final bab 1. pendahluanoke

75
RTRW Kabupaten Tangerang 1-1 Laporan Akhir Tahun 1950); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3272); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

Upload: fahmi-n-s

Post on 05-Feb-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-1

Laporan Akhir

PENDAHULUAN

1.1 DASAR HUKUM

Dasar hukum untuk penyusunan rencana tata ruang ini, meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah

Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Himpunan Peraturan Negara

Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3272);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3469);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3478);

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010 - 2030

Page 2: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-2

Laporan Akhir

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran

Negara Tahun 1992 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470);

8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3647);

9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun1996 tentang Pangan (Lembaran Negara tahun

1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

10. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3888);

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4010);

12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara

No. 134, Tambahan Lembaran Negara No.3477);

13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4389);

14. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4433);

15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonsia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Nomor

132 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 444.);

Page 3: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-3

Laporan Akhir

18. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

19. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

20. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan

Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4690);

21. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4849);

22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tentang Penerbangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4956);

24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4966);

25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83. Tambahan Lembaran

Negara Tepublik Indonesia Nomor 5014);

26. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5059;

27. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1995 tentang Pemindahan Ibukota

Kabupaten Dati II Tangerang Dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang Ke

Kecamatan Tigaraksa Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang,

(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 27,Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3597)

Page 4: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-4

Laporan Akhir

28. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan

Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3658);

29. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan

Kewajiban, Serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang

(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3660);

30. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta Tata Ruang

(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran negara Nomor

3934);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah

(Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 45 Tambahan lembaran Negara Nomor

4385);

32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86);

33. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4737);

34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 82);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4833);

36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang

Konservasi Sumber Daya Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 134. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4779);

37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman

Pengelolaan Kawasan Pusat kegiatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);

38. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol sebagaimana

diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Page 5: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-5

Laporan Akhir

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang

Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019);

39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009 Tentang

Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);

40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

41. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur;

42. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Perencanaan Kawasan Pusat kegiatan;

43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi

Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

44. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman

Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya;

45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

46. Peraturan Daerah Propinsi Banten Nomor..... Tahun 2010 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Propinsi Banten,...............

47. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 1999 tentang

Penyediaan Lahan untuk Tempat Pemakaman Umum oleh Pengembang

Perumahan, (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Tahun

1999 Nomor 1 Seri E);

48. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Penyelenggaraan Reklamasi untuk Kawasan Pengembangan Perkotaan Baru

(KPPB), (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 08, Tambahan Lembaran Daerah

Tahun 2006 Nomor 0806);

49. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pos dan

Telekomunikasi, (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 08. Tambahan Lembaran

Daerah Tahun 2008 Nomor 0808);

Page 6: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-6

Laporan Akhir

1.2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANGERANG

1.2.1 Letak Geografis

Kabupaten Tangerang terletak di bagian

Timur Provinsi Banten pada koordinat

106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’-

6°21’ Lintang Selatan. Kabupaten

Tangerang termasuk salah satu daerah yang

menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten.

Terletak pada posisi geografis cukup

strategis dengan batas-batas.

Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa (dengan garis pantai ± 51 Km1),

Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan DKI

Jakarta

Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) dan

Lebak

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia

(DKI Jakarta) sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya

dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi

jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.

Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu

potensi Kabupaten Tangerang untuk berkembang menjadi daerah penyangga Ibukota

Jakarta. Secara geografis menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten

dengan Provinsi DKI Jakarta. Kedekatan dengan Ibukota dan sebagai pintu gerbang

antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi yang menumbuhkan

fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan

pada suatu wilayah. Sebagai bentuk efek pertumbuhan wilayah, trickling down dan

backwash effect, sehingga terjadi bentuk hubungan yang sinergis.

1.2.2 Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Tangerang sebesar 95,961 Ha atau 959,61 Km2. Luas terbesar

berada di Kecamatan Rajeg yaitu sebesar 5.370 Ha atau 5,60 % dari luas wilayah

Kabupaten Tangerang, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil yaitu

Page 7: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-7

Laporan Akhir

Kecamatan Sepatan yaitu 1.732 Ha atau 1,80 %. Kabupaten Tangerang terbagi ke

dalam 29 kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 desa dengan pusat pemerintahan berada

di Kecamatan Tigaraksa. Secara rinci, luas dan jumlah administrasi pemerintahan

Kabupaten Tangerang Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Gambar 1.1 dan

1.2.

Tabel 1.1

Wilayah Administrasi Kabupaten Tangerang

Tahun 2008

No. Kecamatan Luas

Wilayah ( Km2 )

Kelurahan Desa

1 Cisoka 26.98 - 10

2 Solear 29.01 - 7

3 Tigaraksa 48.74 2 12

4 J a m b e 26.02 - 10

5 Cikupa 42.68 2 12

6 Panongan 34.93 1 7

7 C u r u g 27.41 3 4

8 Kelapa Dua 24.38 5 1

9 L e g o k 35.13 1 10

10 Pagedangan 45.69 1 10

11 Cisauk 27.77 1 5

12 Pasar Kemis 25.92 4 5

13 Sindang Jaya 37.15 - 7

14 Balaraja 33.56 1 8

15 Jayanti 23.89 - 8

16 Sukamulya 26.94 - 8

17 K r e s e k 25.97 - 9

18 Gunung Kaler 29.63 - 9

19 K r o n j o 44.23 - 10

20 Mekar Baru 23.82 - 8

21 M a u k 51.42 1 11

22 K e m i r i 32.7 - 7

23 Sukadiri 24.14 - 8

24 R a j e g 53.7 1 12

25 Sepatan 17.32 1 7

26 Sepatan Timur

18.27 - 8

27 Pakuhaji 51.87 1 13

28 Teluknaga 40.58 - 13

29 Kosambi 29.76 3 7

Jumlah 959.61 28 246 Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, BPS Tahun 2008

Page 8: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-8

Laporan Akhir

Gambar 1.1

Peta orientasi Kabupaten Tangerang

Page 9: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-9

Laporan Akhir

Gambar 1.2

Peta Batas Administrasi

Kabupaten Tangerang

Page 10: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-10

Laporan Akhir

1.3 KEPENDUDUKAN

1.3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2008 sebanyak 2,508,967 jiwa

dengan laju pertumbuhan 2,70 % pertahun. Kecenderungan peningkatan jumlah

penduduk dari waktu ke waktu, tentunya bukan hanya disebabkan oleh pertambahan

secara alamiah, tetapi tidak terlepas dari kecenderungan masuknya migran yang

disebabkan oleh daya tarik Kabupaten Tangerang, seperti banyaknya perusahaan

industri besar/sedang dan juga sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan DKI

Jakarta yang menjadi daerah limpahan penduduk DKI Jakarta. Hal tersebut akan

membutuhkan ruang yang memadai dengan lapangan kerja baru untuk mengimbangi

pertambahan tenaga kerja.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka Kecamatan Cikupa mempunyai jumlah

penduduk terbesar sebanyak 192,974 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil

terdapat di Kecamatan Mekar Baru dengan jumlah penduduk 38,232 jiwa. Apabila dilihat

dari laju perkembangannya, perkembangan penduduk di Kabupaten Tangerang pada

tahun 2003 – 2008 terbesar adalah di Kecamatan Tigaraksa dengan rata-rata

pertumbuhan pertahun sebesar 4,19%, sedangkan yang paling rendah adalah

Kecamatan Cisauk dengan pengaruh pemekaran desa/kelurahan yaitu laju

pertumbuhan penduduk pertahun adalah sebesar -6,42 %. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 1.2, dan Gambar 1.3 dan 1.4.

Tabel 1.2

Jumlah dan Perkembangan Penduduk Per Kecamatan

Kabupaten Tangerang Tahun 2002 – 2008

No. Kecamatan

Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) Laju Pertumbuhan

(%) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Cisoka 113,062 122,624 122,952 127,631 132,206 69,226 70,866 -4.86

2 Solear* - - - - - 66,102 67,668 2.37

3 Tigaraksa 78,125 87,334 87,568 89,366 95,314 97,243 99,545 4.19

4 J a m b e 32,888 34,597 34,690 34,622 37,690 38,509 39,423 3.11

5 Cikupa 163,976 172,541 173,003 179,586 185,854 188,506 192,974 2.76

6 Panongan 54,673 60,476 60,638 60,672 66,015 67,471 69,069 4.05

7 C u r u g 201,786 217,162 217,743 226,031 237,357 137,600 140,861 -3.83

8 Kelapa Dua* - - - - - 134,115 137,308 2.38

9 L e g o k 102,505 104,096 104,375 108,347 110,405 82,701 84,662 -2.53

10 Pagedangan 75,446 78,498 78,708 78,911 77,483 79,234 81,115 1.23

Page 11: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-11

Laporan Akhir

No. Kecamatan

Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) Laju Pertumbuhan

(%) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

11 Cisauk 86,195 91,039 91,283 91,294 98,835 44,448 45,503 -6.42

12 Pasar Kemis 197,400 225,565 226,169 242,278 246,746 187,809 192,264 0.33

13 Sindang Jaya*

- - - - - 68,853 70,486 2.37

14 Balaraja 132,075 137,288 137,655 142,895 149,558 100,727 103,117 -2.93

15 Jayanti 56,018 59,314 59,473 59,657 63,610 57,226 58,581 0.90

16 Sukamulya* - - - - - 59,402 60,810 2.37

17 K r e s e k 95,214 103,414 103,691 104,379 111,932 61,977 63,445 -4.25

18 Gunung Kaler*

- - - - - 52,300 53,541 2.37

19 K r o n j o 82,471 84,361 84,587 85,483 91,567 56,151 57,482 -4.26

20 Mekar Baru* - - - - - 37,348 38,232 2.37

21 M a u k 69,642 70,743 70,932 71,209 75,992 77,701 79,543 2.26

22 K e m i r i 36,579 37,466 37,566 37,531 41,066 42,102 43,101 2.82

23 Sukadiri 48,265 49,464 49,596 49,411 53,354 54,535 55,826 2.49

24 R a j e g 95,086 107,292 107,579 108,016 111,035 108,819 111,401 2.78

25 Sepatan 127,543 132,305 132,659 132,787 143,665 75,000 76,778 -5.52

26 Sepatan Timur*

- - - - - 72,023 73,733 2.37

27 Pakuhaji 89,595 91,021 91,265 91,221 98,758 101,098 103,493 2.47

28 Teluknaga 107,447 113,391 113,694 113,749 123,004 125,757 128,737 3.10

29 Kosambi 95,316 96,963 97,223 96,784 104,744 106,869 109,403 2.36

Jumlah 2,141,307 2,276,954 2,283,049 2,331,860 2,456,190 2,450,852 2,508,967 2.70

Sumber : BPS, Kabupaten Tangerang Dalam Angka, Tahun 2003 – 2008 Keterangan : * data masih tergabung dengan kecamatan induk

Gambar 1.3

Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan

Kabupaten Tangerang Tahun 2002-2008

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

Cis

oka

Sole

ar*

Tig

arak

sa

J a m

b e

Cik

up

a

Pan

on

gan

C u

r u

g

Ke

lap

a D

ua*

L e

g o

k

Pag

ed

anga

n

Cis

auk

Pa

sar

Ke

mis

Sin

dan

g Ja

ya*

Bal

ara

ja

Jay

an

ti

Suka

mu

lya*

K r

e s

e k

Gu

nu

ng

Kal

er*

K r

o n

j o

Me

kar

Bar

u*

M a

u k

K e

m i

r i

Suka

dir

i

R a

j e

g

Sep

ata

n

Sep

atan

Tim

ur*

Pak

uh

aji

Telu

knag

a

Ko

sam

bi

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Page 12: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-12

Laporan Akhir

Gambar 1.4

Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Tahun

Kabupaten Tangerang Tahun 2002 - 2008

1.3.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk mencerminkan jumlah penduduk per luas tertentu (dalam satuan

KM2). Kepadatan penduduk per satuan luas tertentu dapat mencerminkan pula interaksi

antar individunya. Kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2008

sebesar 2.615 jiwa/KM2. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk di

Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3

Kepadatan Penduduk di

Kabupaten Tangerang Tahun 2008

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km

2)

1 Cisoka 26.68 70,866 2,656

2 Solear 29.01 67,668 2,333

3 Tigaraksa 48.74 99,545 2,042

4 J a m b e 26.02 39,423 1,515

5 Cikupa 42.68 192,974 4,521

6 Panongan 34.93 69,069 1,977

7 C u r u g 27.41 140,861 5,139

1900000

2000000

2100000

2200000

2300000

2400000

2500000

2600000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Penduduk

Page 13: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-13

Laporan Akhir

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km

2)

8 Kelapa Dua 24.38 137,308 5,632

9 L e g o k 35.13 84,662 2,410

10 Pagedangan 45.69 81,115 1,775

11 Cisauk 27.77 45,503 1,639

12 Pasar Kemis 25.92 192,264 7,418

13 Sindang Jaya 37.15 70,486 1,897

14 Balaraja 33.56 103,117 3,073

15 Jayanti 23.89 58,581 2,452

16 Sukamulya 26.94 60,810 2,257

17 K r e s e k 25.97 63,445 2,443

18 Gunung Kaler 29.63 53,541 1,807

19 K r o n j o 44.23 57,482 1,300

20 Mekar Baru 23.82 38,232 1,605

21 M a u k 51.42 79,543 1,547

22 K e m i r i 32.70 43,101 1,318

23 Sukadiri 24.14 55,826 2,313

24 R a j e g 53.70 111,401 2,075

25 Sepatan 17.32 76,778 4,433

26 Sepatan Timur 18.27 73,733 4,036

27 Pakuhaji 51.87 103,493 1,995

28 Teluknaga 40.58 128,737 3,172

29 Kosambi 29.76 109,403 3,676

Jumlah 959.61 2,508,967 2,615

Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, BPS Tahun 2008

Page 14: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-14

Laporan Akhir

Gambar 1.5

Peta Sebaran penduduk

Page 15: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-15

Laporan Akhir

1.4 POTENSI BENCANA ALAM

Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang tidak cocok untuk pengembangan

wilayah, sehingga untuk pengembangan kegiatan fisik binaan sebaiknya dikembangkan

didaerah yang tidak rawan bencana. Untuk mengetahui dalam penentuan zona

kerentanan gerakan tanah yang ditentukan berdasarkan pada kejadian gerakan tanah

setempat maupun tingkat kerentanan untuk terkena gerakan tanah adalah dengan

parameter penentunya yaitu : geologi, geomorfologi, kemiringan, curah hujan, vegetasi

penutup serta intensitas kegempaan.

