fillia

33
LAPORAN KASUS TUBERKULOSIS PARU Oleh : FILLIA PRISCILLA SIMARMATA, S.Ked 0508111324 Pembimbing : dr. Rohani, Sp.P KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 2011

Upload: rusydi-kamal

Post on 03-Jul-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fillia

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU

Oleh :

FILLIA PRISCILLA SIMARMATA, S.Ked

0508111324

Pembimbing :

dr. Rohani, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU

2011

Page 2: fillia

TUBERKULOSIS PARU

1. Definisi

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan paru

disebabkan infeksi basil Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis).1

2. Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia yang penting

khususnya di negara berkembang. Pada bulan Maret tahun 1993 World Health

Organization (WHO) telah mendeklarasikan tuberkulosis sebagai “Global Health

Emergency”. Berdasarkan laporan Penanggulangan TB Global yang dikeluarkan

oleh WHO pada tahun 2007, angka insidensi TB pada tahun 2007 mencapai

555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan

merupakan kasus baru. Asia termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis

(TB) tertinggi di dunia sebesar 33%. Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia

meninggal dunia akibat penyakit ini.2,3,4

Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia

setelah Cina dan India Perkiraan kejadian BTA positif di Indonesia adalah

266.000 kasus tahun 1998. TB menempati peringkat nomor 3 sebagai penyebab

kematian teringgi di Indonesia setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan

akut pada seluruh kalangan usia.2

3. Etiologi

Mikobakterium tipe humanus dan tipe bovinus adalah mikobakterium yang

paling banyak menyebabkan penyakit tuberkulosis. Kuman ini berbentuk batang,

bersifat aerob, dinding sel mengandung; lipid, fosfatida polisakarida, tuberkulo

protein, mudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 800C, dan 20 menit

pada suhu 600C), dan apabila terkena sinar ultraviolet (matahari). Basil

tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan yang

lembab. Ia mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,

oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).1,4,5

1

Page 3: fillia

4. Cara Penularan

Penularan penyakit ini melalui inhalasi droplet khususnya yang didapat dari

pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung BTA

positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk droplet (percikan Dahak). Orang dapat terinfeksi kalau droplet

tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Dalam 1 tahun, 1 penderita TB

BTA positif menularkan 10-15 orang. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh

manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru

kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,

salura napas,atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.1,5,6

Risiko mendapat infeksi Mycobacterium tuberculosis ditentukan terutama

oleh faktor-faktor eksogen :3

a. Kontak dengan penderita BTA positif (seberapa dekat dan seberapa

lama)

b. Lingkungan tempat kontak (lingkungan yang padat dan ventilasi ruang

yang buruk)

Sedangkan faktor-faktor endogen :3

a. Daya tahan tubuh

b. Usia

c. Penyakit penyerta (infeksi HIV, silikosis, limfoma, leukemia, malnutrisi,

gagal ginjal kronis, diabetes melitus, orang dengan terapi imunosupresif

dan hemophilia).

5. Patogenesis

5.1 Tuberkulosis Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman

TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati

sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan ke alveolus dan

menetap di sana. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam

sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.

Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis

2

Page 4: fillia

pneumonia kecil dan disebut kompleks primer atau fokus Ghon. Kompleks primer

ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Waktu antara terjadinya infeksi

sampai pembentukan kompleks primer adalah 3-8 minggu.1-4

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi

tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer

tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas

seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan

menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya

tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam

beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis.3,4,6

Kompleks primer tersebut selanjutnya dapat menjadi:2

1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang paling sering

terjadi.

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

kalsifikasi di hilus dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi

karena kuman yang dormant.

3. Berkomplikasi dan menyebar secara :

a. Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya

b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di

sebelahnya. Kuman ini juga tertelan bersama sputum dan ludah

sehingga menyebar ke usus.

c. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya

d. Secara limfogen.

5.2 Tuberkulosis Post Primer (Sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa

(tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi

mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti

malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS dan gagal ginjal.

