fenomena metlit

6
VIVAnews - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat oblogasi PT Bank Sumut (kode obligasi: BSMT). Obligasi berkelanjutan I kuartal III-2011, turun peringkat dari A+ menjadi single A. Adapun obligasi subordinasi kuartal III-2011, turun menjadi A- dari sebelumnya single A. Analis Hotma Parulian Manalu, Kamis 13 November 2014, menyatakan bahwa meski terjadi penurunan peringkat, ada prospek peringkat direvisi menjadi stabil dari sebelumnya negatif. Peringkat ini pada periode 29 September 2014 sampai 1 Maret 2015. "Faktor utama penurunan peringkat ini dipicu lemahnya kualitas aset Bank Sumut yang berdampak pada profil rentabilitas bank. Serta, pertumbuhan kredit dan pendanaan Bank Sumut mengalami stagnasi di tahun-tahun terakhir," ujar Hotma di gedung BEI Jakarta. Hotma menjelaskan, faktor yang mendukung peringkat Bank Sumut adalah posisi bisnis yang kuat pada pasar captive bank di provinsi Sumatra Utara, serta rentabilitasnya yang baik. "Sedangkan faktor yang membatasi peringkat adalah permodalan bank yang moderat dan kualitas aset yang lemah," katanya. Hotma mengatakan, peringkat Bank Sumut dapat dinaikkan jika mampu memperkuat posisinya secara signifikan dan konsisten. "Pada saat yang sama, bank harus mampu memperbaiki kualitas aset dan profitabilitasnya," kata dia. Indikator permodalan bank dan likuiditasnya pun dapat memengaruhi peringkat. "Peringkat juga dapat diturunkan, jika kualitas aset bank mengalami penurunan yang signifikan," kata Hotma. (asp)

Upload: netta-fitria

Post on 15-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fenomena peringkat obligasi metlit

TRANSCRIPT

Page 1: fenomena metlit

VIVAnews - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat oblogasi PT Bank Sumut (kode obligasi: BSMT). Obligasi berkelanjutan I kuartal III-2011, turun peringkat dari A+ menjadi single A. Adapun obligasi subordinasi kuartal III-2011, turun menjadi A- dari sebelumnya single A.Analis Hotma Parulian Manalu, Kamis 13 November 2014, menyatakan bahwa meski terjadi penurunan peringkat, ada prospek peringkat direvisi menjadi stabil dari sebelumnya negatif. Peringkat ini pada periode 29 September 2014 sampai 1 Maret 2015."Faktor utama penurunan peringkat ini dipicu lemahnya kualitas aset Bank Sumut yang berdampak pada profil rentabilitas bank. Serta, pertumbuhan kredit dan pendanaan Bank Sumut mengalami stagnasi di tahun-tahun terakhir," ujar Hotma di gedung BEI Jakarta.Hotma menjelaskan, faktor yang mendukung peringkat Bank Sumut adalah posisi bisnis yang kuat pada pasar captive bank di provinsi Sumatra Utara, serta rentabilitasnya yang baik."Sedangkan faktor yang membatasi peringkat adalah permodalan bank yang moderat dan kualitas aset yang lemah," katanya.Hotma mengatakan, peringkat Bank Sumut dapat dinaikkan jika mampu memperkuat posisinya secara signifikan dan konsisten. "Pada saat yang sama, bank harus mampu memperbaiki kualitas aset dan profitabilitasnya," kata dia.Indikator permodalan bank dan likuiditasnya pun dapat memengaruhi peringkat. "Peringkat juga dapat diturunkan, jika kualitas aset bank mengalami penurunan yang signifikan," kata Hotma. (asp)

Page 2: fenomena metlit

Mengapa obligasi Grup Astra murah?M Tahir Saleh

IMPERIUM Grup Astra bermula pada 1957 dari tangan taipan bernama Tjia Kian Liong atau lebih dikenal dengan nama William Soeryadjaya (almarhum). Pengusaha kelahiran Majalengka, Jawa Barat itulah yang mendirikan PT Astra International Tbk yang awalnya adalah perusahaan perdagangan, induk usaha dari Grup Astra.

