fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK
PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA
KELAS II SEMESTER II DI SDN MANAHAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
Awig Hardiyanto
K5108067
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK
PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACA
KELAS II SEMESTER II DI SDN MANAHAN SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
Awig Hardiyanto
K5108067
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Awig Hardiyanto. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACAPERMULAAN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIKSINTETIK PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR MEMBACAKELAS II SEMESTER II DI SDN MANAHAN SURAKARTA TAHUNAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membacapermulaan melalui penerapan metode Struktural Analitik Sintetik pada anakberkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SDN Manahan Surakartatahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentukpenelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentuagar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas. Subjek yang memperoleh perlakuan adalah anak berkesulitan belajar kelasII SDN Manahan Surakarta yang berjumlah 3 siswa. Teknik pengumpulan datayang digunakan adalah teknik observasi, tes dan kajian dokumen. Untuk mengujivaliditas data, penulis menggunakan triangulasi data (sumber), triangulasi metodedan validitas isi (content validity). Teknik analisis yang digunakan adalah analisiskritis dan analisis deskriptif komparatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknikanalisis kritis, sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai datakuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yaknimembandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan membacapermulaan yang signifikan dengan menerapkan metode SAS (Struktural AnalitikSintetik) ,dari kondisi awal yakni sebesar 33,3 % pada siklus I dan pada siklus IIsebesar 66,6 % dari siklus I.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metodeSAS (Struktural Analitik Sintetik) dapat meningkatkan kemampuan membacapermulaan anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SDNManahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Kata kunci: Membaca Permulaan, Metode SAS, Berkesulitan BelajarMembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Awig Hardiyanto. THE ATTEMPT OF IMPROVING BEGINNINGREADING COMPETENCY USING SYNTHETIC ANALYTICSTRUCTURAL METHOD IN THE LEARNING DISABLED II GRADERSOF SECOND SEMESTER IN SDN MANAHAN SURAKARTA IN THESCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training andEducation Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July 2012.
The objective of research is to improve the beginning reading competencyusing synthetic analytic structural method in the learning disabled II graders ofsecond semester in SDN Manahan Surakarta in the school year of 2011/2012.
This study was a Classroom Action Research. Classroom Action Researchwas a reflective form of research by doing certain actions in order to repair and/orto improve the learning practices within the classroom. The subject obtainingtreatment was the learning disabled II graders of SDN Manahan Surakartacontaining 3 students. Techniques of collecting data used were observation, test,and document study. To validate the data, the writer used data (source)triangulation, method triangulation and content validity. Techniques of analyzingdata used were critical and descriptive comparative analyses. The qualitative datawas analyzed using critical analysis technique, while the data of test was classifiedinto quantitative data. Such the data was analyzed descriptively andcomparatively, by comparing the inter-cycle test values to the indicator ofachievement.
The result of research showed the significant improvement of beginningreading competency by applying SAS (Synthetic Analytic Structural) method,from 33.3% in cycle I to 66.6% in cycle II.
Based on the result of research, it could be concluded that the applicationof SAS (Synthetic Analytic Structural) could improve the beginning readingcompetency in the learning disabled II graders of second semester in SDNManahan Surakarta in the school year of 2011/2012.
Keywords: Beginning Reading, SAS Method, Reading Learning Disabled
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
# Persiapan terbaik untuk hari esok adalah mengerjakan pekerjaan hari ini
dengan baik #
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Seiring syukurku pada-Mu YA ALLAH, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak”Doamu yang tiada terputus
“Ibu (Alm)”Terima kasih untuk semua yang pernah ibu berikan dan ajarkan, aku
yakin kau tetap menyertaiku dalam setiap perjalanan hidupku
“Adik ku Astri Kurniawati”Yang selalu memberiku semangat untuk melangkah lebih maju
“Sahabat- sahabat terbaik ku”Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya
“Bapak dan Ibu Dosen PLB”Yang telah banyak memberikan ilmu
“Teman-teman seperjuangan PLB 2008”Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan perhatian
dan semangat
“Rekan PPL PLB 2008”Ari Yulianto, Wiyan Fawzi Nugroho, Kwartika Ade Arimbi, Eviani
Damastuti, Dhian Puspa, Rima Tsurayya, Sholikah, Khusna Yulinda
“Murud-muridku tercinta di SD Negeri Manahan Surakarta”
“Teman-teman penghuni kost ISLAH”Mas Tejo, Mas Andri, Ari, Rully, Majid, Terimakasih atas motivasi,
petunjuk dan canda tawanya
“Almamater ku”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode
Struktural Analitik Sintetik Pada Anak Berkesulitan Belajar Membaca
Kelas II Semester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012”sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
ucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah memberikan
izin dalam melakukan penelitian;
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan
izin dalam melakukan penelitian;
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;
5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Drs. Hermawan, M.Si;
6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Priyono, S.Pd, M.Psi;
7. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Drs. Subagya, M.Si yang selalu saya banggakan pula selaku Pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi;
9. Dra. Kusmarhaeni, M.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Manahan
Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut;
10. Dhian Puspa K, S.Pd selaku guru kelas II SD Negeri Manahan Surakarta
sekaligus guru kolaborator yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian
ini;
11. Bapak dan ibu guru SD Negeri Manahan Surakarta yang selalu ramah dan
telah ikut bekerjasama dengan peneliti selama pelaksanaan penelitian;
12. Siswa kelas II SD Negeri Manahan Surakarta yang telah membantu
pelaksanaan penelitian;
13. Teman-teman PLB 2008 yang selalu memberi dukungan dan semangat;
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umunya.
Surakarta, 12 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................... ii
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................ vii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix
KATA PENGANTAR........................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xv
DAFTAR TABEL .............................................................................. xvi
DAFTAR SKEMA............................................................................. xvii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................xviii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8
1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar........................... 8
a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar ................................. 8
b. Penyebab Anak berkesulitan Belajar ................................... 11
c. Klasifikasi Kesulitan Belajar................................................ 14
2. Tinjauan Tentang Membaca Permulaan .................................. 17
a. Membaca .............................................................................. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
1) Pengertian Membaca ....................................................... 17
2) Fungsi Membaca ............................................................. 18
3) Aspek-Aspek Membaca .................................................. 19
b. Membaca Permulaan ........................................................... 20
1) Pengertian Membaca Permulaan .................................... 20
2) Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan ................... 21
3) Metode Pengajaran Membaca Permulaan ...................... 23
3. Tinjauan Tentang Kesulitan Belajar Membaca ....................... 24
a. Pengertian Membaca ........................................................... 24
b. Pengertian Kesulitan Belajar Membaca .............................. 26
c. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar Membaca ................. 28
d. Penyebab Anak Berkesulitan Belajar Membaca ................. 29
e. Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Permulaan ............ 30
4. Tinjauan Tentang Metode Struktural Analitik Sintetik ........... 33
a. Pengertian Metode Pembelajaran......................................... 33
b. Pengertian Metode Struktural Analitik Sintetik .................. 34
c. Pelaksanaan Metode Struktural Analitik Sintetik ............... 35
d. Landasan Metode Struktural Analitik Sintetik .................... 39
e. Teknik Pengajaran Metode Struktural Analitik Sintetik ..... 39
f. Kelebihan Metode Struktural Analitik Sintetik ................... 41
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 43
C. Perumusan Hipotesis Tindakan .................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 45
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 45
C. Data dan Sumber Data................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46
E. Validitas Data ................................................................................ 48
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 49
G. Indikator Kinerja/Keberhasilan ..................................................... 49
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 52
A. Deskripsi Kondisi Awal ................................................................ 52
B. Hasil Penelitian.............................................................................. 56
1. Deskripsi Siklus I...................................................................... 56
a. Tahap Perencanaan Tindakan .............................................. 56
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan............................................... 58
c. Tahap Observasi................................................................... 65
d. Tahap Refleksi ..................................................................... 66
2. Deskripsi Siklus II .................................................................... 67
a. Tahap Perencanaan Tindakan .............................................. 67
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan............................................... 69
c. Tahap Observasi................................................................... 75
d. Tahap Refleksi ..................................................................... 76
C. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................... 76
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN........................................ 86
A. Simpulan........................................................................................ 86
B. Implikasi ........................................................................................ 86
C. Saran .............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 89
LAMPIRAN .................................................................................................. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Bacaan Tes Awal ...................................................................... 94
Lampiran 2 : Lembar Kerja Siswa Tes Awal ................................................. 95
Lampiran 3 : Kisi-kisi Instrumen Tes............................................................. 98
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................ 100
Lampiran 5 : Bacaan Siklus I ......................................................................... 108
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa Siklus I ................................................... 109
Lampiran 7 : Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I .............................. 113
Lampiran 8 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ................................. 114
Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................... 116
Lampiran 10 : Bacaan Siklus II ........................................................................ 123
Lampiran 11 : Lembar Kerja Siswa Siklus II................................................... 125
Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II............................. 129
Lampiran 13 : Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ................................ 130
Lampiran 14 : Rekapitulasi Nilai Membaca Permulaan .................................. 132
Lampiran 15 : Dokumentasi Awal ................................................................... 133
Lampiran 16 : Dokumentasi Siklus I................................................................ 135
Lampiran 17 : Dokumentasi Siklus II .............................................................. 137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ........................................................................... 44
Tabel 3.2 : Indikator Penelitian ....................................................................... 49
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Nilai Awal Membaca Permulaan ............................. 54
Tabel 4.2 : Hasil Tes Membaca Permulaan Siklus I........................................ 63
Tabel 4.3 : Perolehan Hasil Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I ........................ 64
Tabel 4.4 : Hasil Tes Membaca Permulaan Siklus II....................................... 73
Tabel 4.5 : Perolehan Hasil Tingkat Keaktifan Siswa Siklus II ...................... 74
Tabel 4.6 : Hasil Tes Membaca Permulaan Kemampuan Awal, Siklus I dan
Siklus II ......................................................................................... 77
Tabel 4.7 : Perbandingan Keaktifan Siswa Berkesulitan Belajar Kondisi Awal
Siklus I dan Siklus II ..................................................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1: Kerangka Berpikir .......................................................................... 43
Skema 2: Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1: Hasil Tes Membaca Permulaan Pra Tindakan............................... 55
Grafik 4.2: Hasil Tes Membaca Permulaan Siklus I........................................ 63
Grafik 4.3: Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus I........ 67
Grafik 4.4: Hasil Tes Membaca Permulaan Siklus I........................................ 74
Grafik 4.5: Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus II ...... 75
Grafik 4.6: Perbandingan Nilai Tes Membaca Permulaan Pra Tindakan,
Siklus I, Siklus II........................................................................... 78
Grafik 4.7: Perbandingan Persentase Hasil Tes Membaca Permulaan dari
Pra tindakan, Siklus I, Siklus II..................................................... 78
Grafik 4.8: Perbandingan Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Membaca
Siklus I dan Siklus II .................................................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Dokumentasi Pra Tindakan ........................................................... 133
Gambar 2: Dokumentasi Siklus I ..................................................................... 135
Gambar 3: Dokumentasi Siklus II ................................................................... 137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi di masa globalisasi ini sangat
berkembang pesat, manusia dituntut harus terus memperbarui pengetahuan dan
keterampilannya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut sebagian besar diperoleh
melalui membaca. Berkaitan dengan hal itu, dalam kurikulum pendidikan dasar
mengemukakan bahwa pendidikan yang diselenggarakan Sekolah Dasar bertujuan
memberikan bekal kemampuan dasar “baca-tulis dan berhitung”, pengetahuan dan
keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat
perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan
dijenjang berikutnya. Menurut PP No.28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar,
pasal 3 dikemukakan bahwa pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan SLTP. Sehubungan dengan
tujuan tersebut, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran
membaca di SD menjadi sangat penting, agar manusia dapat terus-menerus
memperluas ilmu pengetahuan dan keterampilannya melalui kegiatan membaca.
Peran tersebut semakin penting bila didasarkan pada tuntutan pemilikan
kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1990). Pengajaran bahasa
Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis
permulaan harus diajarkan dan diarahkan sejak anak masuk SD agar tercapai
kemahirwacanaan.
Pengajaran keterampilan membaca secara formal dilaksanakan dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Menurut kurikulum berbasis kompetensi Bahasa
Indonesia 2004, standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
membaca permulaan, siswa dituntut untuk mampu membaca huruf, suku kata dan
kalimat. Pembelajaran di SD dilaksanakan sesuai dengan perbedaan kelas atas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kelas rendah. Pelajaran dikelas rendah biasanya disebut dengan pelajaran
membaca dan menulis permulaan (MMP), sedangkan dikelas tinggi disebut
pelajaran membaca lanjut. “Pelajaran membaca permulaan bertujuan agar siswa
mengenal huruf dan merangkai huruf sehingga mereka dapat membaca dengan
menggunakan kata tersebut” (Subarti, 1992: 3), sumber lain juga menyatakan
bahwa tujuan membaca permulaan di kelas I dan II adalah agar “Siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat” (Depdikbud,
1994/1995: 4).
Keterampilan membaca dan menulis permulaan, khususnya keterampilan
membaca permulaan harus dikuasai oleh siswa sedini mungkin karena
keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa.
Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di
sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca permulaan.
Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua bidang mata pelajaran. Menurut
Lerner (1988) kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studi (Abdurrahman, 2009: 200). Siswa yang tidak mampu membaca akan
mengalami kesulitan menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam
berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar
tertulis. Selain itu, siswa akan mengalami kesulitan menyerap materi pelajaran
dalam kegiatan proses belajar mengajar. Akibatnya, kemajuan hasil belajarnya
juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami
kesulitan dalam membaca.
Secara garis besar kesulitan belajar membaca merupakan suatu dampak
kesulitan mengenali kata dan membunyikan komponen-komponen kalimat. Ada
nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective
readers dan remedial readers (Abdurrahman, 2009: 204). Definisi kesulitan
belajar menurut Winebrenner (1996) “The term ‘learning disable’, or ‘LD’ refers
to all individuals who have some neurogical impairment that mixes up signals
between the senses and the brain” (hlm. 22).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sebenarnya anak kesulitan belajar membaca sudah dikenal dalam dunia
pendidikan. Penanganan terhadap anak berkesulitan belajar membaca belum
seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi keterlambatan
perkembangan anak berkesulitan belajar membaca. Salah satunya adalah karena
kurangnya guru dalam mengidentifikasi kemampuan siswa, terutama kesulitan
belajar membaca permulaan. Kesulitan membaca permulaan menjadi penyebab
utama kegagalan anak belajar di sekolah. Hal itu terjadi karena membaca
permulaan merupakan satu bidang akademik dasar. “Pengetahuan dan
keterampilan tersebut sebagian besar diperoleh melalui membaca” (Abdurrahman,
2009: 200).
Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca
permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas
II. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan
keterampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru
sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses
pembelajaran. Maka dari itu siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca
permulaan harus memperoleh perhatian yang cukup, karena banyak siswa yang
belum dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa belum tuntas dalam pembelajaran membaca permulaan.
Berdasarkan keadaan di lapangan, kemampuan membaca permulaan siswa
di sekolah dasar masih ditemukan permasalahan. Permasalahan tersebut terlihat
pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri Manahan
Surakarta, terdapat beberapa siswa yang belum mampu membaca dengan baik
dalam membaca teks dengan lafal dan intonasi yang tepat dalam menjawab
pertanyaan dari teks yang dibaca. Permasalahan tersebut mengakibatkan siswa
memiliki nilai rendah atau di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
telah ditetapkan SD Negeri Manahan Surakarta yaitu jumlah seluruh siswa dari 41
siswa yang nilainya dibawah KKM berjumlah 3 siswa atau 7,3% sedangkan 38
siswa atau 92,6% siswa memperoleh nilai di atas KKM. Metode yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia guru masih menggunakan metode konvensional berupa metode eja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sebagai contoh guru menulis huruf, kata dan kalimat di papan tulis kemudian
siswa diminta menirukan huruf, kata maupun kalimat yang ditunjuk sekaligus
dilafalkan oleh guru. Metode yang digunakan oleh guru tersebut tidak membantu
siswa dalam mengingat apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian
melalui pengalaman dalam menyusun huruf serta mempertajam kesadarannya
terhadap bunyi dan bentuk. Sehingga kemampuan siswa dalam belajar membaca
permulaan rendah dan menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar.
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu alternatif yang
dapat dilakukan ialah melalui Metode Struktural Analitik Sintetik. Dari segi
bahasa SAS singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Proses operasionalnya
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) mempunyai langkah-langkah
berlandaskan operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan;
Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali
kepada bentuk struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa fungsi bahasa
sebenarnya adalah sebagai alat komunikasi dan unsur bahasa dalam metode ini
ialah kalimat karena pada hakekatnya Bahasa Indonesia mempunyai struktur
tersendiri. Landasan pedagogiknya, Pertama, mengembangkan potensi dan
pengalaman anak. Kedua, membimbing anak menemukan jawaban pada suatu
masalah. Landasan psikologisnya bahwa pengamatan pertama bersifat global
(totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat ingin tahu.
Tujuan digunakannya Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) agar siswa
berusaha dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar khususnya
dalam pembelajaran membaca permulaan, yang pada mulanya siswa belum
mengetahui pola maupun struktur kalimat dan pada akhirnya dapat membiasakan
mengenal pola dan struktur kalimat sesuai dengan tingkat kematangan dan
lingkungannya.
Pelaksanaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pembelajarannya
dilaksanakan dengan cara merekam bahasa anak, menampilkan gambar sambil
bercerita, membaca gambar, membaca gambar dengan kartu kalimat, membaca
kalimat secara struktural, proses analitik, dan proses sintetik. Metode ini dipilih
sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
meningkatkan kemampuan membaca permulaan, karena penggunaan metode ini
merupakan salah satu bentuk latihan khusus yang disesuaikan dengan kondisi dan
karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Menurut Nurjanah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan
Keefektifan Metode Abjad, Metode Global, dan Metode SAS Dalam Proses
Belajar Mengajar Membaca Permulaan Di Sekolah Dasar” dapat disimpulkan
bahwa Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) efektif digunakan dalam proses
belajar mengajar membaca permulaan di Sekolah Dasar.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
metode Stuktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan kemampuan
membaca permulaan siswa berkesulitan belajar. Untuk selanjutnya penelitian ini
diberi judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Anak Berkesulitan
Belajar Membaca Kelas II Semester II di SD Negeri Manahan Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan adalah
“Apakah Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar membaca kelas
II semester II di SD Negeri Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012 ?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada anak
berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian menggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak berkesulitan belajar
membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan Surakarta tahun ajaran
2011/2012 diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberikan pengetahuan, pengalaman dan solusi atas permasalahan
yang dihadapi siswa dan guru terutama dalam menangani permasalahan
yang berkaitan dengan belajar membaca permulaan pada anak berkesulitan
belajar membaca.
b. Sebagai bentuk karya ilmiah bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan
lembaga pendidikan luar biasa pada khususnya.
c. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis tindakan yang telah diajukan
dalam penelitian tindakan ini yang berbunyi “Penggunaan Metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan kemampuan
membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca kelas II
semester II di SD Negeri Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012”.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Dapat menambah wawasan yang luas tentang ilmu pengetahuan dan
sebagai lahan untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh di
bangku kuliah.
2) Guna memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung
situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapannya.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan inovasi pembelajaran dalam hal penerapan model
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa, khususnya
kemampuan membaca permulaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Bagi Siswa
Siswa dapat belajar dengan senang karena guru berusaha menyesuaikan
pembelajaran dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, selain itu siswa
dapat mengembangkan kemampuan belajarnya seoptimal mungkin agar
prestasi belajarnya meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar
a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar
Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar.
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh Kirk (1962)
menyatakan definisi kesulitan belajar sebagai berikut ini:
The term learning disabilities was initially used by Samuel Kirk in1963 at a meeting of parents and professionals concerned aboutchildren with various learning difficulties. His proposed label wasenthusiastically received and helped to unite the participants into anorganization known as the Association for Children with LearningDisabilities, the forerunner of today’s Learning DisabilitiesAssociation of America. Although the term was coined in 1963, Kirkhad defined the concept a year earlier. His definition of learningdisabilities was a retardation, disorder, or delayed development inone or more of the processes of speech, language, reading, writingarithmetic, or other school subject resulting from a psychologicalhandicap caused by a possible cerebral dysfunction and/or emotionalor behavioral disturbances. It is not the result of mental retardation,sensory deprivation, or cultural and instructional factors (Gargiulo,2012: 195).
Istilah ketidakmampuan belajar awalnya digunakan oleh Samuel Kirk
pada tahun 1963 pada pertemuan orang tua dan profesional yang prihatin
tentang anak-anak dengan kesulitan belajar yang beragam. Label yang
diusulkan orang tua dan profesional tersebut antusias menerima dan
membantu menyatukan para peserta menjadi sebuah organisasi yang dikenal
sebagai Asosiasi untuk Anak dengan Berkesulitan Belajar, hari pertama
mengenai label kesulitan belajar dibentuk melalui Association of America.
Meskipun istilah tersebut diciptakan pada tahun 1963, Kirk telah
mendefinisikan konsep pada tahun sebelumnya. Definisi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
ketidakmampuan belajar adalah sebuah keterbelakangan, gangguan, atau
penundaan perkembangan dalam satu atau lebih dari proses berbicara, bahasa,
membaca, menulis, aritmatika atau subjek sekolah lain yang dihasilkan dari
sebuah kecacatan psikologis yang mungkin disebabkan oleh disfungsi
serebral dan / atau gangguan emosi atau perilaku. Hal ini bukan hasil dari
keterbelakangan mental, kurang sensorik, atau faktor budaya dan
instruksional.
Definisi lain menurut The United States Office of Eucation (USOE)
pada tahun 1977 yang dikenal dengan Public Law (PL) 94 – 142, yang
hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National
Advisory Committee on Handicapped Children pada tahun 1967. Definisi
tersebut seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd bahwa :
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebihdari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman danpenggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkinmenampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir,berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasantersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, lukapada otak, disleksia, dan, afasia perkembangan. Batasan tersebut tidakmencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebabutamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karenagangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya,atau ekonomi (Abdurrahman, 2009: 6-7).
Meskipun definisi USOE merupakan definisi resmi yang digunakan
oleh pemerintah Amerika Serikat, tetapi banyak kritik yang diarahkan pada
definisi tersebut karena berbagai alasan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Lovit (1989) mengemukakan lima macam kritik, yaitu Pertama
berkenaan dengan penggunaan istilah “anak”, karena kajian tentang kesulitan
belajar juga mencakup orang dewasa maka perlu dihindari penggunaan istilah
“anak”. Kedua proses psikologis dasar, penggunaan ungkapan “psikologis
dasar” (basic psychological process) dapat mengundang timbulnya
perdebatan luas yang tidak ada gunanya di bidang kesulitan belajar. Ketiga
pemisahan mengeja dari ekspresi pikiran dan perasaan secara tertulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memasukkan mengeja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ekspresi
pikiran dan perasaan secara tertulis. Keempat adanya berbagai kondisi yang
digabungkan menjadi satu, pernyataan tersebut menjadi kurang bermutu
karena adanya sederetan kondisi yang memasukkan gangguan perseptual,
luka pada otak, disfungsi otak minimal, disleksia dan afasia. Kelima
pernyataan bahwa kesulitan belajar dapat terjadi bersamaan dengan kondisi-
kondisi lain, definisi tersebut telah mengundang kesalahpahaman yang luas
karena kesulitan belajar dapat terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi
penghambat lain atau tanpa adanya kemiskinan lingkungan, budaya, atau
ekonomi (Abdurrahman, 2009: 07).
Sebagai konsekuensi dari adanya berbagai kritik terhadap definisi PL
94-142 tersebut maka The National Joint Commite for Learning Dissabilites
(NJCLD) Hammill (1981), mengemukakan definisi sebagai berikut:
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yangdimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahirandan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap,membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studimatematika. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadibersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu misalnyagangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional atauberbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya,pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik), berbagaihambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung(Abdurrahman, 2009: 07).
Menurut kutipan di atas kesulitan belajar dapat terjadi secara
bersamaan dengan gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan
emosional. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk
kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja,
atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan
perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Kesulitan
belajar termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam perkembangan dan
akademis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Satz dan Fletcher (1980) menyatakan bahwa:
Definitions of LD typically derive from an overarching classificationof childhood disorders that differentiate LD from mental retardationand various behavior disorders, such as ADHD. This classificationyields definitions and criteria based on attributes that distinguish LDfrom mental retardation and ADHD. These criteria can be used toidentify children into different parts of the classifications model (H.Lee Swanson, 2006: 35).
Definisi dari LD biasanya berasal dari klasifikasi menyeluruh pada
gangguan masa kanak-kanak yang membedakan LD dari retardasi mental dan
berbagai gangguan perilaku, seperti ADHD. Klasifikasi ini menghasilkan
definisi dan kriteria berdasarkan atribut yang membedakan LD dari
keterbelakangan mental dan ADHD. Kriteria ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi anak-anak menjadi bagian-bagian yang berbeda dari model
klasifikasi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas bahwa pengertian kesulitan
belajar disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neurologis (brain injury)
atau dikaitkan pada dugaan adanya kelainan fungsi neurologis, disfungsi
serebral, gangguan emosi dan / atau perilaku yang dapat berwujud sebagai
suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang akademik, baik dalam mata
pelajaran yang spesifik seperti membaca, menulis, matematika, dan mengeja
atau dalam berbagai keterampilan yang bersifat umum seperti mendengarkan,
berbicara dan berpikir.
b. Penyebab Anak Berkesulitan Belajar
Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar (learning disabilities).
Namun, secara tegas dikemukakan oleh Roos (1976); Siegel dan Gold (1982);
serta Painting (1983) menyatakan bahwa kesulitan belajar khusus disebabkan
oleh disfungsi sistem saraf yang disebabkan oleh : (1) cedera otak pada masa
perkembangan otak, (2) ketidakseimbangan zat-zat kimiawi di dalam otak, (3)
gangguan perkembangan saraf, dan (4) kelambatan proses perkembangan
individu (Wardani, Hernawati, dan Astati, 2007: 8.6-8.7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Ahli lain, yaitu Hallahan dan Kauffman (1991) dalam mengemukakan
faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu:
1) Faktor Organis/BiologisBanyak ahli yang menyakini bahwa timbulnya kesulitan belajar
khusus pada anak disebabkan oleh adanya disfungsi dari sistem saraf
pusat. Bukti adanya gangguan dari sistem saraf pusat terlihat dari studi
yang dilakukan oleh E. Roy John, dkk dengan menganalisis hasil
electroencephalogram (EEG) dan ditemukan adanya kelainan pada
gelombang otak. Demikian pula penelitian dari Hynd, dkk yang
menggunakan computerized tomographic scan (CT scan) ditemukan
adanya gangguan saraf pada anak yang mengalami kesulitan belajar
khusus.
2) Faktor GenetisMunculnya anak-anak berkesulitan belajar khusus dapat disebabkan
oleh faktor genetis atau keturunan sebagaimana dikemukakan oleh
Finucci, dkk. Sementara itu, dari hasil penelitian Olson, dkk ditemukan
bahwa pada anak-anak yang kembar identik (kembar siam) banyak yang
mengalami kesulitan membaca.
3) Faktor LingkunganAnak berkesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor lingkungan
sangat sulit untuk didokumentasikan. Meskipun demikian, sering dijumpai
adanya masalah dalam belajar yang disebabkan oleh faktor lingkungan,
seperti guru-guru yang tidak mempersiapkan program pengajarannya
dengan baik atau kondisi keluarga yang tidak menunjang. Dengan
demikian, lingkungan yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada
anak bukanlah bersifat primer (utama), tetapi lebih banyak bersifat skunder
(Wardani, dkk, 2007: 8.7).
Selain faktor penyebab kesulitan belajar yang telah dikemukakan di
atas, Abdurrahman (2009) berpendapat, faktor penyebab kesulitan belajar
(learning disabilities) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
eksternal.
1) Faktor internal yaitu adanya disfungsi neurologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Faktor ekternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran
yang keliru, kegiatan belajar mengajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian
penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (hlm. 13).
Menurut pendapat mengenai faktor penyebab kesulitan belajar di atas,
Abdurrahman menegaskan bahwa mengenai penyebab utama dari kesulitan
belajar datang dari faktor eksternal.
Disfungsi neurologi otak sering tidak hanya menyebabkan kesulitan
belajar tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional.
Berbagai faktor yang menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya
dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain:
1) Faktor genetik.
2) Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan
oksigen.
3) Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk
memfungsikan saraf pusat).
4) Biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna
makanan).
5) Pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam).
6) Gizi yang tidak memadai.
7) Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan
perkembangan anak (deprivasi lingkungan).
Pendapat lain mengenai penyebab kesulitan belajar yang dikemukakan
oleh Mercer dan Pullen (2009) bahwa penelitian menunjukkan adanya empat
kategori untuk menjelaskan etiologi atau penyebab terjadinya kesulitan
belajar, antara lainnya: acquired trauma, genetic/hereditary influences,
biochemical abnormalities, and environmental possibilities (Gargiulo, 2012:
202).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi penyebab kesulitan belajar dapat disebabkan oleh beberapa
faktor dan antara lainnya adalah adanya faktor organis/biologis, genetik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
lingkungan, disfungsi neurologis, internal dan eksternal. Berbagai faktor-
faktor yang disebutkan di atas disetiap kasus atau tipe kesulitan belajar
mempunyai faktor penyebab yang berbeda, artinya tidak semua anak
mengalami semua faktor penyebab tersebut.
c. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Berdasarkan penjelasan mengenai definisi dan penyebab kesulitan
belajar terdapat berbagai bentuk manifestasi kesulitan belajar yang muncul
maka diperlukan klasifikasi untuk memudahkan dalam memahami kesulitan
belajar. Menurut Abdurrahman (2003) kesulitan belajar dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(development learning disabilities)
a) Gangguan motorik dan persepsi
b) Kesulitan belajar bahasa dan komunikasi
c) Kesulitan belajar dalam menyesuaikan perilaku sosial
2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada saatnya kegagalan
pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan. Kegagalan tersebut mencakup penguasaan
keterampilan dalam membaca, menulis dan/atau berhitung (hlm.
11).
Berdasarkan klasifikasi di atas, maka dapat disimpulkan kesulitan
belajar dapat digolongkan menjadi kesulitan praakademik yang mencakup
perkembangan motorik, persepsi, bicara/bahasa ibu, maupun perilaku sosial
dan kesulitan akademik yang meliputi penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis dan/atau berhitung melaui proses kegiatan belajar
mengajar di suatu instansi sekolah.
Sebagaimana klasifikasi mengenai kesulitan belajar yang
dikemukakan oleh Abdurrahman ternyata terdapat kemiripan yang
dikemukakan oleh Kirk dan Gallagher (1989) dalam Wardani, dkk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kirk dan Gallagher (1989) menjelaskan bahwa kesulitan belajar
dibedakan dalam dua kategori besar yaitu:
1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(development learning disabilities)
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
mencakup, gangguan perhatian, ingatan, motorik dan persepsi,
bahasa, dan berpikir.
2) Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Kesulitan belajar akademik mencakup kesulitan membaca,
menulis dan berhitung atau matematika (Wardani, dkk, 2007: 8.5).
Sutjihati (2007) juga mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar
berdasarkan sebab-sebab kesulitan belajar yang diantaranya sebagai berikut:
1) Ketidakfungsian Minimal Otak (Minimal Brain Dysfungtion)
Ketidakfungsian minimal otak digunakan untuk merujuk suatu
kondisi pada suatu kondisi gangguan syaraf minimal pada anak.
Ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai
kombinasi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa,
memori, pengendalian perhatian, impulsive (dorongan), atau fungsi
motorik. Dengan kondisi tersebut anak dapat mengalami kesulitan
belajar.
2) Aphasia
Aphasia merupakan suatu kondisi dimana anak gagal menguasai
ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 3;0
tahunan. Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan
dikarenakan faktor ketulian, keterbelakangan mental, gangguan
organ bicara, atau faktor lingkungan.
3) Dyslexia
Disleksia (dyslexia) atau ketidakcakapan membaca, adalah jenis
lain dari gangguan belajar. Semula istilah ini digunakan di dalam
dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada dunia pendidikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mengidentifikasi anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami
kesulitan berkompetisi dengan temannya disekolah.
4) Kelemahan Perseptual atau Perseptual-Motorik
Merupakan kondisi anak yang mengalami kesulitan dalam
menyatakan ide (hlm. 202-205).
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak-anak didik menurut
Djaramah dan Syaiful Bahri (2002) dikelompokkan menjadi empat macam,
yaitu sebagai berikut:
1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar
Ada yang berat dan ada yang sedang.
2) Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
Ada yang sebagian mata pelajaran dan ada yang sifatnya
sementara.
3) Dilihat dari sifat kesulitannya
Ada yang sifatnya menetap dan sementara.
4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya
Ada yang karena faktor intelegensi dan non-intelegensi (hlm.
200-201).
Berdasarkan beberapa klasifikasi yang telah dijelaskan di atas bahwa
anak dengan kesulitan belajar akan mengalami gangguan perkembangan dan
akademik. Gangguan perkembangan antara lainnya gangguan perkembangan
motorik, gangguan persepsi, gangguan kognitif, gangguan perkembangan
bahasa dan gangguan dalam penyesuaian perilaku sosial. Gangguan akademik
meliputi kesulitan belajar membaca, kesulitan belajar menulis dan berhitung.
Bertolak dari gangguan-gangguan tersebut maka kesulitan belajar dapat
dikelompokkan berdasar jenis kesulitan, mata pelajaran, sifat kesulitannya,
dan faktor penyebabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Tinjauan Tentang Membaca Permulaan
a. Pengertian Membaca
Pembelajaran membaca di Sekolah Dasar terbagi menjadi dua tahap
yaitu membaca permulaan yang diberikan di kelas I dan II, serta membaca
lanjutan diberikan kelas III, IV, V, VI. Membaca permulaan merupakan
jenjang dasar yang menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya. Perhatian
perlu ditekankan pada belajar permulaan, sebab kegagalan dalam belajar
membaca menulis permulaan dapat menjadi kendala bagi kelanjutan siswa
pada jenjang pendidikan di tingkat atasnya.
Harjasujana dan Mulyati (1997) “memandang membaca sebagai suatu
proses psikologis; sensoris; perseptual; perkembangan; dan perkembangan
keterampilan. Membaca ternyata memiliki berbagai segi, sehingga dapat
dipahami jika definisi berbeda-beda pula” (hlm. 5-26).
Seorang pakar pendidikan secara rinci merumuskan pengertian
membaca dalam tiga batasan sebagai berikut:
Pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalahinformasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembacamempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua,membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakanberbagai strategi yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangkamengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca merupakaninteraktif. Keterlibatan pembaca dengan teks bergantung padakonteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat,akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yangdibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadiinteraksi antara pembaca dan teks (Farida, 2008: 3).
Mengenai pengertian membaca, Zuchdi dan Budiasih (1997)
berpendapat, “Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa
tulis yang bersifat reseptif” (hlm. 49). Disebut reseptif karena dengan
membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan
pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh
melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya
pikirannya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Menurut Poerwadarminto (1993) bahwa yang dimaksud dengan
membaca adalah “Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis” (hlm.
63). Membaca yang dimaksudkan ini berhubungan dengan kemampuan dan
keterampilan awal siswa kelas II Sekolah Dasar.
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki
kemampuan membaca, maka akan mengalami banyak kesulitan dalam
mempelajari bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Maka anak harus
belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan, membaca
adalah proses awal dalam memahami kata, kalimat dan paragraph dalam
suatu bacaan yang sangat membutuhkan daya konsentrasi tinggi meliputi
gerak mimik, bahasa batin, ingatan, dan pengetahuan.
b. Fungsi Membaca
Kegiatan membaca yang sangat bermanfaat itu bahkan merupakan
suatu jantungnya pendidikan, antara lainnya memiliki banyak fungsi. Slamet
(2007) mengelompokkan fungsi membaca antara lainnya:
1) Fungsi intelektual
Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar
intelektualitas, membina daya nalar kita.