3

Page 5: fillia

Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas

paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke

daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-

mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini

menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel

Datia-Langhans yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.1-4

Sarang dini pada tuberkulosis sekunder ini akan mngikuti salah satu jalan

sebagai berikut:2-4

1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan

dengan serbukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran

dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersubut dapat

menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan

menimbulkan kavitas bila jaringan keju dibatukkan keluar.

3. Sarang tersebut meluas, membentuk jaringan keju. Kavitas akan muncul

dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas awalnya berdinding

tipis, kemudian dindinganya akan menjadi tebal (kavitas sklerotik).

Kavitas tersebut akan menjadi:

a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang baru.

b. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.

Tuberkuloma dapat mengapur dan sembuh, dan mungkin aktif kembali,

mencair lagi dan terus menjadi kavitas lagi.

c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kavitas

menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.

Kemungkinan berakhir sebagai kavitas yang terbungkus dan menciut

sehingga kelihatan seperti bintang.

6. Klasifikasi

TB paru diklasifkasikan atas:2,7

a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

4

Page 6: fillia

1. TB paru BTA(+)

2. TB paru BTA (-)

b. Berdasarkan lokasi

1. TB paru

2. TB extra paru

c. Berdasarkan tipe pasien

1. Kasus baru, bila pasien belum pernah mendapat pengobatan dengan

OAT atau sudah pernah menelan obat kurang dari satu bulan.

2. Kasus relaps (kambuh), bila pasien sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan sputum BTA

(+).

3. Kasus defaulted atau drop out , bila pasien telah menjalani pengobatan

≥ 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatan selesai.

4. Kasus gagal, bila pasien BTA positif yang masif tetap positif atau

kembali positif pada akhir bulan ke 5 atau akhir pengobatan.

5. Kasus kronik, bila pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif

setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan

pengawasan yang baik.

6. Kasus bekas TB, bila hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran

radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif.

7. Gejala Klinis

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu gejala

lokal (repiratorik) dan gejala sistemik.

a. Gejala Respiratorik2,3,8

Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

5

Page 7: fillia

1. Batuk

Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus. Batuk ≥

2 minggu dan mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat

adanya peradangan pada bronkus batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif

ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat

bersifat mukoid atau purulen.

2. Batuk darah

Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya

batuk darah yang timbul tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang

pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding

kavitas, juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah

inilah yang paling sering membawa penderita berobat ke dokter.

3. Nyeri dada

Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura

sewaktu pasien menarik/melepaskan nafasnya.

4. Wheezing

Terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,

peradangan, jaringan granulasi dan ulserasi.

5. Dispneu

Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang

cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapatkan.

b. Gejala sistemik-4,8,9

1. Demam

Demam merupakan gejala pertama dari TB paru, biasanya subfebril, mirip

demam influenza yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan

virulensi kuman, serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6

bulan, 9 bulan (multiplikasi 3 bulan). Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu

40-41°C.

6

Page 8: fillia

2. Keringat malam

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit

tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut,

kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul

lebih dini.

3. Malaise dan nafsu makan berkurang

Tuberkulosis bersifat radang menahun sehingga dapat terjadi rasa tidak enak

badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala dan

mudah lelah.

4. Gangguan Menstruasi

Terjadi pada proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.

8. Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis paru dibuat atas dasar1,3,4,8:

a. Anamnesa

Dari anamnesa didapatkan keluhan pasien berupa keluhan respiratorik dan

keluhan sistemik.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva dan kulit yang pucat karena anemia, suhu demam subfebris, badan

kurus atau berat badan menurun.

Dasar kelainan anatomis tuberkulosis paru terletak pada lobuli, jadi meliputi

alveoli dan beberapa bronkiolus terminalis. Tanda-tanda dini berupa konsolidasi

serta didapatkan sekret dibronkus kecil. Karena proses menjalar pelan-pelan dan

menahun, maka biasanya penderita datang dengan keadaan yang sudah lanjut

sehingga kelainan fisik mudah diketahui, berupa:

- Kelainan parenkim yaitu konsolidasi, fibrosis, atelektasis, dan/atau

kerusakan parenkim dengan sisa suatu kavitas.

