fakultas psikologi universitas kristen satya...

29
PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA PUTUS SEKOLAH DENGAN REMAJA SEKOLAH ANGGOTA PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) OLEH HIZKI ANTI NILASARI 802013071 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: leque

Post on 04-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA PUTUS

SEKOLAH DENGAN REMAJA SEKOLAH ANGGOTA

PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK)

OLEH

HIZKI ANTI NILASARI

802013071

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih
Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih
Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen SatyaWacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hizki Anti Nilasari

NIM : 802013071

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalty non-eksklusif (non-eclusif royalty freeright) atas karya ilmiah saya

yang berjudul :

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA PUTUS SEKOLAH DENGAN REMAJA

SEKOLAH ANGGOTA PPA (Pusat Pengembangan Anak)

Dengan hak bebas royalty non eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih

media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 10 Mei 2017

Yang menyatakan,

Hizki Anti Nilasari

Mengetahui,

Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hizki Anti Nilasari

NIM : 802013071

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Sayta Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA PUTUS SEKOLAH DENGAN REMAJA

SEKOLAH ANGGOTA PPA (Pusat Pengembangan Anak)

Yang dibimbing oleh :

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 10 Mei 2017

Yang memberi pernyataan,

Hizki Anti Nilasari

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

LEMBAR PENGESAHAN

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA PUTUS SEKOLAH DENGAN REMAJA

SEKOLAH ANGGOTA PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK)

Oleh

Hizki Anti Nilasari

802013071

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 16 Mei 2017

Oleh

Pembimbing

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Diketahui Oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA PUTUS

SEKOLAH DENGAN REMAJA SEKOLAH ANGGOTA

PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK)

Hizki Anti Nilasari

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

i

Abstrak

Erikson (dalam Burns, 1993) menyatakan bahwa konsep diri merupakan suatu

penelitian terhadap identitas pada masa remaja, khususnya perhatian terhadap cara

individu dalam mempersepsikan dirinya. Monks dkk (1999) menjelaskan bahwa

memasuki usia remaja, masalah konsep diri menjadi masalah yang cukup serius.

Pada umumnya remaja mengalami krisis psikososial yaitu antara menemukan dan

kebingungan atas identitas dirinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap

remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati diri. Maka dari itu penting bagi

remaja untuk memiliki konsep diri yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri remaja putus

sekolah dengan remaja sekolah yang menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak).

Partisipan penelitian tediri dari 30 remaja putra maupun putri putus sekolah dan 30

lainnya adalah remaja sekolah putra maupun putri anggota PPA (Pusat

Pengembangan Anak). Penelitian dilakukan dengan alat ukur berupa skala psikologi

konsep diri. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan pada konsep

diri remaja putus sekolah dan remaja sekolah anggota PPA (Pusat Pengembangan

Anak).

Kata Kunci : Konsep Diri

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

ii

Abstract

Erikson (in Burns, 1993) stated that the concept of the self is an examination of identity

in adolescence, in particular attention to how the individual perceives in him. Monks et

al (1999) explains that as a teenager, the problem of self concept becomes quite serious

problems. In General, adolescents are experiencing psychosocial crisis between find

and confusion over his identity. In general it can be said that the attitude of adolescents

are still in the stage of searching for identity. Therefore it is important for teenagers to

have a good self concept. This research aims to find out whether there are significant

differences between the concept of yourself Teen dropouts by school children who

become teen CWA (child development center). Participants in the study consists of 30

teenagers both men and women dropping out of school and 30 other school teen both

men and women members of CWA (Child Development Center). Research done by

measuring instrument in the form of self concept scale psychology. The results of the

research there were significant differences on the concept of self teen dropouts and

teenage school members of the CWA (Child Development Center).