A. Kerentanan Tanah

Berdasarkan pada laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang

dalam dokumen analisisnya menyatakan bahwa kerentanan terhadap gerakan

tanah di Kabupaten Tangerang relatif tidak mempengaruhi terhadap pembangunan

wilayah.

B. Rawan Banjir

Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang berada pada dataran rendah

sehingga Kabupaten Tangerang tidak bisa terhindar dari masalah banjir apalagi

pada saat curah hujan tinggi, maka ada beberapa lokasi langganan banjir di bagian

utara Kabupaten Tangerang.

1.5 POTENSI SUMBER DAYA ALAM

1.5.1 Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah, yang

memiliki topografi relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 - 3%. Ketinggian

wilayah antara 0 - 85 m di atas permukaan laut. Secara garis besar terdiri dari 2 (dua)

bagian, yaitu :

1. Dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas

permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek,

Gunung Kaler, Kronjo, Mekarbaru, Pakuhaji, Sepatan dan Sepatan Timur.

2. Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian antara 25 - 85

meter di atas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-rata 0-8 % menurun ke Utara.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.6 dan Gambar 1.7.

Page 16: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-16

Laporan Akhir

Gambar 1.6

Peta Kerentanan Tanah

Kabupaten Tangerang

Page 17: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-17

Laporan Akhir

Gambar 1.7

Peta Ketinggian Kabupaten Tangerang

Page 18: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-18

Laporan Akhir

1.5.2 Jenis Tanah

Jenis tanah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan terdiri dari aluvial kelabu, aluvial

kelabu tua, asosiasi aluvial kelabu tua dan glei humus rendah, asosiasi glei humus, dan

planosol, regosol coklat, asosiasi latosol merah dan latosol merah kecoklatan, padsolic

kuning, asosiasi padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning dan hidromorf kelabu.

Dengan jenis tanah demikian memungkinkan untuk pengembangan pertanian dan

budidaya. Proses terjadinya tanah aluvial ini berlangsung karena adanya endapan

sungai dan danau di daerah pedataran dan daerah cekungan. Di wilayah dataran

rendah dijumpai pula jenis tanah glei regosol dan sedikit padsolic yaitu asosiasinya.

Keadaan jenis tanah ini dapat dilihat pada Gambar 1.8.

1.5.2.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu dan tanah liat pada agregat (massa)

tanah, sehingga dapat dikelompokkan ke dalam kelas tekstur tanah yaitu : halus,

sedang, dan kasar. Luas wilayah Kabupaten Tangerang berdasarkan pengelompokan

tersebut terdiri dari :

1. Tekstur halus : 60.549 Ha (54,53 %)

2. Tekstur sedang : 46.936 Ha (42,27 %)

3. Tekstur kasar : 3.553 Ha (3,20 %)

Tekstur tanah seperti ini sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian dan

tanaman keras.

1.5.2.2 Kedalaman Efektif Tanah

Yang dimaksud dengan efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan

tanah atau suatu lapisan di mana perakaran tanaman dapat menerobosnya. Kedalarnan

efektif tanah berpengaruh terhadap erosi dan pemilihan jenis tanaman yang cocok di

suatu wilayah. Kabupaten Tangerang terbagi atas 3 kelas kedalarnan efektif tanah,

meliputi :

1. Kedalaman 30 - 60 cm seluas 33 Ha (0,03 %)

2. Kedalaman > 60 - 90 cm seluas 2.598 Ha (2,34 %)

3. Kedalaman > 90 cm seluas 101.777 Ha (91,66 %)

Page 19: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-19

Laporan Akhir

Gambar 1.8

Peta Jenis Tanah Kabupaten Tangerang

Page 20: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-20

Laporan Akhir

1.5.3 Hidrologi

1.5.3.1 Kondisi Sumberdaya Air

Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Tangerang digambarkan melalui kondisi

sumber air permukaan dan air tanah. Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi meskipun

terjadi fluktuasi debit aliran yang cukup besar antara musim hujan dan musim kemarau,

sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran di beberapa sungai.

Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan kegiatan dan jumlah penduduk

Kabupaten Tangerang. Kebutuhan air ini harus tetap bisa dipenuhi dari sumber-sumber

air yang ada, sehingga diperlukan tindakan pelestarian sumberdaya air, baik air

permukaan maupun air tanah.

Mengantisipasi kebutuhan air yang terus meningkat, perlu dilakukan identifikasi dan

inventarisasi seluruh sumberdaya air yang ada, termasuk kemungkinan pemanfaatan

teknologi di bidang pemurnian air (daur ulang,

desalinasi air laut).

Air tanah secara umum memiliki potensi yang cukup

tinggi, meskipun di beberapa Kecamatan (Kecamatan

Mauk, Sukadiri, Kemiri, Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga

dan Kecamatan Kosambi) terindikasi intrusi air laut

dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup tinggi

untuk kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air permukaan.

Berdasarkan hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang dengan

Puskom dan IT FMIPA UI (2003) diketahui bahwa di sebagian wilayah Kabupaten

Tangerang (meliputi 6 kecamatan yaitu : Mauk, Rajeg, Pasar Kemis, Cikupa, Curug dan

Legok) terdapat 3 lapisan akifer meliputi:

1. Akifer dangkal dengan kedalaman < 20 m yang didominasi oleh lapisan pasir;

2. Akifer menengah dengan kedalaman 20 – 70 m yang merupakan lapisan lempung

formasi Bantam Atas;

3. Akifer dalam dengan kedalaman > 70 m yang merupakan bagian dari formasi Genteng

dan formasi Bojongmanik.

Recharge akifer dangkal dan menengah berasal dari air hujan dan sungai/danau,

sedang recharge akifer dalam melalui batuan formasi Bojongmanik di sebelah selatan

yang tersingkap (outcroped) dengan elevasi yang lebih tinggi dibanding lokasi penelitian.

Page 21: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-21

Laporan Akhir

Selain itu terdeteksi adanya intrusi air laut sejauh ± 7 km dari pantai ke darat di

Kecamatan Mauk dengan kedalaman intrusi maksimal 70 m. Adapun kualitas air

tanah di daerah utara (Mauk) didominasi oleh air tanah payau-asin sedang ke arah

selatan kualitas air tanah relatif lebih baik.

1.5.3.2 Potensi Sumberdaya Air

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRT/1989, tentang pembagian

wilayah sungai, pasal (1) disebutkan: Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah tata

pengairan sebagai hasil pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai

(DPS). Sedang pada pasal 1 ayat (3), disebutkan : Daerah Pengaliran Sungai adalah

suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap dan

/ atau melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan.

Dengan demikian Satuan Wilayah Sungai (SWS) bisa diartikan sebagai pengaturan

wewenang wilayah kerja pengelolaan sungai, sedang daerah pengaliran sungai adalah

tempat mengalirnya sungai yang terbentuk secara alamiah dari satu sungai dan anak-

anak sungainya yang dibatasi dengan daerah aliran sungai lainnya oleh batas-batas

alamiah.

Dari laporan Studi Potensi dan Pengembangan Sumberdaya Air Tersebar di Kabupaten

Tangerang, Dinas PU Kabupaten Tangerang, Nopember tahun 2002, diketahui bahwa

potensi air sungai dan situ/rawa yang merupakan potensi air permukaan di Kabupaten

Tangerang berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS) menunjukan potensi sebagai berikut:

1. Debit terkecil rata-rata bulanan SWS Cisadane-Ciliwung, sebesar 2,551 m³/dt

diwakili oleh pengukuran di Sungai Cidurian, stasiun Parigi dalam tahun 1995,

sedang debit terbesar rata-rata bulanan sebesar 115,315 m³/dt, diukur di Sungai

Cisadane, stasiun Batu Beulah dalam periode 1991 sampai 1998.

2. Di SWS Cisadane-Cikuningan, belum ada data pengukuran jangka panjang,

pengukuran dilakukan sesaat menggunakan current meter dan didapat debit aliran

terkecil sebesar 0,078 m³/dt diwakli oleh pengukuran di Sungai Cikoncang, stasiun

Cikeusik pada tanggal 5 September 2002, sedang debit terbesar adalah 2,454 m³/dt

diwakili oleh pengukuran di Sungai Cimadur, stasiun Sukajaya pada tanggal 6

September tahun 2002.

3. Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukan bahwa

Kabupaten Tangerang mengalami defisit air pada bulan Maret sampai bulan

Page 22: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-22

Laporan Akhir

November (8 bulan) sementara suplus air

hanya terjadi pada bulan Desember, Januari

dan Februari (3 bulan).

4. Air tanah, debit air tanah di Kabupaten

Tangerang berkisar antara 3 – 10

liter/detik/Km2. Air tanah ini cenderung diambil

secara berlebihan di sepanjang jalan Jakarta –

Tangerang oleh industri-industri, sehingga

terjadi penurunan muka air tanah yang cukup

drastis. Di bagian utara kabupaten air tanah

umumnya tidak dapat digunakan karena

asin/payau.

Potensi sumberdaya air tanah-dalam (seperti dinyatakan dalam Perda Kabupaten

Tangerang Nomor 9 tahun 2003 lampiran I Perda Pola Induk Pengelolaan Sumberdaya

Air Kabupaten Tangerang, Agustus 2003) tersimpan dalam cekungan air bawah tanah

(CABT). Terdapat 5 buah CABT di Kabupaten Tangerang dengan potensi air tanah

secara total cukup besar. Potensi tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

potensi sebagai imbuhan air tanah bebas (Q1) sebesar 3.278 juta m³/tahun dan potensi

sebagai aliran air tanah tertekan (Q2) sebesar 100 juta m³/tahun. Untuk lebih jelasnya

peta sumber air permukaan di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Gambar 1.9.

Selain sungai dan air tanah di Kabupaten Tangerang juga banyak dijumpai badan air

permukaan berupa danau atau situ yang tersebar hampir di wilayah Kabupaten

Tangerang. Sebaran situ beserta luasannya dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Situ Pasir Gadung

Kecamatan Cikupa

Page 23: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-23

Laporan Akhir

Sumber :Lapaoran Akhir RTRW Provinsi Banten 2010-2030

1.5.3.3 Kualitas Air Sungai dan Air Tanah

Perkembangan kegiatan industri meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya air dalam

hal penurunan kualitas air (terjadi pencemaran air), demikian juga buangan limbah

domestik (rumah tangga) ikut memberi andil terhadap penurunan kualitas air.

Pencemaran cukup bervariasi yang ditunjukkan oleh beberapa paramater dan lokasi

pengambilan contoh yang berbeda-beda. Gambaran kualitas air sungai ini dapat dilihat

pada Tabel 1.5.

