faktor-faktor yang berhubungan dengan...

275

Click here to load reader

Upload: donhan

Post on 06-Feb-2018

278 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

BISINOSIS PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. ARGO PANTES

TBK. TANGERANG TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH:

RR. PUTRI ANNISYA AFFRIANY PRASETYO

NIM : 1112101000113

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S-1) Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2016

Rr. Putri Annisya A.P.

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Desember 2016

Rr. Putri Annisya Affriany Prasetyo, NIM: 1112101000113

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bisinosis Pada Pekerja

Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016.

xxv+165 halaman, 20 tabel, 7 gambar, 7 lampiran

ABSTRAK

Bisinosis adalah penyakit paru akibat kerja yang diakibatkan oleh pajanan

debu kapas di tempat kerja. Bisinosis masih menjadi masalah kesehatan di negara-

negara berkembang dan berkaitan erat dengan industri yang menghasilkan debu

kapas pada proses produksinya yaitu industri tekstil. Bahkan, pajanan debu kapas

pada industri tekstil dapat memberikan dampak yang luar biasa pada pekerja

apabila industri tekstil telah beroperasi selama puluhan tahun. PT. Argo Pantes

Tbk adalah salah satu perusahaan tekstil di Tangerang yang telah beroperasi

selama kurang lebih 44 tahun dan dalam proses produksinya menggunakan bahan

baku utama berupa katun alami dan katun campuran antara kapas dan polyester.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian bisinosis dan faktor-faktor yang

berhubungan kejadian bisinosis pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes

Tbk Tangerang Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2016 hingga

bulan September 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 130 orang responden.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer

yang didapat dengan menggunakan kuesioner ATS-DLD-78 A yang sudah

dilengkapi. Sementara teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji chi-square dan uji kruskal wallis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki

kemungkinan bisinosis tingkat ½ ada sebanyak 5 orang (3,8%), tingkat 1

sebanyak 2 orang (1,5%), dan tingkat 2 sebanyak 1 orang (0,8%). Selanjutnya

diketahui ada perbedaan signifkan antara konsentrasi/kadar debu kapas dengan

bisinosis (p value=0,021). Selain itu, diketahui pula bahwa sebanyak 48 (36,9%)

orang pekerja bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih

dari NAB.

Oleh karena itu, PT. Argo Pantes Tbk Tangerang diantaranya perlu

meningkatkan jumlah dan performa alat pengendali debu dan ventilasi penghisap

udara, menggunakan pompa hampa udara dalam melakukan pembersihan mesin,

memberikan APD berupa masker jenis N95 kepada pekerja di bagian produksi,

dan kembali melakukan pemeriksaan kesehatan berkala kepada pekerja.

Daftar bacaan : 90 (1983-2016)

Kata kunci : Bisinosis, Debu Kapas, Penyakit Paru Akibat Kerja

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

iv

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MAJOR

Minithesis, December 2016

Rr. Putri Annisya Affriany Prasetyo, NIM: 1112101000113

Factors Associated with Byssinosis Case Among Production Department

Workers in Argo Pantes Tangerang Inc, 2016

xxv+165 pages, 20 tables, 7 pictures, 7 attachments

ABSTRACT

Byssinosis is an occupational lung disease caused by cotton dust exposure

in the workplace. Byssinosis is one of the health problems in developing countries

and firmly related with industry that producing cotton dust during its production

process, namely textile industry. Moreover, if the textile industry has been

operated for decades, the exposure of cotton dust can provide tremendous impact

among the workers. Argo Pantes Tangerang Inc is one of the textile industry in

Tangerang that has been operated for approximately 44 years and using the

natural cotton and polyester-natural cotton-blended cotton as the raw material of

its production process.

This study is a cross sectional study that aims to reveal the byssinosis case

and factors associated with byssinosis case among the production department

workers of Argo Pantes Tangerang Inc year 2016. This study was conducted from

May 2016 to September 2016 with130 respondents as the sample. Primary data

source that collected by using the equipped ATS-DLD-78 A questionnaire is one

of the data sources that used in this study. While, data analysis techniques that

used in this study are chi-square test and kruskal wallis test.

The result of this study shows that there are 5 workers (3,8%) who have

possibility of suffering grade ½ of byssinosis symptom, 2 wokers (1,5%) have

possibility of suffering grade 1 of byssinosis symptom, and 1 worker (0,8%) have

possibility of suffering grade 2 of byssinosis symptom. Furthermore, its also

shows that there is association between cotton dust level/concentration and

byssinosis symptom (pvalue=0,021). Besides that, there are 48 workers (36,9%)

who work at work area with TWA exceed of cotton dust level/concentration.

Therefore, Argo Pantes Tangerang Inc need to improves the number and

performance of dust control equipment and air ventilation, using vacuum pump

for cleaning the machines, provides N95 respirators for the production

departmenst workers as the PPE, and re-perform the periodic medical

examinations of workers.

Reading List : 90 (1983-2016)

Keywords : Byssinosis, Cotton Dust, Occupational Lung Disease

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

BISINOSIS PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. ARGO PANTES

TBK. TANGERANG TAHUN 2016

Telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Desember 2016

Oleh:

Rr. Putri Annisya Affriany Prasetyo

NIM. 1112101000113

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Iting Shofwati S.T., M.KKK

NIP. 19760808 200604 2 001 Izzatu Millah, S.K.M, M.KKK

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIADAYATULLAH JAKARTA

1438/2016 H

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RR. PUTRI ANNISYA AFFRIANY PRASETYO

NIM. 1112101000113

Jakarta, Desember 2016

Penguji I,

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

NIP. 19530730 198011 1 001

Penguji II,

dr. Toni Wandra, M.Kes, Ph.D

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

vii

CURRICULUM VITAE (CV)

PERSONAL DATA

Nama : R. Putri Annisya Affriany Prasetyo

Tempat, Tanggal, Lahir : Jakarta,23 April 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Taman Palem Kuning No. 3,

RT/RW 04/19, Palem Kuning,

Karawaci, Tangerang

Telepon : 085718229998

Email : [email protected]

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

SEKOLAH/UNIVERSITAS TAHUN

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK).

Ciputat, Tangerang Selatan

2012-Sekarang

SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School (SMAN CMBS)

Jurusan IPA

Kuranten, Pandeglang

2009-2012

PENGALAMAN ORGANISASI

ORGANISASI/JABATAN TAHUN

Relawan Blood For Life Indonesia (Blood4lifeId/BFL Indonesia)

- Divisi Edukasi (DDI Rangers)

- Blood For Life Indonesia Chapter Tangerang

2016-Sekarang

Sekretaris Umum (General Secretary) FSK3 2015 (Forum Studi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2015

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

viii

Member of Sahabat Beasiswa Chapter Jakarta 2014-Sekarang

Pengurus FSK3 2014 (Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan

Kerja) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Departemen Science

2014

Anggota TCYC (Tobacco Control Youth Community) dibawah

naungan TCSC IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat

Indonesia)

2014-Sekarang

Pengurus BEM Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

- Departemen Pendidikan Penelitian dan Keilmuan (P2K)

- Penanggung Jawab Sementara Bendahara

- Bendahara Departemen Pendidikan Penelitian dan Keilmuan

(P2K)

- Sekretaris Departemen Pendidikan Penelitian dan Keilmuan

(P2K)

2013-2014

2013-2014

2014

2014

2013

Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Komisariat Fakultas Kesehatan (Komfakes)

2012-Sekarang

Koordinator II Divisi Kesehatan dan Olahraga

(ATMOSPHERE) OSIS SMAN CMBBS

2010-2011

Anggota Ekstrakurikuler Paduan Suara SMAN CMBBS 2009-2011

Anggota Ekstrakurikuler Tradisional Art (Tari Saman) SMAN

CMBBS

2009-2011

Anggota Ekstrakurikuler Kimia (Chemistry Club) SMAN

CMBBS

2010-2011

PENCAPAIAN

(PELATIHAN/WORKSHOP/SEMINAR/EXCHANGE/UJI KOMPETENSI)

PENCAPAIAN TAHUN

Peserta Interactive Training Contractor Safety Management

System (CSMS) oleh PT. Safety Training Solusindo

2016

Peserta Seminar OHS Sharing Knowledge 2016 “Pelatihan 2016

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

ix

Penggunaan Alat Pengukuran Higiene Industri” bersama Petrolab

Peserta Seminar Pengembangan Profesi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Tahun 2016 “Langkah Tepat dan Cermat,

Pejalan Kaki Selamat”

2016

Peserta Seminar Profesi Promosi Kesehatan “Waspada Zika:

Temukan Strategi Pencegahannya”

2016

Peserta Seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional

“Strategi Peningkatan Performa K3 Organisasi di Era Masyarakat

Ekonomi ASEAN ditinjau dari Aspek Manusia”

2016

Trainee dalam On the Job Training Program PT. TJB Power

Services PLTU Tanjung Jati B Unit 1 & 2

2016

Peserta Kajian Ilmu K3 Bersama/Pelatihan Mengenai

“Pengenalan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015

dan Contoh Implementasinya”

2016

Peraih Nilai Terbaik Nasional Ke I Pada Uji Kompetensi Sarjana

Kesehatan Masyarakat Indonesia Periode Desember 2015 yang

Diselenggarakan oleh Komite Nasional UKSKMI

2015

Peserta Workshop “Risk Assessment in the Workplace” oleh

Fairuz Artha Sejahtera Safety and Health Occupational Company

2015

Peserta Workshop “Management of Fire Safety” oleh Fairuz

Artha Sejahtera Safety and Health Occupational Company

2015

Peserta Pelatihan Riset dan Lomba Karya Ilmiah yang

diselenggarakan oleh Bagian Kemahasiswaan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2015

Peserta Capacity Building Forum Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

tema “How to Deal With Hard People”

2015

Exchange Participant of REAP Project on Global Community

Development Program in Manila, Philippine. This program is

established and organized by AIESEC UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta and AIESEC Ateneo de Manila University

2014

Peserta Tobacco Control Youth Camp: Pelatihan Advokasi Bagi

Mahasiswa dengan tema “Membangun Kerangka Kerja dan Peran

Strategis Mahasiswa dalam Upaya Advokasi Pengendalian

Tembakau yang diselenggarakan oleh TCSC IAKMI

2014

Peserta IMA Youth Forum Part of Indonesia MDG Awards 2013

yang diselenggarakan oleh The Office of The President’s Special

Envoy on Milennium Develompent Goals Republic of Indonesia

2014

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

x

Peserta Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat “Upaya

Menghadapi Tantangan Kesehatan Masyarakat Indonesia Post

MDGs: Healthy People – Healthy EnvironmentI”

2014

Peserta Research Training (Pengumpulan Data, Manajemen Data,

dan Analisis Data Univariat dan Bivariat) BEM Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014

Peserta Workshop “Ergonomics in The Workplace” oleh Fairuz

Artha Sejahtera Safety and Health Occupational Company

2014

Peserta Workshop “Safety in The Process Industries” oleh Fairuz

Artha Sejahtera Safety and Health Occupational Company

2014

Enumerator Penelitian Program Studi Kesehatan Masyarakat di 3

desa binaan FKIK (Buaran, Pamulang/Reni Jaya, Rempoa)

bekerjasama dengan Departemen P2K BEM Kesehatan

Masyarakat

2013-2014

Peserta Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50

Tahun 2012 yang diselenggarakan oleh PT. Sinergi Solusi

Indonesia dan FSK3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014

Peserta Talkshow Nasional Peringatan Hari AIDS se-Dunia 2012

“Say Hi to AIDS”

2012

Peserta Seminar “Kajian Ilmu K3 Bersama: Basic Safety

Awareness & Contractor Safety Management System” oleh FSK3

UIN Jakarta

2012

Peserta Seminar Publik “Bongkar Skandal Century Menuju

Indonesia Tanpa Korupsi” yang diselenggarakan oleh LPUI-

Kastrat Kammi UIN dan BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2012

Peserta Kegiatan Sosialisasi Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika yang diselenggarakan oleh

Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia berkerja sama

dengan BEM Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2012

Peserta Pelatihan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita Melalui

Penggunaan Media Lembar Putar Pada Mahasiswa Kesehatan

Masyarakat Dalam Rangka Peningkatan Gizi Balita di Kelurahan

Rempoa, Kecamatan Timur, Tangerang Selatan

2012

Peserta Pelatihan Konseling Gizi Melalui Penggunaan Media

Lembar Balik Pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Dalam

Rangka Peningkatan Gizi Balita di Kelurahan Rempoa,

Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan

2012

Peserta Lomba Saman dalam event Sonic Linguistic MAN Insan

Cendekia Boarding School

2010

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xi

Peserta Lomba Writing Competition Bulan Bahasa SMAN

CMBBS

2010

Peserta Lomba Vocal Group UNSERA 2010

PENGALAMAN KEPANITIAAN

Ketua Tim Peneliti Seminar Pengembangan Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

Master of Ceremoy (MC)/Pembawa acara dalam Seminar Beasiswa dan Launching

Sahabat Beasiswa Chapter Jakarta Tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Sahabat

Beasiswa Chapter Jakarta dan HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2015

Master of Ceremony (MC)/Pembawa acara dalam acara Kongres FSK3 (Forum Studi

Keselamatan Kesehatan Kerja) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

Anggota divisi acara dalam kepanitian Entrepreneurship Festival BEM Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anggota divisi Kesehatan dalam Kepanitian Penguatan Keorganisasian dan Silaturahim

Mahasiswa (PKSM) BEM Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anggota divisi konsumsi kepanitiaan Safety Building Training BEM Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anggota divisi Perlengkapan kepanitiaan seminar dan kajian RUU Nakes BEM

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Koordinator divisi Konsumsi kepanitiaan Pelatihan Skrinning BEM Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Koordinator divisi acara kepanitiaan Running BEM “Team Building dan RaKer” BEM

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anggota divisi Konsumsi kepanitiaan Penyuluhan PHBS BEM Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anggota divisi PHD kepanitiaan BONGKAR BEM Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Panitia kegiatan “Pelatihan dan Aplikasi Screening” BEM Kesehatan Masyarakat UIN

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xii

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

Panitia dalam acara “Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2013, Go Ahead

Attack Cigarrete; Peran Mahasiswa Kesehatan dalam Dukungannya terhadap Aksesi

FCTC untuk Indonesia Sehat”

Anggota divisi Acara kepanitiaan Penutupan PSO dan bulan OPAK BEM Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013

Sekretaris Kepanitiaan Research Training “Pengumpulan, Manajemen, dan Analisis

Data” BEM Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bendahara kepanitiaan Gerakan Kesehatan Masayarakat Mengabdi “Ayo Mengenal

Buah dan Sayur” BEM Kesehatan Masayarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2013

Bendahara kepanitiaan LKTM BEM Kesehatan Masayarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2013

Bendahara kepanitiaan OPAK Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2013

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xiii

KATA PENGANTAR

بسمهللالرحمنالرحيم

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji dan syukur ke hadirat AllAH

SWT, Tuhan semesta alam, yang berkat rahmat, karunia, dan ridho-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Bisinosis Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk.

Tangerang Tahun 2016”.

Penulis menyadari bahwa penulis telah mendapatkan banyak dukungan

dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dari

itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga, terutama kedua orang tua, mama (Ibu Tuty Herawati) dan Papa (R.

Bambang Agus Prasetyanto,S.Kom), kedua adik penulis (R. Dwi Pandu

Prasetyo Putro dan Rr. Tri Utami Syarah Prasetyo Putri), alm. Mbah kakung,

mbah Putri, macil, nenek, alm. Aki Poedjo, dan seluruh keluarga besar

penulis, atas doa, kasih sayang, cinta, pengorbanan, dukungan, semangat, dan

motivasi yang senantiasa dicurahkan kepada penulis sehingga penulis dapat

menggapai jenjang pendidikan perguran tinggi dan menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xiv

4. Ibu Dr. Iting Shofwati, ST, M.KKK selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu

Izatu Millah, SKM, M.KKK selaku dosen pembimbing 2 yang telah

memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing, memberi ilmu,

memberi arahan, serta memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

5. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D, dr. Yuli Prapanca, MARS, dan dr. Mukhtar Ikhsan,

SpP(K) selaku penguji dalam seminar hasil/sidang skripsi yang telah

meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji serta memberi masukan,

saran, perbaikan, dan ilmu kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu-ilmu dan pengajaran yang

telah diberikan.

7. Bapak Efendi selaku staff HRD PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang dan dr. Tri

selaku dokter perusahaan PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang yang telah

memberi izin, bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis dalam

melakukan penelitian di PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang.

8. Kak Nur Najmi Laila, SKM, M.Kes selaku laboran K3 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberi izin menggunakan alat laboratorium

K3 serta turut mendampingi, membantu, dan memberi arahan kepada penulis

dalam proses pengukuran konsentrasi/kadar debu kapas di PT. Argo Pantes

Tbk. Tangerang.

9. Bapak Yunus, Bapak Margono, Bapak Arifin, Bapak Dodit, Bapak Timan,

Bapak Darmaji, Bapak Totok, Bapak Suroso, Bapak Abu Sofyan, Bapak Lili,

Bapak Suistoyo, Mbak Bibah, dan Mas Franky selaku kepala unit, shift

leader, dan staff administrasi unit yang sangat kooperatif, serta telah

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xv

memberi izin, bantuan, dan dukungan kepada pennulis dalam melakukan

pengumpulan data.

10. Sahabat tercinta Amaliah Nurrizqi dan adik kelas tercinta Mia Amalia atas

dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini serta

bantuan yang diberikan kepada penulis dalam proses pengumpulan data.

11. Sahabat-sahabat tecinta penulis Alm. Kak Hasanah Putri (Kak Nacil), Halida

Muthia, Anis Rohmana Malik, Intan Permata Sari, dan Cholifatun Nisa atas

bantuan moral, dukungan, serta semangat yang diberikan kepada penulis

selama ini.

12. Teman-teman Cngers (Kelas C), K3, dan Kesehatan Masyarakat 2012 yang

saling menguatkan dan menyemangati satu sama lain.

Semoga AllAH SWT senantiasa membalas kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis dengan limpahan rahmat, rezeki, kasih sayang, kesehatan, dan

perlindungan. Aamiiin Ya Robbal Alamiiin.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan yang ada dalam

skirpsi ini. Maka dari itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat

diperlukan dan diharapkan oleh penulis agar dapat dijadikan pembelajaran dan

masukan oleh penulis di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membaca. Semoga AllAH SWT

senantiasa membimbing, meridhoi, dan menuntun langkah kita semua. Amiin Ya

Robbal Alamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2016

Rr. Putri Annisya A.P.

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xvi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... vi

CURRICULUM VITAE (CV) .............................................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xx

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxiii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

1. Tujuan Umum .......................................................................................... 9

2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11

1. Bagi Peneliti Lain ................................................................................... 11

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ........................................... 11

3. Bagi PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang .................................................. 11

4. Bagi Pekerja ........................................................................................... 12

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xvii

F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14

A. Bisinosis ..................................................................................................... 14

1. Definisi Bisinosis ................................................................................... 14

2. Etiologi Bisinosis ................................................................................... 14

3. Patogenesis Bisinosis ............................................................................. 16

4. Gejala dan Karakteristika Penyakit Bisinosis ........................................ 18

5. Diagnosis Penyakit Bisinosis ................................................................. 21

6. Klasifikasi Bisinosis Menurut Tingkat (Grade) ..................................... 24

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bisinosis .................................. 26

1. Konsentrasi/Kadar Debu Kapas ............................................................. 26

2. Penggunaan APD (Penggunaan Masker) ............................................... 31

3. Masa kerja .............................................................................................. 33

4. Kebiasaan Merokok ................................................................................ 35

5. Status Gizi .............................................................................................. 40

6. Umur Pekerja .......................................................................................... 42

7. Jenis Kelamin ......................................................................................... 45

8. Tingkat Pendidikan ................................................................................ 48

C. Pencegahan dan Tatalaksana Bisinosis ...................................................... 49

1. Pencegahan ............................................................................................. 49

2. Tatalaksana ............................................................................................. 51

D. Industri Tekstil ........................................................................................... 52

E. Kerangka Teori ........................................................................................... 54

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................ 55

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 55

B. Definisi Operasional .................................................................................. 56

C. Hipotesis .................................................................................................... 59

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xviii

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 60

A. Desain Penelitian ....................................................................................... 60

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 60

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 60

D. Pengumpulan Data ..................................................................................... 64

E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 67

F. Pengolahan Data ......................................................................................... 75

G. Analisa Data ............................................................................................... 85

BAB V HASIL ..................................................................................................... 89

A. Proses Produksi di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang ................................. 89

a) Bahan Baku dan Bahan Penolong .......................................................... 89

b) Proses Produksi dan Hasil Produksi ....................................................... 89

B. Analisis Univariat ...................................................................................... 97

a) Gambaran Bisinosis Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk.

Tangerang ................................................................................................... 97

b) Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bisinosis Pada

Pekerja PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang ................................................ 100

C. Analisis Bivariat ....................................................................................... 107

a) Hubungan Antara Konsentrasi/Kadar Debu Kapas, Kebiasaan Merokok,

Status Gizi, Umur, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan dengan

Bisinosis Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang.

108

b) Hubungan Antara Masa Kerja dan Bisinosis Pada Pekerja Bagian

Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang. .............................................. 112

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 113

A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 113

B. Gambaran Kejadian Bisinosis Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang ..................................................................................... 114

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xix

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bisinosis Pada Pekerja Bagian

Produksi PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang ..................................................... 119

1. Hubungan Antara Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dan Bisinosis ...... 119

2. Penggunaan APD Pekerja .................................................................... 138

3. Hubungan Antara Masa Kerja dan Bisinosis ....................................... 140

4. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Bisinosis .......................... 141

5. Hubungan Antara Status Gizi dan Bisinosis ........................................ 143

6. Hubungan Antara Umur Pekerja dan Bisinosis .................................... 145

7. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Bisinosis ................................... 146

8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Bisinosis .......................... 148

BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 150

A. Simpulan .................................................................................................. 150

B. Saran ........................................................................................................ 151

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 154

LAMPIRAN ........................................................................................................ 165

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Bisinosis Menurut Tingkat (Grade) .................................... 25

Tabel 2.2 Tingkat Bisinosis, Perubahan Akut, dan Nilai FEV 1,0 Terhadap

Prediksi ................................................................................................................. 25

Tabel 2.3 Occupational Exposure Limits untuk Debu Kapas ............................... 31

Tabel 2.4 Permissible Exposure Limits for Cotton Dust for Different Work Areas

............................................................................................................................... 31

Tabel 2.5 Klasifikasi BMI Internasional untuk Orang Dewasa ............................ 41

Tabel 2.6 Pembuatan Produk Tekstil .................................................................... 52

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 56

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel Pada Setiap Variabel/Faktor Risiko

Penelitian ............................................................................................................... 61

Tabel 4.2 Rangkaian Kegiatan Pengumpulan Data .............................................. 65

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Bisinosis Menuut Tingkat Bisinosis di PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 ...................................................................... 98

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut Gejala Penyerta Bisinosis di PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 ...................................................................... 99

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Konsentrasi/Kadar Debu Kapas, penggunaan APD,

kebiasaan Merokok, Status Gizi, Umur, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan di

PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang Tahun 2016 ................................................... 100

Tabel 5.4 Distribusi Konsentrasi/Kadar Debu Kapas Per Unit dan Per Area Kerja

Unit Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 ............................. 101

Tabel 5.5 Distribusi Jenis Masker yang Digunakan Pekerja Bagian Produksi di

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 .................................................... 103

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xxi

Tabel 5.6 Distribusi Lama Merokok dan Rata-Rata Batang Rokok per Hari

Pekerja di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 ................................... 105

Tabel 5.7 Distribusi Status Merokok Pekerja di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

Tahun 2016 ......................................................................................................... 106

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja di PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang Tahun 2016 ....................................................................................... 107

Tabel 5.9 Hubungan Konsentrasi/Kadar Debu Kapas, Kebiasaan Merokok, Status

Gizi, Umur, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan dengan Bisinosis Pada

Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 ............ 108

Tabel 5.10 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Bisinosis Pada Pekerja Bagian

Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 ..................................... 112

Tabel 6.1 Existing Control dan Additional Control Pada Area Kerja ................ 121

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................................. 54

Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 55

Gambar 4.1 Tampilan Layar EPAM-5000 Saat Proses Run Sampling ................ 74

Gambar 5.1 Alur Kegiatan Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang ................ 97

Gambar 5.2 Konsentrasi/Kadar Debu Kapas di Area Kerja Produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang ......................................................................................... 102

Gambar 5.3 Kebiasaan Penggunaan Masker Pekerja.......................................... 103

Gambar 5.4 Sumber Kepemilikan Masker .......................................................... 104

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Layout titik pengukuran konsentrasi/kadar debu kapas dengan menggunakan

EPAM-5000 pada masing-masing area kerja

3. Dokumentasi Gambar (Foto)

4. Hasil Output SPSS

5. Hasil Ouput EPAM 5000

6. Surat Balasan dari PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

7. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang oleh

Unilab

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

xxiv

DAFTAR ISTILAH

ACGIH : American Conference of Governmental Industrial

Hygienists

APD : Alat Pelindung Diri

CEN : European Committee for standardization/ Comité

Européen de Normalisation

FEV : Forced Expiratory Flow (Volume Ekspirasi Paksa)

ILO : International Labor Organization

ISO : International Organization for Standardization

ITPT : Industri Tekstil dan Produk Tekstil

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indoenesia

NAB : Nilai Ambang Batas

NIOSH : National Institute of Occupational Safety and Health

PAK : Penyakit Akibat Kerja

Permanakertrans RI : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Republik Indonesia

SNI : Standar Nasional Indonesia

UK : United Kingdom

US : United State

WHO : World Health Organization

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

Kemendagri : Kementerian Dalam Negeri

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya tentu memiliki risiko dan

bahaya yang dapat menyebabkan berbagai masalah potensial di tempat kerja

terjadi. Penyakit Akibat Kerja (PAK) merupakan salah satu masalah kesehatan

potensial pada pekerja di tempat kerja, dimana ILO memperkirakan bahwa

setiap tahun terjadi 160 juta penyakit-penyakit baru akibat kerja (Kementerian

Kesehatan RI, 2015d, ILO, 2008). Di Indonesia, jumlah kasus penyakit akibat

kerja pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 40.694 kasus dari tahun

2013 yang mencapai 97.144 kasus. Namun, tingkat partisipasi angkatan kerja

di Indonesia mengalami peningkatan. Hal tersebut diperoleh dari data tingkat

partisipasi angkatan kerja yang menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja

pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 69,2% dari tahun 2012 yang

hanya mencapai 66,9% (Kementerian Kesehatan RI, 2015d).

Saat ini, menderita luka dan terkena penyakit akibat kerja dianggap

merupakan hal yang umum terjadi dalam dunia kerja (ILO, 2008). Padahal,

ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-

kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun mencapai lebih

dari US$ 1.25 triliun yang itu artinya sama dengan 4% dari Produk Domestik

Bruto (GDP) dunia atau lebih dari 20 kali dana bantuan pembangunan resmi

(Markkanen, 2004). Maka dari itu, berbagai upaya untuk mencegah,

menemukan/mendeteksi, dan mengendalikan PAK harus senantiasa dilakukan

oleh berbagai industri/perusahaan.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

2

Ada berbagai macam atau jenis PAK salah satunya adalah penyakit

saluran pernapasan/penyakit paru akibat kerja (seperti pneumokoniosis,

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), dan asma akibat kerja)

(Lastriawati dan K., 2015). NIOSH memperkirakan angka kematian yang

terkait dengan penyakit paru akibat kerja (occupational lung disease)

mencapai sekitar 705 dari total kematian akibat kerja (Dwi, 2013). Penyakit

paru akibat kerja juga telah tercatat keberadaannya sejak sangat lama karena

telah tercatat di dalam catatan sejarah kuno (Alemu dkk., 2010). Sehingga

dapat dikatakan, penyakit paru akibat kerja memberikan dampak yang besar

terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup (produktivitas) pekerja.

Berkaitan dengan penjelasan pada paragraf sebelumnya, ILO menyatakan

bahwa salah satu penyakit paru akibat kerja yang paling banyak diderita oleh

pekerja adalah Pneumokoniosis (Kementerian Kesehatan RI, 2015a).

Berdasarkan Surveillance of Work-Related and Occupational Respiratory

Disease (SWORD) yang dilakukan di Inggris secara rutin, diketahui bahwa

Pneumokoniosis hampir selalu menduduki peringkat 3-4 setiap tahunnya

(Susanto, 2012). Sementara berdasarkan data dari ILO tahun 2013, sebanyak

30% sampai 50% pekerja di negara berkembang menderita pneumokoniosis

(Kementerian Kesehatan RI, 2015a). Pneumokoniosis digunakan untuk

menyatakan berbagai keadaan salah satunya adalah kelainan yang ditimbulkan

oleh debu organik seperti debu kapas yang kemudian lebih dikenal dengan

istilah bisinosis (Susanto, 2012).

Saat ini, bisinosis masih merupakan masalah kesehatan kerja yang perlu

mendapat perhatian sebab prevalensi bisinosis masih tinggi di negara-negara

berkembang, meskipun di negara-negara maju prevalensinya telah mengalami

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

3

penurunan yang signifikan (Hinson dkk., 2014, Chauhan dkk., 2015).

Pernyataan tersebut didukung oleh data yang menunjukkan bahwa

prevalensi/rate bisinosis di berbagai negara bervarasi. Di UK, rate bisinosis

hanya mencapai 3%, sementara di Turki berdasarkan penelitian-penelitian

yang telah dilakukan prevalensi bisinosis di negara tersebut mencapai 14,2%,

sedangkan di Indonesia, Sudan, dan India rate bisinosisnya mencapai 30-50%

(Hinson dkk., 2014, Farooque dkk., 2008).

Meski belum ada data prevalensi bisinosis nasional secara resmi dan detail

di Indonesia, namun data prevalensi bisinosis dapat dilihat dari hasil penelitian

yang telah dilakukan pada bebagai industri. Seperti halnya penelitian

Baratawidjaja pada tahun 1989 di Pabritex Senayan yang menunjukkan

prevalensi bisinosis disana adalah sebesar 21,60% (54 dari 250 karyawan)

(Baratawidjaja, 1989). Penelitian yang dilakukan oleh Karnagi pada tahun

1996 di PT. Sandratex Jakarta menunjukkan bahwa prevalensi bisinosis pada

pabrik tersebut mencapai 27,3% (Karnagi, 1996). Wahab pada tahun 2001

dalam penelitiannya di sebuah pabrik tekstil di Semarang menunjukkan bahwa

prevalensi bisinosis disana adalah sebesar 26,2% (Wahab, 2001).

Kemudian, penelitian Hendarta tahun 2005 di sebuah pabrik tekstil di

Bogor menghasilkan prevalensi bisinosis di tempat tersebut mencapai 11,1 %

(9 dari 81 pekerja) (Hendarta, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Hartati

pada tahun 2013 di pengolahan kapas UD. Tuyaman Kabupaten Kendal

menunjukkan bahwa prevalensi bisinosis disana adalah sebesar 55% (Dwi,

2013). Sementara Syahputra dkk dan Mulyati dkk pada tahun 2015 dalam

masing-masing penelitiannya pada Sebuah pabrik X Pembuat Tilam di Kota

Medan dan pada sebuah industri tekstil PT. Grandtex Bandung menyatakan

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

4

bahwa prevalensi bisinosis di masing-masing tempat tersebut mencapai

kemungkinan 77% (36 orang) dan 18,75 % (15 orang dengan gejala bisinosis

positif dan fungsi paru tidak normal) (Syahputra dkk., 2015, Mulyati dkk.,

2015).

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, dapat

diketahui bahwa kejadian bisinosis sangat berkaitan erat dengan industri yang

banyak menghasilkan debu kapas pada proses produksinya. Seperti halnya

Alemu dkk (2010) yang menyatakan bahwa industri yang berhubungan

dengan proses pengolahan kapas khususnya pabrik kain dan benang adalah

yang paling berhubungan dengan paparan debu kapas pada pekerja (Alemu

dkk., 2010). Selain itu, Cauhan dkk (2015) juga menyatakan bahwa kejadian

bisinosis telah dilaporkan oleh negara-negara yang memiliki industri tekstil.

Kemudian, Suma’mur P.K (2014) menyatakan bahwa bisinosis tidak menjadi

masalah penting selama perusahaan-perusahaan tekstil baru beroperasi selama

beberapa tahun, namun akan berdampak sangat luar biasa pada pekerja apabila

perusahaan tekstil sudah beroperasi selama puluhan tahun.

PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang adalah salah satu perusahaan manufaktur

di Indonesia yang bergerak di bidang industri tekstil. PT. Argo Pantes Tbk

merupakan salah satu produsen tekstil berkualitas terkemuka di Indonesia. PT.

Argo Pantes telah beroperasi selama kurang lebih 44 tahun sejak diresmikan

pada tanggal 22 Juli 1972. Pada mulanya PT. Argo Pantes yang bernama PT.

Daya Manunggal Tangerang berfokus pada proses pertenunan (weaving).

Namun dikarenakan kala itu prospek pabrik pemintalan sedang berjalan

dengan baik, maka pada tanggal 12 Juli 1977 perusahaan mendirikan parbik

spinning sebanyak 2 unit dan berganti nama menjadi PT. Argo Pantes.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

5

Selanjutnya pada tahun 1980 PT. Argo Pantes kembali membangun pabrik

weaving (pertenunan) dan dyeing finishing (pencelupan kain) (Alpiah, 2015).

PT. Argo Pantes telah memenuhi standar Internasional (tersertifikasi) ISO

9002 dan ISO 14001 dari SGS Indonesia. Selain itu, PT. Argo Pantes juga

telah memperoleh sertifikat “Best Delivery Performance” dan “Best Vendor

Reward”. Adapun proses produksi tekstil yang ada di PT. Argo Pantes terdiri

dari Spinning, Yarn Dyeing, Weaving, dan Dyeing Finishing dengan bahan

baku utama yang digunakan adalah bahan baku katun dan katun campuran

kapas dan polyester (Alpiah, 2015).

Berdasarkan data angka kunjungan berobat tahunan tahun 2015 dan data

hasil pengukuran lingkungan kerja oleh PT. Unilab Perdana pada lingkungan

kerja PT. Argo Pantes, diperoleh informasi bahwa golongan penyakit yang

paling banyak diderita karyawan PT. Argo Pantes adalah penyakit pernapasan

dengan total kunjungan berobat sebanyak 1.121 (30%) dan kadar debu total

yang terdapat di lingkungan kerja unit 8 winding spinning 3 (SP-3), unit 7 ring

spinning SP-3, unit 3 winding SP-1, unit 5 blowing SP-1, unit 8 blowing SP-3,

unit 9 RTW yarn processing, unit 11 tenun AJL weaving 1, unit 4 ring

spinning SP-1, serta unit 10 PAD steam fabric processing masing-masing

mencapai 4 mg/m3, 3 mg/m3, 2 mg/m3, 2 mg/m3, 2 mg/m3, 1 mg/m3, 1 mg/m3,

1 mg/m3, dan 0,2 mg/m3.

Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan

diketahui bahwa dari 30 orang pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang 8

orang pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0 yang disertai gejala

penyerta dan 1 orang pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat ½ yang

disertai dengan gejala penyerta. Kemudian, berdasarkan hasil pengukuran

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

6

konsentrasi/kadar debu kapas sebagai studi pendahuluan, dapat diketahui

bahwa pada bagian Winding unit Spinning 3 konsentrasi/kadar debu kapasnya

mencapai 0,317 mg/m3, pada bagian tenun unit weaving konsentrasi/kadar

debu kapasnya mencapai 0,260 mg/m3, dan pada bagian Soft Winder unit Yarn

Processing (Yarn Dyeing) konsentrasi/kadar debu kapasnya mencapai 0,104

mg/m3. Sementara di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

no. 13 Tahun 2011 dan SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas

(NAB) zat kimia di udara tempat kerja, tertulis bahwa Nilai Ambang Batas

(NAB) dari debu kapas (debu katun) adalah sebesar 0,2 mg/m3

(Kemenakertrans RI, 2011, Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2005).

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengetahui tentang gambaran

kejadian bisinosis dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

bisinosis pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun

2016 karena bisinosis dapat timbul atau terjadi pada pekerja berhubungan atau

disebabkan oleh berbagai macam faktor (multifaktorial). Faktor risiko tersebut

diantaranya terdiri dari konsentrasi/kadar debu kapas, masa kerja/durasi

bekerja (duration of employment), merokok, penggunaan APD (Alat

Pelindung Diri) atau pemakaian masker, status gizi, umur pekerja, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan (Syahputra dkk., 2015, Mulyati dkk., 2015,

Karnagi, 1996, Hendarta, 2005, Dwi, 2013, Farooque dkk., 2008, Er dkk.,

2016, Chauhan dkk., 2015).

B. Rumusan Masalah

Bisinosis masih merupakan masalah kesehatan akibat kerja pada negara-

negara berkembang. Kejadian bisinosis sangat berkaitan erat dengan industri

yang banyak menghasilkan debu kapas dalam proses produksinya, yaitu

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

7

Industri Tekstil. Pajanan debu kapas pada industri tekstil akan sangat luar

biasa dampaknya pada pekerja jika perusahaan tekstil sudah beroperasi selama

puluhan tahun. PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang adalah salah satu perusahaan

manufaktur di bidang industri tekstil yang telah beroperasi selama kurang

lebih 44 tahun. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan

diketahui bahwa dari 30 orang pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang 8

orang pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0 yang disertai gejala

penyerta dan 1 orang pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat ½ yang

disertai dengan gejala penyerta. Kemudian hasil pengukuran konsentrasi/kadar

debu kapas sebagai studi pendahuluan, menunjukkan bahwa pada bagian

Winding unit Spinning 3 konsentrasi/kadar debu kapasnya mencapai 0,317

mg/m3, pada bagian tenun unit weaving konsentrasi/kadar debu kapasnya

mencapai 0,260 mg/m3, dan pada bagian Soft Winder unit Yarn Processing

(Yarn Dyeing) konsentrasi/kadar debu kapasnya mencapai 0,104 mg/m3.

Selain itu, berdasarkan data kunjungan berobat tahunan tahun 2015, dapat

diketahui bahwa penyakit pernapasan adalah golongan penyakit yang paling

banyak diderita oleh pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang dengan total

kunjungan berobat sebanyak 1.121 orang pekerja (30%). Kemudian,

berdasarkan data hasil pengukuran lingkungan kerja oleh PT. Unilab Perdana,

kadar debu total yang terdapat di lingkungan kerja PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang unit 8 winding spinning 3 (SP-3), unit 7 ring spinning SP-3, unit 3

winding SP-1, unit 5 blowing SP-1, unit 8 blowing SP-3, unit 9 RTW yarn

processing, unit 11 tenun AJL weaving 1, unit 4 ring spinning SP-1, serta unit

10 PAD steam fabric processing masing-masing mencapai 4 mg/m3, 3 mg/m3,

2 mg/m3, 2 mg/m3, 2 mg/m3, 1 mg/m3, 1 mg/m3, 1 mg/m3, dan 0,2 mg/m3.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

8

Sementara NAB debu kapas (debu katun) berdasarkan Permanakertrans no. 13

Tahun 2011 dan SNI 19-0232-2005 adalah 0,2 mg/m3.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran prevalensi kejadian bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

2. Bagaimana gambaran konsentrasi/kadar debu kapas pada pekerja bagian

produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

3. Bagaimana gambaran penggunaan APD (penggunaan masker) pada

pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

4. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja bagian produksi pada PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

5. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pada pekerja bagian produksi

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

6. Bagaimana gambaran status gizi pada pekerja bagian produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

7. Bagaimana gambaran umur pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang Tahun 2016?

8. Bagaimana gambaran jenis kelamin pekerja bagian produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

9. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan pada pekerja bagian produksi

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

10. Bagaimana hubungan antara konsentrasi/kadar debu kapas dan bisinosis

pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun

2016?

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

9

11. Bagaimana hubungan antara penggunaan masker dan bisinosis pada

pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

12. Bagaimana hubungan antara masa kerja dan bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

13. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dan bisinosis pada

pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

14. Bagaimana hubungan antara status gizi dan bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

15. Bagaimana hubungan antara umur pekerja dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

16. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

17. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahui gambaran kejadian

bisinosis dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bisinosis

pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun

2016.

2. Tujuan Khusus

1) Diketahui gambaran prevalensi kejadian bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

2) Diketahui gambaran konsentrasi/kadar debu kapas pada pekerja bagian

produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

10

3) Diketahui gambaran penggunaan masker pada pekerja bagian produksi

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

4) Diketahui gambaran masa kerja pekerja bagian produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

5) Diketahui gambaran kebiasaan merokok pekerja bagian produksi PT.

Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

6) Diketahui gambaran status gizi pada pekerja bagian produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

7) Diketahui gambaran umur pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes

Tbk Tangerang Tahun 2016

8) Diketahui gambaran jenis kelamin pekerja bagian produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

9) Diketahui gambaran tingkat pendidikan pada pekerja bagian produksi

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

10) Diketahui hubungan antara konsentrasi/kadar debu kapas dengan

bisinosis pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang Tahun 2016

11) Diketahui hubungan antara penggunaan masker dan bisinosis pada

pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

12) Diketahui hubungan antara masa kerja dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

13) Diketahui hubungan antara kebiasaan merokok dan bisinosis pada

pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

14) Deiketahui hubungan antara status gizi dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

11

15) Diketahui hubungan antara umur pekerja dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

16) Diketahui hubungan antara jenis kelamin dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

17) Diketahui hubungan antara tingkat pendidikan dan bisinosis pada

pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk

melanjutkan penelitian lain terkait bisinosis dengan desain penelitian yang

berbeda di tempat yang sama ataupun di tempat yang juga berbeda.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

dan literatur kepustakaan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan

bisinosis pada salah satu industri tekstil.

3. Bagi PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan program keselamatan dan kesehatan

kerja yang komprehensif di PT. Argo Pantes Tbk melalui upaya promotif,

preventif dan kuratif. Hal tersebut merupakan bentuk upaya dalam

mencegah terjadinya bisinosis pada pekerja yang masih sehat,

mengendalikan konsentrasi debu kapas pada area kerja, serta memberikan

penanganan yang cepat dan tepat bagi pekerja yang sudah memiliki

kemungkinan mengalami bisinosis. Sehingga produktivitas dan performa

para pekerja dapat terjaga dan kembali optimal.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

12

4. Bagi Pekerja

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pekerja dalam

mendeteksi dini penyakit bisinosis pada dirinya, turut membantu pekerja

dalam mencegah dan mengendalikan perkembangan penyakit bisinosis,

serta dapat menstimulasi para pekerja dalam menyadari pentingnya

penggunaan APD berupa masker selama bekerja di tempat kerja dengan

kadar debu kapas yang tinggi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang telah beroperasi selama 44 tahun.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa

pendahuluan dari 30 orang pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang 8 orang

pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0 yang disertai gejala

penyerta dan 1 orang pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat ½ yang

disertai dengan gejala penyerta. Selain itu, berdasarkan data kunjungan

berobat tahunan pada tahun 2015 penyakit pernapasan adalah golongan

penyakit yang paling banyak diderita oleh pekerja. Selanjutnya, berdasarkan

data pengukuran lingkungan kerja yang dilakukan oleh PT. Unilab diperoleh

informasi bahwa kadar debu total pada beberapa unit di PT. Argo Pantes

berada dalam rentang 0,2-4 mg/m3. Sementara berdasarkan hasil pengukuran

konsentrasi/kadar debu kapas yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil

berupa konsentrasi/kadar debu kapas pada bagian Winding unit Spinning 3

mencapai 0,317 mg/m3, pada bagian tenun unit weaving mencapai 0,260

mg/m3, dan pada bagian Soft Winder unit Yarn Processing (Yarn Dyeing)

mencapai 0,104 mg/m3. Sementara NAB debu kapas itu sendiri hanya sebesar

0,2 mg/m3.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

13

Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

gambaran kejadian bisinosis dan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian bisinosis pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 hingga

bulan September 2016 dan merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan

desain cross sectional. Responden pada penelitian ini berjumlah 130 orang

pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016 yang

dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling. Sumber data

yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner ATS-

DLD-78 A yang sudah dilengkapi atau diberi tambahan pertanyaan dari

kuesioner penelitian Julia Karnagi (1996) yang mengadopsi kuesioner British

Medical Research Council (BMRC). Selain itu, analisis yang akan digunakan

adalah analisis univariat berupa deskriptif kuantitatif dan analisis bivariat

berupa uji chi-square dan uji kruskal wallis.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bisinosis

1. Definisi Bisinosis

Penyakit bisinosis yang merupakan penyakit paru akibat kerja

memiliki beberapa istilah dan definisi. Bisinosis dikenal dengan istilah

“Brown lung disease” dan “cotton worker’s lung” (Farooque dkk., 2008).

Bisinosis adalah istilah yang diambil dari kata/bahasa Yunani yang artinya

benang putih, yang merupakan gangguan pernapasan yang terjadi pada

beberapa individu yang terpapar debu kapas mentah (Berry dkk., 2007).

Bisinosis adalah salah satu jenis khusus asma akibat kerja yang disebabkan

oleh inhalasi debu kapas atau rami (Bourke dan Burns, 2011). Selanjutnya

Suma’mur P.K. (2014) mendefinisikan bisinosis (byssinosis) sebagai

penyakit paru akibat kerja yang penyebabnya penghirupan debu kapas,

vlas, henep, atau sisal. Bisinosis juga didefinisikan sebagai penyakit paru

akibat kerja dengan karakterisasi penyakit saluran udara akut atau kronis

yang dijumpai pada pekerja pengolahan kapas, rami halus, dan rami

(Jeyaratnam dan Koh, 2010).

2. Etiologi Bisinosis

Selama puluhan tahun berlaku hipotesis mengenai etiologi bisinosis,

yaitu (Suma'mur P.K, 2014):

a. Efek mekanis debu kapas yang dihirup ke dalam paru;

b. Akibat pengaruh endotoksin bakteri Gram-negatif kepada alat

pernafasan;

c. Merupakan gambaran reaksi alergi dari pekerja kepada debu kapas;

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

15

d. Akibat bekerjanya zat kimia dari debu kepada paru seperti zat kimi

brokho-konstriktor atau enzim;

e. Reaksi psikis dari para pekerja.

Namun, tidak satu pun dari etiologi tersebut dapat dibuktikan secara

tunggal dan benar-benar pasti sebagai penyebab bisinosis. Oleh karena itu

Suma’mur P.K (2014) mengusulkan teori penyebab jamak bisinosis

(multiple causation of byssinosis). Sehingga kelima faktor yang telah

disebutkan di atas dianggap bekerja sama dalam menimbulkan gejala

penyakit. Selanjutnya ia juga menyatakan bahwa para peneliti dapat

menunjukkan zat penyebab konstriksi bronkhioli (broncho-constricting

agent) terdapat dalam daun kapas tetapi tidak pada serat atau biji kapas

dan zat tersebut dapat dianggap sebagai penyebab bisinosis. Selain itu,

endotoksin bakteri juga mempunyai peran dalam menimbulkan penyakit

bisinosis. Zat kimia dan endotoksin tersebut menyebabkan terbentuk dan

bebasnya histamin hingga menimbulkan manifestasi berupa gejala dan

tanda penyakit bisinosis.

J. Jeyaratnam dan David Koh (2010) juga menjelaskan bahwa

penyebab bisinosis yang sebenarnya tidak diketahui tetapi secara umum

diketahui bahwa penyakit ini disebabkan pajanan terhadap kapas, rami

halus, dan rami. Kemudian ada beberapa bukti yang mengungkapkan

bahwa debu goni juga dapat mengakibatkan keadaan/kondisi yang sama.

Hal serupa diungkapkan oleh Cherie Berry dkk. (2007) yang menyatakan

bahwa agent di dalam debu kapas yang menyebabkan bisinosis belum

diketahui tetapi diyakini merupakan kontaminan kapas. Namun, saat ini

sebuah teori telah mengungkapkan bahwa bisinosis merupakan produk

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

16

bakteri yang ada di dalam bagian daun buah kapas. Sementara pekerja

kapas yang paling berisiko adalah pekerja yang berada di kamar peniup

dan penyisir yang bertanggung jawab untuk membersihkan peniup dan

mesin penyisir. Sebab, kamar peniup dan penyisi merupakan tempat

pajanan terhadap debu kapas mentah paling tinggi (Jeyaratnam dan Koh,

2010).

3. Patogenesis Bisinosis

John B. Wrest (2010) menyatakan bahwa patogenesis bisinosis

sebenarnya tidak benar-benar dipahami, namun tampaknya diawali dengan

inhalasi beberapa komponen aktif dalam bracts (daun di sekitar dahan bola

kapas) yang menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast di dalam paru.

Pelepasan histamin tersebut menyebabkan timbulnya gejala pada hari

pertama kerja setelah libur hari minggu (Suma'mur P.K, 2014).

Selanjutnya, John B. Wrest (2010) mengungkapkan bahwa inhalasi debu

organik lebih menyebabkan reaksi jalan napas daripada reaksi alveolar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa terjadinya bisinosis diakibatkan oleh

terjadinya penyempitan jalan napas karena menghirup debu kapas, rami,

serat rami, atau goni (Farooque dkk., 2008).

Secara lebih rinci, inhalasi debu yang sangat mungkin mengandung

endotoksin bakteri menyebabkan terjadi pelepasan histamin yang

kemudian menimbulkan adanya kontraksi otot polos yang mengakibatkan

orang-orang dengan bisinosis umumnya mengalami gejala mengi, sesak

napas, sesak dada, dan batuk-batuk selama hari kerja (selama terpapar atau

mendapat paparan debu) (Kalasuramath dkk., 2015). Selain itu,

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

17

bronkokonstriksi yang dihasilkan tersebut juga menyebabkan munculnya

dipsnea selain mengi (West, 2010).

Selanjutnya, paparan jangka panjang debu kapas, rami, atau serat jute

dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut permanen pada paru-paru

dan saluran pernapasan yang mengakibatkan munculnya penyakit pada

paru-paru dan paru-paru melemah (Farooque dkk., 2008). Selain itu,

partikel-partikel debu kapas yang tak terlihat juga masuk ke dalam alveoli

paru-paru melalui inhalasi kemudian masuk ke dalam limfa (getah bening)

yang selanjutnya menyebabkan kerusakan pada alveoli, penyempitan

saluran udara, berkurangnya kapasitas untuk mempertahankan oksigen,

dan dengan terakumulasinya debu kapas, para pekerja mulai merasakan

sesak di dada (feeling of chest tightness) (Kalasuramath dkk., 2015).

Gejala bisinosis mungkin muncul dalam kecepatan beberapa jam

setelah paparan dan berkurang ketika pekerja meninggalkan lingkungan

pabrik (Farooque dkk., 2008). Namun, masa inkubasi dari bisinosis itu

sendiri adalah 5 tahun (Djatmiko, 2016). Dan berdasarkan studi

epidemiologi, paparan harian lebih dari 20 tahun menyebabkan gangguan

fungsi paru permanen yang tipe atau jenisnya berhubungan dengan PPOK

(West, 2010). Sebab, paparan terhadap debu kapas, vlas, henep, atau sisal

yang terus menerus selama bertahun-tahun menyebabkan iritasi saluran

pernapasan bagian atas dan bronkus, kemudian setelah paparan berlanjut

maka terjadi penyakit paru obstruktif kronis (Suma'mur P.K, 2014).

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

18

4. Gejala dan Karakteristika Penyakit Bisinosis

Gejala dan tanda sakit bisinosis yang muncul setelah beberapa tahun

bekeja di industri memang mirip dengan asma bronkhial, namun ada pola

karakteristik pada gejala bisinosis yang menunjukkan adanya perbedaan

dari gejala pada asma akibat kerja (asma bronkhial). Diantaranya pada

penyakit asma bronkhial tidak ditemukan riwayat penyakit yang khas bagi

bisinosis yaitu keluhan berat di dada dan nafas pendek yang dirasakan

menurut hari kerja yang awalnya hari senin dan selanjutnya pada hari-hari

lainnya. Selain itu, gejala bisinosis cenderung meningkat sepanjang

minggu bekerja. Jika pekerja jauh dari paparan untuk waktu/periode yang

lama atau absen beberapa waktu, gejala cenderung lebih parah

(memburuk) ketika paparan ulang terjadi. Oleh karena itu, bisinosis sering

dikenal dengan “Monday Fever. Namun ketika paparan berlanjut

sepanjang akhir minggu, maka gejala hari Senin (Monday Symptoms) tidak

akan muncul. Sehinga dapat dikatakan, keluhan bisinosis tidak semata-

mata untuk hari Senin saja, melainkan pada hari-hari lain dimana pekerja

baru masuk atau baru kembali bekerja sesudah beberapa hari libur.

Sebagai contoh, di negara yang liburnya jatuh pada hari Jumat bukan hari

minggu, maka keluhan berat di dada dan pendek nafas demikan dirasakan

pada hari Sabtu (Bourke dan Burns, 2011, Suma'mur P.K, 2014, Tarlo

dkk., 2010, West, 2010).

Seperti yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, penyakit

bisinosis memiliki ciri khas napas pendek dan dada sesak (sesak

napas/perasaan sesak di dada). Gejala khas tersebut dirasakan ketika

kembali bekerja setelah tidak berada di pabrik untuk satu hari atau lebih.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

19

Selain gejala napas pendek dan dada sesak, gejala khas bisinosis juga

disertai batuk yang lama-kelamaan menjadi basah berdahak atau dengan

kata lain ada peningkatan batuk dan produksi dahak. Lebih jelasnya lagi,

karakteristika penyakit bisinosis adalah adanya rasa hari Senin atau

sindrom hari senin (Monday feelings/Monday syndrome) pada bisinosis

tingkat dini (½ dan 1), yaitu keluhan berat di dada dan pendek nafas pada

hari-hari Senin (hari pertama sesudah tidak bekerja dua hari yaitu Sabtu

dan Minggu). Adapun gejala bisinosis secara keseluruhan meliputi

dipsnea, sesak dada, mengi, dan batuk iritasi. Gejala bisinosis ini dimulai

pada hari Senin dan mereda pada sore hari. Pada sebagian besar individu

gejala nyata yang dialami pada hari pertama kerja akan berkurang atau

hilang pada hari kedua bekerja (keluhan sudah tidak dirasakan). Namun,

dengan pajanan yang berkepanjangan, baik gejala maupun perubahan

fungsi akan menjadi lebih berat dan mungkin akan menetap selama

seminggu kerja. Bahkan, riwayat dipsnea saat melakukan kegiatan adalah

temuan yang biasa pada pekerja yang sudah lama terpajan selama

bertahun-tahun (Jeyaratnam dan Koh, 2010, Berry dkk., 2007, Suma'mur

P.K, 2014, Tarlo dkk., 2010).

Penjelasan mengenai gejala bisinosis juga dapat dibagi ke dalam

gejala pada tahap awal bisinosis (pada stadium dini) dan gejala pada

perkembangan penyakit selanjutnya (pada bisinosis lanjut atau parah).

Pada tahap awal (stadium dini) bisinosis, tanda penyakit bisinosis adalah

gejala berat di dada (chest tightness) dan pendek (sesak) napas (shortness

of breath) yang biasanya menjelang akhir kerja pada hari pertama masuk

kerja setelah libur hari Sabtu dan Minggu atau hari-hari libur lainnya.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

20

Gejala-gejala tersebut mereda pada akhir hari kerja dan terulang kembali

pada hari Senin pagi setelah berada jauh dari paparan debu untuk beberapa

jangka waktu. Pada hari berikutnya, gejala menghilang kecuali adanya

iritasi di saluran napas bagian atas. Sementara pada keadaan sakit

selanjutnya atau seiring dengan lama paparan meningkat lebih dari tahun-

tahun kerja para pekerja, keluhan berupa gejala-gejala sesak napas dan

napas pendek terjadi lebih sering dan disertai pula oleh kesulitan bernapas.

Selain itu, gejala lebih menetap pada hari-hari lain dalam seminggu selain

hari kerja pertama yaitu pada hari selasa, rabu, dan seterusnya (Suma'mur

P.K, 2014, Berry dkk., 2007).

Pada bisinosis lanjut parah (perkembangan penyakit selanjutnya),

bisinosis menyerupai bronkhitis kronis dan emfisema. Atau dengan kata

lain, efek kronis dari bisinosis memiliki ciri obstruksi jalan napas yang

secara klinis tidak bisa dibedakan dengan bronkitis kronis dan emfisema.

Temuan bronkhitis kronis dan emfisema paru ini keduanya tidak khas

untuk bisinosis. Adapun karakteristika dari kedua temuan tersebut adalah

adanya riwayat gejala khas berat di dada dan pendek nafas serta

menurunnya kapasitas ventilasi paru yang memburuk pada hari pertama

minggu kerja. dalam hal tingkat penyakit ini pun idealnya penderita

mengalami pula rasa hari Senin pada masa yang lalu ketika penyakit masih

berada pada tingkat dini. Demikian pula pada bisinosis dengan cacat paru,

rasa hari Senin harus pernah dikeluhkan oleh penderita pada masa lalu.

Kemudian perlu diperhatikan bahwa pekerja bisinosis dengan kecacatan

paru, umumnya tidak dapat bekerja seperti pekerja yang tidak terkena efek

debu penyebab bisinosis, bahkan mungkin mereka sudah tidak mampu

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

21

bekerja lagi. Selain itu, pekerja yang sudah memiliki bronkitis kronis atau

asma sebelumnya biasanya sangat rentan sehingga juga perlu mendapat

perhatian (Suma'mur P.K, 2014, Jeyaratnam dan Koh, 2010, West, 2010).

5. Diagnosis Penyakit Bisinosis

Diagnosis penyakit bisinosis pada tingkat dini ditegakkan dengan cara

mewawancarai para pekerja untuk menemukan rasa hari senin, sedangkan

pemeriksaaan klinis, laboratoris dan rontgen paru bisa saja tidak

menunjukkan ada kelainan, kecuali uji fungsi paru (ventilasi ekspirasi

paksa/FEV 1,0) (Suma'mur P.K, 2014). William N. Rom dan Steven B.

Markowitz (2007) menjelaskan bahwa tidak ada kriteria universal untuk

mendiagnosis bisinosis. Kemudian, Ronald B. George dkk (2005)

menjelaskan bahwa diagnosis bisinosis yang utama atau paling utama

bergantung pada riwayat pekerjaan dari pola gejala karakteristik bisinosis

yang dihubungkan dengan paparan terhadap debu kapas atau debu alami

tekstil lainnya. Sementara menurut J. Jeyaratnam dan David Koh (2010),

diagnosis bisinosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat klinis dan

riwayat pajanan.

William N. Rom dan Steven B. Markowitz (2007) juga menjelaskan

bahwa secara tradisional, kriteria yang lebih umum digunakan untuk

menetapkan bisinosis adalah gejala khas hari petama atau gejala hari senin.

Diagnosis sering dilakukan berdasarkan gejala-gejala pada pekerja berupa

pendek napas dan sesak napas/rasa dada tertekan serta pengetahuan dokter

mengenai keadaan industri dan keadaan klinis dimana penyakit ini

mungkin terjadi. Sementara Cherie Berry dkk (2007) menjelaskan bahwa

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

22

pemeriksaan kesehatan yang akan diberikan kepada calon karyawan

sebelum tugas awal mereka harus mencakup (Berry dkk., 2007):

1) Riwayat medis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada

atau penyakit yang dapat mempengaruhi pernapasan.

2) Kuesioner pernapasan standar menanyakan tentang masalah seperti

batuk, sesak dada dan riwayat merokok.

3) Tes fungsi paru (pernapasan) termasuk kapasitas paksa vital (FVC),

jumlah udara yang bisa memaksa keluar setelah mengambil napas

dalam-dalam, dan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1),

jumlah udara dipaksa keluar selama detik pertama ekspirasi.

Uji fungsi paru adalah alat untuk mengevaluasi sistem pernapasan,

kelainan yang terkait, riwayat penyakit pasien, penelitian berbagai kondisi

paru dan uji invasif seperti bronkoskopi dan biopsi terbuka paru. Uji

fungsi paru dapat membantu diagnosis dan penatalaksanaan pasien

penyakit paru atau jantung, penentuan toleransi tindakan pembedahan,

evaluasi kesehatan untuk kepentingan asuransi, penelitian epidemiologi

terhadap bahaya suatu substansi serta prevalensi penyakit dalam

komunitas (Harahap dan Aryastuti, 2012).

Metode yang paling sering digunakan untuk menilai fungsi paru

adalah Spirometri. Selain itu, spirometri merupakan suatu pemeriksaan

yang menilai fungsi terintegrasi mekanik paru, dinding dada dan otot-otot

pernapasan dengan mengukur jumlah volume udara yang dihembuskan

dari kapasitas paru total (TLC) ke volume residu (Uyainah dkk., 2014,

Harahap dan Aryastuti, 2012). Pada Spirometri, dapat dinilai 4 volume

paru dan 4 kapasistas paru, yaitu (Harahap dan Aryastuti, 2012):

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

23

a. Volume paru:

1. Volume tidal, yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke

luar dari paru pada pernapasan biasa.

2. Volume cadangan inspirasi, yaitu jumlah udara yang masih dapat

masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi

biasa.

3. Volume cadangan ekspirasi, yaitu jumlah udara yang dikeluarkan

secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa.

4. Volume residu yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah

ekspirasi maksimal.

b. Kapasistas Paru

1. Kapasitas paru total, yaitu jumlah total udara dalam paru setelah

inspirasi maksimal.

2. Kapasitas vital, yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi

maksimal setelah inspirasi maksimal.

3. Kapasitas inspirasi, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat

masuk ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa.

4. Kapasitas residu fungsional, yaitu jumlah udara dalam paru pada

akhir ekspirasi biasa.

Hasil spirometri yang mendokumentasikan penurunan FEV1 dapat

mendukung diagnosis bisinosis (George dkk., 2005). Gambaran penurunan

FEV 1 yang bermakna (10% atau lebih) setelah terpajan selama 6 jam

pada hari pertama bekerja setelah akhir minggu memberikan bukti objektif

tentang efek akut. Derajat perbaikan penyumbatan jalan napas dapat dikaji

dengan tes FEV1 sebelum giliran tugas dilakukan setelah dua hari tidak

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

24

terpajan (Jeyaratnam dan Koh, 2010). Selain itu, menurut John B. West

(2010) uji fungsi paru menunjukkan pola obstruktif dengan penurunan

FEV1, FEV/FVC, FEF 25-75%, dan FVC. Abnormalitas tersebut khasnya

memburuk secara bertahap pada hari kerja. Namun, penyembuhan baik

parsial maupun komplet terjadi pada malam hari atau selama akhir pekan

dan tidak adanya bukti terkena parenkim serta foto toraks terlihat normal.

6. Klasifikasi Bisinosis Menurut Tingkat (Grade)

Menurut parahnya efek debu kapas, vlas, henep, dan sisal, bisinosis

diklasifikasikan menurut tingkat penyakit yang dikenal dengan Schilling’s

Classification (klasifikasi Schilling). Sebab, penentuan klasifikasi tingkat

penyakit bisinosis pertama kali dilakukan oleh Dr. Richard F. Schilling,

seorang dokter yang mempelajari kesehatan pekerja tekstil di Inggris, yang

mengembangkan sistem grading kepada para pekerja berdasarkan keluhan

pernapasan mereka pada hari pertama kerja di minggu kerja (Berry dkk.,

2007).

Pada tahun 1950 dr. R.F.Schilling mengembangkan dan mengesahkan

sebuah metode terstandar untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan

gejala-gejala bisinosis yang pada akhirnya muncul sebagai gejala

pernapasan akut dan kronik. Perubahan-perubahan fisiologis dan

karakteristik pernapasan yang terlihat pada pekerja dengan bisinosis

distandardisasi/dibakukan ke dalam serangkaian tingkatan/klasifikasi yang

saat ini menjadi dasar bagi banyak penelitian epidemiologi dan penelitian

klinis (Rom dan Markowitz, 2007). Klasifikasi Schilling

mengklasifikasikan bisinosis berdasarkan sebarapa jauh penyakit bisinosis

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

25

telah berkembang sebagaimana yang terdapat pada tabel 2.1 (Suma'mur

P.K, 2014).

Tabel 2.1 Klasifikasi Bisinosis Menurut Tingkat (Grade)

Tingkat Gejala

a. Tingkat 0 Tidak ada gejala

b. Tingkat ½ Kadang-kadang berat di dada (chest

tightness) dan pendek nafas (shortness of

breath) pada hari Senin atau rangsangan

pada alat-alat pernafasan pada hari-hari

Senin (hari pertama bekerja sesudah tidak

bekerja 2 hari).

c. Tingkat 1 Berat di dada atau pendek nafas pada hari-

hari Senin hampir pada setiap minggu.

d. Tingkat 2 Berat di dada atau pendek nafas pada hari-

hari Senin dan hari-hari lainnya pada setiap

minggu.

e. Tingkat 3 Bisinosis dengan cacat paru.

(Sumber: R.F. Schilling dalam Suma’mur P.K,2014)

Tingkat penyakit bisinosis di atas, dapat pula dinyatakan dalam

penurunan fungsi paru ventilasi ekspirasi paksa 1 detik (FEV 1,0) seperti

pada tabel 2.3.

Tabel 2.2 Tingkat Bisinosis, Perubahan Akut, dan Nilai FEV 1,0

Terhadap Prediksi

Tingkat Perubahan akut (persentase

penurunan FEV 1,0 sebelum

shift)

Nilai FEV 1,0 sebagai

persentase terhadap

prediksi

F0 < 5% 80%

F½ 5 - <10% 80%

F1 10% atau lebih 80%

F2 10% atau lebih 60% - 70%

F3 10% atau lebih 60% atau kurang

(Sumber: Suma'mur P.K, 2014)

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

26

Penjelasan:

a. Perubahan akut : Persentase penurunan FEV 1,0 sebelum shift dan

sesudah bekerja pada hari pertama minggu kerja

b. Nilai FEV 1,0 : Nilai sesudah tidak bekerja (tidak terpapar 2 atau

lebih hari kerja); dalam hal mungkin digunakan nilai diukur setelah

digunakan obat bronkhodilator

c. F0 : Tidak menunjukkan efek akut; tidak ada kelainan

kronis ventilasi fungsi paru

d. F1 : Efek akut

e. F2 : Kerusakan ringan hingga sedang menetap

kapasitas

ventilasi paru

f. F3 : Kerusakan sedang hingga berat menetap kapasitas

ventilasi paru

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bisinosis

Berdasakan kajian pustaka yang telah dilakukan, ada berbagai faktor risiko

yang dapat menyebabkan atau berhubungan dengan bisinosis, yaitu:

1. Konsentrasi/Kadar Debu Kapas

Penelitian Hendarta (2005) pada sebuah pabrik tekstil di Bogor

menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kadar debu kapas

dengan timbulnya bisinosis (Hendarta, 2005). Karnagi (1996) dalam

penelitiannya di sebuah pabrik tekstil menunjukkan bahwa kadar debu

pada penelitiannya secara statistik sangat bermakna (Karnagi, 1996). Yang

paling terbaru adalah penelitian yang dilakukan oleh Syahputra (2015)

pada pekerja sebuah pabrik pembuatan tilam di Kota Medan yang

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

27

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara bisinosis dengan

konsentrasi debu di pabrik kapas (Syahputra dkk., 2015). Selain itu, dari

penelitian tentang Bisinosis di sebuah pabrik tekstil di India oleh Cauhan

dkk (2015), dari hasil analisis regresi logistik diperoleh adanya hubungan

antara bekerja di tempat/area kerja yang berdebu dimana kadar paparannya

maksimum dengan kejadian bisinosis, atau dengan kata lain bekerja di

tempat/area kerja yang berdebu adalah faktor risiko (independen) dari

bisinosis (Chauhan dkk., 2015).

Hal senada juga diungkapkan oleh Ajeet dkk (2010) dalam

penelitiannya yang menunjukkan bahwa tempat kerja berdebu seperti

ruangan mixing/blowing dan carding berhubungan secara signifikan

dengan morbiditas penyakit paru kronis yang salah satunya adalah

bisinosis (Ajeet dkk., 2010). Sementara di luar bisisnosis, penelitian

Yuliawati (2015) pada pekerja pembuat kasur di desa Banjarkerta

Karanganyar Purbalingga menunjukkan bahwa pekerja pembuat kasur

yang terpapar oleh partikel terhisap > 0,2 mg/m3 per hari mempunyai

risiko 27 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi paru

(Yuliawati, 2015).

Adapun penjelasan mengenai pengertian debu kapas, Nilai Ambang

Batas debu kapas, dan pengukuran kadar debu kapas adalah sebagai

berikut:

a) Pengertian Debu Kapas

Debu kapas adalah debu yang terdapat di udara selama proses

penanganan dan pengolahan kapas. Debu kapas adalah campuran

kompleks dari komponen-komponen yang mungkin termasuk tanah

tempat tumbuh materi tanaman, serat kapas, bakteri, tanah jamur, atau

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

28

pestisida. Debu tersebut juga dapat mengandung kontaminan-

kontaminan yang sudah terakumulasi selama proses pertumbuhan,

panen, dan pengolahan berikutnya atau selama periode penyimpanan.

Maka dari itu setiap debu yang dihasilkan selama proses penanganan

dan pengolahan kapas dianggap sebagai debu kapas. Proses

manufaktur menggunakan limbah atau serat-serat kapas baru atau

serat kapas dari produk-produk pabrik tekstil juga menghasilkan debu

kapas. Debu kapas namun bukan serat kapas, dianggap sebagai

penyebab dari penyakit paru bernama bisinosis (Berry dkk., 2007).

Debu kapas menyebabkan peradangan yang merusak struktur

normal dari paru-paru dan melepas histamin yang mengkontriksi

saluran udara. Pernapasan menjadi sulit seiring dengan periode waktu

karena debu kapas terakumulasi di paru-paru, menghasilkan warna

yang khas sehingga dikenal dengan penyakit paru-paru cokelat. Debu

kapas dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan melalui

inhalasi. Paparan jangka pendek debu kapas menyebabkan bronkitis

dan bisinosis akut yang merupakan sebuah penyakit pernapasan

reversibel. Paparan jangka panjang (kronis) menyebabkan obstruksi

jalan napas paru (yang mengurangi kapasitas ventilasi) serta

menyebabkan kecacatan dan kematian dini. Telah diamati

sebelumnya, bahwa ada hubungan langsung antara konsentrasi total

eksposur debu kapas dan perkembangan bisinosis. Selain itu, debu

kapas sebagai etiologi dari penyakit bisinosis pada pekerja ini dapat

diklasifikasikan ke dalam empat jenis/kelompok berdasarkan ukuran

pertikelnya, yakni Trash (di atas 500 µm), Dust (50-100 µm), micro

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

29

dust (15-50 µm), dan breathable dust (di bawah 15 µm) (NIOH,

2012).

b) Pengukuran Kadar Debu Kapas

ACGIH , ISO, dan CEN membagi fraksi ukuran partikel ke dalam

tiga kelompok, yaitu (WHO, 1999):

1. Inhalable Praticulate Fraction (Fraksi Partikulat Terhirup) adalah

Fraksi awan debu yang dapat masuk atau terhirup ke dalam

hidung dan mulut. Contoh debu yang termasuk ke dalam partikel

terhirup (Inhalable Praticle) adalah termasuk debu-debu kayu

keras tertentu (yang dapat menyebabkan kanker nasal/hidung),

dan debu-debu dari proses grinding tembaga yang mengandung

campuran logam (yang dapat terabsobrsi dan menyebabkan

keracunan sistemik).

2. Thoracic Particulate Fraction (Fraksi Partikulat Toraks) adalah

fraksi debu yang dapat menembus saluran pernapasan bagian atas

dan saluran pernapasan di dalam paru-paru. Contoh debu kecil

yang menjadi perhatian khusus ini adalah termasuk debu kapas

dan debu lain yang dapat menyebabkan penyakit saluran

pernapasan. Sementara dari perspektif/sudut pandang praktis,

Thoracic Particulate Fraction (Fraksi Partikulat Toraks) adalah

fraksi debu dengan cut-point (titik potong) 50% pada 10 µm.

Fraksi ini hampir identik dengan definisi PM10 yang banyak

digunakan dalam ilmu lingkungan (LCS Laboratory Inc, 2016).

3. Respirable Particulate Fraction (Pecahan Partikulat Terhirup

Lebih Dalam) adalah fraksi partikel udara terhirup yang dapat

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

30

menembus keluar saluran bronkiolus menuju area/wilayah

pertukaran gas di dalam paru-paru. Contoh dari debu yang

merupakan fraksi terhirup dengan bahaya besar adalah termasuk

kuarsa dan debu yang megandung silika kristal bebas,

mengandung kobalt, dan debu logam lainnya yang dihasilkan dari

kegiatan menggiling dalam proses pengeboran batu.

Maka dari itu, kadar/konsentrasi debu kapas dapat diukur dengan

menggunakan alat Environmental Particulate Air Monitor (EPAM-

5000). Sebab, EPAM-5000 dapat mengukur partikel dengan ukuran

partikel debu 1 mikron (µ), 2,5 mikron (µ), dan 10 mikron (µ).

EPAM-5000 adalah inovasi nephelometer dengan hamburan cahaya

dan saringan (filter) sampler udara yang digabungkan dalam satu

desain portabel yang terpadu dan ringan (HAZ-DUST Environmental

Devices Coporation, nd).

c) Nilai Ambang Batas (NAB) Kadar Debu Kapas

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. 13

Tahun 2011 dan SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas

(NAB) zat kimia di udara tempat kerja, NAB dari kapas (debu katun)

adalah 0,2 mg/m3 (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2011,

Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2005) Kemudian menurut

OSHA, NIOSH, dan ACGIH, cccupational exposure limit untuk debu

kapas adalah seperti pada tabel 2.3 (CDC, 1988).

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

31

Tabel 2.3 Occupational Exposure Limits untuk Debu Kapas

Exposure Limits µg/m3

OSHA PEL TWA 200 (pembuatan/manufaktur benang dan

pencucian kapas)

500 (proses limbah pabrik tekstil dan proses

lower grade washed cotton/proses

pencucian kapas dengan kualitas lebih

rendah pada pembuatan/ manufaktur

benang)

750 (slashing dan weaving)

1.000 (daur ulang limbah dan garnetting)

NIOSH REL <200

ACGIH TLV TWA 200

(Sumber: CDC,1988)

Selanjutnya tabel 2.4 menunjukkan batas paparan debu kapas

yang diizinkan untuk berbagai area kerja yang berbeda (Permissible

Exposure Limits for Cotton Dust for Different Work Areas) dari

North Carolina Department of labor yang mengacu kepada standar

OSHA 29 CFR 1910.1043 (Berry dkk., 2007).

Tabel 2.4 Permissible Exposure Limits for Cotton Dust for

Different Work Areas

Area PEL (µg/m3)

Opening 200

Picking 200

Carding 200

Combing 200

Roving 200

Spinning 200

Winding 200

Warping 200

Slashing 750

Weaving 750

Wastehouse 500

(Sumber: Berry dkk., 2007)

2. Penggunaan APD (Penggunaan Masker)

Berdasarkan hasil penelitian Hendarta (2005) di sebuah pabrik tekstil di

Bogor, diketahui bahwa faktor yang paling dominan dengan kejadian

bisinosis salah satunya adalah pemakaian masker (p value=≤0,05)

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

32

(Hendarta, 2005). Mulyati dkk. (2015) dalam penelitiannya di sebuah

pabrik tekstil di Bandung menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara penggunaan APD dengan kejadian Bisinosis (p value=

0,001) (Mulyati dkk., 2015). Selain itu, Ajeet dkk (2010) dalam

penelitiannya juga mengungkapkan bahwa tidak memakai APD adalah

salah satu determinan/faktor utama yang berhubungan secara signifikan

dengan morbiditas penyakit paru kronis yang salah satunya adalah

bisinosis.

Kemudian Penelitian Yuliawati (2015) pada pekerja pembuat kasur di

Karanganyar Purbalingga menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan

dengan gangguan pernapasan pada pekerja salah satunya adalah

penggunaan APD (masker). Pekerja yang tidak selalu menggunakan

masker secara statistik memperbesar risiko untuk terjadinya gangguan

fungsi paru (44 kali lebih besar) dibandingkan pekerja yang selalu

menggungan masker (Yuliawati, 2015). Sementara penelitian Prasetya

(2012) pada pekerja bagian pemintalan di PT. Lotus Indah Textile

menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara penggunaan APD

(masker) dengan keluhan pernapasan pada pekerja tersebut (Prasetya,

2012).

Alat Pelindung Diri (APD) menurut Permanakertrans RI nomor

PER.08/MEN/VII/2010, adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau

seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Salah satu jenis APD

yang sangat dibutuhkan oleh para karyawan di bagian produksi pabrik

tekstil adalah alat pelindung pernapasan. Alat pelindung pernapasan adalah

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

33

alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan

cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran

bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol),

uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya (Kemenakertrans RI, 2010).

Jenis alat pelindung pernapasan itu sendiri terdiri dari masker,

respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air

Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator

(Self-Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-

Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing

apparatus (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2010). Sementara

jenis masker yang tepat untuk melindungi pekerja di pabrik tekstil

(khususnya bagian produksi) dari inhalasi debu kapas ke saluran

pernapasan adalah jenis masker N95. Sebab, masker jenis N95 adalah

masker yang cukup baik karena dapat menghalangi 95% partikel yang

masuk (terutama PM 10) jika digunakan dengan teknik dan cara yang tepat

(Kementerian Kesehatan RI, 2015c).

3. Masa kerja

Masa kerja adalah salah satu faktor risiko dari bisinosis. Sebab,

masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap debu, semakin

lama masa kerja yang dimiliki seseorang pada suatu industri yang berdebu

menyebabkan semakin besar kemungkinan paparan debu yang

diterima/didapatkannya (Laga dkk., 2013). Risiko berkembangnya

bisinosis berkaitan dengan intensitas paparan debu, durasi paparan, dan

pekerjaan seseorang (George dkk., 2005). Hal senada juga diungkapkan

oleh Barry S. Levy dkk (2011) serta Jean-Luc Malo dkk (2013) yang

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

34

menyatakan bahwa bisinosis berkembang jika paparan terhadap

kadar/level debu yang cukup tinggi berlangsung lama hingga menahun

(Levy dkk., 2011, Malo dkk., 2013). Lebih lanjut Peter J. Baxter (2010)

dkk mengungkapkan bahwa perkembangan gejala bisinosis jarang terjadi

pada sepuluh tahun pertama terpapar debu kapas dan biasanya

membutuhkan periode paparan debu antara 20-25 tahun (Baxter dkk.,

2010).

Berdasarkan hasil penelitian Hartati (2013) pada pekerja di sebuah

industri pengolahan kapas di Desa Sidomukti, diketahui bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian bisinosis (p

value=0,017), kemudian pekerja yang memiliki masa kerja >5 tahun

mempunyai risiko 3,71 kali untuk terkena bisinosis dibandingkan pekeja

yang memiliki masa kerja <5 tahun. Hal senada diungkapkan oleh

Syahputra dkk. (2005) dalam penelitiannya tentang kejadian bisinosis pada

sebuah pabrik pembuat tilam di Kota Medan, yang menyatakan bahwa

terjadi kecenderungan kemungkinan bisinosis pada pekerja dengan masa

kerja >5 tahun (p=0,05) (Syahputra dkk., 2015).

Selanjutnya penelitian Ajeet dkk (2010) menunjukkan bahwa

durasi paparan dalam tahun adalah salah satu faktor utama yang

berhubungan secara signifikan dengan morbiditas penyakit paru kronik

yang salah satunya adalah bisisnosis. Mishra dkk (2003) dalam

penelitiannya juga menunjukkan bahwa masa keja lebih dari 30 tahun

adalah faktor independen bisinosis yang signifikan. Selain itu, penelitian

yang dilakukan oleh Yuliawati (2015) serta Umakaapa dkk (2013)

menunjukkan bahwa masa kerja adalah salah satu faktor (faktor risiko)

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

35

yang berhubungan dengan gangguan fungi paru (Yuliawati, 2015,

Umakaapa dkk., 2013). Kemudian, Prasetya (2012) dalam penelitiannya

juga menunjukkan ada hubungan yang sangat kuat antara masa kerja

dengan keluhan pernapasan pada tenaga kerja bagian pemintalan di PT.

Lotus Indah Textile (Prasetya, 2012).

