bab 1 laporan beton[final].docx
TRANSCRIPT
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Semen
Semen adalah material yang mengeras apabila dicampur dengan air dan
setelah mengeras tidak mengalami perubahan kimia jika dikenai air. Semen
yang dikenal sekarang ini, yang disebut sebagai Semen Portland, tersusun
dari senyawa-senyawa utama yaitu C3S, C2S, C3A, dan C4AF. Semen
terbuat dari campuran kalsium, silica, alumina, dan oksida besi. Untuk
menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian
untuk membentuk clinker, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan
gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai, lalu dihaluskan sehingga
menghasilkan produk semen yang dapat digunakan.
1.2 Agregat
Agregat mengisi 60-80% dari volume beton, karena itu karakteristik kimia,
fisik, dan mekanik agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton yang dihasilkan. Agregat alam
diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa batuan
induk, sehingga sifat agregat tergantung dari sifat batuan induknya. Agregat
yang baik mempunyai bentuk yang menyerupai kubus atau bundar, bersih,
keras, kuat, bergradasi baik, dan stabil secara kimiawi.
Berdasarkan ASTM C-33, agregat dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok yaitu agregat kasar (memiliki batas bawah pada ukuran 4,75 mm)
dan agregat halus (memiliki batas atas pada ukuran 4,75 mm dan batas bawah
pada ukuran 0,075 mm).
Karakteristik bentuk dan tekstur luar agregat memegang peranan penting
terhadap sifat beton. Partikel dengan ratio luas permukaan terhadap volume
yang tinggi dapat menurunkan kelecakan (workability) campuran beton.
Agregat yang berbentuk flaky dapat merugikan bagi durabilitas beton karena
cenderung terorientasi pada satu bidang, sehingga air dan gelembung udara
dapat terbentuk dibagian bawahnya.
Kelompok 2 1
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Tekstur permukaan agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
segar seperti kelecakan. Bentuk dan tekstur permukaan agregat halus, dapat
mempengaruhi kebutuhan air pada campuran beton, semakin banyak
kandungan void pada agregat yang tersusun secara tidak padat, semakin
tinggi kebutuhan air.
Selain itu, agregat harus stabil secara kimiawi, sehingga tidak akan merusak
hasil reaksi hidrasi beton. Kandungan silica dan karbonat yang bersifat reaktif
pada agregat perlu diperhatikan karena bahan ini dapat memicu terjadinya
reaksi alkali-agregat dan reaksi karbonat-agregat.
1.3 Air
Ketidakmurnian air dapat mempengaruhi proses setting semen, sehingga
dapat menimbulkan efek negatif terhadap kekuatan beton dan dapat pula
menimbulkan korosi pada tulangan.
Kualitas air pencampur biasanya disyaratkan sebagai air yang dapat diminum.
Namun syarat ini sebenarnya tidak absolut, apabila air mengandung kadar
sodium dan potassium yang tinggi (biasa dijumpai pada air tanah), air
tersebut tidak lagi cocok untuk digunakan sebagai air campuran karena dapat
menimbulkan reaksi alkali-agregat.
Air yang dapat digunakan untuk campuran beton biasanya memiliki pH
antara 6,0 – 8,0 dan rasanya tidak payau. Air yang mengandung bahan
organik dapat menghambat proses pengerasan beton. Air laut dapat
meningkatkan resiko perkaratan tulangan, air laut (kadungan garam <=
35.000 ppm) dapat digunakan sebagai air pencampur untuk beton tanpa
tulangan. Air yang mengandung jamur juga tidak cocok digunakan sebagai air
pencampur karena dapat meningkatkan jumlah udara dalam campuran,
sehingga dapat menimbulkan efek negatif terhadap kekuatan.
Kelompok 2 2
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
1.4 Metodologi Percobaan
Penentuan Parameter Dari Material BetonAgregat Halus dan Agregat Kasar
(Analisis saringan, pemeriksaan bahan lolos saringan #200, zat organik dalam agregat halus, analisis specific gravity dan penyerapan agregat halus)
Penetapan Variabel PerencanaanKategori jenis struktur
Rencana slumpKekuatan tekan rencana beton
Ukuran maksimum agregat kasarPerbandingan air semen
Kandungan agregat kasarKandungan agregat halus
Pelaksanaan Praktikum Campuran BetonPengukuran SLUMP aktual
Pembuatan benda uji silinderPencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan
Perawatan Benda Uji
Pemeriksaan Kekuatan Tekan Hancur Beton
Kesimpulan
Kelompok 2 3
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
BAB II
PENGUJIAN MATERIAL PEMBENTUK BETON
2.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat
2.1.1 Tujuan Praktikum
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat halus
dan kasar yang didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material
kering dengan volumenya.
2.1.2 Peralatan
a. Timbangan
b. Talam kapastitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c. Tongkat pemadat yang terbuat dari baja
d. Mistar perata
e. Sekop
f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat
pemegang
2.1.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar atau agregat halus.
2.1.4 Prosedur Pemeriksaan
a. Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasitas wadah lalu keringkan dengan oven pada suhu (110±5)°C
sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji
b. Berat wadah (W 1 ¿ditimbang
c. Benda uji dimasukkan ke dalam wadah sampai penuh
d. Untuk perhitungan berat benda uji gembur, setelah dimasukkan ke
dalam wadah, benda uji diratakan dengan mistar perata lalu ditimbang
(W2)
Kelompok 2 4
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
e. Untuk perhitungan berat benda uji padat, isi wadah dengan benda uji
dalam tiga lapis yang sama besar(masing-masing 1/3 volume wadah,)
lalu ketiga lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara
ditusukkan sebanyak 25 kali lalu ditimbang (W2)
f. Berat benda uji dihitung W 3=W 2−W 1
2.1.5 Perhitungan
Berat volume agregat = W 3
V (kg/liter); V = isi wadah (liter)
Contoh perhitungan
Berat volume agregat = 3,8382,781
= 1,380 kg/liter
2.1.6 Laporan Hasil Pengamatan
Observasi I
Tabel 2.1 Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
Agregat Kasar Padat Gembur
A
. Volume Wadah 2,781 Liter 2,781 Liter
B. Berat Wadah 2,702 Kg 2,702 Kg
C.
Berat Wadah + Benda
Uji 6,540 Kg 6,180 Kg
D
. Berat Benda Uji (C-B) 3,838 Kg 3,478 Kg
Berat Volume (D/A) 1,380 Kg/Liter 1,250 Kg/Liter
Observasi II
Tabel 2.2 Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Agregat Halus Padat Gembur
A
. Volume Wadah 2,781 Liter 2,781 Liter
B. Berat Wadah 2,702 Kg 2,702 Kg
Kelompok 2 5
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
C. Berat Wadah + Benda Uji 5,64 Kg 5,42 Kg
D
. Berat Benda Uji (C-B) 2,938 Kg 2,718 Kg
Berat Volume (D/A) 1,056 Kg/Liter 0,977 Kg/Liter
2.1.7 Analisis Data
Hasil pemeriksaan menunjukkan berat volume agregat yang padat lebih
besar dibandingkan dengan berat volume agregat yang gembur, baik
pada agregat halus maupun agregat kasar. Hal itu disebabkan pada
perhitungan berat volume agregat padat dilakukan penumbukan
sebanyak 25 kali pada 3 lapisan setiap 1/3 volume wadah. Penumbukan
tersebut berguna untuk memadatkan agregat dalam wadah sehingga
tempat kosong (void) pada volume wadah berkurang dan makin banyak
agregat yang masuk. Dengan demikian, nilai berat (W) makin besar
sedangkan volume (V) tetap.