2) Fungsi pemacu kreativitas
Hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakkan diri kita
untuk berkarya, didukung oleh keluasan wawasan dan pemilikan
kosakata.
3) Fungsi praktis
Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan
praktis dalam kehidupan.
4) Fungsi rekreatif
Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5) Fungsi informatif
Dengan banyak membaca informatif seperti surat kabar, majalah
dan lain-lain dapat memperoleh informasi yang sangat kita
perlukan dalam kehidupan.
6) Fungsi religius
Membaca dapat digunakan untuk membina dan meningkatkan
keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
7) Fungsi sosial
Kegiatan membaca memiliki fungsi sosial yang tinggi manakala
dilaksanakan secara lisan atau nyaring.
8) Fungsi pembunuh sepi
Kegiatan membaca dapat juga dilakukan untuk sekedar mengisi
waktu luang (hlm. 68-69).
Uraian di atas penjelasan mengenai beberapa fungsi membaca yang
dapat menghantarkan seseorang dalam waktu yang relatif singkat tetapi dapat
memperoleh informasi yang maksimal dan bermanfaat untuk memperluas
pengetahuannya serta mempertajam daya berfikir melalui kegiatan membaca.
c. Aspek- aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang
melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil. Menurut Tarigan
(2008) ada dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
a) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order).
Aspek ini mencakup:
(1) Pengenalan bentuk huruf.
(2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata,
frase, pola kalusa, kalimat, dan lain-lain).
(3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahasa tertulis atau “to bark at
print”).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(4) Kecepatan membaca ke taraf lambat.
b) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills)
yang dapat dianggap pada urutan yang lebih tinggi (higher order).
Aspek ini mencakup:
(1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,
retorikal).
(2) Memahami signifikansi atau makna (a.l maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi
pembaca).
(3) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
(4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah
disesuaikan dengan keadaan (hlm. 12).
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai aspek membaca maka untuk
mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical
skills) tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring,
membaca bersuara (atau reading aloud; oral reading).
d. Pengertian Membaca Permulaan
Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan
memberikan pengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai
kemampuan yang mendasari kemampuan tersebut, maka kemampuan
membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian serius dari guru.
Apabila hal tersebut tidak dipahami pada tahap membaca, siswa akan
mengalami kesukaran untuk memiliki kemampuan membaca yang memadai.
Membaca permulaan merupakan tahapan proses membaca bagi siswa kelas
awal, siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-
teknik membaca, oleh karena itu perlu rancangan pembelajaran membaca
dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai
sesuatu yang menyenangkan. Proses membaca yaitu dengan cara membaca
per huruf, per suku dan kata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pada tingkatan membaca permulaan pembaca belum memiliki
kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar
untuk memperoleh kemampuan membaca. Membaca permulaan ini
merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan inilah
siswa dituntut untuk dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat
yaitu: kemampuan membunyikan lambang-lambang tulisan, penguasaan
kosakata untuk memberi arti, dan memasukkan makna dalam kemahiran
bahasa.
Mengenai pengertian membaca permulaan dalam pengertian ini,
Farida (2008) berpendapat “Membaca permulaan dalam teori keterampilan,
maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara
mekanikal” (hlm. 02). Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah
membaca merupakan proses recoding atau merujuk pada kata-kata dan
kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyi sesuai dengan
sistem tulisan yang digunakan sedangkan decoding atau penyandian yaitu
merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata.
e. Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan kemampuan membaca pada tahap
keberwacanaan. Secara teknis, pada tahap keberwacanaan ini, siswa
diharapkan dapat menemukan sendiri sistem kebahasaan bahasa Indonesia
melalui proses pembelajaran bahasa yang dilakukan berdasarkan konteks.
Tujuan membaca tingkat sekolah dasar menurut Permen 23 Tahun
2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL) mata pelajaran bahasa
Indonesia dalam aspek membaca yaitu menggunakan berbagai jenis membaca
untuk memahami wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan berbagai karya
sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun, percakapan, cerita, dan
drama.
Mengenai tujuan pembelajaran membaca permulaan yang diberikan di
kelas I dan II, Akhadiah (1991/1992) berpendapat “Tujuannya adalah agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut” (hlm. 31).
Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran
membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa.
Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to
read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca
untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini
disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan
tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang
fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran
membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas.
Tujuan lain dalam pelajaran membaca permulaan adalah mengetahui
huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Lebih lengkapnya
Soejono (1983) memaparkan tentang tujuan pelajaran membaca permulaan
adalah sebagai berikut:
a. Mengenalkan pada para siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda
suara atau tanda bunyi.
b. Melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata
menjadi suara.
c. Mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih keterampilan siswa
untuk menyuarakan dan dalam waktu singkat dapat mempraktekkannya
dalam membaca lanjut (hlm. 13).
Keberhasilan siswa dalam membaca permulaan memungkinkan
siswa memilki pengetahuan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk:
mendengarkan Bahasa Indonesia, bercakap dalam bahasa Indonesia,
membaca bahasa Indonesia dan menulis bahasa Indonesia. Dengan begitu
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik tanpa mengalami kesulitan
dalam berbahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
f. Metode Pengajaran Membaca PermulaanMengenai strategi pengajaran membaca permulaan, Akhadiah
(1991/1992) menyatakan dalam pembelajaran membaca permulaan, ada
beberapa strategi yang dapat digunakan antara lain:
1) Metode Abjad dan metode Bunyi.
Kedua metode ini menurut Akhadiah merupakan metode yang sudah
sangat tua. Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering
menggunakan kata-kata lepas.
Misalnya:
Metode Abjad: bo-bo ------- bobo
la-ri ------- lari
Metode Bunyi: na-na ------- nana
lu-pa ------- lupa
Perbedaan antara metode abjad dengan metode bunyi terletak pada
pengucapan huruf. Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad
(“a”, “be”, “ce”, dst), sedangkan pada metode bunyi, huruf diucapkan
sesuai dengan bunyinya [m], [n], [a], dan seterusnya.
2) Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga.
Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga, dalam
penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Pada
metode kupas rangkai suku kata pada mulanya memperkenalkan huruf
kepada siswa, suku kata yang sudah dikenal oleh siswa diuraikan menjadi
huruf, kemudian huruf dirangkai kembali menjadi kata. Misalnya: Nina ---
ni-na --- ni - na --- n i n a.
Sedangkan metode kata lembaga awal mulanya siswa disajikan kata-kata
yang sudah dikenal oleh siswa. Kata tersebut diuraikan menjadi suku kata,
suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah itu huruf dirangkai kembali
menjadi suku kata, dan suku kata dirangkaikan menjadi kata. Misalnya:
bola --- bo - la --- b - o - l - a --- b - o --- l - a --- bola
bola ----- bo – la ----- b – o ----- l – a ----- bo – la ----- bola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) Metode Global.
Penerapan metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat
untuk dibaca. Setelah siswa dapat membaca kalimat-kalimat tersebut,
salah satu di antaranya dipisahkan untuk dikaji, dengan cara
menguraikannya atas kata, suku kata, huruf-huruf. Sesudah siswa dapat
membaca huruf-huruf tersebut, kemudian huruf-huruf dirangkaikan
kembali sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-
kata menjadi kalimat lagi.
4) Metode SAS.
Sistematika pelaksanaan metode Struktural Analitik Sintetik yaitu sebagai
berikut:
a) Merekam bahasa anak
b) Menampilkan gambar sambil bercerita
c) Membaca gambar
d) Membaca gambar dengan kartu kalimat
e) Membaca kalimat secara struktural (S)
f) Proses analitik (A)
g) Proses sintetik (S) (Darmiyati, 2001: 61).
3. Tinjauan Tentang Kesulitan Belajar Membaca
a. Pengertian MembacaMembaca bukanlah sekedar menyuarakan lambang-lambang tulisan
tanpa mempersoalkan apakah rangkaian kata/kalimat yang dilafalkan tersebut
dipahami atau tidak, melainkan lebih daripada itu. Mengenai pengertian
membaca, Abdurrahman mengemukakan, “Membaca merupakan pengenalan
simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses
mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian
melalui pengalaman yang telah dimiliki” (1999: 200).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Safi’ie (1999) menyatakan bahwa “Sebagai suatu proses berfikir,
membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal,
interpretasi, kritis, dan pemahaman kreatif” (hlm. 200).
Berdasarkan pernyataan Tarigan (1994) bahwa membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/
bahasa tulis (Slamet, 2007: 66). Suatu proses yang menuntut agar kelompok
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas,
dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Menurut penelitian Spencer (2008) pengertian batasan membacadalam International journal of special education vol.23 no.2 2008
Currently, schools are under pressure to reform their curriculum andinstructional practices so that all students can perform successfully onhigh-stakes test. One essential requisite skill for success on all of theseassessments is reading. Because the classroom is typically made up ofstudents who exhibit a broad range of performance levels, it can be quitechallenging for even the most experienced classroom teacher tosuccessfully teach the content to all students. Research has revealed thatwhen explicit, teacher-directed strategy instruction is used students makesignificant gains in their reading skills. This paper examines thechallenges that content area teachers face in addressing the academicneeds of all learners and provides some specific strategies that have beenproven effective in the inclusive classroom (hlm. 1).
Saat ini, sekolah-sekolah berada di bawah tekanan untuk mereformasi
kurikulum dan praktek mengajar sehingga semua siswa dapat melakukan
dengan sukses di tes beresiko tinggi. Salah satu keterampilan penting yang
diperlukan untuk sukses di semua penilaian adalah membaca. Karena kelas
biasanya terdiri dari siswa yang menunjukkan berbagai tingkat kinerja, dapat
cukup menantang bahkan untuk guru kelas paling berpengalaman untuk
berhasil mengajar mengajar konten ke semua siswa. Penelitian telah
menunjukkan bahwa siswa ketika eksplisit, instruksi guru secara langsung
digunakan membuat keuntungan yang signifikan dalam kemampuan
membaca mereka. Makalah ini membahas tantangan yang dihadapi guru
bidang konten dalam menangani kebutuhan akademis dari semua pelajaran
dan menyediakan beberapa strategi khusus yang telah terbukti efektif dikelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
inklusif. Berdasarkan kajian di atas bahwa penguasaan pada keterampilan
membaca sangat penting bagi siswa agar mereka dapat mencapai kesuksesan
pada berbagai bidang tes.
Mengenai pengertian membaca, Samsu (2011) berpendapat,
“Membaca adalah suatu kegiatan memetik makna atau pengertian yang bukan
hanya dari derean kata yang tersurat (reading the lines), melainkan makna di
balik deretan yang terdapat di antara baris (reading between the lines) (hlm.
6). Menurutnya, kegiatan membaca ini merupakan suatu proses yang aktif
dan tidak lagi merupakan proses yang pasif, membaca merupakan proses
yang aktif dan bukan proses yang pasif artinya seorang pembaca harus
dengan akif berusaha mengungkap isi bacaannya, tidak hanya boleh
menerima saja.
Mengenai pengertian membaca, Rofi’uddin (1999) mengungkapkan
bahwa, “Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak”
(hlm. 31).
Berdasarkan pendapat di atas mengenai pengertian membaca dapat
diambil kesimpulan bahwa kegiatan membaca tidak hanya melafalkan sebuah
kata/teks melainkan untuk memperoleh pesan melaui simbol-simbol dalam
bahasa tulis. Disamping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan
realitas kehidupan dalam sehari-hari.
b. Pengertian Kesulitan Belajar Membaca
Anak berkesulitan belajar membaca sering mengalami kekeliruan
dalam mengenal kata. Kesulitan belajar membaca banyak digunakan dalam
dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi
neurofisiologis. Bryan dan Bryan yang dikutip oleh Mercer mengenai
pengertian kesulitan belajar membaca mendefinisikan bahwa anak dengan
kesulitan belajar membaca sebagai suatu sindroma kesulitan dalam
mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan
komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu
yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa (Abdurrahman, 2009: 204).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Selain itu, menurut Lerner yang dikutip oleh Mercer berpendapat, definisi
kesulitan belajar membaca atau disleksia sangat bervariasi, tetapi semuanya
menunjuk pada adanya gangguan pada fungsi otak (Abdurrahman, 2009:
204).
Hornsby (1984) mendefinisikan anak berkesulitan belajar membaca
tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga menulis (Abdurrahman,
2009: 204). Definisi Hornsby tersebut dapat dipahami karena adanya kaitan
erat antara membaca dan menulis. Adanya definisi yang di lontarkan oleh
Hornsby, pada hakekatnya kesulitan belajar membaca dan menulis tidak
dapat dilepaskan kaitannya dengan kesulitan bahasa, karena semua komponen
sistem komunikasi yang terintegrasi.
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian kesulitan belajar
membaca di atas maka dapat disimpulkan adanya kesulitan belajar membaca
disebabkan adanya disfungsi neurologis atau gangguan pada fungsi otak.
Mereka juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
Definisi lain dikemukakan oleh Kirk (1971) bahwa:
Children listed under the caption of specific learning disabilities arechildren who cannot be grouped under traditional categories ofexceptional children, but who show significant retardation in learningto talk, or who do not develop normal visual or auditory perception,or who have great difficulty in learning to read, to spell, to write, or toaritmatic calculations (T.Sutjihati Soemantri, 2007: 195).
Anak-anak yang termasuk dalam lingkup ketidakmampuan belajar
spesifik adalah anak-anak yang tidak dapat dikelompokkan dalam kategori
tradisional anak-anak luar biasa, tetapi yang menunjukkan retardasi signifikan
dalam belajar bicara, atau yang tidak dapat mengembangkan persepsi visual
atau pendengaran normal, atau yang memiliki kesulitan dalam belajar untuk
membaca, mengeja, menulis, atau untuk perhitungan aritmatika.
Anak dengan kesulitan belajar membaca sering seringkali mengalami
kekeliruan mengenal kata, pemahaman dan gejala adanya gerakan penuh
ketegangan. Kesulitan membaca maksudnya kesulitan mengenali kata dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
membunyikan komponen-komponen kalimat. Abdurrahman (2009)
menyebut, “kesulitan membaca dengan istilah lain, yaitu corrective reader
dan remedial readers” (hlm. 204). Kesulitan belajar membaca secara harfiah,
Abdurrahman (2004) menyatakan, “Kesulitan membaca tingkat berat sering
disebut alexsia (alexia)” (hlm. 204).
Berdasarkan pernyataan di atas anak berkesulitan belajar membaca
merupakan kekeliruan memahami bacaan tampak pada banyaknya kekeliruan
dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan (Abdurrahman,
2009: 205).
c. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar MembacaMenurut Mercer (1983) ada empat kelompok karakteristik kesulitan
belajar membaca, yakni yang berkenaan dengan:
1) kebiasaan membaca,
2) kekeliruan mengenal kata,
3) kekeliruan pemahaman, dan
4) kekeliruan serbaneka (Abdurrahman, 2009: 204-205).
Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan sikap-
sikap kebiasaan membaca yang tidak wajar antara lain adanya gerakan-
gerakan yang penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama
suara yang meninggi, atau berkali-kali menggigit bibir. Mereka juga sering
menunjukkan perasaan tidak aman dengan memperlihatkan perilaku menolak
untuk membaca, menangis, atau mencoba melawan guru.
Menurut Hallahan (1991), terdapat sepuluh karakteristik yang sering
dijumpai pada anak dengan kesulitan belajar, yaitu :
1) hiperaktif,
2) gangguan persepsi motorik,
3) emosi yang labil,
4) kurang koordinasi,
5) gangguan perhatian,
6) impulsive,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
7) gangguan memori dan berpikir,
8) kesulitan pada akademik khusus (membaca, matematika, dan menulis),
9) gangguan dalam berbicara dan mendengar, dan
10) hasil electroencephalogram (EEG) tidak teratur serta tanda neurologis
yang tidak jelas (Wardani dkk, 2007: 8.13).
Ranah bidang pendidikan, ada dua jenis kesulitan belajar, ialah
kesulitan developmental dan kesuitan belajar akademik. Menurut Kirk dan
Chalfant (1984), dalam jurnal JRR-No.15 Th.5 1996:
Kesulitan belajar developmental dialami oleh anak-anak pra sekolah(Balita dengan Resiko) yaitu mengalami defisit dalam kemampuanyang kelak akan dibutuhkan untuk mempelajari subyek akademik,seperti keterampilan motorik, persepsi, bahasa, kognitif, dan sosial.Jenis kesulitan ini sering disebut sebagai kesulitan belajar praakademik. Kesulitan belajar akademik dimanifestasikan adanyabeberapa kegagalan dalam bidang akademik jauh dibawah kapasitasatau potensi yang diharapkan, mencakup keterampilan membaca,dan/atau matematika (Yusuf, 1996: 4).
d. Penyebab Anak Berkesulitan Belajar Membaca
Penyebab anak berkesulitan belajar membaca menurut Orton yang
dikutip Smith bahwa gejala anak yang memiliki masalah dalam membaca
disebabkan karena adanya luka pada otak (brain injured) yang terganggu oleh
“mixed-dominance” dalam otak. Lain halnya menurut Smith (2005),
“Mencatat individu ini cenderung mempunyai keterbelakangan disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal (exogenous)” (hlm. 70-71). Berdasarkan pendapat
di atas mereka menegaskan bahwa masalah-masalah dalam proses belajar
yang disebabkan oleh luka otak eksternal (eksternal brain injury) tersebut
berbeda dengan keterbelakangan mental yang diakibatkan oleh faktor-faktor
genetika (endogenous).
Straus dan Lehtinen (1947) menekankan bahwa karena kerusakan otak
itu sendiri tidak dapat diobati. Langkah pertama dalam mengajar anak dengan
kerusakan otak adalah dengan mengendalikan lingkungan dimana si anak
dapat belajar. Kedua, sangat penting untuk mengajarkan pada anak agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
menggunakan pengendalian dirinya dalam lingkungan pembelajaran (Smith,
2005: 71).
e. Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Permulaan
Menurut Yusuf (2003) ada beberapa metode yang sering dipakai
untuk pengajaran membaca permulaan. Beberapa metode bersumber dari
pendekatan berdasarkan makna. Meskipun metode-metode ini dirancang
untuk pengajaran membaca permulaan sehari-hari, dari beberapa metode
dapat dirancang secara individual untuk membimbing anak berkesulitan
membaca. Berdasarkan metode yang perlu diketahui antara lain:
1) Metode membaca basal.