Tabel l 1.4

Sebaran Situ di Kabupaten

Tangerang

1 Situ Cikeudal Babakan Lor Cikeudal 219,00 1 Situ Belungan Cijeruk Cikande 9,37

1 Situ Palayangan Margajaya Cimarga 7,00 2 Situ Jami Cipicung Cikeudal 36,00 2 Situ Ciberang Banjar Ciberang Cikande 6,00

2 Situ Cilembur Selaraja Warunggunung 4,50 3 Situ Kadupayung Cipicung Cikeudal 4,00 3 Situ Terate Situ Terate Cikande 26,00

3 Situ Cijoro Rangkasbitung Rangkasbitung 10,00 4 Situ Gambar Cipicung Cikeudal 5,00 4 Situ Ciwaka Pengampelan Walantaka 40,00

4 Situ Cibojan Sukarame Sajira 2,00 5 Situ Cukang Sadang Serangsar, Pagelaran 216,00 5 Situ Cibiral Tanjungsari Pabuaran 3,00

5 Situ Citinggar Sajira Sajira 5,00 6 Situ Ciburung Jiput Pagelaran 1,50 6 Situ Rampones Sindangmandi Pabuaran -

6 Situ Cibangreng Muaradua Cikulur 0,50 7 Situ Gede Menes Menes 36,00 7 Situ Sindangmandi Sindangmandi Pabuaran 6,00

7 Situ Ciboleger Cisinet Leuwidamar 2,00 8 Situ Gongggong Purwaraja Menes 51,00 8 Situ Tasik Kardi Margasana Kramatwatu 20,00

8 Situ Cicinta Majasari Maja 3,50 9 Situ Ciranjeng Alaswangi Menes 2,00 9 Situ Rawa Danau Ds.Batukuwung, Padarincang 1,184.38

9 Situ Cikamunding/Hang Cikamunding Cilocrang 5,00 10 Situ Kaduranca Sukamaju Menes - Ds. Kalumpang

10 Situ Cimaesta Cijeogkol Cilograng 3,00 11 Situ Parongpong a.Menes Menes 38,00 Luwuk, Kaduagung Gunungsari 115,62

11 Situ Sinar Galih Bayah Bayah 3,50 12 Situ Alaswangi Alaswangi Menes 4,50 10 Situ Telaga Wangsa Cipayung Padarincang 10,00

12 Situ Gede Citeupusen Sindangratu Panggarangan - 13 Situ Cikeumpong Tegalwangi Menes 4,50 11 Situ Cirahab Cipayung Padarincang 5,00

13 Situ Gunung Buleud Sindangratu Panggarangan 2,00 14 Situ Cicanggcng Gunungcupu Cimanuk 0,50 12 Situ Ranca Gede Jakung Babakan Pamarayar -

14 Situ Ciburial Cibeber Panggarangan 1,50 15 Situ Cibeuteung Peurih Bojong datar Saketi 4,00 13 Situ Cikulur Kranji Taktakan 30,00

15 Situ Lebak Larang Mekarsari Cibeber 3,00 16 Situ Cihaji Cipinang Munjul 100,00 14 Situ Jakung Cilowong Taktakan 30,00

16 Rawa Lebakesik Sukatani Warasalam 5,00 17 Situ Cibeureum Langensari Saketi 100,00 15 Situ Cibulakan Sukabana Ciomas 1,00

17 Rawa Gunggurung Sukatani Warasalam 10,00 18 Situ Batuhideung Sukajadi Cibaliung 52,00 16 Situ Citaman Tamansari Baros 1,00

18 Rawa Bagedur Sukamanah Malingping 110,00 19 Situ Sadang Sidomanik Cibaliung 2,00 17 Rawa Gede Kawao Binuang Carenang 75,00

19 Bdg Konsolidasi Cisela Girijaya Cipanas - 20 Waduk Ciandir Saketi Saketi 3,00 18 Rawa Bojong Herang Pamanuk Carenang 10,00

20 Bdg Konsolidasi Cimalur Malangsari Cipanas - 21 Waduk Cikuranten Pasirbatu Pardeglang 5,00 19 Rawa Bojong Pring Gabus Carenang 6,00

21 Bdg Konsolidasi Ciberang Nanggala Cipanas - 20 Rawa Pasar Raut Bojongmenteng Petir 20,00

22 Waduk Cimalur Cibatu Keusik Banjarsari 35,00 21 Rawa Enang Kamuning Tunjung Teja 10,00

23 Waduk Ciceureum Kumpay Banjarsari 12,30 22 Waduk Cikande Cikande Cikande 4,00

24 Waduk Cikoncang Cikoncang Malingping - 23 Waduk Cilesung Sukacai Baros -

25 Waduk Cibinuangeun Cibinuangeun Malingping - 24 Waduk Balungan Sentul Kragilan 40,00

26 Waduk Cilangkahan Cibinuangeun Malingping 25 Waduk Ciranjen Junti Junti 3,00

26 Waduk Cibulegar Cibulegar Cibulegar 2,00

27 Waduk Cipaseh Anyar Anyar 4,50 28 Waduk Citawang Cinangka Cinangka 3,20

29 Waduk Ciujung Lama Pepetan Portang 60,00

30 Waduk Lontar Lontar Tirtayasa 6,90

31 Waduk Ciligawir Kadu Embe Citasuk 3,20

1 Situ Pondok Sukaharja Pasarkemis 27,70 1 Situ Pondok Jagung Pondokjagung SerPong 7,95 1 Situ Cipondoh Cipondoh Cipondoh 142,00

2 Situ Cilongok Sukamantri Pasarkemis 23,00 2 Situ Ciledug Pordok Benda Pamulang 31,44 2 Situ plawad Plawad Cipondoh 6,50

3 Situ Pasirgadung Pasirgadung Cikupa 7,30 3 Situ Pamulang Pamulang Barat, Ciputat 25,30 3 Situ Gede ( Besar ) Cikokol Tangerang 5,40

4 Situ Kelapa Dua Kelapa Dua Curug 37,50 Pamulang Timur 4 Situ Cangkring Priuk Jatiuwung 6,00

5 Situ Cihuni Cihuni Legok 32,34 4 Situ Bungur Pondokranji Ciputat 3,25 5 Situ Bulakan - Periuk 30,00

6 Situ Jengkol Cikuya Cisoka 4,10 5 Situ Kayu Atap Rempoa Ciputat 1,63 6 Situ Kompeni Rawabokor Benda 70,00

7 Rawa Ranca Ilat Cirumpak,Kemuning, Kronjo 67,98 6 Situ Rompong Rempoa Ciputat 1,70 7 Situ Bojong

8 Rawa Waluh Kosambi Dalam Kronjo 70,00 7 Situ Legoso Cempakaputih Ciputat 4,00 8 Situ Kunciran

9 Rawa Garugak Kemuning Kresek 177,00 8 Situ Gintung Pisangan,Cireundeu Ciputat 24,40

10 Rawa Patrasana Patrasana,Pasirampo Kresek 245,00 9 Situ Parigi Pargi PondokareN 5,25

11 Rawa Gabus Tamiang Kresek 9,72

12 Rawa Genggong Tamiang Kresek 8,40

13 Rawa Setingin Klebet Kemiri 26,40

14 Rawa Gede Pekayon, Sukadiri Mauk 2,80

15 Rawa Sulang Lebakwangi Sepatan 8,00

16 Rawa Koja Pisangan Jaya Sepatan - 1 2 3 4 5

17 Rawa Kepuh Rawaboni,Pakuhaji, Pakuhaji -

18 Rawa Gelam/Panggam Kutajaya Pasarkemis 11,70

19 Rawa Pangodokan Kutabumi Pasarkemis - 1 Rawa Arum Rawa Arum Pulomerak 17,00

20 Rawa Dadap Pagedangan Pasarkemis

21 Rawa Warung Rebo Wanakerta Pasarkemis 7,90

22 Rawa Bojong Bojong Cikupa 7,60

23 Rawa Jambu Jambukarya Rajeg -

NAMA

SITU/DANAU/RAWA

LOKASI

Desa Kecamatan

LUAS

KOTA CILEGON

KABUPATEN LEBAK

KABUPATEN TANGERANG

NAMA

SITU/DANAU/RAWALUAS

LOKASI

NO

NONAMA

SITU/DANAU/RAWA

KOTA TANGERANG SELATAN

NODesa Kecamatan

SITU/RAWA/DANAU DI PROVINSI BANTEN

NONAMA

SITU/DANAU/RAWA

LOKASILUAS

NONAMA

SITU/DANAU/RAWA

LOKASILUAS

NONAMA

SITU/DANAU/RAWA

LOKASILUAS

Desa Kecamatan

Desa KecamatanLUAS

LOKASI

Desa Kecamatan

KOTA TANGERANG

KABUPATEN PANDEGLANG

NONAMA

SITU/DANAU/RAWA

LOKASI

Desa Kecamatan

KABUPATEN SERANG

Desa KecamatanLUAS

Pengadegan

Sindang Jaya

Pasar kemis

Kelapa Dua

Pagedangan

Solear

Sukadiri

Pasar Kemis

Sindang Jaya

Page 24: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-24

Laporan Akhir

Tabel 1.5

Kualitas Air Sungai di Kabupaten Tangerang

Sungai Kuantitas Parameter Pencemar yang melebihi baku mutu

(kelas III) PP 82/2001

Hulu Tengah Hilir

Cidurian Panjang ± 81,5 km; luas ± 865 km

2,

Debit rata-rata bulanan = 2,551m

3/dt (st.

Parigi)

Kekeruhan, Total koliform, Total fosfat

Kekeruhan, COD, Total koliform, Total fosfat

Salinitas, kekeruhan, COD, Total koliform, Total fosfat

Cisadane Panjang ± 140 km; luas ± 1411 km

2,

Debit rata-rata bulanan = 115,315 m

3/dt (st. Batu

Beulah)

Kekeruhan, COD, Total koliform

COD, Oksigen terlarut

COD, Total koliform

Cimanceuri Panjang ± 60 km; luas ± 570 km

2,

debit = 0,601 m³/dt (st. Balaraja)

Tiga raksa Cibadak Balaraja

Kekeruhan , Permanganat

Kekeruhan, Permanganat

Kekeruhan,Permanganat, Nitrit

Kekeruhan, COD, total koliform

COD Total koliform

Sumber : Hasil pemantauan kualitas air tahun 2002 (BPSDA-Kabupaten Tangerang).

Page 25: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-25

Laporan Akhir

GAMBAR 1.9

PETA HIDROGEOLOGI

Page 26: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-26

Laporan Akhir

1.5.4 Geologi

Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah yang sedikit bergelombang

lemah. Daerah ini termasuk dalam ketegori bentuk lahan bentukan asal pengendapan

(alluvial). Untuk lebih jelasnya peta geologi di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada

Gambar 1.10.

1.5.5 Klimatologi

Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas dengan

kelembaban yang tinggi. Temperatur udara berdasarkan penelitian di Stasiun Geofisika

Klas I Tangerang rata-rata berkisar antara 22,8 – 33,90C, suhu maksimum tertinggi pada

bulan Oktober yaitu 33,90C dan suhu minimum terendah pada bulan Agustus dan

September yaitu 22,80C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar

78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertingi terjadi pada bulan Februari sedangkan

rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan

Desember dengan hari hujan sebanyak 20 hari. Untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel

1.6 - 1.8 dan Gambar 1.11.

Tabel 1.6

Temperatur Udara Maksimum dan Minimum

Kabupaten Tangerang Tahun 2008

Bulan Suhu / Temperatur (

0 Celsius)

Maksimum Minimum Rata-rata

1. Januari 32,9 23,8 27,9

2. Pebruari 31,0 23,0 26,5

3. Maret 32,2 23,8 27,1

4. April 32,7 23,9 27,4

5. Mei 32,5 23,8 27,6

6. Juni 32,3 23,5 27,4

7. Juli 32,7 23,3 27,4

8. Agustus 32,9 22,8 27,3

9. September 33,6 22,8 27,7

10. Oktober 33,9 23,9 27,9

11. Nopember 33,3 23,7 27,9

12. Desember 31,1 23,6 26,9

Rata-rata 32,6 23,5 27,4

Sumber : Tangerang Dalam Angka, BPS 2008

Page 27: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-27

Laporan Akhir

Tabel 1.7

Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan

Kabupaten Tangerang Tahun 2008

Bulan Curah

Hajan (mm)

Hari

Hujan

(hari)

1 Januari 207 12

2 Pebruari 486 20

3 Maret 220 17

4 April 301 18

5 Mei 113 10

6 Juni 79 7

7 Juli 33 4

8 Agustus 106 4

9 September 1 1

8 Oktober 41 5

9 Nopember 125 8

10 Desember 416 21

Rata-rata 177,3 11

Sumber : Tangerang Dalam Angka, BPS 2008

Tabel 1.8

Kelembaban Udara dan Intensitas Matahari

Kabupaten Tangerang Tahun 2008

Bulan Kelembaban

Udara (%)

Intensitas Matahari

(%)

1 Januari 77 62

2 Pebruari 86 41

3 Maret 81 46

4 April 84 45

5 Mei 81 64

6 Juni 78 54

7 Juli 76 75

8 Agustus 72 82

9 September 72 82

10 Oktober 75 63

11 Nopember 75 59

12 Desember 83 38

Rata-rata 78,3 59,3

Sumber : Tangerang Dalam Angka, BPS 2008

Page 28: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-28

Laporan Akhir

Gambar 1.10

PETA GEOLOGI KABUPATEN TANGERANG

Page 29: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-29

Laporan Akhir

Gambar 1.11

PETA CURAH HUJAN

KABUPATEN TANGERANG

Page 30: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-30

Laporan Akhir

1.5.6 Kondisi Udara

1.5.6.1 Kondisi Eksisting Pencemaran dan Kualitas Udara

Pencemaran udara dapat terjadi yang disebabkan oleh adanya kontaminan (pencemar)

di udara yang mengakibatkan kandungan senyawa gas menjadi berubah. Perubahan ini

dapat memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup makhluk hidup karena

menimbulkan reaksi kimia secara spontan di udara. Berdasarkan bentuk fisiknya,

pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu yang berbentuk partikulat dan berbentuk

gas.

Indikator terjadinya pencemaran udara mengacu pada 2 peraturan yaitu Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan SK

Menaker No. 51/Menaker/1999 tentang nilai ambang batas (NAB).

Parameter yang diukur dalam menentukan tingkat pencemaran udara antara lain CO2,

SO2, CO, NH3, H2S, HC, Pb, kandungan debu dan tingkat kebisingan. Apabila salah

satu dari komponen pencemaran udara misalnya CO2 yang merupakan salah satu

parameter yang digunakan sebagai indikator pencemaran udara meningkat hingga

melampaui nilai ambang batas (NAB) yang dipersyaratkan, akan membahayakan dan

berakibat buruk bagi kesehatan makhluk hidup.

Nilai baku mutu udara ambien dari tiap parameter menurut Peraturan Pemerintah (PP)

No. 41 thn 1999 dan nilai ambang batas (NAB) menurut SK Menaker No. Kep

51/Menaker/1999 adalah kebisingan (60 dBA), debu (230 µg/m3), CO (10.000 µg/m3),

NO2 (150 µg/m3), SO2 (365 µg/m3), HC (160 µg/m3), Pb(2 µg/m3), NH3 (1360 µg/m3), dan

H2S (42 µg/m3).