Pada keadaan gembur, agregat tidak dipadatkan sehingga banyak celah
atau pori-pori yang ada di dalam wadah yang berisi agregat tersebut.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa berat volume agregat dalam
keadaan gembur lebih ringan.
2.1.8 Kesimpulan
Berat volume agregat kasar pada keadaan padat ialah 1,38 kg/ltr
Berat volume agregat kasar pada keadaan gembur ialah 1,250 kg/ltr
Berat volume agregat halus pada keadaan padat ialah 1,056 kg/ltr
Berat volume agregat halus pada keadaan gembur ialah 0,977 kg/ltr
2.2 Analisis Saringan Agregat Kasar
2.2.1 Tujuan Praktikum
Menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam agregat yang lolos
saringan dan pembagian butiran (gradasi) pada agregat kasar.
2.2.2 Peralatan
Kelompok 2 6
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi pengatur suhu
c. Talam untuk wadah agregat
d. Sekop
e. Seperangkat saringan
Tabel 2.3 Daftar Ukuran Saringan Agregat Kasar
Daftar Ukuran Saringan Agregat
Nomor
Saringan
Ukuran lubang
mm inci
- 25 -
- 19 3/4
- 9,5 3/8
No. 4 4,75 3/16
No. 8 2,38 -
2.2.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar seberat 3000 gram.
2.2.4 Prosedur Pemeriksaan
1. Masukkan contoh agregat kasar yang beratnya 3000 gram ke dalam
talam. Keringkan dalam oven sampai mencapai berat tetap
2. Agregat kasar disaring dengan saringan sesuai spesifikasi saringan
yang telah disebutkan pada subbab alat dan bahan dengan saringan
berukuran besar berada di paling atas.
3. Hitung berat tertahan dimasing-masing saringan.
2.2.5 Perhitungan
Menghitung persentase berat benda uji yang bertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji.
Kelompok 2 7
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
2.2.6 Laporan Hasil Pengamatan
Tabel 2.4 Analisis Saringan Agregat KasarAnalisis Saringan Agregat Kasar
Berat Contoh 3000 gr
Ukuran
Saringan
(mm)
Berat
Tertahan
(gr)
Persentase
Tertahan
Persentase
Tertahan
Kumulatif
Persentase
Lolos
Kumulatif
SPEC
ASTM
C33-90
25,0 0 0% 0% 100% 100
19,0 586 19,533% 19,533% 80,467% 90-100
9,5 2394 79,8% 99,333% 0,667% 20-55
4,75 13 0,433% 99,766% 0,233% 0-10
2,38 7 0,233% 100% 0% 0-5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kurva Gradasi Agregat Kasar
minimum specmaximum speckurva gradasi
Ukuran Saringan (mm)
Pers
enta
se Lo
los K
umul
atif
Kelompok 2 8
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Gambar 2.1 Kurva Gradasi Agregat Kasar
2.2.7 Analisis Data
Hasil grafik yang diperoleh menunjukkan kurva gradasi agregat kasar
sebagian besar berada dibawah batas minimum agregat kasar sehingga
kurang layak digunakan karena tidak memenuhi standar ASTM C33-90.
Penumpukan berat tertahan berlebih terjadi di saringan pada ukuran 19
mm dan 9,5 mm. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengurangi jumlah
agregat ukuran 19 mm dan 9,5 mm. Agregat kasar ini kurang baik
digunakan sebagai bahan campuran pembuat beton. Untuk
mengatasinya dapat dilakukan pemilihan ukuran agregat kasar dengan
komposisi yang lebih sesuai agar masuk ke kurva maksimum dan
minimum gradasi.
2.2.8 Kesimpulan
Dalam praktikum ini didapat jumlah agregat yang tertahan pada
saringan. Untuk saringan yang berukuran 25 mm tidak ada jumlah
agregat yang tertahan. Saringan dengan ukuran 19 mm jumlah agregat
yang tertahan yaitu sejumlah 586 gram. Untuk saringan yang berukuran
9, mm jumlah agrgat yang tertahan yaitu sejumlah 2394 gram. Untuk
saringan yang berukuran 13 mm dan 2,38 mm jumlah agregat yang
tertahan yaitu sebesar 13 gram dan 7 gram. Dalam kurva gradasi
tersebut dapat diketahui bahwa agregat kasar dalam praktikum ini tidak
layak digunakan dalam pembuatan beton.
2.3 Analisis Saringan Agregat Halus
2.3.1 Tujuan Praktikum
Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
2.3.2 Peralatan
Kelompok 2 9
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
a. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ±
5)°C
b. Alat pemisah contoh (sample spliter)
c. Timbangan
d. Mesin penggetar saringan
e. Talam-talam
f. Seperangkat saringan dengan ukuran:
Tabel 2.5 Daftar Ukuran Saringan Agregat Halus
Daftar Ukuran Saringan Agregat Halus
Nomor saringanUkuran lubang
mm inci
- 9,5 3/8
No. 4 4,75 -
No. 6 2,36 -
No. 16 1,18 -
No. 30 0,6 -
No. 50 0,003 -
No. 100 0,15 -
No. 200 0,075 -
2.3.3 Bahan
Benda uji yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara
perempatan. Berat benda uji adalah 500 gram
2.3.4 Prosedur Pemeriksaan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C sampai
beratnya konstan
b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan, susunan saringan dimulai
dari saringan paling besar di atas. Perangkat saringan diguncang
dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
2.3.5 Perhitungan
Kelompok 2 10
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Pada pemeriksaan ini, perhitungan dilakukan untuk mencari modulus
kehalusan pada agregat halus.
Modulus kehalusan = jumlah % tertahankumulatif sampai ukuran0,15mm
100
= 257.5100
= 2,575
2.3.6 Laporan Hasil Pengamatan
2.3.6.1 Analisis Gradasi Saringan
Tabel 2.6Analisis Saringan Agregat Halus
Analisis Saringan Agregat Halus
Berat Contoh 500 gr
Ukuran
Saringan
(mm)
Berat
Tertahan
(gr)
Persentase
Persentase
Tertahan
Kumulatif
Persentase
Lolos
Kumulatif
SPEC
ASTM
C33-90
9,5 0 0% 0% 100% 100
4,75 35 7% 7% 93% 95 – 100
2,36 59 11.8% 18.8% 81.2% 80 – 100
1,18 89 17.8% 36.6% 63.4% 50 – 85
0,60 78 15.6% 52.2% 47.8% 25 – 60
0,30 57 11.4% 63.6% 36.4% 10 – 30
0,150 79 15.8% 79.3% 20.7% 2 – 10
0,075 95 19% 98,3% 1,7% -
PAN 8 1.6% 100% 0% -
Total 500 100% - - -
Modulus kehalusan : 2,575
Kelompok 2 11
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
0.01 0.1 1 100
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kurva Gradasi Agregat Halus
maximum specminimum speckurva gradasi agregat halus
Ukuran Saringan (mm)
Pers
enta
se Lo
los K
umul
atif
Gambar 2.2 Kurva Gradasi Agregat Halus
2.3.7 Analisis Data
Berdasarkan hasil perhitungan modulus kehalusan didapat nilai modulus
kehalusan sebesar 2,575. Perhitungan modulus kehalusan tersebut
menggunakan persentase komulatif tertahan dari ukuran 9,5 mm sampai
0,15 mm. Nilai modulus yang didapat sudah sesuai dalam rentang
modulus kehalusan ideal yaitu 2,3-3,00.