Keywords: Self Concept

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

1

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan

psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Menurut

Mohamad Surya (1990 : 90) bahwa masa adolesence berawal dari 13 sampai 15

tahun untuk perempuan, 15 sampai 17 tahun untuk laki-laki sedangkan masa

adolesence yang sebenarnya antara 15 sampai usia 18 tahun untuk perempuan, 17

sampai 19 tahun untuk laki-laki. Selain itu pendapat lain mengemukakan bahwa

Masa remaja merupakan masa krusial bagi perkembangan individu, sebab pada

masa ini individu mengalami transisi bio-logis, kognitif, maupun sosial. Akibatnya,

individu mulai mencari-cari identitas dirinya (Santrock, 2012). Erikson (dalam

Burns, 1993) menyatakan bahwa konsep diri merupakan suatu penelitian terhadap

identitas pada masa remaja, khususnya perhatian terhadap cara individu dalam

mempersepsikan dirinya. Kemudian menurut Monks dkk (1999) menjelaskan bahwa

memasuki usia remaja, masalah konsep diri menjadi masalah yang cukup serius.

Pada umumnya remaja mengalami krisis psikososial yaitu antara menemukan dan

kebingungan atas identitas dirinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap

remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati diri.

Oleh karena itu peneliti berpendapat bahwa konsep diri menjadi hal yang sangat

penting untuk dimiliki remaja pada masanya. Karena dengan konsep diri, remaja

dapat mengerti dan paham mengenai identitas dan jati dirinya. Namun ketika remaja

tidak memiliki konsep diri maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik, seperti

kenakalan remaja. Kenakalan remaja dilatar belakangi oleh faktor internal dan

faktor eksternal, diantaranya adalah konsep diri. Konsep diri adalah pandangan dan

perasaaan kita tentang diri sendiri maupun persepsi tentang diri ini bersifat

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

2

psikologi, sosial, dan fisik. Jadi untuk mengetahui konsep diri kita positif atau

negatif, secara sederhana terangkum dalam tiga pertanyaan berikut, “bagaimana

watak saya sebenarnya?”, “bagaimana orang lain memandang saya?’, dan

“bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?”. Jawaban pada pertanyaan

pertama menunjukkan persepsi psikologis, jawaban kedua menunjukkan persepsi

sosial, dan jawaban pada pertanyaan ketiga menunjukkan persepsi fisis tentang diri

kita (Rakhmat, 2005).Kenakalan remaja menjadi topik yang sudah tidak asing lagi

bagi masyarakat, dapat didengar dan dilihat dari berbagai media komunikasi yang

ada. Dalam jurnal “Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri Dengan Kecenderungan

Perilaku Kenakalan Remaja” yang disusun oleh Iga Serpianing Aroma dan Dewi

Retno Suminar, mengemukakan bahwa perilaku kenakalan remaja mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut

nampak dari fakta yang dilansir oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas

PA), yakni pelaku kriminal dari kalangan remaja dan anak-anak mengalami

peningkatan.Berdasarkan data yang ada, terhitung sejak Januari hingga Oktober

2015, meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya. Pelakunya rata-rata berusia

13 hingga 17 tahun (nusantaraku.com, 2015). Dampak lain dari remaja yang tidak

memiliki konsep diri yang baik adalah penyalahgunaan narkoba. Kasus

penyalahgunaan narkoba setiap tahunnya semakin merambah pasar anak muda, baik

dari faktor usia maupun pendidikan, pengguna narkoba belia mengalami

peningkatan. Dampak lain adalah berupa pelanggaran status, pelanggaran terhadap

norma maupun pelanggaran terhadap hukum. Pelanggaran status seperti lari dari

rumah, membolos dari sekolah, minum minuman keras dibawah umur, balapan liar

dan lain sebagainya. Pelanggaran status seperti ini biasanya sulit untuk tercatat

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

3

secara kuantitas karena tidak termasuk dalam pelanggaran hukum. Sedangkan

perilaku yang menyimpang terhadap norma antara lain seks pranikah dikalangan

remaja, aborsi oleh remaja wanita, dan lain sebagainya.

Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang

diri kita sendiri. Dengan demikian ada dua komponen konsep diri, yaitu komponen

kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi sosial, komponen kognitif disebut

citra diri atau self image, sedangkan komponen afektif disebut harga diri atau self

esteem. Keduanya, menurut William D. Brocks dan Philip Emmert, berpengaruh

besar pada pola komunikasi interpersonal (Rakhmat, 2005).