- Kelainan saluran pernafasan : berupa radang dari mukosa disertai dengan

penyempitan maupun penimbunan sekret.

7

Page 9: fillia

- Kelainan pleura : oleh karena proses terletak dekat pleura, maka hampir

selalu terjadi reaksi pleura berupa penebalan atau nyeri pleura.

Konsolidasi dan fibrosis pada parenkim paru dengan saluran pernafasan

yang masih terbuka akan meningkatkan penghantaran getaran suara sehingga

fremitus suara meningkat. Suara nafas menjadi bronko-vesikuler atau bronkial,

didapatkan bronkofoni atau suara bisik yang disebut whispered pectoraliloque.

Sekret yang berada didalam bronkus akan menyebabkan suara tambahan

berupa ronki basah. Suara ronki kasar atau halus tergantung dari tempat sekret

berada. Penyempitan saluran pernafasan menimbulkan ronki kering, dan

penyempitan ini disertai kavitas dapat terdengar suara yang disebut hallow sound

sampai amforik.

c. Pemeriksaan laboratorium

Sputum

Sputum dijadikan tanda yang patognomonis, dengan ditemukannya

kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu

pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang

sudah diberikan. BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan bronkus,

jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan

serebrospinal, urin dan tinja. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena

mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Bila sputum sudah didapat, kuman BTA

pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila bronkus

yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar. Cara pengambilan sputum yaitu

3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu). Pembacaan hasil pemeriksaan sediaaan sputum

dilakukan dengan menggunakan skala International Union Against Tuberkulosis

and Lung Disease (IUATLD), sebagai berikut:

a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman

yang ditemukan.

c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + (1+)

d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+), minimal

dibaca 50 lapang pandang.

8

Page 10: fillia

e. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+), minimal

dibaca 20 lapang pandang.

Hasil pemeriksaan dikatakan positif bila apabila sedikitnya 2 dari 3

spesimen SPS hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan

pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan rontgen dada atau pemeriksaan

sputum SPS diulang.

Darah

Pemeriksaan darah tidak dapat digunakan sebagai pegangan untuk

menyokong diagnosis TB paru, karena hasil pemeriksaan darah tidak

menunjukkan gambaran yang khas. Tapi gambaran darah kadang-kadang dapat

membantu menentukan aktivitas penyakit.

- Laju endap darah

Laju endap darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap

darah yang normal tidak dapat mengesampingkan proses tuberkulosis

aktif.

- Leukosit

Jumlah leukosit dapat normal atau sedikit meningkat pada proses yang

aktif.

- Hemoglobin

Pada penyakit tuberkulosis berat sering disertai dengan anemi derajat

sedang. Bersifat normositik dan sering disebabkan defisiensi besi.

Tes tuberkulin

Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau

pernah mengalami infeksi M. Tuberculosa, M. Bovis, vaksinasi BCG dan

Mycobacteria patogen lainnya.

4. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan standar ialah foto thoraks PA. Pada pemeriksaan foto toraks,

tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif1 :

9

Page 11: fillia

- Bayangan berawan / nodular disegmen apikal dan posterior lobus atas paru

dan segmen superior lobus bawah paru.

- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan

atau nodular.

- Bayangan bercak milier

- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :

- Fibrotik

- Kalsifikasi

- Schwarte atau penebalan pleura

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan

dapat dinyatakan sebagai berikut:

- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru

dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan, serta tidak dijumpai kavitas

- Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.

