bab i 03 final

Upload: gilang-afriani-permatasari

Post on 13-Jul-2015

2.323 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pneumonia merupakan 'predator` balita nomor satu di negara

berkembang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia diseluruh dunia sekitar 19 % atau berkisar 1,6 2,2 juta. Dimana sekitar 70 % terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. Persentase ini terbesar bahkan bila dibandingkan dengan Diare (17 %) dan malaria (8 %). (Said M, 2006) Di Indonesia, prevalensi pneumonia pada balita cenderung meningkat. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia meningkat, berkisar 18,5 - 38,8 %. Faktor risiko yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas pneumonia. Risiko pneumonia meningkat pada bayi laki-laki dan umur kurang dari 2 bulan. (Rachmat H, 2002) Di Jawa Barat, pada akhir tahun 2000, Pneumonia mengakibatkan 150.000 bayi atau balita meninggal tiap tahun, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit. (Irma, 2010) Selain permasalahan diatas rendahnya cakupan penemuan penderita merupakan masalah utama setiap daerah di indonesia. Dari hasil cakupan penemuan penderita di 25 provinsi pada tahun 1999/2000 ternyata rata-rata cakupan baru 34,22%. Rendahnya cakupan penemuan penderita di masyarakat bukan saja di sebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tetapi juga disebabkan oleh kuantitas dan kualitas dalam melakukan promosi pneumonia balita kepada masyarakat. (Rachmat H, 2002) 1

Oleh karena itu program Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (P2 ISPA) dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pneumonia perlu melakukan promosi penanggulangan pneumonia yang ditujukan pada masyarakat (terutama Ibu Balita), tokoh masyarakat dan para pengambil keputusan serta petugas kesehatan yang berada di tempat-tempat pelayanan kesehatan terdepan seperti; puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, posyandu dan praktek swasta.(Rachmat H, 2002) 1.2. Masalah Belum diketahuinya tingkat keberhasilan Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2010. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Mengevaluasi Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok. 1.3.2. Tujuan Khusus 1) Diketahuinya pelaksanaan Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok. 2) Diketahuinya keberhasilan Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok periode januari desember 2010 3) Diketahuinya masalah - masalah dalam pelaksanaan Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok. 4) Memberikan saran berupa alternatif pemecahan masalah guna pemecahan masalah dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok. 2

1.4.

Manfaat 1.4.1. Manfaat bagi Puskesmas Menjadi sarana evaluasi program Puskesmas terutama Program Penanggulangan pneumonia pada balita yang merupakan sub program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular guna mencegah dan menekan angka kejadian pneumonia sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 1.4.2. Manfaat bagi Mahasiswa a.Dapat melakukan analisis masalah terhadap Program

Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok. b. Dapat menentukan Mas Depok. c.Dapat memberikan saran bagi pemecahan masalah pada Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran Mas Depok. prioritas masalah pada Program Penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Pancoran

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pneumonia II.1.1. Definisi Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak 4

seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit pada anak usia < 2 bulan, 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. (Wilson, 2006) Pneumonia masih menjadi penyakit terbesar penyebab kematian anak dan juga penyebab kematian pada banyak kaum lanjut usia di dunia. World Health organization (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19 % atau berkisar 1,6 2,2 juta, di mana sekitar 70% nya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah dilaksanakan pemerintah selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia. Campak, pertusis dan juga difteri bisa juga menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakit penyerta pada pneumonia balita. Di samping itu, sekarang telah tersedia vaksin Hib dan vaksin pneumokokus konjugat untuk pencegahan terhadap infeksi bakteri penyebab pneumonia dan penyakit berat lain seperti meningitis. Namun vaksin ini belum masuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Pemerintah. (Said M, 2006) Proporsi kematian balita akibat pneumonia lebih dari 20 % (di Indonesia 30 %) angka kematian pneumonia balita di atas 4 per 1000 kelahiran hidup (di Indonesia diperkirakan masih di atas 4 per 1000 kelahiran hidup). Menurut SKRT 2001 urutan penyakit menular penyebab kematian pada bayi adalah pneumonia, Pneumonia, tetanus, ISPA sementara proporsi penyakit menular penyebab kematian pada balita yaitu pneumonia (22,5%), Pneumonia (19,2%) infeksi saluran pernafasan akut (7,5%), malaria (7%), serta 5