Jejaring grup yang kini menjelang 55 tahun ini lantas berkembang mulai dari otomotif, jasa keuangan termasuk multifinance, agrobisnis, hingga jasa infrastruktur.Dari masa ke masa, perusahaan mencatatkan keuntungan berkesinambungan.

Hingga 2010, tercatat grup ini terdiri dari 145 perusahaan termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi, dan jointly controlled entities. Jumlah karyawan Grup Astra pada periode tersebut mencapai 145.154 orang.

Dengan kinerja yang baik dan harga saham yang cukup ting gi—harga saham Astra International Rp76.950 per saham per 10 Januari 2012, anak-anak perusahaan pun memiliki daya tawar tersendiri di pasar, khususnya ketika mereka menerbitkan surat utang atau obligasi.

Investor obligasi sudah akrab dengan nama-nama berkualitas seperti PT Astra Sedaya Finance (ASF), PT Toyota Astra Financial Services, dan PT Federal International Finance (FIF). ASF menerbitkan surat utang sebanyak 12 kali, sedangkan FIF sudah 11 kali.

PT Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat per pekan pertama tahun ini, jumlah obligasi yang jatuh tempo tahun ini mencapai Rp25,87 triliun dari 65 seri obligasi. Dari jumlah tersebut, obligasi jatuh tempo Grup Astra mencapai Rp3,68 triliun atau 14,23% dari total bond jatuh tempo tahun ini.

Pada akhir pekan lalu, salah satu anak usaha Astra hasil joint dengan Marubeni Corp di sektor pembiayaan alat berat yakni PT Surya Artha Nusantara Finance (SAN Finance) menetapkan tiga seri kupon obligasi II/2011 Rp1,5 triliun pada level 7,2%-8,4%.

Kupon seri A (1 tahun) ditetapkan 7,2% dari kisaran awal 7%-8%, seri B (2 tahun) 7,7% dari penawaran 7,5%-8,5%, dan seri C (3 tahun) 8,4% dari tawaran awal 7,75%-8,75%.

Page 3: fenomena metlit

Obligasi tersebut berperingkat AA dari Pefindo memercayakan PT HSBC Securities Indonesia, PT NISP Sekuritas, dan PT Standard Chartered Securities Indonesia sebagai penjamin emisi.

Kupon ini memang tak jauh beda dengan anak usaha Bank Danamon, PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (Adira Finance), yang menetapkan kupon seri A (2 tahun) 7,75%, seri B (3 tahun) 8%, dan seri C (5 tahun) 9% atas obligasi berkelanjutan I/2011.

Namun, pada seri 2 tahun, bond SAN Finance lebih rendah padahal rating Adira Finance lebih tinggi yakni idAA+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia(Pefindo).

Mari membandingkan dengan obligasi III/2011 PT Clipan Finance Indonesia Tbk dengan rating idA+ dari Pefindo yang menetapkan kupon di atas dari kisaran yang ditawarkan pada masa penawaran awal. Kupon A (1 tahun) 8,75%, B (2 tahun) 9,75%, dan C (3 tahun) 10,25%.

Rekam jejak bagusKepala Divisi Fixed Income PT Anugerah Securindo Indah Ramdhan Ario Maruto menilai rekam jejak Grup Astra dalam obligasi cukup bagus di pasar.

“Peringkat nya bagus, track record mereka bagus, ‘rajin’ mengeluarkan obligasi,” katanya kemarin.

Dia menilai kupon SAN Finance tersebut cukup murah bila dibandingkan dengan obligasi multifinance lain. Pengaruh nama besar Astra juga mendorong obligasi tersebut kelebihan permintaan lalu emisi dinaikkan dari Rp750 miliar menjadi Rp1,5 triliun.