9. Diagnosis Banding

Pada proses paru minimal sebagai diagnosis banding adalah simple

bronchopneumonia, kanker paru stadium dini, dan pneumonia lobaris. Pada

proses tuberkulosis menahun perlu diingat bahwa ada penyakit paru non

tuberkulosis yang bersifat menahun, seperti bronkiektasis, bronkitis, emfisema

dan kanker paru.4,8

10. Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas:2

- Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, dan laringitis

- Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas (SOPT : Sindrom Obstruksi Paska

Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor pulmonal,

sindrom gagal nafas, yang sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

10

Page 12: fillia

11. Penatalaksanaan

Pengobatan tuberkulosis ditujukan untuk menyembuhkan penderita, mencegah

kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan dibagi menjadi 2

fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan:1-4,6

a. Tahap intensif

Penderita mendapat obat setiap hari, awasi langsung. Bila pengobatan

tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi

tidak menular dalam 2 minggu. Sebagian besar penderita BTA positif akan

menjadi negatif pada akhir pengobatan

b. Tahap lanjutan

Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan obat

tambahan.

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:

a. Isoniazid (INH), bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi

kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.

b. Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman

yang tidak dapat dibunuh INH.

c. Prazinamid, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada

dalam sel dengan suasana asam.

d. Streptomisin, bersifat bakterisid.

e. Ethambutol, bersifat bakteriostatik.

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :

- Kanamisin

- Amikasin

- Kuinolon

- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam

klavulanat

Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat kombinasi

(Fixed Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila tidak dilakukan

pengawasan menelan obat.6

11

Page 13: fillia

Program Nasional Penanggulangan TB paru di Indonesia menggunakan paduan

OAT:2

1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)

Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA

negatif rontgen positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra paru

berat.

2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)

Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan

penderita dengan pengobatan lalai (drop out).

3. Kategori III (2HRZ/4H3R3)

Diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit

ringan, pasien ekstra paru ringan yaitu limfadenitis TB, TB kulit, TB

tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

4. Obat sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intendif pengobatan penderita baru BTA positif

dengan kategori I atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan

kategori II hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif.

Dosis OAT yaitu:3

Dosis Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

12

Page 14: fillia

Dosis Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

12. Pencegahan

a. Terhadap Infeksi tuberkulosis4

1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius

- bila batuk, mulut ditutup

- Isolasi penderita dan mengobati penderita

- Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.

- Jangan sembarangan membuang dahak bila batuk

2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh

Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada manusia

b. Meningkatkan daya tahan tubuh1,4

1. Memperbaiki standar hidup

2. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG

Imunisasi BCG diberikan dibawah usia 2 bulan, jika baru diberikan setelah

usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux dahulu. Vaksinasi dilakukan bila

hasil tes tersebut negatif.

ILUSTRASI KASUS

13

Page 15: fillia

Identitas pasien :

Nama : Nn. O

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pelajar

Status : Belum menikah

Alamat : Dusun Sei Liti Kampar Kec. Kampar kiri

Masuk RS : 14 Maret 2011

Pemeriksaan : 16 Maret 2011

Anamnesis

Autoanamnesis

Keluhan Utama

Batuk berdarah sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1,5 bulan SMRS pasien sering batuk berdahak. Dahak kental awalnya

berwarna putih kemudian menjadi berwarna kuning atau hijau. Batuk

dirasakan semakin hari semakin berat. Pasien mengeluhkan demam yang

hilang timbul, tidak terlalu tinggi, tidak mengigil dan tidak berkeringat.

Pasien mengeluhkan sering tidak enak badan, cepat lelah, badan terasa letih,

nafsu makan menurun, terasa ada penurunan berat badan dan berkeringat

malam hari. Tidak ada keluhan sesak nafas, nyeri dada, sakit kepala

Sejak satu hari SMRS, pasien batuk berdarah (darah segar, kadang-kadang

bercampur dahak), darah yang dikeluarkan ± < 1/4 gelas aqua. Tidak ada

keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Pasien berobat ke klinik 24 jam, diberi

obat namun batuk berdarah hanya sedikit berkurang, pasien dibawa ke

RSUD AA.