campak (5,2%) Angka kejadian pneumonia di Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 mengalami penurunan. Kasus pneumonia pada tahun 2004 sebanyak 293.184 kasus dengan kasus Angka Insiden (AI) 13,7; tahun 2005 sebanyak 193.689 kasus dengan AI 8,95;dan pada tahun 2006 sebanyak 146.437 kasus dengan AI 6,7. (Depkes RI, 2004) II.1.2. Etiologi Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri). Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi). (Wilson, 2006) Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae type b (Hib). (Wilson, 2006) Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara lain: a. Status gizi bayi Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang

6

didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit. (Beck, 2000) b. Riwayat persalinan Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah dini dan persalinan preterm. (Setiowulan, 2000) c. Kondisi sosial ekonomi orang tua Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia. d. Lingkungan tumbuh bayi Lingkungan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat. (Infokes, 2006) e. Konsumsi ASI Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif. Terjadinya suatu peningkatan kasus penyakit tertentu dan atau kejadian luar biasa sewaktu-waktu bisa terjadi secara sporadis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor determinan yang sifatnya saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Penyebab utama yaitu belum meratanya cakupan pelayanan kesehatan, keberadaan kader belum sepenuhnya berfungsi sebagaimana harapan, transportasi yang sulit, penderita dalam tahap observasi/penanganan/ pengobatan 7

drop out, alokasi dana tidak seiring dengan jadwal yang semestinya. (Wilson, 2006)

II.1.3. Klasifikasi Dalam penentuan klasifikasi penyakit pneumonia dibedakan atas 2 kelompok, yaitu: 1) Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, klasifikasi dibagi atas : 2) Pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia. 3) Kelompok umur 60 x per menit sama atau > 50 x per menit

Sumber: WHO 2005

II.1.5. Penatalaksanaan Pengobatan mikroorganisme ditujukan kepada Walaupun pemberantasan adakalanya tidak

penyebabnya.

diperlukan antibiotika jika penyebabnya adalah virus, namun untuk daerah yang belum memiliki fasilitas biakan mikroorganisme akan menjadi masalah tersendiri mengingat perjalanan penyakit berlangsung cepat, sedangkan di sisi lain ada kesulitan membedakan penyebab antara virus dan bakteri. Selain itu, masih dimungkinkan adanya keterlibatan infeksi sekunder oleh bakteri. (Wilson. 2006) Oleh karena itu, antibiotika diberikan jika penderita telah ditetapkan sebagai Pneumonia. Ini sejalan dengan kebijakan Depkes RI (sejak tahun 1995, melalui program Quality Assurance ) yang memberlakukan pedoman penatalaksaan Pneumonia bagi Puskesmas di seluruh Indonesia. II.1.6. Pencegahan 9

Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat mirip dengan Flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan tips berikut : 1) Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang berpotensi penularan. 2) Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA. 3) Membiasakan pemberian ASI. 4) Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi). 5) Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan. Dan segera ke Rumah Sakit jika kondisi anak memburuk. 6) Imunisasi Haemophilus Hib (untuk memberikan Vaksin kekebalan terhadap influenzae, Pneumokokal Heptavalen

(mencegah IPD= invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan. 7) Menyediakan persyaratan : a.Memiliki luas ventilasi sebesar 12 20% dari luas lantai. b. Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%. c.Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat pembakaran dan tempat penampungan sampah sementara maupun akhir. (Menkes, 1999) II.2. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit pneumonia di puskesmas Program pencegahan dan penanggulangan penyakit pneumonia di puskesmas adalah salah satu usaha pokok di puskesmas. Secara umum program P2P meliputi penemuan kasus dini, diagnosis, pengobatan, 10 rumah sehat bagi bayi yang memenuhi

surveilans, distribusi logistik, komunikasi informasi dan edukasi. (Rachmat H, 2002) Program P2P ini dilaksanakan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang dilaksanakan dengan mengintensifkan peningkatan mutu pelayanan, meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektorial terkait, serta meningkatkan partisipasi masyarakat secara luas antara lain melalui organisasi profesi dan LSM di pusat maupun daerah. (Rachmat H,2002) Kegiatan-kegiatan dalam program P2P adalah sebagai berikut : a) Advokasi dan sosialisasi yang bertujuan untuk mendapatkan