Program pengajaran membaca denagn metode basal terdiri atas
beberapa set yang tersusun menurut tingkat kesukarannya. Masing-
masing terdiri atas teks bacaan dan materi pelengkap seperti buku
kerja. Selain itu juga disediakan buku pegangan guru untuk memuat
kosakata baru, kegiatan ini memotivasi anak, dan pertanyaan untuk
mengecek tingkat pemahaman anak pada setiap halaman.
Isi bacaan umumnya berdasarkan minat dan pengalaman anak
dan paling banyak terdiri atas cerita dari berbagai negara atau budaya.
Pengajaran membaca basal ada yang berdasarkan pada symbol, tetapi
ada juga yang berdasarkan makana. Materi pelajaran tersusun secara
sistemik, terdiri atas membaca teknik dan membaca pemahaman
dengan tingkat kosakata yang terkendali dengan sangat baik. Selain
meningkatkan kemampuan membaca teknis dan membaca
pemahaman, metode basal juga meningkatkan kecepatan membaca
anak.
2) Metode eja.
Metode eja mengajakan membaca teknik melalui asosiasi
antara graham (huruf) dengan morfem (bunyi). Setelah menguasai
vokal dan konsonan, anak belajar dengan menggabungkan bunyi
menjadi suku kata dan suku kata mejadi kata. Pada tingkat awal,
misalnya anak belajar bahwa huruf i memberi suara /i/, huruf a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memberi suara /a/, huruf b memberi suara /beh/, dan huruf n memberi
suara /en/. Pada tahap berikutnya, anak mulai menggabungkan bunyi
/b/ dengan /i/ menjadi /bi/, bunyi /n/ dengan /a/ menjadi /na/, dan
seterusnya.
3) Metode linguistik.
Metode membaca linguistik berkembang dari para ahli bahasa
yang sangat menekankan proses membaca kata-kata tercetak menjadi
bunyi seperti pada komunikasi lisan.
Metode linguistik menekankan pada pengajaran membaca kata
secara utuh. Latihan mengungkapkan huruf atau menggabungkan
tidak diberikan. Kata-kata dikelompokkan menurut pola ejaannya.
Kata-kata “anjing,”kucing”,”daging”, misalnya mungkin disajikan
secara bersamaan, karena takanan pokoknya adalah pada pola
ejaan”ing”pada akhir kata. Dengan sajian semacam ini, anak
diharapkan mampu menarik simpulan tentang pola hubungan antara
huruf dan bunyi yang ada.
4) Metode pengalaman bahasa.
Metode pengalaman bahasa (language experience)
menekankan pengintegrasian pengembangan keterampilan membaca
dan keterampilan berbahasa lain, yaitu mendengarkan, berbicara dan
menulis. Pola pikir dari metode ini adalah:
a) Anak dapat mengatakan apa yang dipikirkannya,
b) Apa yang dikatakan anak dapat ditulis (oleh anak sendiri atau
orang lain),
c) Anak dapat membaca apa yang tertulis.
Pengajaran membaca dengan metode pengalaman bahasa tidak
terpusat pada seperangkat materi bacaan. Tetapi pada pengalaman
kemampuan bahasa lisan dan bahasa tulis anak. Anak mendiktekan
cerita kepada guru dan guru menuliskannya. Cerita inilah yang
kemudian menjadi materi bacaan. Cerita anak berasal dari kejadian
yang dialami anak atau gambar yang dibuatnya. Jadi anak belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
membaca pikirannya sendiri. Jadi, pola bahasa anak dan materi bacaan
tergantung pada kemampuan bahasa lisannya. Sedangkan isinya
tergantung pada kemampuan bahasa lisannya dan isinya tersebut
tergantung pada pengalamannya. Kemudian secara bertahap dan
terbimbing, anak diminta menuliskan sendiri pengalamannya.
Pelaksanaan, metode pengalaman bahasa ini dibagi dalam dua tahap,
yaitu (a) membaca tanpa buku dan (b) menggunakan buku.
a) Membaca Tanpa Buku
Tahap membaca tanpa buku merupakan tahap pertama dalam
proses pengajaran membaca permulaan. Pada periode ini guru
menggunakan alat bantu atau media kecuali buku. Pembelajaran
dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:
(1) Merekam bahasa siswa,
(2) Menampilkan gambar sambil bercerita,
(3) Membaca gambar,
(4) Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru
menempatkan kartu kalimat di bawah gambar,
(5) Pada proses struktural gambar yang memandu kalimat pada
kartu kemudian dihilangkan. Siswa mulai belajar membaca
kalimat secara struktural atau secara global,
(6) Dengan begitu proses selanjutnya, yaitu proses analitik dapat
dimulai,
(7) Proses sintetik.
b) Membaca dengan Buku
Setelah siswa mengenal huruf melalui kegiatan membaca
tanpa buku, selanjutnya anak dihadapkan pada tulisan dalam buku.
Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku
pelajaran, membaca bacaan sederhana yang dipilih guru (gunakan
gambar dan kartu kata), dan membaca bacaan yang disusun siswa
secara individual maupun kelompok. Pembelajaran dapat dilakukan
secara integratif (hlm. 88-94).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berdasarkan penelitian Sukartiningsih (2004) dalam Jurnal Pendidikan
Dasar dalam meningkatkan kualitas atau membantu mengatasi masalah
mengenai membaca permulaan perlu dilakukan perancangan pembelajaran
yang mempertimbangkan segi kemenarikan penyajiannya. Untuk itu
pengembangan media berdasarkan metode khusus yang tepat merupakan
suatu usaha untuk menyiapkan kondisi belajar yang lebih baik yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran membaca permulaan di
Sekolah Dasar. Salah satu bentuk upaya pengembangan media berdasarkan
metode khusus yang digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan
yaitu dengan pendekatan Struktural Analitik Sintetik (SAS) dengan
menggunakan media kartu kata bergambar. Berdasarkan penelitian tersebut
maka Metode Struktural Analitik Sintetik dalam pelaksanaannya melalui
media kartu kata bergambar efektif untuk meningkatkan daya tarik
pembelajaran.
4. Tinjauan Tentang Metode Struktural Analitik Sintetik
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara bahasa metode berarti cara yang ditempuh. Pengertian metode,
Surakhmad (1994) mengatakan bahwa “Metode merupakan cara utama yang
dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk mengkaji
serangkaian hipotesis, dengan menggunakan serangkaian alat-alat tertentu”
(hlm. 131).
Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa kata metode berasal dari
bahasa Yunani `methodos` yang berarti jalan/cara. Kata atau makna metode
dalam ranah dunia pengajaran diartikan sebagai rencana penyajian bahan
yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan
tertentu. Dalam membaca permulaan, Momo (1980) mengemukakan,
“Beberapa macam metode yaitu (1) metode abjad/alfabet (2) metode
bunyi/the phonic method (3) metode suku kata (4) metode kata (5) metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
global/metode kalimat dan (6) metode Struktural Analitik Sintetik/ SAS”
(hlm. 5-6).
Batasan metode dalam pembelajaran bahasa menurut Slamet ialah
rencana pembelajaran bahasa yang mencakup pemulihan, penentuan, dan
penyusunan secara sistematis, bahan yang akan diajarkan serta kemungkinan
pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya.
b. Pengertian Metode Struktural Analitik Sintetik
Mengenai pengertian metode Struktural Analitik Sintetik, Supriyadi
(1996) menyatakan, “metode Struktural Analitik Sintetik adalah suatu
pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang di dalamnya terkandung
unsur analitik sintetik” (hlm. 334-335). Metode Struktural Analitik Sintetik
menurut Djuzak (1996) adalah, “Suatu pembelajaran menulis permulaan yang
didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis
dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa
dengan siswa” (hlm. 8). Teknik pelaksanaan pembelajaran metode Struktural
Analitik Sintetik yakni keterampilan menulis melalui kartu huruf, kartu suku
kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf,
suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang
tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.
Menurut Slamet SAS singkatan dari Struktural Analitik Sintetik.
Dalam proses operasionalnya Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan:
Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian;
Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula.
Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan
sebagai berikut:
1) Struktural yaitu menampilkan keseluruhan.
Struktur bahasa terdiri atas kalimat. Kalimat merupakan bagian dari bahasa
yang terkecil. Kalimat itu sendiri merupakan struktur dan mempunyai
bagian yang disebut unsur bahasa (kata, suku kata, dan bunyi atau huruf).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berbahasa berarti mengucapkan, menuliskan, menyatakan, atau
menggunakan struktur kalimat dan disambung dengan struktur kalimat
berikutnya.
2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian.
Analitik berarti memisahkan, menceraikan, membagi, menguraikan,
membongkar, dan lain-lain. Sebelum kita membuat suatu rencana,
biasanya kita terlebih dahulu menganalisis tentang fungsi, nilai, dan arti.
3) Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Sintetik berarti menyatukan, menggabungkan, merangkai, menyusun.
Setelah kita mengenal struktur, mengenal bagian secara analitik,
selanjutnya kita ingin sintesis untuk kembali mengenal bentuk struktur.
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pembelajaran bahasa
menekankan sekali hal-hal yang fungsional.
Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
menulis permulaan dengan Metode Struktural Analitik Sintetik, sehingga
hasil belajar itu benar-benar menghasilkan Struktural Analitik Sintetik.
c. Pelaksanaan Metode Struktural Analitik Sintetik
Sesuai dengan kandungan kurikulum pendidikan dasar bahwa proses
pembelajaran dilaksanakan secara tematis dan kontekstual, pemilihan dalam
pokok bahasan pembelajaran bahasa indonesia melalui Metode Struktural
Analitik Sintetik ini didasarkan pada konteks kehidupan sehari-hari, hal ini
dilakukan dengan memilih tema yang sesuai. Selain itu, perlu juga
dipertimbangkan tingkat/urutan perkembangan murid dalam mempelajari
bahasa, yaitu dengan menggunakan bahasa sesuai dengan lingkungannya.
Pemilihan bahan ajar tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah:
1) Taraf perkembangan jiwa.
2) Fungsi sebagai alat komunikasi.
3) Minat murid agar terangsang bentuk dalam penggunaan bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Perkembangan pembelajaran membaca permulaan bagi kelas II
Sekolah Dasar dibedakan kedalam dua tahapan yakni belajar membaca tanpa
buku dan belajar dengan menggunakan buku.
Pelaksanaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) menurut
Momo (1980) dibagi menjadi dua tahap yakni tahapan tanpa buku dan tahap
menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku pembelajarannya dilaksanakan
dengan cara-cara:
1) Merekam bahasa anak
Pada tahap ini terlebih dahulu mengambil bahasa yang
digunakan oleh siswa di dalam percakapan mereka, direkam untuk
digunakan sebagai bahan bacaan, karena bahasa yang digunakan adalah
bahasa siswa sendiri maka tidak akan mengalami kesulitan.
2) Menampilkan gambar sambil bercerita
Tahap selanjutnya, guru memperlihatkan gambar pada siswa,
sambil cerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang
digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan
bacaan.
3) Membaca gambar
Contoh guru memperhatikan gambar seorang ibu yang sedang
memegang sapu, sambil mengucap kalimat, “Ini Ibu”. Siswa
melanjutkan membaca gambar tersebut dengan bimbingan guru.
4) Membaca gambar dengan kartu kalimat
Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru
menempatkan kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, dan kartu gambar.
Dengan menggunakan kartu-kartu dan papan selip/papan flannel untuk
menguraikan dan menggabungkan kembali akan lebih mudah.
5) Membaca kalimat secara struktural (S)
Langkah selanjutnya setelah siswa dapat membaca tulisan
gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi, akhirnya mereka dapat
membaca tanpa bantuan gambar. Dalam kegiatan ini yang digunakan
kartu-kartu kalimat serta papan selip atau papan flannel. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dihilangkan gambar tersebut makna yang dibaca siswa adalah berupa
kalimat.
6) Proses analitik (A)
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis
kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
huruf.
Misalnya:
ini bola
ini bola
i ni bo la
i n i b o l a
7) Proses sintetik (S)
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang
digunakan, huruf-huruf itu dirangkaikan menjadi suku kata, suku
menjadi kata, dan kata menjadi kalimat semula.
Misalnya:
i n i b o l a
i ni bo la
ini bola
ini bola
Secara utuh, proses Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) tersebut
sebagai berukut:
Ini Bola
ini bola
ini bola
i ni bo la
i n i b o l a
i ni bo la
ini bola
ini bola
(Zuchdi, 2001: 63)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pembelajaran membaca “ini bola”, sesuai dengan pernyataan
Supriyadi (1992) metode yang paling tepat/cocok dengan jiwa anak
atau siswa adalah Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Alasan
mengapa metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dipandang baik
karena:
1) Metode ini menganut ilmu bahasa umum, bahwa bentukbahasa yang terkecil adalah kalimat.
2) Metode ini memperhitungkan pengalaman berbahasa anak.3) Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri (Zuchdi,
2001: 74).
Mengingat metode Struktural Analitik Sintesis (SAS) ini
memang cocok bagi siswa maka melaui tulisan ini penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) inilah yang akan dibicarakan atau
dibahas. Dalam penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menuliskan kalimat sederhana, setelah itu kalimat dibaca,
siswa menyalinnya.
2) Kalimat tersebut diuraikan dipisah-pisahan ke dalam kata-kata.
Setelah dibaca, siswa menyalin kata-kata.
3) Kata-kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas suku-sukunya.
Setelah dibaca siswa menyalin suku-suku itu.
4) Suku-suku itu diuraikan atas huruf-hurufnya. Siswa menyalin.
5) Setelah diberi penjelasan huruf-huruf digabungkan menjadi
suku kata.
6) Setelah selesai merangkai suku-suku menjadi kata dan
menyalin maka kata tersebut dirangkai sehingga menjadi
kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Landasan Metode Struktural Analitik Sintetik
Metode Struktural Analitik Sintetik adalah metode pembelajaran
membaca permulaan yang dimulai dengan langkah-langkah bercerita sambil
menunjukkan gambar pendukung yang tertera pada media papan flannel. Hal
tersebut sesuai dengan simpulan Slamet (2007) bahwa “Metode Struktural
Analitik Sintetik dianalisis oleh prinsip-prinsip hasil penelitian bahasa, ilmu
jiwa ilmu filsafat, dan ilmu pendidikan” (hlm. 63). Metode ini tidak hanya
berlaku pada membaca atau menulis permulaan saja, tetapi juga berlaku pada
membaca atau menulis lanjut bahkan berlaku pada seluruh pelajaran bahasa.
Pemilihan pendekatan Metode Struktural Analitik Sintetik dalam pengajaran
bahasa bertolak atas dasar:
1) Bahasa tutur maupun tulis menampakkan diri dalam struktur-
struktur.
2) Proses kehidupan kejiwaan dalam menyerap segala rangsangan
melalui analisa secara struktur.
3) Penafsiran makna sesuatu melaui hubungan dalam struktur.
4) Unit terkecil adalah kalimat.
5) Kalimat lengkap selalu mempunyai struktur.
Pengembangan Metode Struktural Analitik Sintetik dilandasi oleh
filsafat struktualisme, psikologi Gestalt, landasan pedagogik, dan landasan
kebahasaan.
e. Teknik Pengajaran Metode Struktural Analitik Sintetik
Di dalam pelaksanaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
pengajaran Bahasa Indonesia dapat ditempuh melalui teknik pengajaran
sebagai berikut: “diskusi pendahuluan, pegenalan struktur, pengucapan
struktur, pengenalan pokok kalimat, membaca, ejaan, dan penilaian.
Agar berhasil dengan baik teknik pengajaran metode SAS sebaiknya
diikuti dengan penggunaan kurikulum KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan
mengacu pada tujuan umum pendidikan. Adapun tujuan umum pendidikan dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidupmandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Mengacu pada tujuan umum tersebut dapat dijabarkan tujuan
pendidikan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.2. Meningkatkan potensi, kecerdasan, dan kemampuan peserta didik.3. Membekali peserta didik dengan pengetahuan yang memadai agar
dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi(Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi: 2007).
Teknik pembelajaran melalui metode SAS sesuai dengan
pengembangan prinsip kurikulum KTSP dengan mengacu pada Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berdasarkan ketentuan tersebut,
kurikulum SD/MI salah satunya dikembangkan dengan prinsip berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Untuk mendukung pencapaian tujuantersebut, pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Di bawah ini akan diuraikan teknik pengajaran bahasa Indonesia satu
per satu secara singkat:
1) Diskusi Pendahuluan
Diskusi pendahuluan merupakan langkah awal dalam prosoes belajar
mengajar dan merupakan proses orientasi atau pendahuluan langkah
mengajar. Diskusi pendahuluan merupakan tinjauan sepintas apakah
bahasa yang akan diajarkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2) Pengenalan Struktur
Langkah pengenalan struktur adalah langkah-langkah yang berkenaan
dengan pengenalan bahan keseluruhan pokok bahasan yang akan
diajarkan. Pengenalan struktur dapat berarti pengenalan bahan pelajaran
untuk keseluruhan yang akan dianalisis dan dipecahkan bersama.
3) Pengucapan Struktur dan Pengenalan Pola Kalimat
Pengenalan bahasa dengan langkah pengenalan lagu, lafal tentang struktur
dan pola-pola kalimat sangat penting. Segala aspek bahasa bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan persoalan lagu dan lafal. Analisis struktur bahasa sampai pola-pola
kalimat usaha yang mengarah kepada berbahasa yang efektif dan berfikir
dengan menggunakan penalaran sebaik-baiknya.
4) Membaca
Membaca dalam hal ini adalah membaca sumber atau membaca struktur
dan pola-pola kalimat. Dapat juga membaca dalam pengertian menafsirkan
gambar atau benda-benda sebenarnya.
5) Ejaan
Persoalan ejaan adalah persoalan cara menulis dan menggunakan tanda
baca. Untuk latihan yang baik dan intensif dapat dilakukan dengan
pengajaran menyalin dan dikte.