Riwayat Penyakit Dahulu

14

Page 16: fillia

Riwayat minum obat paru 6 bulan tidak ada

Riwayat asma tidak ada

Riwayat hipertensi tidak ada

Riwayat DM tidak ada

Riwayat sakit jantung tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, dan Kebiasaaan

Riwayat merokok (-).

Riwayat minum alkohol (-)

Pasien berkerja sebagai pelajar.

Berasal dari ekonomi menengah kebawah.

Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk, cahaya matahari kurang

masuk ke dalam rumah. Ada tetangga pasien yang menderita batuk-batuk

lama.

Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Komposmentis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 75 x / menit

Nafas : 22 x / menit

Suhu : 36,80C (aksila)

Keadaan gizi : BB = 55 kg, TB = 159 cm, IMT = 21,73 (normal)

Pemeriksaan Fisik

15

Page 17: fillia

Kepala

Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor,

diameter 3/3 mm, reflek cahaya (+/+)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

JVP 5-2 cm H20

Toraks

Paru : Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada dextra = sinistra

Palpasi : Fremitus dextra = sinistra

Perkusi : Sonor dextra = sinistra

Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan

paru, wheezing (-/-)

Jantung: Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung kanan : LSD RIC V

Batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Auskultasi : Suara jantung normal,teratur, bising jantung (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut datar, venektasi (-).

Palpasi : Perut supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans

muscular (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Akral hangat

Palmar eritem (-/-)

Pitting oedem (-/-)

Pemeriksaan Penunjang

- Darah rutin :

Tanggal 14 Maret 2011

Hb : 9,1 gr %

Leukosit : 9.700 / mm3

16

Page 18: fillia

Trombosit : 364.000 / mm3

Ht : 29,9 vol %

BT : 2‘

CT : 4’

Tanggal 15 Maret 2011

Hb : 7,8 gr %

Leukosit : 7.800 / mm3

Trombosit : 410.000 / mm3

Ht : 25,4 vol %

LED : 35/jam

- Kimia darah (tanggal 15 Maret 2011)

Glukosa : 69 mg/dl

Chol : 209 mg/dl

HDLD : 16,8 mg/dl

TG-B : 183 mg/dl

D-Bil : 0 mg/dl

T-Bil : 0,7 mg/dl

BUN : 4 mg/dl

Crea : 0,14 mg/dl

AST : 18 IU/L

ALT : 13 IU/L

Albumin : 2,7 gr/dl

Total protein : 7,1 gr/dl

SGT : 30

Indirect bil : 0,7 g/dl

Ureum : 8,6 mg/dl

Globulin : 4,4 mg/dl

LDL Chol : 155,6 mg/dl

- Sputum

16 Maret 2011 : Hari I Sewaktu : BTA (+3)

17 maret 2011 : Hari II Pagi : BTA (+3)

17

Page 19: fillia

- Rontgen thoraks

Dari rontgen thoraks AP tampak adanya perselubungan pada kedua lapangan paru

atas. Fibrosis pada daerah parahiler dan kalsifikasi pada kedua lapangan paru.

RESUME

Nn. O, 17 tahun, datang ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada

tanggal 14 Maret 2011 dengan keluhan utama batuk berdarah sejak 1 hari SMRS.

Keluhan batuk berdahak sudah dirasakan sejak 1,5 bulan SMRS. Dahak kental

awalnya berwarna putih kemudian menjadi berwarna kuning atau hijau. Batuk

dirasakan semakin hari semakin berat. Pasien mengeluhkan demam yang hilang

timbul, tidak terlalu tinggi, tidak mengigil dan tidak berkeringat. Pasien

mengeluhkan sering tidak enak badan, cepat lelah, badan terasa letih, nafsu makan

menurun, terasa ada penurunan berat badan dan berkeringat malam hari. Tidak

ada keluhan sesak nafas, nyeri dada, sakit kepala

Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, pada pemeriksaan

paru ditemukan ronki basah pada kedua lapangan paru. Pada pemeriksaan

penunjang didapatkan keluhan anemia (Hb 7,8 gr%). Pada rontgen thoraks AP

tampak adanya perselubungan pada kedua lapangan paru atas. Fibrosis pada

daerah parahiler dan kalsifikasi pada kedua lapangan paru.