komitmen politisi dan kesadaran dari semua pihak pengambil keputusan dan seluruh masyarakat dalam upaya pengendalian pneumonia sehingga angka kematian dan kesakitan karena pneumonia dapat dicegah. Sasaran utama advokasi: pengambil keputusan (pemerintah daerah dan dinas-dinasnya), sasaran sosialisasi: pengambil kebijakan (anggota dewan, pemerintah daerah, LSM, dsb). b) Penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia. Pneumonia dan kasus pneumonia merupakan kegiatan inti dalam

tatalaksana

pengendalian pneumonia balita. 1. Penemuan kasus pneumonia Penemuan kasus secara pasif: Setiap petugas kesehatan di unit pelayanan kesehatan (UPK) melakukan deteksi dini kasus pneumonia balita sesuai kriteria klasifikasi kasus. Penemuan kasus secara aktif: Dilaksanakan oleh petugas UPK bersama kader aktif mendatangi sasaran (pasien) diwilayah kerja atau lapangan. 11

2. Tatalaksana kasus pneumonia: Penderita yang ditemukan dilapangan di rujuk ke UPK, penderita yang di UPK di berikan pengobatan sesuai tatalaksana rumah sakit. c) Pemberdayaan masyarakat: standar pneumonia. Penderita dengan klasifikasi pneumonia berat dan atau ada tanda bahaya harus segera di rujuk ke

1. Sosialisasi kepada tokoh masyarakat untuk menggerakan peran serta masyarakat dalam pengendalian pneumonia. 2. Sosialisasi program P2M pneumonia pada kader posyandu, desa siaga dan relawan. 3. Penyuluhan oleh kader kepada orang tua dan pengasuh balita. 4. Penyuluhan oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan pencarian pengobatan masyarakat yang dilakukan pada saat kunjungan rumah pada pasien yang tidak datang saat kunjungan ulang ke puskesmas d) e) f) Pengelolaan logistik: Pengelolaan logistik sangat di perlukan dalam Surveilans sentinel: Tujuannya untuk mengetahui gambaran Supervisi: Dilakukan untuk mengamati masalah yang dihadapi

menunjang pelaksanaan pengendalian pneumonia. epidemiologi pneumonia dan faktor risikonya. program pengendalian pneumonia secara berjenjang dan memberikan fasilitas teknik pemecahan/solusinya. Sasaran: daerah atau UPK dengan kelengkapan dan ketetapan laporan yang rendah, pencapaian program cakupan yang rendah. g) Pencatatan dan pelaporan. Untuk melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit pneumonia, diperlukan data dasar (baseline) dan data program yang lengkap dan akurat, yang diperoleh dari; pelaporan rutin berjenjang setiap bulan. h) Kemitraan: Untuk meningkatkan peranan serta masyarakat, lintas sektoral sehingga pendekatan pelaksanaan program pengendalian pneumonia dapat terlaksana secara terpadu dan komprehensif. 12

Pada program P2P, terdapat kebijakan mutu bertujuan untuk memberikan arah dalam penanggulangan pneumonia di wilayah kerja puskesmas. Terdapat beberapa target yang harus dicapai atau sasaran mutu seperti dibawah ini: a) b) c) d) e) 100% cakupan penemuan penderita pneumonia balita Cakupan pedoman P2P untuk puskesmas 100% Tenaga terlatih tatalaksana kasus P2P (termasuk MTBS) 60% 100% cakupan pengelola progaram P2P terlatih 100% kelengkapan laporan

f) 80% ketepatan laporan Pelaksanaan P2P di puskesmas kecamatan maupun kelurahan membutuhkan sumber daya manusia, yaitu dokter umum sebagai pemeriksa dan perawat sebagai wasor program dan petugas perawatan kesehatan masyarakat, dan analis sebagai pemeriksa laboratorium. Pembiayaan P2P bersumber dari anggaran APBN, APBD, tingkat I dan II, BLN, LSM, dan swadana masyarakat.

II.3.