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa kurva gradasi agregat halus
sebagian besar berada di dalam rentang batas antara kurva maksimum
dan minimum. Sebagian kurva gradasi ada yang berada di atas batas
maksimum karena persentase lolos kumulatif pada saringan ukuran 0,3
mm melebhi batas maksimum. Hal tersebut dapat diatasi dengan
penambahan agregat ukuran 0,3 mm. Hasil gradasi tersebut cukup
memenuhi standar ASTM C33-90 dan agregat halus tersebut cukup layak
digunakan sebagai bahan campuran beton.
2.3.8 Kesimpulan
Modulus kehalusan agregat halus yang didapat adalah sebesar 2,575.
Agregat yang diuji termasuk dalam rentang agregat halus ideal.
Kelompok 2 12
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Walaupun beberapa titik ada yang berada di luar batas maksimum dan
minimum, tetapi hal tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan
terhadap keidealan agregat halus.
2.4 Pemeriksaan Kadar Air Agregat
2.4.1 Tujuan Praktikum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang
terkandung dalam agregat dan berfungsi sebagai koreksi terhadap
pemakaian air untuk campuran beton yang disesuaikan dengan kondisi
agregat lapangan.
2.4.2 Peralatan
a. Timbangan
b. Oven yg bersuhu sampai 110,5oC
c. Talam logam berkapasitas cukup besar
2.4.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah agregat halus (pasir) dan agregat kasar .
2.4.4 Prosedur Percobaan
a. Timbang dan catat berat talam (W1)
b. Masukan benda uji ke dalam talam, kemudian berat talam + benda uji
ditimbang(W2)
c. Berat benda uji dihitung W3=W2-W1
d. Benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven.
e. Setelah kering contoh ditimbang (W4)
f. Berat benda uji kering dihitung W5=W4- W1
Kelompok 2 13
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
2.4.5 Perhitungan
Kadar air dalam agregat = C−D
DX 100 %
C = Berat benda uji (B – A)
D = Berat benda uji kering
Contoh perhitungan
Kadar air dalam agregat = 2000−1759
1759X 100 %
2.4.6 Laporan Hasil Pengamatan
Observasi I
Tabel 2.7 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Observasi Pasir
A. Berat Wadah 0 gram
B. Berat Wadah + Benda
Uji 2000 gram
C. Berat Benda Uji (B-A) 2000 gram
D. Berat Benda Uji kering 1759 gram
Kadar Air = (C - D)/D*
100% 13,70 %
Observasi II
Tabel 2.8 Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Observasi Split
A. Berat Wadah 0 gram
B. Berat Wadah + Benda
Uji 764 gram
C. Berat Benda Uji (B-A) 764 gram
D. Berat Benda Uji kering 747 gram
Kadar Air = (C - D)/D*
100% 2,275 %
Kelompok 2 14
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
2.4.7 Analisis Data
Dasar pemeriksaan ini diketahui bahwa kadar air agregat halus lebih besar
daripada kadar air agregat kasar. Hal tersebut disebabkan agregat kasar lebih sulit
menyerap air karena partikelnya yang sangat rapat. Kadar air agregat halus
yang diperoleh adalah 13,70 % dan kadar air agregat kasar 2,275 %. Kadar
air ini berguna untuk menentukan proporsi air yang akan digunakan dalam
pembuatan beton di lapangan karena di lapangan nanti keadaan tidak selalu ideal
dan kosntan. Faktor cuaca seperti hujan dapat membuat kadar air agregat
meningkat.
2.4.8 Kesimpulan
Kadar air agregat halus = 13,70 %
Kadar air agregat kasar = 2,275 %
2.5 Analisis Specific-Gravity dan Penyerapan Agregat Halus
2.5.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent Specific-
Gravity dan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut prosedur
ASTM C128.Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya
komposisi volume agregat dalam campuran beton.
2.5.2 Peralatan
a. Timbangan
b. Piknometer dengan kapasitas 500 gram
c. Cetakan kerucut pasir (sand cone mold)
d. Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
2.5.3 Bahan
Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 300 gram. Contoh
diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara
perempatan.
Kelompok 2 15
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
2.5.4 Prosedur Pemeriksaan
a. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan.
b. Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir
(metal sand cone mold). Bnda uji dipadatkan dengan tongkat
pemadat setiap ketinggian 1/3 cetakan dan kelipatannya sampai
penuh. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh
ketika cetakan tersebut diangkat.
c. Benda uji seberat 300 gram dimasukkan ke dalam piknometer.
Kemudian piknometer diisi dengan air batas garis. Gelembung-
gelembung udara dibebaskan dengan cara menggoyang- goyangkan
piknometer. Timbang berat piknometer + air + benda uji lalu
diamkan selama 24 jam.
d. Benda uji dipisahkan dari piknometer dan dikeringkan pada suhu
213,13o F selama 24 jam.
e. Berat air+piknometer ditimbang.
f. Berat benda uji yang telah dikeringkan ditimbang.
2.5.5 Perhitungan
Apparent Specific-Gravity = E
E+D−C
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering = E
B+D−C
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD = B
B+D−C
Persentase Absorpsi = B−E
E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer (gram)
B = Berat contoh kondisi SSD (gram)
C = Berat piknometer + contoh + air (gram)
Kelompok 2 16
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
D = Berat piknometer + air (gram)
E = Berat contoh kering (gram)
2.5.6 Laporan Hasil Pengamatan
Tabel 2.9 Penentuan Specific Gravity Agregat Halus
Penentuan Specific Gravity Agregat Halus
A. Berat Piknomete 138 gram
B. Berat contoh kondisi SSD 300 gram
C. Berat Piknometer + air + contoh SSD 781 gram
D. Berat Piknometer + air 634 gram
E. Berat contoh kering 270 gram
Apparent Specific Gravity E
E+D−C= 270
270+634−781=¿
2,195
Bulk Specific Gravity (Kering) E
B+D−C= 270
300+634−781=¿
1,764
Bulk Specific Gravity (SSD) B
B+D−C= 300
300+634−781=¿
1,960
Persentase Absorpsi Air B−E
Ex 100 %=300−270
270x 100 %=¿
11,11%
2.5.7 Analisis Data
Dari percobaan pengamatan dan perhitungan menurut prosedur ASTM
C128, diperoleh nilai Apparent Specific Gravity = 2,195; Bulk Specific
Gravity (Kering) = 1,764; Bulk Specific Gravity (SSD)= 1,960; dan
Persentase Absorpsi = 11,11 %.
2.5.8 Kesimpulan
Apparent Specific-Gravity = 2,195
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering = 1,764
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD = 1,960
Kelompok 2 17
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Persentase Absorpsi = 11,11 %
2.6 Analisis Specific-Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar
2.6.1 Tujuan Praktikum
Percobaan ini bertujuan menentukan bulk dan apparent specific grafity
dan penyerapan/absorbsi dari agregat kasar menurut ASTM C 127.Nilai
ini diperlukan untuk menetapkan besaran komposisi volume agregat
dalam adukan beton.
2.6.2 Peralatan
a. Timbangan
b. Keranjang besi
c. Alat penggantung keranjang
d. Oven
e. Handuk atau kain pel
2.6.3 Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah agregat kasar dengan berat 3.000
gram dalam keadaan SSD.
2.6.4 Prosedur Percobaan
1. Benda uji direndam selama 24 jam.
2. Benda uji dikeringkan dengan kain lap.
3. Benda uji dalam keadaan SSD tersebut kemudian ditimbang.
4. Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan direndam ke dalam
air. Berat benda uji dalam air ditimbang.
5. Keringkan benda uji pada temperatur (212 ± 130) 0F, lalu
didinginkan dan ditimbang.
