evaluasi pemanfaatan ruang

Upload: noris-makarena

Post on 18-Jul-2015

250 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Tata Cara Evaluasi Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Kemampuan Lahan1. Batasan Istilah Evaluasi lahan merupakan proses penilaian penampilan atau keragaan (performance) lahan untuk penggunaan tertentu, melalui pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat diidentifikasi dan dibuat pembanding berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Tujuan evaluasi lahan adalah menentukan nilai suatu lahan untuk keperluan tertentu (FAO, 1976). Langkah dalam evaluasi lahan setelah menetapkan tujuan adalah menetapkan faktor penciri. Faktor tersebut merupakan sifat lahan yang mempunyai hubungan erat dengan tujuan evaluasi. Evaluasi kemampuan lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan. Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti topografi, iklim, geologi, geomorfologi, tanah, air, vegetasi atau penggunaan lahan. Lahan yang merupakan objek penelitian, keadaannya kompleks dan tidak merupakan suatu unsur fisik ataupun sosial ekonomi yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan hasil interaksi dari lingkungan biofisisnya (Mangunsukardjo, 1985). Berhasilnya suatu peningkatan produksi pertanian tergantung pada perencanaan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahannya. Oleh karena itu tindakan klasifikasi kemampuan lahan penting artinya untuk perencanaan penggunaan lahan yang optimal. Evaluasi kemampuan lahan dan tingkat bahaya erosi pada dasarnya merupakan evaluasi potensi lahan bagi penggunaan berbagai sistem pertanian secara luas dan tidak membicarakan peruntukkan jenis tanaman tertentu. Kemampuan lahan pada masing-masing satuan lahan berbeda satu sama lain, tergantung pada faktor penghambat yang menyebabkan lahan tersebut diklasifikasikan dalam kelas tertentu. Klasifikasi kemampuan lahan (land capability classification) merupakan suatu proses penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. 2. Variabel yang Digunakan Karakteristik lahan (land characteristics) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Karakteristik lahan 1

belum menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan kalau dipergunakan untuk suatu penggunaan tertentu, jadi belum dapat menentukan kelas kemampuan lahan, akan tetapi karakteristik lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan, yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akar, kepekaan erosi, ketersediaan unsur hara dan sebagainya. Perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tersebut disebut kualitas lahan. 3. Klasifikasi Kemampuan Lahan Berbagai karakteristik lahan yang dipertimbangkan sebagai dasar klasifikasi kemampuan lahan antara lain : kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, tingkat erosi, kedalaman tanah efektif, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, keadaan batu dan kerikil, singkapan batuan, ancaman banjir atau genangan dan salinitas tanah. Data yang diperlukan serta perolehan data dalam kemampuan lahan tersebut disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Data Kemampuan LahanParameter 1. Lereng Permukaan 2. Kepekaan Erosi Satuan % Data Yang Diperlukan Kemiringan dan panjang lereng 1. b ahan organik 2. ti pe stuktur 3. p ermeabilitas 4. te kstur 1. data hujan 2. kepekaan erosi 3. lereng permukaan 4. penggunaa n lahan 5. bentuk pengelolaan lahan Tabel solum tanah Persentase pasir, debu dan lempung Persentase pasir, debu dan lempung Kecepatan permebailitas dalam tanah Sumber Data Pengukuran langsung di lapangan dengan clinometer atau abney level. 1. Pengambilan sampel tanah di lapangan 2. Uji laboratorium Rumus Berdasarkan tabel faktor pembatas lereng Berdasarkan tabel faktor pembatas kepekaan erosi

-

3. Tingkat Erosi

Ton/ha/thn

1. 2. 3.

Pengambila n sampel tanah di lapangan Uji laboratorium Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (khusus data hujan)

1.

2.