Evaluasi Program II.3.1. Pendekatan Sistem Terdapat beberapa macam pengertian dari sistem yang dikemukakan, antara lain: (Azwar A, 1998) 1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. (Ryans, 2000) 2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu 13

unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien. (John McManama). 3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. 4. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling memepengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu disebut sebagai sistem apabila ia memiliki beberapa ciri pokok sistem. Ciri-ciri pokok yang dinaksud banyak macamnya, jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu: (Azwar A, 1998) 1) Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan. 2) Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. 3) Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan. 4) Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia tertutup terhadap lingkungan.

14

Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen sehingga membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. (Azwar A, 1998) Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi. Prinsip pokok pendekatan sistem dalam pekerjaan

administrasi dapat dimanfaatkan untuk dua tujuan. Pertama, untuk membentuk sesuatu, sebagai hasil dari pekerjaan administrasi. Kedua, untuk menguraikan sesuatu yang telah ada dalam administrasi. Jika pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa keuntungan, antara lain: a) Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan b) Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran secara tepat. c) Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih tepat dan objektif. d) Umpan balik dapat diperoleh pada setiap pelaksanaan program. II.3.2.Unsur-Unsur Sistem Sistem tebentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Unsur-unsur tersebut adalah : 1. Masukan (input)

15

Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. 2. Proses Kumpulan bagian atau elemen dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang telah direncanakan. 3. Keluaran (output) Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Umpan balik (feedback) Kumpulan bagian yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. 5. Dampak (impact) Akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem. 6. Lingkungan (environment) Dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Bagan 1. Hubungan Unsur-Unsur Sistem

LINGKUNGAN

MASUKAN

PROSES

KELUARAN

DAMPAK

16

UMPAN BALIK

II.3.3.

Sistem dalam Administrasi Kesehatan Dalam administrasi kesehatan, unsur-unsur sistem dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :

1. Sistem sebagai upaya menghasilkan pelayanan kesehatan.

Jika suatu sistem dipandang sebagai suatu upaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan, maka : a) Masukan adalah perangkat administrasi yaitu tenaga, dana, sarana dan metoda. b) Proses adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian. c) Keluaran adalah pelayanan kesehatan yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat. 2. Sistem sebagai suatu upaya untuk menyelesaikan masalah kesehatan Jika sistem kesehatan dipandang sebagai suatu upaya untuk menyelesaikan masalah kesehatan, maka : a) Masukan adalah setiap masalah kesehatan yang ingin diselesaikan b) Proses adalah perangkat administrasi yaitu tenaga, dana, sarana dan metode. c) Keluaran adalah selesainya masalah kesehatan yang dihadapi. 17

II.3.4.

Penilaian Sistem Menurut WHO, penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan dan perencanaan suatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya. Sedangkan menurut The American Public Association, penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Penilaian dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program, sehingga dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu : a) Penilaian pada tahap awal program (formative evaluation) Tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan. b) Penilaian pada tahap pelaksanaan program (promotive evaluation) Tujuannya adalah untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak, atau apakah telah terjadi penyimpanganpenyimpangan. c) Penilaian pada tahap akhir program (summative evaluation) Tujuan utamanya secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu untuk mengukur keluaran serta untuk mengukur dampak

II.3.5. Ruang Lingkup Penilaian Hal-hal yang dapat dinilai dari suatu program kesehatan adalah amat luas sekali.

Tetapi secara praktis, ruang lingkup penilaian dapat dibedakan atas 4 kelompok : 1. Penilaian terhadap masukan 18

Termasuk ke dalamnya adalah yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga, maupun sumber sarana. 2. Penilaian terhadap proses Penilaian terhadap proses lebih dititikberatkan pada pelaksanaan program, yang mencakup mulai pada tahap perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan program. 3. Penilaian terhadap keluaran Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dari dilaksanakannya suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak Mencakup pengaruh yang ditimbulkan dari dilaksanakannya suatu program.