Kelompok 2 18
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
2.6.5 Perhitungan
Apparent Specific grafity= C
C−B
Bulk Specific grafity kondisi keringBulk Specific grafity kondisi ker ing= C
A−B
Bulk Specific grafity kondisi SSD= A
A−B
Persentase absorbsi= A−C
C×100%
Keterangan:
A = berat contoh SSD (gram)
B = berat contoh dalam air (gram)
C = berat kering di udara (gram)
2.6.6 Laporan Hasil Pengamatan
Penentuan Specific Gravity Agregat Kasar
A. Berat contoh SSD = 3000 Gram
B. Berat contoh dalam air = 1837 Gram
C. Berat contoh kering di udara = 2868 Gram
Apparent Spesific Gravity = C/(C-B) = 2,781
Bulk Spesific Gravity (Kering) = C/(A-B) = 2,466
Bulk Spesific Gravity (SSD = A/(A-B) = 2,579
Presentase Absorpsi Air =((A-C)/C)x 100% = 4,602 %
Tabel 2.10 Penentuan Specific Gravity Agregat Kasar
2.6.7 Analisis Data
Apparent Specific-Gravity = 2,781
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering = 2,466
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD = 2,579
Persentase Absorpsi = 4,602 %
Kelompok 2 19
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
2.6.8 Kesimpulan
Dari pemeriksan tersebut diperoleh nilai Apparent Specific Gravity dari
benda uji adalah 2,781; Bulk Specificic Gravity (kering) adalah 2,466;
Bulk Specificic Gravity (basah) adalah 2,579; dan persentase absorpsi
air adalah 4,602 %.
2.7 Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
2.7.1 Tujuan Praktikum
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar
lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton.
2.7.2 Peralatan
a. Gelas ukur 200 ml
b. Alat pengaduk
c. Pasir ± 90 ml
d. Air
2.7.3 Bahan
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan, dengan bahan pelarut
biasa.
2.7.4 Prosedur pemeriksaan
1. Benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur 200 ml
2. Tambahkan air kedalam gelas ukur untuk melarutkan lumpur dengan
ketinggian kurang dari setengah tinggi gelas ukur.
3. Kocok gelas ukur dan diamkan selama 24 jam
5. Ukur tinggi pasir ( V1) dan tinggi lumpur ( V2)
2.7.5 Perhitungan
Kadar lumpur=V 2
(V 1+V 2)×100%
Kelompok 2 20
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Keterangan:
V2 = tinggi lumpur pada gelas ukur (cm)
V1 = tinggi pasir pada gelas ukur (cm)
2.7.6 Laporan Hasil Pengamatan
Total : 9,45 cm
Lumpur : 2,1 cm
Pasir : 7,35 cm
Kadar lumpur= 2,1(9 ,45 )
×100%=22,22%
Kadar pasir= 7 ,35(9 ,45 )
×100 %=77 , 78 %
2.7.7 Analisis Data
Berdasarkan pemerikssan, kadar lumpur dalam agregat halus tersebut
adalah 22,22%. Artinya agregat ini tidak baik bagi mix design beton.
Kadar lumpur yang baik adalah ≤5% (ASTM C33-84). Bila kadar lumpur
melebihi batas normal tersebut maka lumpur yang berlebihan dapat
berikatan dengan semen dan menghalangi ikatan antara agregat dengan
pasta.
2.7.8 Kesimpulan
Agregat halus dengan kadar lumpur 22,22 % tersebut tidak baik untuk
mix design beton.
2.8 Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
2.8.1 Tujuan Praktikum
Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk
menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan
digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organik yang
Kelompok 2 21
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.
Agregat halus yang baik sebaiknya didapat dari lingkungan yang tidak
terlalu dipengaruhi oleh bahan-bahan organik.
2.8.2 Peralatan
a. Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 ml yang
mempunyai tutup dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut
dalam NaOH
b. Organic Plate
c. NaOH padat 3 gram
d. Air sebanyak 97 ml
2.8.3 Bahan
Pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol).
2.8.4 Prosedur pemeriksaan
1. Tiga gram NaOH padat ditambahkan 97 ml air, sehingga didapat
NaOH 3%.
2. Masukkan pasir dan air ke dalam botol, lalu tambahkan larutan
NaOH 3% dan tutul botol gelas dan diaman selama 24 jam.
3. Setelah 24 jam, bandingkan warna larutan dengan organic plate
no.3
2.8.5 Laporan Hasil Pengamatan
Warna larutan setelah dibandingkan dengan organic plate berwarna
lebih cerah dari standar no 1 yang berarti larutan dalam botol tersebut
sangat jernih.
2.8.6 Analisis Data
Kelompok 2 22
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Berdasarkan pemeriksaan, warna larutan lebih jernih dibandingkan
organic plate No 3. Setelah diperiksa, warna larutan tersebut bahkan
lebih jernih dibandingkan organic plate No 1 yang menunjukkan warna
larutan tersebut sangat jernih.Warna larutan yang tidak keruh
menunjukkan bahwa pasir memiliki kandungan bahan organik di bawah
batas wajar. Agregat halus mengandung kadar organik yang masih
layak sehingga agregat halus berdasarkan kandungan zat organik
terbilang layak untuk campuran beton.
Kandungan organik yang berlebihan dapat menyebabkan keropos pada
beton, tetapi dampak negatif tersebut tidak berlangsung secara langsung
melainkan dalam waktu yang lama.
Jika hasil praktikum menunjukkan warna lebih dari organic plate no 3,
maka artinya bahan tersebut mengandung zat organik yang tidak baik
lagi untuk digunakan dalam pembuatan beton karena akan
mempengaruhi mutu beton. Jika sampel tersebut mengandung zat
organik yang melebihi batas wajar maka yang harus dilakukan adalah
pencucian pada pasir yang digunakan. Pencucian cukup dilakukan
dengan menyiram secara merata.
2.8.7 Kesimpulan
Zat organik yang terkandung dalam agregat halus masih di bawah batas
kewajaran sehingga agregat halus tersebut layak digunakan dalam
campuran beton.
Kelompok 2 23
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
BAB III
RANCANGAN CAMPURAN BETON
3.1 Rancang Campur Beton
Beton adalah suatu bahan bangunan komposit yang tersusun atas pasta
semen , agregat kasar dan halus, air, dan bahan tambahan jika perlukan.
Komposisi beton yang akan diproduksi biasanya bergantung pada beberapa
hal, antara lain:
Sifat-sifat mekanis beton keras yang diinginkan
Sifta-sifat beton segar yang diinginkan, ditentukan berdasarkan jenis
konstruksi, teknik pengecoran, dan pemindahan
Tingkat pengendalian (control) di lapangan
Perancangan campuran beton biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan komposisi campuran beton yang ekonomis dan memenuhi
persyaratan kelecakan, kekuatan, dan durabilitas.
Untuk mendapatkan komposisi campuran beton perlu dilakukan proses trial
and error, yang dimulai dari suatu perancangan campuran dan kemudian
diikuti oleh pembuatan campuran awal (trial mix). Sifat-sifat yang dihasilkan
dari trial mix kemudian diperiksa terhadap persyaratan yang ada, dan apabila
perlu, dilakukan penyesuaian komposisi sampai didapatkan hasil yang
memuaskan.
Kekuatan beton yang disyaratkan merupakan hal utama yang harus
diperhatikan dalam perancangan campuran beton. Kekuatan yang disyaratkan
biasanya adalah kekuatan beton umur 28 hari. Faktor-faktor lainnya antara
Kelompok 2 24
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
lain rasio air-semen, tipe dan kandungan semen, durabilitas, kelecakan,
kandungan air, pemilihan agregat, dan trial mix.