Konsep diri (self concept) adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri;

penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan

(Chaplin, 1995). Evaluasi, penilaian, atau penaksiran berarti individu

menggambarkan dirinya dan memberikan nilai mengenai dirinya sendiri. Secara

umum penilaian tentang konsep diri dibagi menjadi dua bagian, yaitu konsep diri

positif dan konsep diri negatif. Salah satu ciri individu yang memiliki konsep diri

positif adalah mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya, sedangkan

salah satu ciri individu yang memiliki konsep diri negatif adalah tidak mampu

menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya (Rakhmat, 2005). Individu yang

memiliki konsep diri positif akan mengembangkan sifat- sifat seperti kepercayaan

diri, harga diri, dan kemampuan untuk melihat dirinya sendiri secara realistis yang

kemudian individu dapat menilai hubungan dengan orang lain secara tepat dan hal

ini akan menimbulkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya bila konsep diri

negative, individu akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri,

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

4

merasa ragu dan kurang percaya diri. Hal tersebut dapat menumbuhkan penyesuaian

pribadi dan sosial yang buruk (Hurlock,1978).

Dari ulasan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

apakah ada perbedaan konsep diri pada remaja putus sekolah dengan remaja sekolah

yang menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak). Berdasarkan fenomena yang

dilihat oleh peneliti di sekitar tempat dimana peneliti tinggal, menunjukkan ada hal

yang berbeda dari kedua subjek penelitian, yaitu remaja putus sekolah dan remaja

sekolah yang menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak). Hal yang dapat

diamati secara langsung adalah mengenai penampilan fisik, kedua subjek penelitian

memiliki penampilan secara fisik yang berbeda. Remaja putus sekolah cenderung

berpenampilan dengan hal-hal yang menurut mereka gaul tanpa mempedulikan

bagaimana pandangan orang-orang di sekeliling mereka pada umumnya. Memberi

warna pada rambut dan memakai anting bagi remaja laki-laki adalah hal yang sangat

umum. Namun pada organisasi-organisasi kemasyarakatan mereka cenderung tidak

berani muncul, melalui wawancara yang telah peneliti lakukan mengenai hal

tersebut, mereka mengutarakan bahwa mereka malu dan tidak percaya diri untuk

terlibat dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan, misalnya karang taruna.

Sementara remaja sekolah yang menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak)

secara fisik mereka berpenampilan seperti pada umumnya. Berdasarkan wawancara

yang telah dilakukan mengenai hal tersebut, remaja sekolah yang menjadi anak PPA

(pusat pengembangan anak) mengutarakan bahwa ada aturan-aturan yang

diberlakukan di sekolah mengenai penampilan fisik mereka, seperti tidak boleh

mewarnai rambut baik untuk laki-laki maupun perempuan dan tidak boleh

mengenakan anting pada laki-laki. Hal tersebut membuat mereka menampilkan diri

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

5

mereka secara umum dan sesuai peraturan yang berlaku. Remaja sekolah yang

menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak) lebih aktif terlibat dalam organisasi

baik di dalam maupun di luar sekolah, seperti Gereja, PPA dan lingkungan tempat

tinggal mereka.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diangkat pada

penelitian ini adalah “Apakah remaja putus sekolah dan remaja sekolah yang

menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak) memiliki konsep diri yang

berbeda?”

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan

antara konsep diri remaja putus sekolah dengan remaja sekolah yang menjadi

anak PPA (pusat pengembangan anak).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Praktis

Mengetahui perbedaan konsep diri antararemaja putus sekolah dengan remaja

sekolah yang menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak).

Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian baru yang dilakukan oleh peneliti dapat memberikan

manfaat dalam dunia Psikologi Perkembangan sebagai sarana untuk memotivasi

para remaja agar memiliki konsep diri yang baik, guna mengurangi timbulnya

kenakalan remaja.

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).

Remaja yang sekolah menurut Rogers (1999) memiliki kemampuan ke

dalam diri sendiri, mengerti diri, menentukan hidup dan mampu menangani

masalah yang sedang dihadapi. Ini berarti dirinya dihargai, dicintai karena nilai

yang ada pada diri sendiri sebagai pribadi sehingga ia tidak bersifat defensif

namun sepenuhnya menerima dirinya sendiri dan penuh kepercayaan terhadap

diri sendiri.