DAFTAR MASALAH

18

Page 20: fillia

Tuberkulosis paru

Anemia

PENGKAJIAN MASALAH

Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan gejala respiratorik

dan sistemik dari TB paru. Keluhan respiratorik berupa batuk berdahak

sampai batuk berdarah. Keluhan sistemik berupa sering demam, badan

lemah, keringat malam hari, tidak nafsu makan dan penurunan berat badan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan ronki basah (+/+) pada kedua lapangan

paru. Pada rontgen toraks perselubungan pada kedua lapangan paru atas.

Fibrosis pada daerah parahiler dan kalsifikasi pada kedua lapangan paru.

Pada pemeriksaan sputum hari I (sewaktu) ditemukan adanya BTA (+3)

Keadaan anemia dilihat dari konjugtiva anemis, dengan kadar hemoglobin

7,8 mg/dL. Anemia dapat disebabkan oleh defisiensi besi karena penurunan

nafsu makan (anoreksia).

Rencana Penatalaksanaan:

OAT kategori I

IVFD RL 20 tetes permenit

FOLLOW UP

17 Maret 2011

S : batuk darah sudah berkurang, batuk berdahak (+) warna putih dengan

bercak darah, demam (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), badan lemah,

kepala pusing jika berdiri, nafsu makan kurang.

O : TD = 120/80 mmHg

N = 85 x/i

RR = 21 x/i

T = 37oC

Kesadaran : komposmentis

19

Page 21: fillia

Toraks: Inspeksi : pergerakan simetris kanan=kiri

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan

paru.

Hasil Sputum hari II (pagi) : BTA (+3)

A : TB paru

P : - OAT kategori I

- IVFD RL 20 tetes permenit

18 Maret 2011

S : batuk darah sudah berkurang, batuk berdahak (+) warna putih dengan

bercak darah, demam (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), sudah tidak

lemah, nafsu makan masih kurang.

O : TD = 110/80 mmHg

N = 83 x/i

RR = 22 x/i

T = 37,1oC

Kesadaran : komposmentis

Toraks: Inspeksi : pergerakan simetris kanan=kiri

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan

paru.

A : TB paru

P : - OAT kategori I

- IVFD RL 20 tetes permenit

19 Maret 2011

S : batuk darah (-), batuk berdahak (+) warna putih, demam (-), sesak nafas

(-), nyeri dada (-), badan lemah (-), nafsu makan masih kurang.

O : TD = 120/80 mmHg

20

Page 22: fillia

N = 82 x/i

RR = 10 x/i

T = 37,4oC

Kesadaran : komposmentis

Toraks: Inspeksi : pergerakan simetris kanan=kiri

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan

paru.

A : TB paru

P : - OAT kategori I

- IVFD RL 20 tetes permenit

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 23: fillia

1. Raviglion MC, O’Brien RJ. Tuberculosis. In: Harrison’s Principles of internal

medicine. 15th Edition. USA: McGraw-Hill, 2001.

2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007.

988-993

3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di

Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006

4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit

Paru. Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108

5. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN.

Mikrobiologi Kedokteran, Buku II Edisi I Jakarta: Salemba Medika, 2005.

6. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Program Penanggulangan

Tuberkulosis. http://www.tbcindonesia.or.id [Diakses 16 Maret 2011]

7. WHO. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI, 2006

8. Yunus F. Diagnosis Tuberkulosis. http://www. kalbe.co.id/files/cdk [Diakses

16 Maret 2011]

9. Permatasari A. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.

http://www.Adln.lib.unair.ac.id/go.php.id=jiptunair [Diakses 16 Maret 2011]

22