Tahapan Perancangan Proporsi Campuran Beton
1. Pemilihan angka slump
Jika nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi, maka nilai slump dapat
dipilih melalui tabel untuk berbagai jenis pengerjaan konstruksi
2. Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar
Untuk volume agregat yang sama, penggunaan agregat dengan gradasi
yang baik dan dengan ukuran maksimum yang besar akan menghasilkan
rongga yang lebih sedikit daripada penggunaan agregat dengan ukuran
maksimum agregat yang lebih kecil. Dasar pemilihan ukuran maksimum
agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Sebagai contoh,
ukuran maksimum agregat harus memenuhi persyaratan berikut:
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
dimana,
D = ukuran maksimum agregat
d = lebar terkecil diantara 2 tepi bekisting
h = tebal plat lantai
s = jarak bersih antar tulangan
c = tebal bersih selimut beton
3. Estimasi kebutuhan air pencampur dan kandungan udara
Jumlah air pencampur per satuan volume beton yang dibutuhkan untuk
menghasilkan nilai slump tertentu, bergantung pada ukuran maksimum
agregat, bentuk, gradasi agregat, dan pada jumlah kebutuhan kandungan
udara pada campuran. Jumlah air yang dibutuhkan tersebut tidak banyak
terpengaruh oleh jumlah kandungan semen dalam campuran.
Kelompok 2 25
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
4. Pemilihan nilai perbandingan air semen
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh besar rasio air-semen. Harga rasio air
semen biasanya dibatasi oleh harga maksimum yang diperbolehkan untuk
kondisi exposure (lingkungan) tertentu.
5. Perhitungan kandungan semen
Berat semen yang dibutuhkan adalah sama dengan jumlah berat air
pencampur dibagi dengan nilai rasio air-semen.
6. Estimasi kandungan agregat kasar
Data eksperimen menunjukkan bahwa semakin halus pasir dan semakin
besar ukuran maksimum partikel agregat kasar, semakin banyak volume
agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan campuran
beton dengan kelecakan yang baik. Pada derajat kelecakan tertentu,
volume agregat kasar yang dibutuhkan per satuan volume beton adalah
fungsi dari ukuran maksimum agregat kasar dan modulus kehalusan
agregat halus.
7. Estimasi kandungan agregat halus
Beton terdiri dari semen, air, agregat kasar, agregat halus, dan udara. Oleh
karena itu, untuk mencari kadungan agregat halus, dapat digunakan
persamaan berikut:
Vagregat halus = 1 – Vair – Vsemen – Vagregat kasar – Vudara
Massa agregat halus yang diperlukan = Vagregat halus * ρagregat halus
8. Koreksi kandungan air pada agregat
Stok agregat di lapangan berada dalam kondisi basah atau tidak dalam
kondisi jenuh dan kering permukaan (SSD). Tanpa adanya koreksi kadar
air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa lebih besar atau bahkan lebih
kecil dari harga yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan air
sebelumnya dan berat SSD agregat (kondisi jenuh dan kering permukaan)
menjadi lebih kecil atau lebih besar dari harga estimasi yang sebelumnya
telah dihitung.
9. Trial Mix
Kelompok 2 26
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Karena banyaknya asumsi yang digunakan dalam endapatkan proporsi
campuran beton, maka perlu dilakukan trial mix skala kecil di
Laboratorium. Hal-hal yang perlu diuji antara lain nilai slump (kelecakan)
dan kekuatan beton pada umur-umur tertentu.
3.2 Perhitungan Perencanaan Campuran Beton
Penetapan Variabel Perencanaan
1. Kategori Jenis Struktur (Tabel 3.2) : KOLOM
2. Rencana Slump (Tabel 3.2) : 8 cm
3. Rencana Kuat Tekan Beton : 20,3846 MPa
Kuat Tekan (fc’) = 200 kg/cm2
1 Mpa = 106 N/m2 1 kg = 9,81 N
= (106 x (1/9,81) kg) / 104 cm2 1 N = 1/9,81 kg
= 100 kg/ 9,81 cm2
1 kg/cm2 = (9,81/100) MPa
fc’ = 200 kg/cm2 = 200 x (9,81/100) MPa = 19,62 Mpa (untuk Kubus)
Untuk Silinder:
fc’ = 19,62 x 0,83 = 16,2846 Mpa
Nilai 0,83 adalah faktor konversi dari kubus ke silinder yang didapatkan dari
riset.
fm = fc’ + 1,64 Sd
fm = 16,2846 + (1,64 x 2,5)
fm = 20,3846 MPa = 207,794 kg/cm2
Nilai standar deviasi yang kali ambil adalah 2,5 yaitu pada kondisi pengerjaan
labortorium kurang baik (Tabel 3.5).
Kelompok 2 27
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
4. Modulus Kehalusan Agregat Halus
Berdasarkan tabel 2.6, modulus kehalusan agregat halus pada percobaan ini
adalah 2,575.
5. Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Berdasarkan tabel 2.4, ukuran maksimum agregat kasar adalah 2,5 cm
dimana semua agregat lolos dalam saringan.
6. Specific Gravity Agregat Kasar Kondisi SSD
Berdasarkan Tabel 2.10, specific gravity agregat kasar SSD yaitu 2,579.
7. Specific Gravity Agregat Halus Kondisi SSD
Berdasarkan Tabel 2.9, specific gravity agregat halus SSD yaitu 1,960.
8. Berat Volume/ Isi Agregat Kasar
Berdasarkan Tabel 2.1, berat volume/isi agregat kasar padat yaitu 1,380 kg/l
= 1.380 kg/m3.