4. Kebiasaan Merokok

Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011,

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk

dibakar, dihisap, dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih,

cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan

(Kemenkes dan Kemendagri RI, 2011). Merokok dapat menyebabkan

berbagai macam masalah kesehatan, diantaranya struk, kebutaan, katarak,

kelainan kongenital, periodontitis, aneurisma aorta, aterosklerosis aorta

abdominal dini pada dewasa muda, penyakit jantung koroner, pneumonia,

penyakit aterosklerosis pada vaskuler (pembuluh darah) periferal, penyakit

paru obstruksi kronis, tuberkulosis, asma, efek paru lainnya, diabetes, efek

reproduksi pada wanita termasuk menurunkan fertilitas, fraktur panggul,

kehamilan ektopik, disfungsi erektil, artritis reumatoid, dan gangguan

fungsi imun (US Department Of Health and Human Services, 2014).

Secara lebih spesifik bagi organ pernapasan (paru-paru), merokok

dapat menyebabkan paru-paru terasa seperti terbakar saat pertama kali

merokok. Perokok dapat mengalami batu-batuk secara hebat yang

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

36

merupakan pertanda atau sinyal bahwa tubuh sedang diracuni. Lama

kelamaan, rokok dapat merusak dan menghancurkan silia-silia yang

berbentuk seperti sikat, yang terdapat di sepanjang saluran pernapasan dan

berfungsi menyapu lendir-lendir (mucus) dan kotoran-kotoran yang ada

agar paru-paru tetap bersih. Perokok mengalami batuk yang dikenal

dengan “Batuk Perokok (smoker’s cough)” dikarenakan paru-paru

menghasilkan lebih banyak lendir (mucus) dan silia-silia yang ada sudah

tidak dapat membersihkan paru-paru dengan optimal (US Department of

Health and Human Services, 2010).

Selain itu, asap rokok juga melukai paru-paru perokok. Paru-paru

seharusnya bersifat elastis seperti balon yang mengembang ketika udara

dihirup dan mengempis ketika udara dihembuskan. Namun, racun-racun

yang terdapat pada asap rokok menyebabkan lapisan halus yang ada di

dalam paru-paru mengalami inflamasi. Sehingga merokok selama

bertahun-tahun dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang lebih parah

dan menyebabkan paru-paru tidak lagi dapat meregang/mengembang dan

tidak dapat mengeluarkan udara (US Department of Health and Human

Services, 2010).

Status merokok seseorang diklasifikasikan ke dalam tiga

kelompok, yaitu (New Zealand Ministry of Health, 2015):

a) Bukan Perokok (Never Smoker)

Bukan perokok (never smoker) adalah orang yang tidak pernah

merokok lebih dari 100 rokok selama hidupnya dan sekarang ini

sedang tidak merokok.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

37

b) Bekas Perokok (Ex-Smoker)

Bekas perokok (ex-smoker) adalah orang yang telah merokok

lebih dari 100 rokok selama hidupnya tetapi tidak lagi merokok dalam

28 hari terakhir/ke belakang.

c) Masih Perokok (Current Smoker)

Masih Perokok (current smoker) adalah orang yang telah

merokok lebih dari 100 rokok (termasuk sigaret, rokok linting, dll)

selama hidunya dan masih merokok dalam 28 hari terakhir/ke

belakang.

Untuk seseorang yang tidak merokok setiap hari, dapat

diklasifikasikan sebagai Perokok Berkala (Occasional Smoker) dan

Perokok Sosial (Social Smoker), dengan pengertian (New Zealand

Ministry of Health, 2015):

a) Perokok Berkala (Occasional Smoker)

Perokok Berkala (Occasional Smoker) adalah orang yang

kemungkinan merokok seminggu sekali, dan dapat juga

diklasfikasikan sebagai seorang perokok (current smoker) yang telah

merokok lebih dari 100 batang rokok selama hidupnya.

b) Perokok Sosial (Social Smoker)

Perokok Sosial (Social Smoker) adalah seseorang yang hanya

merokok ketika mereka sedang berada di lingkungan sosialnya

(bersosialisasi), tetapi ia setidaknya merokok satu kali dalam

seminggu.

Derajat merokok seseorang dapat ditentukan dengan mengunakan

Indeks Brinkman (IB), yakni perkalian jumlah rata-rata batang dihisap

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

38

sehari dikalikan lama merokok dalam tahun, yang hasilnya berupa

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003):

a) Ringan : 0-200 batang

b) Sedang : 200-600 batang

c) Berat : >600 batang

Adapun contoh dari penggunaan Indeks Brinkman (IB) adalah

sebagaimana yang dijelaskan oleh Fariz Nurwidya (2013) dalam

artikelnya yang berjudul Ketika Merokok Terus Menggerogoti Keluarga

Indonesia. Ia menjelaskan dengan contoh kasus berupa Pak Sumarno yang

telah berusia 45 tahun mengakhiri hidupnya dengan salah satu kanker

paling mematikan yaitu Kanker Paru. Pak Sumarno pernah merokok

sewaktu remaja yang kemungkinan dimulai pada umur 15 tahun. Namun

Pak Sumarno berhenti merokok pada umur 35 tahun dan hanya 6 batang

rokok yang ia hisap perhari. Maka, Indeks Brinkman Pak Sumarno yang

merokok selama 20 tahun dengan jumlah batang rokok perhari rata-rata 6

batang adalah 6x20=120. Sehingga dapat diketahui bahwa berdasarkan

Indeks Brinkman, Pak Sumarno memiliki risiko ringan atau masuk ke

dalam kelompok perokok ringan karena hasil perhitungannya dibawah

200, yakni 120 (Nurwidya, 2013).

Berbagai penelitian menunjukkan ada hubungan antara merokok

dengan kejadian bisinosis atau dengan kata lain merokok merupakan

faktor risiko dari bisinosis. Sebab, orang yang merokok menderita

kerusakan yang paling parah akibat bisinosis, karena kombinasi paparan

debu dan merokok keduanya sama-sama memperburuk kondisi paru-paru

dan saluran napas (Farooque dkk., 2008). Hasil penelitian Mukremin Er

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

39

dkk. (2016) pada pekerja pabrik manufaktur rami (hemp dan jute)

menunjukkan ada hubungan antara perkembangan bisinosis dan faktor-

faktor seperti merupakan pekerja aktif dan perokok serta merupakan

pekerja yang sudah pensiun dan mantan perokok (Er dkk., 2016).

Kemudian analisis regresi logistik dalam penelitian yang dilakukan

oleh Chauhan dkk. (2015) pada salah satu pabrik tekstil di kota

Ahmedabad India menunjukkan bahwa merokok berhubungan secara

signifikan dengan bisinosis dan dapat dinyatakan sebagai faktor risiko

independen dari bisinosis (Chauhan dkk., 2015). Secara lebih dulu

Baratawidjaja (1989) dalam penelitiannya tentang bisinosis dan

hubungannya dengan obstruksi akut pada salah satu pabrik tekstil di

Jakarta menyatakan bahwa risiko terjadinya bisinosis pada karyawan yang

merokok adalah 1,5-2,3 kali lebih bsesar dibandingkan dengan karyawan

yang tidak merokok (Baratawidjaja, 1989).

Selain itu, penelitian Mishra dkk (2003) pada pekerja tekstil laki-

laki di Pondicherry menunjukkan bahwa merokok lebih dari 20 pak dalam

setahun (perokok berat) adalah faktor risiko (independen) bisnosis yang

signifikan, yaitu memiliki risiko bisinois 3,9 kali lebih tinggi. Selanjutnya

penelitian Memon dkk (2008) pada pekerja spinning dan tekstil di

Karachi menunjukkan bahwa durasi merokok secara positif berhubungan

dengan prevalensi bisinosis (Memon dkk., 2008). Ajeet dkk (2010) dalam

penelitiannya pada pekerja bagian pemintalan juga menunjukkan bahwa

merokok adalah salah satu faktor risiko yang berhubungan secara

signifikan dengan morbiditas penyakit pernapasan yang salah satunya

adalah bisisnosis (Ajeet dkk., 2010). Serta penelitian Prasetya (2012) yang

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

40

menunjukkan adanya hubungan meski rendah antara kebiasaan merokok

dengan keluhan pernapasan pada pekerja bagian pemintalan di PT. Lotus

Indah Tekstil (Prasetya, 2012).

5. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaaan zat-zat gizi yang dapat dibedakan menjadi status gizi

buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2010). Untuk menentukan status

gizi orang dewasa dapat menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) atau

Body Mass Index (BMI) (Notoatmodjo, 2007). Body Mass Index (BMI)

adalah indeks sederhana terhadap berat badan dan tinggi badan yang biasa

digunakan untuk mengklasifikasikan underweght, overweight, dan obesitas

pada orang dewasa. BMI didefinisikan sebagai berat dalam kilogram

dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter (Kg/m2) (WHO, 2016):

BMI/IMT (Kg/m2)= BB (Berat Badan) dalam Kg

TB2(Tinggi Badan)dalam m

Hasil perhitungan dengan formula IMT/BMI tersebut akan

mengindikasikan status gizi dengan klasifikasi (Notoatmodjo, 2007):

a. < 18 = Kurus

b. 18-24 = Normal

c. 25-30 = Gemuk

d. >30 = Gemuk sekali (Obsseitas)

Sementara klasifikasi BMI internasional untuk orang dewasa

menurut WHO adalah sebagaimana yang tertera pada tabel 2.5.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

41

Tabel 2.5 Klasifikasi BMI Internasional untuk Orang Dewasa

Klasifikasi

BMI/IMT (Kg/m2)

Cut-off point Utama Cut-off point Tambahan

Underweight (Kurus) <18,50 <18.,50

Severe Thinnes (Sangat

Kurus)

<16,00 <16,00

Moderate Thinnes

(Cukup Kurus)

16,00-16,99 16,00-16,99

Mild Thinnes (Sedikit

Kurus)

17,00-18,49 17,00-18,49

Normal 18,50-24,99 18,50-22,99

23,00-24,99

Overweight

(Lebih/Gemuk)

≥25,00 ≥25,00

Pra-Obesitas 25,00-29,99 25,00-27,49

27,50-29,99

Obesitas (Gemuk

Sekali)

≥30,00 ≥30,00

Obesitas Kelas I 30,00-34,99 30,00-32,49

32,50-34,99

Obesitas Kelas II 35,00-39,99 35,00-37,49

37,50-39,99

Obesitas Kelas III ≥40,00 ≥40,00

(Sumber: WHO,2016)

Nadine Dobby dan Sarah Chieveley (2009) dalam Respiratory

Physiology: Anaesthesia Tutorial of the Week 147 mengungkapkan bahwa

volume paru bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan berat badan

seseorang, serta obesitas merupakan salah satu faktor yang dapat

mengurangi Kapasitas Residu Fungsional (KRF) atau Functional Residual

Capacity (FRC) seseorang. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) itu sendiri

adalah keseimbangan antara tendensi dinding dada untuk mengembang

dan tendensi paru untuk menguncup atau kolaps. Kapasitas Residu

Fungsional (KRF) adalah hasil penjumlahan (gabungan) dari Volume

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

42

Cadangan Ekspiras (VCE) atau Expiatory Reserve Volume (ERV) dan

Volume Residu (VR) Residual Volume (RV) paru (Dobby dan Chieveley,

2009). Selain itu, S. Ostrowski dan W. Barud (2006) juga mengutarakan

bahwa berat badan (obesitas, distribusi lemak, dan berat badan bebas

lemak) mempengaruhi fungsi paru seseorang

Hasil penelitian Hendarta (2005) pada pekerja laki-laki bagian

Spinning di salah satu pabrik tekstil di Bogor menunjukkan status gizi

lebih mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk mengalami bisinosis

dibandingkan dengan status gizi normal dan kurang (Hendarta, 2005).

Sementara penelitian Hartati (2013), Cauhan dkk (2015), serta Mishra

(2003) menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi (BMI) dengan

bisinosis (Dwi, 2013, Chauhan dkk., 2015, Mishra dkk., 2003).

6. Umur Pekerja

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam

penyelidikan epidemiologi dan hampir semua angka-angka kesakitan

maupun kematian dalam keadaan tertentu menunjukkan adanya hubungan

dengan umur (Notoatmodjo, 2007). Selain itu, umur juga berhubungan

dengan kondisi atau keadaan paru seseorang. Sharma dan Goodwin (2006)

menyatakan bahwa paru-paru manusia berkembang atau mengalami proses

pematangan pada rentang usia 20-25 tahun, sementara setelah itu proses

penuaan yang terjadi pada seseorang menyebabkan terjadinya penurunan

progresif fungsi paru. Secara lebih spesifik, Sharma dan Goodwin (2006)

menjelaskan bahwa paru-paru mengalami fase pertumbuhan dan

pematangan dalam dua dekade pertama kehidupan dan mencapai fungsi

paru maksimal pada usia sekitar 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

43

laki-laki. Selain itu, pada rentang usia 20-25 tahun fungsi paru tetap stabil

dengan perubahan yang sangat minim, baru kemudian mengalami

penurunan setelah melewati rentang usia tersebut (Sharma dan Goodwin,

2006).

Berkaitan dengan perubahan kondisi paru dan proses penuaan atau

bertambahnya umur seseorang, W. M. Wahba (1983) juga menyatakan

bahwa ada empat perubahan dasar yang mempengaruhi fungsi paru ketika

terjadi penuaan pada seseorang, yaitu penurunan daya kerja paru,

penurunan elastisitas paru, kekakuan dinding dada, dan penurunan ukuran

ruang intervetebral yang masing-masing dapat memberikan efek secara

tunggal maupun bersamaan (kombinasi) terhadap fungsi paru (Wahba,

1983). Tidak hanya itu Ostrowski dan Barud (2006) juga menyatakan

bahwa umur dapat mempengaruhi fungsi paru seseorang.

Oleh karena itu, umur pekerja juga merupakan faktor risiko

bisinosis (Rom dan Markowitz, 2007). Sebagaimana penelitian Ismail

Memon dkk (2008) pada pekerja Spinning dan Tekstil di Karachi yang

menunjukkan bahwa prevalensi bisinosis meningkat seiring dengan

peningkatan usia, meski tidak terdapat hubungan antara status bisinosis

dengan kelompok usia (p=0,38) (Memon dkk., 2008). Namun, penelitian

Deddy Abdi Syahputra dkk (2015) pada pekerja pabrik pembuatan Tilam

di Kota Medan menunjukkan pekerja laki-laki dengan usia yang lebih tua

memiliki kecenderungan kemungkinan bisinosis (Syahputra dkk., 2015).

Selain itu, penelitian Ajeet dkk (2010) pada pekerja bagian

pemintalan di India juga menunjukkan adanya hubungan antara

peningkatan usia dengan morbiditas (angka kesakitan) penyakit

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

44

pernapasan kronik yang salah satunya adalah bisinosis, yang selanjutnya

dikatakan juga bahwa peningkatan usia adalah determinan atau faktor

utama dari morbiditas penyakit pernapasan kronik (Ajeet dkk., 2010).

Selanjutnya, penelitianUmakaapa dkk (2013) pada pekerja bagian

produksi industri tekstil CV Bagabs Makassar menunjukkan bahwa secara

statistik ada hubungan antara umur pekerja dengan gangguan fungsi paru

(p=0,035) (Umakaapa dkk., 2013).

Untuk keperluan perbandingan, WHO menganjurkan pembagian-

pembagian umur yang salah satunya menurut tingkat kedewasaan, yaitu

bayi dan anak-anak adalah yang berusia 0-14 tahun, orang muda dan

dewasa adalah yang berusia 15-49 tahun dan orang tua adalah yang beruia

50 tahun ke atas (Notoatmodjo, 2007). Namun, Riski Noor Adha dkk

(2013) dalam penelitiannya mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian

gangguan fungsi paru pada pekerja pengangkut semen mengklasifikasikan

umur pekerja ke dalam dua kelompok umur, yaitu pekerja dengan umur

tua (≥ 30 tahun) dan pekerja yang berumur muda (<30 tahun) (Adha dkk.,

2013). Sementara Tian Bapino dkk (2014) dalam penelitiannya mengenai

gambaran faktor risiko yang mempengaruhi kapasitas paru pada polisi lalu

lintas mengklasifikasikan umur ke dalam kelompok umur tidak berisiko

(20-30 tahun) dan kelompok umur berisiko (31-40 tahun) (Bapino dkk.,

2014).

Berkaitan dengan hal tersebut, Yusitriani dkk (2014) memaparkan

bahwa pertumbuhan paru manusia terjadi mulai dari fase anak hingga fase

usia 22-24 tahun yang menyebabkan nilai kapasitas paru semakin besar

seiring dengan bertambahnya usia. Nilai kapasitas paru tersebut akan

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

45

menetap (stasioner) selama beberapa waktu, baru kemudian mengalami

penurunan secara perlahan (gradual) yang biasanya dimulai dari usia 30

tahun (Yusitriani dkk., 2014). Kemudian, Trisno Dase dkk (2013) juga

menyatakan bahwa semakin tua usia seorang pekerja maka risiko terhadap

gangguan fungsi paru yang dimilikinya juga semakin tinggi (Dase dkk.,

2013). Sebagaimana pernyataan Qomariyatus Sholihah dkk (2008), yang

menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang menyebabkan daya tahan

tubuhnya akan menurun sehingga orang yang berusia lanjut akan lebih

sensitif dan lebih mudah terganggu/tepengaruh kesehatannya

dibandingkan dengan orang yang berusia muda (Sholihah dkk., 2008).

7. Jenis Kelamin

Gretchen Neigh dan Megan Mitzelfelt (2016) menjelaskan bahwa

terlepas dari faktor usia, dalam keadaan normal wanita memiliki paru-paru

lebih kecil daripada laki-laki. Meski secara anatomi berbeda antara wanita

dan laki-laki, namun laju alir ekspirasi (expiratory flow rate) wanita pada

kenyataannya lebih tinggi daripada laki-laki yang mencerminkan pola

napas dan pertumbuhan alveolarnya. Selama masa anak-anak dan remaja,

saluran pernapasan dan parenkim paru wanita tumbuh secara proporsional,

namun pada laki-laki pertumbuhan saluran pernapasannya lebih lamban

daripada bagian paru-paru lainnya sehingga menyebabkan jumlah saluran

udara alveoli secara tidak proporsional lebih sedikit. Oleh karena

perbedaan proses pertumbuhan tersebut, pada laki-laki saluran

pernapasannya lebih sempit dan berkontribusi menyebabkan resistensi

saluran pernapasan lebih tinggi dan laju alir ekspirasi paksanya (forced

expiratory flow rate) lebih sedikit (Neigh dan Mitzelfelt, 2016).

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

46

Selanjutnya Gretchen Neigh dan Megan Mitzelfelt (2016)

menjelaskan bahwa di masa pubertas, pada wanita tidak terlihat jelas

adanya laju alir ekpirasi (expiratory flow rate) yang lebih besar meskipun

rasio volume ekspirasi paksa 1/kapasitas vital paksa (FEV1/FVC)

cenderung lebih besar pada wanita. Lebih lanjut, proses kehamilan pada

wanita menyebabkan perubahan anatomi paru yang dapat menyebabkan

perubahan fungsi, diantaranya proses kehamilan di dalam uterus

mengelevasi diafragma dan mengkompres atau menekan paru-paru di

dalam rongga dada serta mereduksi kapasitas total dan kapasitas residu

fungsional (functional residual capacity/FRC) paru.

Mengenai proses kehamilan dan gangguan pernapasan, Ova Emilia

dan Harry Freitag (2010) juga menjelaskan bahwa setelah minggu ke-30

posisi diafragma ibu hamil biasanya terangkat oleh karena desakan rahim

yang semakin membesar selama hamil. Sehingga menyebabkan

terbatasnya gerak pernapasan ibu hamil dan pernapasan cenderung lebih

cepat yang oleh karena terdorong insting untuk bernapas lebih cepat

beberapa ibu hamil akan menjadi lebih mudah terengah dan merasa sesak

napas. Namun, kondisi tersebut tidak berlangsung terus menerus, karena

puncaknya adalah pada usia kehamilan 36 minggu. Setelah melewati usia

kehamilan 36 minggu kesulitan napas yang dirasakan ibu hamil akan

menurun karena ibu hamil sudah dapat beradaptasi dan gejala mulai

berkurang (Emilia dan Freitag, 2010). Oleh karena itu, sebagaimana yang

tercantum dalam ayat 1 pasal 82 Undang-Undang no. 13 tahun 2003

tentang ketenagakerjaan, pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh

istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

47

anak yaitu pada usia kandungan 7,5 bulan atau 30 minggu (Sekretaris

Negara Republik Indonesia, 2003).

Berkaitan dengan proses penuaan sebagai independen dari berbagai

penyakit, ada perubahan-perubahan yang berkaitan dengan umur seperti

perihal elastisitas pada saluran pernapasan dan peningkatan fibrosis yang

menyebabkan penurunan laju alir ekspirasi maksimal (expiratory flow

rate). Bahkan, perubahan-perubahan tersebut lebih banyak terjadi pada

laki-laki daripada wanita, atau dengan kata lain terjadi lebih lamban pada

wanita. Sehingga secara keseluruhan, dengan ukuran saluran pernapasan

yang relatif lebih besar dan perubahan-perubahan detrimental yang lebih

lamban sepanjang hidupnya, saluran pernapasan wanita secara alami

berfungsi lebih baik (Neigh dan Mitzelfelt, 2016).

Meski belum ada bukti yang meyakinkan bahwa gender (jenis

kelamin) memiliki peran dalam perkembangan bisinosis, namun telah

dilaporkan bahwa bisinosis lebih umum terjadi pada laki-laki dan secara

mufakat dinyatakan bahwa laki-laki rata-rata cenderung memiliki jam

kerja yang lebih panjang pada area kerja yang berdebu (Rom dan

Markowitz, 2007). Selain itu, Barbara M. Newman dan Philip R. Newman

(2015) juga menyatakan bahwa salah satu penjelasan yang paling banyak

dikutip mengenai laki-laki lebih berisiko mengalami kanker paru

dikarenakan laki-laki lebih banyak merokok (Newman dan Newman,

2015). Lebih lanjut Norbert F. Voelkel dan William MacNee (2002)

mengatakan bahwa disamping laki-laki merokok lebih banyak daripada

wanita dan mulai merokok pada usia yang lebih dini, laki-laki juga

bernapas lebih sering daripada wanita (Voelkel dan Macnee, 2002).

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

48

Sehingga penelitian Syahputra dkk (2015) menunjukkan bahwa pekerja

laki-laki dengan usia yang lebih tua memiliki kecenderungan

kemungkinan bisinosis (Syahputra dkk., 2015).

8. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu investasi sumber daya manusia

(SDM) yang penting sebab keterampilan yang memadai dapat diperoleh

melalui pendidikan (Zaenuddin, 2015). T. Pavlica dkk. (2010)

mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan seseorang mencerminkan

status sosial ekonominya yang kemudian akan menentukan kualitas

hidupnya. Kondisi/kualitas hidup yang lebih baik dapat

menjamin/memastikan nilai sifat morfofisiologis seseorang lebih tinggi,

yang kemudian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan penuaan.

Seseorang yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah

tidak mampu mengembangkan potensi genetik yang dimiliki secara

sepenuhnya sehingga tetap terlihat ada perbedaan yang dimiliki sepanjang

hidupnya (Pavlica dkk., 2010).

Education Statistics Bulletin (1999) mengungkapkan bahwa ada

hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dengan status kesehatan

seseorang (Zaenuddin, 2015). Lebih lanjut, Bret A. Boyer dan Indira

Paharia (2008) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan memberikan

dampak atau pengaruh yang kuat terhadap outcome suatu penyakit dimana

tingkat pendidikan lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan ketertarikan

atau minat dalam memperoleh informasi dan memiliki outcome jangka

panjang yang lebih baik (Boyer dan Paharia, 2008). Selain itu, tingkat

pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

49

dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman

hidup yang dilaluinya sehingga akan lebih siap dalam menghadapi

masalah yang terjadi (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Penelitian Syahputra dkk (2015) menunjukkan bahwa pekerja

dengan pendidikan menengah ke bawah memiliki kecenderungan

kemungkinan bisinosis (Syahputra dkk., 2015). Sementara penelitian

Memon dkk (2008) menunjukkan bahwa status/tingkat pendidikan pekerja

berhubungan secara signifikan dengan prevalensi bisinosis dimana tingkat

pendidikan pekerja yang lebih rendah berkontribusi secara signifikan

terhadap tingginya prevalensi bisinosis di Pakistan (Memon dkk., 2008).

C. Pencegahan dan Tatalaksana Bisinosis

1. Pencegahan

Pencegahan bisinosis itu sendiri bergantung pada kerja sama antar

disiplin ilmu kedokteran dan ilmu teknik, yang terdiri dari pengendalian

debu, TLV dan sampling/pengukuran debu, serta surveilans

penyakit/medis pada pekerja (Parkes, 1974). Seringkali perusahaan-

perusahaan dapat mereduksi kadar debu dengan menyesuaikan peralatan

pengendalian debu seperti sistem ventilasi dan dengan membersihkan dan

memperbaiki peralatan secara teratur. Program pengendalian debu yang

dilakukan minimal harus terdiri dari (Texas Department of Insurance, nd):

1) Membersihkan lantai dengan vakum atau metode lain yang

menghentikan penyebaran debu

2) Membuang debu sedemikan rupa sehingga hanya sedikit mungkin

yang tercerai berai

3) Menggunakan metode mekanis untuk melakukan stack, dump, atau

menangani kapas atau limbah kapas ketika memungkinkan

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

50

4) Memeriksa, membersihkan, dan memperbaiki alat pengendali debu

dan sistem ventilasi.

Karyawan yang melakukan pembersihan pun harus memakai

respirator. Kemudian, kompresi udara tidak dapat digunakan untuk

membersihkan pakaian dan lantai melainkan hanya dapat digunakan untuk

membersihkan peralatan jika tidak ada metode lain yang memungkinkan

(Texas Department of Insurance, nd). Selain itu, Suma’mur P.K. (2014)

juga menyatakan bahwa upaya pencegahan sangat perlu dan penting

diselenggarakan secara memadai dengan program preventif yang

mencakup:

a) Pemeliharaan ketatarumahtanggaan yang baik di perusahaan tekstil,

sehingga debu serat kaas udara tempat kerja berada pada kadar aman

(NAB debu kapas (katun) =0,2 mg/m3 serat yang respirabel).

Pengambilan sampel debu serat kapas alat pengambil sampel khusus

yang dapat memisahkan debu kapas respirabel dari yang tidak

respirabel.

b) Pembersihan mesin karding sebaiknya dengan pompa hampa udara,

jadi tidak secara mekanis menyebabkan berhamburannya debu serat

kapas.

c) Membersihkan lantai dengan sapu tidak boleh dilakukan oleh karena

dapat menyebabkan berdebunya udara.

d) Ventilasi dengan meniupkan udara ke ruang kerja (ventilasi umum)

tidak boleh dilakukan, sebab seharusnya yang dipakai adalah ventilasi

dengan cara menghisap udara.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

51

e) Pekerjaan membuka kapas dari bal-balnya dilakukan pad tempat kerja

khusus dan pekerja memakai tutup hidung agar terlindung dari

kemungkinan menghirup debu kapas.

f) Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja, terutama tidak

mempekerjakan calon pekerja dengan penyakit paru antara lain TBC

paru, asma bronkial, bronkitis kronis, atau penyakit paru obstruktif

kronis.

g) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan melakukan wawancara

yang secara rinci mengungkapkan keluhan alat pernapasan dan

melakukan uji fungsi paru terutama ventilasi ekspirasi paksa guna

mendapat data awal dan perubahannya selama bekerja dalam rangka

mendeteksi penyakit bisinosis pada stadium dini.

h) Pekerja yang ternyata menderita penyakit bisinosis harus segera

dihentikan pemaparannya terhadap debu kapas atau debu penyebab

bisinosis lainnya dengan menempatkannya pekerjaan yang udara

ruang kerjanya tidak tercemar oleh debu kapas.

2. Tatalaksana

Bisinosis ringan atau dini kemungkinan masih reversibel

sedangkan penyakit yang berat dan kronis tidak. Pasien dengan gejala khas

dan menunjukkan penurunan FEV1 10% atau lebih harus dipindahkan ke

daerah yang tidak terpajan. Pasien dengan penyumbatan jalan napas

sedang atau berat, misalnya FEV1 lebih rendah dari 60% dari nilai yang

diperkirakan, juga harus lebih baik tiddak terpajan lebih lanjut (Jeyaratnam

dan Koh, 2010). Lebih lanjut W. Raymond Parkes (1974) menjelaskan

bahwa pekerja dengan Grade atau tingkatan bisinosis C1 dan C3 harus

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

52

dipindahkan dari area kerja yang memiliki paparan debu. Obstruksi

saluran pernapasan pada Grade atau tingkatan bisinosis C1/2 sampai C2

pada banyak kasus masih dapat dikembalikan dengan inhalasi aerosol

bronkodilator (seperti orciprenaline) dan penurunan FEV pada hari Senin

pagi dapat dikurangi dengan pemberian antihistamin tetapi pengukuran-

pengukuran terapeutik tidak dapat ditambahkan sebagai upaya

pencegahan.

D. Industri Tekstil

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian nomor 15 Tahun 2012,

Industri tekstil yang selanjutnya disebut ITPT adalah perusahaan industri yang

menghasilkan tekstil dan produk tekstil (Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia, 2012). Secara umum pembuatan produk tekstil lengkap dengan

teknologi dan produk yang dihasilkan pada masing-masing proses dapat

dilihat pada tabel 2.6 (Fitrihana, nd):

Tabel 2.6 Pembuatan Produk Tekstil

Proses Produksi Teknologi Produk Tekstil

Mekanik Kimia

Pembuatan serat

alam

Pertanian

(kapas, yute, dan

linen),

peternakan

(sutera, wol).

Polimerisasi/polimer

alam (rayon viskosa,

rayon asetat).

Serat alam seperti

sutera, kapas, wol,

yute, linen, sisal,

serat rayon.

Pembuatan serat

sintesis

Pemintalan

leleh, kering

atau basah.

Polimerisasi

senyawa kimia.

Filamen (benang) dan

staple serat polyester,

nilon, dan lain-lain.

Pembuatan

benang

Pemintalan Tidak membutuhkan

proses kimia secara

signifikan.

Benang kapas,

benang polyester,

benanbg campurn

(kapas dan

polyester), dan lain-

lain

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

53

Pembuatan kain

tenun/rajut

Mesin persiapan

tenun, mesin

tenun, dan

mesin rajut.

Penganjian untuk

benang lusi yang

akan ditenun.

Kain tenun dan kain

rajut.

Pembuatan kain

non woven

Mesin kempa

(mesin pres).

Teknologi kimia

tekstil (Resin, kimia

analisis, kimia

organik, polimer,

dan sebagainya).

Kain non woven

seperti kulit sintesis,

matras, jas hujan,

bahan parasit, terpal,

dan sebagainya.

Pewarnaan

tekstil (celup dan

cap)

Mesin celup,

mesin printing

(cap).

Teknologi kimia

tekstil (zat warna,

obat bantu, kimia

fisika, kimia

analisis, dan

sebagainya).

Kain berwarna

merah, hijau, kuning,

dan sebagainya. Kain

dengan motif/gambar

tertentu.

Finishing

(penyempurnaan

bahan sehingga

memiliki sifat-

sifat khusus)

Mesin

penyempurnaan

(Mesin bakar

bulu, desizing,

bleaching,

scouring,

mercerisasi,

mesin saforis,

spreading, heat

settingi, anti ait,

anti susut, dan

sebagainya.

Teknologi kimia

tekstil (resin,

bioteknologi, kimia

organik, kimia

fisika, kimia

analisis, polimer)

Kain halus, berkilau,

langsai, kain untuk

tujuan khusus seperti

anti api, anti air, dan

sebagainya.

Pakaian

(Garmen)

Mesin jahit,

pasang kancing,

mesin potong,

mesin pres.

Tidak ada proses

kimia secara

signifikan.

Pakaian, kemeja,

celana, dan

sebagainya.

(Sumber: Fitrihana, nd)

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

54

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber: Berry dkk,2007; Suma’mur P.K,2014; George dkk,2005; Levy dkk,

2011; Malo dkk,2013; Baxter dkk,2010; Kemenakertrans RI, 2010; US

Department of Health and Human Services, 2010; NIOH,2012; Dobby dan

Chieveley, 2009; Ostrowski dan Barud, 2006; Sharma dan Goodwin, 2006; Rom

dan Markowitz, 2007; Syahputra dkk, 2015; Mulyati dkk, 2015; Karnagi,1996;

Hendarta,2005; Farooque dkk,2008; Er dkk, 2016; Cauhan dkk, 2015; Ajeet

dkk,2010; Mulyati dkk,2015; Mishra,2003; Memon dkk,2008)

Bisinosis

Tingkat Bisinosis

(Klasifikasi Schilling):

1. TIngkat 0

2. Tingkat ½

3. Tingkat 1

4. Tingkat 2

5. Tingkat 3

6.

Kadar Debu Kapas

Penggunaan APD

(Pemakaian Masker)

Masa Kerja

Kebiasaan Merokok

Status Gizi

Umur pekerja

Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

55

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian bisinosis dan

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bisinosis. Variabel yang

diteliti hubungannya dengan bisinosis dalam penelitian ini tediri dari kadar

debu kapas di tempat kerja, masa kerja, kebiasaan merokok, status gizi, umur,

jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Penggunaan APD tidak diteliti

hubungannya dengan bisinosis karena data yang dihasilkan homogen.

Keterangan:

= Tidak diteliti hubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Bisinosis

Tingkat Bisinosis

(Klasifikasi Schilling):

1. TIngkat 0

2. Tingkat ½

3. Tingkat 1

4. Tingkat 2

5. Tingkat 3

Kadar Debu Kapas

Penggunaan APD

(Pemakaian Masker)

Masa Kerja

Kebiasaan Merokok

Status Gizi

Umur pekerja

Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

56

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 adalah penjabaran mengenai defisini operasional, cara ukur,

hasil, dan skala dari masing-masing variabel yang diteliti dalam penelitian ini:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala

Bisinosis

Dikatakan

memiliki

kemungkinan

bisinosis tingkat

½ apabila

ditemukan

kadang-kadang

berat di dada dan

pendek nafas pada

hari senin (hari

pertama bekerja

setelah tidak

bekerja 2 hari),

tingkat 1 apabila

ditemukan berat di

dada atau pendek

nafas pada hari

Senin di hampir

setiap minggu,

tingkat 2 apabila

ditemukan berat

di dada atau

pendek nafas pada

hari Senin dan

hari-hari lainnya

pada hampir

setiap minggu,

dan tingkat 3

apabila ditemukan

adanya bisinosis

dengan cacat paru.

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 0. Tingkat 0

1. Tingkat ½

2. Tingkat 1

3. Tingkat 2

4. Tingkat 3

(Suma'mur

P.K, 2014)

Ordinal

Konsentrasi/

Kadar debu

kapas

Jumlah/

banyaknya debu

kapas yang

Pengukuran

kadar debu

dengan alat

EPAM-

5000

0. ≤0,2

mg/m3

1. >0,2

Ordinal

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

57

terkandung di

udara tempat

kerja.

pengukur

kadar debu

mg/m3

(Menteri

Tenaga Kerja

dan

Transmigrasi

RI, 2011,

Badan

Standardisasi

Nasional

Indonesia,

2005)

Penggunaan

APD

(Pemakaian

Masker)

Kebiasaan pekerja

dalam

menggunakan

APD (masker)

ketika melakukan

pekerjaannya

sehari-hari.

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 0. Sesuai (Jika

masker

yang

digunakan

adalah

masker

N95)

1. Tidak

Sesuai (Jika

masker

yang

digunakan

bukan

masker

N95)

(Kementerian

Kesehatan RI,

2015b)

Ordinal

Masa Kerja Lamanya

seseorang telah

bekerja dihitung

dari pertama kali

bekerja di

lingkungan/tempat

kerja berdebu di

PT. Argo Pantes

Tbk. Tangerang

hingga Agustus

2016

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner Dalam tahun Rasio

Kebiasaan

Merokok

status merokok

para pekerja

berdasarkan

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 0. Bukan

Perokok

1. Bekas

Ordinal

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

58

jumlah batang

rokok yang

dihisap selama

hidupnya dan

aktivitas merokok

sekarang ini dan

dalam 28 hari ke

belakang.

Perokok

2. Masih

Perokok

(New Zealand

Ministry of

Health, 2015)

Status Gizi

(Indeks

Masa

Tubuh/IMT)

Keadaan/kondisi

gizi pekerja

berdasarkan nilai

Indeks Masa

Tubuhnya.

Penyebaran

kuesioner,

penimbangan

berat badan

dan tinggin

badan

Kuesioner,

alat

timbangan

berat badan

dan alat

pengukur

tinggi badan

(microtois)

0. Kurang

(IMT=

<18,50)

1. Normal

(IMT=

18,50-

24,99)

2. Lebih

(IMT=25,

00-

≥30,00)

(WHO, 2016)

Ordinal

Umur

pekerja

Lamanya waktu

hidup seorang

pekerja yang

dihitung mulai

dari tanggal lahir

sampai ulang

tahun terakhir

dalam satuan

tahun.

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 0. Muda

(<30

tahun)

1. Tua (≥30

tahun)

(Adha dkk.,

2013, Sharma

dan Goodwin,

2006)

Ordinal

Jenis

Kelamin

Perbedaan antara

laki-laki dan

permpuan secara

bentuk, sifat, dan

fungsi biologi

sejak lahir yang

menentukan

perbedaan peran

mereka dalam

menyelenggaraka

n keturunan.

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 0. Perempuan

1. Laki-laki

Nominal

Tingkat

Pendidikan

Pendidikan fornal

terakhir yang

dijalankan atau

Penyebaran

kuesioner

Kuesioner 0. Tinggi (jika

pendidikan

SMA/sedera

Ordinal

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

59

dimiliki oleh

seseorang.

jat atau

lebih dari

SMA/

sederajat)

1. Rendah

(jika

pendidikan

dibawah

SMA/

sederajat)

C. Hipotesis

1) Ada hubungan antara konsentrasi/kadar debu kapas dan bisinosis pada

pekerja bagian produksi PT. Argopantes Tbk. Tangerang tahun 2016.

2) Ada hubungan antara masa kerja dan bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argopantes Tbk. Tangerang tahun 2016.

3) Ada hubungan antara kebiasaan merokok dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argopantes Tbk. Tangerang tahun 2016.

4) Ada hubungan antara status gizi dan bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argopantes Tbk. Tangerang tahun 2016.

5) Ada hubungan antara umur pekerja dan bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argopantes Tbk. Tangerang tahun 2016.

6) Ada hubungan antara jenis kelamin dan bisinosis pada pekerja bagian

produksi PT. Argopantes Tbk. Tangerang tahun 2016.

7) Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan bisinosis pada pekerja

bagian produksi PT. Argopantes Tbk. Tangerang tahun 2016.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

60

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian dengan jenis penelitian kuantitatif dan

dengan desain penelitian analitik cross sectional, yang bertujuan untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel dependen dan independen yang

diteliti yaitu bisinosis, konsentrasi/kadar debu kapas, penggunaan APD

(pemakaian masker), masa kerja, kebiasaan merokok, status gizi, umur, jenis

kelamin, dan tingkat pendidikan pada pekerja PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang serta mencari hubungan atau keterkaitan antara masing-masing

variabel independen (konsentrasi/kadar debu kapas, masa kerja, kebiasaan

merokok, status gizi, umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan) dengan

varaibel dependen (bisinosis).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga bulan September 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan produksi PT.

Argo Pantes Tbk Tangerang. Berdasarkan datra yang diperoleh dari

departemen HRD, PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang mempunyai tenaga

kerja/karyawan produksi sebanyak 411 orang karyawan. Setelah melalui

proses inklusi masa kerja 5 tahun didapatkan jumlah populasi studi penelitian

ini adalah sebanyak 345 orang karyawan.

Cara menentukan besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan rumus uji beda dua proporsi (hypothesis test for

two population proporsi) sebagai berikut:

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

61

𝑛 ={𝑍

1−𝛼2

2√2𝑝(1 − 𝑝) + 𝑍1−𝛽√𝑝1(1 − 𝑝1) + 𝑃2(1 − 𝑃2)}

2

(𝑝1 − 𝑝2)2

Ket:

n = besar sampel

P = 𝑃1+𝑃2

2

P1 = Perkiraan proporsi di populasi 1 (jumlah orang yang mendapatkan

paparan (exposure positive) dan menderita penyakit (disease positive) pada

penelitian sebelumnya).

P2 = Perkiraan proporsi di populasi 2 (jumlah orang yang tidak

mendapatkan paparan (exposure negative) dan menderita penyakit

(disease positive) pada penelitian sebelumnya).