Remaja yang putus sekolah biasanya memiliki banyak kecenderungan

negatif, remaja yang putus sekolah cenderung lebih suka memukul, kurang bisa

menilai dirinya sendiri, mengabaikan peraturan yang ada di sekitarnya, kurang

memberikan kasih sayang pada orang yang ada disekitarnya, melecehkan orang

lain, menghina orang lain yang menurut mereka lebih rendah dari dirinya, tidak

berlaku adil pada sesama, tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada pada

dirinya dan lain sebagainya. Remaja yang putus sekolah ketika dilihat dari

pergaulannya dengan lingkungan yang kurang mendukung, yang membuat

remaja lebih cenderung memunculkan perilaku negatif atau mempunyai konsep

diri yang negatif (Sobur, 2003).

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

7

Dari uraian diatas maka dapat di simpulkan bahwa setiap remaja

membutuhkan orang lain disampingnya, yaitu orang tua, guru, dan teman artinya

dengan adanya orang tua dan guru yang bisa memberikan dorongan dan

masukan-masukan, remaja bisa memperbaiki perilaku remaja sebelumnya yang

kurang bagus atau kurang baik dan bisa diarahkan ke arah yang lebih baik

lagi,serta mereka dapat mengenal dan menerima dirinya sendiri, menentukan

arah hidup masing-masing sesuai dengan nilai dalam dirinya.

2.2 Konsep Diri

Konsep diri (self concept) adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri;

penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan

(Chaplin, 1995). Evaluasi, penilaian, atau penaksiran berarti individu

menggambarkan dirinya dan memberikan nilai mengenai dirinya sendiri. Secara

umum penilaian tentang konsep diri dibagi menjadi dua bagian, yaitu konsep diri

positif dan konsep diri negatif. Salah satu ciri individu yang memiliki konsep

diri positif adalah mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya,

sedangkan salah satu ciri individu yang memiliki konsep diri negatif adalah

tidak mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya (Rakhmat, 2005).

Individu yang memiliki konsep diri positif akan mengembangkan sifat- sifat

seperti kepercayaan diri, harga diri, dan kemampuan untuk melihat dirinya

sendiri secara realistis yang kemudian individu dapat menilai hubungan dengan

orang lain secara tepat dan hal ini akan menimbulkan penyesuaian sosial yang

baik. Sebaliknya bila konsep diri negative, individu akan mengembangkan

perasaan tidak mampu dan rendah diri, merasa ragu dan kurang percaya diri. Hal

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

8

tersebut dapat menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk

(Hurlock,1978).

Dalam jurnal “Dinamika Konsep Diri pada Remaja Perempuan Pembaca

Teenlit” yang disusun oleh Novia Dwi Rahmaningsih dan Wisjnu Martani,

Berzonsky (1981) mendefinisikan konsep diri sebagai sebuah personal theory

yang mencakup seluruh konsep, asumsi, dan prinsip yang dipercayai oleh

individu tentang dirinya sepanjang kehidupan. Sementara itu, disumber lainnya

Berzonsky (1981), mengemukakan bahwa konsep diri adalah gambaran

mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian

berdasarkan harapannya yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik,

psikis, sosial, dan moral. Dapat dilihat bahwa secara ringkas Berzonsky

mengungkapkan bahwa konsep diri adalah hal-hal yang terkait dengan fisik,

sosial, moral, dan psikis, hal inilah yang akhirnya menentukan konsep diri

seseorang atau individu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri mencakup seluruh

konsep, asumsi dan prinsip yang menggambarkan dirinya dan memberikan nilai

mengenai dirinya sendiri. Adapun penilaian konsep diri dibagi menjadi dua

bagian, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif

adalah dimana individu mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya,

sedangkan konsep diri negatif adalah dimana individu tidak mampu menerima

dan mencintai dirinya sendiri apa adanya.

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

9

2.3 Aspek-Aspek Konsep Diri

Menurut Berzonsky (1981) dalam jurnal “Dinamika Konsep Diri pada Remaja

Perempuan Pembaca Teenlit” yang disusun oleh Novia Dwi Rahmaningsih dan

Wisjnu Martani, Berzonsky (1981) aspek konsep diri adalah :

2.3.1. Aspek fisik, yaitu bagaimana penilaian individu terhadap segala

sesuatu bayang terlihat secara fisik yang dimilikinya seperti tubuh,

kesehatan, pakaian penampilan.