BAB III METODE EVALUASI

III.1. Pengumpulan Data 19

Evaluasi dilakukan pada program penanggulangan pneumonia pada balita di puskesmas Pancoran Mas Depok. Data-data diperoleh dari : 1. Profil Kesehatan Puskesmas Pancoran Mas Tahun 2010 2. Laporan bulanan Progaram Kerja penanggulangan pneumonia pada balita Puskesmas Pancoran Mas Tahun 2010 3. Penilaian kinerja Puskesmas UPT Puskesmas Pancoran Mas 2010 4. Wawancara dengan koordinator pelaksana program penaggulangan pneumonia pada balita Puskesmas Pancoran Mas Depok. III.2. Cara Penilaian Dan Evaluasi Cara yang digunakan yaitu antara lain: 1. Menetapkan tolok ukur dari masukan, proses, keluaran, dampak, umpan balik, dan lingkungan berdasarkan nilai standar dari buku stratifikasi Puskesmas 2. sebagai masalah 3. Membandingkan masukan, proses, dampak, uumpan balik, dan lingkungan dengan tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai penyebab masalah 4. 5. penyebab masalah 6. masalah III.3. Penetapan Indikator Dan Tolok Ukur Sebagai langkah awal, akan ditetapkan indikator untuk mengukur keluaran sebagai keberhasilan dari suatu program, kemudian membandingkan hasil pencapaian tiap-tiap indikator keluaran dengan tolok 20 Memberi saran-saran untuk pemecahan Menetapkan prioritas penyebab masalah Mencari alternatif jalan keluar Membandingkan keluaran dengan tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan

ukur masing-masing. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada pelaksanaan program. Tabel 2. Tolok Ukur Keluaran.No 1 Variabel Cakupan penemuan penderita pneumonia Angka fatalitas kasus pneumonia Definisi operasional atau rumus Jumlah kasus pneumonia yang di temukan x 100% Target penderita Pneumonia di wilayah kerja Target = 10 % x jumlah balita Jumlah penderita mati karena pneumonia x 100% Jumlah penderita pneumonia yang dilayani 3 Kualitas tatalaksana pneumonia Kualitas tatalaksana pneumonia (diperiksa, didiagnosis, diterapi dengan tepat) Jumlah balita yang ditangani x100% Jumlah kasus pneumonia yang di temukan Penemuan kasus pneumonia berat >55% Tolok Ukur Keberhasilan 86%

2

0%

4

Penemuan kasus pneumonia berat

= 65 Jumlah 1.838 8.747 19.172 3.216 198 33.171 Kelurahan Pancoran Mas 3.245 8.290 24.355 10.829 3.356 50.075 5.083 17.037 43.527 14.045 3.554 83.246 Jumlah

Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan 2010

Tabel 8. Distribusi penduduk, Jumlah RT dan RW 31

Uraian

Jumlah RT

Jumlah RW

Pancoran Mas Depok JUMLAH

128 104 232

20 22 42

Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan 2010

Tabel 9. Distribusi Penduduk menurut tingkat pendidikan.Uraian

Pancoran

Mas

Depok

Jumlah Tidak tamat SD -

32

Tamat SD 2637 1184

3821 Tamat SLTP 907 1343

33

2250 Tamat SMU 1904 1215

3119 Tamat Diploma 298 278

576

34

Tamat AK/PT

189

242

431 Sumber : Data Kelurahan 2010

Tabel 10. Distribusi penduduk menurut pekerjaan.Uraian Pancoran Mas Depok

Jumlah Petani 282 -

35

282 Pedagang 2.395 1.359

3.754 Buruh 1.621 3.108

36

4.754 Wiraswasta 2.517 5.432

7.949 PNS/TNI/POLRI 1.167 1.123

37

2.290 Pengrajin 478 447

925 Sumber : Data Kelurahan 2010

Tabel 11. Derajat kesehatan Penduduk MortalitasUraian

38

Jumlah Jumlah bayi lahir mati

5 kasus Jumlah kematian ibu hamil

39

Jumlah kematian bayi

2 kasus Jumlah kematian neonatus menurut penyebab:

a. Kematian Neonatal

40

13 orang

b. Asfiksia berat

2 orang

c. BBLR

41

6 orang

d. Infeksi lainorang Sumber : Laporan tahunan puskesmas pancoran mas tahun 2010

3

Morbiditas a.Penyakit InfeksiTabel 12. Penyakit infeksi di puskesmas pancoran mas.