Z 1-α/2 = CI (derajat kepercayaan) 95% (1,96)

Z1-β = Kekuatan uji 80% (0,842)

Tabel 4.1 adalah hasil perhitungan besar sampel dengan menggunakan uji

beda dua proporsi (hypothesis test for two population proporsi) pada setiap

variabel/faktor risiko penelitian ini, untuk kemudian dipilih satu nilai n (besar

sampel) yang akan ditetapkan sebagai jumlah sampel yang dibutuhkan

penelitian ini.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel Pada Setiap Variabel/Faktor

Risiko Penelitian

No.

Variabel/Faktor Risiko

P1

P2

n

(Besar

Sampel)

1 Konsentrasi/ Kadar Debu

Kapas (Syahputra dkk., 2015)

0,861

(86,1%)

0,364

(36,4%)

14

2 Penggunaan APD (Masker) 0,300 0,492 101

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

62

(Hendarta, 2005) (30%) (4,92%)

3 Masa Kerja (Dwi, 2013) 0,769

(76,9%)

0,143

(14,3%)

9

4 Kebiasaan Merokok

(Chauhan dkk., 2015)

0,480

(48%)

0,080

(8%)

19

5 Status Gizi (Hendarta, 2005) 0,2105

(21,05%)

0,0847

(8,47%)

124

6 Umur Pekerja (Syahputra

dkk., 2015)

0,9697

(96,97%)

0,2143

(21,43%)

6

7 Jenis Kelamin (Syahputra

dkk., 2015)

0,7955

(79,55%)

0

(0%)

5

8 Tingkat Pendidikan

(Syahputra dkk., 2015)

1

(100%)

0,5

(50%)

11

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar 124 orang

responden, yang kemudian dibulatkan menjadi 130 orang responden.

Penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling sebagai metode

pemilihan sampel, yaitu dengan mengundi/mengocok 345 orang pekerja di

populasi menjadi 130 orang sampel/responden terpilih. Selain itu,

sebagaimana yang telah sedikit disinggung sebelumnya, pengambilan sampel

juga dilakukan dengan menentukan kriteria pengambilan sampel, yang terdiri

dari:

1) Kriteria Inklusi

a. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani inform

consent.

b. Telah bekerja di bagian produksi (spinning, weaving, fabric

processing, dan yarn processing) PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

minimal 5 tahun.

c. Berusia lebih dari sama dengan 13 tahun pada saat penelitian

berlangsung.

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

63

2) Kriteria Eksklusi

a. Tidak bersedia mengikuti penelitian hingga akhir.

b. Tidak berkerja di bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang.

c. Memiliki penyakit asma, bronkitis, emfisema, PPOK, dan TB/ada

riwayat pasca TB sejak sebelum bekerja di PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang.

d. Pekerja wanita yang sedang hamil dengan usia kandungan lebih dari

sama dengan 30 minggu (7,5 bulan).

Jumlah sampel (responden) pada setiap area kerja unit produksi ada

sebanyak:

a. Unit Spinning 3 : 24 orang

a) Front Spinning (CDR) : 5 orang

b) Ring Spining : 11 orang

c) Winding : 8 orang

b. Unit Weaving : 49 orang

c. Unit Yarn Processing/Yarn Dyeing : 17 orang

a) RTW : 6 orang

b) Soft Winder : 5 orang

c) Warper : 1 orang

d) Verpacking : 4 orang

d. Unit Fabric Processing/Dyeing Finishing : 40 orang

a) Bleaching : 16 orang

b) Dyeing : 10 orang

c) Verpacking : 11 orang

d) Finishing : 3 orang

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

64

D. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer

(dikumpulkan secara langsung oleh peneliti). Teknik yang dilakukan untuk

mengumpulkan data primer tersebut adalah penyebaran kuesioner,

pengukuran kadar/konsentrasi debu, serta pengukuran berat badan dan tinggi

badan untuk mendapatkan nilai IMT (Indeks Masa Tubuh) responden.

Sementara data yang digunakan untuk studi pendahuluan penelitian ini selain

bersumber dari data primer melalui penyebaran kuesioner dan pengukuran

kadar/konsentrasi denu kapas juga bersumber dari data sekunder yaitu data

hasil pengukuran kadar debu dan data kunjungan berobat pekerja ke klinik

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang.

Untuk menentukan titik pengukuran kadar/konsentrasi debu kapas,

peneliti melakukan pemetaan area kerja dengan ricncian langkah berupa

terlebih dahulu meminta peta/layout unit Spinning 3, Weaving, Yarn

Processing/Yarn Dyeing, dan Fabric Processing/Dyeing Finishing dari

bagian HRD untuk kemudian dibuat pemetaan titik pengukuran sesuai dengan

ketentuan yang ada di dalam SNI 7230:2009. Setelah pemetaan selesai, baru

kemudian peneliti menggunakan pertimbangan bahwa satu titik pengukuran

di masing-masing area kerja yang ditetapkan adalah titik yang dekat dengan

pekerja (responden/sampel) dalam melakukan pekerjaannya.

Pengumpulan data dilakukan selama 8 hari, yaitu dari hari Senin, 29

Agustus 2016 hingga hari Selasa, 6 September 2016 dengan rangkaian

kegiatan seperti yang tertera pada tabel 4.2

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

65

Tabel 4.2 Rangkaian Kegiatan Pengumpulan Data

No Hari, Tanggal, Tahun Kegiatan Pengumpulan Data

1 Senin, 29 Agustus 2016 - Penyebaran kuesioner kepada

responden di unit Spinning 3.

- Pengukuran tinggi badan dan berat

badan repsonden di unit Spinning 3

(alat pengukur tinggi badan dan

berat badan yang digunakan adalah

alat milik lab gizi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sudah melalui

proses perizinan, dan diambil dari

lab gizi pada hari Jumat, 26 Agustus

2016).

2 Selasa, 30 Agustus 2016 - Melanjutkan pengukuran tinggi

badan dan berat badan responden di

unit Spinning 3.

- Penyerahan dan pemeriksaan

kuesioner yang telah diisi serta

pemberian souvenir kepada

responden di unit Spinning 3.

3 Rabu, 31 Agustus 2016 - Mengambil alat EPAM 5000 di

laboratorium K3 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan

menjemput laboran K3 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk tutut

serta mendampingi proses

penggunaan alat/pengukuran yang

dilakukan.

- Penyebaran kuesioner ke responden

di unit Weaving.

- Pengukuran konsentrasi/kadar debu

kapas di unit Yarn Processing/Yarn

Dyeing (bagian/area kerja Soft

Winder dan RTW) dengan

menggunakan EPAM 5000.

4 Kamis, 1 September 2016 - Pengukuran konsentrasi/kadar debu

kapas di unit Weaving (bagian/area

kerja tenun) dengan menggunakan

EPAM 5000.

- Penyerahan dan pemeriksaan

kuesioner yang telah diisi serta

pemberian souvenir kepada

responden di unit Weaving.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

66

- Pengukuran tinggi badan dan berat

badan repsonden di unit Weaving.

5 Jumat, 2 September 2016 - Pengukuran tinggi badan dan berat

badan repsonden di unit Weaving

yang pada hari Kamis, 1 September

2016 libur.

- Penyerahan dan pemeriksaan

kuesioner yang telah diisi serta

pemberian souvenir kepada

responden di unit Weaving yang

pada hari Kamis, 1 September 2016

libur.

- Pengukuran konsentrasi/kadar debu

kapas kembali di unit Weaving

(bagian/area kerja tenun) dengan

menggunakan EPAM 5000.

- Pengukuran konsentrasi/kadar debu

di unit Yarn Processing/Yarn

Dyeing (bagian/area kerja soft

winder, warper, dan verpacking)

dengan menggunakan EPAM 5000.

- Penyebaran kuesioner ke unit Yarn

Processing/Yarn Dyeing.

- Koordinasi dan penyebaran

kuesioner ke unit Dyeing

Finishing/Fabric Processing.

6 Sabtu, 3 September 2016 - Pengukuran konsentrasi/kadar debu

di unit Spinning 3 (bagian/area kerja

Ring Spinning, Front Spinning, dan

Winding) dengan menggunakan

EPAM 5000.

7 Senin, 5 September 2016 - Pengukuran konsentrasi/kadar debu

di unit Dyeing Finishing/Fabric

Processing (bagian/area Bleaching,

Dyeing, Finishing, dan Verpacking)

dengan menggunakan EPAM 5000.

- Pengukuran tinggi badan dan berat

badan repsonden di unit Dyeing

Finishing/Fabric Processing.

- Penyerahan dan pemeriksaan

kuesioner yang telah diisi serta

pemberian souvenir kepada

responden di unit Dyeing

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

67

Finishing/Fabric Processing.

8 Selasa, 6 September 2016 - Pengukuran tinggi badan dan berat

badan repsonden di unit Yarn

Processing/Yarn Dyeing.

- Penyerahan dan pemeriksaan

kuesioner yang telah diisi serta

pemberian souvenir kepada

responden di unit Yarn

Processing/Yarn Dyeing.

E. Instrumen Penelitian

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi

kuesioner baku dari American Thoracic Society (ATS) dengan jenis

kuesioner ATS-DLD-78 A yang dilengkapi atau diberi tambahan

pertanyaan dari kuesioner yang digunakan oleh Julia Karnagi (1996)

dalam penelitiannya dengan mengadopsi kuesioner baku dari British

Medical Research Council (BMRC).

Kuesioner tersebut digunakan untuk mengetahui bisinosis,

penggunaan masker (APD), masa kerja, kebiasaan merokok, umur, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan pada pekerja di PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang. Kuesioner ATS-DLD-78 A pernah diuji validitas dan

reabilitasnya oleh Tanzil Jamali kemudian dipublikasi pada IOHA

International Scientific Conference ke 10 di London pada tahun 2015.

Uji validitas tersebut memperoleh nilai spesifisitas pertanyaan

kuesioner ATS-DLD-78 A untuk gejala batuk kronik, dahak kronik,

mengi kronik, dan kombinasi gejala kronik mencapai 93,1%, 85,7%,

75,4%, dan 63% sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kuesioner ATS-

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

68

DLD-78-A adalah instrumen yang valid untuk melakukan screening

gejala pernapasan pada pekerja tekstil (Jamali, 2015).

Berikut adalah penjelasan mengenai kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini berdasarkan variabel penelitian yang hendak diukur:

a. Bisinosis

Variabel bisinosis diukur dengan menggunakan 42 pertanyaan

seputar gejala yang terdiri dari 9 pertanyaan tentang batuk, 6

pertanyaan tentang dahak, 2 pertanyaan tentang peristiwa batuk dan

dahak, 7 pertanyaan tentang mengi, 12 pertanyaan tentang rasa dada

tertekan/terjepit, serta 6 pertanyaan tentang sesak napas karena sakit

jantung dan paru.

b. Penggunaan APD (Masker)

Variabel penggunaan APD (Masker) diukur dengan 3 buah

pertanyaan yakni pertanyaan mengenai apakah responden memakai

APD ketika berada di ruangan yang berdebu, APD apa yang

digunakan, dan bagaimana kebiasaan responden memakai masker

tersebut.

c. Masa kerja

Variabel masa kerja diukur dengan pertanyaan mengenai riwayat

pekerjaan berupa 1 buah yang pertanyaan menanyakan tentang total

tahun bekerja pada suatu perusahaan/industri berdebu. Pertanyaan

lainnya mengenai riwayat pekerjaan adalah pertanyaan-pertanyaan

seputar jenis/bagian pekerjaan yang biasa dilakukan responden dan

apakah responden penah pindah dari lingkungan kerja yang lebih

berdebu ke tempat yang kurang berdebu.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

69

d. Kebiasaan merokok

Variabel merokok diukur dengan menggunakan 26 pertanyaan

yang diawali dengan pertanyaan apakah responden pernah merokok

100 batang rokok atau lebih selama hidupnya yang kemudian

dilanjutkan dengan pertanyaan tentang apakah responden masih

merokok dalam satu bulan terakhir, berapa rata-rata batang rokok

yang dihisap, pada usia berapa berhenti merokok, berapa usia

responden ketika mulai merokok secara teratur, apakah responden

menghisap rokok sampai ke dalam dada, hingga pertanyaan seputar

apakah responden pernah merokok rokok sigaret, cerutu, atau rokok

pipa secara teratur dalam hidupnya.

e. Umur pekerja

Variabel umur pekerja didapatkan dengan pertanyaan mengenai

identitas responden pada bagian awal kueisoner.

f. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin didapatkan dengan pertanyaan mengenai

identitas responden pada bagian awal kuesioner.

g. Tingkat pendidikan

Variabel tingkat pendidikan didapatkan dengan pertanyaan

mengenai tingkat pendidikan dengan bentuk jawaban berupa tahun

pendidikan formal berdasarkan tingkat pendidikan/sekolah tertinggi

yang telah diselesaikan oleh responden.

2) Environmetal Particulat Monitor (EPAM)-5000

Environmetal Particulat Monitor (EPAM)-5000 digunakan untuk

mengukur kadar/konsentrasi debu kapas di area kerja PT. Argo Pantes

Tbk Tangerang. Untuk menentukan titik pengambilan sampel udara

peneliti mengacu kepada SNI 7230:2009 serta berdasarkan titik/lokasi

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

70

terdekat dari pekerja yang menjadi responden dalam melakukan

pekerjaannya. Sementara untuk lama pengukuran, peneliti melakukan

pengukuran selama 1 jam sebab berdasarkan NMAM 0600, minimal

lama pengukuran partikulat adalah 45 menit dan maksimalnya adalah 8

jam (NIOSH, 1998).

Berikut adalah cara menggunakan Environmental Particulat Monitor

(EPAM)-5000 (SKC, 1999):

1. Cek baterai. Sebelum digunakan, Baterai EPAM-5000 harus dalam

keadaan terisi penuh. Guankan EDC EPAM untuk mengisi daya

baterai. Waktu untuk pengisian baterai adalah sekitar 22 jam untuk

penggunaan alat selama 24 jam.

2. Tekan ON/OFF untuk menyalakan monitor EPAM-5000.

3. Tekan Enter untuk masih ke menu utama.

4. Untuk melihat settingan (pengaturan alat), pilih Special Functions

dari Menu Utama, kemudian pilih Date/Time, kemudian pilih View

Date/Time, kemudian masukkan data tanggal dan waktu sesuai

dengan tanggal dan waktu data pengukuran diambil dengan

menggunakan tanda panah ke atas atau ke bawah. Tekan Enter jika

sudah selesai melakukan pengaturan tanggal dan waktu

pengukuran.

5. Untuk pengaturan alarm, pilih Special Functions dari Menu Utama

kemudian pilih Set Alarm, atur alarm sesuai kebutuhan, dan tekan

Enter jika sudah selesai melakukan pengaturan alarm.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

71

6. Untuk menghapus data pilih Special Functions dari Menu Utama

kemudian pilih System Options, kemudian pilih Erase Memory dan

tekan Yes untuk menghapus data.

7. Sebelum melakukan pengukuran, lakukan terlebih dahulu tes laju

alir udara dengan menggunakan Flow Audit Meter atau tes laju alir

udara, dengan cara memasang alat laju alir udara di kepada sensor

EPAM-5000, kemudian Run, dan pilih Continue atau Overwrite

Data. Kemudian lihat angka di alat laju alir udara, jika bola kecil

menunjukkan angka 4 Lpm, maka laju alir udara alat masih sesuai,

namun jika tidak menunjukkan angka 4 Lpm maka lakukan

penyesuaian angka dengan menggeser laju alir udara dengan jenis

ukuran partikel debu yang akan diambil.

8. Pengukuran dengan menggunakan EPAM-5000 dapat mengukur

partikel dengan ukuran partikel debu 1,0 mikron, 2,5 mikron, dan

10 mikron. Dalam penelitian ini ukuran partikel debu yang diukur

berukuran 10 mikron. Berikut adalah cara pemasangan dan

penggunaan alat untuk ukuran partikel 10 mikron (10 µm):

1) Pilih Special Functions dari menu utama

2) Pilih System Options

3) Pilih Extended Options

4) Pilih Size Select

5) Pilih 10 µm – M

6) Masukkan inlet sampling kedalam kepala sensor dari

EPAM-5000

7) Pasang penahan filter cassette ke dalam sensor EPAM-5000

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

72

Lakukan Manual Zero

9. Auto-Zero bergungsi untuk membersihkan fitur yang secara

otomatis menyesuaikan ke awal drift akibat adanya perubahan suhu

ambien yang cukup signifikan. Fitur ini merupakan pengaturan

default yang ada ada EPAM-5000 yang melakukan pembersihan

optik sensor dengan udara bersih dan menetapkan kembali

pengaturan awal tiap 30 menit. Untuk mengaktifkan dan

menonaktifkan Auto Zero data dilakukan dengan cara berikut:

1) Pilih Special Functions dari menu utama

2) Pilih System Options

3) Pilih Extended Options

4) Pilih Calibration Options

5) Pilih Auto Zero

10. Manual Zero (Manual Nol) merupakan menetapkan dasar

pengukuran EPAM-5000 menjadi nol mg/m3. Pemeriksaaan

manual zero harus dilakukan sebelum memulai satu set baru

pengukuran, yang jika menggunakan setting Auto Zero (default)

EPAM-5000 secara otomatis kembali lagi ke nol awal setiap 30

menit sekali. Pastikan saluran masuk untuk sampling yang akan

diukur sudah terpasang pada saluran masuk sensor dari EPAM-

5000. Jika sampling partikel PM 10 maka masukan 10 impactor jet.

Berikut adalah cara melakukan Manual Zero:

1) Pilih Special Functions dari menu utama

2) Pilih System Options

3) Pilih Extended Options

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

73

4) Pilih Calibration Options

5) Pilih Manual-Zero

6) Pilih lagi Manual-Zero, tunggu hingga 99 detik. Kemudian

Menu Utama akan muncul jika proses Manual-Zero telah

selesai.

7) Memilih Sample Rate:

a. Pilih Special Functions pada menu utama

b. Pilih System options

c. Pilih Sample Rate. Pilih 1 second untuk pengambilan sampel

selama 6 jam, pilih 10 second untuk maksimal pengambilan

sampel selama 60 jam. Pilih 1 menit untuk maksimal

pengambilan selama 15 hari. Dan pilih 30 menit untuk

maksimal pengambilan sampel selama 15 bulan.

8) Sampling (Pengukuran):

a. Nyalakan alat dan tekan Enter

b. Pilih Run, dan pilih Continue atau Overwrite Data

c. Untuk menghapus semua data sebelumnya yang telah terekam

dalam alat, pilih Overwrite, kemudian pilih Yes untuk

mengkonfirmasi, jika pilih No, akan membatalkan proses

sampling tanpa mempengaruhi memori data.

d. Untuk menambahkan data poin untuk ke lokasi penyimpanan

data pada pengukuran yang berturut-turut pilih Continuation.

e. Untuk pengambilan sampe tanpa fitur alarm tekan Run, untuk

pengambilan sampel dengan fitur alarm tekan Alarm-Continue.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

74

f. Internal pump akan aktif dan memulai proses pengukuran. Dan

kemudian pada layar akan muncul data Run dengan tampilan

seperti pada gambar 4.1:

A = Lokasi Kode yang sedang dilakukan pengukuran

B = Partikulat yang sedang dilakukan pengukuran. 1,0

µm: E, 2,5 µm: S, 10 µm: M, TSP: L

C = Konsentrasi hasil pengukuran

D = Status Baterai

g. Tekan Enter untuk stop (menghentikan) pengukuran data dan

kembali ke Menu Utama.

9) Sampel yang ada akan diambil setiap detik dan akan dirata-ratakan

sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

10) Melihat hasil data yang tersimpan:

a. Pilih Review Data

b. Pilih Statistics

Gambar 4.1 Tampilan Layar EPAM-5000 Saat Proses

Run Sampling

(Sumber: SKC,1999)

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

75

c. Jika memori menajan data poin di lokasi lain, maka layar akan

menampilkan Scanning data memori, lanjutkan ke step 7.

Tetapi jika memori telah dibersihkan dari semua data poin yang

ada maka tidak ada data yang tersimpan.

d. Untuk memilih lokasi jika ingin melihat lokasi yang berbeda,

pilih New Tag XXX dan lanjutkan ke step 7.

e. Tekan Enter untuk lokasi yang datanya ingin dilihat. Untuk

melihat nilai lokasi yang lebih kecil tekan panah ke bawah, jika

ingin melihat nilai lokasi data uyang lebih besar tekan panah

atas. Pilih digit atau raung selanjutnya dengan menekan Enter.

f. Tekan Enter ketika lokasi data yang diingingkan ingin dilihat.

g. Data pertama yang akan terlihat adalah lima bayar statistic

ketika data dihitung. Pilih layar statistic dengan menekan panah

bawah atau panah atas.

3) Timbangan Berat Badan dan Mikrotois

Timbangan berat badan dan mikrotois (alat pengukur tinggi badan

digunakan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan responden

untuk mendapatkan nilai Indeks Masa Tubuh (IMT) sebagai penentu

status gizi responden. Setelah dilakukan pengukuran, data tinggi badan

dan berat badan responden kemudian dimasukkan ke dalam kolom isian

pertanyaan mengenai tinggi badan dan berat badan pada bagian identitas

responden di awal kuesioner.

F. Pengolahan Data

Seluruh data primer yang terkumpul akan diolah dengan proses sebagai

berikut:

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

76

1) Data Coding

Proses memberikan kode untuk masing-masing variabel sesuai

dengan tujuan dikumpulkannya data agar memudahkan dalam proses

entry. Proses ini dilakukan sejak saat pembuatan kuesioner. Berikut

adalah penjelasan coding untuk masing-masing variabel:

a. Bisinosis

Variabel bisinosis terdiri dari 6 kelompok pertanyaan, yaitu:

1) Batuk

Pertanyaan tentang gejala batuk diawali dengan pertanyaan

apakah responden selama bekerja di lokasi penelitian biasanya

mengalami batuk, apakah biasanya batuk sebanyak 4-6 kali

sehari atau minimal 4 hari atau lebih dalam seminggu, dan

pertanyaan apakah biasanya batuk selama sepanjang hari, yang

pilihan jawaban untuk masing-masing pertanuyaan tersebut

adalah 1. Ya 2. Tidak. Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu

pertanyaan tersebut maka dilanjutkan dengan pertanyaan

apakah responden biasanya batuk pada hampir setiap hari

selama 5 bulan berturut-turut atau lebih dalam setahun terakhir

dengan pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak. Kemudian pertanyaan

terbuka mengenai sudah berapa lama mengalami batuk dengan

jawaban yang diharapkan dalam satuan tahun. Selanjutnya

pertanyaan mengenai apakah batuk yang dialami dirasakan

pada hari-hari tertentu dalam seminggu dengan pilihan jawaban

1. Ya 2. Tidak yang jika Ya kemudian berlanjut ke pertanyaan

mengenai hari kerja ke berapa saja batuk itu ada dengan pilihan

jawaban 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07 untuk mewakili 7 hari

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

77

dalam seminggu. Baru kemudian masuk ke pertanyaan terakhir

perihal intensitas batuk pada hari kerja ke 01 dengan pilihan

jawaban 1. Kadang-kadang 2. Selalu.

2) Dahak

Pertanyaan mengenai gejala dahak diawali dengan

pertanyaan perihal apakah responden biasanya mengeluarkan

dahak dari dalam dadanya, apakah biasanya mengeluarkan

dahak sampai sebanyak 2 kali sehari atau minimal 4 hari atau

lebih dalam seminggu, apakah biasanya mengeluarkan dahak

ketika bangun tidur di pagi hari, dan apakah biasanya

mengeluarkan dahak/rehak selama sepanjang hari yang pilihan

jawabannya terdiri dari 1. Ya 2. Tidak. Jika ada jawaban Ya

pada salah satu pertanyaan tersebut maka dilanjutkan dengan

pertanyaan apakah biasanya mengeluarkan dahak hampir setiap

hari atau minimal selama 3 bulan berturut-turut atau lebih

dalam setahun belakangan dengan pilihan jawaban 1. Ya

2.Tidak. Serta diakhiri dengan pertanyaan terbuka berupa sudah

berapa lama memiliki masalah dahak/reak tersebut dengan

jawaban yang diharapkan adalah dalam satuan tahun.

3) Peristiwa Batuk dan Dahak

Pertanyaan mengenai peritiwa batuk dan dahak terdiri dari

dua pertanyaan mengenai apakah responden mengalami

serangan batuk dengan dahak/reak meningkat yang berlangsung

minimal 3 minggu berturut-turut atau lebih dalam setahun

dengan pilihan jawab 1. Ya 2. Tidak. Serta pertanyaan terbuka

sudah berapa lama mengalami setidaknya satu serangan batuk

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

78

dengan dahak tersebut dengan jawaban yang diharapkan adalah

dalam satuan tahun.

4) Napas Berbunyi atau Mengi

Pertanyaan mengenai gejala napas berbunyi atau mengi

diawali dengan pertanyaan tentang apakah dada responden

pernah berbunyi/mengeluarkan suara mengi atau bengek bila

bernapas ketika pilek/flu, terkadang disaat tidak pilek/flu, dan

hampir setiap hari atau setiap malam (4 hari dalam seminggu)

dengan pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak. Jika ada jawaban Ya

dari responden pada salah satu pertanyaan tersebut maka

dilanjutkan dengan pertanyaan apakah bunyi mengi tersebut

muncuk setelah bekerja di bagian/unit kerjanya dengan pilihan

jawaban 1. Ya 2. Tidak dan pertanyaan terbuka tentang sudah

berapa lama mengi/bengek tersebut ada dengan jawaban

jawaban yang diharapkan adalah dalam satuan tahun.

Selanjutnya adalah pertanyaan tentang apakah responden

memiliki serangan mengi yang membuatnya merasa sesak

napas dengan pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak yang jika diberi

jawaban Ya maka dilanjutkan dengan pertanyaan terbuka

berapa usia responden ketika pertama kali mendapatkan

serangan tersebut dengan jawaban yang diharapkan adalah

dalam satuan tahun. Kemudian pertanyaan mengenai apakah

responden mengalami peristiwa tersebut sebanyak 2 kali atau

lebih yang pilihan jawabannya 1. Ya 2. Tidak dan pertanyaan

apakah responden pernah membutuhkan/menggunakan obat

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

79

atau perawatan untuk mengatasi serangan-serangan tersebut

yang pilihan jawabannya adalah 1. Ya 2. Tidak.

5) Rasa Dada Tertekan atau Terjepit

Pertanyaan-pertanyaan seputar rasa dada tertekan atau

terjepit diawali dengan pertanyaan tentang apakah responden

pernah merasa seperti ditekan/dijepit atau napasnya bertambah

susah dengan pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak. Jika jawaban

pertanyaan tersebut Ya maka dilanjutkan dengan pertanyaan

pada hari kerja ke berapa responden merasakan dada tertekan

atau terjepit dengan pilihan jawaban 01, 02, 03, 04, 05,

06, 07 untuk mewakili 7 hari dalam seminggu. Jika hari ker

01 adalah jawaban dari responden, maka dilanjutkan dengan

pertanyaan bagaimana intensitas rasa dada tertekan atau

terjepit yang dirasakan apakah 1. Kadang-kadang atau 2.

Selalu.

Selanjutnya adalah pertanyaan tentang kapan rasa dada

terjepit tersebut hilang dengan pilihan jawaban 1. Hari kerja ke

1 berhenti bekerja 2. Hari kerja ke 2 berhenti bekerja 3. Hari

kerja ke 3 berhenti bekerja 4. Tidak hilang/tetap ada. Jika

jawaban responden merasakan rasa dada tertekan pada hari

kerja ke 1, maka dilanjutkan dengan pertanyaan kapan

responden merasa dada tertekan/terjepit atau merasakan napas

susah yang pilihan jawabannya adalah 1. Sebelum masuk

pabrik 2. Sesudah Masuk pabrik. Kemudian dilanjutkan

dengan pertanyaan terbuka tentang setelah bekerja berapa lama

di bagian yang berdebu responden mulai merasakan dada

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

80

tertekan dengan jawaban yang diharapkan adalah dalam satuan

bulan/tahun.Lalu pertanyaan tentang apakah di waktu yang

lalu responden pernah mereasa tertekan atau terjepit dengan

pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak, yang jika jawabannya Ya aka

ditanyakan pada hari kerja ke berapa apakah 01, 02, 03, 04,

05, 06, 07, selanjutnya jika jawabannya Ya pada hari kerja

ke 1 maka ditanyakan apakah rasa itu muncul 1. Kadang-

kadang atau 2. Selalu.

Serta pertanyaan tentang apakah dalam 3 tahun kebelakang

responden pernah memiliki penyakit/gangguan pada dada yang

menyebabkan harus berhenti bekerja yang pilihan jawabannya

adalah 1. Ya 2. Tidak. Jika jawaban pertanyaan terebut Ya

maka berkanjut menuju dua pertanyaan terakhir yaitu apakah

responden dahulu mengeluarkan dahak karena mengalami

gangguan/penyakit pada dada yang pilihan jawabannya adalah

1. Ya 2. Tidak dan pertanyaan terbuka tentang pada 3 tahun

terakhir berapa banyak penyakit yang diderita dan apakah

berlangsung selama seminggu atau lebih dengan jawaban yang

diharapkan adalah berupa menyebutkan jumlah penyakit.

6) Sesak Napas karena Sakit Jantung Atau Paru

Pertanyaan perihal sesak napas karena sakit jantung atau

paru diawali dengan pertanyaan apakah responden menderita

sakit jantung atau paru dengan pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak

yang kemudian responden harus memiliki apakah 1. Jantung

atau 2. Paru. Selain itu responden juga diminta menyebutkan

kondisi lain selain penyakit jantung dan paru yang menyebabkan

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

81

ia tidak dapat berjalan. Selanjutnya adalah pertanyaan tentang

apakah responden menjadi susah/sesak napas saat sedang

berjalan tergesa-gesa/terburu-buru di tempat yang datar atau saat

berjalan biasa di tempat yang agak menanjak, apakah responden

harus berjalan lebih lamban dari pada orang-orang seusianya di

tempat yang datar karena sesak napas, apakah responden pernah

sampai terpaksa harus berhenti berjalan untuk bernapas ketika

berjalan di tempat datar dengan kecepatannya sendiri, apakah

responden pernah sampai harus terpaksa berhenti untuk

bernapas setelah berjalan sekitar 100 yard (91,44 meter) atau

setelah beberapa menit di tempat yang datar, dan apakah

responden terlalu sesak/pendek napas untuk pergi meninggalkan

rumah atau ketika mengenakan/melepaskan pakaian yang

pilihan jawabannya adalah 1. Ya 2. Tidak.

b. Penggunaan APD (Masker)

Pertanyaan terkait variabel APD (Masker) terdiri dari

pertanyaan apakah responden menggunakan APD di ruang berdebu

untuk menghindari debu dengan pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak.

Jika jawaban responden adalah Ya maka berlanjut ke pertanyaan

tentang APD yang digunakan dengan pilihan jawaban 1. Masker

yang disediakan 2. Masker atau cara lain kemudian sebutkan apa

cara lainnya. Kemudian diakhir dengan pertanyaan bagaimana

kebiasaan responden memakai masker (APD) dengan pilihan

jawaban 1. Selalu 2. Kadang-kadang.

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

82

c. Masa kerja

Pertanyaan mengenai masa kerja terdapat di kelompok

pertanyaan riwayat pekerjaan dengan jenis pertanyaan berupa

pertanyaan terbuka dengan jawaban yang diharapkan adalah dalam

satuan tahun.

d. Kebiasaan merokok

Pertanyaan perihal kebiasaan merokok diawali dengan

pertanyaan apakah respoden pernah meroko sebanyak 100 batang

atau lebih selama hidupnya yang pilihan jawabannya adalah 1. Ya

2. Tidak. Jika jawaban responden adalah Ya maka berlanjut ke

pertanyaan apakah dalam satubulan terakhir responden masih

merokok dengan pilihan jawaban 1. Ya 2. Tidak, pertanyaan

terbuka tentang pada usia berapa berhenti merokok jika sudah

berhenti dengan jawaban yang diharapkan adalah dalam satuan

tahun, pertanyaan terbuka tentang berapa batang rokok rata-rata

sehari yang dihisap dengan jawaban yang diharapkan adalah dalam

satuan batang, pertanyaan terbuka tentang berapa usia responden

mulai merokok dengan jawaban yang diharapkan adalah dalam

satuan tahun, dan pertanyaan tentang apakah biasanya responden

menghirup asap rokok hingga ke dalam dadanya dengan pilihan

jawaban 1. Ya 2. Tidak. Selain itu juga terdapat pertanyaan-

pertanyaan mengenai kebiasaan merokok berdasarkan jenis rokok

(sigaret, cerutu, dan rokok pipa) yang pilihan jawaban

pertanyaannya tediri dari 1. Ya 2. Tidak, jawaban yang diharapkan

adalah dalam satuan tahun dan dalam satuan rokok/batang per hari,

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

83

serta dengan pilihan jawaban 1. Tidak termasuk 2. Sekali-sekali

tidak 3. Sedikit 4. Cukup 5. Banyak.

e. Umur pekerja

Pertanyaan mengenai umur adalah pertanyaan terbuka

mengenai tanggal lahir responden dengan jawaban yang

diharapkan adalah dalam satuan tanggal, bulan, dan tahun.

f. Jenis Kelamin

Pertanyaan mengenai jenis kelamin hanya memiliki dua

pilihan jawaban yakni 1. Perempuan 2. Laki-laki.

g. Tingkat pendidikan

Pertanyaan mengenai tingkat pendidikan adalah pertanyaan

terbuka dengan jawaban dalam satuan tahun.

2) Data Editing

Proses menyunting data yang dilakukan sebelum melakukan data

entry dengan melakukan pengecekan isian kuisioner, apakah jawaban

pada setiap pertanyaan sudah terjawab lengkap dan jelas.

3) Data Entry

Proses memasukkan data ke dalam komputer dengan menggunakan

perangkat lunak (software) pada komputer agar data dapat dianalisis.

4) Data Cleaning

Proses pengecekan data setelah data di-entry dengan tujuan untuk

mengetahui apakah ada data yang belum di entry atau terjadi kesalahan

saat entry. Hasil skoring akhir masing-masing variabel setelah seluruh

data di-entry dan sebelum dianalsisis lebih lanjut adalah sebagai berikut:

a. Bisinosis

0. Tingkat 0, jika jawaban pertanyaan 12A adalah 2. Tidak.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

84

1. Tingkat ½, jika jawaban pertanyaan 12A adalah 1. Ya, kemudian

jawaban pertanyaan 12B terdiri dari 01, dan jawaban pertanyaan

12C adalah 1. Kadang-kadang.

2. Tingkat 1, jika jawaban pertanyaan 12A adalah 1. Ya, kemudian

jawaban pertanyaan 12B terdiri dari 01, dan jawaban pertanyaan

12C adalah 2. Selalu.

3. Tingkat 2, jika jawaban pertanyaan 12A adalah 1. Ya, kemudian

jawaban pertanyaan 12B tidak hanya terdiri dari 01, dan jawaban

pertanyaan 12C adalah 1. Selalu.

4. Tingkat 3, jika jawaban pertanyaan 12A adalah 1. Ya, kemudian

jawaban pertanyaan 12B terdiri dari 01 , jawaban pertanyaan

12C adalah 1. Selalu, jawaban pertanyaan 12D adalah 1. Hari

kerja ke 1 berhenti bekerja, dan jawaban pertanyaan 12E adalah

1. Sebelum masuk pabrik.

Untuk menentukan grade atau tingkat bisinosis pada responden,

peneliti juga melakukan konsultasi/diskusi sebelumnya dengan

dokter perusahaan PT. Argo Pantes Tbk Tangerang untuk

menghindari subjektifitas dan meningkatkan sensitifitas instrumen

yang digunakan dan proses pengumpulan data yang dilakukan.

b. Konsentrasi/kadar debu kapas

0. ≤ 0,2 mg/m3, jika hasil pengukuran kadar debu kapas kurang atau

sama dengan 0,2 mg/m3 (NAB debu kapas).

1. >0,2 mg/m3, jika hasil pengukuran kadar debu kapas lebih dari

0,2 mg/m3 (NAB debu kapas).

c. Penggunaan APD (Masker)

0. Sesuai, jika jawaban pertanyaan 29C adalah masker N95.

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

85

1. Tidak Sesuai, jika jawaban pertanyaan 29C adalah selain masker

N95.

d. Kebiasaan Merokok

0. Bukan Perokok, jika jawaban pertanyaan 25A adalah 2. Tidak.

1. Bekas Perokok, jika jawaban pertanyaan 25A adalah 1.Ya dan

jawaban pertanyaan 25B adalah 2. Tidak.

2. Masih Perokok, jika jawaban pertanyaan 25A adalah 1.Ya dan

jawaban pertanyaan 25B adalah 1. Ya.

e. Status Gizi

0. Kurang, jika IMT responden kurang dari 18,50.

1. Normal, jika IMT responden mencapai 18,50-24,99.

2. Lebih, jika IMT responden mencapai 25,00-≥30,00.

f. Umur

0. Muda dan dewasa, jika umur responden kurang dari 30 tahun.

1. Tua, jika umur responden lebih dari sama dengan 30 tahun.

g. Jenis Kelamin

0. Perempuan, recode dari coding jawaban 1. Perempuan.

1. Laki-laki, recode dari coding jawaban 2. Laki-laki.

h. Tingkat Pendidikan

1. Rendah, jika jawaban pertanyaan no. 6 adalah kurang dari sama

dengan 9 tahun.

2. Tinggi, jika jawaban pertanyaan no. 6 lebih dari 9 tahun

G. Analisa Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan

analisis bivariat dengan penjelasan sebagai berikut:

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

86

1) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal dan

merupakan hal yang penting untuk menganalisis distribusi ukuran kasus

sampel dari variabel tunggal. Bentuk paling sederhana dari analisis

univariat adalah menghitung jumlah kasus dalam masing-masing kategori.

Hasil perhitungan tersebut disebut dengan distribusi frekuensi, yang perlu

diberikan manipulasi statistik tambahan agar lebih bermanfaat. Manipulasi

statistik tambahan tersebut tergantung pada jenis variabel atau lebih tepat

pada tingkat pengukuran atau skala yang terdiri dari skala nominal,

ordinal, interval, dan rasio (Lapau, 2012). Adapun skala atau tingkat

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Skala Nominal

Pada pengukuran skala nominal, kategori yang satu dari variabel

tertentu berbeda dengan kategori lain dari variabel yang sama

sehingga satu kategori variabel tidak perlu lebih tinggi, lebih rendah,

lebih besar, lebih kecil, dari kategori yang lain (Lapau, 2012). Skala

nominal dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel jenis

kelamin.

b. Skala Ordinal

Variabel dengan skala ordinal adalah satu variabel yang ada

hubungan tingkatan di antara kateogrinya dengan kategori nomor 1

dianggap lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori dengan nomor 2,

nomor 3, dan seterusnya (Lapau, 2012). Skala ordinal dalam

penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel bisinosis,

konsentrasi/kadar debu kapas, penggunaan APD (pemakaian masker),

lama kerja, area/bagian kerja (aktifitas pekerjaan), kebiasaan merokok,

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

87

status gizi, umur, dan tingkat pendidikan. Dengan tingkat paling

rendah atau tidak berisiko adalah kateogri nomor 0 dan tingkat paling

tinggi atau tingkat paling berisiko adalah nomor 4 untuk variabel

bisinosis, nomor 2 untuk variabel penggunaan APD, kebiasaan

merokok, dan status gizi, serta nomor 1 untuk variabel konsentrasi

debu kapas, umur, dan tingkat pendidikan.

c. Skala Rasio

Skala rasio dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel

masa kerja.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan

antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Jenis

teknis analisis yang tepat untuk meneliti hubungan statistik diantara 2

variabel tergantung pada apakah variabel itu kategorikal (nominal dan

ordinal) atau kontinous (interval dan rasio) (Lapau, 2012). Jenis teknik

analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

hubungan antara 2 variabel kategorik, yaitu antara 2 variabel ordinal serta

antara variabel ordinal dan nominal, yaitu uji chi square. Serta teknik

analisis hubungan antara variabel numerik yang datanya berdistribusi tidak

normal dan variabel kategorik lebih dari 2 kategori, yaitu uji kruskal

wallis.

Hipotesis dalam statistik ada dua macam, yaitu (Hastono dan Sabri,

2010):

a. Hipotesis nol (Ho), adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada

perbedaan sesuatu kejadian antara kedua kelompok. Contohnya, tidak

ada perbedaan berat badan bayi antara mereka yang dilahirkan dari

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

88

ibu merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak

merokok.

b. Hipotesis alternatif (Ha), adalah hipotesis yang menyatakan ada

perbedaan suatu kejadian antara kedua kelompok. Contohnya, ada

perbedaan berat badan bayi antara mereke yang dilahirkan dari ibu

yang merokok dengan mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak

merokok.