2.3.2. Aspek sosial, yaitu bagaimana peranan sosial yang perankan individu

mencakup hubungan antara individu dengan keluarga dan individu

dengan lingkungan.

2.3.3. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah

dalam kehidupan individu dan memandang nilai etika moral dirinya

seperti kejujuran, tanggungjawab atas kegagalan yang dialaminya,

religiusitas serta perilakunya.

2.3.4. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki

individu terhadap dirinya sendiri

2.4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari Significant Other

(orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri

sendiri).

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

10

2.4.1. Significant Other( Orang yang terpenting atau yang terdekat )

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman

dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain

yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri

pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang

yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan

dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus

hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

2.4.2. Self Perception ( Persepsi diri sendiri )

Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta

persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu.

Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman

yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan

dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif

dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang

dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual

dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif

dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.

2.5. Hipotesis

“Ada perbedaan signifikan pada konsep diri remaja putus sekolah dengan

remaja sekolah yang menjadi anak PPA (pusat pengembangan anak). Remaja

sekolah anggota PPA memiliki konsep diri lebih baik dibandingkan remaja

putus sekolah.”

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

11

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Konsep Diri:

Berzonsky (1981) mendefinisikan konsep diri sebagai sebuah personal

theory yang mencakup seluruh konsep, asumsi, dan prinsip yang dipercayai oleh

individu tentang dirinya sepanjang kehidupan. Sementara itu, di sumber lainnya

Berzonsky (1981), mengemukakan bahwa konsep diri adalah gambaran mengenai

diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan

harapannya yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan

moral. Dapat dilihat bahwa secara ringkas Berzonsky mengungkapkan bahwa konsep

diri adalah hal-hal yang terkait dengan fisik, sosial, moral, dan psikis, hal inilah yang

akhirnya menentukan konsep diri seseorang atau individu.

3.2. Subjek Penelitian

Subjek keseluruhan berjumlah 60 orang dengan klasifikasi 30 orang adalah

remaja putra ataupun putri dengan kriteria putus sekolah dan 30 lainnya adalah

remaja putra ataupun putri dengan kriteria bersekolah serta menjadi anak PPA (Pusat

Pengembangan Anak). Subjek didapatkan sesuai dengan jumlah anak yang dijumpai

atau dapat dikatakan accidental.

3.3. Teknik pengumpulan data

Menggunakan teknik pengambilan data yaitu, Non Probability Sampling dengan

menggunakan Convenience Sampling, artinya adalah penentuan jumlah sampel tidak

dilakukan melalui perhitungan tertentu akan tetapi dengan menetapkan jumlah atau

ukuran sampel sesuai perkiraan (menurut Nawawi, 2001), teknik pengambilan

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

12

sampel dengan subjek yang besedia dan mau memberikan respons pada penelitian

(menurut Nauman, 2000).

3.4. Analisis Aitem dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data

3.4.1. Analisis Aitem : Item-item dalam skala psikologi ini bertujuan

untuk

mengukur sejauh mana perbedaan konsep diri

antara remaja putus sekolah dengan remaja

sekolah yang menjadi anak PPA.

3.4.2. Realibilitas : Menggunakan reliabilitas 0,25 pada skala

psikologis tentang konsep diri.

3.4.3. Alat pengumpulan data : Alat ukur yang digunakan adalah skala psikologi

tentang konsep diri

3.5. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan statistik

dengan bantuan program SPSS untuk mengukur apakah terdapat perbedaan konsep

diri antara remaja putus sekolah dengan remaja sekolah dan menjadi anak PPA

(Pusat Pengembangan Anak).

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dengan format skala Likert berjumlah 5 point, setelah dilakukan uji

reliabilitas dan seleksi aitem maka didapatkan skor reliabilitas sebesar 0,882

setelah dilakukan seleksi aitem didapatkan hasil bahwa terdapat 3 aitem yang

gugur . Peneliti menggunakan Kriteria Kaplan dimana aitem yang memiliki nilai

Corrected Aitem-Total Correlation < 0,3 akan dihilangkan.