Perhitungan Komposisi Unsur Beton:
9. Rencana air adukan untuk 1 m3 beton : berdasarkan tabel 3.3 tanpa
penambahan udara = 190 kg
10. Persentase udara yang terperangkap : berdasarkan tabel 3.3 tanpa penambahan
udara = 1,5%
11. W/C rasio : berdasarkan tabel 3.3 = 0,67472
12. W/C rasio maksimum = ----
13. Berat semen yang diperlukan : (9) / (11) = 190 / 0,6955 = 281,598 kg
Kelompok 2 28
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
14. Volume agregat kasar perlu/ m3 beton : berdasarkan tabel 3.5 = 0,6925
15. Berat agregat kasar perlu : (14) x (8) = 0,6925 x 1.380 = 955,650 kg
16. Volume semen : 0,001 x (13) / 3,15 = 0,001 x 281,598/ 3,15 = 0,0894 m3
17. Volume air : 0,001 x (9) = 0,001 x 190 = 0,19 m3
18. Volume agregat kasar : 0,001 x (15) / (6) = 0,001 x 955,650 / 2,579 = 0,3706
m3
19. Volume udara : (10) = 0,015 m3
20. Volume agregat halus perlu/ m3 beton : 1- [(16)+(17)+(118)+(19)] = 0,3351
m3
Komposisi Berat Unsur Adukan / m3 Beton :
21. Semen : (13) = 281,598 kg
22. Air : (9) = 190 kg
23. Agregat kasar kondisi SSD : (15) = 955,650 kg
24. Agregat halus kondisi SSD : (20) x (7) x 1000 = 0,3351 x 1,960 x 1000 =
656,704 kg
25. Faktor semen : (21) / 40 (1 zak = 40 kg) = 7,04 zak
Komposisi Jumlah Air dan Berat Unsur untuk Perencanaan Lapangan
26. Kadar air asli/kelembaban agregat kasar (mk): berdasarkan tabel 2.8 = 2,275
%
Kelompok 2 29
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
27. Penyerapan air kondisi SSD agregat kasar (ak): berdasarkan tabel 2.10 =
4,602%
28. Kadar air asli/kelembaban agregat halus (mh): berdasarkan tabel 2.7 = 13,700
%
29. Penyerapan air kondisi SSD agregat halus (ah): berdasarkan tabel 2.9 = 11,111
%
30. Tambahan air adukan dari kondisi agregat kasar : (23)x[(ak-mk)/(1-mk)] =
(955,650) x [(0,04602-0,02275)/(1-0,02275)] = + 22,7556 kg
31. Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan : (23)x[(mk-ak)/(1-mk)] =
(955,650) x [(0,02275-0,04602)/(1-0,02275)] = - 22,7556 kg
32. Tambahan air adukan dari kondisi agregat halus : (24)x[(ah-mh)/(1-mh)] =
(656,704) x [(0,11111-0,13700)/(1-0,13700)] = -19,7087 kg
33. Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan : (24)x [(mh-ah)/(1-mh)] =
(656,704) x [(0,13700-0,11111)/(1-0,13700)] = +19,7087 kg
Komposisi Akhir Unsur untuk Perencanaan Lapangan / m3 Beton :
34. Semen : (13) = 281,598 kg
35. Air : (22)+(30)+(32) = 190+22,7556+(-19,7087) = 193,047 kg
36. Agregat kasar kondisi lapangan : (23)+(31) = 955,6500+(-22,7556) = 932,894
kg
37. Agregat halus kondisi lapangan : (24)+(33) = 656,704+19,7087= 676,413 kg
Komposisi Unsur Campuran Beton/Kapasitas Mesin Mollen : 0,036 m
Kelompok 2 30
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
38. Semen = 10,138 kg
39. Air = 6,9497 kg
40. Agregat kasar kondisi lapangan = 33,5842 kg
41. Agregat halus kondisi lapangan = 24,351 kg
Data-Data Setelah Pengadukan/Pelaksanaan
42. Sisa air campuran (jika ada) = 0 kg
43. Tambahan air selama pengadukan (jika ada) = 0.00031 kg
44. Jumlah air sesungguhnya yang digunakan = 6,95 kg
45. Nilai SLUMP hasil pengukuran = 7,5 cm
46. Berat isi beton basah waktu pelaksanaan =11,26 kg
Perhitungan mix design didapat dengan menggunakan Tabel 3.2 sampai
Tabel 3.8.
Tabel 3.2 Nilai Slump yang Disarankan untuk Berbagai Jenis Pengerjaan
Konstruksi
Jenis KonstruksiSlump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding fundasi, footing, sumuran,
dinding basemen75 25
Dinding dan balok 100 25
Kolom 100 25
Perkerasan dan lantai 75 25
Beton dalam jumlah besar (seperti dam) 50 25
Kelompok 2 31
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Tabel 3.3 Kebutuhan Air Pencampuran dan Udara untuk Berbagai Nilai
Slump dan Ukuran Maksimum Agregat
Jenis BetonSlump
(mm)
Air (kg/m3)
10
mm
12.5
mm
20
mm
25
mm
40
mm
50
mm
75
mm
Tanpa
Penambahan
Udara
25-50
75-100
150-175
Udara yang
tersekap (%)
205
225
240
3
200
215
230
2,5
185
200
210
2
180
190
200
1,5
160
175
185
1
155
170
175
0,5
140
155
170
0,3
Dengan
Penambahan
Udara
25-50
75-100
150-175
Kandungan
udara yang
disarankan
(%)
180
200
215
8
175
190
205
7
165
180
190
6
160
175
180
5
150
160
170
4,5
140
155
165
4
135
150
160
3,5
Tabel 3.4 Hubungan Rasio Air-Semen dan Kuat Tekat Beton
Kuat Tekan Beton
Umur 28 Hari
(MPa)
Rasio Air Semen
(dalam perbandingan berat)
Tanpa Penambahan
Udara
Dengan
Penambahan Udara
48
40
35
28
0,33
0,41
0,48
0,57
-
0,32
0,40
0,48
Kelompok 2 32
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
20
14
0,68
0,82
0,59
0,74
Tabel 3.5 Klasifikasi Standar Deviasi untuk Berbagai Kondisi Pengerjaan
Kondisi PengerjaanStandar Deviasi (MPa)
Lapangan Laboratorium
Sempurna
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang Baik
< 3
3-3,5
3,5-4
4-5
> 5
< 1,5
1,5-1,75
1,75-2
2-2,5
>2,5
Tabel 3.6 Faktor Koreksi Tabel 3.5 untuk Nilai Slump yang Berbeda
Slump
(mm)
Faktor Koreksi untuk Berbagai Ukuran Makasimum
Agregat
10 mm 12,5 mm 20 mm 25 mm 40 mm
25-50
75-100
150-175
1,08
1,00
0,97
1,06
1,00
0,98
1,04
1,00
1,00
1,06
1,00
1,00
1,09
1,00
1,00
Tabel 3.7 Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Beton untuk Beton
dengan Slump 75-100 mm
Ukuran
Maksimum
Agregat Kasar
(mm)
Volume Agregat Kasar (Dry Rodded) Persatuan
Volume Beton untuk Berbagai Nilai Modulus
Kehalusan Pasir
2,40 2,60 2,80 3,00
10
12,5
20
25
0,50
0,59
0,66
0,71
0,48
0,57
0,64
0,69
0,46
0,55
0,62
0,67
0,44
0,53
0,60
0,65
Kelompok 2 33
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
40
50
75
150
0,75
0,78
0,82
0,87
0,73
0,76
0,80
0,85
0,71
0,74
0,78
0,83
0,69
0,72
0,76
0,81
Tabel 3.8 Estimasi Awal untuk Berat Jenis Beton (kg/m3)
Ukuran Maksimum
Agregat (mm)
Estimasi Awal Berat Jenis Beton (kg/m3)
Tanpa
Penambahan
Udara
Dengan
Penambahan
Udara
10
12,5
20
25
40
50
75
150
2285
2315
2355
2375
2420
2445
2465
2502
2190
2235
2280
2315
2355
2375
2400
2435
Tabel 3.1 Penetapan Variabel Perencanaan
Penetapan Variabel Perencanaan
1 Kategori Jenis struktur Kolom
2 Rencana slump 8 cm
3 Rencana kuat tekan beton fm' (silinder) 207.794 kg/cm2
4 Modulus kehalusan agregat halus 2.575
5 Ukuran maksimum agregat kasar 2.5 cm
6 Specific gravity agregat kasar kondisi SSD 2.579
7 Specific gravity agregat halus kondisi SSD 1.960
8 Berat volume/ isi agregat kasar 1.380 kg/ltr
Perhitungan Komposisi Unsur Beton
9 Rencana air adukan untuk 1 m3 beton 190 kg
1 Persentase udara yang terperangkap 1.5 %
Kelompok 2 34
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
0
1
1 W/C rasio 0.6747
1
2 W/C rasio maksimum -----
1
3 Berat semen yang diperlukan 281.598 kg
1
4 Volume agregat kasar perlu/ 1 m3 beton 0.6925
1
5 Berat agregat kasar perlu 955.6500 kg
1
6 Volume Semen 0.0894 m3
1
7 Volume Air 0.1900 m3
1
8 Volume agregat kasar 0.3706 m3
1
9 Volume udara 0.0150 m3
2
0 Vol agregat halus/ m3 beton 0.3351 m3