Untuk menentukan keputusan uji statistik, penelitian ini

menggunakan pendekatan probabilistik dengan menggunakan salah satu

program statistik computer yang dapat menampilkan nilai P (P value).

Nilai P tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai α (alpha) untuk

membuat keputusan uji statistik berdasarkan keputusan yang berlaku, yaitu

(Hastono dan Sabri, 2010):

a. Bila nilai P ≤ α, keputusannya adalah Ho ditolak.

b. Bila nilai P > α, keputusannya adalah Ho gagal ditolak.

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

89

BAB V

HASIL

A. Proses Produksi di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

a) Bahan Baku dan Bahan Penolong

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi di PT.

Argo Pantes Tbk Tangerang adalah bahan baku katun alami dan katun

campuran antara kapas dan polyester. Sementara bahan penolong yang

digunakan adalah kain pancing. Selain menggunakan bahan baku dan

bahan penolong, proses produksi juga menggunakan bahan kimia yang

digunakan dalam proses yarn dyeing/yarn processing dan proses fabric

processing/dyeing finishing. Bahan kimia yang digunakan dalam proses

yarn dyeing/yarn processing adalah soda kaustik, NaOH, Na2CO3, enzim,

KmnO4, dan Na2SO4. Sementara bahan kimia yang digunakan dalam

fabric processing/dyeing finishing adalah resin, zat anti sadah, zat anti

migrasi, dan pembasah seperti sabun dan kanji (Alpiah, 2015).

b) Proses Produksi dan Hasil Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

dilakukan per unit secara terpadu yang terdiri dari serangkaian proses

seperti yang terlihat pada gambar 5.1, dengan penjelasan sebagai berikut

(Alpiah, 2015):

1) Spinning (Pemintalan)

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang memiliki tiga buah pabrik/unit

spinning, yaitu Spinning 1, Spinning 2, dan Spinning 3. Namun,

unit/pabrik spinning yang masih beroperasi hingga penelitian ini

dilakukan hanyalah unit Spinning 3. Spinning adalah tahapan awal

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

90

dalam pembutan kain atau benang yang terdiri dari serangkaian

tahapan yang harus dijalani, yaitu:

a) Blowing

Blowing adalah tahapan/proses menguraikan gumpalan

kapas yang baru diambil dari pohon dan mencampurkan

kapas/polyeter yang telah terurai. Pada tahapan ini, bahan baku

yang awalnya berbentuk gumpalan diolah menjadi lembaran-

lembaran kapas yang panjang dan lebar.

b) Carding

Carding adalah tahapan/proses merubah bentuk bahan baku

dari lembaran menjadi uraian sebesar tali yang cara

penggulungannya seperti tali tambang, yang terdiri dari proses

penggarukan, pembersihan, dan penguraian serat.

c) Pre Drawing

Pre Drawing adalah tahapan/proses perangkapan dan

peregangan bahan baku, mensejajarkan serat (apakah 100% kapas

atau ada campuran polyester), serta memperbaiki kerataan bahan

baku.

d) Lap Former

Lap Former adalah tahapan/proses perubahan bentuk bahan baku

dari yang berbentuk tali menjadi bentuk lembaran-lembaran yang

lebih tipis apabilia dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari

proses carding.

e) Combing

Combing adalah tahapan/proses memisahkan serat panjang

dan pendek agar tidak mudah putus. Kemudian serat tersebut

disejajarkan, untuk selanjutnya dilakukan proses perubahan

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

91

bentuk dari lembaran tipis menjadi tali-tali yang disimpan dengan

cara digulung.

f) Drawing

Drawing adalah tahapan/proses merangkapkan,

memperbaiki, dan mensejajarkan serat agar tali tidak mudah

putus, serta dilakukan pengaturan presentase blending.

g) Roving

Roving adalah tahapan/proses yang harus dilalui oleh

benang baik yang sudah diberi pewarnaan maupun benang yang

masih berwarnan asli.

h) Ring Spinning

Ring Spinning adalah tahapan/proses membentuk benang

dalam kapasitas yang lebih kecil dari proses roving untuk

kemudian diberi nomor dan keterangan mengenai persentase

bahan baku yang digunakan agar lebih mudah menentukan jenis

kain yang akan diolah dalam proses weaving. Pada tahapan/proses

ini benang roving akan dirubah bentuknya menjadi benang ring.

i) Winding

Winding adalah tahapan/proses penggulungan benang ring

menjadi benang cones yang lalu akan diperiksa kerataan dan berat

gulungan benang tersebut. Setelah tahapan/proses winding selesai

dilakukan pengepakan.

2) Weaving (Penenunan)

Serangkaian tahapan yang harus dilakukan pada proses weaving

adalah:

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

92

a) Penerimaan Bahan Baku

Proses/tahapan menerima bahan baku berupa benang dari

Spinning. Ada dua jenis benang yang menjadi bahan baku, yaitu

benang lusin dan benang pakan. Benang lusi adalah benang yang

dipasang sejajar pada mesin tenun sehingga membentuk anyaman

untuk kain dengan bentuk memanjang. Sementara benang pakan

adalah benang anyaman untuk kain dengan bentuk melebar atau

arahnya tegak lurus dengan benang lusi.

b) Sizing

Sizing adalah tahapan/proses pengajian benang lusi dalam

rangka menidurkan bulu-bulu benang dan menambah kekuatan

benang sehingga tidak putus pada proses penenunan.

c) Reaching

Reaching adalah tahapan/proses memasukan benang lusi

yang tlah melalui proses sizing ke dalam gun, dropper, dan sisir.

Serta menentukan anyaman tenunan sebagai desain struktur pada

kain.

d) Tying

Tying adalah tahapan/proses menyambungkan benang lusi

dia ats mesin tenun dengan benang lusi pada bibit sehingga

pemasangan pada tenun dapat lebih cepat/dipercepat.

e) Tenun

Tenun adalah tahapan/proses membuat kain dengan cara

menganyam benang lusi dan benang pakan dengan motif anyaman

yang telah ditentukan.

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

93

f) Inspecting

Inspecting adalah tahapan/proses memeriksa kain yang

telah selesai ditenun dalam rangka memisahkan dan membedakan

grade kain sesuai dengan kelompoknya.

g) Folding

Folding adalah tahapan/proses melipat dan mendata kain

yang sudah melalui tahapan inspecting berdasarkan panjang dan

grade kain.

h) Packing

Packing adalah tahapan/proses menyusun kain di atas palet

dan mendata kain sesuai dengan jenis serta grade kain untuk

kemudian sebagian kain di ball pada mesin ball press untuk

dikirim ke luar negeri (ekspor). Sementara sebagian lainnya

dikirim ke gudang.

3) Yarn Dyeing/Yarn Processing (Pewarnaan Benang)

Serangkaian tahapan yang harus dilakukan pada proses yarn

dyeing adalah:

a) Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah benang grey.

b) Singeing

Singeing adalah tahapan/proses dihilangkannya bulu-bulu

pada serat benang untuk diwarnai.

c) Reeling

Reeling adalah tahapan/proses mengubah benang bentuk

cones menjadi bentuk benang grey.

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

94

d) Mercerize

Mercerize adalah tahapan/proses penarikan benang dalam

larutan soda kaustik untuk menambah daya serap, kilatm dan

kekuatan tarik benang yang dilakukan pada suhu rendah.

e) Hank ke Cones

Hank ke Cones adalah tahapan/proses menggulung benang

dari bentuk hank ke bentuk cones.

f) Soft Winder

Soft Winder adalah tahapan/proses menggulung benang dari

bentuk cones ke bentuk stainless tube yang diperlukan untuk

tahapan dyeing.

g) Dyeing

Dyeing adalah tahapan/proses pencelupan benang dalam

bentuk cheese atau beam, yang prosesnya dimulai dari scourcing,

bleaching, sampai oiling.

h) Dryer

Dryer adalah tahapan/proses mengeringkan benang yang

telah melalui proses/tahapan pencelupan dengan menggunakan

uap panas yang dialirkan oleh blower.

i) RTW

RTW adalah tahapan/proses menggulung benang dari bentuk

stainless tube ke dalam bentuk cone kembali.

j) Warping

Warping adalah tahapan/proses pemindahan gulungan dari

gulungan cones menjadi gulungan boom yang harus disesuaikan

dengan panjang yang telah ditentukan agar tidak ada kesulitan

pada tahapan/proses selanjutnya.

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

95

k) Verpacking

Verpacking adalah tahapan/proses pengepakan barang

untuk dikirim ke gudang berdasarkan lot, warna, dan sebagainya.

4) Dyeing Finishing/Fabric Processing (Pencelupan Kain)

Proses-proses yang harus dilakukan dalam tahapan dyeing

finishing adalah:

a) Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan proses menyambug kain

grey per lembar dan per jenis warna yang diingingkan.

b) Bleaching

Bleaching adalah tahapan/proses yang terdiri dari proses

membakar bulu permukaan kain grey, penghilangan kanji,

pemasakan untuk menghilangkan kotoran dan kuman pada suhu

120⁰C selama 40 menit, pemutihan, penstabilan serat kapas,

menambah kekuatan kain, menambah daya serap serat kain, dan

menstabilkan serat polyester.

c) Dyeing

Dyeing adalah tahapan/proses yang terdiri dari proses

pencelupan atau pewarnaan kain dengan menggunakan zat warna,

pengikatan zat warna dengan serat polyester pada suhu 200⁰C -

210⁰C selama 90 detik, dan pengikatan zat warna reaktif dengan

serat kapas pada mesin padsteam pada suhu 102⁰C.

d) Finishing

Finishing adalah tahapan/proses yang terdiri dari proses:

1. Penyempurnaan dengan menggunakan obat resin dan softener

2. Mengatur (setting) arah lebar kain agar kain tidak luntur dan

tidak berubah pH-nya

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

96

3. Perbaikan warna (topping)

4. Pemeriksaan sekilas kain agar terbebas dari masalah spack,

lipetan, spot, dan bekas oli/bekas zat kimia yang digunakan.

5. Proses pemantapan kain agar mendapatkan shrinkage yang

diinginkan oleh pelanggan sehingga kain tidak menciut saat

masuk proses selanjutnya.

e) Verpacking

Verpacking adalah tahapan/proses memeriksa kain untuk

menentukan grade kain dengan klasifikasi grade A, B, C, dan X.

Kain grade A dan B akan diekspor (dikirim/dijual ke luar negeri).

Kain grade C akan dijual di dalam negeri. Sementara kain grade

X yang merupakan kain dengan kerusakan parah sekali/cacat kain

parah tidak akan dijual melainkan akan dipernaiki dan diolah

kembali. Selain itu, pada tahapan verpacking juga terdapat proses

scrolling, yaitu menggulung dan membungkus kain jadi serta

proses pengepakan kain ke dalam box sesuai dengan permintaan

pelanggan untuk dikirim ke gudang.

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

97

B. Analisis Univariat

a) Gambaran Bisinosis Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes

Tbk. Tangerang

Bisinosis adalah penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh

inhalasi debu kapas, rami, vlas, henep, sisal atau goni. Berikut adalah

gambaran distribusi frekuensi kemungkinan bisinosis menurut tingkatan

(grade) dan gejala-gejala penyerta pada pekejra bagian produksi PT. Argo

Pantes Tbk. Tangerang Tahun 2016.

1. Gambaran Bisinosis Pada Pekerja Menurut Tingkat Bisinosis

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden dan

analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil kemungkinan tingkat

bisinosis pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang seperti yang tertera pada tabel 5.1.

Gambar 5.1 Alur Kegiatan Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

98

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Bisinosis Menuut Tingkat Bisinosis

di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

No Tingkat Bisinosis n Persen (%)

1 Tingkat 0 122 93,8%

2 Tingkat ½ 5 3,8%

3 Tingkat 1 2 1,5%

4 Tingkat 2 1 0,8%

5 Tingkat 3 0 0%

Total 130 100%

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa sebanyak 122

(93,8%) orang pekerja memiliki kemungkinan mengalami bisinosis

tingkat 0 (tidak ada gejala), 5 (3,8%) orang pekerja memiliki

kemungkinan mengalami bisinosis tingkat ½, 2 (1,5%) orang pekerja

memiliki kemungkinan mengalami bisinosis tingkat 1, 1 (0,8%) orang

pekerja memiliki kemungkinan mengalami bisinosis tingkat 2, dan

tidak ada satu pun pekerja yang memiliki kemungkinan mengalami

bisinosis tingkat 3.

2. Gambaran Gejala Penyerta Bisinosis Pada Pekerja

Bisinosis memiliki ciri khas atau karakteristik gejala berupa rasa

dada tertekan/sesak dada/napas bertambah susah yang dimulai pada

hari pertama bekerja setelah dua hari libur bekerja (hari Senin). Yang

kemudian perkembangan ciri khas gejala tersebut menentukan tingkat

sakit bisinosis seseorang ke dalam lima tingkatan, yaitu tingkat 0, ½, 1,

2, dan 3.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, sebanyak 122 (93,8%)

orang pekerja kemungkinan memiliki bisinosis tingkat 0, yang itu

artinya pada pekerja tersebut tidak ditemukan adanya gejala khas

bisinosis. Kemudian sebanyak 5 (3,8%) orang pekerja memiliki

kemungkinan bisinosis tingkat ½ yang artinya pekerja tersebut

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

99

mengalami kadang-kadang berat di dada dan pendek nafas pada hari

Senin atau rangsangan pada alat-alat pernapasan pada hari Senin.

Selanjutnya sebanyak 2 (1,5%) orang pekerja memiliki kemungkinan

bisinosis tingkat 1 dan 1 (0,8%) orang pekerja memiliki kemungkinan

bisinosis tingat 2 yang itu artinya 2 orang pekerja tersebut mengalami

berat di dada atau pendek napas pada hari Senin hampir setiap minggu

sementara 1 orang pekerja tersebut mengalami berat di dada atau

pendek nafas pada hari Senin dan hari-hari lainnya pada setiap

minggu.

Selain ditemukan ada ciri khas gejala tersebut, secara keseluruhan

gejala bisinosis meliputi sesak dada, batuk kronis, dahak kronis,

peristiwa batuk dengan dahak/reak yang meningkat, mengi, dan sesak

napas. Distribusi gejala-gejala tersebut pada pekerja PT. Argo Pantes

Tbk. Tangerang tertera tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut Gejala Penyerta Bisinosis

di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

No Gejala Ya Tidak Total

n % n % n %

1 Batuk Kronis 16 12,3% 114 87,7% 130 100%

2 Dahak Kronis 21 16,2% 109 83,8% 130 100%

3

Peristiwa Batuk

dengan Dahak/Reak

yang Meningkat

7 5,4% 123 94,6% 130 100%

4 Mengi 22 16,9% 108 83,1% 130 100%

5 Sesak Napas 5 3,8% 125 96,2% 130 100%

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebanyak 16

(12,3%) orang pekerja mengalami batuk kronis, 21 (16,2%) orang

pekerja mengalami dahak kronis, 7 (5,4%) orang pekerja pernah

mengalami peristiwa batuk dengan dahak meningkat, 22 (16,9%)

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

100

orang pekerja mengalami mengi, dan 5 (3,8%) orang pekerja

mengalami sesak napas.

b) Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bisinosis Pada

Pekerja PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang

Munculnya bisinosis pada pekerja dipengaruhi oleh faktor-

faktor/variabel seperti konsentrasi/kadar debu kapas, penggunaan APD,

masa kerja, kebiasaan merokok, status gizi, umur, jenis kelamin, dan

tingkat pendidikan. Distribusi frekuensi variabel konsentrasi/kadar debu

kapas, penggunaan APD, kebiasaan merokok, status gizi, umur, jenis

kelamin, dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.3. Sementara

untuk distribusi frekuensi variabel masa kerja dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Konsentrasi/Kadar Debu Kapas,

penggunaan APD, kebiasaan Merokok, Status Gizi, Umur, Jenis

Kelamin, dan Tingkat Pendidikan di PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang

Tahun 2016

No Variabel

Independen

Kategori n Persen (%)

1 Konsentrasi/

Kadar Debu

Kapas

≤ NAB (≤ 0,2

mg/m3)

82 63,1%

>NAB (0,2

mg/m3)

48 36,9%

2 Penggunaan

APD

Sesuai 0 0%

Tidak Seseuai 130 100%

3 Kebiasaan

Merokok

Bukan Perokok 90 69,2%

Bekas Perokok 9 6,9%

Masih Perokok 31 23,8%

4 Status Gizi Normal 11 8,5%

Kurang 69 53,1%

Lebih 50 38,5%

5 Umur Muda dan

Dewasa

11 8%

Tua 119 92%

6 Jenis Kelamin Perempuan 45 35%

Laki-Laki 85 65%

7 Tingkat

Pendidikan

Tinggi 100 76,9%

Rendah 30 23,1%

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

101

1. Gambaran Konsentrasi/Kadar Debu Kapas Pada Area Unit

Produksi

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan dan seperti

yang terdapat pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa sebanyak 82

(63,1%) orang pekerja bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar

debu kapas yang kurang dari sama dengan NAB (≤0,2 mg/m3) dan

sebanyak 48 (36,9%) orang pekerja bekerja di area kerja dengan

konsentrasi/kadar debu kapas yang lebih dari NAB (>0,2 mg/m3).

Selain itu, diperoleh hasil konsentrasi/kadar debu kapas pada

beberapa area kerja di empat unit produksi PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang seperti yang tertera pada tabel 5.4 dan gambar 5.2.

Tabel 5.4 Distribusi Konsentrasi/Kadar Debu Kapas Per Unit dan Per

Area Kerja Unit Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun

2016

No Unit Area Kerja/Bagian Konsentrasi/Kadar

Debu Kapas

TWA (mg/m3)

1 Spinning 3 Front Spinning (CDR) 0,293

Ring Spinning 5,995

Winding 0,399

2 Weaving Tenun bagian 1 0,214

Tenun bagian 2 0,137

3 Yarn

Processing/

Yarn Dyeing

Soft Winder 0,179

RTW 0,183

Warper 0,227

Verpacking 0,095

4 Dyeing

Finishing/

Fabric

Processing

Bleaching 0,046

Dyeing 0,036

Finishing 0,287

Verpacking 0,071

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

102

Selanjutnya dari tabel 5.4 diperoleh informasi bahwa dari 13

area kerja PT Argo Pantes Tbk Tangerang yang diukur

konsentrasi/kadar debu kapasnya terdapat enam area kerja dengan

konsentrasi/kadar debu kapas yang telah melebihi NAB debu kapas

(>0,2 mg/m3), yaitu area kerja front spinning (0,293 mg/m3), ring

spinning (5,995 mg/m3), dan winding (0,399 mg/m3) pada unit

Spinning 3. Kemudian area kerja tenun bagian 1 (0,214 mg/m3) pada

unit Weaving, area kerja warper (0,227 mg/m3) pada unit Yarn

Processing/Yarn Dyeing, dan area kerja Finishing (0,287 mg/m3)

pada unit Dyeing Finishing/Fabric Processing. Sementara ketujuh

area kerja lainnya memiliki konsentrasi/kadar debu kapas

dibawah/kurang dari sama dengan NAB (≤0,2 mg/m3) . Selain itu,

dari gambar 5.2 juga dapat diketahui bahwa area kerja dengan

konsentrasi/kadar debu kapas paling tinggi adalah area kerja ring

spinning (5,995 mg/m3) pada unit Spinning 3. Sementara area kerja

dengan konsentrasi/kadar debu kapas paling rendah adalah area kerja

Dyeing (0,036 mg/m3) pada unit Dyeing Finishing/Fabric Processing.

0.293

5.995

0.399 0.214 0.137 0.179 0.183 0.227 0.095 0.046 0.036 0.287 0.0710.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Gambar 5.2 Konsentrasi/Kadar Debu Kapas di Area Kerja Produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

103

2. Gambaran Penggunaan APD Pekerja

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan seperti yang

tertera pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa seluruh (100%) pekerja

yang menjadi responden di PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang

menggunakan masker (APD) yang tidak sesuai atau dengan kata lain

tidak menggunakan masker N95. Jenis masker yang digunakan oleh

para pekerja tersebut dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Jenis Masker yang Digunakan Pekerja Bagian

Produksi di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

No Jenis Masker n Persen (%)

1 Masker Kain 128 98%

2 Masker Katun 1 1%

3 Masker Medis 1 1%

Total 130 100%

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa sebanyak 128

(98%) orang pekerja menggunakan jenis masker kain, 1 (1%) orang

pekerja menggunakan jenis masker katun, dan 1 (1%) pekerja

menggunakan jenis masker medis. Sementara untuk kebiasaan pekerja

dalam menggunakan masker dapat dilihat pada gambar 5.3.

Berdasarkan gambar 5.3, dapat diketahui bahwa sebanyak 54

(43%) orang pekerja selalu memakai masker selama 8 jam kerja dan

54 (43%)

74 (57%)

Selalu Memakai Kadang-Kadang Memakai

Gambar 5.3 Kebiasaan Penggunaan Masker Pekerja

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

104

sebanyak 74 (57%) orang pekerja kadang-kadang memakai masker

dalam 8 jam bekerja. Selanjutnya dari gambar 5.4 dapat diketahui

bahwa sebanyak 96 (73,8%) orang pekerja menggunakan masker

yang diberikan perusahaan dan sebanyak 34 (26,2%) orang pekerja

menggunakan masker pribadi.

3. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa sebanyak 90

(69,2%) orang pekerja adalah bukan perokok, 9 orang pekerja (6,9%)

adalah bekas perokok, dan 31 (23,8%) orang pekerja lainnya adalah

masih perokok. Berikut ini adalah gambaran lama merokok, rata-rata

batang rokok per hari, dan derajat merokok pekerja.

a. Lama Merokok dan Rata-Rata Batang Rokok Per Hari

Lama merokok dan rata-rata batang rokok per hari dari 40

orang pekerja yang merupakan perokok (bekas perokok dan

masih perokok) dapat dilihat pada tabel 5.6.

Gambar 5.4 Sumber Kepemilikan Masker

96; 74%

34; 26%

Masker dari

Perusahaan

Masker Milik

Pribadi

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

105

Tabel 5.6 Distribusi Lama Merokok dan Rata-Rata Batang

Rokok per Hari Pekerja di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

Tahun 2016

No Variabel Mean Median Modus Min. Maks.

1 Lama

Merokok

21,28

tahun

22

tahun

15

tahun

2

tahun

43

tahun

2 Rata-rata

Batang

Rokok Per

hari

7,35

batang

6

batang

12

batang

1

batang

20

batang

Dari tabel 5.6, dapat diketahui bahwa rata-rata lama merokok

40 orang pekerja yang merupakan perokok adalah 21,28 tahun,

nilai tengahnya 22 tahun, lama merokok yang paling banyak

dimiliki adalah 15 tahun, lama merokok minimalnya adalah 2

tahun dan lama merokok maksimalnya (paling lama) adalah 43

tahun. Sementara untuk rata-rata batang rokok per hari, nilai rata-

ratanya adalah 7,35 batang rokok, nilai tengahnya adalah 6

batang rokok per hari, nilai modus (rata-rata batang rokok per

hari yang paling banyak menjadi jawaban) adalah 12 batang

rokok per hari, rata-rata batang rokok per hari minimalnya

adalah 1 batang rokok per hari dan nilai maksimalnya adalah 20

batang rokok per hari.

b. Derajat Merokok

Derajat merokok seseorang dapat diketahui dengan

menggunakan Indeks Brinkman. Dari analisis yang telah

dilakukan, diperoleh hasil derajat merokok 40 orang pekerja

(responden) yang merupakan perokok adalah seperti yang terlihat

pada tabel 5.7.

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

106

Tabel 5.7 Distribusi Status Merokok Pekerja di PT. Argo Pantes

Tbk Tangerang Tahun 2016

No Status Merokok n Persen (%)

1 Perokok Ringan 29 22.3%

2 Perokok Sedang 11 8,5%

3 Perokok Berat 0 0%

Total 40 30,8%

Berdasarkan tabel 5.7, diperoleh informasi bahwa dari 40

orang pekerja (responden) yang merupakan perokok, 29 orang

merupakan perokok ringan sementara 11 orang lainnya

merupakan perokok sedang dan tidak ada yang merupakan

perokok berat.

4. Gambaran Status Gizi Pekerja

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa sebanyak 11 (8,5%)

orang pekerja memiliki status gizi kurang, 69 (53,1%) orang pekerja

status gizinya normal, dan 50 (38,5%) orang pekerja lainnya memiliki

status gizi lebih.

5. Gambaran Umur Pekerja

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui sebanyak 119 (92%) orang

pekerja memiliki umur yang tergolong tua dan 11 (8%) orang pekerja

lainnya memiliki umur yang tergolong muda dan dewasa.

6. Gambaran Jenis Kelamin Pekerja

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui sebanyak 85 (65%) orang

pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini berjenis kelamin

laki-laki dan 45 (35%) orang lainnya berjenis kelamin perempuan.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

107

7. Gambaran Tingkat Pendidikan Pekerja

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa sebanyak 100

(77%) orang pekerja memiliki tingkat pendidikan tinggi dan hanya 30

(23%) orang pekerja yang memiliki tingkat pendidikan rendah.

8. Gambaran Masa Kerja Pekerja

Distribusi frekuensi masa kerja pekerja di PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja di PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang Tahun 2016

No Variabel

Independen

Mean Median Modus Min. Maks.

1 Masa Kerja 19,80

tahun

21

tahun

5 tahun 5

tahun

38

tahun

Berdasarkan tabel 5.8, dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata

masa kerja pekerja di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang yang menjadi

responden adalah 19,80 tahun dengan nilai tengahnya 21 tahun, masa

kerja yang paling banyak dimiliki adalah 5 tahun, masa kerja paling

minimal adalah 5 tahun dan masa kerja paling maksimal (terlama)

adalah 38 tahun. Sementara berdasarkan hasil uji normalitas data yang

telah dilakukan, diperoleh nilai p value 0,000, yang menandakan

bahwa data variabel masa kerja berdistribusi tidak nomal (<0,05).

C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Dari delapan variabel indepen, hanya tujuh variabel yang dapat dilakukan

analisis bivariatnya. Sebab, salah satu hasil variabel yaitu variabel

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

108

penggunaan APD sudah sangat homogen. Pada penelitian ini, untuk

mengetahui hubungan konsentrasi/kadar debu kapas, kebiasaan merokok,

status gizi, umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan bisinosis

pada pekerja digunakan teknik analisis uji chi square. Sementara untuk

mengetahui hubungan masa kerja dengan bisisnosis digunakan teknik analisis

uji kruskal wallis dikarenakan berdasarkan uji normalitas yang digunakan,

diperoleh hasil data variabel masa kerja berdistribusi tidak normal.

a) Hubungan Antara Konsentrasi/Kadar Debu Kapas, Kebiasaan

Merokok, Status Gizi, Umur, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan

dengan Bisinosis Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk

Tangerang.

Hubungan antara konsentrasi/kadar debu kapas, kebiasaan

merokok, status gizi, umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan

bisinosis pada pekerja bagian produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Hubungan Konsentrasi/Kadar Debu Kapas, Kebiasaan Merokok,

Status Gizi, Umur, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan dengan Bisinosis

Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun

2016

No Variabel Kategori

Bisinosis

Total P

Value

Tingkat

0

Tingkat

½

Tingkat

1

Tingkat

2

n % n % n % n % n %

1

Kadar

Debu

Kapas

≤0,2 mg/m3 81 98,8 1 1,2 0 0 0 0 82 100

0,021 >0,2

mg/m3 41 85,4 4 8,3 2 4,2 1 2,1 48 100

2 Kebiasaan

Merokok

Bukan

Perokok 85 94,4 3 3,3 1 1,1 1 1,1 90 100

0,890 Bekas

Perokok 9 100 0 0 0 0 0 0 9 100

Masih

Perokok 28 90,3 2 6,5 1 3,2 0 0 31 100

3 Status Gizi Kurang 10 90,9 1 9,1 0 0 0 0 11 100 0,632

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

109

Normal 65 94,2 2 2,9 2 2,9 0 0 69 100

Lebih 47 94 2 4 0 0 1 2 50 100

4 Umur

Muda dan

Dewasa 10 90,9 1 9,1 0 0 0 0 11 100

0,766

Tua 11

2 94,1 5 3,8 2 1,5 1 0,8 119 100

5 Jenis

Kelamin

Perempuan 44 97,8 1 2,2 0 0 0 0 45 100 0,537

Laki-Laki 78 91,8 4 4,7 2 2,4 1 1,2 85 100

6 Tingkat

Pendidikan

Tinggi 93 93 4 4% 2 2% 1 1% 100 100 0,811

Rendah 29 96,7 1 3,1 0 0 0 0 30 100

1. Hubungan Antara Konsentrasi Debu Kapas dan Bisinosis

Berdasarkan tabel 5.9, dapat diketahui bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara konsentrasi/kadar debu kapas dengan bisinosis

pada pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang (p value≤0,05).

Selanjutnya, pekerja yang bekerja di lingkungan/tempat kerja dengan

konsentrasi debu kapas kurang dari sama dengan NAB (≤ 0,2 mg/m3)

dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0 (tidak ada gejala) ada

sebanyak 81 (98,8%) orang pekerja. Kemudian pekerja yang bekerja di

lingkungan/tempat kerja dengan konsentrasi debu kapas kurang dari

sama dengan NAB (≤ 0,2 mg/m3) dan memiliki kemungkinan bisinosis

tingkat ½ ada sebanyak 1 (1,2%) orang. Sementara untuk pekerja yang

bekerja di lingkungan/tempat kerja dengan konsentrasi debu lebih dari

NAB (> 0,2 mg/m3) dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0, ½,

1, dan 2 masing-masing ada sebanyak 41 (85,4%), 4 (8,3%), 2 (4,2%)

dan 1 (2,1%) orang pekerja.

2. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Bisinosis

Dari tabel 5.9 diperoleh informasi bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan bisinosis pada

pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang (p value>0,05). Selanjutnya,

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

110

pekerja yang merupakan bukan perokok dan memiliki kemungkinan

bisinosis tingkat 0 (tidak ada gejala), ½, 1, dan 2 masing-masing ada

sebanyak 85 (94,4%), 3 (3,3%), 1 (1,1%), dan 1 (1,1%) orang pekerja.

Kemudian pekerja yang merupakan bekas perokok dan memiliki

kemungkinan bisinosis tingkat 0 (tidak ada gejala) ada sebanyak orang

9 (100%) orang dan tidak ada yang memiliki kemungkinan tingkat

bisinosis ½, 1, 2 maupun 3. Sementara untuk pekerja yang merupakan

masih perokok dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat dan

memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0, ½, dan 1, masing-masing

ada sebanyak 28 (90,3%), 2 (6,5%), dan 1 (3,2%) serta tidak ada yang

memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 2.

3. Hubungan Antara Status Gizi dan Bisinosis

Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara status gizi dengan bisinosis pada pekerja PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang (p value>0,05). Selanjutnya, pekerja yang status

gizinya kurang dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0 (tidak

ada gejala) dan ½ masing-masing ada sebanyak 10 (90,9%) dan 1

(9,1%), serta tidak ada yang memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 1

dan 2. Kemudian pekerja yang status gizinya normal dan memiliki

kemungkinan bisinosis tingkat 0 (tidak ada gejala), ½, dan 1 masing-

masing ada sebanyak orang 65 (94,2%), 2 (2,9%) dan 2 (2,9%), serta

tidak ada yang memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 2. Sementara

untuk yang status gizinya normal dan memiliki kemungkinan bisinosis

tingkat 0, ½, dan 2, masing-masing ada sebanyak 47 (94%), 2 (4%),

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

111

dan 1 (2%), serta tidak ada yang memiliki kemungkinan bisinosis

tingkat 1.

4. Hubungan Antara Umur dan Bisinosis

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara umur pekerja dengan bisinosis pada

pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang (p value >0,05). Pekerja

dengan kategori umur muda dan dewasa serta memiliki kemungkinan

bisinosis tingkat 0 dan ½ (tidak ada gejala) masing-masing ada

sebanyak 10 (90,9%) dan 1 (9,1%) orang pekerja. Kemudian pekerja

dengan kategori tua dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0, ½,

1, dan 2 masing-masing ada sebanyak 112 (94,1%), 4 (3,4%), 2

(1,7%), dan 1 (0,8%) orang.

5. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Bisinosis

Dari tabel 5.9 diperoleh informasi bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan antara jens kelamin dengan bisinosis pada pekerja PT.

Argo Pantes Tbk Tangerang (p value>0,05). Pekerja dengan kategori

jenis kelamin perempuan dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat

0 dan ½ (tidak ada gejala) masing-masing ada sebanyak 44 (97,8%)

dan 1 (2,2%) orang pekerja. Kemudian pekerja dengan jenis kelamin

laki-laki dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0, ½, 1, dan 2

masing-masing ada sebanyak 78 (91,8%), 4 (4,7%), 2 (2,4%), dan 1

(1,2%) orang.

6. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Bisinosis

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan bisinosis

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

112

pada pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang (p value>0,05). Pekerja

dengan tingkat pendidian rendah dan memiliki kemungkinan bisinosis

tingkat 0 dan ½ (tidak ada gejala) masing-masing ada sebanyak 29

(96,7%) dan 1 (3,3%) orang pekerja. Kemudian pekerja dengan tingkat

pendidikan tinggi dan memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0, ½, 1,

dan 2 masing-masing ada sebanyak 93 (93%), 4 (4%), 2 (2%), dan 1

(1%) orang.

b) Hubungan Antara Masa Kerja dan Bisinosis Pada Pekerja Bagian

Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang.

Hubungan antara masa kerja dengan Bisinosis Pada Pekerja Bagian

Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Bisinosis Pada

Pekerja Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk Tangerang Tahun

2016

No Variabel

Independen

Bisinosis Frekuensi

(n)

Mean

Rank

P Value

1 Masa Kerja Tingkat 0 122 65,87

0,092 Tingkat ½ 5 34,10

Tingkat 1 2 101,50

Tingkat 2 1 105

Berdasarkan tabel 5.10, dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara masa kerja dengan bisinosis pada pekerja

PT. Argo Pantes Tbk Tangerang (p value >0,05) dengan mean rank untuk

masa kerja dan bisinosis tingkat 0, ½, 1, dan 2 masing-masing adalah

65,87 , 34,10 , 101,50 , dan 105.

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

113

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan peneliti dalam menemukan bisinosis dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan bisinosis di PT. Argo Pantes Tbk Tangerang adalah:

1) Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross

sectional sehingga tidak menjelaskan hubungan sebab akibat melainkan

hanya hubungan keterkaitan.

2) Hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh kejujuran responden dalam

mengisi kuesioner, karena peneliti tidak dapat melakukan wawancara

terstruktur secara langsung kepada responden, melainkan hanya

penyebaran kuesioner yang dapat diisi sendiri dan dibawa pulang ke

rumah. Sehingga masih ada kemungkinan responden menutup informasi

yang sebenarnya dari peneliti mengenai gejala-gejala yang dirasakan. Hal

ini dikarenakan terbatasnya waktu yang diberikan perusahaan kepada

peneliti untuk dapat bertemu langsung dengan responden, agar tidak

mengganggu proses produksi.

3) Penentuan titik pengukuran konsentrasi/kadar debu kapas juga harus

mempertimbangkan ada atau tidaknya sumber listrik pada titik

pengukuran dikarenakan alat EPAM-5000 yang digunakan sudah tidak

dapat bertahan lama baterainya. Sehingga alat EPAM-5000 harus selalu

dalam kondisi charging selama pengukuran berlangsung dan hanya dapat

mengukur titik yang letaknya tidak jauh dari sumber listrik.

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

114

B. Gambaran Kejadian Bisinosis Pada Pekerja Bagian Produksi PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang

Bisinosis merupakan penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh

inhalasi debu kapas, vlas, henep, sisal, atau rami dan merupakan salah satu

jenis khusus asma akibat kerja (Suma'mur P.K, 2014, Bourke dan Burns,

2011). Inhalasi debu organik berupa kapas, rami, serat rami, atau goni dapat

menyebabkan terjadinya reaksi jalan napas berupa penyempitan jalan napas

(West, 2010, Farooque dkk., 2008). Inhalasi debu kapas yang sangat

mungkin mengandung endotoksin bakteri menyebabkan terjadinya pelepasan

histamin dan sel mast di dalam paru yang kemudian menimbulkan reaksi otot

polos sehingga mengakibatkan timbulnya gejala pada hari pertama kerja

setelah libur hari minggu (West, 2010, Kalasuramath dkk., 2015). Oleh

karena itu, terjadinya bisinosis berkaitan erat dengan industri yang

menggunakan bahan baku kapas dan menghasilkan debu organik (debu

kapas) dalam proses produksinya, yaitu industri tekstil.

Penyakit bisinosis memiliki ciri khas gejala berupa napas pendek dan

dada sesak (perasaan sesak di dada) yang dirasakan ketika kembali bekerja

setelah tidak berada di pabrik selama satu hari atau lebih. Atau dengan kata

lain karakteristik dari bisinosis adalah adanya rasa hari senin atau sindrom

hari senin berupa keluhan berat di dada atau pendek napas. Namun secara

keseluruhan bisinosis meliputi sesak dada, mengi, batuk iritasi, dipsnea, serta

disertai dengan kekhasan gejala batuk yang lama kelamaan menjadi batuk

berdahak atau ada peningkatan produksi batuk dan dahak (Jeyaratnam dan

Koh, 2010, Berry dkk., 2007, Suma'mur P.K, 2014, Tarlo dkk., 2010). R. F.

Schilling pada tahun 1950 membuat metode standar untuk

mengklasifikasikan bisinosis ke dalam empat tingkatan (grade) yaitu mulai

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

115

dari tingkat 0, ½ , 1, 2, hingga 3 seperti yang terdapat pada tabel 2.1 dan

penentuan klasifikasi tersebut berdasarkan seberapa jauh penyakit binosis

telah berkembang (Rom dan Markowitz, 2007, Suma'mur P.K, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 122 (93,8%) orang

pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 0 (tidak ada gejala), 5

(3,8%) orang pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat ½, 2 (1,5%)

orang pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 1, dan 1 (0,8%) orang

pekerja memiliki kemungkinan bisinosis tingkat 2. Sementara untuk gejala

penyerta bisinosis, sebanyak 16 (12,3%) orang pekerja memiliki gejala batuk

kronis, 21 (16,2%) orang pekerja memiliki gejala dahak kronis, 7 (5,4%)

orang pekerja mengalami peristiwa batuk dengan dahak/reak yang

meningkat, 22 (16,9%) orang pekerja memiliki gejala mengi, dan 5 (3,8%)

orang pekerja mengalami sesak napas. Sehingga hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada PT. Argo Pantes Tbk Tangerang ditemukan

adanya pekerja yang kemungkinan memiliki bisinosis dengan gejala-gejala

seperti yang dijelaskan oleh Rom dan Markowitz (2007), Jeyaratnam dan

Koh (2010), Berry dkk (2007), Suma’mur P.K (2014) serta Tarlo dkk (2010),

yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kasus bisinosis memang

dapat ditemukan dan berkaitan erat dengan industri yang menggunakan

bahan baku kapas dalam proses produksinya. Seperti penelitian-penelitian

sebelumnya di Indonesia yaitu penelitian yang dilakukan oleh Baratawidjaja

(1989) di Pabritex Senayan menunjukkan prevalensi bisinosis disana adalah

sebesar 21,60% (54 dari 250 karyawan), penelitian Karnagi (1996) di PT.

Sandratex Jakarta menunjukkan bahwa prevalensi bisinosis pada pabrik

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

116

tersebut mencapai 27,3%, penelitian Wahab (2001) di sebuah pabrik tekstil di

Semarang menunjukkan prevalensi bisinosis disana sebesar 26,2%, penelitian

Hendarta (2005) di sebuah pabrik tekstil di Bogor menghasilkan prevalensi

bisinosis yang mencapai 11,1 % (9 dari 81 pekerja), penelitian Hartati (2013)

di pengolahan kapas UD. Tuyaman Kabupaten Kendal menunjukkan bahwa

prevalensi bisinosis disana mencapai 55%, serta penelitian Syahputra dkk

(2015) dan penelitian Mulyati dkk (2015) pada sebuah pabrik X Pembuat

Tilam di Kota Medan dan pada sebuah industri tekstil PT. Grandtex Bandung

menunjukkan prevalensi bisinosis pada masing-masing tempat tersebut

mencapai kemungkinan 77% (36 orang) dan 18,75 % (15 orang dengan

gejala bisinosis positif dan fungsi paru tidak normal).