Pencemaran udara di Kabupaten Tangerang terutama di daerah perkotaan dari waktu

ke waktu diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

pembangunan di berbagai sektor seperti sektor industri, perhubungan/transportasi dan

pariwisata. Hal ini perlu mendapatkan perhatian secara serius dan perlu penanganan

atau pengendalian secara baik dan komprehensif antara instansi terkait.

1.5.6.2 Sumber Pencemaran Udara

Sumber-sumber utama penyebab pencemaran udara yang terdapat di Kabupaten

Tangerang meliputi 4 (empat) kegiatan meliputi :

Page 31: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-31

Laporan Akhir

1. Kegiatan transportasi

2. Kegiatan industri

3. Kegiatan rumah tangga atau pemukiman

4. Persampahan

Sumber pencemaran udara juga dapat dikategorikan menjadi dua sumber yaitu :

1. Sumber bergerak yaitu berasal dari pengoperasian kendaraan darat dan udara.

2. Sumber tidak bergerak yaitu berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan

persampahan.

Pencemaran udara sebagai akibat kegiatan transportasi disebabkan oleh pembakaran

bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan gas buang atau emisi, sedang

pencemaran udara karena kegiatan atau proses industri disebabkan oleh penggunaan

energi seperti batu bara dan pembakaran bahan bakar untuk generator dan penggunaan

AC. Pencemaran udara yang berasal dari kegiatan rumah tangga antara lain berasal

dari pembakaran kayu, sedang pencemaran udara dari kegiatan persampahan

disebabkan oleh proses pembakaran sampah akan menghasilkan partikel debu.

Sumber–sumber lain yang juga akan menyumbang terjadinya pencemaran udara antara

lain adalah kebakaran hutan dan kegiatan pembangunan.

1.5.6.3 Kondisi Beban Pencemaran Udara

1. Pencemaran udara dari kegiatan transportasi

Berdasarkan data yang diperoleh

menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara di

Kabupaten Tangerang relatif masih cukup

baik terutama di kawasan pedesaan. Namun

diperkirakan ada beberapa parameter

pencemar udara yang telah mengalami

peningkatan secara signifikan dan pada

beberapa lokasi telah mendekati dan bahkan diatas nilai ambang batas (NAB).

Peningkatan parameter pencemaran udara tersebut telah terjadi terutama di daerah

perkotaan yang rawan kemacetan, di kawasan industri, pelabuhan, bandara, daerah

wisata, dll. Jenis parameter pencemaran yang telah mengalami peningkatan

tersebut antara lain adalah karbon monoksida (CO), debu dan HC sedang

parameter lain seperti SO2, NH3 dan H2S tidak terdeteksi. Pengamatan terhadap

Page 32: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-32

Laporan Akhir

kondisi dan beban pencemaran udara di Kabupaten Tangerang diuraikan sebagai

berikut :

a) Pengamatan terhadap kualitas udara di Kabupaten Tangerang, secara umum

menunjukkan bahwa kualitas udara ambien masih dibawah Nilai Ambang Batas

yang ditentukan. Tingkat kualitas udara terendah terdapat di area Pasar Balaraja,

hal ini disebabkan karena tingginya mobilitas penduduk dan tingkat kepadatan

transportasi yang terjadi di area pasar tersebut.

b) Pengamatan yang dilakukan terhadap empat lokasi kawasan industri yaitu

kawasan Manis Kec. Curug, kawasan Bunder Kec. Cikupa, kawasan Pasar

Kemis Kec. Pasar Kemis dan kawasan Cikupa Kec. Cikupa, menunjukkan bahwa

seluruh parameter kualitas udara di seluruh lokasi pengukuran masih di bawah

baku mutu ambien. Karbon Monoksida (CO) terendah di kawasan industri

Bunder, Kecamatan Cikupa sebesar <1 ppm, dan tertinggi di Kawasan Industri

Manis Kecamatan Cicurug sebesar 2,00 ppm. Nitrogen Oksida (NOx) terendah

tercatat di Kawasan Industri Bunder Kecamatan Cikupa sebesar 0,013 (g/m3)

dan yang terbesar adalah 0,022 (g/m3) di Kawasan Industri Manis Kecamatan

Curug.

c) Selain parameter kualitas udara ambien, pada lokasi yang sama juga diukur

tingkat kebisingan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menunjukkan

bahwa dari sejumlah 15 titik ternyata 60% atau 9 titik lokasi kebisingan yang

terukur telah melebihi Nilai Ambang Batas yang ditentukan yaitu 70 dbA (Kep–

48/MENLH/11/1996). Kesembilan titik lokasi tersebut yaitu: (1) Perempatan

masuk Tol Balaraja, (2) Area Pasar Balaraja, (3) Pertigaan Jalan Kota Tigaraksa,

(4) Perbatasan tikungan antara Kecamatan Legok dan Bumi Serpong Damai, (5)

Halaman depan Pasar Curug, (6) Pertigaan Jalan Raya Curug-Serang, (7)

Pertigaan Jalan Raya Serang-Cikupa (Citra Raya), (8) Depan Pasar Cikupa, (9)

Depan Area Kedaton dan Country Golf, Pasar Kemis.

2. Pencemaran udara dari Lokasi TPA sampah

Permasalahan pencemaran udara juga terjadi pada lokasi tempat pembuangan

akhir (TPA) sampah. Pengelolaan TPA yang kurang optimal dan adanya kesalahan

cara penanganan sampah memicu timbulnya penurunan kualitas udara pada

lingkungan yang ada di sekitarnya. Pengamatan pemantauan kualitas udara pada

salah satu TPA di Kabupaten Tangerang dilakukan terhadap parameter yang diukur

Page 33: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-33

Laporan Akhir

meliputi CO, SO2, NOX, H2S, NH3, dan partikel debu. Adapun hasil pengukuran

diuraikan sebagai berikut.

Konsentrasi NO2 dilokasi pemantauan berkisar antara 42,2 - 54,80 g/m3. Nilai ini

masih berada dibawah baku mutu kualitas udara ambien yang menetapkan

maksimum 150 g/m3. Konsentrasi SO2 nilainya berkisar antara 34,35 - 45,76

g/m3. Konsentrasi ini masih memenuhi baku mutu yang menetapkan nilai

maksimum 365 g/m3. Hal ini dimungkinkan oleh pengaruh gas buang dari kegiatan

transportasi (truk angkutan sampah) yang melakukan bongkar sampah di lokasi

TPA. Konsentrasi karbon monoksida (CO) nilainya bervariasi antara 487 g/m3 s.d.

675 g/m3 (masih jauh di bawah baku mutu 10000 g/m3) terdeteksinya bahan

pencemar ini menunjukkan adanya pengaruh gas buang dari aktifitas transportasi.

Hasil pengukuran udara menunjukkan bahwa konsentrasi H2S berkisar antara 9,45

g/m3 s.d. 14,25 g/m3 dan masih dibawah baku mutu (42 gram/m3).

Konsentrasi H2S dimungkinkan karena pengaruh proses penguraian sampah secara

biologis yang pada saat ini telah berjalan beberapa lama. Berdasarkan hasil

pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan debu berkisar antara

38,90-69,55 g/m3, sehingga masih dibawah baku mutu (230 g/m3) Konsentrasi

debu di lokasi TPA dimungkinkan adanya pengaruh kegiatan transportasi angkutan

sampah sehingga menimbulkan resuspensi debu. Hasil pengukuran menunjukkan

bahwa bahwa NH3 berkisar antara 11,35-12,20 g/m3. (masih jauh di bawah baku

mutu 1360 gram/m3) konsentrasi NH3 dilokasi pemantauan menunjukkan adanya

pengaruh gas buang dari kendaraan angkutan sampah.

Intensitas kebisingan di lokasi TPA dan sekitarnya berkisar antara 44 dBA – 53

dBA. Hasil pengukuran ini masih berada dibawah baku mutu intensitas kebisingan

berdasarkan SK Menteri LH No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

yang menetapkan nilai maksimum di daerah sekitar pemukiman adalah 55 dBA.

3. Permasalahan Pencemaran Udara

a) Kesadaran akan pengendalian pencemaran udara masih sangat kurang

b) Daerah belum dilengkapi dengan alat pendeteksi pencemar udara

c) Belum dilaksanakannnya peraturan yang dilengkapi persyaratan teknis untuk

layak kendaraan dan layak jalan termasuk aturan untuk mematuhi batas emisi

dan batas kebisingan.

Page 34: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-34

Laporan Akhir

1.5.7 Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang tidak cocok untuk pengembangan

wilayah, sehingga untuk pengembangan kegiatan fisik binaan sebaiknya dikembangkan

didaerah yang tidak rawan bencana. Untuk mengetahui dalam penentuan zona

kerentanan gerakan tanah yang ditentukan berdasarkan pada kejadian gerakan tanah

setempat maupun tingkat kerentanan untuk terkena gerakan tanah adalah dengan

parameter penetunya yaitu : geologi, bentuk (kelerengan), curah hujan, vegetasi

penutup serta intensitas kegempaan.

1. Rawan Longsor/Amblesan

Berdasarkan pada laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang

dalam dokumen analisisnya menyatakan bahwa daerah rawan longsor/amblesan

yang diakibatkan oleh kerentanan terhadap gerakan tanah di Kabupaten

Tangerang relatif tidak memiliki kendala pengembangan wilayah yang cukup

serius. Untuk lebih jelasnya mengenai kerentanan tanah di Kabupaten Tangerang

dapat dilihat pada Gambar 1.12 Zona Kerentanan Tanah.

2. Rawan Banjir

Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang berada pada dataran rendah

sehingga Kabupaten Tangerang tidak bisa terhindar dari masalah banjir apalagi

pada saat curah hujan atau hari hujan sedang tinggi maka ada beberapa lokasi

langganan banjir di beberapa wilayah atau kecamatan di Kabupaten Tangerang.

Untuk mengetahui lokasi-lokasi banjir lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.13

Peta Sebaran Lokasi Banjir.

3. Rawan Terhadap Erosi/Abrasi dan Intrusi Air Laut

Disebelah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai sepanjang 50

km yang rawan terhadap erosi/abrasi akibat gelombang laut, hal ini terjadi akibat

berkurangnya hutan bakau yang penjadi pelindung pantai dari gelombang serta

pasang surut air laut. Kurangnya tanaman keras yang ditanam di daerah pantai

mengakibatkan intrusi air laut yang cukup parah, bahkan pada beberapa tempat

seperti Kosambi, Teluk Naga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk, Kemiri, dan Kronjo

intrusinya sudah mencapai 7 km dari pantai. Gambar 1.14 Peta Rawan

Lingkungan

Page 35: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-35

Laporan Akhir

Gambar 1.12 Zona Kerentanan Tanah.

Page 36: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-36

Laporan Akhir

Gambar 1.13 Peta Sebaran Lokasi Banjir.

Page 37: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-37

Laporan Akhir

Gambar 1.14 Peta Rawan Lingkungan

Page 38: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-38

Laporan Akhir

1.5.8 Penggunaan Lahan

1.5.7.1 Kondisi Penggunaan Lahan

Perkembangan penduduk yang cepat serta melimpahnya kegiatan industri dan

permukiman ke Wilayah Kabupaten Tangerang mengakibatkan banyak terjadi

pergeseran lahan. Kecenderungan yang terjadi adalah beralihnya fungsi lahan, untuk itu

perlu mendapatkan perhatian mengenai keseimbangan antara fungsi kawasan lindung

dan kawasan budidaya serta aspek kesesuaian lahan.

Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang saat ini meliputi penggunaan untuk

kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya. Penggunaan lahan

untuk kegiatan lindung meliputi sempadan pantai, danau/situ, dan sempadan sungai.

Sedangkan penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya meliputi perumahan perkotaan,

perumahan perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan industri,

pertanian irigasi teknis, pertanian tadah hujan, kebun campuran, tegalan, perikanan

(tambak), hutan, dan lain-lain.

Penggunaan tanah eksisting di Wilayah Kabupaten Tangerang terdiri dari :

1. Lahan terbangun

a. Kawasan permukiman perkotaan dengan luas penggunaan sebesar 4.575 Ha.

(4,68%)

b. Kawasan permukiman perdesaan 18.624 Ha. (19,04%)

c. Zona industri 2.059 Ha. (2,10%)

d. Perdagangan 936 Ha. (0,95%)

e. Jasa 923 Ha. (0,94%)

2. Lahan non terbangun :

a. Sawah irigasi teknis 30.809 Ha. (31,49%)

b. Sawah tadah hujan 14.958 Ha. (15,29%)

c. Kebun campuran 8.681 Ha. (8,87%)

d. Tegalan 4.128 Ha. (4,21%)

e. Rawa 2.917 Ha. (2,98%)

f. Tambak 2.175 Ha. (2,22%)

g. Hutan 1.502 Ha. (1,53%)

h. Lain-lain 5.536 Ha. (5,66%)

Karakter perkembangan kawasan terbangun Kabupaten Tangerang tidak lepas dari

keberadaan Kabupaten Tangerang yang berada pada perlintasan pergerakan antar

Page 39: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-39

Laporan Akhir

wilayah serta jaringan jalan regional yang menghubungkan kota-kota utama di Provinsi

DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sebagai konsekuensinya kawasan terbangun

yang mencakup permukiman perkotaan, permukiman perdesaan, perdagangan dan

jasa, zona industri, kawasan industri industri dan fasilitas umum cenderung berkembang

mengikuti pola jaringan jalan utama (linier).