42

Uraian Jumlah ISPA Penyakit Pulpa 1400 Diare 906 Pneumonia 451 DBD 367 TBC 146 Chikungunya 0 kasus kasus kasus kasus kasus kasus 10.001 kasus

Sumber : Laporan tahunan puskesmas pancoran mas tahun 2010

b.Penyakit Non Infeksi Tabel 13. Penyakit non infeksi di puskesmas pancoran mas.Uraian Jumlah Gastritis 1.406 kasus Hipertensi 2.850 kasus Myalgia 1.624 kasus

43

Diabetes Melitus kasus Gizi Buruk 558 kasus

14

Sumber : Laporan tahunan puskesmas pancoran mas tahun 2010

IV.1.3. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang berupa fisik dan non fisik sangat menunjang untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas memiliki beberapa sarana kesehatan diantaranya obat-obatan, alat kesehatan, sarana transportasi, fasilitas kesehatan, dan sumber dana. a. Obat obatan sumber dana untuk obat obatan berasal dari swadana dan subsidi. b.fasilitas kesehatan

Tabel 14. Sarana pelayanan kesehatan swasta wilayah kerja puskesmas pancoran masJenis sarana Depok Rumah sakit 4 1 Kel.Pancoran Mas Jumlah 3 Kel.

44

BP/Klinik

3

5 8

Rumah bersalin 1 Dokter Praktek Umum

0

1

1 5

4

DR.Spesialis THT 1 Dr.Gigi

0

1

0 7

7

Klinik Fisiothherapi 1 Dr. Spesialis Saraf 1 Bidan 10 Apotik Optik 8 Laboratorium Radiologi 1 Pengobatan Tradisional 4 1 Toko Obat 2

0

1

0

1

7

3

1 7 2 6

8

0 1 0 1

1

0

4 Akupuntur 1 0

0

2

45

Sumber: Perencanaan dan penganggaran program kesehatan terpadu (P2KT)Puskesmas Pancoran Mas 2010

IV.1.4. Gambaran Mengenai Puskesmas IV.1.4.1. Sumber Daya Manusia Untuk menunjang kegiatan dan prograam dibidang kesehatan, diperlukan sumber daya manusia yang memadai. Berikut di sajikan jumlah pegawai yang bertugas di wilayah Kelurahan Puskesmas Pancoran Mas.

Tabel 15. Keadaan tenaga dipuskesmas Pancoran Mas.Jenis Tenaga yang ada Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat Sarjana Non Kesehatan Bidan 5 2 0 0 4

46

Perawat Perawat Gigi Entomologi Epidemiologi Asst. Apoteker Analis Tenaga Gizi Sanitarian TU/Bendahara Umum/ Pekarya Administrasi Juru Obat Petugas Kebersihan Penjaga Puskesmas 1 1 3 1 3

5 1 0 0 1 1 1 1

1

Sumber: Perencanaan dan penganggaran program kesehatan terpadu Puskesmas Pancoran Mas 2010

IV.1.4.2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja a. Struktur Organisasi Puskesmas Pancoran mas terletak di Jalan Pemuda No.2 kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Puskesmas Pancoran Mas saat ini sebagaimana didalam Pedoman Kerja Puskesmas yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1990, 47

sebagai acuan yang dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas, terdiri dari : 1. Unsur Pimpinan 2. Unsur Pembantu Pimpinan 3. Unsur Pelaksana a. Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional b. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing c. Unit-unit terdiri dari : Unit 1: Pemberantasan Penyakit Menular Unit 2: Kesehatan Keluarga Unit 3: Pemulihan Kesehatan dan Rujukan Unit 4: Kesehatan Lingkungan Unit 5: Perawatan Unit 6: Penunjang Unit 7: Pelayanan Khusus b. Tata Kerja 1. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing. 2. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib mengikuti dan memenuhi petunjuk-petunjuk atasan 48 : Kepala Puskesmas : Urusan Tata Usaha

serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang di tetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok sesuai dengan peratuiran perundang-undangan yang berlaku. 3. Kepala puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan semua unsur dalam lingkungan puskesmas, memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksana tugas masing-masing. 4. Setiap unsur dilingkungan puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.