Komposisi berat Unsur Adukan/m3 Beton
2
1 Semen 281.598 kg
2
2 Air 190 kg
2
3 Agregat kasar kondisi SSD 955.6500 kg
2
4 Agregat halus kondisi SSD 656.704 kg
2
5 Faktor semen (1zak = 40 kg) 7.040 Zak
Kelompok 2 35
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Komposisi Jumlah Air dan Berat Unsur Untuk Perencanaan Lapangan
2
6 Kadar air asli/kelembaban agregat kasar (mk) 2.275 %
2
7 Penyerapan air kondisi SSD agregat kasar (ak) 4.602 %
2
8 Kadar air asli/kelembaban agregat halus (mh) 13.700 %
2
9 Penyerapan air kondisi SSD agregat halus (ah) 11.11 %
3
0 Tambahan air adukan dari kondisi agregat kasar 22.75566692
3
1 Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan -22.75566692
3
2 Tambahan air adukan dari kondisi agregat halus -19.70873275
3
3 Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan 19.70873275
Komposisi Akhir Unsur Perencanaan Lapangan/m3 Beton
3
4 Semen 281.598 kg
3
5 Air 193.047 kg
3
6 Agregat kasar kondisi lapangan 932.894 kg
3
7 Agregat halus kondisi lapangan 676.413 kg
Komposisi Unsur Campuran Beton/Kapasitas Mesin Molen : 0,036 m3
3
8 Semen 10.138 kg
3
9 Air 6.9497 kg
4 Agregat kasar kondisi lapangan 33.5842 kg
Kelompok 2 36
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
0
4
1 Agregat halus kondisi lapangan 24.351 kg
Data-Data Setelah Pengadukan/Pelaksanaan
4
2 Sisa air campuran [jika ada] 0 kg
4
3 Tambahan air selama pengadukan [jika ada] 0.00031 kg
4
4 Jumlah air sesungguhnya yang digunakan 6.95 kg
4
5 Nilai SLUMP hasil pengukuran 7.5 cm
4
6 Berat isi beton basah waktu pelaksanaan 11.26 kg
Jumlah komposisi total = Semen + Air + Agg. Kasar kondisi lapangan +
Agg. Halus kondisi lapangan = 10,13 + 6,95 + 33,58 + 24,35 = 75,01 kg
a. Perbandingan semen terhadap total komposisi = Semen / Jumlah komposisi
= 10,138 / 75,01 = 0,135
b. Perbandingan air terhadap total komposisi = Air/ Jumlah komposisi total =
6,95/75,01= 0,0926
c. Perbandingan Agg. Kasar terhadap total komposisi = Agg. Kasar kondisi
lapangan/ Jumlah komposisi total = 33,58/75,01 =0,447
d. Perbandingan Agg. Halus terhadap total komposisi = Agg. Halus kondisi
lapangan/ Jumlah komposisi total = 24,35/75,01 = 0,324
3.2 Analisis
Dari hasil percobaan didapatkan untuk beton K-200 kategori jenis struktur
kolom dengan fc’ silinder sebesar 16,29 MPa dan fm silinder sebesar 20,39
MPa didapat perbandingan antara air : semen : agregat halus : agregat kasar =
Kelompok 2 37
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
1 : 1,46 : 3,50 : 4,80. Dari tabel mix design tersebut didapat berat jenis beton
yaitu 2.083,952 kg/m3.
BAB IV
PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON
4.1 Pendahuluan
Untuk mengetahui kekuatan suatu beton kita harus melakukan uji tekan
beton.. Kekuatan beton sangat penting untuk diketahui karena :
a. Kekuatan beton akan memberi informasi langsung mengenai kapasitas
beton dalam memikul beban; baik beban tarik, tekan, geser, atau pun
kombinasi dari beban-beban tersebut.
b. Pengujian kekuatan cukup mudah untuk dilakukan.
Pengujian terhadap kekuatan beton merupakan sarana untuk melakukan riset,
pengendalian mutu, dan penentuan kapasitas struktur di lapangan.
Kekuatan beton pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan komponen-
komponennya, yakni: pasta semen, rongga, agregat dan ikatan antara pasta
semen dan agregat. Jika dijabarkan lebih lanjut, faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan beton adalah:
a. Densitas beton (fungsi dari rasio air – semen)
b. Tipe dan kandungan semen
c. Penggunaan bahan tambahan (kimiawi atau mineral)
d. Suhu dan kelembaban selama perawatan
e. Sifat fisik dan mekanik agregat (misal bentuk dan kekuatannya)
f. Kebersihan agregat (pengaruh pelapisan (coating))
g. Proporsi campuran
Kelompok 2 38
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
h. Derajat pemadatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton adalah:
a. Kondisi ujung benda uji.
Hal utama yang perlu diperhatikan mengenai kondisi ujung benda uji
adalah kerataanya dan ketegak lurusannya terhadap sumbu benda uji.
b. Ukuran benda uji.
Penggunaan beton dengan ukuran silinder yang terlalu kecil dapat
mempengaruhi hasil kuat tekan yang diperoleh. Maka dari itu, ukuran
standard yang sering digunakan adalah silinder 150 mm (D) x 300 mm (L),
walaupun ukuran yang lebih kecil juga sering digunakan.
c. Rasio panjang terhadap diameter benda uji. ( l/d )
Secara umum, semakin kecil rasio l/d, semakin tinggi nilai kuat tekan yang
didapat. Hal ini dikarenakan pada benda uji dengan rasio yang kecil,
kondisi restraint ujung akan sangat mempengaruhi distribusi tegangan
pada benda uji.
d. Kondisi kelembaban dan suhu benda uji.
Pada umumnya, nilai kuat tekan benda uji yang ditest dalam kondisi
kering akan lebih tinggi daripada benda uji yang ditest dalam kondisi
lembab. Sedangkan pada pengaruh suhu, biasanya benda uji yang ditest
pada temperature tinggi akan menghasilkan kuat tekan yang lebih rendah
dibandingkan dengan benda uji yang ditest pada temperature rendah.
e. Arah pembebanan terhadap arah pengecoran.
Pada umumnya, benda uji yang ditest pada arah yang sama dengan arah
dimana benda uji tersebut dicor menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kuat tekan benda uji yang ditest pada arah tegak
lurus terhadap arah pengecoran.
f. Laju pembebanan.
Kekuatan beton biasanya meningkat dengan semakin cepatnya laju
pembebanan yang diaplikasikan. Laju pembebanan yang sesuai syarat
ASTM adalah antara 0,14-0,34MPa/detik.
g. Bentuk geometri benda uji.
Kelompok 2 39
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Sebagai contoh pengaruh bentuk geometri, kuat tekan benda uji silinder
150 mm x 300 mm umumnya berkisar antara 75%-85% nilai kuat tekan uji
kubus 150 mm x 150 mm x 150 mm.
4.2 Tujuan
a. Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan
dirawat di laboratorium.
b. Menentukan apakah kekuatan beton yang dibuat telah sesuai dengan
kekuatan rencana beton tersebut.
4.3 Alat dan Bahan Percobaan
a. Mesin Penguji
b. Beton yang diuji
4.4 Metodologi Percobaan
a. Mengeluarkan benda uji dari tempat perawatan sehari sebelum pengujian
atau 6 hari sesudah pengecoran.
b. Menimbang benda uji sebelum pengujian.
c. Meletakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
d. Menjalankan mesin uji tekan.
e. Melakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatlah benda uji
beban maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
f. Mengulangi prosedur di atas sesuai dengan jumlah benda uji yang akan
ditentukan kekuatan tekan karakteristiknya untuk 14 dan 28 hari.
4.5 Contoh Perhitungan
Kekuatan tekan beton didapatkan dari perbandingan beban maksimal pada
beton terhadap luas penampang beton.