Sejalan kondisi tersebut maka perkembangan Kabupaten Tangerang terjadi secara linier

dengan titik orientasi perkembangan pada simpul poros jalur Lintas Tengah (poros

Serang – Grogol) (terkonsentrasi pada pusat kota), sehingga distribusi kepadatan

penduduk dan kepadatan bangunan tidak merata. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya

pelayanan kota (kesenjangan perkembangan kegiatan di bagian Tengah (pusat

kabupaten) dan selatan dengan bagian utara, terjadi konflik pemanfaatan ruang

terbangun dan sebagainya.

Pola pengembangan fisik/tata guna lahan saat ini berupa pola ekstensifikasi dan

intensifikasi. Pola intensifikasi lebih banyak dijumpai pada daerah terbangun di pusat-

pusat kegiatan/pusat kota, sedangkan pola ekstensifikasi dijumpai pada daerah-daerah

pinggiran kota atau daerah transisi.

Melihat visi dan misi Kabupaten Tangerang serta fungsi yang berkembang saat ini yang

menekankan kepada kegiatan industri akan menimbulkan konsekuensi meningkatnya

aktivitas penduduk Kabupaten Tangerang. Peningkatan kegiatan tanpa dimbangi

dengan pelayanan sarana dan prasarana yang memadai akan menimbulkan berbagai

permasalahan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya

permasalahan transportasi. Hal ini perlu diantisipasi dalam Revisi RTRW Kabupaten

Tangerang.

Untuk jelasnya sebaran dan kecenderungan penggunaan lahan Kabupaten Tangerang

yang terjadi saat ini dapat dilihat pada bahasan berikut ini.

a) Permukiman Perkotaan

Perkembangan perumahan di Kabupaten Tangerang cenderung berlokasi di selatan

dan di sepanjang jalan regional, namun dengan adanya pembangunan jalur lintas

selatan dan lintas utara di wilayah Kabupaten Tangerang ada kecenderungan

perkembangan permukiman ke wilayah ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

pembangunan kawasan perumahan baru di wilayah ini. Luas daerah perumahan ini

Page 40: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-40

Laporan Akhir

lebih kurang sebesar 4.575 ha atau 4,68 % dari keseluruhan luas kabupaten

Tangerang.

b) Permukiman Perdesaan

Luas penggunaan lahan untuk permukiman perdesaan sebesar 19,04 % dari luas

keseluruhan Kabupaten Tangerang atau sekitar lebih kurang 18.624 Ha. Luas

penggunaan lahan untuk permukiman perdesaan terbesar berada di Kecamatan

Pasar Kemis yaitu sebesar 972,33 Ha dan yang terkecil terdapat di Kecamatan

Pagedangan yaitu sebesar 246,28 Ha.

c) Zona Industri

Visi Kabupaten Tangerang adalah sebagai pusat Industri. Dengan visi tersebut,

maka tidak mengherankan jika di Kabupaten Tangerang saat ini banyak berkembang

zona industri terutama di bagian tengah dan selatan Kabupaten Tangerang. Zona

industri saat ini terkonsentrasi di wilayah bagian tengah - selatan dan sebagian

tersebar di sepanjang jalan utama dan mendekati Jalan Tol. Luas lahan zona industri

saat ini lebih kurang 2.059 Ha atau 2,10 % dari luas wilayah Kabupaten Tangerang.

Luas zona industri terbesar berada di Kecamatan Cikupa yaitu sebesar 539,06 ha,

kemudian disusul pasar Kemis sebesar 472,57 ha.

Sedangkan untuk Kawasan Industri saat ini hanya terkonsentrasi di 8 (delapan)

kecamatan, yaitu di Kecamatan Curug, Cisoka, Panongan, Tigaraksa, Cikupa,

Legok, Pasar Kemis, dan Balaraja. Luas kawasan industri di Kabupaten Tangerang

yaitu sebesar 223,56 Ha atau 0,24 %.

d) Kegiatan Perdagangan dan Jasa

Kabupaten Tangerang cukup potensial dalam kegiatan perdagangan dan jasa, hal

ini nampak dari banyaknya tempat-tempat perdagangan dan jasa serta beraneka

ragam fasilitas pendukungnya. Perkembangan perdagangan dan jasa ini tidak

terlepas dari letak Kabupaten Tangerang yang dekat DKI Jakarta dan berada pada

perlintasan Banten - Jakarta, sebagai akibat dari hal tersebut maka Kabupaten

Tangerang berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa (distribusi dan akumulasi)

berbagai komoditas perekonomian dari wilayah sekitarnya.

Persebaran kegiatan perdagangan dan jasa skala kota (modern) yang terjadi saat ini

yaitu disepanjang Jalan Raya Serang, Kecamatan Cikupa, Legok, Kosambi dan

Page 41: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-41

Laporan Akhir

Balaraja, namun sudah ada upaya untuk mendistribusikan kegiatan perdagangan ke

wilayah-wilayah pinggiran terutama ke wilayah bagian utara. Sedangkan untuk

kegiatan perdagangan skala lokal (tradisional) seperti toko, warung dan pasar

letaknya menyebar mendekati kawasan permukiman. Luas lahan perdagangan saat

ini sebesar ± 936 Ha atau 0,95 %. Sedangkan untuk kegiatan jasa luas lahan secara

keseluruhan sebesar ± 923 Ha atau 0,94 % yang tersebar hampir diseluruh

kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang. Luas terbesar berada di Kecamatan

Cisauk yaitu sebesar 356,25 Ha, kemudian disusul Kecamatan Curug sebesar

229,19 Ha.

e) Sawah Irigasi Teknis

Penggunaan Lahan untuk kegiatan pertanian di Kabupaten Tangerang terdiri dari

sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan, tegalan, kebun campuran, perkebunan,

peternakan, dan perikanan.

Luas lahan pertanian sawah teknis sebesar 30.809 ha atau 31,49 % dari luas

keselurahan Kabupaten Tangerang. Lokasi pertanian sawah teknis ini berada di

bagian utara Kabupaten Tangerang yaitu di Kecamatan Sukamulya, Kresek, Gunung

Kaler, Mekarbaru, Kronjo, Kemiri, Mauk, Rajeg, Sukadiri, Pakuhaji, Sepatan, dan

Sepatan Timur serta sebagian di Kecamatan Sindang Jaya.

f) Sawah Tadah Hujan

Luas sawah tadah hujan di Kabupaten Tangerang sebesar 14.958 ha atau 15,29 %

dari luas wilayah Kabupaten Tangerang yang berlokasi di bagian barat dan selatan

meliputi Kecamatan Jayanti, Cisoka, Solear, Jambe dan Panongan.

g) Kebun campuran dan tegalan

Luas penggunaan lahan kebun campuran dan tegalan mencapai 12.089 ha atau

13,08 % dari keseluruhan luas Kabupaten Tangerang yang tersebar di beberapa

bagian wilayah.

h) Rawa dan Tambak

Luas penggunaan lahan rawa dan tambak sebesar 4.092 ha atau 7,19 % dari

keseluruhan luas Kabupaten Tangerang. Lokasi rawa dan tambak berada di

sepanjang pesisir pantai Kabupaten Tangerang.

Page 42: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-42

Laporan Akhir

i) Hutan

Luas hutan sebesar 1.502 ha atau 1,53 % dari keseluruhan luas Kabupaten

Tangerang yang terdapat di Kecamatan Kronjo, Mauk, Kemiri, Pakuhaji, Teluknaga

dan Kecamatan Kosambi.

j) Penggunaan lain

Luas penggunaan lahan untuk kepentingan lain-lain ini sebesar 5.536 ha atau 5,56

% yang tersebar di Kabupaten Tangerang.

Untuk lebih jelasnya, pola penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang dapat dilihat

pada Gambar 1.12.

1.5.8.2 Pola Penggunaan Lahan

Pola pengembangan fisik/tata guna lahan pada umumnya berupa pola ektensifikasi dan

intensifikasi. Pola intensifikasi lebih banyak dijumpai pada daerah terbangun di pusat-

pusat kegiatan kota, sedangkan pola ektensifikasi dijumpai pada daerah-daerah

pedesaan atau daerah transisi.

Motor ekstensifikasi lainnya yang cukup banyak dijumpai pada pengembangan daerah

baru adalah pola skipping (lompat kodok) yang banyak dilakukan oleh para developer

yang beroperasi di daerah ini khususnya di wilayah bagian selatan Kabupaten

Tangerang. Pola ini sangat produktif dalam membuka wilayah-wilayah pengembangan

baru, karena orientasi pada harga tanah murah merupakan dasar yang paling

mendasari pelaksanaan pola ini.

Page 43: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-43

Laporan Akhir

Tabel 1.9.

Luas Penggunaan Tanah Tiap Kecamatan Kabupaten Tangerang Tahun 2007

(A3)

Page 44: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-44

Laporan Akhir

Gambar 1.15

PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2007

Page 45: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-45

Laporan Akhir

1.6 POTENSI EKONOMI WILAYAH

1.6.1 PDRB, Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, dan Income Perkapita

1.6.1.1 Perkembangan PDRB Kabupaten Tangerang

Untuk menilai berhasil tidaknya pembangunan yang telah dilaksanakan, diperlukan

adanya indikator yang dapat mengukur tingkat keberhasilan pembangunan

tersebut.

PDRB adalah suatu deretan angka yang dipakai sebagai salah satu indikator untuk

megukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Nilai-nilai PDRB biasanya

disajikan menurut deret waktu dari tahun ke tahun, sehingga dapat dilihat setiap

sektor perkembangannya menunjukan trend yang meningkat atau sebaliknya.

Menurut hasil BPS tahun 2005 sampai dengan 2008, jumlah PDRB berdasarkan

harga berlaku yang dihasilkan sektor – sektor ekonomi pada tahun 2008 di

Kabupaten Tangerang adalah sebesar Rp. 30,897,847 (Juta Rupiah). Kondisi

tersebut meningkat dibandingkan tahun 2007 yang jumlahnya sebesar Rp.

28,062,137(Juta Rupiah). Untuk jelasnya lihat Tabel 1-10 dan Gambar 1-16

jumlah PDRB berdasarkan harga konstan yang dihasilkan sektor – sektor ekonomi

pada tahun 2008 di Kabupaten Tangerang adalah sebesar Rp. 18,789,457(Juta

Rupiah). Kondisi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2006 yang jumlahnya

sebesar Rp. 17,576,748 (Juta Rupiah). Untuk jelasnya lihat Tabel 1-11 dan

Gambar 1-17.

Tabel 1-10

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN TANGERANG

ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM JUTA RP )

LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 1,235,988 1,420,806 1,615,131 1,805,799 1,941,057 2,232,612 2,373,118 2,698,208

2 Pertambangan dan Penggalian 9,801 12,420 14,054 16,046 17,230 19,131 21,103 24,529

3 Industri Pengolahan 7,086,960 8,259,052 9,425,015 10,107,607 11,012,568 12,254,100 13,917,242 14,901,236

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 733,087 870,440 1,214,848 1,341,094 1,507,857 2,160,402 2,231,912 2,565,170

5 Bangunan 223,375 256,049 299,456 323,495 379,330 435,419 502,193 601,747

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,472,475 1,760,854 2,068,508 2,262,560 2,594,374 3,055,047 3,755,197 4,204,517

7 Pengangkutan dan Komunikasi 794,384 942,755 1,143,979 1,439,861 1,867,385 2,375,958 2,985,274 3,246,746

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 279,270 327,201 400,551 465,289 532,726 751,528 929,306 1,071,423

9 Jasa-jasa 498,062 586,238 679,584 800,112 918,037 1,131,743 1,346,792 1,584,271

Produk Domestik Regional Bruto 12,333,401 14,435,816 16,861,125 18,561,863 20,770,564 24,415,940 28,062,137 30,897,847

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

Page 46: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-46

Laporan Akhir

Gambar 1-16

Tabel 1-11

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN TANGERANG

ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM JUTA RP )

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 456,563 477,905 498,104 524,758 1,470,644 1,527,190 1,528,482 1,639,108

2 Pertambangan dan Penggalian 5,673 6,274 6,471 7,091 12,597 12,859 13,375 15,179

3 Industri Pengolahan 2,311,261 2,414,723 2,488,230 2,588,026 8,370,263 8,990,704 9,531,945 9,937,052

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 252,274 275,900 284,441 302,328 946,300 1,260,921 1,263,529 1,452,973

5 Bangunan 77,967 82,187 86,109 92,015 285,067 306,272 330,994 386,295

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 496,161 527,378 562,174 583,579 1,878,403 2,027,500 2,300,814 2,502,132

7 Pengangkutan dan Komunikasi 248,255 269,078 289,778 313,464 1,084,697 1,178,599 1,321,673 1,410,897

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 137,545 143,047 158,961 170,255 381,079 422,546 484,298 538,101

9 Jasa-jasa 216,431 226,823 238,835 259,973 641,731 718,865 801,638 907,720

Produk Domestik Regional Bruto 4,202,130 4,423,315 4,613,104 4,841,490 15,070,781 16,445,456 17,576,748 18,789,457

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 47: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-47

Laporan Akhir

Gambar 1-17

Gambar 1-18

GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008

DARI SEKTOR PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN

Page 48: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-48

Laporan Akhir

Gambar 1-19

GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008

DARI SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Gambar 1-20

GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008

DARI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Page 49: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-49

Laporan Akhir

Gambar 1-21

GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008

DARI SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH

Gambar 1-22 GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008

DARI SEKTOR BANGUNAN KONSTRUKSI

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008 Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008 Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008