6) Evaluasi
Pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar umumnya dilengkapi
dengan penilaian. Alat penilaian hasil belajar yang utama adalah test. Test
yang biasa digunakan adalah test sumatif.
f. Kelebihan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Selain pengertian dasar maupun teknik pengajaran Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) yang diuraikan di atas akan dibahas pula kelebihan
dan kelemahan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) sebagi berikut:
Kelebihan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pembelajaran
membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar membaca.
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) ini bersumber dari ilmu jiwa
Gestalt, suatu aliran dalam ilmu jiwa totalitas yang timbul sebagai rekasi atas
ilmu jiwa unsur psikologi Gestalt yang menganggap bahwa segala
penginderaan sebagai suatu keseluruhan. Artinya, keseluruhan lebih tinggi
nilainya dari pada jumlah bagian masing-masing. Jadi, pengamatan pertama
atau penglihatan orang-orang atas sesuatu bersifat menyeluruh atau global.
Kelebihan dari Metode Struktural Analitik Sintetik SAS, yaitu
Pertama, metode ini sejalan dengan prinsip linguistik/ilmu bahasa yang
memandang satu bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa dibawahnya, yaitu kata,
suku kata dan akhirnya fonem/huruf-huruf. Kedua, menyajikan bahan
pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa siswa
yang selaras dengan situasi lingkungannya. Ketiga, metode ini sesuai dengan
prinsip inkuiri. Murid mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil
temuannya sendiri. Penerapan metode SAS membuat siswa akan merasa lebih
percaya diri atas kemampuannya sendiri, sikap seperti ini akan membantu
murid dalam mencapai keberhasilan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kebaikan atau kelebihan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
antara lainnya sebagai berikut:
a. Sesuai dengan perkembangan kepribadian anak, karena pengenalan
struktur totalitas atau keseluruhan lebih berarti bagi anak
dibandingkan pengenalan bagian-bagian.
b. Menampakkan kebiasaan pada anak untuk berfikir kritis dan anak
lebih kreatif.
c. Sesuai dengan perkembangan ilmu jiwa modern yaitu ilmu jiwa
Gestalt.
d. Proses belajar mengajar yang menggunakan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) lebih hidup, karena guru dan murid sama-
sama aktif.
e. Tidak lepas menimbulkan kebosanan pada anak dalam menerima
pelajaran.
f. Dapat menghindari penyusunan kalimat yang tidak bermakna,
karena Metode SAS dimulai dari pengenalan struktur kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan arah pemikiran untuk
bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas dapat
dikemukakan beberapa urutan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Skema 1: Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu jawaban masalah
yang sedang diteliti dan harus dibuktikan kebenarannya terlebih dahulu
melalui langkah-langkah penelitian.
Hipotesis dari penelitian ini adalah melalui Penggunaan Metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD
Negeri Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Kemampuan membaca anak berkesulitanmembaca sebelum diterapkan metode
pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)prestasi membaca anak di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
KONDISI AWAL
Pembelajaran dengan menggunakan MetodeStruktural Analitik Sintetik (SAS)
TINDAKAN
Kemampuan membaca permulaan anakberkesulitan membaca dengan menggunakan
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)meningkat
KONDISI AKHIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang dipilih dalam penelitian ini adalah SD Negeri Manahan Surakarta
pada kelas Dasar II. Terletak di Jl. Mliwis II/4 Kelurahan Manahan Kecamatan
Banjarsari, Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Rencananya tahap persiapan hingga tahap pelaporan membutuhkan waktu
kurang lebih lima bulan pada bulan Desember sampai bulan April. Waktu penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan/ Minggu
Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
Judul
2. Pengajuan Proposal
3. Pengajuan izin
penelitian
4. Pengumpulan data
a. Pengambilan
data
b. Pengolahan data
c. Analisis data
5. Penulisan
Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah anak berkesulitan belajar
membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012. Siswa tersebut berjumlah 3 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan
dengan cara Pull Out Class, sehingga dalam penelitian ini yang diamati dan diberi
tindakan hanya pada anak yang mengalami kesulitan dalam membaca permulaan.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa berkesulitan
belajar kelas II SD Negeri Manahan sebagai subjek penelitian.
a. Data
Data yang berupa kemampuan dan keaktifan pokok bahasan membaca
permulaan mata pelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh dari nilai ulangan
harian dan kemampuan membaca dari nilai tes yang dilakukan guru setelah
pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas atau setiap siklus.
b. Sumber data
Nilai kemampuan membaca permulaan diambil melalui tes setelah proses
pembelajaran metode SAS. Sumber data yang diambil meliputi dokumen hasil
tes harian siswa, data nilai siswa pada siklus I, data nilai siswa pada siklus II,
dan hasil partisipasi/pengamatan guru. Data penelitian ini dikumpulkan dari
berbagai sumber sebagai berikut:
1) Informan atau narasumber yaitu siswa dan guru.
2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran membaca
dan akivitas yang berhubungan.
3) Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa kurikulum, silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, hasil pekerjaan siswa, dan daftar nilai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
observasi, kajian analisis dokumen, dan tes yang masing-masing secara singkat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Observasi
1) Pengertian Observasi
Mengenai pengertian observasi, Slameto (2001) berpendapat, ”Merupakan
suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya” (hlm. 93). Nurgiyantoro (2010: 93) ”pengamatan (observasi)
merupakan cara untuk objek secara cermat dan terencana”. Menurut
Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan
data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah dicapai.
2) Observasi yang digunakan
Observasi dilakukan dengan format checklist (√) yang disediakan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
membaca permulaan melalui metode SAS. Alat ini berupa instrumen yang
terstruktur dan siap pakai berisikan serangkaian daftar kejadian penting
yang akan diamati. Ketika pengamatan berlangsung, peneliti secara
obyektif memilih dengan cepat dan memberi tanda (√) pada daftar
kejadian.
b. Kajian Analisis Dokumen
1) Pengertian dokumentasi
Arikunto (2006) menjelaskan pengertian dokumentasi yaitu ”Mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, dan lain sebagainya” (hlm. 231). Dokumentasi
yang diamati adalah benda mati, bukan berupa benda hidup. Jadi bukan
manusia, tapi berupa data-data yang sudah ada.
2) Dokumentasi yang digunakan
Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
tentang kemampuan membaca permulaan siswa yang diambil dari hasil
nilai ulangan siswa kelas II anak berkesulitan belajar SD Negeri Manahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Data-data tersebut digunakan sebagai dokumentasi serta untuk refleksi
kegiatan belajar mengajar berikutnya.
c. Tes
1) Pengertian tes
Mengenai pengertian tes, Mardapi (2008) berpendapat, “Tes merupakan
sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah” (hlm.
67). Tes juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan, dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Sedangkan
menurut Arikunto (2006), ”Tes adalah alat ukur atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan” (hlm. 224).
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah kegiatan atau pemberian tindakan. Tes membaca
permulaan diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi
kekurangan dan kelemahan siswa dalam membaca permulaan dan di setiap
akhir siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca
permulaan siswa. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk
mengetahui tingkat perkembangan kemampuan membaca permulaan sesuai
dengan siklus yang ada.
2) Tes yang digunakan
Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif yang berjumlah 10 butir pada
romawi I, isian singkat berjumlah 10 butir pada romawi II dan uraian
berjumlah 1 butir pada romawi III. Kemampuan membaca permulaan
bahasa Indonesia diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan tindakan, siswa
dites dengan menggunakan soal lesan dan tulisan yang menitikberatkan
pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
E. Validitas Data
Agar penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka
diperlukan adanya validitas data. Validitas data adalah untuk mengetahui
ketepatan dan ketelitian item-item tes dalam penelitian. Validitas data dalam
penelitian ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Triangulasi data (sumber), yaitu menggali data yang sejenis dari berbagai
sumber data yang berbeda. Peneliti menggalinya dari berbagai sumber, yaitu
dari hasil analisis arsip/dokumen, dan hasil observasi terhadap aktivitas
pembelajaran yang dilakukan.
2. Triangulasi metode, yaitu menggali data yang sama dengan menggunakan
metode pengumpulan data yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menggali
data tentang pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh dari wawancara
dengan informan guru dan siswa, dari analisis dokumen berupa persiapan
tertulis yang sudah disiapkan oleh guru dan dari observasi pelaksanaan
pembelajaran.
3. Selain itu juga menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi
adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk
menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang akan
diukur. Purwanto berpendapat, “Suatu tes dikatakan memiliki content validity
jika scope dan isi tes itu sesuai dengan scope dan isi kurikulum yang sudah
diajarkan, isi tes sesuai dengan atau mewakili sampel hasil-hasil belajar yang
seharusnya dicapai menurut tujuan kurikulum” (2004: 138). Menurut
Arikunto (2009) “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan” (hlm. 67). Dalam penelitian ini untuk mengukur peningkatan
prestasi belajar bahasa indonesia digunakan instrumen tes yang sesuai dengan
materi membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalis data-data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif dan teknik
analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif,
yakni membandingkan nilai antar siklus dengan indikator ketercapaian. Peneliti
membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus.
Sedangkan teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis
mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan
guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan
dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan
dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan
siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan atau setelah pengumpulan data.
G. Indikator Ketercapaian
Rencana deskripsi indikator ketercapaian sebagai berikut :
Tabel 3.2 Indikator Penelitian
Aspek yang
Diukur
PersentaseSiswa yangDitargetkan
Cara
Mengukur
1. Keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran
atau pada saat
penggunaan Metode
Struktural Analitik
Sintetik (SAS)
100 % Diamati saat pembelajaran
dan dihitung dari jumlah
siswa yang aktif dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran.
2. Kemampuan siswa
dalam membaca
permulaan
100 % Diukur dari hasil tes
membaca dan dihitung dari
jumlah siswa yang dapat
mencapai KKM, yaitu ≥ 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal
sampai akhir. Penelitian Tindakan Kelas ini dengan mekanisme kerja yang
diwujudkan dalam bentuk siklus, setiap siklus tercakup 4 kegiatan yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi. Dari setiap
siklus yang dilaksanakan peneliti dan guru kemudian secara bersama-sama
menganalisis segala kelemahan yang muncul kemudian mencari solusinya dan
melaksanakan solusi tersebut dalam siklus berikutnya.
Berikut ini adalah gambaran mengenai tahap-tahap penelitian yang akan
dilaksanakan.
Skema 2: Prosedur Penelitian Tindakan KelasSuharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi (2010: 16)
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keterangan:
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan mengacu kepada tindakan apa yang di lakukan
dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana objektif dan subjektif.
Selain itu perlu juga dipertimbangkan tindakan khusus apa yang di
lakukan dan apa tujuannya. Setelah itu di lanjutkan dengan menyusun
gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang di rinci. Kemudian gagasan
tersebut di persempit atau di perhalus dengan menghilangkan hal-hal yang
tidak penting dan memusatkan perhatian pada hal yang penting dan
bermanfaat bagi perbaikan. Secara rinci tahapan perencanaan terdiri dari :
a. Menyusun silabi dan rencana pembelajaran (RPP) dengan materi
membaca permulaan.
b. Merancang skenario pembelajaran membaca permulaan.
c. Membuat Lembar Kerja Siswa untuk menuntun siswa membaca
permulaan dengan metode SAS.
d. Membuat alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
setelah menerapkan metode SAS.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, rancangan strategi dan skenario
pembelajaran akan dilaksanakan. Sebelumnya rancangan tersebut telah
dikomunikasikan kepada guru sehingga dalam pelaksanaannya dapat
sesuai dengan skenario yang telah di rancang. Adapun rincian pada tahap
pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
a. Peneliti memperlihatkan cerita pendek melalui papan flanel kepada
siswa dengan bantuan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) yang
telah disusun/dipersiapkan sedemikian rupa. Papan flanel ini
berisi/memiliki rangkaian cerita yang membantu siswa untuk tertarik
belajar membaca permulaan.
b. Siswa memperhatikan cerita tersebut.
c. Peneliti membagikan teks cerita, kemudian peneliti meminta siswa
membaca teks tersebut bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
d. Peneliti memperlihatkan lagi cerita dalam papan flanel. Pada tahap ini
peneliti menjelaskan kepada siswa suatu cerita dengan menggunakan
metode SAS supaya anak lebih memahami isi cerita dan membaca
dengan benar.
e. Peneliti memberikan teks perbuatan yaitu, meminta siswa membaca
teks secara bergiliran.
f. Peneliti meminta siswa untuk mengerjakan tes tertulis dengan
menjawab pertanyaan dengan mencari jawaban yang telah tersedia
3. Tahap Observasi
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan
siswa). Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat
semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
4. Analisis dan Refleksi
Dilakukan dengan menganalisis pekerjaan siswa dan hasil observasi.
Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh hal-hal yang perlu
diperbaiki dan disempurnakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Proses penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Siklus I dilaksanakan
pada tanggal 13 dan 14 Maret 2012, Siklus II dilaksanakan pada tanggal 16 dan 17
Maret 2012.
Hasil observasi dan wawancara antara peneliti dengan guru wali kelas II SD
Negeri Manahan Surakarta menunjukkan kondisi siswa pada mata pelajaran bahasa
Indonesia dalam materi membaca permulaan terdapat tiga siswa yang memiliki nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥70. Selain itu, metode yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan masih
menggunakan metode yang konvensional. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran
bahasa Indonesia pada materi membaca permulaan, guru menulis huruf, kata dan
kalimat di papan tulis kemudian siswa diminta menirukan huruf, kata maupun kalimat
yang ditunjuk sekaligus dilafalkan oleh guru. Pada saat mengerjakan tugas, siswa
diminta membuka buku pada halaman tertentu untuk dibaca secara bersama-sama
kemudian siswa menjawab sesuai jawabannya secara mandiri. Metode yang
digunakan oleh guru tersebut tidak membantu siswa dalam mengingat apa yang
dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman dalam menyusun
huruf serta kurang mempertajam kesadarannya terhadap bunyi dan bentuk.
Dampaknya yaitu kemampuan siswa dalam belajar membaca permulaan rendah hal
tersebut menyebabkan siswa mengalami hambatan/kesulitan belajar. Berdasarkan
hasil observasi, wawancara dan analisis dokumen yang berupa nilai ulangan harian
bahasa Indonesia terdapat tiga siswa kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta mengalami kesulitan dalam membaca permulaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Jumlah anak berkesulitan belajar siswa kelas II semester II di SD Negeri
Manahan Surakarta sebanyak tiga siswa yang terdiri dari tiga siswa laki-laki. Secara
singkat kondisi awal siswa sebagai berikut:
1. Siswa An
Siswa An termasuk siswa yang mengalami gangguan konsentrasi dan terburu-
buru dalam menyelesaikan tugas dari gurunya, hal ini menyebabkan apabila An
mendapatkan tugas bahasa Indonesia tidak dapat menyelesaikannya dengan tepat
waktu. Waktu mengikuti kegiatan pembelajaran An terlihat anak yang usil dan
kurang fokus terhadap materi yang disajikan oleh guru, oleh karena itu An selalu
mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kemampuan
membaca An yaitu sudah dapat membaca kalimat walaupun belum lancar sesuai
dengan intonasi yang tepat.
2. Siswa Bg
Siswa Bg termasuk siswa yang pandai dalam bidang numeric atau mata pelajaran
matematika, nilainya selalu bagus dalam pelajaran matematika tetapi ia selalu
mendapatkan nilai yang rendah atau dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa Bg dalam pembelajaran
bahasa Indonesia mengalami ketertinggalan. Kemampuan mengenal atau
mengidentifikasi huruf alphabet dari A sampai Z masih sering terbolak-balik atau
ada huruf yang hilang, beberapa huruf yang dibaca dalam sebuah kata atau
kalimat sering diulang-ulang dengan pengucapan yang tidak tepat. Kemampuan
membaca tergolong lambat dan membutuhkan bantuan dari guru maupun
menunggu diberitahu teman-temannya, meskipun demikian siswa Bg tergolong
siswa yang paling antusias dan memiliki semangat yang tinggi diantara teman-
teman yang lain.
3. Siswa Rd
Siswa Rd dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia
terutama membaca selalu ingin menjadi yang pertama. Waktu mengikuti proses
pembelajaran siswa Rd selalu tenang dan tidak membuat kegaduhan, sikapnya
yang selalu memperhatikan penjelasan dari guru menjadikannya lebih cepat
menangkap materi yang diberikan. Sekalipun dalam membaca masih terlihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kurang lancar karena ia kurang percaya diri terhadap kemampuannya. Jadi siswa
Rd ketika menyelesaikan tugas dari gurunya cenderung lamban jika dibandingkan
dengan teman-temannya, maka dari itu siswa Rd termasuk siswa yang terindikasi
lamban belajar. Siswa Rd sudah hafal huruf abjad, dan dapat mengeja per suku
kata maupun kata.
Uraian mengenai kondisi awal kemampuan siswa membaca permulaan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia secara garis besar masih mengalami kesulitan
membaca, antara lainnya kemampuan mengenal huruf yang masih kurang,
kemampuan dalam memahami bentuk tulisan dalam mengasosiasikan bunyi sesuai
dengan sistem tulisan (recoding) / penyampaian bentuk grafis ke dalam kata-kata
(decoding) masih mengalami kesulitan, pengucapan kata yang kurang jelas,
pengucapan kalimat yang tidak sesuai dengan intonasi yang tepat, mengalami
kekurangan dan kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks.
Keaktifan siswa secara garis besar sudah cukup aktif saat mengikuti pembelajaran,
hanya ada satu anak yang masih kurang aktif dan perlu didorong motivasinya.
Penelitian yang telah dilakukan menggunakan acuan nilai yang diperoleh
peneliti dari hasil nilai tes sebelum tindakan pada saat mengadakan observasi
awal/sebelum tindakan. Data ini berupa daftar nilai pra tindakan mata pelajaran
bahasa Indonesia pada materi membaca permulaan yang disusun oleh peneliti untuk
anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.