Kekuatan Tekan Beton
Kekuatan tekan beton = PA
P = Beban Maksimum
A = Luas Penampang Benda Uji
Kelompok 2 40
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Uji Beton Umur 7 Hari (dilakukan pada 28 September 2011)
Contoh beton 1 :
P = 20.000 kg x9,81 m/s2 = 196,200 N
A = 176,71 cm2 = 17671 mm2
Kekuatan tekan beton 1 = 196.200 N17671mm2
= 11,10 MPa.
Contoh beton 2 :
P = 20.200 kg x9,81 m/s2 = 198,162 N
A = 176,71 cm2 = 17671 mm2
Kekuatan tekan beton 2 = 198.162 N
17671mm 2 = 11.21 MPa.
Hasil kekuatan di atas merupakan kekuatan beton berbentuk silinder.
Uji Beton Umur 14 Hari
Contoh beton 3 :
P = 25.600 kg x9,81 m/s2 = 251.136 N
A = 176,71 cm2 = 17671 mm2
Kekuatan tekan beton 3 = 251.136 N17671mm2
= 14,21 MPa.
Contoh beton 4 :
P = 25.600 kg x9,81 m/s2 = 251.136 N
A = 176,71 cm2 = 17671 mm2
Kekuatan tekan beton 4 (σ’ b ) = 251.136 N17671mm 2
= 14.21 MPa.
Hasil kekuatan di atas merupakan kekuatan beton berbentuk silinder.
Uji Beton Umur 28 Hari
Kelompok 2 41
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Contoh beton 5 :
P = 30.400 kg x9,81 m/s2 = 298.224 N
A = 176,71 cm2 = 17671 mm2
Kekuatan tekan beton 5 = 298.224 N17671mm2
= 16,876 MPa.
Contoh beton 6 :
P = 24.500 kg x9,81 m/s2 = 240.345 N
A = 176,71 cm2 = 17671 mm2
Kekuatan tekan beton 6 (σ’ b ) = 240.345 N
17671mm 2 = 13,601 MPa.
Hasil kekuatan di atas merupakan kekuatan beton berbentuk silinder.
4.6 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Faktor Koreksi Kekuatan Beton Berdasarkan Umur Beton (Hari)
Jenis Benda
Uji
Umur Beton (Hari)
7 14 21 28
Silinder 0,65 0,88 0,95 1
Beton rencana : K-200
Tabel 4.2 Data Pencampuran Beton
Data Pencampuran Beton
Tanggal Cor 20/9/2011
SLUMP (cm) 7,5
Luas Bidang Tekan (mm2) 17,671
Tabel 4.3 Hasil Kuat Tekan Beton
Hasil Kuat Tekan Beton
NoTgl
Cor
Tgl
Test
Umur
(hari)
Berat
(kg)
Beban
Maks
(kg/cm2)
Kuat
Tekan
(MPa)
Silinder
Kuat
Tekan
28 Hari
(MPa)
Silinder
1 20/9 27/9 7 10,88 20.000 11,10 17,08
2 20/9 27/9 7 11,32 20.200 11,21 17,25
Kelompok 2 42
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
3 20/9 4/10 14 11,08 25.600 14,21 16,14
4 20/9 4/10 14 11,10 25.600 14,21 16,14
5 20/9 18/10 28 11,32 30.400 16,87 16,87
6 20/9 18/10 28 11,30 24.500 13,60 13,60
Nilai rata-rata kuat tekan beton umur 28 hari = 16,18 MPa .
0 5 10 15 20 25 30
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Hasil Uji Tekan dan Beton Rencana
Hasil Uji TekanBeton Rencana
Grafik 4.1 Grafik Kuat Tekan vs Umur Beton
Dari Grafik 4.1 dapat disimpulkan bahwa peningkatan kuat tekan beton pada
umur muda sangat pesat dari hari pengecoran sampai kira-kira hari ke 7 dan
kemudian peningkatan kuat tekan beton tersebut melambat dari hari ke 14 dan
hari selanjutnya. Hal itu menunjukkan proses hidrasi berlangsung dengan
cepat pada umur muda beton sehingga kuat tekannya meningkat pula dengan
cepat pada masa tersebut.
Pada uji tekan beton umur 28 hari didapat nilai kuat tekan beton ke 5 dan ke 6
sebesar 16,87 dan 13.60 MPa. Perbedaan nilai kuat tekan beton yang cukup
jauh dapat terjadi dikarenakan komposisi air terlalu banyak pada beton
terakhir. Pada saat pengecoran campuran beton yang tersisa pada saat terakhir
mengandung sedikit agregat dan pastanya lebih encer.
Kelompok 2 43
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Bahan utama penyusun beton yaitu semen, air, agregat kasar dan agregat
halus.
2. Pemeriksaan parameter material pembentuk beton.
Pemeriksaan berat volume agregat :
Berat volume agregat kasar pada keadaan padat = 1,380 kg/ltr
Berat volume agregat kasar pada keadaan gembur = 1,250 kg/ltr
Berat volume agregat halus pada keadaan padat = 1,056 kg/ltr
Berat volume agregat halus pada keadaan gembur = 0,977 kg/ltr
Analisis Saringan Agregat Kasar dan Halus
Gradasi agregat kasar tidak memenuhi standar dan kurang layak
digunakan dalam pembuatan beton.
Gradasi agregat halus cukup layak digunakan dalam pembuatan
beton. Modulus kehalusan agregat halus yang didapat adalah
sebesar 2,575.
Kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus yang digunakan
yaitu 22,22% dan kadar pasir agregat halus adalah 77,77%.
Pemeriksaan kadar air agregat :
Kadar air agregat kasar = 2,27%
Kadar air agregat halus = 13,7%
Specific gravity dan penyerapan pada agregat halus :
Apparent specific gravity = 2,75
Bulk specific gravity (kering) = 2,399
Bulk specific gravity (SSD) = 2,525
Kelompok 2 44
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Persentase absorpsi air = 5,26 %
Specific gravity dan penyerapan pada agregat kasar :
Apparent specific gravity = 2,735
Bulk specific gravity (kering) = 2,491
Bulk specific gravity (SSD) = 2,58
Persentase absorpsi air = 3,58 %
3. Rancangan campuran beton.
Air yang dibutuhkan = 190 kg/m3
Semen yang dibutuhkan = 281,598 kg/m3
Agregat kasar yang diperlukan = 955,650 kg/m3
Agregat halus yang diperlukan = 656,704 kg/m3
4. Uji tekan beton.
Kekuatan beton pada 7 hari yaitu sebesar 11,10 dan 11,21 MPa.
Kekuatan beton pada 14 hari yaitu sebesar 14,21 dan 14,21 MPa.
Kekuatan beton pada 28 hari yaitu sebesar 16,87 dan 13,6 Mpa.
5.2 Saran
Pemeriksaan parameter material pembentuk beton seharusnya dilakukan
dengan menggunakan material yang memang akan digunakan. Lalu,
pengujian kadar air seharusnya dilakukan dalam waktu yang dekat dengan
jadwal pengecoran sehingga hasil yang didapat lebih akurat, sehingga faktor
cuaca dapat diminimalisir. Pada saat penyaringan agregat kasar, pemilihan
agregat dianjurkan untuk dilakukan untuk menyortir agregat dengan bentuk
yang tidak baik seperti bentuk flaky yang kemarin banyak ditemukan oleh
kelompok kami. Dalam penyortiran itu pula, kelompok kami menemukan
terdapat material batuan yang bukan split yang dapat diidentifikasi melalui
bentuk dan warnanya yang berbeda.
Kelompok 2 45
Praktikum Rekayasa Bahan Konstruksi Sipil
Kelompok 2 46