Namun, katanya, kupon SAN Finance yang terhitung baru dalam menerbitkan obiligas tak jauh beda dengan Adira Finance. Namun, jika dibandingkan dengan kupon obligasi FIF dan ASF, tentu jauh lebih murah dari obligasi sejenis misalnya dari PT Indomobil Finance atau Clipan Finance.

“Saya rasa pasar sudah confident dengan nama-nama anak usaha Astra. Kalau sama Indomobil atau Clipan terlihat bedanya, kalau sama obligasi PT BCA Finance kupon FIF memang tidak terlalu jauh bedanya.”

Menurutnya, murahnya kupon mengindikasikan beban biaya bagi perusahaan penerbit jauh lebih rendah, sedangkan peringkat dan kinerjanya yang dipandang baik dan berkelanjutan. Meski demikian, katanya, tak bisa dipungkiri investor justru mengincar kupon tinggi sesuai dengan risiko.

“Saat ini pasar obligasi sedang ramai, menyusul sepinya penawaran saham perdana. Investor dapen misalnya incar kupon 10% tapi kupon segitu sudah jarang saat ini,” katanya.

Page 4: fenomena metlit

Minimal peringkat ABagi investor dana pensiun (dapen), sebagai salah satu pembeli obligasi, penerbitan obligasi korporasi bisa menjadi diversifikasi portofolio bagi industri jaminan hari tua selain fokus pada obligasi pemerintah.

Obligasi Grup Astra juga tampak cantik di mata mereka. PT Jamsostek yang dikenal sebagai salah satu perusahaan yang cukup aktif di pasar IPO dan obligasi memandang Grup Astra merupakan salah satu grup perusahaan yang baik.

“Astra adalah good company, juga anak-anak perusahaannya. Sebelum membeli, kami kaji dulu tentu hati-hati. Bunga bergantung pada tenor, jika tenor pendek pada kisaran 9%, tapi kalau tenor panjang 10%,” kata Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga yang mengatakan pihaknya juga membeli obligasi milik Grup Astra, ASF dan PT Serasi Auto Raya (TRAC).

Di tempat terpisah, Direktur Utama Dapen Garuda Indonesia Muchit Sudirman memandang ketertarikan terhadap obligasi juga bergantung pada tenor, mengingat horizon investasi dapen jangka panjang.

Dia memandang obligasi Grup Astra cukup baik, mengingat dari sisi manajemen tertata dengan baik dan dipercaya investor. Selain itu, tingkat pertumbuhan laba anak-anak usaha Astra berkelanjutan dari masa ke masa.

Dapen sendiri sesuai dengan regulasi dinyatakan boleh berinvestasi pada obligasi minimal dengan peringkat A. Pada akhir tahun lalu, Pefindo juga menaikkan peringkat tiga anak usaha pembiayaan Grup Astra. Peringkat perusahaan yaitu FIF dan ASF ditingkatkan ke level idAA+ dari sebelumnya idAA.

Analis Pefindo Dimas Rizky Aditya dan Hendro Utomo mengatakan peringkat ASFmencerminkan kuatnya posisi pasar perusahaan di industri pembiayaan mobil dan kuatnya kualitas aset perusahaan.

Faktor pembatas peringkat ASF disinyalir karena ketatnya persaingan di industri perusahaan yang dipimpin Djony Bunarto Tjondro itu. Satu peringkat lain yang ditingkatkan yaitu SAN Finance idAA- dari sebelumnya idA+.

Dengan kenaikan peringkat perusahaan tentu menjadi pertimbangan bagi investor membeli obligasi, juga keuntunganm bagi perusahaan penerbit dalam menetapkan kupon, murah atau mahal termasuk obigasi Grup Astra. ([email protected])

Tulisan ini terbit di Harian Bisnis Indonesia, edisi Rabu 11 Januari 2012Foto: downloaddesain.com

Page 5: fenomena metlit