi paling umum

yang menyebabkan PPOK yaitu bronchitis kronik dan emfisema

(Sukandar, dkk. 2009: 469)

2. Patofisiologi

- paparan terhadap asap rokok di lingkungan

- polusi udara juga merupakan faktor pemicu PPOK, mortalitas

akibat PPOK sangat meningkat pada saat timbulnya polusi udara

berat (Obat-Obat Penting, 2010: 642)

- proses patofisiologik lainnya termasuk stress oksidatif dan ketidak

seimbangan antara sistem pertahanan agresif dan protektif di paru-

paru

- peningkatan oksidator dari asap rokok akan bereaksi dengan

protein dan lipid sehingga dpat menyebabkan kerusakan sel dan

jaringan. Selain itu oksidator juga dapat memudahkan terjadinya

inflamasi secara langsung dan dapat memperparah

ketidakseimbangan antara pertahanan agresif dan protektif.

- Suatu eksudat inflamasi sering ditemui pada jalan udara yang

menyebabkan suatu peningkatan jumlah dan ukuran sel goblet dan

kelenjar mucus. Sekresi mucus meningkat dan motilitas siliar

mengalami kerusakan (Sukandar, 2009: 469)

3. Manifestasi klinik

- batuk kronik dengan produksi sputum

- dada sempit

Page 50: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

- peningkatan kebutuhan bronkodilator

- tidak enak badan

- lelah

Dari kasus diatas pemeriksaan pada tanggal 7 Februari 2015

menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami kerusakan ginjal dan hati

karena nilai yang dihasilkan setelah pemeriksaan menunjukkan nilai

normal.Sedangkan pada tanggal 8 Februari 2015 diperiksa BTA I- III dan

hasilnya pun negatif ini menandakan bahwa pasien negatif TBC.

Untuk terapi yang diberikan yaitu

- Infus RL

Diberikan infuse RL (Ringer Laktat) untuk memenuhi kebutuhan

elektrolit atau caira tubuh secara fisiologi.

- Inj. ranitidine

Ranitidine merupakan antagonist reseptor H2 yang meghambat

kerja histamine secara kompetetif dan mengurangi sekresi asam

lambung.

Pada pemberian i.m/i.v kadar dalam serum yang diperlukan untuk

menghambat 50 % perangsangan sekresi asam lambung adalah 36-

94 mg/ ml. Kadar tsb bertahan 6-8 jam.

Ranitidine diindikasikan untuk pasien rawat inap di RS dengan

keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi.

- Inj. Dexamethasone

Dexamtehasone merupakan obat golongan kortikosteroid dimana

dexamethasone ini digunakan untuk inflamasi, mekanisme

antiinflamasi dari dexamethasone yaitu memberikan efek untuk

penurunan permeabilitas mucus, inhibisi pelepasan enzim

proteolitik dari leukosit dan inhibisi PG.

Hasil pengujian klinis menyarankan kepada pasien dengan PPOK yang

memburuk secara akut untuk menerima Kortikosteroid oral atau i.v dalam

jangka pendek (9-14 hari) (Sukandar, 2009: 473-474)

Dosis untuk dexametasone 0,5 mg setiap hari (OOP, 2010: 655)

Page 51: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

- Nebulizer Ventolin

isi dari obat ini yaitu salbutamol yang memiliki daya

bronchodilator baik, slabutamol juga sangat efektif untuk

mencegah maupun meniadakan asma (OOP, 2010: 650)

Dosis untuk salbutamol: 3-4 dd 2-4 mg, inhalasi 3-4 dd 2 semprot

dari 100 mcg, pada serangan akut 2 puff yang dapat diulang

sesudah 15 menit. Pada serangan hebat i.m atau subcutan 250-500

mcg yang dapat diulang sesudah 4 jam (OOP. 2010: 651).

- Cefotaxime

Cefotaxime merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi

ke-3 dimana memiliki aktivitas terhadap kuman gram negatif lebih

kuat dan lebih luas (OOP, 2010: 71)

Antibiotik paling menguntungkan untuk PPOK dan sebaiknya

dimulai jika dua dari tiga gejala berikut tampak: peningkatan

dispnea, peningkatan vol. sputum dan peningkatan sputum

kandungan nanah (Sukandar, 2009: 475).

Dosis untuk Cefotaxime i.m dosis tunggal 1 gr (OOP. 2010: 74)

1-2 gr melalui pembuluh darah (intra vascular), lakukan setiap 8-12

jam.Dosis maksimum: 12 gr/hari.

DAFTAR PUSTAKA

Albar, Z.A., dkk. 2004. Protokol PERABOI 2003. SMF Ilmu Bedah UNPAD,

Bandung.

Davey, Patrick (2005). At a Glance Medicine.Jakarta: Erlangga.

Page 52: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media.

Aesculapius. 

Mubin (2006).Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: EGC.

Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan Edisi 4.Jakarta : EGC

Schwartz, S I. 2005.Principle of Surgery. The Mac Grow Hill Company, United

States of America.

Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi

6.Jakarta : EGC

Snells R.S., 2006. Anatomi Klinik, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Edisi 3,

EGC, Jakarta.

Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.

Binarupa Aksara, Jakarta.

Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna R.S

Kanker Dharmais.2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini, edisi

1, Pustaka Obor, Jakarta.

Sukandar, Elyn. dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: ISFI penerbitan

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-Obat Penting. Jakarta: Media

Elex Komputindo.

GOLD Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention.

[diakses 4 November 2011]. Di unduh dari URL:

http://www.goldcopd.com/Guidelineitem .asp?l1=2&l2=1&intId=989

Page 53: LAPLENG BHAYANGKARA.docx

Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2003. hal 1-56

Mathers CD, Loncar D (November 2006). "Projections of Global Mortality and

Burden of Disease from 2002 to 2030". PLoS Med. 3 (11):

e442:10.1371/journal.pmed.0030442

Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book"

(PDF).Retrieved 2008-06-06.

Mahler DA (2006). "Mechanisms and measurement of dyspnea in chronic

obstructive pulmonary disease". Proceedings of the American Thoracic Society 3

(3): 234–8.doi:10.1513/pats.200509-103SF. PMID 16636091

Buist Sonia, et. All.Global Stategy for the Diagnosis, Management, and

Prevention of COPD.In : NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop

Summary : 2006

Hanley ME. Chapter 2.The History & Physical Examination in Pulmonary

Medicine. In: Hanley ME, Welsh CH, eds. CURRENT Diagnosis & Treatment in

Pulmonary Medicine. New York: McGraw-Hill; 2003.

http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=575132

Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book"

(PDF).Retrieved 2008-06-06.

Tashkin D P, Cooper C B, The Role of Long-Acting Broncodilators in the

Management of COPD: Chest 2004, Pp 249-259.

Singh J M et al, Corticosteroid Therapy for Patients With Acute Exacerbations of

COPD, Review Article, Arch Intern Med/vol 162: Dec 2002, Pp 2527-2536.

Page 54: LAPLENG BHAYANGKARA.docx