Penelitian-penelitian sebelumnya di luar Indonesia yang menunjukkan

prevalensi bisinosis di industri tekstil sehingga turut menudukung hasil

penelitian ini terdiri dari penelitian Mishra dkk (2003) pada perusahaan

tekstil di Pondicherry yang hasilnya berupa 150 dari 800 orang pekerja

mengalami bisinosis, kemudian penelitian Memon dkk (2008) menghasilkan

prevalensi bisinosis pada bagian Spinning di 3 perusahaan tekstil di Karachi

Pakistan sebesar 35,6%, penelitian Farooque dkk (2008) menunjukkan pada

bagian spinning di perusahaan tekstil di Karachi proporsi bisinosisnya

mencapai 19,28%, penelitian Alemu dkk (2010) pada pabrik tekstil di Etiopia

menghasilkan prevalensi bisinosis disana mencapai 38%, penelitian Chauhan

dkk (2015) pada perusahaan tekstil di kota Ahmedabad India menghasilkan

temuan bisinosis sebesar 6,18%, penelitian Kalasuramath dkk (2010) pada

pabrik penggilingan kapas menunjukkan prevalensi bisinosis disana

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

117

mencapai 41%, dan penelitian Muktemin Er dkk (2016) yang menghasilkan

rate bisinosis pada manufaktur rami dan goni mencapai 28,2%.

Hasil analisis selanjutnya dengan melakukan crosstab antara gejala

penyerta dengan tingkat bisinosis menunjukkan bahwa lebih dari 50%

pekerja yang mengalami gejala penyerta (batuk kronis, dahak kronis,

peristiwa batuk dengan dahak meningkat, mengi, dan sesak napas) memiliki

kemungkinan bisinosis tingkat 0 atau dapat dikatakan tidak mengalami

bisinosis. Padahal para pekerja terebut tidak memiliki riwayat penyakit paru

(asma, bronkitis, emfisema, dll). Dari 16 orang pekerja yang mengalami

batuk kronis, sebanyak 12 (75%) orang berada pada kemungkinan bisinosis

tingkat 0. Selanjutnya dari 21 orang pekerja yang mengalami dahak kronis,

sebanyak 17 (81%) orang berada pada kemungkinan bisinosis tingkat 0. Dari

7 orang pekerja yang mengalami peristiwa batuk dengan dahak meningkat,

sebanyak 4 (57,1%) orang berada pada kemungkinan bisinosis tingkat 0.

Kemudian dari 22 orang yang mengalami mengi, sebanyak 17 (77,3%) orang

berada pada kemungkinan bisinosis tingkat 0. Dan dari 5 orang yang

mengalami sesak napas, sebanyak 3 (60%) orang berada pada kemungkinan

bisinosis tingkat 0.

Selain itu, diketahui pula bahwa pekerja yang kemungkinan mengalami

bisinosis tingkat 2 memiliki hampir semua gejala penyerta (batuk kronis,

dahak kronis, peristiwa batuk dengan dahak meningkat, dan sesak napas)

kecuali mengi. Dari 2 orang pekerja yang kemungkinan mengalami bisinosis

tingkat 1, hanya satu orang yang memiliki gejala batuk kronis dan dahak

kronis, kemudian keduanya tidak mengalami peristiwa batuk dengan dahak

yang meningkat, serta keduanya memiliki gejala mengi dan sesak

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

118

napas.Sementara dari 5 orang yang kemungkinan mengalami bisinosis

tingkat ½, 2 orang diantaranya yang memiliki gejala batuk kronis, dahak

kronis, dan peristiwa batuk dengan dahak yang meningkat, 3 orang

diantaranya memiliki gejala mengi, dan hanya 1 orang diantaranya yang

memiliki gejala sesak napas.

Apabila para pekerja yang saat ini masih berada pada tingkat bisinosis 0

namun memiliki gejala penyerta bisinosis tersebut terus dan tetap

mendapatkan pajanan debu kapas di tahun-tahun kerja berikutnya, maka

mungkin saja tingkat bisinosis yang saat ini masih 0 (tidak mengalami

bisinosis) berkembang menjadi tingkat ½, 1, atau bahkan 2 (mengalami

bisinosis). Begitu juga dengan pekerja yang saat ini sudah miliki

kemungkinan bisinosis tingkat ½, 1, dan 2. Apabila mereka terus

mendapatkan pajanan debu kapas yang sama dengan atau melebihi NAB di

tahun-tahun kerja berikutnya, maka mereka memiliki peluang mengalami

kenaikan tingkat bisinosis dari yang sebelumnya.

Oleh karena itu, PT. Argo Pantes Tbk Tangerang perlu kembali

melakukan pemeriksaan kesehatan berkala kepada pekerjasehingga keluhan

pernapasan yang dirasakan pekerja dapat terungkap secara rinci serta

melakukan uji fungsi paru (spirometri) untuk menegakkan diagnosa serta

mendeteksi dini penyakit bisinosis dan keluhan pernapasan lainnya. Selain

itu, PT. Argo Pantes Tbk Tangerang juga perlu menghentikan pemaparan

debu kapas dengan merotasi pekerja yang sudah terdiagnosis bisinosis

nantinya ke bagian yang konsentrasi/kadar debu kapasnya kurang dari NAB

(0,2 mg/m3). Sementara untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,

sebaiknya tetap harus dilakukan oleh PT. Argo Pantes Tbk Tangerang agar

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

119

PT. Argo Pantes tidak mempekerjakan calon pekerja yang memiliki

gangguan pernapasan seperti penyakit paru obstuksi kronis, asma, bronkitis

kronis, dan sebagainya. Sebab, paparan debu kapas yang didapat pekerja saat

bekerja memperburuk kondisi kesehatan calon pekerja dengan gangguan

pernapasan tersebut.

Namun perlu diingat bahwa desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain cross sectional, sama dengan desain penelitian

yang digunakan oleh Baratawidjaja (1996), Karnagi (1996), Wahab (2001),

Sundaru (2005), Memon dkk (2008), Farooque (2008), Alemu dkk (2010),

Hartati (2013), Syahputra (2015), Mulyati (2015), Mukremin Er dkk (2016),

dan Kalasuramath dkk (2015) dalam penelitiannya. Sementara penelitian

Mishra (2003) dan Chauhan (2015) menggunakan desain penelitian case

control. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan desain

penelitian case control ataupun cohort dalam rangka mendapatkan kekuatan

hubungan antar variabel.

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bisinosis Pada Pekerja

Bagian Produksi PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang

1. Hubungan Antara Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dan Bisinosis

Konsentrasi/kadar debu kapas dalam penelitian ini adalah

jumlah/banyaknya debu kapas yang terkandung di udara tempat kerja.

Debu kapas yang berukuran 10 µm termasuk ke dalam Thoracic

Particulate Fraction, terdapat di udara selama proses penanganan dan

pengolahan kapas, dan dianggap sebagai penyebab dari penyakit paru

bernama bisinosis karena dapat menyebabkan peradangan yang merusak

struktur normal paru-paru dan dapat menyebabkan pelepasan histamin

yang mengkonstriksi saluran udara (Berry dkk., 2007, NIOH, 2012,

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

120

WHO, 1999, LCS Laboratory Inc, 2016). Nilai ambang batas (NAB)

debu kapas menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

no. 13 Tahun 2011 dan SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas

(NAB) zat kimia di udara tempat kerja adalah 0,2 mg/m3.

Kemudian sebagaimana yang terdapat pada tabel 5.3, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 82 (63,1%) orang pekerja

bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas yang kurang

dari sama dengan NAB (≤0,2 mg/m3) dan sebanyak 48 (36,9%) orang

pekerja bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas yang

lebih dari NAB (>0,2 mg/m3). Sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan

pernyataan Berry dkk. (2007) yang menyatakan bahwa debu kapas

terdapat di udara tempat kerja selama proses penanganan dan pengolahan

kapas berlangsung.

Selanjutnya, pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa berdasarkan

hasil pengukuran yang telah dilakukan, konsentrasi/kadar debu kapas

pada setiap area kerja di masing-masing unit bervariasi. Area kerja

dengan konsentrasi/kadar debu kapas tertinggi pertama, kedua, dan ketiga

adalah area kerja pada unit produksi Spinning 3 yaitu area kerja Ring

Spinning (5,995 mg/m3), Winding (0,399 mg/m3), dan Front

Spinning/CDR (0,293 mg/m3). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

mengungkapkan bahwa proses spinning adalah proses operasi/produksi

yang menghasilkan kadar debu kapas paling tinggi (Hameed dkk., 2012).

Variasi konsentrasi/kadar debu kapas tersebut juga disebabkan oleh

perbedaan proses produksi, pengendalian yang telah diterapkan pada

masing-masing area kerja, serta kondisi dan situasi saat pengukuran

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

121

konsentrasi/kadar debu kapas berlangsung. Tabel 6.1 menunjukkan

perbedaan konsentrasi/kadar debu kapas, pengendalian yang sudah

diterapkan dan pengendalian tambahan yang dapat atau seharusnya

diterapkan pada masing-masing area kerja yang diukur kosentrasi/kadar

debu kapasnya.

Tabel 6.1 Existing Control dan Additional Control Pada Area Kerja

No Area Kerja

Konsentrasi/

Kadar Debu Kapas

(0,2 mg/m3)

Existing Control Additional Control

Lebih dari NAB (>0,2 mg/m3)

1 Front Spinning

(CDR)

0,293 - Sohler

- Ducting

- Pemberian masker

N95 kepada pakerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Memasang tanda

peringatan yang

menginformasikan

bahwa area kerja ini

memiliki

konsentrasi/kadar

debu kapas yang

tinggi, yang dapat

menyebabkan

bisinosis sehingga

pemakaian masker

adalah suatu

keharusan/

kewajiban.

- Inspeksi,

pembersihan,

perawatan, dan

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

122

perbaikan sistem

ventilasi secara

berkala.

2 Ring Spinning 5,995 - Sohler

- Pekerja

membersihkan

lantai dari

gumpalan kapas

dengan

menggunakan sapu

dan sikat besar.

- Ducting

- Tidak lagi

menggunakan sapu

atau sikat besar

untuk membersihkan

lantai dari gumpalan

kapas melainkan

dengan

menggunakan

vacuum cleaner.

- Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Memasang tanda

peringatan yang

menginformasikan

bahwa area kerja ini

memiliki

konsentrasi/kadar

debu kapas yang

tinggi, yang dapat

menyebabkan

bisinosis sehingga

pemakaian masker

adalah suatu

keharusan/

kewajiban.

- Inspeksi,

pembersihan,

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

123

perawatan, dan

perbaikan sistem

ventilasi secara

berkala.

3 Winding 0,399 - Sohler

- Ducting

- Membersihkan lantai

dari gumpalan kapas

dengan

menggunakan

vacuum cleaner.

- Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Memasang tanda

peringatan yang

menginformasikan

bahwa area kerja ini

memiliki

konsentrasi/kadar

debu kapas yang

tinggi, yang dapat

menyebabkan

bisinosis sehingga

pemakaian masker

adalah suatu

keharusan/

kewajiban.

- Inspeksi,

pembersihan,

perawatan, dan

perbaikan sistem

ventilasi secara

berkala.

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

124

4 Tenun bagian 1 0,214 - Sohler - Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Memasang tanda

peringatan yang

menginformasikan

bahwa area kerja ini

memiliki

konsentrasi/kadar

debu kapas yang

tinggi, yang dapat

menyebabkan

bisinosis sehingga

pemakaian masker

adalah suatu

keharusan/

kewajiban.

- Inspeksi,

pembersihan,

perawatan, dan

perbaikan sistem

ventilasi secara

berkala.

5 Warper 0,227 Pekerja membersihkan

lantai dari gumpalan

kapas dengan

menggunakan sapu dan

sikat besar

- Ducting

- Local Exhaust

Ventilation System

- Tidak lagi

menggunakan sapu

atau sikat besar

untuk membersihkan

lantai dari gumpalan

kapas melainkan

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

125

dengan

menggunakan

vacuum cleaner.

- Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Memasang tanda

peringatan yang

menginformasikan

bahwa area kerja ini

memiliki

konsentrasi/kadar

debu kapas yang

tinggi, yang dapat

menyebabkan

bisinosis sehingga

pemakaian masker

adalah suatu

keharusan/

kewajiban.

6 Finishing 0,287 Tidak ada - Sistem ducting

- Local Exhaust

Ventilation System

- Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Memasang tanda

peringatan yang

menginformasikan

bahwa area kerja ini

memiliki

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

126

konsentrasi/kadar

debu kapas yang

tinggi, yang dapat

menyebabkan

bisinosis sehingga

pemakaian masker

adalah suatu

keharusan/

kewajiban.

Kurang dari sama dengan NAB (≤0,2 mg/m3)

1 Tenun bagian 2 0,137 Sohler - Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Inspeksi,

pembersihan,

perawatan, dan

perbaikan sistem

ventilasi secara

berkala.

2 Soft Winder 0,179 - Sohler dan vacuum

- Pekerja

membersihkan lantai

dari gumpalan kapas

dengan

menggunakan sapu

dan sikat besar

- Tidak lagi

menggunakan sapu

atau sikat besar

untuk membersihkan

lantai dari gumpalan

kapas melainkan

dengan

menggunakan

vacuum cleaner.

- Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

127

- Inspeksi,

pembersihan,

perawatan, dan

perbaikan sistem

ventilasi secara

berkala.

3 RTW 0,183 - Sohler

- Pekerja

membersihkan lantai

dari gumpalan kapas

dengan

menggunakan sapu

dan sikat besar

- Tidak lagi

menggunakan sapu

atau sikat besar

untuk membersihkan

lantai dari gumpalan

kapas melainkan

dengan

menggunakan

vacuum cleaner.

- Pemberian masker

N95 kepada pekerja

untuk digunakan

saat bekerja.

- Inspeksi,

pembersihan,

perawatan, dan

perbaikan sistem

ventilasi secara

berkala.

4 Verpacking YP 0,095 Tidak ada Tidak ada

5 Bleaching 0,046 Dust Collector Machine

(Local Exhaust

Ventilation System)

Tidak ada

6 Dyeing 0,036 Tidak ada Tidak ada

7 Verpacking DF 0,071 Tidak ada Tidak ada

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

128

Berdasarkan tabel 6.1, dapat diketahui bahwa terdapat 6 area kerja

yang konsentrasi/kadar debu kapasnya lebih dari NAB sementara 7 area

kerja lainnya memiliki konsentrasi/kadar debu kapas kurang dari sama

dengan NAB. Berikut penjelasan mengenai proses produksi pada masing-

masing area, kondisi pada saat dilakukan pengukuran, dan pengendalian

yang sudah ada sehingga menghasilkan konsentrasi/kadar debu yang

berbeda serta perihal pengendalian yang perlu ditambahkan untuk

mengendalikannya.

a. Area kerja lebih dari NAB

1) Front Spinning (CDR)

Proses produksi yang terdapat pada area kerja ini terdiri dari

Combing, Drawing, dan Roving. Proses Combing adalah proses

memisahkan serat panjang dan pendek untuk disejajarkan serta

dirubah bentuknya dari lembaran tipis menjadi tali-tali. Drawing

adalah proses merangkapkan, memperbaiki, dan mensejajarkan

serat agar tali tidak mudah putus. Sementara Roving adalah proses

yang harus dilalui oleh serat-serat yang telah melalui proses

drawing sebelum masuk ke proses pembuatan benang di ring

spinning.

Area kerja Front Spinning (CDR) sudah dilengkapi dengan

pengendalian debu kapas berupa Sohler pada mesin dan Ducting di

lantai. Namun dikarenakan jumlah mesin cukup banyak, maka

lubang ducting yang terdapat di area ini juga berukuran kecil dan

tidak terlalu banyak. Selain itu, titik pengkuran pada area ini jauh

dari ducting namun cukup dekat dengan sohler yang ada di salah

satu mesin Roving. Sehingga konsentrasi/kadar debu kapas yang

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

129

dihasilkan pada area kerja ini meskipun lebih kecil dari dua area

kerja spinning lainnya, tetap lebih dari NAB debu kapas (0,293

mg/m3).

Dapat diketahui bersama dari paragraf sebelumnya bahwa

meskipun telah diberi pengendalian, area kerja front spinning tetap

memiliki kadar debu kapas yang telah melebihi NAB debu kapas.

Sehingga masih perlu dilakukan pengendalian tambahan seperti

memberikan masker N95 pada pekerja, memasang tanda

peringatan yang menginformasikan bahwa area kerja ini memiliki

konsentrasi/kadar debu kapas yang tinggi dan dapat menyebabkan

bisinosis sehingga pemakaian masker adalah suatu keharusan/

kewajiban, serta melakukan inspeksi, pembersihan, perawatan, dan

perbaikan sistem ventilasi secara berkala.

2) Ring Spinning

Proses yang dilakukan pada area kerja ring spinning ini adalah

membentuk benang dalam kapasitas yang lebih kecil dan dari

benang roving dirubah bentuknya menjadi benang ring. Jumlah

mesin yang terdapat pada area kerja ini sangat banyak dan jarak

antar mesinnya sangat berdekatan. Selanjutnya, pengendalian

engineering yang terdapat pada area kerja ini hanya berupa sohler

yang terpasang pada setiap mesin, tidak ada sistem ducting di dekat

mesinnya. Sehingga debu kapas yang dihasilkan pada area ini

sangat banyak, hingga mencapai konsentrasi/kadar 5,995 mg/m3.

Selain itu, pada saat pengukuran berlangsung terdapat pekerja yang

membersihkan gumpalan kapas di lantai dengan cara disapu dan

dikumpulkan dengan penyiduk. Sehingga dapat dimungkinkan

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

130

debu kapas yang berterbangan di udara sekitar titik pengukuran

semakin banyak. Padahal, menurut Suma’mur P.K (2014)

membersihkan lantai dengan sapu tidak boleh dilakukan karena

dapat menyebabkan berhamburnya debu di udara.

Oleh karena itu, pada area kerja ini perlu dilakukan

pengendalian tambahan berupa penambahan sistem ducting,

pemberian masker N95 pada pekerja, dan tidak membersihkan

gumpalan kapas di lantai dengan disapu atau sikat besat melainkan

dengan menggunakan vacuum cleaner, memasang tanda peringatan

yang menginformasikan bahwa area kerja ini memiliki

konsentrasi/kadar debu kapas yang tinggi dan dapat menyebabkan

bisinosis sehingga pemakaian masker adalah suatu keharusan/

kewajiban, serta melakukan inspeksi, pembersihan, perawatan, dan

perbaikan sistem ventilasi secara berkala.

3) Winding

Pada area kerja winding, proses yang dilakukan adalah proses

penggulungan benang ring menjadi benang cones. Sehingga

menghasilkan kadar/konsentrasi debu kapas yang tinggi dan

melebihi NAB, yaitu 0,399 mg/m3.

Apabila dibandingkan dengan area kerja Ring Spinning

kadar/konsentrasi debu kapas pada area winding memang jauh

berbeda atau jauh lebih rendah. Hal tersebut dapat dikarenakan

pada area kerja winding selain terdapat sohler di setiap mesinnya,

pada area kerja ini juga dilengkapi dengan ducting di lantai dalam

jumlah banyak dan letaknya dekat dengan setiap mesin winding.

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

131

Pengukuran pun dilakukan tidak jauh dari lubang ducting

tersebut, karena letaknya yang juga dekat dengan tempat pekerja

(operator) dalam melakukan pekerjaannya di masing-masing

mesin. Selain itu, jumlah mesin yang terdapat pada area kerja ini

jauh lebih sedikit daripada jumlah mesin pada area kerja ring

spinning yaitu hanya sekitar 14 mesin.

Namun, meski telah diberikan pengendalian area kerja ini tetap

memiliki kadar/konsentrasi debu kapas yang melebihi NAB debu

kapas. Sehingga perlu diberikan pengendalian tambahan berupa

membersihkan lantai dari gumpalan kapas dengan menggunakan

vacuum cleaner, memberikan masker N95 kepada pekerja untuk

digunakan saat bekerja, memasang tanda peringatan yang

menginformasikan bahwa area kerja ini memiliki konsentrasi/kadar

debu kapas yang tinggi dan dapat menyebabkan bisinosis sehingga

pemakaian masker adalah suatu keharusan/ kewajiban, serta

melakukan inspeksi, pembersihan, perawatan, dan perbaikan

sistem ventilasi secara berkala.

4) Warping

Proses warping adalah proses pemindahan gulungan

benang dari gulungan cones menjadi gulungan boom. Pada area

kerja warping tidak ada pengendalian engineering apapun untuk

mengurangi konsentrasi/kadar debu kapas. Selain itu, pada saat

dilakukan pengukuran ada pekerja yang beberapa kali lalu lalang

untuk membersihkan lantai dari gumpalan-gumpalan kapas dengan

menggunakan sikat besar. Sehingga konsentrasi/kadar debu kapas

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

132

yang dihasilkan sedikit melebihi NAB debu kapas, yaitu 0,227

mg/m3.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian tambahan

pada area kerja ini agar konsentrasi/kadar debu kapasnya jauh di

bawah NAB, diantaranya dengan menambahkan sistem ducting,

menambahkan local exhaust ventilation system seperti sohler,

pemberian masker N95 kepada pekerja, tidak lagi menggunakan

sapu atau sikat besar untuk membersihkan lantai dari gumpalan

kapas melainkan dengan menggunakan vacuum cleaner, dan

Memasang tanda peringatan yang menginformasikan bahwa area

kerja ini memiliki konsentrasi/kadar debu kapas yang tinggi, yang

dapat menyebabkan bisinosis sehingga pemakaian masker adalah

suatu keharusan/ kewajiban.

5) Finishing

Material yang digunakan pada proses produksi di area kerja ini

adalah kain yang telah melalui serangkaian proses bleaching dan

dyeing sebelumnya. Proses produksi yang dilakukan pada area

kerja ini terdiri dari penyempurnaan dengan menggunakan obat

resin dan softener, setting arah lebar kain, perbaikan warna,

pemeriksaan kain , dan pemantapan kain. Area kerja ini letaknya

paling pojok, tidak ada ventilasi dan pengendalian engineering

sama sekali pada area kerja ini, dan terdapat beberapa troli besar

berisi tumpukan kain di sudut ruangan dan pinggir tembok. Selain

itu pengukuran juga dilakukan sangat dekat dengan mesin dan

pekerja. Sehingga konsentrasi/kadar debu kapas pada area kerja ini

melebihi NAB, yaitu 0, 287 mg/m3. Oleh karena itu, perlu

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

133

diberikan pengendalian tambahan pada area kerja ini, diantaranya

sistem ducting, local exhaust ventilation system seperti sohler,

pemberian masker N95 pada pekerja, dan memasang tanda

peringatan yang menginformasikan bahwa area kerja ini memiliki

konsentrasi/kadar debu kapas yang tinggi, yang dapat

menyebabkan bisinosis sehingga pemakaian masker adalah suatu

keharusan/ kewajiban.

6) Tenun Bagian 1 dan Tenun Bagian 2

Pada area kerja ini proses yang dilakukan adalah proses

membuat kain dengan cara menganyam benang lusi dan benang

pakan dengan berbagai motif anyaman. Meskipun sama-sama

proses tenun, konsentrasi/kadar debu kapas pada tenun bagian 1

dan tenun bagian 2 berbeda, namun konsentrasi/kadar debu kapas

pada area tenun bagian 1 (0,214 mg/m3) lebih besar daripada tenun

bagian 2 (0,137 mg/m3), yang bahkan onsentrasi/kadar debu kapas

pada area tenun bagian 1 melebihi NAB debu kapas. Hal ini dapat

dikarenakan pada saat dilakukan pengukuran di area kerja tenun

bagian 1, dua mesin yang paling dekat dengan alat pengukur kadar

debu (EPAM 5000) dalam keadaan terus beroperasi mulai dari

awal sampai akhir pengukutan. Sementara pada saat pengukuran di

area kerja tenun bagian 2, salah satu dari dua mesin yang paling

dekat dengan EPAM 5000 dalam kondisi tidak beroperasi, bahkan

dalam 1 jam pengukuran ada satu dari beberapa mesin yang ada di

sekeliling EPAM 5000 yang sempat berhenti beroperasi selama

beberapa menit.

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

134

Oleh karena hasil konsentrasi/kadar debu kapas pada area

kerja tenun bagian 1 telah melebihi NAB, maka diperlukan

pengendalian tambahan pada area kerja tenun berupa memberikan

masker N95 kepada pekerja, memasang tanda peringatan yang

menginformasikan bahwa area kerja ini memiliki konsentrasi/kadar

debu kapas yang tinggi, yang dapat menyebabkan bisinosis

sehingga pemakaian masker adalah suatu keharusan/ kewajiban,

serta melakukaniInspeksi, pembersihan, perawatan, dan perbaikan

sistem ventilasi secara berkala.

b. Area kerja kurang dari sama dengan NAB

1) Soft Winder

Proses yang dilakukan pada area kerja ini adalah proses

menggulung benang dari bentuk cones ke bentuk stainless tube.

Area kerja ini dilengkapi dengan pengendalian debu berupa

vacuum dan sohler yang terpasang pada setiap mesin. Selain itu,

pekerja juga membersihkan lantai dari gumpalan kapas dengan

menggunakan sapu dan sikat besar ketika sudah ada banyak

gumpalan kapas di lantai. Kemudian pada saat proses pengukuran

dilakukan, dari delapan mesin soft winder yang ada tidak semua

mesin dalam keadaan beroperasi melainkan hanya empat mesin.

Sehingga konsentrasi/kadar debu kapas yang dihasilkan hampir

mencapai NAB debu kapas yakni 0,179 mg/m3.

Meskipun konsentrasi/kadar debu kapas pada area kerja ini

masih di kurang dari sama dengan NAB, namun tetap diperlukan

pengendalian tambahan berupa tidak lagi menggunakan sapu atau

sikat besar untuk membersihkan lantai dari gumpalan kapas

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

135

melainkan dengan menggunakan vacuum cleaner, memberikan

masker N95 kepada pekerja untuk digunakan saat bekerja, dan

mellakukan pembersihan, perawatan, dan perbaikan sistem

ventilasi secara berkala.

2) RTW

Proses yang dilakukan pada area kerja RTW adalah proses

menggulung benang dari bentuk stainless tube ke dalam bentuk

cone kembali. Area kerja ini dilengkapi dengan pengendalian debu

kapas berupa sohler. Selain itu pekerja juga membersihkan lantai

dari gumpalan kapas dengan menggunakan sapu dan sikat besar

ketika gumpalan kapas sudah banyak bertebaran di lantai.

Sehingga konsentrasi/kadar debu kapas yang dihasilkan hampir

mencapai NAB debu kapas yaitu 0,183 mg/m3.

Meski konsentrasi/kadar debu kapas pada area kerja ini masih di

kurang dari sama dengan NAB, namun tetap perlu diberikan

pengendalian tambahan berupa tidak lagi menggunakan sapu atau

sikat besar untuk membersihkan lantai dari gumpalan kapas

melainkan dengan menggunakan vacuum cleaner, memberikan

masker N95 kepada pekerja untuk digunakan saat bekerja, dan

mellakukan pembersihan, perawatan, dan perbaikan sistem

ventilasi secara berkala.

3) Verpacking YP

Proses yang dilakukan pada area kerja verpacking pada unit

Yarn Processing hanyalah proses pengepakan barang untuk dikirim

ke gudang tanpa ada penggunaan mesin. Sehingga

konsentrasi/kadar debu kapas yang dihasilkan pun jauh di bawah

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

136

NAB, yaitu 0,095 mg/m3. Selain itu, area kerja ini juga berada di

dekat pintu keluar sekaligus pintu masuk gedung unit Yarn

Processing yang terbuka setiap saat. Oleh karena itu, area kerja ini

tidak memerlukan pengendalian debu apapun.

4) Bleaching

Material yang digunakan pada proses produksi di area kerja ini

sudah dalam bentuk kain dan prosesnya terdiri serangkaian proses

seperti pembakaran bulu permukaan kain grey, penghilangan kanji,

pemasakan pada suhu 120⁰C selama 40 menit, pemutihan,

penstabilan serat kapas, menambah kekuatan kain. Area kerja ini

dilengkapi dengan local exhaust ventilation system berupa dust

collector machine yang terpasang pada mesin bleaching. Selain itu,

titik pengukuran konsentrasi/kadar debu kapas pada area ini yang

merupakan tempat pekerja melakukan pekerjaannya, sangat dekat

dengan salah satu pintu keluar gedung unit Dyeing Finishing.

Sehingga konsentrasi/kadar debu kapas pada area kerja ini jauh

dibawah NAB bahkan yang kedua terendah dari tiga belas area

kerja yang diukur (0,046 mg/m3). Oleh karena itu, pada area kerja

ini sudah tidak diperlukan pengendalian debu kapas tambahan.

5) Dyeing

Proses yang dilakukan pada area kerja ini juga sudah

menggunakan material kain dan terdiri dari serangkaian proses

berupa pencelupan warna atau pewarnaan kain, pengikatan zat

warna pada suhu 200⁰C-210⁰C dan pengikatan zat warna reaktif

pada mesin padsteam dengan suhu 102⁰C. Selain karena prosesnya

yag banyak menggunakan cairan, area kerja ini juga sangat luas

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

137

dengan langit-langit yang sangat tinggi dan tidak ada sekat

pemisah antar ruangan di dalamnya. Sehingga konsentrasi/kadar

debu kapas pada area kerja ini jauh dibawah NAB bahkan yang

terendah dari tiga belas area kerja yang diukur (0,036 mg/m3). Oleh

karena itu, pada area kerja ini tidak diperlukan pengendalian debu

kapas apapun.

6) Verpacking DF

Pada area kerja ini material yang digunakan adalah kain-kain yang

sudah melalui proses bleaching, dyeing, dan finishing untuk dilakukan

pemeriksaan, penggulungan, pembungkusan, dan pengepakan

terhadap kain-kain terebut dengan menggunaan bantuan mesin dan

pekerja. Kemudian, di tengah-tengah pengukuran konsentrasi/kadar

debu kapas, ada beberapa mesin yang tidak beroperasi karena masih

belum ada pasokan kain yang diterima untuk dilakukan proses

verpacking. Sehingga konsentrasi/kadar debu kapas pada area kerja

ini jauh di bawah NAB, yaitu 0,071 mg/m3. Oleh karena, itu area

kerja ini tidak dilengkapi dengan pengendalian debu kapas apapun

dan tidak memerlukan pengendalian debu kapas tambahan.

Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada

perbedaan signifikan antara konsentrasi/kadar debu kapas dengan bisinosis

(p value≤0,05). Sehingga penelitian ini sesuai dengan teori-teori yang

menyatakan bahwa etiologi bisinosis adalah efek mekanis debu kapas

yang dihirup ke dalam paru atau dengan kata lain kontaminan kapas

adalah penyebab munculnya bisinosis (Suma'mur P.K, 2014, Berry dkk.,

2007). Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian

Hendarta (2005) yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara kadar

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

138

debu kapas dengan timbulnya bisinosis (p value 0,031<0,05), penelitian

Karnagi (1996) di sebuah pabrik tekstil yang menunjukkan kadar debu

pada penelitiannya secara statistik sangat bermakna, kemudian penelitian

yang dilakukan oleh Syahputra (2015) pada pekerja yang menunjukkan

ada hubungan yang bermakna antara bisinosis dengan konsentrasi debu di

pabrik kapas (p value<0,05), serta penelitian Cauhan dkk (2015) yang

berdasarkan hasil analisis regresi logistik diperoleh adanya hubungan

antara bekerja di tempat/area kerja yang berdebu dimana kadar paparannya

maksimum dengan kejadian bisinosis (p value<0,001), sehingga bekerja di

tempat/area kerja yang berdebu dinyatakan sebagai faktor risiko

(independen) dari bisinosis olehnya.

Saran lain yang dapat dilakukan oleh PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

dalam rangka mengendalikan konsentrasi/kadar debu kapas adalah

pembersihan mesin sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pompa

hampa udara sehingga debu serat kapas tidak berhamburan di udara dan

melakukan pemeliharaan ketatarumahtanggaan (Hygiene Industry) yang

baik sehingga konsentrasi/kadar debu kapas di area kerja tidak melebihi

NAB debu kapas seperti tidak membiarkan gumpala-gumpalan kapas hasil

pembersihan lantai tetap berada di sudut ruangan atau pinggir tembok,

melainkan langsung ditaruh ke tempat pembuangan atau tempat khusus.

Sehingga dapat meminimalisis tercerai berainya kapas tersebut.

2. Penggunaan APD Pekerja

Penggunaan APD dalam penelitian ini adalah kebiasaan pekerja

dalam menggunakan masker ketika melakukan pekerjaannya sehari-hari.

Sebagaimana yang terdapat dalam Permenakertrans RI No. 8 Tahun

2010, masker merupakan salah satu jenis APD yang berfungsi untuk

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

139

melindungi organ pernapasan (Kemenakertrans RI, 2010). Masker yang

sesuai atau tepat untuk melindungi pekerja di pabrik tekstil dari inhalasi

debu kapas adalah masker N95 (Kementerian Kesehatan RI, 2015c).

Sehingga dapat diperoleh hasil berupa seluruh (100%) pekerja PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang yang menjadi responden menggunakan masker

yang tidak sesuai. Sebab, masker yang digunakan oleh pekerja PT. Argo

Pantes Tbk Tangerang yang menjadi responden adalah masker kain,

masker katun dan masker medis seperti yang tertera pada tabel 5.10,

bukan masker N95. Oleh karena hasil penelitian yang homogen untuk

variabel penggunaan APD (masker), maka untuk variabel ini tidak dapat

diuji secara statistik mengenai hubungannya dengan bisinosis.

Meski dalam penelitian ini tidak dapat diteliti atau diuji hubungan

antara penggunaan masker (APD) dengan bisinosis, namun berdasarkan

observasi yang dilakukan PT. Argo Pantes Tbk Tangerang belum

menyediakan APD (masker) yang tepat untuk digunakan. Atau dengan

kata lain, APD (masker) yang digunakan oleh para pekerja masih belum

efektif dalam mereduksi pajanan debu kapas. Sehingga risiko pekerja

mengalami bisinosis masih tinggi. Hasil penelitian ini pun menunjukkan

sudah ada 8 orang pekerja yang kemungkinan memiliki bisinosis

meskipun mereka selalu atau kadang-kadang memakai APD (masker)

tersebut. Dengan demikian, PT. Argo Pantes Tbk Tangerang perlu

menyediakan APD berupa masker N95 kepada pekerja untuk digunakan

ketika bekerja khususnya bagi pekerja yang bekerja di area kerja dengan

konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari NAB debu kapas. Selain itu, para

pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang khususnya yang bekerja di area

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

140

kerja dengan konsentrasi /kadar debu kapas melebih NAB debu kapas

juga harus selalu memakai APD (masker) ketika sedang melakukan

pekerjaannya.

3. Hubungan Antara Masa Kerja dan Bisinosis

Masa kerja dalam penelitian ini adalah lamanya seseorang telah

bekerja dihitung dari pertama kali bekerja di lingkungan/tempat kerja

berdebu di PT. Argo Pantes Tbk. Tangerang hingga bulan Agustus 2016.

Risiko berkembangnya bisinosis salah satunya berkaitan dengan durasi

paparan atau dengan kata lain perkembangan bisinosis terjadi apabila

paparan terhadap kadar/level debu yang cukup tinggi berlangsung lama

hingga menahun (Levy dkk., 2011, Malo dkk., 2013).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pekerja PT. Argo Pantes

Tbk Tahun 2016 yang menjadi responden rata-rata memiliki masa kerja

19,80 tahun, dengan masa kerja paling lama adalah 38 tahun, masa kerja

minimal adalah 5 tahun, dan masa kerja maksimal adalah 5 tahun.

Sementara untuk hubungan masa kerja dan bisinosis pada penelitian ini

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara masa kerja dan

bisinosis (p value>0,05).

Tidak ada perbedaan signifikan antara masa kerja dengan bisinosis

dalam penelitian ini dapat dikarenakan homogenitas berupa pekerja yang

menjadi responden rata-rata memiliki masa kerja 19,80 tahun dan masa

kerja yang paling banyak dimiliki oleh pekerja adalah 5 tahun. Sementara

perkembangan bisinosis biasanya jarang terjadi pada sepuluh tahun

pertama terpapar debu kapas melainkan membutuhkan periode paparan

debu antara 20-25 tahun dan masa inkubasi bisinosis itu sendiri adalah 5

tahun (Baxter dkk., 2010, Djatmiko, 2016). Selain itu, setelah dianalisis

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

141

lebih lanjut diketahui bahwa pekerja dengan masa kerja lebih dari 21

tahun sebagian besar bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu

kapas yang kurang dari sama dengan NAB (≤0,2 mg/m3) yaitu 47 orang

(57,3%). Sementara pekerja dengan masa kerja lebih dari 21 tahun dan

bekerja di area kerja dengan kadar debu kapas lebih dari NAB hanya 24

orang (50%), sama dengan jumlah pekerja dengan masa kerja kurang dari

21 tahun dan bekerja di area kerja dengan kadar debu kapas lebih dari

NAB. Namun, jika pekerja dengan masa kerja lebih dari 21 tahun tersebut

tetap dibiarkan bekerja di area kerja dengan kadar/konsentrasi debu kapas

yang tinggi tanpa ada pengendalian yang cukup terhadap

konsentrasi/kadar debu kapas, maka risiko bisinosis cepat ataupun lambat

juga akan muncul pada diri pekerja tersebut.

Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Farooque (2008) yang menyatakan bahwa hubungan antara masa kerja

dengan bisinosis menunjukkan tidak ada hubungan. Kemudian dengan

hasil penelitian Chauhan dkk (2015) yang menunjukkan tidak ada

hubungan antara masa kerja (duration of service) dengan bisinosis. Serta

penelitian Memon (2008) yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara prevalensi bisinosis dengan masa kerja (duration of

working history) (p value 0,861>0,05).

4. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Bisinosis

Kebiasaan merokok dalam penelitian ini adalah status merokok

para pekerja berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap selama

hidupnya dan aktivitas merokok sekarang ini dan dalam 28 hari ke

belakang. Merokok dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

kerusakan dan kehancuran silia-silia di sepanjang saluran pernapasan.

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

142

Seorang perokok juga menghasilkan banyak lendir (mucus) di dalam

paru-parunya sehingga mengalami batuk yang dikenal dengan batu

perokok (smoker’s cough). Selain itu, merokok selama bertahun-tahun

juga dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah dan menyebabkan

paru-paru tidak dapat lagi meregang/mengembang dan tidak dapat

mengeluarkan udara (US Department of Health and Human Services,

2010). Kebiasaan merokok seseorang dapat dilihat dari status merokok

dan derajat merokoknya. Status merokok seseorang dapat dikelompokkan

menjadi bukan perokok, bekas perokok, dan masih perokok (New

Zealand Ministry of Health, 2015). Sementara derajat merokok terdiri

dari derajat ringan, sedang, dan berat (Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, 2003).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 90 (60,2%)

orang bukan perokok, 9 (6,9%) orang pekerja bekas perokok, dan 31

(23,8%) orang pekerja masih perokok. Dari 40 orang pekerja yang

merupakan perokok, rata-rata telah merokok selama 21,28 tahun dan rata-

rata merokok sebanyak 7,35 batang per hari dengan derajat merokok

ringan 29 (22,3%) orang dan sedang 11 (8,5%) orang. Sementara untuk

hubungan antara kebiasaan merokok dengan bisinosis dalam penelitian

ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan bisinosis (p value>0,05).

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kebiasaan merokok

dengan bisinosis dalam penelitian ini dapat dikarenakan setelah di

analisis lebih lanjut, dapat diketahui bahwa sebagian besar perokok baik

yang bekas perokok yaitu 7 orang (8,5%) maupun yang masih perokok

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

143

yaitu 19 orang (23,2%) bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar

debu kapas kurang dari sama dengan NAB. Sementara pekerja yang

bukan perokok dan bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu

kapas kurang dari sama dengan NAB ada sebanyak 56 orang (68,3%)

orang. Selain itu, jumlah pekerja yang bukan perokok dan bekerja di area

kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari NAB jauh lebih

banyak yaitu 34 orang (70,8%) daripada jumlah pekerja bekas perokok

yaitu 2 orang (4,2%) dan pekerja masih perokok yaitu 12 orang (25%)

yang bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari

NAB.