Tabel 4.1 Hasil Tes Membaca Permulaan Pra Tindakan Anak BerkesulitanBelajar Membaca Kelas II Semester II di SD Negeri ManahanSurakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Nama Siswa Nilai Awal
Kriteria KetuntasanMinimal (KKM)
An 47,5 Belum Tuntas
Bg 40 Belum Tuntas
Rd 55 Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Nilai pada tabel 4.1 tersebut, diperoleh dari tes sebelum diberi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membaca
permulaan. Berdasarkan data tabel tersebut, terlihat ada satu siswa mendapatkan nilai
47,5 atau sebesar 33,3%, satu siswa mendapat nilai 40 atau sebesar 33.3%, dan satu
siswa mendapatkan 55 atau sebesar 33,3%. Hasil nilai tersebut jika dianalisis dengan
meninjau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia yaitu ≥70, belum ada dari tiga siswa tersebut yang
mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun siswa dari
ketiga siswa yang sudah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam
membaca permulaan.
Nilai Awal Pada Anak Berkesulitan Belajar Membaca Kelas II Semester II di
SD Negeri Manahan Surakarta Semester Genap Tahun Ajaran 20111/2012 dalam
histogram sebagai berikut:
Grafik 4.1 Hasil Tes Membaca Permulaan Pra Tindakan Anak BerkesulitanBelajar Membaca Kelas II Semester II di SD Negeri ManahanSurakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
permulaan siswa dalam kategori rendah, hal ini dapat terlihat dari nilai pra tindakan
yang dilakukan oleh peneliti, tidak ada siswa yang mampu mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 70. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca permulaan dan peran aktif
siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.
47.540
55
0
10
20
30
40
50
60
An Bg Rd
Nila
i
Siswa
Nilai Awal
Pra Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Siklus I
Proses penelitian ini dilaksanakan menggunakan dua siklus yang
masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Adapun secara
rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanan Tindakan
Kegiatan perencanaan diawali dengan diskusi antara peneliti dengan wali
kelas II SD Negeri Manahan Surakarta pada hari Sabtu 10 Maret 2012. Diskusi ini
merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang dilakukan peneliti dengan
wali kelas pada saat peneliti dalam masa PPL (Program Pengalaman Lapangan) di
sekolah yang sama. Berawal dari hasil identifikasi dan penetapan masalah,
kemudian peneliti mengajukan solusi atas masalah yang dihadapi guru pada mata
pelajaran bahasa Indonesia materi membaca permulaan. Alternatif untuk
meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan yaitu dengan menggunakan
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Pada tahap ini peneliti mengajukan
proposal penelitian yang akan menjadi acuan lanjutan untuk tahap perencanaan.
Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
beserta kisi-kisi soal sesuai kompetensi dasar membaca nyaring dan membaca
isi teks agak panjang 20-25 kalimat yang dibaca secara nyaring.
2) Peneliti mempersiapkan teks bacaan sesuai dengan tema dan membuat lembar
kerja siswa.
3) Peneliti memberikan deskripsi tentang metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS) yang akan digunakan melalui penelitian kepada wali kelas agar terjalin
sebuah kesamaan persepsi.
Kemudian peneliti dan guru kelas menyepakati skenario pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada tahap tindakan siklus I.
a) Langkah-langkah (skenario) tindakan siklus I pada pertemuan pertama:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(a) Peneliti menuliskan sebuah kata untuk dibaca setiap siswa.
Misalnya : Koko, Kokoh.
(b) Peneliti memberikan apersepsi yang berkaitan dengan tema kegiatan
pembelajaran.
(c) Peneliti menunjukkan serta menjelaskan susunan atau konsep kalimat
dari huruf, suku kata, kata, kalimat dan paragraph pada papan flanel
melaui brainstorming proses kegiatan membaca.
(d) Peneliti menampilkan sebuah gambar.
(e) Peneliti memotivasi siswa untuk menyampaikan pendapat mengenai
maksud cerita dari sebuah gambar yang ditampilkan.
(f) Peneliti menuliskan sebuah kalimat yang disampaikan oleh siswa pada
papan tulis/papan flannel. Peneliti meminta siswa untuk membaca
kalimat yang sudah ditulis.
(g) Peneliti mulai menguraikan kalimat, melakukan proses analitik dan
sintetik pada papan flannel.
(h) Siswa diminta untuk membaca susunan atau konsep kalimat yang sudah
diuraikan menggunakan proses analitik berupa kalimat, kata, suku kata,
huruf dan dirangkai kembali kalimat yang sudah diuraikan
menggunakan proses sintetik berupa huruf, suku kata, kata, kalimat.
(i) Setelah siswa dapat membaca dengan baik. Peneliti memberikan teks
cerita kepada setiap siswa untuk dibaca secara bergiliran.
(j) Peneliti memberikan motivasi dan bantuan kepada siswa yang masih
mengalami kesulitan membaca melalui proses analitik dan sintetik.
(k) Peneliti memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar
membaca.
(l) Peneliti mengadakan tes tertulis mengenai tema pembelajaran yang
baru saja dilakukan pada lembar kerja yang sudah disediakan peneliti.
b) Langkah-langkah (skenario) tindakan siklus I pada pertemuan kedua:
(a) Peneliti bertanya kepada siswa mengenai apa yang mereka pelajari
pada pertemuan pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(b) Peneliti membagikan lembar bacaan berupa teks cerita kepada para
siswa.
(c) Peneliti meminta siswa membaca ulang teks cerita yang sudah dibaca
pada pertemuan sebelumnya dalam waktu 15 menit. Bagi siswa yang
masih salah atau kesulitan dalam membaca, peneliti meminta sekaligus
membimbing siswa untuk menguraikan kata dari susunan huruf, suku
kata menjadi kata.
(d) Peneliti memberikan motivasi dan bantuan berupa contoh kepada
siswa untuk memahami isi teks cerita dan apabila jawaban siswa salah
peneliti membenarkan jawaban siswa.
(e) Selanjutnya peneliti meminta kepada para siswa untuk menuliskan
kesimpulan atau dengan menceritakan kembali cerita yang baru saja
dipelajari secara bersama-sama.
(f) Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran peneliti mengadakan tes
tertulis mengenai tema pembelajaran yang baru saja dilakukan pada
lembar kerja yang sudah disediakan peneliti.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari dua pertemuan, yaitu pada hari
Selasa 13 Maret 2012 dan hari Rabu 14 Maret 2012 selama dua jam pelajaran (2 x
35 menit). Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pull out, dimana tiga siswa
yang mengalami kesulitan belajar dipisahkan dari anak normal diruangan khusus.
Penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru, untuk mengamati proses
pembelajaran peneliti dibantu oleh satu orang observer yaitu guru kelas IIA. Tahap
pelaksanaan ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan pada pertemuan pertama pada hari Selasa 13 Maret 2012.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(Struktural Analitik Sintetik). Adapun langkah-langkah pembelajaran siklus I
adalah sebagai berikut:
A. Kegiatan Awal
1. Berdoa.
2. Peneliti mempersiapkan materi ajar dan alat peraga.
3. Peneliti menuliskan sebuah kata untuk dibaca setiap siswa.
Misalnya : Koko, Kokoh.
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
1) Peneliti menjelaskan bagaimana belajar membaca menggunakan
metode struktural analitik sintetik.
2) Peneliti memberikan apersepsi yang berkaitan dengan tema
kegiatan pembelajaran.
3) Peneliti menunjukkan serta menjelaskan susunan atau konsep
kalimat dari huruf, suku kata, kata, kalimat dan paragraph melaui
brainstorming proses kegiatan membaca.
4) Peneliti menampilkan sebuah gambar.
5) Peneliti memotivasi siswa untuk menyampaikan pendapat
mengenai maksud cerita dari sebuah gambar yang ditampilkan.
6) Peneliti menuliskan sebuah kalimat yang disampaikan oleh siswa
pada papan tulis/papan flanel. Kemudian peneliti meminta siswa
untuk membaca kalimat yang sudah ditulis.
7) Peneliti mulai menguraikan kalimat, melakukan proses analitik
dan sintetik pada papan flannel.
8) Siswa diminta untuk membaca susunan atau konsep kalimat yang
sudah diuraikan menggunakan proses analitik berupa kalimat,
kata, suku kata, huruf dan dirangkai kembali kalimat yang sudah
diuraikan menggunakan proses sintetik berupa huruf, suku kata,
kata, kalimat.
9) Setelah siswa dapat membaca dengan baik. Peneliti memberikan
teks cerita kepada setiap siswa untuk dibaca secara bergiliran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
10) Peneliti memberikan motivasi dan bantuan kepada siswa yang
masih mengalami kesulitan membaca melalui proses analitik dan
sintetik.
11) Peneliti memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar
membaca.
12) Peneliti memberikan soal latihan kepada siswa.
2. Elaborasi
1) Siswa melakukan proses analitik secara mandiri untuk mengurai
kalimat yang sudah disediakan.
2) Siswa melakukan proses sintesis secara mandiri untuk merangkai
kembali kalimat yang baru saja di uraikan.
3) Siswa diminta membaca sebuah kata yang telah disusun dengan
cepat.
4) Siswa diminta membaca sebuah kata yang telah disusun menjadi
sebuah kalimat dengan intonasi yang jelas.
5) Peneliti dan siswa mengadakan diskusi mengenai isi teks bacaan
yang telah disusun.
3. Konfirmasi
1) Peneliti memberikan umpan balik dan penguatan positif terhadap
keberhasilan peserta didik.
2) Peneliti memberikan kesempatan pada peserta didik melakukan
refleksi terhadap materi yang telah diberikan.
C. Kegiatan Penutup
1. Peneliti mengadakan tes tertulis mengenai tema pembelajaran yang
baru saja dilakukan pada lembar kerja yang sudah disediakan peneliti.
2. Peneliti melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
3. Peneliti menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
2) Pertemuan kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 14 Maret 2012. Pada
pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam
pertemuan ini adalah menyimpulkan isi teks cerita yang berjudul “bertamasya
ke kebun binatang”. Adapun langkah-langkah pembelajaran siklus I adalah
sebagai berikut:
A. Kegiatan Awal
1. Berdoa.
2. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mempersiapkan materi/bahan
ajar berupa teks cerita yang kemudian dibagikan kepada para siswa.
3. Peneliti melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa mengenai
apa yang mereka pelajari pada pertemuan pertama.
4. Setelah siswa memperoleh bacaan kemudian peneliti meminta siswa
membaca ulang teks cerita yang sudah dibaca pada pertemuan
sebelumnya dalam waktu 15 menit.
5. Peneliti meminta dan membimbing siswa untuk menguraikan kata dari
susunan huruf, suku kata menjadi kata. Jika ada siswa yang masih
salah atau kesulitan dalam membaca.
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
1) Peneliti menjelaskan ragam bahasa dan isi/maksud yang
terkandung dalam teks cerita “bertamasya ke kebun binatang”.
2) Peneliti menjelaskan cara memahami/mencari isi teks cerita dalam
bacaan.
3) Peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi teks
cerita/bacaan.
2. Elaborasi
1) Peneliti memberikan contoh dengan baik dan benar untuk
mengetahui/menjawab isi teks cerita yang terkandung dalam
bacaan.
2) Siswa diminta membaca teks cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3) Siswa diminta menceritakan kembali isi teks yang dibaca dengan
kata-katanya sendiri.
3. Konfirmasi
1) Peneliti membenarkan jawaban siswa yang salah.
2) Peneliti meberikan umpan balik dan penguatan positif terhadap
keberhasilan siswa.
3) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi
terhadap materi yang telah diberikan.
C. Kegiatan Penutup
1. Peneliti membagikan soal kepada siswa.
2. Peneliti bersama-sama dengan peserta didik membuat simpulan dari
materi yang barusaja dibahas bersama.
3. Peneliti melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan melalui evaluasi.
Adapun hasil tes membaca permulaan pada siklus I menunjukkan bahwa
siswa mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan, hal ini dapat
terlihat satu siswa yang termasuk dalam kategori tuntas atau sebesar 33,3%.
Terdapat dua siswa masuk kategori belum tuntas atau sebesar 66,6%. Kemampuan
membaca permulaan siswa pada siklus I tertuang pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Tes Membaca Permulaan Siklus I Anak BerkesulitanBelajar Membaca Kelas II Semester II di SD Negeri ManahanSurakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Nama Siswa Nilai
Siklus I
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
An 62,5 Belum Tuntas
Bg 67,5 Belum Tuntas
Rd 75 Tuntas
Prosentase Tuntas
33,3%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Hasil tes belajar membaca permulaan siklus I pada anak berkesulitan belajar
membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012 dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
Grafik 4.2 Hasil Tes Membaca Permulaan Siklus I Anak BerkesulitanBelajar Membaca Kelas II Semester II di SD Negeri ManahanSurakarta Tahun Ajaran 2011/2012.Berdasarkan observasi pada pelaksanaan tindakan siklus I
melalui pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran bahasa
Indonesia melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3 Perolehan Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan BelajarMembaca Kelas II Semester II di SD Negeri Manahan SurakartaTahun Ajaran 2011/2012 Siklus I.
Nam
a
Siswa
Siklu
s I
Keterangan
An 70 % Aktif
Bg 50 % Cukup Aktif
Rd 50 % Cukup Aktif
Pada tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif
dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebanyak satu siswa dari keseluruhan tiga
siswa atau sebesar 33,3%, sedangkan dua siswa dalam kategori cukup aktif atau
sebesar 66,6%. Hal ini menunjukkan peningkatan keaktifan siswa cukup signifikan
62.5
67.5
75
55
60
65
70
75
80
An Bg Rd
Nila
i
Siswa
Nilai Siklus I
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
jika dibandingkan dengan kondisi awal atau pra tindakan yang mulanya terdapat
satu siswa termasuk dalam kategori kurang aktif atau sebesar 33,3%, satu siswa
dalam kategori cukup aktif atau sebesar 33,3%, dan satu siswa termasuk dalam
kategori aktif atau sebesar 33,3% hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi
awal atau pra tindakan rata-rata siswa belum termasuk dalam kategori cukup aktif
atau aktif. Jadi pada siklus I atau setelah diberi tindakan ada peningkatan sebesar
33,3% dalam kategori cukup aktif yaitu sebesar 66,6% dibandingkan dari kondisi
awal.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada
siklus I dibandingkan dengan keaktifan siswa saat pra tindakan pada anak
berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram
sebagai berikut:
Grafik 4.3 Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus I.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 13 dan 14 Maret 2012, pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
gambaran tentang kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan keaktifan
siswa selama mengikuti pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Pros
enta
se
65
jika dibandingkan dengan kondisi awal atau pra tindakan yang mulanya terdapat
satu siswa termasuk dalam kategori kurang aktif atau sebesar 33,3%, satu siswa
dalam kategori cukup aktif atau sebesar 33,3%, dan satu siswa termasuk dalam
kategori aktif atau sebesar 33,3% hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi
awal atau pra tindakan rata-rata siswa belum termasuk dalam kategori cukup aktif
atau aktif. Jadi pada siklus I atau setelah diberi tindakan ada peningkatan sebesar
33,3% dalam kategori cukup aktif yaitu sebesar 66,6% dibandingkan dari kondisi
awal.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada
siklus I dibandingkan dengan keaktifan siswa saat pra tindakan pada anak
berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram
sebagai berikut:
Grafik 4.3 Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus I.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 13 dan 14 Maret 2012, pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
gambaran tentang kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan keaktifan
siswa selama mengikuti pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
An Bg Rd
70%
50% 50%
Siswa
65
jika dibandingkan dengan kondisi awal atau pra tindakan yang mulanya terdapat
satu siswa termasuk dalam kategori kurang aktif atau sebesar 33,3%, satu siswa
dalam kategori cukup aktif atau sebesar 33,3%, dan satu siswa termasuk dalam
kategori aktif atau sebesar 33,3% hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi
awal atau pra tindakan rata-rata siswa belum termasuk dalam kategori cukup aktif
atau aktif. Jadi pada siklus I atau setelah diberi tindakan ada peningkatan sebesar
33,3% dalam kategori cukup aktif yaitu sebesar 66,6% dibandingkan dari kondisi
awal.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada
siklus I dibandingkan dengan keaktifan siswa saat pra tindakan pada anak
berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram
sebagai berikut:
Grafik 4.3 Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus I.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 13 dan 14 Maret 2012, pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
gambaran tentang kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan keaktifan
siswa selama mengikuti pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
1) Siswa yang termasuk dalam kategori aktif berjumlah satu siswa yang
diketahui terlihat antusias, partisipatif, serta memiliki keberanian dalam
menjawab maupun mengajukan pertanyaan, memiliki sikap kemandirian
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti.
2) Siswa yang termasuk dalam kategori cukup aktif berjumlah satu siswa yang
masih perlu ditingkatkan dari beberapa aspek keaktifan.
3) Berdasarkan hasil tes membaca permulaan dapat diketahui tingkat
kemampuan membaca siswa terhadap bacaan melalui metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh siswa. Sebanyak satu siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70,
sedangkan sebanyak dua siswa memperoleh nilai ≤ 70, hal ini disebabkan
karena siswa belum paham sepenuhnya mengenai isi teks cerita untuk
menjawab pertanyaan pada lembar kerja siswa.
Ada beberapa kelemahan yang bersumber dari beberapa segi:
1) Metode SAS
Proses pelaksanaan penguraian kalimat pada materi membaca permulaan
siswa terlihat bingung melaukukan proses analitik atau membongkar kalimat
menggunakan tanda pengurai ( - ). Jadi pada bagian penguraian huruf/suku
kata pada setiap akhir kata diberi tanda ( - ) juga.
Misalnya: ini bola adi i – n – i – b – o – l – a – a – d – i i – ni – bo – la –
a – di seharusnya ini bola adi i – n – i b – o – l – a a – d – i i – ni
bo – la a – di. i n i b o l a a d i
i ni bo la a di
sebaiknya siswa belajar mengurai kalimat melalui balok/kotak yang berisikan
huruf seperti contoh di atas untuk mempermudah pemenggalan atau
penguraian kalimat.
2) Kelemahan dari segi siswa
Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam membedakan bunyi dan
masih adanya siswa yang belum dapat tertib sehingga dapat mengganggu
kegiatan belajar siswa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Peneliti
Banyaknya media yang digunakan menyebabkan peneliti harus mampu
mengatur waktu dengan baik, yaitu antara menyediakan/mempersiapkan
media maupun mengusahakan ketercapaian materi secara maksimal.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar bahasa
Indonesia pada tindakan siklus I, dapat direfleksikan sebagai berikut:
1) Dilihat dari ketiga siswa hanya satu siswa yang aktif selama kegiatan belajar
mengajar membaca permulaan.