Bagan 2. Struktur OrganisasiBAGAN STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS PANCORAN MAS KOTA DEPOK KEPALA PUSKESMAS Dr. Lely Nurlaely

Dalam Gedung

Luar Gedung

49

BPU Dr.Intan Dr. Yuli

BPG Drg.Ema Drg.Melly

KIA/KB/IMUNISASI. Bidan Eka Bidan Melly Bidan Nolisa

MTBS Dr.Yoga Nr.Deksih

Gizi Poppy Zahroh

Loket, Kasir Laboratorium,obat,farmasi Aan, Ocky, Etik, edy, Mat Ali. TU Afi Gofur Nr.Aini Eddy

Kesling Ecih

CHN,PSN,Posyandu Nr. Deksi

UKS/UKGS Perawat Kiki

50

IV.2 Data Khusus Dibawah ini merupakan data yang di peroleh berdasarkan laporan bulanan program P2P di Puskesmas Pancoran Mas Tahun 2010 Tabel 16. jumlah penduduk Usia balita kelurahan Depok dan Pancoran MasNo Kelurahan Jumlah penduduk Jumlah penduduk usia balita (10% 1 2 Pancoran Mas Depok Jumlah 45.405 41.933 87.338 penduduk ) 4.541 4.199 8.740

Sumber : Laporan Bulanan Penanggung Jawab Program P2P ISPA di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Periode Januari-Desember tahun 2010

Tabel 17. Target penemuan penderita pneumonia pada balitaNo 1 2 Kelurahan Pancoran Mas Depok Jumlah Target penemuan penderita

pneumonia balita (10% balita ) 454 420 874

Sumber : laporan puskesmas pancoran mas 2010

51

Tabel 18. Realisasi penemuan penderita pneumonia pada kelurahan Pancoran Mas Puskesmas Pancoran Mas depok Tahun 2010Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah < 1 thn 17 9 16 6 8 2 7 11 7 5 8 96 Pneumonia 1-4thn 20 4 12 7 9 8 1 9 7 28 105 Jumlah 37 13 28 13 17 2 15 12 16 12 36 201 % 8,1 2,9 6,2 2,9 3,7 0,4 3,3 2,6 3,5 2,6 7,9 44,3

Sumber : Laporan Bulanan Penanggung Jawab Program P2P ISPA di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Periode Januari-Desember tahun 2010

52

Tabel 19. Realisasi penemuan penderita pneumonia pada kelurahan Depok Puskesmas Pancoran Mas depok Tahun 2010Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah < 1 thn 21 6 19 8 13 8 10 16 2 18 121 Pneumonia 1-4thn 19 4 17 4 15 3 9 6 21 11 21 130 Jumlah 40 10 36 12 28 3 17 16 37 13 39 251 % 9,5 2,4 8,6 2,9 6,7 0,7 4,1 3,8 8,8 3,0 9,2 59,8

Sumber : Laporan Bulanan Penanggung Jawab Program P2P ISPA di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Periode Januari-Desember tahun 2010

53

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASANV.1. Identifikasi Masalah. Identifikasi masalah yang ada pada program penanggulangan pneumonia pada balita di Puskesmas Kecamatan pancoran mas periode Januari hingga desember 2010 dilakukan dengan membandingkan pencapaian keluaran dengan tolok ukur.

54

Tabel 20. Identifikasi masalah program penaggulangan pneumonia pada balita Puskesmas Kecamatan pancoran masNo 1 Variabel Cakupan penemuan penderita pneumonia Tolok ukur 86% Pencapaian Jumlah kasus pneumonia yang di temukan x 100% Target penderita Pneumonia di wilayah kerja Target = 10 % x jumlah balita Pancoran mas: 201/454 x100% = 44,2% Depok : 251/420 x 100% = 59,7% Jumlah penderita mati karena pneumonia x 100% Jumlah penderita pneumonia yang dilayani = 0 x 100% = 0 452 Jumlah balita yang ditangani x100% Jumlah kasus pneumonia yang di temukan = 452 x 100% = 100% 452 Masalah (+)

2

Angka fatalitas kasus pneumonia

0%

(-)

3

4

Meningkatnya kualitas tatalaksana pneumonia (diperiksa, didiagnosis, diterapi dengan tepat) Penemuan kasus pneumonia berat

>55%

(-)