Setelah peneliti melakukan penghitungan ulang menggunkan SPSS dengan

menghilangkan item-item yang tidak sesuai, maka hasil tingkat reliabilitas yang

peneliti peroleh yaitu meningkat dari hasil 0,882 menjadi 0,897. Untuk

mengukur hasil penelitian digunakan beberapa uji melalui SPSS versi 16.00

sebagai berikut:

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PUTUS SEKOLAH SEKOLAH

N 30 30

Normal Parametersa Mean 64.63 128.27

Std. Deviation 6.515 4.777

Most Extreme Differences Absolute .172 .144

Positive .172 .084

Negative -.168 -.144

Kolmogorov-Smirnov Z .941 .791

Asymp. Sig. (2-tailed) .339 .559

a. Test distribution is Normal.

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala konsep

diri (K-S-Z = 0,992, p = 0,435, p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa variabel konsep diri

memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

14

UJI HOMOGENITAS

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.068 8 16 .103

UJI-T

Group Statistics

KELOMPOK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

NILAI 1 30 64.6333 6.51515 1.18950

2 30 1.2827E2 4.77734 .87222

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

NILAI Equal variances assumed

.511 .477 -43.141 58 .000 -63.63333 1.47502 -66.58590 -60.68077

Equal variances not assumed

-43.141 53.192 .000 -63.63333 1.47502 -66.59159 -60.67508

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

15

Berdasarkan uji-T yang dilakukan melali SPSS dapat dilihat bahwa SIG.(2-TAIL)

kurang dari 0,05, dimana hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan signifikan.

Dalam hal ini perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan konsep diri antara remaja

putus sekolah dengan remaja sekolah yang menjadi anak PPA (Pusat Pengembangan

Anak).

4.2. Pembahasan

Perbedaan konsep diri pada remaja sekolah yang menjadi anak PPA

(Pusat Pengembangan Anak) dan remaja putus sekolah menunjukkan hasil yang

signifikan. Ini membuktikan bahwa peran dan manfaat sekolah selama ini yang

dianggap sederhana oleh sebagian orang tua, ternyata berperan sangat penting

dalam membangun konsep diri yang positif bagi remaja. Remaja sekolah yang

menjadi anak PPA (Pusat Pengembangan Anak) dan remaja yang putus sekolah

dalam penelitian ini sangat berbeda. Remaja sekolah yang menjadi anak PPA

(Pusat Pengembangan Anak) lebih mengetahui konsep dirinya dibandingkan

dengan remaja putus sekolah, seperti pendapat Rogers (1999) Remaja yang

sekolah memiliki kemampuan ke dalam diri sendiri, mengerti diri, menentukan

hidup dan mampu menangani masalah yang sedang dihadapi.

Remaja yang sekolah dalam penelitian ini dinyatakann memiliki konsep

diri yang positif, dan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi

masalahnya. Sebagaimana yang telah di sebutkan oleh Rogers(1999). Remaja

yang sekolah mempunyai konsep diri yang baik terutama dalam hal penerimaan

diri dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Oleh

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

16

karena itu pendidikan disekolah dan di PPA (Pusat pengembangan Anak) sangat

berperan penting dalam pembentukkan konsep diri remaja.

Remaja yang sekolah lebih memiliki disiplin tinggi dan membentuk

konsep diri yang lebih positif, remaja yang sekolah paham dengan tanggung

jawab di sekolah ataupun dalam keluarga, taat terhadap aturan, berperilaku

sesuai dengan norma-norma yang berlaku, hal itu yang mendukung remaja dapat

membentuk konsep diri yang baik.

Remaja yang putus sekolah lebih memiliki konsep diri yang negatif.

Remaja yang putus sekolah memiliki kebiasaan yang melanggar norma yang

berlaku di masyarakat pada umumnya. Misalnya, bepakaiaan semaunya tanpa

peduli situasi, tidak mengerti tanggung jawab di masyarakat maupun dalam

keluarga, tidak memiliki tujuan hidup.

Remaja dihadapkan dengan banyak peran yang baru dan status orang

dewasa, pekerjaan dan romantika (Kanopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman &

Riva, 1996). Dalam hal ini orang tua sebaiknya mengizinkan mereka untuk

menjajaki berbagai peran yang berbeda, maupun berbagai jalur yang terdapat

dalam suatu peran tertentu. Jika menghadapi peran semacam itu dengan cara

yang sehat dan sampai pada jalur yang positif untuk diikuti dalam kehidupan,

maka perilaku yang positif akan dicapai.