2004

2005

2006

2007

2008

2004

2005

2006

2007

2008

2004

2005

2006

2007

2008

2004

2005

2006

2007

2008

Page 50: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-50

Laporan Akhir

Gambar 1-23

GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008 DARI SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Gambar 1-24

GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008 DARI SEKTOR

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Page 51: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-51

Laporan Akhir

Gambar 1-25

GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008

DARI SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA

1-26 GRAFIK PDRB KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004-2008

DARI SEKTOR JASA - JASA

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008

2004

2005

2006

2007

2008

2004

2005

2006

2007

2008

Page 52: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-52

Laporan Akhir

1.6.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan perekonomian Kabupaten Tangerang selama 5 (lima) tahun

terakhir terus menunjukan kecenderungan yang semakin membaik. Hal ini

menunjukan semakin pulihya kondisi perekonomian Kabupaten Tangerang,

meskipun belum sepenuhnya keluar dari pengaruh krisis ekonomi

berkepanjangan yang melanda perekonomian Indonesia pada umumnya. Pada

tahun 2008 tingkat pertumbuhan riil sektor ekonomi Kabupaten Tangerang

berdasarkan harga berlaku sebesar 10.18 %, pertumbuhan tertinggi dari sektor

bangunan sebesar 19% sedangkan terendah dari sektor industri pengolahan

sebesar 7.07%. Berdasarkan harga konstan, maka tingkat pertumbuhan ekonomi

pada tahun 2008 sebesar 6.90% pertumbuhan tertinggi dari sektor bangunan

sebesar 16.71%, sedangkan yang terendah dari sektor industri pengolahan

sebesar 4.25%. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 1-12 – 1-14 dan Gambar 1-27 -

Gambar 1-28

Tabel 1-12

LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2001-2008

No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 11.36% 14.95% 13.68% 11.81% 7.49% 15.02% 6.29% 13.70%

2 Pertambangan dan Penggalian 21.88% 26.73% 13.15% 14.18% 7.37% 11.04% 10.31% 16.24%

3 Industri Pengolahan 11.89% 16.54% 14.12% 7.24% 8.95% 11.27% 13.57% 7.07%

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 43.92% 18.74% 39.57% 10.39% 12.43% 15.22% 3.31% 14.93%

5 Bangunan 25.27% 14.63% 16.95% 8.03% 17.26% 14.79% 15.34% 19.82%

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10.78% 19.58% 17.47% 9.38% 14.67% 17.76% 22.26% 12.56%

7 Pengangkutan dan Komunikasi 30.47% 18.68% 21.34% 25.86% 29.69% 27.23% 25.65% 8.76%

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 121.65% 17.16% 22.42% 16.16% 14.49% 41.07% 23.66% 15.29%

9 Jasa-jasa 14.65% 17.70% 15.92% 17.24% 14.74% 23.28% 19.00% 17.63%

Produk Domestik Regional Bruto 15.94% 17.05% 16.80% 10.09% 11.90% 15.51% 14.85% 10.18%

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

Page 53: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-53

Laporan Akhir

Gambar 1-27

Tabel 1-13

LAJU PERTUMBUHAN PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2001-2008

No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 5.87% 4.67% 4.23% 5.35% 3.89% 3.84% 0.08% 7.24%

2 Pertambangan dan Penggalian 1.77% 10.61% 3.14% 9.58% 2.81% 2.08% 4.01% 13.49%

3 Industri Pengolahan 2.33% 4.48% 3.04% 4.01% 5.48% 7.41% 6.02% 4.25%

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 7.44% 9.37% 3.10% 6.29% 7.71% 5.15% 0.21% 14.99%

5 Bangunan 16.75% 5.41% 4.77% 6.86% 8.13% 7.44% 8.07% 16.71%

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.02% 6.29% 6.60% 3.81% 8.55% 7.94% 13.48% 8.75%

7 Pengangkutan dan Komunikasi 22.37% 8.39% 7.69% 8.17% 10.16% 8.66% 12.14% 6.75%

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 67.86% 4.00% 11.13% 7.10% 10.31% 10.88% 14.61% 11.11%

9 Jasa-jasa 5.03% 4.80% 5.30% 8.85% 7.35% 12.02% 11.51% 13.23%

Produk Domestik Regional Bruto 5.86% 5.26% 4.29% 4.95% 6.40% 7.32% 6.88% 6.90%

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 54: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-54

Laporan Akhir

Gambar 1-28

Tabel 1-14

INDEKS HARGA IMPLISIT MENURUT LAPANGAN USAHA

TAHUN 2001-2008

No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 270.72 297.30 324.26 344.12 131.99 146.19 155.26 164.61

2 Pertambangan dan Penggalian 172.78 197.95 217.18 226.28 136.78 148.78 157.78 161.60

3 Industri Pengolahan 306.63 342.03 378.78 390.55 131.57 136.30 146.01 149.96

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 290.59 315.49 427.10 443.59 159.34 171.34 176.64 176.55

5 Bangunan 286.50 311.54 347.76 351.57 133.07 142.17 151.72 155.77

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 296.77 333.89 367.95 387.70 138.12 150.68 162.34 168.04

7 Pengangkutan dan Komunikasi 319.99 350.37 394.78 459.34 172.16 201.59 225.87 230.12

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 203.04 228.74 251.98 273.29 139.79 177.86 191.89 199.11

9 Jasa-jasa 230.12 258.46 284.54 307.77 143.06 157.43 168.01 174.53

Produk Domestik Regional Bruto 293.50 326.36 365.50 383.39 137.82 148.47 159.54 164.44

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

Page 55: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-55

Laporan Akhir

Gambar 1-29

1.6.1.3 Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian Kabupaten Tangerang, sesuai dengan ciri perekonomian

daerah yang mengalami pergeseran dari perdesaan menuju perkotaan. Distribusi

dari masing-masing sector ekonomi atas dasar harga berlaku pada tahun 2008

sebesar 48.23% dari sector Industri Pengolahan, terjadi penurunan jika

dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 49.63%. Hal ini terjadi akibat

kenaikan kontribusi dari sektor listrik, gas dan air serta sector Jasa-jasa terhadap

PDRB Kabupaten. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1-15. dan

Gambar 1-30. sedangkan distribusi dari masing-masing sector ekonomi atas

dasar harga konstan pada tahun 2008 sebesar 52.89% dari sector Industri

Pengolahan, terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu

sebesar 54,23%. Hal ini terjadi akibat kenaikan kontribusi dari sector Listrik, gas

dan air serta sector Jasa-jasa terhadap PDRB Kabupaten. Untuk Jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 1-16. dan Gambar 1-31.

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 56: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-56

Laporan Akhir

Tabel 1-15

DISTRIBUSI PDRB

ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM PROSEN)

No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 10.02% 9.84% 9.58% 9.73% 9.35% 9.14% 8.46% 8.73%

2 Pertambangan dan Penggalian 0.08% 0.09% 0.08% 0.09% 0.08% 0.08% 0.08% 0.08%

3 Industri Pengolahan 57.46% 57.21% 55.90% 54.45% 53.02% 50.19% 49.63% 48.23%

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.94% 6.03% 7.21% 7.22% 7.26% 8.85% 7.96% 8.30%

5 Bangunan 1.81% 1.77% 1.78% 1.74% 1.83% 1.78% 1.79% 1.95%

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.94% 12.20% 12.27% 12.19% 12.49% 12.51% 13.32% 13.60%

7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.44% 6.53% 6.78% 7.76% 8.99% 9.73% 10.65% 10.51%

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2.26% 2.27% 2.38% 2.51% 2.56% 3.08% 3.31% 3.47%

9 Jasa-jasa 4.04% 4.06% 4.03% 4.31% 4.42% 4.64% 4.80% 5.13%

Produk Domestik Regional Bruto 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

Gambar 1-30

Page 57: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-57

Laporan Akhir

Tabel 1-16

DISTRIBUSI PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN

TAHUN 2001 – 2008 ( DALAM PROSEN )

No Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 10.87% 10.80% 10.80% 10.84% 9.76% 9.29% 8.70% 8.72%

2 Pertambangan dan Penggalian 0.13% 0.14% 0.14% 0.15% 0.08% 0.08% 0.08% 0.08%

3 Industri Pengolahan 55.00% 54.59% 53.94% 53.46% 55.54% 54.67% 54.23% 52.89%

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.00% 6.24% 6.17% 6.24% 6.28% 7.67% 7.19% 7.73%

5 Bangunan 1.86% 1.86% 1.87% 1.90% 1.89% 1.86% 1.88% 2.06%

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.81% 11.92% 12.19% 12.05% 12.46% 12.32% 13.09% 13.32%

7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.91% 6.08% 6.28% 6.47% 7.20% 7.17% 7.52% 7.51%

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.27% 3.23% 3.45% 3.52% 2.53% 2.57% 2.76% 2.86%

9 Jasa-jasa 5.15% 5.13% 5.18% 5.37% 4.26% 4.37% 4.56% 4.83%

Produk Domestik Regional Bruto 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2001 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

Gambar 1-31

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 58: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-58

Laporan Akhir

1.6.1.4 Pendapatan Regional Perkapita

Pada tahun 2008 pendapatan regional perkapita Kabupaten Tangerang adalah

sebesar Rp. 8,822,345. atau lebih besar dari tahun 2007, yaitu sebesar Rp.

8,168,985. Untuk jelasnya dapat lihat pada Tabel 1-17.

Tabel 1-17

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) PERKAPITA

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2003 – 2008

( DALAM JUTA RP )

LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007* 2008**

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 1,615,131 1,805,799 1,941,057 2,232,612 2,373,118 2,698,208

2 Pertambangan dan Penggalian 14,054 16,046 17,230 19,131 21,103 24,529

3 Industri Pengolahan 9,425,015 10,107,607 11,012,568 12,254,100 13,917,242 14,901,236

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,214,848 1,341,094 1,507,857 2,160,402 2,231,912 2,565,170

5 Bangunan 299,456 323,495 379,330 435,419 502,193 601,747

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,068,508 2,262,560 2,594,374 3,055,047 3,755,197 4,204,517

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,143,979 1,439,861 1,867,385 2,375,958 2,985,274 3,246,746

8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 400,551 465,289 532,726 751,528 929,306 1,071,423

9 Jasa-jasa 679,584 800,112 918,037 1,131,743 1,346,792 1,584,271

Produk Domestik Regional Bruto 16,861,125 18,561,863 20,770,564 24,415,940 28,062,137 30,897,847

Jumlah Penduduk 2,983,384 3,195,737 3,204,291 3,317,330 3,435,205 3,502,226

PDRB Perkapita

5,651,678

5,808,320

6,482,109

7,360,118

8,168,985 8,822,345

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2003 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

1.6.2 Potensi Ekonomi Daerah

1.6.2.1 Sektor Industri

Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan terus berupaya

meningkatkan hasil dibidang industri di Kabupaten Tangerang. Keberhasilan

sektor perindustrian telah memberikan konstribusi cukup besar dalam

perekonomian daerah. Untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Tangerang, pada tahun 2008 sektor industri pengolahan

menyumbangkan 52.89%,

Page 59: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-59

Laporan Akhir

1.6.2.2 Sektor Perdagangan

Kegairahan dunia usaha sektor perdagangan tahun 2008 di Kabupaten

Tangerang dapat dilihat dari menjamurnya toko, ruko dan pusat perbelanjaan

yang berkembang di kawasan strategis. Untuk Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Tangerang, pada tahun 2008 sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran menyumbangkan 13.32%,

1.6.2.3 Sektor Pertanian

Sub sektor tanaman bahan makanan mencakup komoditi : padi, palawija (jagung

dan kacang tanah) dan sayuran (terung, kacang panjang dan mentimun).