2) Dilihat dari ketiga siswa terdapat dua siswa yang cukup aktif dalam kegiatan
belajar mengajar membaca permulaan.
3) Kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengelola kelas termasuk dalam
kategori baik sebesar 73% dari persentase tertinggi 100%.
4) Lembar kerja siswa pada romawi II dalam membuat kalimat tanya mengenai isi
teks cerita, sebaiknya diberi satu contoh dalam menyusun kalimat tanya.
5) Lembar kerja siswa pada romawi III dalam menceritakan kembali isi teks cerita
harus ada perbaikan yaitu dengan memberikan 2 sampai 3 kalimat pancingan
agar siswa memiliki gambaran dalam menyusun sebuah kalimat.
6) Peneliti harus melakukan perbaikan dalam mengajar dengan memperjelas
mengenai metode SAS dan langkah-langkah melakukan proses penguraian dan/
merangkai kembali pada proses Analitik dan Sintetik sampai siswa paham.
Berdasarkan hasil tes membaca permulaan pada siklus I, siswa yang
mencapai ketuntasan minimal ada satu siswa dari tiga siswa atau sebesar 33,3%.
Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada satu siswa dari tiga siswa atau sebesar
33,3%. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan yaitu
33,3% siswa mendapatkan nilai ≥ 70 dan 33,3% siswa aktif dalam pembelajaran,
maka pada siklus I ini belum semua indikator berhasil mencapai indikator yang
ditetapkan, maka perlu diadakan siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Deskripsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I yang akan dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan selama 70 menit (2 x 35 menit) disetiap pertemuannya.
Berdasarkan refleksi siklus I, diharapkan segala kekurangan dapat dihindari dalam
pelaksanaan siklus II ini. Adapun kegiatan perencanaan pada siklus II mencakup
langkah-langkah berikut ini:
1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
beserta kisi-kisi soal sesuai kompetensi dasar membaca nyaring dan atau
membaca isi teks agak panjang 20-25 kalimat yang dibaca secara nyaring.
2) Peneliti mempersiapkan teks bacaan sesuai dengan tema dan membuat
lembar kerja siswa.
3) Peneliti dan guru kelas menyepakati skenario pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada tahap tindakan siklus II.
a) Langkah-langkah (skenario) pembelajaran pada tindakan siklus II pada
pertemuan pertama:
(a) Peneliti melakukan apersepsi kepada siswa mengenai apa yang
mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya.
(b) Peneliti membagikan gambar bertanam jagung, siswa
memperhatikan gambar.
(c) Peneliti menceritakan teks cerita dengan judul “bertanan jagung”
dan memotivasi siswa untuk melontarkan pertanyaan/jawaban
mengenai isi/maksud gambar.
(d) Peneliti mengambil gambar. Kemudian peneliti memberikan sebuah
teks cerita “bertanam jagung” kepada siswa.
(e) Peneliti membaca teks cerita dan siswa menyimak dengan seksama.
(f) Peneliti meyuruh siswa untuk membaca teks cerita secara bergiliran,
siswa lain menyimak. Apabila siswa mengalami kesulitan membaca
atau terdapat sebuah kata, kalimat yang salah dibaca secara langsung
peneliti melakukan penguraian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(g) Peneliti meminta siswa untuk mengulang menguraikan kata/kalimat
yang baru saja diuraikan peneliti. Peneliti menganalisis kata/kalimat
kemudian dibaca secara bersama-sama dengan intonasi yang jelas.
(h) Peneliti memberikan penjelasan dalam menyusun sebuah kalimat
tanya.
(i) Peneliti memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar
membaca.
(j) Peneliti mengadakan tes tertulis mengenai tema pembelajaran yang
baru saja dilakukan pada lembar kerja yang sudah disediakan
peneliti.
b) Langkah-langkah (skenario) pembelajaran pada tindakan siklus II pada
pertemuan kedua:
(a) Peneliti bertanya kepada siswa mengenai apa yang mereka pelajari
pada pertemuan pertama.
(b) Peneliti membagikan lembar bacaan berupa teks cerita kepada para
siswa.
(c) Peneliti meminta siswa membaca ulang teks cerita yang sudah
dibaca pada pertemuan sebelumnya dalam waktu 15 menit. Bagi
siswa yang masih salah atau kesulitan dalam membaca, peneliti
meminta dan membimbing siswa untuk menguraikan kata dari
susunan huruf, suku kata menjadi kata.
(d) Peneliti memberikan motivasi dan bantuan berupa contoh kepada
siswa untuk memahami isi teks cerita dan apabila jawaban siswa
salah peneliti membenarkan jawaban siswa.
(e) Selanjutnya peneliti meminta kepada para siswa untuk menuliskan
kesimpulan atau dengan menceritakan kembali cerita yang baru saja
dipelajari secara bersama-sama.
(f) Kemudian di akhir kegiatan pembelajaran peneliti mengadakan tes
tertulis mengenai tema pembelajaran yang baru saja dilakukan pada
lembar kerja yang sudah disediakan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari dua pertemuan, yaitu pada hari
Jumat 16 Maret 2012 dan hari Sabtu 17 Maret 2012 selama dua jam pelajaran (2 x
35 menit). Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pull out, dimana tiga siswa
yang mengalami kesulitan belajar dipisahkan dengan anak normal diruangan
khusus. Penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru untuk mengamati proses
pembelajaran peneliti dibantu oleh satu orang observer yaitu guru kelas IIA. Tahap
pelaksanaan ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan pada pertemuan pertama pada hari Jumat 16 Maret 2012.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS
(Struktural Analitik Sintetik). Adapun langkah-langkah pembelajaran siklus II
adalah sebagai berikut:
A. Kegiatan Awal
1. Berdoa.
2. Peneliti mempersiapkan materi ajar dan alat peraga.
3. Peneliti melakukan apersepsi dengan mengulang materi pembelajaran
yang sudah diberikan kemarin.
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
1) Peneliti memberikan sebuah teks cerita “menanam jagung”
2) Peneliti menampilkan sebuah gambar “menanam jagung” sambil
bercerita dan memotivasi siswa untuk melontarkan
pertanyaan/jawaban mengenai isi/maksud gambar.
3) Peneliti menghilangkan/mengambil gambar setelah siswa sudah
dapat mengidentifikasi maksud isi bacaan.
4) Peneliti membaca teks cerita dan siswa menyimak dengan seksama.
5) Peneliti meyuruh siswa untuk membaca teks cerita secara bergiliran,
siswa lain menyimak. Apabila siswa mengalami kesulitan membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
atau terdapat sebuah kata, kalimat yang salah dibaca secara langsung
peneliti melakukan penguraian.
6) Peneliti meminta siswa untuk mengulang menguraikan kata/kalimat
yang baru saja diuraikan peneliti. Peneliti menganalisis kata/kalimat
kemudian dibaca secara bersama-sama dengan intonasi yang jelas.
7) Peneliti memberikan penjelasan dalam menyusun sebuah kalimat
tanya.
8) Peneliti mengadakan tes tertulis mengenai tema pembelajaran yang
baru saja dilakukan pada lembar kerja yang sudah disediakan
peneliti.
2. Elaborasi
1) Siswa melakukan proses analitik secara mandiri untuk mengurai
kalimat yang sudah disediakan.
2) Siswa melakukan proses sintesis secara mandiri untuk merangkai
kembali kalimat yang baru saja di uraikan.
3) Siswa diminta membaca sebuah kata yang telah disusun dengan
cepat.
4) Siswa diminta membaca sebuah kata yang telah disusun menjadi
sebuah kalimat dengan intonasi yang jelas.
5) Peneliti dan siswa mengadakan diskusi mengenai isi teks bacaan
yang telah disusun.
3. Konfirmasi
1) Peneliti memberikan umpan balik dan penguatan positif terhadap
keberhasilan peserta didik.
2) Peneliti memberikan kesempatan pada peserta didik melakukan
refleksi terhadap materi yang telah diberikan.
C. Penutup
1. Peneliti bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman
pelajaran menenai tema pembelajaran.
2. Peneliti melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. Peneliti menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu 17 Maret 2012. Pada
pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam
pertemuan ini adalah menyimpulkan isi teks cerita yang berjudul “bertanam
jagung”. Adapun langkah-langkah pembelajaran siklus II adalah sebagai
berikut:
A. Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan kelas.
2. Berdoa.
3. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mempersiapkan materi/bahan
ajar berupa teks cerita yang kemudian dibagikan kepada para siswa.
Setelah itu peneliti membaca teks cerita dan siswa menyimak teks
cerita dalam hati. Peneliti memancing siswa dengan beberapa
pertanyaan yang sesuai dengan isi teks cerita. Kemudian peneliti
meyampaikan tujuan pembelajaran.
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
1) Peneliti menjelaskan ragam bahasa dan isi/maksud yang terkandung
dalam teks cerita “bertanam jagung”.
2) Peneliti menjelaskan cara memahami/mencari isi teks cerita dalam
bacaan.
3) Peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai isi teks
cerita/bacaan.
2. Elaborasi
1) Peneliti memberikan contoh dengan baik dan benar untuk
mengetahui/menjawab isi teks cerita yang terkandung dalam
bacaan.
2) Siswa diminta membaca teks cerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
3) Siswa diminta menceritakan kembali isi teks yang dibaca dengan
kata-katanya sendiri.
3. Konfirmasi
1) Peneliti membenarkan jawaban siswa yang salah.
2) Peneliti meberikan umpan balik dan penguatan positif terhadap
keberhasilan siswa.
3) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi
terhadap materi yang telah diberikan.
C. Penutup
1. Peneliti membagikan soal kepada siswa.
2. Peneliti bersama-sama dengan peserta didik membuat simpulan dari
materi yang baru saja dibahas bersama.
3. Peneliti melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan melalui evaluasi.
Adapun hasil tes membaca permulaan pada siklus II menunjukkan bahwa
keseluruhan siswa termasuk dalam kategori tuntas sebesar 100%. Apabila ditinjau
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 70 atau
tuntas dari KKM sebesar 100%. Jadi dapat disimpulkan pada pelaksanaan tindakan
selama dua siklus ini terjadi peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa
dari siklus I yaitu sebesar 66,6%. Kemampuan membaca permulaan siswa pada
siklus II tertuang pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Tes Membaca Permulaan Siklus II Anak BerkesulitanBelajar Membaca Kelas II Semester II di SD Negeri ManahanSurakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Nama Siswa Nilai
Siklus II
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
An 77,5 Tuntas
Bg 72,5 Tuntas
Rd 82,5 Tuntas
Prosentase Tuntas
100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hasil belajar membaca permulaan siklus II dibandingkan dengan hasil siklus
I pada anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri
Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam histogram
sebagai berikut:
Grafik 4.4 Hasil Membaca Permulaan Siklus II Anak Berkesulitan BelajarMembaca Kelas II Semester II di SD Negeri ManahanSurakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Berdasarkan observasi pada pelakanaan tindakan siklus II melalui
pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran bahasa Indonesia melalui
lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perolehan Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar
Membaca Kelas II Semester II di SD Negeri Manahan Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus II.
Nama Siswa Siklus II Keterangan
An 90% Sangat Aktif
Bg 60% Aktif
Rd 90% Sangat Aktif
Pada tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori sangat
aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebanyak dua siswa dari keseluruhan
77.5
72.5
82.5
66687072747678808284
An Bg Rd
Nila
i
Siswa
Nilai Siklus II
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
tiga siswa atau sebesar 66,6%, sedangkan satu siswa dalam kategori aktif atau
sebesar 33,3%.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada
siklus II pada anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri
Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik
histogram sebagai berikut:
Grafik 4.5 Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus II.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 16 dan 17 Maret 2012, pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
gambaran tentang kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan keaktifan
siswa selama mengikuti pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang termasuk dalam kategori sangat aktif berjumlah dua siswa yang
diketahui terlihat antusias, partisipatif, memiliki keberanian dalam menjawab
maupun mengajukan pertanyaan, memiliki sikap kemandirian dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti.
2) Siswa yang termasuk dalam kategori aktif berjumlah satu siswa yang pada
mulanya belum menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran, pada tahap
siklus I dan II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 30% pada
kondisi awal, 50% pada siklus I, dan 60% pada siklus ke II.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pros
enta
se
75
tiga siswa atau sebesar 66,6%, sedangkan satu siswa dalam kategori aktif atau
sebesar 33,3%.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada
siklus II pada anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri
Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik
histogram sebagai berikut:
Grafik 4.5 Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus II.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 16 dan 17 Maret 2012, pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
gambaran tentang kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan keaktifan
siswa selama mengikuti pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang termasuk dalam kategori sangat aktif berjumlah dua siswa yang
diketahui terlihat antusias, partisipatif, memiliki keberanian dalam menjawab
maupun mengajukan pertanyaan, memiliki sikap kemandirian dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti.
2) Siswa yang termasuk dalam kategori aktif berjumlah satu siswa yang pada
mulanya belum menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran, pada tahap
siklus I dan II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 30% pada
kondisi awal, 50% pada siklus I, dan 60% pada siklus ke II.
An Bg Rd
90%
60%
90%
Siswa
75
tiga siswa atau sebesar 66,6%, sedangkan satu siswa dalam kategori aktif atau
sebesar 33,3%.
Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran membaca permulaan pada
siklus II pada anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri
Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik
histogram sebagai berikut:
Grafik 4.5 Hasil Tingkat Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Siklus II.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan yaitu tanggal 16 dan 17 Maret 2012, pada saat pembelajaran bahasa
Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh
gambaran tentang kemampuan siswa dalam membaca permulaan dan keaktifan
siswa selama mengikuti pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang termasuk dalam kategori sangat aktif berjumlah dua siswa yang
diketahui terlihat antusias, partisipatif, memiliki keberanian dalam menjawab
maupun mengajukan pertanyaan, memiliki sikap kemandirian dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti.
2) Siswa yang termasuk dalam kategori aktif berjumlah satu siswa yang pada
mulanya belum menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran, pada tahap
siklus I dan II mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 30% pada
kondisi awal, 50% pada siklus I, dan 60% pada siklus ke II.
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3) Berdasarkan hasil tes membaca permulaan dapat diketahui tingkat
kemampuan membaca siswa terhadap bacaan melalui metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh siswa. Sebanyak tiga siswa atau jumlah keseluruhan siswa sudah
mendapatkan nilai ≥ 70, hal ini menunjukkan semua siswa sudah paham
sepenuhnya melakukan penguraian dalam belajar membaca permulaan serta
telah dapat memahami/mengidentifikasi isi teks cerita dalam menjawab
pertanyaan pada lembar kerja siswa.
d. Tahap Refleksi
Data selama proses pembelajaran membaca permulaan digunakan sebagai
masukan dasar dalam melakukan tindakan pada pertemuan selanjutnya. Setiap
akhir pertemuan dari masing-masing siklus diadakan evaluasi atau tes mengenai
membaca permulaan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang didapat siswa
dalam pembelajaran membaca permulaan melalui penerapan metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS). Pada pembelajaran siklus I terdapat kekurangan atau
kelemahan yang nantinya dapat diatasi pada siklus II.
Berdasarkan refleksi tersebut, kemampuan membaca permulaan siswa sudah
menunjukkan peningkatan yang diharapkan yaitu tiga siswa atau seluruh siswa
mencapai nilai ≥ 70. Karena tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
adalah apabila 100% siswa dapat memperoleh nilai ≥ 70, dan 100% siswa aktif
dalam pembelajaran, maka tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil dan
penelitian dapat dihentikan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini akan menjabarkan tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian berdasarkan perumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan.
Pembahasan hasil penelitian tersebut meliputi meningkatnya kemampuan
membaca permulaan serta meningkatnya keaktifan siswa saat pembelajaran bahasa
Indonesia melalui penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus
dilaksanakan dalam empat tahapan, yakni (1) tahap perencanaan tindakan, (2)
tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap obervasi, dan (4) tahap refleksi. Pada siklus
I terdapat kekurangan dalam indikator mengajukan pertanyaan sesuai dengan teks
bacaan pada lembar kerja siswa romawi II untuk membuat sebuah kalimat tanya
mengenai isi teks cerita, perbaikan dari kelemahan tersebut sebaiknya diberi satu
contoh disertai penjelasan menggunakan metode SAS dalam menyusun kalimat
tanya. Selain itu kekurangan yang nampak di siklus I pada lembar kerja siswa
romawi III dalam menceritakan kembali isi teks cerita maka untuk tindakan
selanjutnya harus ada perbaikan yaitu memberikan 2 sampai 3 kalimat pancingan
agar siswa memiliki gambaran untuk menyusun sebuah teks cerita (20-25) kalimat.
Siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kemampuan
membaca permulaan anak berkesulitan belajar membaca kelas II semester II di SD
Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012, apabila diamati dimulai dari
nilai pra tindakan sampai tindak lanjut pada siklus I, dan II yang telah
dilaksanakan peneliti. Adapun data diperoleh peneliti seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Tes Membaca Permulaan pada Kemampuan Awal, Siklus I,Siklus II Anak Berkesulitan Belajar Membaca Kelas IISemester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran2011/2012.
Nama
Siswa
Kemampuan
Awal
Siklus I Siklus II Keterangan
An 47,5 62, 5 77,5 Meningkat dan Tuntas
Bg 40 67,5 72,5 Meningkat dan Tuntas
Rd 55 75 82,5 Meningkat dan Tuntas
% Tuntas 0% 33,3% 100% Meningkat dan Tuntas
% Peningkatan 33,3% 66,6%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Data pada tabel 4.6 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes membaca
permulaan yang dimulai dari nilai pra tindakan atau kemampuan awal siswa, siklus
I dan II. Berdasarkan tabel tersebut terlihat meningkatnya kemampuan membaca
permulaan pada anak berkesulitan membaca sejak diadakan siklus I dan II. Dilihat
dari hasil nilai pra tindakan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
kemampuan awal, terlihat bahwa dari semua siswa belum ada yang dapat
mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai 0%. Hasil tes membaca
permulaan di siklus I, persentase tuntas mencapai 33,3% atau meningkat sebesar
75% apabila dibandingkan dengan kemampuan awal. Hasil tes siklus II, persentase
tuntas sebesar 100% atau meningkat apabila dibandingkan dengan siklus I sebesar
66,6%. Apabila membandingkan siklus II dengan kemampuan awal, maka
peningkatan hasil adalah 100%.