Selanjutnya, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Karnagi (1996) yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara

bisinosis pada perokok dan bukan perokok. Serta hasil penelitian

Umakaapa dkk (2013) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru pada pekerja bagian

produksi di industri tekstil CV Bagabs Kota Makassar.

Meski hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara debu kapas dengan bisinosis, namun dikarenakan

merokok juga dapat menyebabkan kerusakan paru seperti kerusakan silia

dan dihasilkannya banyak lendir pada saluran pernapasan sehingga

perokok mengalami batuk-batuk maka sebaiknya pekerja yang merokok

mulai mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi rokok agar risiko

terhadap bisinosis dapat berkurang.

5. Hubungan Antara Status Gizi dan Bisinosis

Status gizi dalam penelitian ini adalah keadaan/kondisi gizi pekerja

berdasarkan nilai Indeks Masa Tubuhnya. Indeks Masa Tubuh seseorang

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

144

dapat mengklasifikasikan status gizi orang tersebut apakah kurang,

normal, atau lebih, dan pengklasifikasian IMT/BMI untuk orang dewasa

dapat mengacu kepada klasifikasi yang dikeluarkan oleh WHO. Menurut

S. Ostrowski dan W. Barud (2006), berat badan (obesitas, distribusi

lemak, dan berat badan bebas lemak) mempengaruhi fungsi paru

seseorang. Selain itu penelitian penelitian Hendarta (2005) menunjukkan

bahwa status gizi lebih mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk

mengalami bisinosis dibandingkan dengan status gizi normal dan kurang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja

(53,1%) memiliki status gizi normal. Sementara pekerja yang status

gizinya kurang hanya 8,5% dan yang status gizinya lebih ada sebanyak

38,5%. Sementara untuk hubungan status gizi dengan bisinosis diperoleh

hasil berupa tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

bisinosis (p value 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Hartati (2013), Cauhan dkk (2015), dan A.K. Mishra (2003) yang

menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi (BMI) dengan

bisinosis.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan

bisinosis dalam penelitian ini dapat dikarenakan setelah dianalisis lebih

lanjut, dapat diketahui bahwa lebih banyak pekerja dengan status gizi

lebih (berisiko) yang bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu

kapas kurang dari sama dengan NAB yaitu 32 orang (39%) daripada

pekerja dengan status gizi lebih yang bekerja di area kerja dengan

konsentrasi/kadar debu kapas lebih dengan NAB yaitu 18 orang (37,5%).

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

145

6. Hubungan Antara Umur Pekerja dan Bisinosis

Umur dalam penelitian ini adalah lamanya waktu hidup seorang

pekerja yang dihitung mulai dari tanggal lahir sampai ulang tahun

terakhir dalam satuan tahun, yang dikategorikan menjadi dua kategori

yakni muda dan dewasa (<30 tahun) serta tua (≥30 tahun). Umur

seseorang dapat mempengaruhi keadaan atau kondisi paru-parunya. Paru-

paru manusia berkembang atau mengalami proses pematangan pada

rentang usia 20-25 tahun, sementara setelah itu proses penuaan yang

terjadi pada seseorang menyebabkan terjadinya penurunan progresif

fungsi paru (Sharma dan Goodwin, 2006). Selain itu, salah satu yang

terjadi pada paru ketika seseorang mengalami penuaan adalah penurunan

daya kerja paru (Ostrowski dan Barud, 2006).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja

yang menjadi responden (92%) masuk ke dalam kategori umur tua

sementara sisanya (8%) masuk ke dalam kategori umur muda dan

dewasa. Itu artinya sebagaimana yang dinyatakan oleh Sahrma dan

Goodwin (2006), sebagan besar pekerja telah masuk ke dalam proses

penuaan dan fase penurunan progresif fungsi paru atau daya kerja paru.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara umur dengan bisinosis. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Wahab (2001) yang menunjukkan bahwa umur tidak

mempunyai hubungan yang bermakna untuk tejadinya bisinosis.

Tidak ada pebedaan yang signifikan antara umur dengan bisinosis

dalam penelitian ini dapat dikarenakan lebih banyak pekerja dengan

kategori umur tua yang bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar

debu kapas kurang dari sama dengan NAB yaitu 77 orang (93,9%)

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

146

daripada pekerja dengan kategori umur tua yang bekerja di area kerja

dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari NAB yaitu 42 orang

(87,5%). Sementara jumlah pekerja dengan kategori muda dan dewasa

lebih banyak yang bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu

kapas lebih dari NAB yaitu 6 orang (12,5%) daripada di area kerja

dengan konsentrasi/kadar debu kapas kurang dari sama dengan NAB

yaitu 5 orang (6,1%).

Meski hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan

signifikan antara umur dengan bisinosis, namun seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar pekerja yang ada di PT.

Argo Pantes Tbk Tangerang sudah memasuki umur dengan fase

penurunan progresif daya kerja paru dan ada yang bekerja di area dengan

konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari NAB debu kapas. Sehingga

apabila pekerja dengan kategori umur tua tersebut tetap dibiarkan bekerja

di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari NAB tanpa

ada pengendalian yang cukup atau memadai, maka risiko bisinosis pada

pekerja tersebut juga dapat muncul.

7. Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Bisinosis

Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah Perbedaan antara laki-

laki dan permpuan secara bentuk, sifat, dan fungsi biologi sejak lahir

yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan

keturunan. Meski belum ada bukti yang meyakinkan bahwa gender (jenis

kelamin) memiliki peran dalam perkembangan bisinosis, namun telah

dilaporkan bahwa bisinosis lebih umum terjadi pada laki-laki (Rom dan

Markowitz, 2007). Menurut Norbert F. Voelkel dan William MacNee

(2002), hal tersebut selain dikarenakan laki-laki merokok lebih banyak

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

147

daripada wanita, mulai merokok pada usia yang lebih dini, dan bernapas

lebih sering daripada wanita.

Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan bisinosis (p

value>0,05) meskipun dari jumlah pekerja laki-laki lebih banyak (65%)

daripada pekerja perempuan (35%). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Wahab (2001) yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan

bermakna antara jenis kelamin dengan bisinosis.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

bisinosis dalam penelitian ini dapat dikarenakan kedua kelompok pekerja,

baik pekerja laki-laki yaitu 56 orang (68,3%) dan pekerja perempuan

yaitu 26 orang (31,7%) lebih banyak bekerja di area kerja dengan

konsentrasi/kadar debu kapas kurang dari sama dengan NAB daripada

yang bekerja di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari

NAB yaitu hanya 29 orang (60,4%) pekerja laki-laki dan 19 orang

(39,6%) pekerja perempuan.

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan

yang signifikan antara jenis kelamin dengan bisinosis, namun jika pekerja

baik laki-laki atau perempuan tersebut tetap dibiarkan bekerja di area

kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari NAB tanpa ada

pengendalian yang memadai, maka bisinosis pada pekerja tersebut juga

dapat muncul seiring dengan berjalannya waktu. Apalagi pekerja laki-laki

memiliki risiko untuk menghirup konsentrasi/kadar debu kapas lebih

banyak daripada perempuan, sebab laki-laki bernapas lebih sering

daripada perempuan.

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

148

8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Bisinosis

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan fornal

terakhir yang dijalankan atau dimiliki oleh seseorang. Tingkat pendidikan

seseorang menentukan kualitas hidup dan keterampilan memadai yang

dimilikinya (Pavlica dkk., 2010, Zaenuddin, 2015). Selain itu, menurut

Education Statistics Bulletin (1999) ada hubungan yang positif antara

tingkat pendidikan dengan status kesehatan seseorang (Zaenuddin, 2015).

Namun, hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan antara tingkat pendidikan dengan bisinosis (p value>0,05). Dari

delapan orang yang memiliki kemungkinan bisinosis, hanya satu orang

dengan kemungkinan bisinosis tingkat ½ yang memliki tingkat pendidikan

rendah. Sementara tujuh orang lainnya memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi. Hal tersebut dapat memudahkan proses penanganan masalah

kesehatan pada masing-masing pekerja di kemudian hari. Sebab, para

pekerja yang memiliki kemungkinan bisinosis disertai dengan memiliki

pendidikan yang tinggi akan lebih siap dalam menghadapi masalah

kesehatan yang dialaminya. Sebagaimana pernyataan Tamher dan

Noorkasiani (2009) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya sehingga

akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi.

Tidak ada perbedaan siginifikan antara tingkat pendidikan dengan

bisinosis pada penelitian ini dapat dikarenakan sebagian besar pekerja

yang menjadi responden (77%) memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

dan hanya 23% yang bertingkat pendidikan rendah. Selain itu, berdasarkan

analisis selanjutnya diketahui bahwa pekerja yang memiliki tingkat

pendidikan rendah dalam hal ini berisiko, lebih banyak bekerja di area

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

149

kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas kurang dari sama dengan NAB

yaitu 20 orang (24,4%) daripada yang bekerja di area kerja dengan

konsentrasi/kadar debu lebih dari NAB yaitu 10 orang (20,8%).

Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan bisinosis, namun para pekerja perlu mendapatkan

pengetahuan dan peringatan mengenai bahaya kesehatan akibat pajanan

debu kapas (bisinosis). Sehinga kesadaran pekerja untuk senantiasa

menjaga kesehatannya dapat meningkat. Sebagian besar pekerja PT. Argo

Pantes yang sudah memilii tingkat pendidikan yang tinggi dirasa tidak

akan menyulitkan realisasi dari proses pemberian informasi dan peringatan

tersebut. Sebab, sebagaimana menurut Bret A. Boyer dan Indira Paharia

(2008), tingkat pendidikan memberikan dampak atau pengaruh yang kuat

terhadap outcome suatu penyakit dimana tingkat pendidikan lebih tinggi

dikaitkan dengan peningkatan ketertarikan atau minat dalam memperoleh

informasi dan memiliki outcome jangka panjang yang lebih baik.

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

150

BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang yang memiliki kemungkinan

binosis tingkat ½ ada sebanyak 5 (3,8%) orang, tingkat 1 sebanyak 2

(1,5%) orang, dan tingkat 2 sebanyak 1 (0,8%) orang.

2. Pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang yang bekerja di area kerja

dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari NAB (0,2 mg/m3) ada

sebanyak 48 (36,9%) orang.

3. Area kerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang yang konsentrasi/kadar debu

kapasnya sudah melebihi NAB adalah area kerja Front Spinning (CDR),

Ring Spinning, Winding, Tenun bagian 1, Warper, dan Finishing.

Sementara area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas paling tinggi

dan paling rendah adalah Ring Spinning pada unit Spinning 3 (5,995

mg/m3) dan area kerja Dyeing pada unit Fabric Processing (0,036

mg/m3).

4. Seluruh (100%) pekerja yang menjadi responden tidak menggunakan

APD (masker) yang sesuai (masker N95) melainkan menggunakan

masker jenis kain, katun, dan medis.

5. Rata-rata masa kerja responden adalah 19,80 tahun dengan masa kerja

maksimal adalah 38 tahun dan masa kerja minimal adalah 5 tahun.

6. Sebanyak 90 (69,2%) pekerja (responden) adalah bukan perokok, 9

(6,9%) orang adalah bekas perokok, dan 31 (23,8%) orang adalah masih

perokok.

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

151

7. Sebanyak 11 (8,5%) orang pekerja memiliki status gizi kurang, 69

(53,1%) orang memiliki status gizi normal, dan 50 (38,5%) orang

memiliki status gizi lebih.

8. Sebanyak 119 (92%) orang pekerja memiliki umur dengan kategori tua.

9. Sebanyak 85 (65%) orang pekerja berjenis kelamin laki-laki.

10. Sebanyak 100 (77%) orang pekerja berpendidikan tinggi.

11. Ada perbedaan signifikan antara konsentrasi/kadar debu kapas dengan

bisinosis (p value≤0,05).

12. Tidak ada perbedaan signifikan antara masa kerja, kebiasaan merokok,

status gizi, umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan bisinosis

(p value>0,05).

B. Saran

a) PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

a. Perihal Pengendalian Konsentrasi/kadar Debu Kapas

1) Melakukan pemeliharaan ketatarumahtanggan (Hygiene Industri)

yang baik sehingga konsentrasi kadar debu kapas di area kerja

tidak melebihi NAB debu kapas (0,2 mg/m3).

2) Menyediakan dan memberikan masker jenis N95 kepada seluruh

pekerja bagian produksi khususnya kepada pekerja yang bekerja

di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas lebih dari sama

dengan NAB (≥0,2 mg/m3).

3) Membuat dan memberlakukan peraturan wajib menggunakan

APD (masker) jenis N95 di area kerja produksi yang

konsentrasi/kadar debu kapasnya lebih dari sama dengan NAB

(≥0,2 mg/m3). Peraturan tersebut disosialisasikan dan disampaikan

secara berkala kepada pekerja.

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

152

4) Memasang tanda peringatan yang menginformasikan bahwa suatu

area kerja memiliki konsentrasi/kadar debu kapas yang tinggi dan

dapat menyebabkan bisinosis sehingga wajib untuk memakai

APD (masker) pada area kerja tersebut.

5) Tidak membersihkan lantai dengan disapu karena dapat

menyebabkan debu kapas berhamburan di udara, melainkan

dengan menggunakan vakum atau metode lain yang dapat

mencegah dan menghentikan penyebaran debu kapas.

6) Memeriksa, membersihkan, serta memperbaiki alat pengendali

debu dan sistem ventilasi penghisap udara secara berkala.

7) Pembersihan mesin dilakukan dengan menggunakan pompa

hampa udara sehingga debu serat kapas tidak berhamburan di

udara.

8) Meningkatkan jumlah dan performa alat pengendali debu dan

sistem ventilasi penghisap udara di area kerja yang

konsentrasi/kadar debu kapasnya sudah mencapai atau bahkan

lebih dari NAB (≥0,2 mg/m3). Seperti penambahan ducting pada

area kerja ring spinning, serta penambahan ducting dan local

exhaust ventilation system pada area kerja warper/warping dan

finishing DF. Namun bila tidak memungkinkan saran ini dapat

diaplikasikan apabila ada penambahan unit baru.

b. Perihal Kesehatan Pekerja

1) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja agar tidak

mempekerjakan calon pekerja dengan gangguan pernapasan

seperti penyakit paru obstruksi kronis, asma, bronkitis kronis,

dan sebagainya.

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

153

2) Kembali melakukan pemeriksaan kesehatan berkala yang dapat

mengungkapkan keluhan pernapasan yang dirasakan pekerja

secara rinci dan melakukan uji fungi paru (spirometri) untuk

menegakkan diagnosa bisinosis dan diagnosa keluhan pernapasan

lainnya pada pekerja serta mendeteksi dini penyakit bisinosis

pada stadium dini.

3) Melakukan deteksi dini secara berkala untuk menemukan kasus

bisinosis dan dan gangguan kesehatan akibat kerja lainnya.

4) Menghentikan pemaparan terhadap debu kapas dengan merotasi

pekerja ke bagian yang konsentrasi/kadar debu kapasnya kurang

dari NAB (<0,2 mg/m3) bagi pekerja yang terdiagnosa bisinosis.

b) Pekerja PT. Argo Pantes Tbk Tangerang

1) Selalu menggunakan masker jenis N95 ketika sedang melakukan

pekerjaan di area kerja dengan konsentrasi/kadar debu kapas yang

tinggi.

2) Bagi pekerja yang merokok, ada baiknya untuk mengurangi atau

bahkan menghentikan konsumsi rokok.

c) Peneliti Lain

1) Menggunakan metode penelitian yang lebih baik seperti melakukan

pengumpulan data dengan mewawancarai pekerja secara langsung

khususnya dalam menemukan gejala yang dirasakan pekerja.

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

154

DAFTAR PUSTAKA

Adha, R. N., Djajakusli, R. dan Muis, M. 2013. Faktor yang Mempengaruhi

Kejadian Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Pengangkut Semen di

Gudang Penyimpanan Semen Pelabuhan Malundung Kota Tarakan

Kalimantan Timur. Universitas Hasanudin Repository

Ajeet, S., Aniruddha, D., Meenal, K. dan Jaydeep, N. 2010. To Study the

Prevalence of Chronic Respiratory Morbidities and Related

Epidemiological Factors among Spinning Mill Workers Global Journal of

Health Science, 2.

Alemu, K., Kumie, A. dan Davey, G. 2010. Byssinosis and other respiratory

symptoms among factory workers in Akaki textile factory, Ethiopia.

Ethiopian Journal of Health Development, 24.

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka

Utama.

Alpiah, I. M. 2015. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang. Diploma, Institut

Pertanian Bogor.

Badan Standardisasi Nasional Indonesia 2005. SNI 19-0232-2005 Nilai Ambang

Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja. Jakarta: Badan Standardisasi

Nasional.

Bapino, T., Hiola, R. P. dan Pateda, S. M. 2014. Gambaran Faktor Risiko ang

Mempengaruhi Kapasitas Paru Pada Polisi Lalu Lintas di Kota

Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.

Baratawidjaja, K. G. 1989. Bisinosis dan Hubungannya dengan Obstruksi Akut.

Universitas Indonesia.

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

155

Baxter, P. J., Aw, T.-C., Cockroft, A., Durrington, P. dan Harrington, J. M. 2010.

Hunter's Diseases of Occupations: Tenth Edition, New York, Taylor and

Francis Group.

Berry, C., McNeely, A., Beauregard, K. dan Geddie, J. E. 2007. A Guide for

Persons Employed in Cotton Dust Environments, North Carolina, N.C.

Departmenet of Labor Occupational Safety and Health Program.

Bourke, S. J. dan Burns, G. P. 2011. Respiratory Medicine Lecture Notes 8th

Edition, West Sussex,UK, John Wiley & Sons Ltd.

Boyer, B. A. dan Paharia, M. I. 2008. Comprehensive Handbook of Clinical

Health Psychology, New Jersey, John Wiley & Sons Inc.

CDC 1988. Occupational Safety and Health Guideline for Cotton Dust. Cotton

Dust, 1-5.

Chauhan, S., Shukla, A. dan Dalal, A. 2015. A Case Control Study On Byssinosis

Among Textile Mill Workers In Ahmedabad City, India. International

Journal of Medical and Pharmaceutical Sciences, 5, 05-09.

Dase, T., Russeng, S. S. dan Muis, M. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan

Kapsitas Paru Pada Karyawan SPBU Pasti Pas! di kecamatan Tamalanrea

Kota Makassar Tahun 2013. Hasanuddin Univerity Repository.

Djatmiko, R. D. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Yogyakarta,

Deepubish.

Dobby, N. dan Chieveley, S. 2009. Respiratory Physiology: Anaesthesia Tutorial

of the Week 147 World Federation of Societis of Anaesthesiologist.

Dwi, H. 2013. Risiko Pemajanan Debu Kapas Terhadap Bisinosis Pada Pekerja

Industri Pengolah Kapas Industri Informal Di Ud. Tuyaman, Desa

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

156

Sidomukti, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal Tahun 2013. Skripsi,

Dian Nuswantoro University.

Emilia, O. dan Freitag, H. 2010. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil, Jakarta,

Agromedia Pustaka.

Er, M., Emri, S. A., Demir, A. U., Thorne, P. S., Karakoca, Y., Bilir, N. dan Baris,

I. Y. 2016. Byssinosis and COPD Rates Among Factory Workers

Manufacturing Hemp and Jute. International Journal of Occupational

Medicine and Environmental Health, 29, 66-68.

Farooque, M. I., Khan, B., Aziz, F., Moosa, M., Raheel, M., Kumar, S. dan

Mansuri, F. A. 2008. Byssinosis: as seen in cotton spinning mill workers

of Karachi. JOURNAL-PAKISTAN MEDICAL ASSOCIATION, 58, 95.

Fitrihana, N. nd. Pengembangan Produk TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)

Memasuki Era Global. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132297145/Produk%20Tekstil%20

di%20Era%20Global_0.pdf.

George, R. B., Light, R. W., Matthay, M. A. dan Matthay, R. A. 2005. Chest

Medicine Essentials of Pulmonary and Critical Care Medicine: Fifth

Edition, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.

Hameed, H., ALY, H. A. dan El Latif, O. 2012. An intervention study to evaluate

compliance with personal protective equipment among workers at Textile

industry. J of Am Sci, 8, 117-21.

Harahap, F. dan Aryastuti, E. 2012. Uji Fungsi Paru. CDK-192, 39.

Hastono, S. P. dan Sabri, L. 2010. Statistik Kesehatan, Jakarta, RajaGrafindo

Persada.

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

157

HAZ-DUST Environmental Devices Coporation nd. Model EPAM 5000 Portable

Size Selective Aerosol Monitor for Measuring Lung Damaging Airborne

Paticles. Plaistow,USA: HAZ-DUST Environmental Devices Coporation.

Hendarta, A. S. D. 2005. Prevalensi Bisinosis dan Faktor-Faktor yang

Berhubungan Pada Pekerja Laki-Laki Bagian Spinning Pabrik Tekstil PT.

X, di Bogor. Magister, Universitas Indonesia.

Hinson, A., Schlünssen, V., Agodokpessi, G., Sigsgaards, T. dan Fayomi, B.

2014. The Prevalence of Byssinosis Among Cotton Workers In the North

of Benin. The international journal of occupational and environmental

medicine, 5, 448-194-200.

ILO 2008. Mengelola Risiko di Lingkungan Pekerjaan Jakarta, Organisasi

Perburuhan Internasional.

Jamali, T. Validation of the ATS Respiratory Questionnaire for Lung Function

Assessment Among an Occupational Group of Textile Workers. IOHA

International Scientific Conference, 2015 London.

Jeyaratnam, J. dan Koh, D. 2010. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja, Jakarta,

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kalasuramath, S., Kumar, M., K, S. M., Deshpande, D. V. dan S, V. C. 2015.

Incidence Of Byssinosis, Effects Of Indoor Pollutants And Associated

Risk Factors On Lung Functioned Among Women Working In Cotton

Mills. International Journal of Basic and Applied Physiology, 4, 152-160.

Karnagi, J. 1996. Prevalensi Bisinosis di Pabrik Tekstil dan Hubungannya dengan

Konsentrasi Debu Kapas di Lingkungan Kerja. Magister, Universitas

Indonesia.

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

158

Kemenakertrans RI 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Republik Indonesia nomor per.08/men/vii/2010 Tentang Alat Pelindung

Diri. Jakarta: Kemenakertrans RI.

Kemenakertrans RI 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia No. 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Kemenakertrans

RI

Kemenkes dan Kemendagri RI 2011. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun

2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta:

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI 2015a. Pekerja Industri Pertambangan Rentan Terkena

Pneumoconiosis. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2015b. Penggunaan Masker Pada Asap Kebakaran

Hutan [Online]. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan RI. Tersedia:

http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15101900004.

Kementerian Kesehatan RI 2015c. Penggunaan Masker Pada Asap Kebakaran

Hutan Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian

Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI 2015d. Situasi Kesehatan Kerja RI. Jakarta: Pusat

Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 2012. Peraturan Menteri

Perindustrian Republik Indonesia Nomor 15/M-IND/PER/2/2012 Tentang

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

159

Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 123/M-

IND/PER/11/2010.

Laga, H., Russeng, S. S. dan Wahyu, A. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan

Kapasitas Paru Tenaga Kerja di Kawasan Industri Mebel Antang

Makassar. Universitas Hasanudin Repository.

Lapau, B. 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,

Tesis, dan Disertasi, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lastriawati, B. dan K., E. Z. 2015. Kecelakaan & Penyakit Akibat Kerja.

LCS Laboratory Inc. 2016. Thoracic Dust – how do we collect it? [Online].

Tersedia: http://www.labconserv.com/thoracic-dust-what-is-that/.

Levy, B. S., Wegman, D. H., Baron, S. L. dan Sokas, R. K. 2011. Occupational

and Environmental Health: Recognizing and Preventing and Injury Sixth

Edition, New York, Oxford University Press.

Malo, J.-L., Chan-Yeung, M. dan Bernstein, D. I. 2013. Asthma in The Workplace

Fourth Edition,, New York, CRC Press Taylor & Francis Group.

Markkanen, P. K. 2004. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia, Manila,

Philippine, International Labour Organization (ILO).

Memon, I., Panhwar, A., Rohra, D. K., Azam, S. I. dan Khan, N. 2008. Prevalence

of Byssinosis in Spinning and Textile Workers of Karachi, Pakistan.

Archives of Environmental & Occupational Health, 63.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor per.08/men/vii/2010 Tentang

Alat Pelindung Diri. Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI.

Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

160

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Jakarta: Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Mishra, A., Rotti, S., Sahai, A. dan Narayan, K. 2003. Byssinosis among male

textile workers in Pondicherry: a case-control study. National Medical

Journal of India, 16, 70-72.

Mulyati, S. S., Setiani, O. dan Raharjo, M. 2015. Analisis Risiko Paparan Debu

Kapas Terhadap Kejadian Bisinosis di Industri Tekstil PT. Grandtex

Bandung. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 14, 8.

Neigh, G. dan Mitzelfelt, M. 2016. Sex Differences in Physiology, London, San

Diego, Cambridge, Oxford, Academic Press Elservier.

New Zealand Ministry of Health. 2015. Definition of Smoking Status [Online].

New Zealand Government. Tersedia: http://www.health.govt.nz/our-

work/preventative-health-wellness/tobacco-control/tobacco-control-

guidance-practitioners/definitions-smoking-status.

Newman, B. M. dan Newman, P. R. 2015. Development Through Life: A

Psychosocial Approach Twelfth Edition, Stamford, Cengage Learning

NIOH 2012. Byssinosis. Envis-NIOH Newsletter, 7, 1-8.

NIOSH 1998. NIOSH Manual Of Analytical Methods (NMAM) Fourth Edition:

Particulates Not Otherwise Regulated, Respirable

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta, Rineka

Cipta.

Nurwidya, F. 2013. Ketika Merokok (Terus) Menggerogoti Keluarga Indonesia.

Majalah Dokter Kita.

Page 185: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

161

Ostrowski, S. dan Barud, W. 2006. Factors influencing lung function: are the

predicted values for spirometry reliable enough? Journal of physiology

and pharmacology, 57, 263-271.

Parkes, W. R. 1974. Occupational Lung Disorders, London, Butterworth & Co.

Ltd.

Pavlica, T., Bozic-Krstic, V. dan Rakic, R. 2010. Correlation of Vital Lung

Capacity With Body Weight, Longitudinal and Circumference

Dimensions. Biotechnology & Biotechnological Equipment, 24, 325-328.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik

(PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta,

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Prasetya, S. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan

Pernapasan Pada Tenaga Kerja Bagian Pemintalan Di Pt. Lotus Indah

Skripsi, Universitas Airlangga.

Rom, W. N. dan Markowitz, S. B. 2007. Environmental and Occupational

Medicine: Fourth Edition, Philadelphia, USA, Lippincott Williams &

Wilkins.

Sekretaris Negara Republik Indonesia 2003. Undang-Undang Republik

Indonesianomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.

Sharma, G. dan Goodwin, J. 2006. Effect of Aging on Respiratory System

Physiology and Immunology. Clinical Interventions in Aging, 1, 253-260.

Sholihah, Q., Khairiyati, L. dan Setyaningrum, R. 2008. Pajanan Debu Batubara

dan Gangguan Pernapasan Pada Pekerja Lapangan Tambang Batubara.

Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4, 1-8.

Page 186: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

162

SKC 1999. User's Guide SKC Environmental Perticulate Air Monitor Model SKC

EPAM-5000. Valley View Road: Haz-Dust Environmental Devices

Corporation.

Suma'mur P.K 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES),

Jakarta, Sagung Seto.

Susanto, A. D. 2012. Pneumoconiosis. Journal of the Indonesian Medical

Association, 61.

Syahputra, D. A., Amir, Z. dan Pandia, P. 2015. Hubungan Kadar Debu Kapas

dengan Kejadian Bisinosis pada Pekerja Pabrik X Pembuat Tilam di Kota

Medan. Jurnal Respirologi Indonesia, 35.

Tamher dan Noorkasiani 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika.

Tarlo, S. M., Cullinan, P. dan Nemery, B. 2010. Occupational and Environmental

Lung Disease, West Sussex,UK, John Wiley & Sons.

Texas Department of Insurance nd. Cotton Dust Fact Sheet. Texas: Texas

Department of Insurance.

Umakaapa, M., Rahim, M. R. dan Saleh, L. M. 2013. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian

Produksi Industri Tekstil CV Bagabs Kota Makassar. Hasanudin

University Repository.

US Department of Health and Human Services 2010. A Report of the Surgeon

General: How Tobacco Smoke Causes Disease: What It Means to You.

U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease

Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention

and Health Promotion, Office on Smoking and Health.

Page 187: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

163

US Department Of Health and Human Services 2014. The Health Consequences

of Smoking—50 Years of Progress: A Report of the Surgeon General,

Atlanta, U.S. Department of Health and Human Services, Centers for

Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease

Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health.

Uyainah, A., Amin, Z. dan Thufeilsyah, F. 2014. Spirometri. Ina J Chest Crit and

Emerg Med, 1, 35-38.

Voelkel, N. F. dan Macnee, W. 2002. Chronic Obstructive Lung Diseases,

London, BC Decker Inc.

Wahab, Z. 2001. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya

Gangguan Fungsi Paru Dan Kejadian Bisinosis Pada Karyawan Pabrik

Tekstil" X" Di Semarang. Tesis, Universitas Diponegoro.

Wahba, W. M. 1983. Influence of Aging on Lung Function-Clinical Significance

of Changes from Age Twenty International Anesthesia Research Society,

764-776.

West, J. B. 2010. Patofisiologi Paru Esensial Edisi 6, Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

WHO 1999. Hazard Prevention And Control In The Work Environment: Airborne

Dust, Geneva, Occupational and Environmental Health Department of

Protection of the Human Environment.

WHO. 2016. BMI classification [Online]. World Health Organization. Tersedia:

http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.

Yuliawati, R. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi

Paru Pada Pekerja Pembuat Kasur (Studi Kasus Di Desa Banjarkerta

Karanganyar Purbalingga). Jurnal Ilmiah Manuntung, 1.

Page 188: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

164

Yusitriani, Russeng, S. S. dan Muis, M. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan

Kapasitas Patu Pekerja Paving Block CV Sumber Galian. Hasanudin

University Repository.

Zaenuddin, M. 2015. Isu, Problematika, Dan Dinamika Perekonomian, Dan

Kebijakan Publik, Yogyakarta, deepublish.

Page 189: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

165

LAMPIRAN

Page 190: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

1

INFORM CONSENT

Assalamu’alaikum wr.wb.

Saya Rr. Putri Annisya Affriany Prasetyo mahasiswi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Jurusan Kesehatan Masyarakat peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja sedang melakukan penelitian untuk Tugas Akhir/Skrpisi yang

berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bisinosis Pada Pekerja PT.

Argo Pantes Tbk. Tangerang Tahun 2016”. Sehubungan dengan hal itu, saya

memohon kesediaan Saudara/Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini yang akan

sangat membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir/Skripsi saya.

Kuesioner ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

dengan bisinosis pada PT. Argo Pantes Tbk Tangerang. Kami memohon kejujuran

anda dalam pengisian kuesioner ini sesuai dengan keadaan dan kenyataan tanpa

pengaruh orang lain. Semua jawaban akan kami jaga kerahasiaannya dan tidak

memberikan dampak negatif bagi Saudara/Bapak/Ibu. Hasilnya dapat dijadikan

sebagai saran bagi pihak yang terkait dengan objek penelitian. Atas kesediaan

Saudara/Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini saya ucapkan

terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb.

Tangerang,__________ 2016

Peneliti Responden

_____________

Rr. Putri Annisya A.P

Page 191: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

2

==========================================================

JAWAB SETIAP PERTANYAAN JENIS PILIHAN GANDA DENGAN

MEMBERI TANDA SILANG (X) ATAU DENGAN MELINGKARI (O)

NOMOR PILIHAN JAWABAN. CONTOH:

1. Ya 1. Ya 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07

2. Tidak 2. Tidak 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07

==========================================================

IDENTITAS

NOMOR RESPONDEN** : ________________________

NAMA* : ________________________________________

ALAMAT : ________________________________________

_________________________________________________________________

KOTA/KABUPATEN___________________________KODE POS__________

NOMOR HP* : ___________________________

TINGGI BADAN** :__________cm

BERAT BADAN** :__________Kg

1. Tanggal Lahir* : _______ ____________ ________

Tanggal Bulan Tahun

2. Tempat Lahir : ___________________________

3. Jenis Kelamin* : 1) Perempuan ______

2) Laki-laki _____

(*WAJIB DIISI, **DIISI OLEH PENELITI)

ATS-DLD-78-A

KUESIONER UNTUK DEWASA-DISELESAIKAN SENDIRI

(Untuk 13 Tahun ke atas)

Terimakasih atas kebersediaan anda untuk berpartisipasi dalam studi ini. Anda telah

terpilih berdasarkan prosedur pengambilan sampel ilmiah, dan kerjasama anda sangat

penting bagi kesuksesan studi ini. Kuesioner ini adalah kuesioner yang anda diharapkan

untuk mengisinya. Jawablah pertanyaan dengan terus terang dan seakurat mungkin.

SEMUA INFORMASI YANG DIPEROLEH DARI STUDI INI AKAN DIJAGA

KERAHASIAANNYA DAN HANYA DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN. Dokter

pribadi anda akan diberitahu tentang hasil tes jika anda menginginkan.

Page 192: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

3

4. Apa tingkat pendidikan/sekolah tertinggi yang anda selesaikan? (tahun

pendidikan formal)* _________________________________

(Contoh: 6 tahun adalah telah menyelesaikan SD, 9 tahun adalah telah

menyelesaikan SMP, 12 tahun adalah telah menyelesaikan SMA, 16 tahun

telah menyelesaikan S1, dst)

5. Lama Kerja* : ___________ Tahun

6. Unit/Bagian Kerja* : ___________________________

(*WAJIB DIISI)

JAWAB SETIAP PERTANYAAN JENIS PILIHAN GANDA DENGAN

MEMBERI TANDA SILANG (X) ATAU DENGAN MELINGKARI (O)

NOMOR PILIHAN JAWABAN. CONTOH:

1. Ya 1. Ya 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07

2. Tidak 2. Tidak 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07

==========================================================

GEJALA

Pertanyaan-pertanyaan ini secara khusus berkaitan dengan apa yang anda

rasakan pada dada anda. Jawablah Ya atau Tidak. Jika anda ragu tentang apakah

Ya atau Tidak, maka jawab Tidak.

BATUK

7A. Selama anda bekerja disini apakah anda

biasanya batuk?

(Termasuk batuk saat pertama merokok atau

pertama kali keluar ruangan. Kecuali ketika

membersihkan tenggorokan/berdehem).

1. Ya

2. Tidak

[Jika tidak, lompat

ke pertanyaan 7C]

B. Apakah anda biasanya batuk sebanyak 4-6

kali sehari, atau sekurang-kurangnya 4 hari

atau lebih dalam seminggu?

1. Ya

2. Tidak

C. Apakah anda biasanya batuk ketika baru

bangun tidur di pagi hari?

1. Ya

2. Tidak

D. Apakah anda biasanya batuk selama

sepanjang hari baik siang hari atau malam

hari?

1. Ya

2. Tidak

JIKA ADA JAWABAN YA UNTUK PERTANYAAN APAPUN DI ATAS

(7A, B, C, ATAU D), MAKA JAWAB PERTANYAAN SELANJUTNYA.

JIKA JAWABAN SEMUA PERTANYAAN ADALAH TIDAK, LOMPAT

KE PERTANYAAN NO. 8A

E. Selama bekerja disini apakah anda biasanya

batuk seperti ini pada hampir setiap hari

selama 5 bulan berturut-turut atau lebih

dalam setahun terakhir?

1. Ya

2. Tidak

[Jika tidak, lompat ke

pertanyaan 8A]

Page 193: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

4

F. Sudah berapa lama anda mengalami batuk

seperti ini?

Jumlah Tahun

G. Apakah batuk yang anda alami terjadi pada

hari-hari tertentu dalam seminggu?

1. Ya

2. Tidak

H. Kalau “YA” pada hari kerja ke: 01, 02, 03, 04, 05, 06,

07

(lingkari yang perlu/

sesuai dengan keadaan

diri- Boleh lebih dari satu

lingkaran/jawaban)

I. Kalau “YA” pada hari kerja ke satu (01),

apakah:

1. Kadang-Kadang

2. Selalu

DAHAK

8A. Selama bekerja disini, apakah anda biasanya

mengeluarkan dahak/reak dari dada anda?

(Perhitungkan dahak/reak saat pertama kali

merokok atau pertama kali keluar ruangan.

Kecuali yang keluar dari hidung. Perhitungkan

dahak yang ditelan).

1. Ya

2. Tidak

[Jika tidak, lompat ke

pertanyaan 8C]

B. Selama bekerja disini, apakah anda biasanya

mengeluarkan dahak/reak sampai sebanyak 2

kali sehari, atau sekurang-kurangnya 4 hari

atau lebih dalam seminggu?

1. Ya

2. Tidak

C. Selama bekerja disini, apakah anda biasanya

mengeluarkan dahak/reak ketika baru bangun

tidur di pagi hari?

1. Ya

2. Tidak

D. Selama bekerja disini, apakah anda biasanya

mengeluarkan dahak/reak selama sepanjang

hari baik siang maupun malam hari?

1. Ya

2. Tidak

JIKA ADA JAWABAN YA UNTUK PERTANYAAN APAPUN DI ATAS

(8A, B, C, ATAU D), MAKA JAWAB PERTANYAAN SELANJUTNYA.

JIKA JAWABAN SEMUA PERTANYAAN ADALAH TIDAK LOMPAT

KE PERTANYAAN NO. 9A

E. Selama bekerja disini, apakah anda biasanya

mengeluarkan dahak/reak seperti ini pada

hampir setiap hari sekurang-kurangnya selama

3 bulan berturut-turut atau lebih dalam

setahun ini?

1. Ya

2. Tidak

F. Sudah berapa lama anda memiliki masalah

dahak/reak ini?

Jumlah Tahun

Page 194: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

5

PERISTIWA BATUK DAN DAHAK

9A. Selama bekerja disini, apakah Anda

mengalami serangan batuk dengan dahak/reak

MENINGKAT yang berlangsung sekurang-

kurangnya selama 3 minggu berturut-turut

atau lebih dalam setahun?

1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA UNTUK PERTANYAAN NO. 9A

B. Sudah berapa lama anda mengalami

setidaknya satu serangan batuk dengan dahak

seperti itu?

Jumlah Tahun

BATUK KRONIK ADA/TIDAK ADA

NAPAS BERBUNYI ATAU MENGI (NAPAS KUCING BUNYI

NGIK..NGIK..NGIK)

10A. Apakah dada anda pernah

berbunyi/mengeluarkan suara mengi atau

bengek bila bernapas:

1. Ketika anda pilek/flu?

2. Terkadang disaat tidak pilek/flu?

3. Hampir setiap hari atau setiap malam (4

hari dalam seminggu)?

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

JIKA ADA JAWABAN YA PADA 1, 2, ATAU 3 PADA PERTANYAAN 10A

B. Apakah bunyi mengi itu timbul setelah anda

bekerja di bagian ini?

1. Ya

2. Tidak

C Sudah berapa lama mengi/bengek itu ada?

Jumlah Tahun

11A. Apakah Anda pernah memiliki sebuah

SERANGAN mengi yang telah membuat

Anda merasa sesak napas?

1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 11A

B. Berapakah usia anda ketika anda pertama

kali mendapatkan serangan tersebut?

___________usia dalam

tahun

C. Apakah anda mengalami peritiwa tersebut

sebanyak 2 kali atau lebih?

1. Ya

2. Tidak

D. Apakah anda pernah

membutuhkan/menggunakan obat atau

perawatan untuk serangan-serangan

tersebut?

1. Ya

2. Tidak

RASA DADA TERTEKAN ATAU TERJEPIT

12A. Selama bekerja disini, apakah anda pernah

merasa dada seperti tertekan/terjepit atau

napas anda bertambah susah?

1. Ya

2. Tidak

Jika tidak (G0) langsung

ke pertanyaan 13A

Page 195: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

6

B. Bila “Ya” Pada hari kerja ke: 01, 02, 03, 04, 05, 06,

07

(lingkari yang perlu/ sesuai

dengan keadaan diri-Boleh

lebih dari satu lingkaran/

jawaban)

C. Bila “Ya” Pada hari kerja ke satu (01),

apakah:

1. Kadang-Kadang (G½)

2. Selalu (G1)

D. Bila “Ya” Kapan rasa dada tertekan/terjepit

tersebut menghilang?