Menurut data dari BPS dan Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang tahun 2008

jenis komoditi yang dihasilkan Kabupaten Tangerang untuk padi sawah, padi

gogo, palawija dan sayuran dapat dilihat pada Tabel 1-18 dimana jumlah

produksi yang dihasilkan untuk padi sawah berjumlah 476,471 ton , sedangkan

untuk jenis sayuran dapat dilihat pada Tabel 1-19 Jumlah produksi berbagai

jenis sayuran pada tahun 2008 menurun jumlah produksinya sekitar 75% dari

produksi tahun 2004. Untuk buah-buahan produksi pada tahun 2008 jika

dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya ada yang mengalami kenaikan

tapi ada juga yang mengalami penurunan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 1-20

Perkembangan produktivitas pertanian untuk padi, padi gogo dan palawija dapat

dilihat pada Tabel 1-21

Tabel 1-18

PRODUKSI PADI SAWAH, PADI GOGO DAN PALAWIJA

DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004 - 2008

No. Jenis

Tanaman Bentuk

Produksi (ton)

2004 2005 2006 2007 2008

1 Padi Sawah Kering Panen 383,140 476,276 487,871 481,987 476,471

2 Padi Gogo Kering Panen 1,888 4,418 3,004 3,656 2,546

3 Jagung Pipilan Kering 1,271 1,664 1,640 191 934

4 Ubi Kayu Ubi Basah 10,188 11,274 6,971 6,249 5,988

5 Ubi Jalar Ubi Basah 1,428 2,439 4,714 2,821 1,170

6 Kacang Tanah Kering tanpa Kulit 1,544 1,292 889 508 539

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 – 2008

Page 60: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-60

Laporan Akhir

Tabel 1-19

PRODUKSI SAYURAN

DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 - 2008

No. Jenis Tanaman Produksi (Ton)

2005 2006 2007 2008

1 Kacang Panjang 9,887 10,050 8,804 2,805

2 Bayam 6,629 5,050 6,507 1,370

3 Terung 3,886 3,542 3,918 1,129

4 Mentimun 13,000 11,345 10,816 3,700

5 Kangkung 9,412 7,525 9,184 3,861

6 Petsai (Sawi) 3,694 3,453 4,473 2,657

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2005 - 2008

Tabel 1-20

PRODUKSI BUAH-BUAHAN

DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 - 2008

No. Jenis Tanaman Produksi (kuintal)

2005 2006 2008

1 Alpukat 417 449 848

2 Jeruk Siam/Keprok 1,353 2,476 2,924

3 Durian 0 31 544

4 Jambu Air 28,923 67,463 33,764

5 Jambu Biji 25,282 25,128 17,851

6 Petai 1,602 2,497 1,607

7 Melinjo 2,983 3,839 3,629

8 Sukun 5,631 4,544 3,976

9 Sirsak 562 611 538

10 Sawo 162 149 411

11 Pisang 409,288 47,318 68,352

12 Rambutan 141,824 39,085 119,471

13 Pepaya 29,643 21,577 10,084

14 Nanas 1,484 92 28

15 Nangka 63,824 28,356 21

16 Mangga 106,069 101,259 210,800

17 Jeruk Besar 7,358 6,579 8,111

18 Duku 1,218 468

19 Belimbing 11,056 14,780 18,392

Page 61: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-61

Laporan Akhir

Tabel 1-21

PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH PADI GOGO DAN PALAWIJA

DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2004 - 2008

No. Jenis Tanaman Bentuk Produktivitas (Kut/Ha)

2003 2004 2005 2006 2007

1 Padi Sawah Kering Panen 66.75 67.05 67.30 67.41 67.52

2 Padi Gogo Kering Panen 45.17 45.27 45.45 45.59 45.62

3 Jagung Pipilan Kering 29.08 28.25 28.42 28.57 28.74

4 Ubi Kayu Ubi Basah 124.09 124.85 125.83 126.24 125.80

5 Ubi Jalar Ubi Basah 92.13 94.89 94.84 95.30 95.14

6 Kacang Tanah Kering tanpa Kulit 27.23 16.84 16.94 17.05 17.11

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2004 - 2008

1.6.2.4 Sektor Peternakan

Populasi ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Tangerang pada tahun

2008 adalah, Kambing (147,891 ekor) Domba (126,988 ekor), Sapi potong

(45,730 ekor), Kerbau (20,710 ekor), Babi (7.685 ekor), dan Kuda (136 ekor).

Sedangkan untuk unggas terdiri dari Ayam Pedaging (29,216,758 ekor), Ayam

Petelur (6,868,149 ekor), Ayam Buras (5,254,011 ekor) dan Itik (573,815 ekor),

Untuk lebih jelasnya, perkembangan populasi ternak ini dapat dilihat pada Tabel

1-22

Tabel 1-22

DATA PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK TAHUN 2006 - 2008

No Jenis Ternak Populasi (ekor)

2006 2007 2008

1 Sapi Potong 13,088 26,859 45,730

2 Kerbau 19,550 11,887 20,710

3 Kuda 36 128 136

4 Kambing 48,546 66,641 147,891

5 Domba 45,828 69,934 126,988

6 Babi 5,123 4,848 7,685

7 Itik 315,901 414,254 573,815

8 Ayam Buras 1,821,823 1,013,170 5,254,011

9 Ayam Ras Petelur 2,356,443 4,112,100 6,868,149

10 Ayam Ras Pedaging 2,616,499 17,370,000 29,216,758

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2006 - 2008

Page 62: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-62

Laporan Akhir

1.6.2.5 Sektor Perikanan

Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Tangerang meliputi kegiatan perikanan

laut, perikanan perairan umum (rawa, situ, ex galian pasir, sungai), tambak,

kolam dan mina padi. Pada tahun 2008 produksi perikanan laut mencapai

17.426,00 ton, produksi perikanan perairan umum mencapai 128.60 ton,

produksi budi daya ikan tambak mencapai 6.953,70 ton, produksi budi daya ikan

kolam mencapai 2.212,40. Untuk mengetahui perkembangan produksi kegiatan

perikanan di Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada Tabel 1-23

Tabel 1-23

PERKEMBANGAN PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2005 - 2008

No Jenis Usaha Produksi (Ton)

2005 2006 2007 2008

Penangkapan

1 Laut 16,045.50 16,532.71 16,597.60 17,426.00

2 Perairan Umum 144.60 157.54 126.60 128.60

Total 16,190.10 16,690.25 16,724.20 17,554.60

Budidaya

1 Tambak 7,287.10 7,309.50 7,875.40 6,953.70

2 Kolam 1,884.00 2,096.40 2,197.00 2,212.40

3 Sawah 9.60 15.10 9.80 11.50

4 Jaring Apung 119.50 79.50 122.80 172.40

5 Budidaya Laut 2,874.50 2,830.00 3,014.80 3,266.20

Total 12,174.70 12,330.50 13,219.80 12,616.20

TOTAL 28,364.80 29,020.75 29,944.00 30,170.80

Sumber: Tangerang Dalam Angka, BPS 2005 - 2008

1.6.2.6 Sektor Pariwisata

Kegiatan pariwisata di Kabupaten Tangerang terdapat di 7 (tujuh) kecamatan. Di

Kecamatan Kresek terdapat 3 situ yaitu Garukgak, Patrasana, Cilongek,

Kecamatan Kronjo terdapat obyek wisata Pulau Cangkir (makam pangeran Jaga

Laut), Kecamatan Mauk terdapat obyek wisata Tanjung Kait (kelenteng Tua dan

penyeberangan ke Pulau laki / Kepulauan Seribu), Kecamatan Teluk Naga

terdapat obyek wisata Pantai tanjung Pasir dan Pantai Muara, Kecamatan

Kosambi terdapat wisata pantai Dadap, serta Kecamatan Cisoka terdapat

makam kramat dan komunitas monyet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 1-24

Page 63: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-63

Laporan Akhir

Tabel 1-24

SEBARAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN TANGERANG

KECAMATAN JENIS OBYEK WISATA KETERANGAN

Kreek

Situ Garukguk

Situ Lotrasana

Situ Cilongek

Kronjo Pulau cangkir Makam Pangeran Jaga Laut

Mauk Pantai Tanjung Kait Kelenteng Tua dan penyeberangan ke Pulau Laki

Teluknaga Pantai Tanjung Pasir

Pantai Muara Warung makanan dan minuman

Kosambi Pantai dadap Restoran Sea Food

Cisoka Makam Kramat Komunitas Kera

Sumber : Hasil Survey 2009

1.6.3 Keuangan Daerah

Pada tahun anggaran 2008 realisasi penerimaan daerah dan pendapatan asli daerah

Kabupaten Tangerang bersumber dari 3 (tiga) sumber, yaitu pendapatan asli daerah

(pajak daerah, retribusi daerah, BUMD dan lainnya), dana perimbangan (bagi hasil

pajak, bagi hasil bukan pajak dan dana alokasi umum), penerimaan lain-lain dengan

total penerimaan sebesar Rp. 1,663,170,079,000. Penerimaan terbesar ketiga sektor di

atas adalah dari dana peimbangan (hasil pajak, hasil bukan pajak dan dana alokasi

umum) sebesar Rp. 1,345,020,566,000 (Tabel 1-25)

Tabel 1-25

REALISASI PENERIMAAN DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 - 2008 (000)

No Uraian 2005 2006 2007 2008

1 Pendapatan Asli Daerah 161,219,546.39 178,060,033.14 231,338,787.87 285,899,513.00

a Pajak Daerah 79,137,104.85 85,205,273.81 107,961,883.45 131,780,751

b Retribusi Daerah 68,434,592.11 75,068,052.91 96,161,266.54 125,374,362

c

Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4,659,467.60 7,783,525.02 8,463,393.15 10,613,768

d Lain-lain 8,988,381.83 10,003,181.40 18,752,244.72 18,130,632

2 Dana Perimbangan 803,277,088.28 908,990,559.65 1,026,412,048.93 1,345,020,566.00

a Bagi Hasil Pajak 261,283,709.98 274,718,311.43 294,597,429.54 356,094,449

b DAU 401,159,000.00 448,770,000.00 508,216,000.00 693,643,000

c DAK 6,500,000.00 4,000,000.00 12,486,000.00 55,131,000

d Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi 134,334,378.30 181,502,248.22 211,112,619.39 240,152,117

3 Lain-lain 23,126,450.00 17,065,000.00 4,000,000.00 32,250,000

TOTAL 987,623,084.67 1,104,115,592.79 1,261,750,836.80 1,663,170,079.00

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2005 – 2008

* Perbaikan

** Sementara

Page 64: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-64

Laporan Akhir

Sebagai besar sumber penerimaan dalam APBD Kabupaten Tangerang sekitar 80 %

lebih berasal dari bagian dana perimbangan. Sedangan sumber penerimaan yang

berasal dari Pendapatan Asli Dearah hanya memberikan kontribusi kurang dari 20 %

setiap tahunnya selama kurun waktu tahun 2005 - 2008.

Selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 sumber penerimaan

Kabupaten Tanggerang yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagian

besar berasal dari pajak daerah dan restribusi. Sedangkan sumber penerimaan yang

berasal dari bagian dana perimbangan lebih banyak berasal dari Dana Alokasi Umum

(DAU) dan bagi hasil bukan pajak (Gambar 1-32 - Gambar 1-34)

Gambar 1-32

DISTRIBUSI SUMBER PENERIMAAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008 (DALAM PERSEN)

Page 65: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-65

Laporan Akhir

Gambar 1-33

DISTRIBUSI SUMBER PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008 (DALAM PERSEN)

Gambar 1-34

DISTRIBUSI SUMBER PENERIMAAN DANA PERIMBANGAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008 (DALAM PERSEN)

2005 2006 2007 2008

Tahun 2005 -2008

2005 2006 2007 2008

2005 2006 2007 2008

Page 66: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-66

Laporan Akhir

Realisasi pengeluaran keuangan daerah, terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran

pembangunan. Total realisasi belanja rutin dan belanja pembangunan pada tahun 2008

adalah sebesar Rp. 1,458,263.441.000 yang terdiri dari belanja Aparatur sebesar

Rp. 916,436,957.000 atau 62.84% dari total pengeluaran keuangan daerah dan belanja

publik sebesar Rp. 541,826,484.000 atau 37,16% dari total pengeluaran keuangan

daerah. Nampak bahwa sebagian besar anggaran pemerintah daerah lebih banyak

terserap untuk membiayai belanja aparatur dibandingkan pengeluaran untuk

pembiayaan publik. Untuk lebih jelasnya realisasi penerimaan dan pengeluaran

keuangan daerah Kabupaten Tangerang tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 1-26

dan Gambar 1-35. Sedangkan distribusi belanja aparatur dan public dapat dilihat pada

Tabel 1-27 dan Gambar 1-36

Tabel 1-26

DATA PERKEMBANGAN BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008

No Jenis

Belanja

Nilai (ribu rupiah)

2005 2006 2007 2008

1 Aparatur 249,894,205.33 175,871,543.23 256,205,238.28 916,436,957.00

2 Publik 689,757,013.73 710,664,460.50 1,015,303,117.01 541,826,484.00

Total 939,651,219.06 886,536,003.73 1,271,508,355.29 1,458,263,441.00

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2005 – 2008

Gambar 1-35

PERKEMBANGAN BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008

2005 2006 2007 2008

Page 67: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-67

Laporan Akhir

Tabel 1-27

DISTRIBUSI BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008

No Jenis

Belanja

Nilai (Prosen)

2005 2006 2007 2008

1 Aparatur 26.59% 19.84% 20.15% 62.84%

2 Publik 73.41% 80.16% 79.85% 37.16%

Total 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Sumber Tangerang dalam angka, BPS 2005 – 2008

Gambar 1.36

KOMPOSISI BELANJA APARATUR DAN PUBLIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2005 – 2008

1.7 ISU STRATEGIS

Kabupaten Tangerang layaknya seperti kota satelit seperti Depok, Bogor dan Bekasi yang

berfungsi sebagai counter magnet metropolitan Jakarta. Kabupaten Tangerang sebagai

wilayah penyeimbang dan penyangga Ibukota Jakarta merupakan wilayah yang besar,

sebagai akibat tekanan sektor kependudukan, ekonomi, sosial politik. Tekanan sektor-

sektor tersebut dapat dimaklumi karena percepatan petumbuhan pembangunan di

wilayah ini relatif tinggi. Pertumbuhan yang demikian pesat ini telah menimbulkan

2005 2006 2007 2008

Page 68: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-68

Laporan Akhir

permasalahan yang cukup kompleks dalam hal pemanfaatan ruang kota, yaitu telah

terjadinya pengalihan fungsi peruntukan lahan dari peruntukan yang telah direncanakan,

seperti munculnya pusat-pusat kegiatan baru, pertumbuhan perumahan yang tidak

ditunjang akses jalan yang memadai, dan tuntutan pengembangan infrastruktur perkotaan

yang tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk, termasuk akibat derasnya urbanisasi ke

Kabupaten Tangerang.