Apabila dalam menjajaki berbagai peran dan mendefinisikan masa

depannya remaja kurang berhasil maka remaja tersebut akan mengalami

kebingungan. Hal inilah kenapa pendidikan perlu di tempuh dengan baik. Begitu

pula sebaliknya dalam kehidupan pada masyarakat luas, tidak sedikit pula

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

17

remaja yang putus sekolah, untuk itu pendidikan di sekolah sangat berperan

penting untuk membentuk konsep diri remaja yang lebih positif.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa konsep diri bukanlah sesuatu

yang dibawa sejak lahir. Remaja tidak dilahirkan dengan konsep diri tertentu.

Ketika remaja lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan

tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri kita sendiri, serta tidak

memiliki penilaian apapun terhadap diri remaja sendiri. Konsep diri terbentuk

melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga

dewasa. Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh orang tua turut memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan konsep diri seseorang. Sikap

dan respon orang tua serta lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak

untuk menilai siapa dirinya.

Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan

nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari

keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting

adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta

bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu

sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau

konsep diri negatif.

Dari fenomena tersebut diatas, peneliti dapat melihat atau mengetahui

bahwa konsep diri remaja yang sekolah cenderung positif dibandingkan konsep

diri remaja yang putus sekolah. Remaja yang sekolah bisa lebih berusaha lebih

baik dalam pemecahan masalah yang ada pada dirinya. Sedangkan remaja yang

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

18

putus sekolah lebih cenderung mudah depresi atau stres, dan lebih cenderung

putus asa ketika remaja yang putus sekolah tersebut mengalami kegagalan atau

mengalami hambatan dalam pencapaian cita-cita dan harapannya. Seperti yang

dikemukakan oleh Damon, bahwa seseorang dengan konsep diri yang positif

akan terlihat memiliki harga diri yang positif

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

19

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Perbedaan Konsep Diri Antara Remaja

Sekolah Yang Menjadi Anak PPA (Pusat Pengembangan Anak) Dengan Remaja

Putus Sekolah” yang dilakukan melalui observasi dan pengambilan data

menggunakan skala psikologi konsep diri (angket). Peneliti menyimpulkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan pada konsep diri remaja sekolah yang

menjadi anak PPA (Pusat Pengembangan Anak) dan remaja putus sekolah.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari hasil analisis data, maka peneliti

mencoba memberikan rekomendasi sebagai berikut:

- Pentingnya peran sekolah dalam membantu remaja dalam mengenal konsep

diri mereka.

- Pentinya peran PPA (Pusat Pengembangan Anak) sebagai wadah untuk

mendidik serta mengarahkan remaja sekolah untuk memiliki konsep diri

yang positif, sehingga hal tersebut dapat menjadi upaya preventif untuk

mencegah terbentuknya konsep diri negative pada remaja.

- Pentingnya peran keluarga untuk mendukung, mengawasi dan mengapresiasi

remaja dalam usaha untuk membentuk konsep diri yang positif.

- Peneleti berikutnya harus lebih baik lagi dengan menggali lebih dalam

mengenai variable konsep diri yang diambil serta mendiskripsikan dan

menentukan subjek penelitian secara lebih spesifik

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13156/1/T1_802013071_Full... · Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih

20

DAFTAR PUSTAKA

Burns R. B. (1993). Konsep diri: teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. (Alih

Bahasa: Eddy). Jakarta : Arcan.

Chaplin, J, P. (1995). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan anak: Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock, E. B. (1992). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Terjemahan: Istiwijayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. (2003). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Monks, F.J., dkk. (1999). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai

bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Muhammad Surya. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Tarsito.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakara.

Rahmaningsih D. N & Martani W. (2014). “Dinamika konsep diri pada remaja

perempuan pembaca teenlit”. Jurnal Psikologi 41(02). 179 – 189

Santrock, John W. (2012). Life-span development. 13th

Edition. University of Texas,

Dallas : Mc Graw-Hill.