Perbandingan hasil tes membaca permulaan apabila dilihat dari peningkatan
nilai masing-masing siswa dapat digambarkan ke dalam grafik histogram sebagai
berikut:
Grafik 4.6 Perbandingan Nilai Tes Membaca Permulaan dari Pra Tindakansampai Siklus II.
Hasil tes membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar membaca kelas
II semester II di SD Negeri Manahan Surakarta tahun ajaran 2011/2012 semester
genap dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut:
47.540
5562.5 67.5
7577.5 72.582.5
0102030405060708090
An Bg Rd
Nila
i
Nama Siswa
Nilai Pra tindakan, Siklus I dan II
Pra tindakan
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Grafik 4.7 Perbandingan Persentase Hasil Tes Membaca Permulaan dariPra tindakan sampai Siklus II.
Meningkatnya keaktifan anak berkesulitan belajar saat pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menerapkan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat
dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Perbandingan Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar MembacaKelas II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran2011/2012.
Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan
An 70% 90% Meningkat
Bg 50% 60% Meningkat
Rd 50% 90% Meningkat
Data tabel 4.7 di atas merupakan rekapitulasi observasi keaktifan siswa
terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran bahasa Indonesia, dimulai dari kondisi
pra tindakan, siklus I dan II.
Perbandingan tingkat keaktifan anak berkesulitan belajar membaca kelas II
semester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 pada
pembelajaran membaca permulaan dari kondisi pra tindakan sampai dengan siklus
II dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut:
0%
33%
100%
0%20%40%60%80%
100%120%
KemampuanAwal
Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Grafik 4.8 Perbandingan Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Membacadari Siklus I sampai Siklus II.
Melalui tindakan-tindakan tersebut, penelitian dikatakan berhasil
melaksanakan pembelajaran membaca permulaan melalui penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS). Hal ini ditunjukkan melalui penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat membantu siswa membaca permulaan
atau dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa. Penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) melalui pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya membaca permulaan dapat meningkatkan peran aktif siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Pembahasan ini akan mengkaji lebih lanjut
mengenai metode pembelajaran, sesuai dengan variabel penelitian skripsi ini.
Makna metode dalam ranah dunia pengajaran diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Surakhmad
(1994) mengatakan bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan
untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesis,
dengan menggunakan serangkaian alat-alat tertentu” (hlm. 131). Sedangkan
mengenai pengertian metode Wina Senjaya (2008) berpendapat, 21) “Metode
adalah cara dalam mencapai sesuatu atau a way in achieving something” (hlm. 21).
Keterkaitannya dengan pembelajaran, metode dapat diartikan sebagai cara-cara
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pros
enta
se
80
Grafik 4.8 Perbandingan Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Membacadari Siklus I sampai Siklus II.
Melalui tindakan-tindakan tersebut, penelitian dikatakan berhasil
melaksanakan pembelajaran membaca permulaan melalui penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS). Hal ini ditunjukkan melalui penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat membantu siswa membaca permulaan
atau dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa. Penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) melalui pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya membaca permulaan dapat meningkatkan peran aktif siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Pembahasan ini akan mengkaji lebih lanjut
mengenai metode pembelajaran, sesuai dengan variabel penelitian skripsi ini.
Makna metode dalam ranah dunia pengajaran diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Surakhmad
(1994) mengatakan bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan
untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesis,
dengan menggunakan serangkaian alat-alat tertentu” (hlm. 131). Sedangkan
mengenai pengertian metode Wina Senjaya (2008) berpendapat, 21) “Metode
adalah cara dalam mencapai sesuatu atau a way in achieving something” (hlm. 21).
Keterkaitannya dengan pembelajaran, metode dapat diartikan sebagai cara-cara
An Bg Rd
Nama Siswa
80
Grafik 4.8 Perbandingan Keaktifan Anak Berkesulitan Belajar Membacadari Siklus I sampai Siklus II.
Melalui tindakan-tindakan tersebut, penelitian dikatakan berhasil
melaksanakan pembelajaran membaca permulaan melalui penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS). Hal ini ditunjukkan melalui penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat membantu siswa membaca permulaan
atau dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa. Penerapan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) melalui pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya membaca permulaan dapat meningkatkan peran aktif siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Pembahasan ini akan mengkaji lebih lanjut
mengenai metode pembelajaran, sesuai dengan variabel penelitian skripsi ini.
Makna metode dalam ranah dunia pengajaran diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Surakhmad
(1994) mengatakan bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan
untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesis,
dengan menggunakan serangkaian alat-alat tertentu” (hlm. 131). Sedangkan
mengenai pengertian metode Wina Senjaya (2008) berpendapat, 21) “Metode
adalah cara dalam mencapai sesuatu atau a way in achieving something” (hlm. 21).
Keterkaitannya dengan pembelajaran, metode dapat diartikan sebagai cara-cara
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
untuk menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jabaran dari sebuah pendekatan
terhadap proses pembelajaran untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang
berkisar pada satu konsep berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan,
membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang paling berkaitan.
Penataan ururtan isi mengacu pada keputusan tentang bagaimana cara menata atau
menentukan ururtan konsep hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah
dipahami. Pendekatan pembelajaran penelitian ini melalui penggunaan metode
SAS secara terstruktur antara lain pelaksanaanya menampilkan struktur kalimat
secara totalitas, melakukan penguraian struktur kalimat dan mensintesis atau
menggabungkan kalimat pada struktur semula. Melalui tiga tahap tersebut dapat
memperjelas, mempermudah, anak berkesulitan belajar membaca untuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Metode ini juga mempunyai segi
kemenarikan untuk meningkatkan keaktifan siswa berkesulitan belajar membaca,
karena siswa secara langsung melakukan unjuk kerja melaui media papan flannel.
Bertolak dari pendapat atau uraian di atas metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan, salah satunya yaitu agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti
yang diharapkan. Ditinjau dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar
dan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca
permulaan anak berkesulitan belajar siswa kelas II semester II SD Negeri
Manahan Surakarta meningkat setelah mengikuti pembelajaran melalui penerapan
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Hasil tersebut relevan dengan pendapat
Nurjanah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan keefektifan
Metode Abjad, Metode Global, dan Metode SAS dalam proses belajar mengajar
membaca permulaan di sekolah dasar dapat disimpulkan bahwa Metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS) efektif digunakan dalam proses belajar mengajar membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
permulaan di Sekolah Dasar”. Proses pembelajaran membaca permulaan melaui
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat mendorong siswa untuk berperan
aktif selama mengikuti pembelajaran dengan cara guru atau peneliti memotivasi
siswa untuk melakukan penguraian teks cerita secara bertahap dengan bantuan
kata bergambar pada media papan flannel atau papan tulis. Hal ini relevan dengan
pendapat Sukartiningsih (2004) metode Struktural Analisis Sintetik melalui Media
Kartu Bergambar yang dikembangkan dalam pelaksanaannya memiliki
karakteristik dan spesifikasi tertentu yang sangat bermanfaat tidak saja untuk
menunjang kemampuan membaca dan menulis anak pada tahap yang paling awal,
namun juga menunjang keterampilan membaca dan menulis anak pada tahap
lanjut. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Rustono (2010) berdasarkan
analisis data diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan belajar membaca kelompok
siswa menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) lebih tinggi dari
kemampuan membaca kelompok siswa menggunakan metode kata global. Hal ini
menunjukkan pembelajaran menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS) lebih efektif daripada menggunakan metode kata global, baik bagi siswa
yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi maupun rendah. Metode pembelajaran
menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) diyakini sebagai
pendekatan yang sesuai kebutuhan perkembangan peserta didik serta
memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
Metode Struktural Analitik Sintetik memperhitungkan pengalaman bahasa
anak. Pengalaman bahasa anak dijadikan titik tolak belajar bahasa karena dengan
pengalaman bahasa anak sudah merasa akrab dengan sesuatu yang diketahui
sebelumnya. Selain itu metode ini menganut prinsip menemukan sendiri (inkuiri).
Prinsip ini ditekankan dalam proses belajar mengajar karena dengan prinsip ini
anak - anak mempunyai rasa kepercayaan pada kemampuannya sendiri. Keaktifan
siswa selama mengikuti pembelajaran dapat dilihat pada grafik 4.8 menunjukkan
peningkatan yang signifikan dari kondisi awal sampai dengan siklus II.
Selain untuk meningkatkan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran,
metode SAS juga dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam membaca
permulaan. Metode ini menerapkan prinsip ilmu bahasa umum (linguistik), bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
bentuk bahasa terkecil adalah kalimat, berupa klausa yang mengandung pikiran
lengkap. Membaca permulaan adalah suatu proses membaca dengan cara
membaca per huruf, per suku dan kata. Pada tingkatan membaca permulaan
pembaca belum memiliki kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih
dalam tahap belajar untuk memperoleh kemampuan membaca. Membaca
permulaan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan
inilah siswa dituntut untuk dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat yaitu:
kemampuan membunyikan lambang-lambang tulisan, penguasaan kosakata untuk
memberi arti, dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Membaca
permulaan dalam pengertian ini, Farida (2008) berpendapat, “Membaca permulaan
dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal” (hlm. 02). Membaca permulaan yang menjadi acuan
adalah membaca merupakan proses recoding atau merujuk pada kata-kata dan
kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyi sesuai dengan sistem
tulisan yang digunakan sedangkan decoding atau penyandian yaitu merujuk pada
proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata.
Pada umumnya kegiatan pembelajaran membaca permulaan di sekolah
dasar, biasanya guru menggunakan metode konvensional dan kurang menarik,
maka terdapat beberapa siswa yang mengalami hambatan atau kesulitan dalam
proses membaca. Kegiatan pembelajaran yang bersifat konvensional tersebut
misalnya, guru menulis huruf, kata dan kalimat di papan tulis kemudian siswa
diminta menirukan huruf, kata maupun kalimat yang ditunjuk sekaligus dilafalkan
oleh guru. Pada saat mengerjakan tugas, siswa diminta membuka buku pada
halaman tertentu untuk dibaca secara bersama-sama kemudian siswa menjawab
sesuai jawabannya secara mandiri. Kondisi tersebut akan menimbulkan kejenuhan
bagi beberapa siswa yang memiliki gangguan mengenai konsep bahasa, maka
siswa cenderung pasif dan tidak fokus melalui kegiatan belajar mengajar. Bagi
siswa berkesulitan belajar mereka mengalami suatu sindroma kesulitan dalam
mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang
berkenaan dengan waktu, arah dan masa.
Anak yang mengalami kesulitan belajar semuanya menunjuk pada adanya
gangguan pada fungsi otak, karena mereka mengalami kesulitan dalam memproses
informasi yang diterima di otak sehingga mereka sulit memahami bacaan yang
mereka baca. Hal ini menyebabkan mereka memiliki hasil belajar yang rendah
tidak sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Berdasar pernyataan di atas tersebut Yusuf (2005) menyatakan bahwa:
Anak dengan Problema Belajar adalah anak yang karena satu an lain halsecara signifikan menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan padaumumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimum,prestasi belajar yang dicapai berada di bawah potensinya sehingga merekamemerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapatkan hasilterbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya (hlm. 07).
Sesuai dengan pernyataan tersebut metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
merupakan metode yang baik untuk membantu siswa yang memiliki problema
belajar khususnya belajar membaca permulaan. Pembelajaran menggunakan
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) juga dapat meningkatkan peran aktif
siswa berkesulitan belajar membaca karena dapat mengatasi kejenuhan siswa
terhadap materi Bahasa Indonesia pokok bahasan membaca permulaan atau
membaca nyaring teks cerita melalui membaca gambar. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pendapat Sari (2010) bahwa peningkatan keterampilan membaca
permulaan dengan menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
melalui membaca gambar mengalami peningkatan dari tiap siklus. Selain itu
pembelajaran membaca permulaan menggunakan metode ini membuat siswa
tertarik untuk belajar menyusun, menguraikan serta menganalisa sebuah kalimat
yang sesuai dengan gambar pada media papan flannel/papan tulis. Siswa aktif
membongkar (menguraikan kalimat) kemudian memasangnya lagi
(menggabungkan kalimat), karena siswa memiliki rasa ingin tahu. Seperti halnya
pendapat Akhadiah, (1991/1992) menyatakan bahwa, “Setiap anak pada dasarnya
memiliki rasa ingin tahu, sehingga ia ingin mengubah, merusak, atau membongkar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
sesuatu” (hlm. 34). Sesuai pendapat tersebut para siswa merasa mudah belajar
membaca permulaan karena belajar secara konkret dan mereka akan memperoleh
pengalaman yang berarti. Supriyadi (1996) menyatakan, “Pengertian metode
Struktural Analitik Sintetik adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar
yang di dalamnya terkandung unsur analitik sintetik, dengan begitu anak merasa
lebih tertarik dalam belajar membaca meskipun anak mengalami kesulitan dalam
membaca” (hlm. 334-335).
Dilihat berdasarkan segi meningkatnya kemampuan membaca permulaan.
Pada kondisi awal nilai rata-rata dari ketiga siswa sebesar 47,5 dan pada siklus II
menjadi 77,5 sehingga terjadi peningkatan. Hal tersebut karena siswa aktif
membongkar atau menguraikan kembali kata/kalimat dengan prinsip inkuiri
(menemukan sendiri) melalui proses Struktural, Analitik, dan Sintetik dengan
bimbingan peneliti sehingga siswa mengenal dalam mengidentifikasi kalimat
untuk lebih merasa percaya diri. Sesuai dengan pendapat Djago Tarigan dalam
Sipu (2003: 10) bahwa “Metode SAS sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan
sendiri) dengan begitu siswa akan merasa lebih percaya diri atas kemampuan
sendiri. Sikap seperti ini akan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan
belajar.
Pembahasan di atas dapat disimpulkan berdasarkan data nilai dan hasil
observasi bahwa penerapan strategi Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak berkesulitan belajar
membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas bahwa penggunaan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) melalui pembelajaran membaca permulaan, terlihat
adanya peningkatan yang signifikan pada kemampuan membaca permulaan bagi anak
berkesulitan membaca. Hal tersebut dapat terlihat dari data hasil sebelum tindakan
rata-rata nilai siswa 47,5. Setelah diadakan tindakan rata-rata nilai siswa pada siklus I
sebesar 68,33, dan siklus II sebesar 77,5 yang menunjukkan keberhasilan untuk
mencapai ketuntasan minimal sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitian
ini. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan penelitian ini yang berbunyi:
Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca kelas II
semester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012, dapat terbukti
kebenarannya.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa proses pembelajaran sangatlah
diperlukan adanya pemikiran yang kreatif dalam memecahkan suatu masalah.
Pemikiran tersebut tidak hanya pada permasalahan membaca permulaan saja,
melainkan juga pada permasalahan lain yang sering terjadi di dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Salah satu wujud dari pemikiran kreatif tersebut yaitu pemilihan
serta penggunaan metode pembelajaran yang tepat bagi permasalahan yang sedang
dihadapi. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan atau rencana yang sudah disusun melalui bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berkaitan dengan pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan siswa melalui proses membaca permulaaan khususnya
pelajaran bahasa Indonesia dan prestasi siswa dibidang mata pelajaran yang lain pada
umumnya, upaya yang dapat dilakukan dengan menerapkan metode Struktural
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Analitik Sintetik (SAS) melalui pembelajaran bahasa Indonesia membuktikan
terjadinya peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan
belajar membaca kelas II semester II di SD Negeri Manahan Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012 terbukti mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran. Penerapan
metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) penelitian ini merupakan salah satu upaya
yang dilakukan untuk membuktikan efektivitas metode pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Metode ini dapat dijadikan
suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menyampaikan/menyajikan materi pelajaran
bahasa Indonesia pada pokok bahasan membaca permulaan/nyaring. Metode ini juga
dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa berkesulitan
belajar membaca pembelajaran bahasa Indonesia karena metode ini dapat
menciptakan kegiatan belajar aktif untuk membangun suatu pengalaman belajar
melaui prinsip inkuiri/menemukan sendiri. Untuk itu metode Struktural Analitik
Sintetik (SAS) perlu diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia
khusunya dalam membaca permulaan.
C. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dalam rangka untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia maka
peneliti dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Saran kepada Guru
Pembelajaran menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
meningkatkan hasil belajar serta peran aktif siswa berkesulitan belajar membaca
karena dapat mengatasi kejenuhan siswa terhadap materi bahasa Indonesia pokok
bahasan membaca permulaan atau membaca nyaring teks cerita melalui
membaca gambar.
a. Guru sebaikanya menerapkan metode SAS untuk menangani siswanya yang
mengalami kesulitan membaca khususnya membaca permulaan di kelas II
Sekolah Dasar dan berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menarik
serta menyenangkan melalui penerapan metode SAS agar siswa merasa
senang atau aktif mengikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman seorang guru untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan melalui metode
SAS di kelas II Sekolah Dasar.
2. Saran kepada Siswa
Berdasarkan hasil penelitian siswa lebih percaya diri menguraikan dan
menggabungkan kembali kata/kalimat melalui proses Struktural, Analitik,
Sintetik. Hal tersebut dilihat dari meningkatnya hasil keaktifan dan hasil belajar
membaca siswa dari tiap siklus.
a. Siswa sebaikanya selalu melatih keterampilan membaca menggunakan
metode SAS sendiri di waktu luang serta fokus dan sungguh-sungguh
memperhatikan guru selama mengikuti proses belajar mengajar.
b. Siswa hendaknya selalu terlibat secara aktif berpartisipasi membongkar dan
menyatukan kembali kartu huruf melalui metode SAS saat kegiatan belajar
mengajar agar siswa memperoleh prestasi belajar yang optimal dan lebih
merasa percaya diri.
3. Saran kepada Peneliti selanjutnya:
Diharapkan ada penelitian lanjutan yang lebih inovatif kaitannya tentang metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) untuk menagani anak berkesulitan belajar
membaca permulaan di sekolah yang berbeda.