Perkembangan kegiatan di Kabupaten Tangerang saat ini sangat pesat, baik fisik, sosial

ekonomi, sosial budaya, dan aspek lainnya. Berbagai isu strategis saat ini mulai

mengedepan dan ramai dibahas. Isu tersebut pada dasarnya berorientasi pada

percepatan pembangunan, peningkatan ekonomi wilayah, peningkatan kesejahteraan

masyarakat, respon terhadap aspirasi masyarakat, dan menanggapi permintaan-

permintaan yang datang dari berbagai pihak, khususnya keinginan para investor untuk

menanamkan investasinya di Kabupaten Tangerang. Hal ini disebabkan oleh daya tarik

daerah ini sebagai salah satu daerah yang sedang berkembang dan memiliki daya saing

(comparative advantage) yang cukup baik. Aksesibilitas yang cukup tinggi terhadap

pusat-pusat pengembangan nasional maupun propinsi (Jakarta, Serang, Kota

Tangerang, Depok, dan Bogor), dan aspek pendukung lainnya.

Salah satu wujud untuk merespon perkembangan, aspirasi, dan permintaan yang

datang dari berbagai pihak ini dan sebagi upaya pengurangan permasalahan dan

peningkatan potensi-potensi pembangunan di Kabupaten Tangerang adalah dengan

melakukan revisi terhadap tata ruang wilayahnya, sebagai salah satu bentuk rujukan

pembangunan di Kabupaten Tangerang.

Upaya revisi dan penyempurnaan tata ruang ini diharapkan mampu menggali

kemungkinan-kemungkinan "meningkatkan nilai jual" aspek-aspek pembangunan

daerah sebagai daya tarik investasi bagi para pelaku ekonomi yang berniat

menanamkan modalnya di Kabupaten Tangerang. Penawaran dan "penjualan" kegiatan

wilayah yang akan di-launching ini harus dianalisis dan dikemas sedemikian rupa

sehingga selaras dengan mekanisme kegiatan usaha yang biasa dilaksanakan oleh

para pengusaha atau investor, sekaligus memberikan dampak perkembangan dan

peningkatan pemerataan pembangunan di Kabupaten Tangerang. Untuk maksud ini

perlu dilakukan pendekatan multidisiplin dan multikriteria yang melibatkan banyak pihak

terkait, karena permasalahan dan potensi yang berkembang sudah mengarah pada

kompleksitas persoalan yang multi dimensional.

Page 69: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-69

Laporan Akhir

Berdasarkan hal tersebut ada beberapa isu yang dapat dijadikan sebagai dasar

pertimbangan dalam penyusunan RTRW Kabupaten Tangerang ini. Adapun isu-isu

strategis yang perlu dipertimbangkan tersebut diantaranya di antaranya meliputi :

Munculnya Wacana Pembentukan Megapolitan Area

Perkembangan Ibukota Jakarta yang begitu pesat menuntut kebutuhan ruang yang

cukup besar, sementara ketersediaan ruang di Ibukota Jakarta sangat terbatas.

Keterbatasan ruang di Ibukota Jakarta ini memunculkan wacana pembentukan

“Megapolitan Area” yang salah satu bagian wilayahnya adalah Kabupaten

Tangerang. Dengan adanya wacana ini maka Kabupaten Tangerang perlu

mengantisipasinya dengan cara berbenah diri yang salah satu bentuknya adalah

dengan merevisi RTRW yang ada sehingga mampu mengantisipasi hal tersebut,

terutama dalam hal keterkaitan dengan pengelolaan ruang bersama antara DKI

Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bogor, Kabupaten Bogor,

Kota Depok, dan Cianjur.

Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Tol

Keterkaitan dengan rencana pembangunan Jalan Tol baru yang melintasi wilayah

Kabupaten Tangerang antara lain Jalan Lingkar Luar Jakarta atau JORR II (Cinere –

Serpong dan Serpong – Tangerang).

Pengelolaan DAS Cisadane

Berkaitan dengan keberadaan DAS Cisadane sebagai sumber air baku bagi

Kabupaten Tangerang dan Kota/Kabupaten disekitarnya, sebagai media buangan air

limbah, dan sistem drainase dan penanganan masalah banjir di Kabupaten

Tangerang dan sekitarnya, oleh karena itu perlu adanya perencanaan secara

terpadu yang bertujuan untuk mengamankan fungsi DAS tersebut dari mulai wilayah

hulu, tengah, maupun wilayah hilir.

Rencana Perluasan Bandara Soekarno Hatta

Berkaitan dengan adanya rencana perluasan Bandara Soekarno Hatta, maka dalam

Revisi RTRW Kabupaten Tangerang ini hal tersebut perelu diantisipasi, teruma

menyangkut perubahan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah-wilayah di

sekitar bandara.

Page 70: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-70

Laporan Akhir

Pemadu Serasian RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW Wilayah sekitarnya

Sebagai bagian dari wilayah Propinsi Banten, maka perlu adanya upaya untuk

memadu serasikan antara RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW Propinsi

Banten, RTRW Kota/Kabupaten di Provinsi Banten, terutama manyangkut kebijakan-

kebijakan strategis yang telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi Banten yang

berkaitan dengan wilayah Kabupaten Tangerang. Disamping itu perlu pula upaya

untuk memaduserasikan antara RTRW Kabupaten Tangerang dengan RTRW DKI

Jakarta dan RTRW Kabupaten Bogor khususnya pada wilayah-wilayah perbatasan

atau pintu-pintu masuk.

Perubahan dan Alih Fungsi Lahan

Seperti halnya tata ruang di berbagai daerah di

Indonesia, perubahan dan alih fungsi lahan antara

yang tertuang dalam rencana dan kejadian yang terjadi

di lapangan, banyak mengalami penyimpangan, baik

yang dilakukan oleh masyarakat dan pelaku ekonomi,

maupun oleh pelaksana atau aparat karena adanya

desakan permintaan pasar yang sulit untuk dihindari,

contohnya alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman, alih fungsi kawasan

lindung menjadi kawasan budidaya, dll. Keadaan ini memberikan konsekuensi

terhadap tidak efektifnya rencana tata ruang Oleh sebab itu perlu pengkajian kembali

untuk meluruskan dan mengarahkan kembali penggunaan lahan agar tidak terjadi

pergeseran yang tidak diinginkan.

Peningkatan Jumlah Penduduk

Sebagai wilayah yang sedang mengalami perkembangan, Kabupaten Tangerang

menjadi suatu wilayah yang memberikan daya tarik bagi masyarakat untuk

dikunjungi. Hal ini didukung pula oleh adanya aksesibilitas yang baik yang

mempermudah masyarakat masuk dan keluar wilayah ini. Di satu sisi keberadaan

wilayah Kabupaten Tangerang yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta

membawa konsekuensi meningkatnya jumlah penduduk di wilayah ini, terutama

akibat keterbatasan DKI Jakarta dalam menampung jumlah penduduk pendatang.

Peningkatan Jumlah Permohonan Investasi

Perbaikan dan pulihnya kondisi ekonomi nasional setelah dilanda krisis yang

berkepanjangan, telah memberikan aroma segar bagi perkembangan investasi dan

Page 71: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-71

Laporan Akhir

ekonomi daerah di seluruh Indonesia. Perkembangan yang menggembirakan ini,

meskipun belum seratus persen pulih, telah membangkitkan permintaan akan

investasi di Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu

kabupaten yang memiliki nilai comparative advantage tinggi, karena kedekatannya

dengan Metropolitan Jakarta, Kota Tangerang, Bogor, dan Depok serta didukung

pula aksesibilitas yang memadai terhadap pusat pertumbuhan lainnya, memiliki

potensi daya tarik investasi yang cukup baik pula. Keadaan ini perlu diantisipasi

dengan tata ruang yang tanggap terhadap perkembangan investasi sekaligus tetap

berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Peningkatan jumlah

permohonan investasi ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan atau

permohonan investasi di bidang perumahan skala besar yang merupakan salah satu

isu yang mulai berkembang di Kabupaten Tangerang sebagai konsekuensi

kedekatannya dengan pusat-pusat pertumbuhan nasional dan regional seperti Kota

Tangerang, Jakarta, dan daerah lainnya.

Comparative advantage Kabupaten Tangerang, juga telah menyebabkan

meningkatnya permintaan akan lokasi kawasan industri, yang selain mempunyai

akses dengan jalan tol, juga memiliki potensi hamparan ruang yang cukup

menggiurkan. Pada saat ini lokasi tersebut merupakan pusat pertanian tanaman padi

yang sangat potensial, sehingga perkembangannya perlu mendapatkan proses

analisis yang sangat seksama, agar memberikan hasil yang tidak merugikan baik

dari sudut pandang ekologi, ekonomi, maupun keberlanjutan pembangunan di masa

yang akan datang, dan kesejahteraan penduduk lokal yang saat ini menggarap

lahan tersebut.

Perkembangan kawasan industri tidak boleh dipandang sebagai keuntungan nilai

ekonomi sesaat semata, akan tetapi diperlukan kearifan dan kebijaksanaan yang

holistik untuk perkembangan yang lebih emnguntungkan secara jangka panjang dan

memberikan pengaruh regional dan nasional.

Penanganan Kawasan Lindung

Adanya Perubahan guna lahan dari Kawasan Lindung seperti sempadan pantai,

sempadan sungai, dan lainya menjadi kawasan budidaya seperti permukiman

memerlukan penangan secara lebih tegas dan bijaksana agar kelestarian lingkungan

tidak terganggu. Pemanfaatan ruang bagi kegiatan lain yang bukan peruntukannya,

pengrusakan lingkungan, konflik penggunaan ruang dan lain sebagainya, dapat

Page 72: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-72

Laporan Akhir

disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Bisa oleh masyarakat atau pelaku

kegiatan ekonomi sebagai user penggunaan ruang, maupun ketidak tegasan aparat

pengawas dan pengendali pembangunan, maupun lemahnya peraturan yang

memayungi penggunaan ruang tersebut. Ketegasan penegak hukum juga sering

menjadi salah satu faktor dominan dalam pembangunan daerah di Indonesia, dan

mungkin juga di Kabupaten Tangerang. Oleh sebab itu, produk rencana tata ruang

(development plan) perlu didampingi oleh produk lainnya yang tidak kalah

pentingnya, yaitu pengendalian tata ruang (development control) khususnya yang

berkaitan dengan kawasan lindung. Dua produk ini sebaiknya dibuat secara simultan

dalam bentuk saling melengkapi sebagai produk yang berbeda. Development control

dibuat setelah development plan dibuat.

Pengelolaan Sistem Transportasi

Pengaturan arus trasportasi (traffict flow), pembagian arus pergerakan (traffict

distribution) perlu dirancang dengan baik untuk menghindari adanya pendistribusian

arus pergerakan yang tidak seimbang. Keadaan ini dapat merugikan efisiensi

pergerakan karena dapat menimbulkan kemacetan, kerusakan jalan, pertumbuhan

yang tidak merata, dan kerugian lainnya bagi para pengguna jalan. Ruas-ruas jalan

di Kabupaten Tangerang banyak yang mengalami bottle neck dan berpengaruh

terhadap kemacetan, khususnya di ruas-ruas tertentu, baik di pusat kota maupun di

beberapa daerah perbatasan dengan kabupaten atau kota lain. Untuk itu perlu dikaji

sistem transportasi yang lebih optimal.

Selain itu dengan adanya perkembangan jalur regional dan nasional di Kabupaten

Tangerang telah menuntut adanya peningkatan baik fungsi maupun fisik jalan.

Keadaan ini telah menjadikan adanya peningkatan fungsi jalan yang perlu disikapi

secara positif dan dipersiapkan pola perkembangannya agar serasi dengan pola

ruang dan penggunaan lahan di sekitarnya. Akses-akses tambahan seperti

interchange dan akses lainnya perlu dipersiapkan secara matang dan optimal, agar

memberikan manfaat yang diinginkan oleh semua pihak.

Peningkatan Infrastruktur

Perkembangan wilayah dan penduduk yang begitu cepat di Kabupaten Tangerang

menuntut adanya peningkatan infrastruktur. Infrastruktur yang perlu dipersiapan

tersebut meliputi : sistem pengelolaan persampahan (TPA), sistem pengelolaan

limbah (IPAL), sistem penanganan banjir (drainase) terkait dengan fungsi DAS

Page 73: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-73

Laporan Akhir

Cisadane, sistem penyediaan air bersih, sistem penyediaan energi, serta sistem

komunikasi.

Pengelolaan Kawasan Pesisir Utara

Pengelolaan kawasan pesisir merupakan komitmen

Bangsa Indonesia sebagai negara maritim terbesar

dunia, demikian juga dengan Kabupaten Tangerang

yang memiliki beberapa wilayahnya sebagai wilayah

pesisir, pantai dan kelautan. Sumberdaya pesisir

pantai dan laut ini harus dipersiapkan sedemikian

rupa sehingga perkembangannya sesuai dengan

norma-norma pembangunan berkelanjutan dan memberikan nilai sosial ekonomi

yang optimal.

Pada saat ini telah tumbuh permintaan eksplorasi sumberdaya pesisir dan kelautan

di Kabupaten Tangerang, salah satu di antaranya adalah penambangan pasir laut.

Dalam pelaksanaannya telah terjadi konflik yang cukup menganggu, sehingga perlu

pengaturan yang holistik dalam pengembangan wilayah pesisir pantai ini.

Kondisi Bathimetri dan pergerakan arus di kawasan Pantai Utara Kabupaten

Tangerang dapat dilihat pada Gambar 1.37 dan 1.38.

Page 74: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-74

Laporan Akhir

Gambar 1.37 Peta Bathimetri

Page 75: Final Bab 1. Pendahluanoke

RTRW Kabupaten Tangerang

1-75

Laporan Akhir

Gambar 1.38

Pergerakan arus kawasan Pantai