1. Hari kerja ke 1 berhenti

bekerja

2. Hari kerja ke 2 berhenti

bekerja

3. Hari kerja ke 3 berhenti

bekerja

4. Tidak hilang/tetap ada

Jika ada G1 ditambah Ya Pada hari kerja yang lain maka G2

E. Kalau “Ya” pada hari kerja ke satu (01),

pada waktu kapan anda merasa dada

tertekan/terjepit atau merasakan napas

susah?

1. Sebelum masuk pabrik

(G3)

2. Sesudah masuk pabrik

F. Setelah bekerja berapa lama di bagian yang

berdebu ini anda mulai merasakan dada

tertekan/terjepit/berat?

______________bulan/tahun

(Coret yang tidak perlu

antara bulan atau tahun)

G. Di waktu yang lalu apakah anda pernah

merasa dada tertekan/terjepit atau

merasakan napas susah?

1. Ya

2. Tidak

Jika Tidak langsung ke

pertanyaan 13A

H. Kalau “Ya” pada hari kerja ke: 01, 02, 03, 04, 05, 06,

07 (lingkari yang perlu/

sesuai dengan keadaan

diri-Boleh lebih dari satu

lingkaran/ jawaban)

I. Kalau “Ya” pada hari kerja ke satu (01),

apakah

1. Kadang-kadang

2. Selalu

13A. Selama 3 tahun ke belakang, apakah anda

pernah memiliki penyakit/gangguan pada

dada yang telah menyebabkan anda harus

berhenti bekerja, di dalam rumah, atau

beristirahat di tempat tidur?

1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 13A

B. Apakah anda dulu mengeluarkan dahak 1. Ya

Page 196: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

7

karena mengalami penyakit/gangguan pada

dada?

2. Tidak

C. Pada 3 tahun terakhir, berapa banyak anda

mengalami penyakit yang disertai dengan

(peningkatan) dahak? Apakah itu

berlangsung selama seminggu atau lebih?

1. Ya, sebutkan ________

(Jumlah

penyakit/gangguan)

2. Tidak ada

penyakit/gangguan

seperti itu

3. Tidak termasuk

SESAK NAPAS KARENA SAKIT JANTUNG ATAU PARU

14. Apakah anda menderita sakit jantung atau paru?

1. Ya 2. Tidak

Jika Ya, Sebutkan penyakit apa, apakah 1. Jantung 2. Paru

Jika tidak bisa berjalan karena mengalami kondisi lain selain penyakit

jantung dan paru, tolong jelaskan dan lanjutkan ke pertanyaan no. 15A dan

seterusnya.

Sifat/jenis kondisi:___________________________________________

15A. Setelah anda bekerja disini, apakah anda

menjadi susah/sesak napas saat sedang

berjalan tergesa-gesa/terburu-buru di tempat

yang datar atau saat berjalan biasa di tempat

yang agak menanjak?

1. Ya

2. Tidak

[Jika tidak lompat ke

pertanyaan 16]

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 15A

B. Apakah anda harus berjalan lebih lamban

dari pada orang-orang seusia anda di tempat

yang datar karena sesak napas

Jika ya derajat 1

1. Ya

2. Tidak

[Jika tidak lompat ke

pertanyaan 16]

C. Apakah anda pernah sampai terpaksa harus

berhenti berjalan untuk bernapas ketika

berjalan di tempat datar dengan kecepatan

anda sendiri?

Jika ya derajat 2

1. Ya

2. Tidak

[Jika tidak lompat ke

pertanyaan 16]

D. Apakah anda pernah sampai harus terpaksa

berhenti untuk bernapas setelah berjalan

sekitar 100 yard (91,44 meter) atau setelah

beberapa menit di tempat yang datar?

Jika ya derajat 3

1. Ya

2. Tidak

[Jika tidak lompat ke

pertanyaan 16]

E. Apakah anda terlalu sesak/pendek napas

untuk pergi meninggalkan rumah atau ketika

mengenakan/melepaskan pakaian?

Jika ya derajat 4

1. Ya

2. Tidak

Page 197: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

8

==========================================================

PENYAKIT TERDAHULU

16. Apakah anda memiliki masalah pada paru saat

berusia kurang dari 16 tahun?

1. Ya

2. Tidak

17. Apakah anda pernah memiliki salah satu dari

berikut ini:

1A. Serangan bronkitis? 1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 1A:

B. Apakah sudah dikonfirmasi oleh dokter? 1. Ya

2. Tidak

C. Pada usia berapakah serangan pertama

anda alami?

_________usia dalam

tahun

2A. Pneumonia (termasuk bronkopneumonia)? 1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 2A:

B. Apakah sudah dikonfirmasi oleh dokter? 1. Ya

2. Tidak

C. Pada usia berapakah anda pertama kali

mengalaminya?

_____usia dalam tahun

3A. Alergi serbuk bunga? 1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 3A:

B. Apakah sudah dikonfirmasi oleh dokter? 1. Ya

2. Tidak

C. Pada usia berapakah itu bermula? _____usia dalam tahun

18A. Apakah anda pernah mengalami bronkitis

kronis?

1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 18A:

B. Apakah anda masih mengalaminya? 1. Ya

2. Tidak

C. Apakah sudah dikonfirmasi oleh dokter? 1. Ya

2. Tidak

D. Pada usia berapakah itu bermula? ____usia dalam tahun

19A. Apakah anda pernah mengalami emfisema? 1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 19A:

B. Apakah anda masih mengalaminya? 1. Ya

2. Tidak

C. Apakah sudah dikonfirmasi oleh dokter? 1. Ya

2. Tidak

D. Pada usia berapakah itu bermula? ______usia dalam

tahun

Page 198: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

9

20A. Apakah anda pernah mengalami asma? 1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 20A:

B. Apakah anda masih mengalaminya? 1. Ya

2. Tidak

C. Apakah sudah dikonfirmasi oleh dokter? 1. Ya

2. Tidak

D. Kapan anda mulai menderita asma? 1. Sebelum bekerja di

bagian ini

2. Sesudah bekerja di

bagian ini

E. Bila jawaban pertanyaan 20D adalah

sesudah bekerja di bagian ini, berapa lama

setelah anda bekerja di bagian ini anda

menderita asma?

1. Kurang dari 1

tahun

2. 1-5 tahun

3. 5-10 tahun

4. Lebih dari 10 tahun

F. Pada usia berapakah asma itu bermula? _________usia dalam

tahun

G. Jika anda sudah tidak mengalaminya lagi,

pada usia berapa anda berhenti mengalaminya?

_________usia dalam

tahun

21. Apakah anda pernah memiliki:

A. Penyakit/gangguan pada dada lainnya?

Jika ya, sebutkan______________________

B. Operasi/perbaikan pada dada?

Jika ya, sebutkan______________________

C. Cedera pada dada?

Jika ya, sebutkan______________________

1. Ya

2. Tidak

1. Ya

2. Tidak

1. Ya

2. Tidak

22A. Apakah dokter pernah mengatakan bahwa anda

memiliki gangguan/masalah pada jantung?

1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 22A:

B. Apakah anda pernah mendapatkan

perawatan untuk masalah/gangguan jantung

dalam 10 tahun ke belakang?

1. Ya

2. Tidak

23A. Apakah dokter pernah mengatakan bahwa anda

memiliki tekanan darah tinggi?

1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 23A:

B. Apakah anda pernah mendapatkan

perawatan untuk tekanan darah tinggi dalam 10

tahun ke belakang?

1. Ya

2. Tidak

==========================================================

RIWAYAT PEKERJAAN

24A. Apakah anda penah bekerja dalam waktu

penuh (full time/30 jam per minggu atau lebih)

1. Ya

2. Tidak

Page 199: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

10

selama 6 bulan atau lebih?

B. Apakah anda pernah bekerja selama satu

tahun atau lebih pada pekerjaan yang

berdebu?

1. Ya

2. Tidak

C. Sebutkan

pekerjaan/industri________________

D. Total tahun bekerja

____________tahun

E. Apakah jenis/bagian pekerjaan yang biasa anda lakukan (satu

pekerjaan yang paling lama anda kerjakan)?

1. Pekerjaan:_______________________________________________

2. Jumlah tahun kerja pada jenis/bagian pekerjaan

terebut:________________tahun

3. Posisi-jabatan pekerjaan:___________________________________

4. Perusahaan, bidang, atau industri:____________________________

F. Pernahkan anda pindah dari lingkungan kerja yang lebih berdebu ke

tempat yang kurang berdebu?

1. Ya

2. Tidak

==========================================================

KEBIASAAN MEROKOK

25A. Pernahkan anda merokok 100 batang rokok

atau lebih selama hidup anda?

1. Ya

2. Tidak (Bukan

perokok)

[Langsung/lompat

ke pertanyaan 29A

tentang APD)

Jika “YA”

B. Apakah anda dalam satu bulan terakhir

masih merokok?

1. Ya

2. Tidak (Bekas

Perokok)

C. Berapa batang rokok rata-rata sehari yang

anda hisap saat ini/selama anda merokok?

_____________batang

[Langsung/lompat ke

pertanyaan 25E)

D. Jika jawaban pertanyaan 25C adalah tidak,

Pada usia berapa anda berhenti merokok?

_____________tahun

E. Berapa tahun usia anda ketika anda mulai

merokok secara teratur?

_____________tahun

F. Apakah anda biasanya menghirup asap

rokok secara dalam sampai ke dalam dada?

1. Ya

2. Tidak

26A. Apakah anda penah/sekarang merokok

sigaret (seperti 1 bulan yang lalu)? (TIDAK

kurang dari 20 pak rokok/sigaret atau 12 ons

(340,194 gram) tembakau seumur hidup

1. Ya

2. Tidak

Page 200: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

11

atau kurang dari 1 rokok sehari dalam satu

tahun.

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 26A:

B. Berapakah umur/usia anda ketika anda

pertama kali merokok sigaret?

______usia dalam tahun

C. Jika anda sudah berhenti merokok

sepenuhnya, berapa usia anda ketika

berhenti merokok?

_____tahun usia berhenti

merokok

Cek jika masih merokok

____________

D. Rata-rata berapa sigaret/rokok yang

anda hisap setiap harinya saat

ini/selama anda merokok?

_________rokok per hari

E. Apakah anda pernah atau selalu

menghirup asap rokok?

1. Tidak termasuk

2. Sekali-sekali tidak

3. Sedikit

4. Cukup

5. Banyak

27A. Apakah anda pernah merokok rokok pipa

secara teratur? (IYA=lebih dari 12 ons

(340,194 gram) tembakau seumur hidup).

1. Ya

2. Tidak

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 27A:

B. Berapakah usia/umur anda ketika anda

mulai merokok rokok pipa secara

teratur?

____________usia/umur

dalam tahun

C. Jika anda sudah berhenti merokok

rokok pipa sepenuhnya, berapa

usia/umur anda ketika berhenti

merokok?

______ tahun usia

behenti merokok

Cek jika masih merokok

____________

D. Dalam merokok rokok pipa selama ini,

berapa rata-rata pipa tembakau yang

anda hisap per minggunya?

_______ons per minggu

(standar satu kantong

tembakau mengandung 1

½ ons)

E. Apakah anda pernah atau selalu

menghirup asap rokok?

1. Tidak termasuk

2. Sekali-sekali tidak

3. Sedikit

4. Cukup

5. Banyak

28A. Apakah anda pernah merokok cerutu secara

teratur? (IYA=lebih dari 1 cerutu dalam

seminggu atau satu tahun)

1. Ya

2. Tidak

Page 201: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

12

JIKA JAWABAN YA PADA PERTANYAAN 28A:

B. Berapa usia/umur anda ketika mulai

merokok cerutu secara teratur?

_______________usia/

umur dalam tahun

C. Jika anda sudah berhenti merokok

cerutu sepenuhnya, berapa usia/umur

anda ketika berhenti merokok?

____________tahun usia

berhenti merokok

Cek jika masih merokok

cerutu ____________

D. Dalam merokok cerutu selama ini, rata-

rata berapa cerutu yang anda hisap per

minggunya?

cerutu per minggu

E. Apakah anda pernah atau selalu

menghirup asap rokok?

1. Tidak termasuk

2. Sekali-sekali tidak

3. Sedikit

4. Cukup

5. Banyak

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

29A. Apabila anda berada di ruang

berdebu, apakah anda

menggunakan Alat Pelindung

Diri (APD) dari debu?

1. Ya

2. Tidak (Sama sekali tidak pernah

menggunakan APD/Masker

selama 8 jam bekerja)

Jika “YA”

B. APD yang anda gunakan 1. Masker yang disediakan oleh

perusahaan

2. Masker milik pribadi/cara lain

C. Jenis masker yang digunakan 1. Masker N95

2. Masker Lainnya,

sebutkan___________________

(Masker kain, Masker medis

atau kain biasa yang dijadikan

penutup hidung)

D. Bagaimana kebiasaan anda

memakai masker (APD) tersebut?

1. Selalu memakai (APD/Masker

digunakan secara terus menerus

selama 8 jam kerja)

2. Kadang-kadang (APD/Masker

tidak digunakan secara terus

menerus selama 8 jam kerja)

TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASI ANDA DALAM MENGISI

KUESIONER INI

Page 202: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

13

INFORMASI TAMBAHAN:

Masker N95 Masker Medis

1. Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara utama dari paru-paru atau

bronkus yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada

saluran udara itu yang gejalanya terdiri dari batuk-batuk disertai lendir

berwarna kuning keabu-abuan atau hijau, Sakit pada tenggorokan, Sesak

napas, Hidung beringus atau tersumbat, Sakit atau rasa tidak nyaman pada

dada, dan Kelelahan.

2. Bronkopnemuomonia adalah suatu radang parenkim paru yang disebabkan

oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala

panas yang tinggi, gelisah, dispnoe, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare,

batuk kering dan produktif.

3. Bronkitis Kronis adalah penyakit saluran pernapasan yang biasa dialami

oleh sebagian oang dan ditandai dengan batuk kronis yang berdahak selama

kurang lebih 3 bulan dalam jangka waktu satu tahun. Gejalanuya meliputi

terjadi suatu sumbatan pada saluran pernapasan dan terjadi secara kronis,

semakin hari semakin parah, penderita akan mengalami penurunan stamina

tubuh, jika penyakit bronkits kronis semakin parah bisa menyebabkan

pembengkakan jantung dan pastinya berisiko kematian, sering mengalami

batuk berdahak yang parah, dan napas akan terputus-putus dan pendek serta

bisa menimbulkan bunyi.

4. Emfisema adalah penyakit progresif jangka panjang pada paru-paru yang

umumnya menyebabkan napas menjadi pendek. jaringan paru-paru, yang

berperan pada bentuk fisik paru-paru dan fungsi pernapasan, pada penderita

emfisema sudah rusak. gejala emfisema terdiri dari napas pendek, batuk dan

suara mengi saat bernapas, kemampuan untuk berolahraga dan menjalani

aktivitas rutin menurun secara bertahap, bibir dan kuku menjadi biru atau

abu-abu, serta menjadi kurang awas secara mental.

5. Asma adalah suatu jenis penyakit gangguan pernapasan khususnya pada

paru-paru yang dikenal dengan penyakit sesak napas dikarenakan adanya

penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih

terhadap suatu rangsangan tertentu hingga menyebabkan peradangan dan

penyempitan pada pembuluh darah dan saluran udara yang mengalirkan

oksigen ke paru-paru dan rongga dada. Gejala awal asma adalah sesak napas,

batuk, dan suara mengi.

Page 203: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

14

Layout Unit Spinning 3

Layout Unit Weaving

Layout Unit Weaving

Layout Unit Yarn Processing

Titik pengukuran di area kerja front spinning, ring spinning, dan winding

Titik Pengukuran di area kerja tenun bagian 1 dan 2

Page 204: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

15

Layout unit Yarn Processing

Layout Unit Dyeing Finishing

Titik pengukuran di area kerja verpacking, RTW, warping, dan soft winder

Titik pengukuran di area kerja verpacking, finishing, dyeing, dan bleaching

Page 205: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

16

Pengukuran di Area Kerja RTW Area Kerja RTW

Pekerja membersihkan gumpalan kapas di

lantai dengan menggunakan sapu

Pengukuran di area kerja tenun

bagian 1

Pengukuran di area kerja tenun bagian 2 Pengukuran di area kerja verpacking YP

Page 206: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

17

Pengukuran di area kerja ring spinning

Pengukuran di area kerja winding

Area kerja verpacking YP Pengukuran di area kerja softwinder

Page 207: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

18

Pengukuran di area kerja warping

Pengukuran di area kerja

verpacking DF

Pengukuran di area kerja dyeing DF

Pengukuran di area kerja front

spinning

Pengukuran di area kerja bleaching

Page 208: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

19

Pengukuran di area kerja finishing DF Pengukuran tinggi badan

Pengukuran berat badan Lubang Ducting

Sohler

Page 209: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

20

Sohler dan Vacuum

Local Exhaust Ventilation pada mesin bleaching

Page 210: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

21

Kantong-kantong penyimpanan sementara gumpalan kapas

Page 211: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

22

Tabel Frekuensi

Tingkat Bisinosis

[DataSet1] D:\Skripsi+Magang\Bismillah Skripsi\Progress\DATA SKRIPSI.sav

Statistics

Tingkat_Gejala_Bisinosis

N Valid 130

Missing 0

Tingkat_Bisinosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tingkat 0 122 93.8 93.8 93.8

Tingkat 0.5 5 3.8 3.8 97.7

Tingkat 1 2 1.5 1.5 99.2

Tingkat 2 1 .8 .8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Gejala Penyerta Lainnya

[DataSet1] D:\Skripsi+Magang\Bismillah Skripsi\Progress\DATA SKRIPSI.sav

Statistics

Batuk_Kronis

N Valid 130

Missing 0

Batuk_Kronis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 114 87.7 87.7 87.7

Ya 16 12.3 12.3 100.0

Total 130 100.0 100.0

Statistics

Dahak_Kronis

N Valid 130

Missing 0

Dahak_Kronis

Page 212: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 109 83.8 83.8 83.8

Ya 21 16.2 16.2 100.0

Total 130 100.0 100.0

Statistics

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_Meni

ngkat

N Valid 130

Missing 0

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_Meningkat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 123 94.6 94.6 94.6

Ya 7 5.4 5.4 100.0

Total 130 100.0 100.0

Statistics

Mengi

N Valid 130

Missing 0

Mengi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 108 83.1 83.1 83.1

Ya 22 16.9 16.9 100.0

Total 130 100.0 100.0

Statistics

Sesak_Napas

N Valid 130

Missing 0

Sesak_Napas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 213: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

24

Valid Tidak 125 96.2 96.2 96.2

Ya 5 3.8 3.8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Konsentrasi/Kadar Debu Kapas

[DataSet1] D:\Skripsi+Magang\Bismillah Skripsi\Progress\DATA SKRIPSI.sav

Statistics

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas

N Valid 130

Missing 0

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang dari sama dengan

NAB 82 63.1 63.1 63.1

Lebih dari NAB 48 36.9 36.9 100.0

Total 130 100.0 100.0

Penggunaan APD/Masker

Statistics

Penggunaan Masker

N Valid 130

Missing 0

Penggunaan Masker

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Sesuai 130 100.0 100.0 100.0

Statistics

J29D Bagaimana kebiasaan anda

memakai masker/APD tersebut?

N Valid 130

Missing 0

J29D Bagaimana kebiasaan anda memakai masker/APD tersebut?

Page 214: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Selalu Memakai 56 43.1 43.1 43.1

Kadang-Kadang 74 56.9 56.9 100.0

Total 130 100.0 100.0

Statistics

J29B APD yang anda gunakan?

N Valid 130

Missing 0

J29B APD yang anda gunakan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Masker yang disediakan

perusahaan 96 73.8 73.8 73.8

Masker milik pribadi 34 26.2 26.2 100.0

Total 130 100.0 100.0

Statistics

Jika lainnya, Sebutkan

N Valid 130

Missing 0

Jika lainnya, Sebutkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MASKER KAIN 128 98.5 98.5 98.5

MASKER KATUN 1 .8 .8 99.2

MASKER MEDIS 1 .8 .8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Masa Kerja

Statistics

H24D Total tahun bekerja

N Valid 130

Missing 0

Page 215: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

26

Mean 19.80

Median 21.00

Mode 5

Minimum 5

Maximum 38

H24D Total tahun bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 5 14 10.8 10.8 10.8

6 13 10.0 10.0 20.8

7 5 3.8 3.8 24.6

9 1 .8 .8 25.4

12 1 .8 .8 26.2

13 2 1.5 1.5 27.7

15 2 1.5 1.5 29.2

16 1 .8 .8 30.0

18 1 .8 .8 30.8

19 8 6.2 6.2 36.9

20 11 8.5 8.5 45.4

21 10 7.7 7.7 53.1

22 8 6.2 6.2 59.2

23 4 3.1 3.1 62.3

24 6 4.6 4.6 66.9

25 5 3.8 3.8 70.8

26 7 5.4 5.4 76.2

27 4 3.1 3.1 79.2

28 3 2.3 2.3 81.5

29 3 2.3 2.3 83.8

30 3 2.3 2.3 86.2

31 1 .8 .8 86.9

32 5 3.8 3.8 90.8

33 3 2.3 2.3 93.1

34 1 .8 .8 93.8

Page 216: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

27

35 4 3.1 3.1 96.9

36 3 2.3 2.3 99.2

38 1 .8 .8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

H24D Total tahun bekerja .159 130 .000 .917 130 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Statistics

Kategori_Masa_kerja

N Valid 130

Missing 0

Kategori_Masa_kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang dari 21 tahun 59 45.4 45.4 45.4

lebih dari sama dengan 21

tahun 71 54.6 54.6 100.0

Total 130 100.0 100.0

Kebiasaan Merokok

Statistics

Status_Merokok

N Valid 130

Missing 0

Status_Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Bukan Perokok 90 69.2 69.2 69.2

Bekas Perokok 9 6.9 6.9 76.2

Masih Perokok 31 23.8 23.8 100.0

Total 130 100.0 100.0

Statistics

Page 217: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

28

Derajat_Merokok_IB

N Valid 40

Missing 90

Derajat_Merokok_IB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perokok Ringan 29 22.3 72.5 72.5

Perokok Sedang 11 8.5 27.5 100.0

Total 40 30.8 100.0

Missing System 90 69.2

Total 130 100.0

Statistics

Lama_Merokok

I25C Berapa batang rokok rata-rata sehari yang anda

hisap saat ini/selama anda m

N Valid 40 40

Missing 90 90

Mean 21.28 7.35

Median 22.00 6.00

Mode 15 12

Minimum 2 1

Maximum 43 20

Lama_Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 1 .8 2.5 2.5

4 2 1.5 5.0 7.5

5 2 1.5 5.0 12.5

11 1 .8 2.5 15.0

14 1 .8 2.5 17.5

15 4 3.1 10.0 27.5

16 2 1.5 5.0 32.5

18 2 1.5 5.0 37.5

19 1 .8 2.5 40.0

Page 218: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

29

20 1 .8 2.5 42.5

21 1 .8 2.5 45.0

22 3 2.3 7.5 52.5

23 1 .8 2.5 55.0

24 2 1.5 5.0 60.0

25 2 1.5 5.0 65.0

26 2 1.5 5.0 70.0

27 2 1.5 5.0 75.0

28 1 .8 2.5 77.5

29 2 1.5 5.0 82.5

30 1 .8 2.5 85.0

31 1 .8 2.5 87.5

32 2 1.5 5.0 92.5

35 1 .8 2.5 95.0

36 1 .8 2.5 97.5

43 1 .8 2.5 100.0

Total 40 30.8 100.0

Missing System 90 69.2

Total 130 100.0

I25C Berapa batang rokok rata-rata sehari yang anda hisap saat ini/selama anda

m

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 3.1 10.0 10.0

2 1 .8 2.5 12.5

3 4 3.1 10.0 22.5

4 2 1.5 5.0 27.5

5 3 2.3 7.5 35.0

6 8 6.2 20.0 55.0

8 3 2.3 7.5 62.5

10 4 3.1 10.0 72.5

12 9 6.9 22.5 95.0

13 1 .8 2.5 97.5

Page 219: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

30

20 1 .8 2.5 100.0

Total 40 30.8 100.0

Missing System 90 69.2

Total 130 100.0

Status Gizi

Statistics

Kategori_Status_Gizi

N Valid 130

Missing 0

Kategori_Status_Gizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang 11 8.5 8.5 8.5

Normal 69 53.1 53.1 61.5

Lebih 50 38.5 38.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Umur

Statistics

Kategori_Umur

N Valid 130

Missing 0

Kategori_Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Muda dan Dewasa 11 8.5 8.5 8.5

Tua 119 91.5 91.5 100.0

Total 130 100.0 100.0

Page 220: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

31

Jenis Kelamin

Statistics

Jenis_Kelamin_New

N Valid 130

Missing 0

Jenis_Kelamin_New

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perempuan 45 34.6 34.6 34.6

Laki-Laki 85 65.4 65.4 100.0

Total 130 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan

Statistics

Tingkat_Pendidikan

N Valid 130

Missing 0

Tingkat_Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tinggi 100 76.9 76.9 76.9

Rendah 30 23.1 23.1 100.0

Total 130 100.0 100.0

Page 221: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

32

Chi Square Test

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas *

Tingkat_Gejala_Bisinosis

130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Kategori_

Konsentra

si_Kadar_

DebuKap

as

Kurang dari sama

dengan NAB

Count 81 1 0 0 82

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas 98.8% 1.2% .0% .0% 100.0%

Lebih dari NAB Count 41 4 2 1 48

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas 85.4% 8.3% 4.2% 2.1% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Page 222: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

33

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 9.685a 3 .021

Likelihood Ratio 10.450 3 .015

Linear-by-Linear Association 8.801 1 .003

N of Valid Cases 130

a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .37.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas (Kurang dari sama

dengan NAB / Lebih dari NAB)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a 2*2

table without empty cells.

Page 223: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

34

[DataSet1] D:\Skripsi+Magang\Bismillah Skripsi\Progress\DATA SKRIPSI.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Status_Merokok *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Status_Merokok * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Status_Merokok Bukan Perokok Count 85 3 1 1 90

% within Status_Merokok 94.4% 3.3% 1.1% 1.1% 100.0%

Bekas Perokok Count 9 0 0 0 9

% within Status_Merokok 100.0% .0% .0% .0% 100.0%

Masih Perokok Count 28 2 1 0 31

% within Status_Merokok 90.3% 6.5% 3.2% .0% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

Page 224: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

35

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

% within Status_Merokok 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.299a 6 .890

Likelihood Ratio 2.856 6 .827

Linear-by-Linear Association .137 1 .711

N of Valid Cases 130

a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .07.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

Status_Merokok (Bukan

Perokok / Bekas Perokok)

a

Page 225: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

36

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

[DataSet1] D:\Skripsi+Magang\Bismillah Skripsi\Progress\DATA SKRIPSI.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Status_Gizi *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Kategori_Status_Gizi * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Kategori_Status_Gizi Kurang Count 10 1 0 0 11

% within Kategori_Status_Gizi 90.9% 9.1% .0% .0% 100.0%

Normal Count 65 2 2 0 69

Page 226: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

37

% within Kategori_Status_Gizi 94.2% 2.9% 2.9% .0% 100.0%

Lebih Count 47 2 0 1 50

% within Kategori_Status_Gizi 94.0% 4.0% .0% 2.0% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

% within Kategori_Status_Gizi 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 4.330a 6 .632

Likelihood Ratio 5.202 6 .518

Linear-by-Linear Association .020 1 .887

N of Valid Cases 130

a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .08.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

Kategori_Status_Gizi (Kurang

/ Normal)

a

Page 227: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

38

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Umur *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Kategori_Umur * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Kategori_Umur Muda dan Dewasa Count 10 1 0 0 11

% within Kategori_Umur 90.9% 9.1% .0% .0% 100.0%

Tua Count 112 4 2 1 119

% within Kategori_Umur 94.1% 3.4% 1.7% .8% 100.0%

Page 228: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

39

Total Count 122 5 2 1 130

% within Kategori_Umur 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.148a 3 .766

Likelihood Ratio 1.184 3 .757

Linear-by-Linear Association .000 1 .990

N of Valid Cases 130

a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .08.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for Kategori_Umur

(Muda dan Dewasa / Tua)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

[DataSet1] D:\Skripsi+Magang\Bismillah Skripsi\Progress\DATA SKRIPSI.sav

Case Processing Summary

Page 229: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

40

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis_Kelamin_New *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Jenis_Kelamin_New * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Jenis_Kelamin_New Perempuan Count 44 1 0 0 45

% within Jenis_Kelamin_New 97.8% 2.2% .0% .0% 100.0%

Laki-Laki Count 78 4 2 1 85

% within Jenis_Kelamin_New 91.8% 4.7% 2.4% 1.2% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

% within Jenis_Kelamin_New 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.173a 3 .537

Likelihood Ratio 3.179 3 .365

Page 230: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

41

Linear-by-Linear Association 2.087 1 .149

N of Valid Cases 130

a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .35.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

Jenis_Kelamin_New

(Perempuan / Laki-Laki)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

[DataSet1] D:\Skripsi+Magang\Bismillah Skripsi\Progress\DATA SKRIPSI.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat_Pendidikan *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Page 231: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

42

Tingkat_Pendidikan * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Tingkat_Pendidikan Tinggi Count 93 4 2 1 100

% within Tingkat_Pendidikan 93.0% 4.0% 2.0% 1.0% 100.0%

Rendah Count 29 1 0 0 30

% within Tingkat_Pendidikan 96.7% 3.3% .0% .0% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

% within Tingkat_Pendidikan 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .960a 3 .811

Likelihood Ratio 1.635 3 .652

Linear-by-Linear Association .838 1 .360

N of Valid Cases 130

a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .23.

Page 232: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

43

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for

Tingkat_Pendidikan (Tinggi /

Rendah)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be

computed. They are only computed for a

2*2 table without empty cells.

Kruskal Wallis Test

Ranks

Tingkat_Gejala_Bisinosis N Mean Rank

H24D Total tahun bekerja Tingkat 0 122 65.87

Tingkat 0.5 5 34.10

Tingkat 1 2 101.50

Tingkat 2 1 105.00

Total 130

Test Statisticsa,b

H24D Total tahun

bekerja

Chi-Square 6.439

Page 233: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

44

df 3

Asymp. Sig. .092

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Crosstab Gejala Penyerta dengan Tingkat Bisinosis

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Batuk_Kronis * Tingkat_

_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Batuk_Kronis * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_ Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Batuk_Kronis Tidak Count 110 3 1 0 114

% within Batuk_Kronis 96.5% 2.6% .9% .0% 100.0%

Ya Count 12 2 1 1 16

% within Batuk_Kronis 75.0% 12.5% 6.2% 6.2% 100.0%

Page 234: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

45

Total Count 122 5 2 1 130

% within Batuk_Kronis 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Dahak_Kronis *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Dahak_Kronis * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Dahak_Kronis Tidak Count 105 3 1 0 109

% within Dahak_Kronis 96.3% 2.8% .9% .0% 100.0%

Ya Count 17 2 1 1 21

% within Dahak_Kronis 81.0% 9.5% 4.8% 4.8% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

% within Dahak_Kronis 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Page 235: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

46

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat *

Tingkat_Gejala_Bisinosis

130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_Meningkat * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

Tidak Count 118 3 2 0 123

% within

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

95.9% 2.4% 1.6% .0% 100.0%

Ya Count 4 2 0 1 7

% within

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

57.1% 28.6% .0% 14.3% 100.0%

Page 236: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

47

Total Count 122 5 2 1 130

% within

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat *

Tingkat_Gejala_Bisinosis

130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_Meningkat * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

Tidak Count 118 3 2 0 123

% within

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

95.9% 2.4% 1.6% .0% 100.0%

Ya Count 4 2 0 1 7

Page 237: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

48

% within

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

57.1% 28.6% .0% 14.3% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

% within

Peristiwa_Batuk_dgnDahak_

Meningkat

93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Mengi *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Mengi * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Mengi Tidak Count 105 2 0 1 108

% within Mengi 97.2% 1.9% .0% .9% 100.0%

Ya Count 17 3 2 0 22

% within Mengi 77.3% 13.6% 9.1% .0% 100.0%

Page 238: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

49

Total Count 122 5 2 1 130

% within Mengi 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sesak_Napas *

Tingkat_Gejala_Bisinosis 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Sesak_Napas * Tingkat_Gejala_Bisinosis Crosstabulation

Tingkat_Gejala_Bisinosis

Total Tingkat 0 Tingkat 0.5 Tingkat 1 Tingkat 2

Sesak_Napas Tidak Count 119 4 2 0 125

% within Sesak_Napas 95.2% 3.2% 1.6% .0% 100.0%

Ya Count 3 1 0 1 5

% within Sesak_Napas 60.0% 20.0% .0% 20.0% 100.0%

Total Count 122 5 2 1 130

% within Sesak_Napas 93.8% 3.8% 1.5% .8% 100.0%

Page 239: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

50

Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dengan Masa Kerja

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas *

Kategori_Masa_kerja

130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas * Kategori_Masa_kerja Crosstabulation

Kategori_Masa_kerja

Total

kurang dari 21

tahun

lebih dari sama

dengan 21 tahun

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

Kurang dari sama dengan

NAB

Count 35 47 82

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

42.7% 57.3% 100.0%

Lebih dari NAB Count 24 24 48

Page 240: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

51

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 59 71 130

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

45.4% 54.6% 100.0%

Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dengan Status Merokok

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas * Status_Merokok 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas * Status_Merokok Crosstabulation

Status_Merokok

Total Bukan Perokok Bekas Perokok Masih Perokok

Kategori_Konsentrasi_Kadar_ Kurang dari sama dengan NAB Count 56 7 19 82

Page 241: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

52

DebuKapas % within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

68.3% 8.5% 23.2% 100.0%

Lebih dari NAB Count 34 2 12 48

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

70.8% 4.2% 25.0% 100.0%

Total Count 90 9 31 130

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

69.2% 6.9% 23.8% 100.0%

Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dengan Status Gizi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas *

Kategori_Status_Gizi

130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Page 242: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

53

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas * Kategori_Status_Gizi Crosstabulation

Kategori_Status_Gizi

Total Kurang Normal Lebih

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

Kurang dari sama dengan

NAB

Count 6 44 32 82

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

7.3% 53.7% 39.0% 100.0%

Lebih dari NAB Count 5 25 18 48

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

10.4% 52.1% 37.5% 100.0%

Total Count 11 69 50 130

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

8.5% 53.1% 38.5% 100.0%

Page 243: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

54

Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dengan Umur

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas * Kategori_Umur 130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas * Kategori_Umur Crosstabulation

Kategori_Umur

Total

Muda dan

Dewasa Tua

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

Kurang dari sama dengan

NAB

Count 5 77 82

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

6.1% 93.9% 100.0%

Lebih dari NAB Count 6 42 48

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

12.5% 87.5% 100.0%

Total Count 11 119 130

Page 244: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

55

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

8.5% 91.5% 100.0%

Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dengan Jenis Kelamin

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas *

Jenis_Kelamin_New

130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas * Jenis_Kelamin_New Crosstabulation

Jenis_Kelamin_New

Total Perempuan Laki-Laki

Kategori_Konsentrasi_Kadar_ Kurang dari sama dengan Count 26 56 82

Page 245: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

56

DebuKapas NAB % within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

31.7% 68.3% 100.0%

Lebih dari NAB Count 19 29 48

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

39.6% 60.4% 100.0%

Total Count 45 85 130

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

34.6% 65.4% 100.0%

Konsentrasi/Kadar Debu Kapas dengan Tingkat Pendidikan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas *

Tingkat_Pendidikan

130 100.0% 0 .0% 130 100.0%

Page 246: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

57

Kategori_Konsentrasi_Kadar_DebuKapas * Tingkat_Pendidikan Crosstabulation

Tingkat_Pendidikan

Total Rendah Tinggi

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

Kurang dari sama dengan

NAB

Count 20 62 82

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

24.4% 75.6% 100.0%

Lebih dari NAB Count 10 38 48

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

20.8% 79.2% 100.0%

Total Count 30 100 130

% within

Kategori_Konsentrasi_Kadar_

DebuKapas

23.1% 76.9% 100.0%

Page 247: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

58

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 1 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 31 Agustus 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 19:14:09 – 20:15:59 Hasil pengukuran

Location Number:, 1

Location Name:,Location 1

Date:,WED 31-AUG-15

Start:,19:14:09

End:,20:15:59

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 248: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

59

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 249: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

60

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 8 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 02 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 09:10:12 – 10:09:52 Hasil pengukuran

Location Number:, 8

Location Name:,Location 8

Date:,FRI 02-SEP-16

Start:,09:10:12

End:,10:09:52

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 250: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

61

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 251: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

62

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 9 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 02 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 17:20:11 – 18:19:51 Hasil pengukuran

Location Number:, 9

Location Name:,Location 9

Date:,FRI 02-SEP-16

Start:,17:20:11

End:,18:19:51

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 252: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

63

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 253: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

64

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 9 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 02 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 17:20:11 – 18:19:51 Hasil pengukuran

Location Number:, 9

Location Name:,Location 9

Date:,FRI 02-SEP-16

Start:,17:20:11

End:,18:19:51

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 254: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

65

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 255: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

66

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 10 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 02 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 18:56:11 – 19:55:51 Hasil pengukuran

Location Number:, 10

Location Name:,Location 10

Date:,FRI 02-SEP-16

Start:,18:56:11

End:,19:55:51

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 256: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

67

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 257: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

68

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 4 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 01 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 13:50:11 – 14:49:51 Hasil pengukuran

Location Number:, 4

Location Name:,Location 4

Date:,THUR 01-SEP-16

Start:,13:50:11

End:,14:49:51

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 258: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

69

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 259: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

70

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 6 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 01 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 18:27:11 – 19:26:51 Hasil pengukuran

Location Number:, 6

Location Name:,Location 6

Date:,THUR 01-SEP-16

Start:,18:27:11

End:,19:26:51

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 260: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

71

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 261: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

72

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 21 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 03 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 12:19:57 – 13:19:47 Hasil pengukuran

Location Number:, 21

Location Name:,Location 21

Date:,SAT 03-SEP-16

Start:,12:19:57

End:,13:19:47

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 262: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

73

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 263: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

74

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 14 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 03 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 10:19:11 – 11:18:51 Hasil pengukuran

Location Number:, 14

Location Name:,Location 14

Date:,SAT 03-SEP-16

Start:,10:19:11

End:,11:18:51

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 264: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

75

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 265: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

76

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 23 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 03 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 14:49:48 – 15:49:48 Hasil pengukuran

Location Number:, 23

Location Name:,Location 23

Date:,SAT 03-SEP-16

Start:,14:49:48

End:,15:49:48

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 266: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

77

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 267: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

78

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 25 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 05 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 11:13:51 – 12:14:11 Hasil pengukuran

Location Number:, 25

Location Name:,Location 25

Date:,MON 05-SEP-16

Start:,11:13:51

End:,12:14:11

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 268: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

79

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 269: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

80

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 27 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 05 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 15:41:47 – 16:41:37 Hasil pengukuran

Location Number:, 27

Location Name:,Location 27

Date:,MON 05-SEP-16

Start:,15:41:47

End:,16:41:37

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 270: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

81

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 271: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

82

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 26 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 05 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 12:30:36 – 13:31:06 Hasil pengukuran

Location Number:, 26

Location Name:,Location 26

Date:,MON 05-SEP-16

Start:,12:30:36

End:,13:31:06

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 272: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

83

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 273: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

84

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 1 dari 2

Nama Pengguna : Tag 29 Pengukuran : Partikulat Nama Alat : EPAM 5000 Tanggal Pengukuran : 05 September 2016 Lokasi Pengukuran : Waktu Pengukuran : 17:54:45 – 18:59:35 Hasil pengukuran

Location Number:, 29

Location Name:,Location 29

Date:,MON 05-SEP-16

Start:,17:54:45

End:,18:59:35

Data Type:,10.0 um - M

Unit Type:,EPAM-5000

Data Scale:,1.00

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 1 dari 2 Paraf :

Page 274: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

85

Laboratorium HOC Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) lantai 5 Jl. Kertamukti Pisangan – Ciputat Telp

021-7401925

No bagian HOC

Terbitan/Revisi 1/0

Tanggal Terbit 14 September 2016

Hasil Pengukuran Tanggal Revisi

Halaman 2 dari 2

Hasil Pengukuran Partikulat Halaman : 2 dari 2 Paraf :

Page 275: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34347/1/RR... · Peminatan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Program Studi ... (PMII)

86