Perhitungan rumus USLE A = R x K x LS x C x P Berdasarkan tabel faktor pembatas kepekaan erosi

4. Kedalaman tanah 5. Tekstur Lapisan Atas 6. Tekstur Lapisan Bawah 7.Permeabilitas

cm -

-

cm/jam

Pengukuran langsung di lapangan dengan meteran 1. Pengambilan sampel tanah di lapangan 2. Uji laboratorium 1. Pengambilan sampel tanah di lapangan 2. Uji laboratorium 1. Pengambilan sampel tanah di lapangan 2. Uji laboratorium

Berdasarkan tabel faktor pembatas kedalaman tanah Berdasarkan tabel faktor pembatas tekstur tanah Berdasarkan tabel faktor pembatas tekstur tanah Berdasarkan tabel faktor pembatas permeabilitas

2

8. Drainase 9. Kerikil/batuan 10. Ancaman Banjir 11. Salinitas

% %

Kondisi drainase pada tanah Persentase jumlah batuan dan kerikil Intensitas yang terjadi banjir

Pengamatan langsung di lapangan Pengamatan langsung di lapangan Pengamatan langsung di lapangan dan wawancara 1. Pengambilan sampel tanah di lapangan 2. Uji lab.

Berdasarkan tabel faktor pembatas tekstur tanah Berdasarkan tabel faktor pembatas kerikil/batuan Berdasarkan tabel faktor pembatas ancaman banjir Berdasarkan tabel faktor pembatas salinitas

Kadar garam dan daya hantar listrik pada tanah

Sumber : Arsyad (1989)

Masing-masing parameter klasifikasi kemampuan lahan tersebut di atas, dijelaskan lebih detil sebagai berikut: 3.1. Klasifikasi Kemiringan Lereng Tabel 3.1. Klasifikasi Kemiringan LerengKlas I II III IV V VI VII Sumber: Arsyad (1989) Kemiringan (%) 03 38 8 15 15 30 30 45 45 65 > 65 Keterangan Datar Landai Agak Miring Miring Agak Curam Curam Sangat Curam

3.2. Klasifikasi Kepekaan Erosi Tanah Tabel 3.2. KLasifikasi Kepekaan Erosi TanahKode KE1 KE2 KE3 KE4 KE5 KE6 Sumber: Arsyad (1989) Nilai K 0,00 0,10 0,11 0,20 0,21 0,32 0,33 0,43 0,44 0,55 0,56 0,64 Klasifikasi Sangat Rendah Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

3.3. Klasifikasi Tingkat Kerusakan atau Tingkat Erosi 3

Tabel 3.3.1. Klasifikasi Kerusakan ErosiErosi Yang Terjadi Klas e0 e1 e2 e3 Tidak ada erosi Erosi ringan, kurang dari 25 % lapisan tanah atas hilang Erosi sedang, 25 % - 75 % lapisan tanah atas hilang Erosi agak berat, lebih dari 75 % lapisan atas hilang atau kurang dari 25 % lapisan bawah hilang Erosi berat, lebih dari 25 % lapisan bawah hilang Kisaran

e4

e5 Erosi sangat berat, erosi parit Sumber : Arsyad (1989)

Faktor pembatas tingkat erosi juga dihitung menggunakan Universal Soil Loss Equation (USLE) sehingga baru didapatkan klasifikasi tingkat erosinya. Perhitungan masing-masing faktor erosi dalam USLE dijabarkan sebagai berikut: a. Erosivitas Hujan (R)..........(1) Untuk perhitungan erosivitas hujan digunakan rumus Lanvein (dalam Bols, 1978) berdasarkan data curah hujan bulanan rata-rata. EI30 = 2,21 R1,36 R = curah hujan bulanan rata-rata (cm) b. Erodibilitas Tanah (K)(2) Kepekaan erosi dapat dinyatakan sebagai mudah tidaknya tanah tererosi, atau disebut disebut erodibilitas tanah (K). Apabila kandungan debu dan pasir sangat halus < 70 %, erodibilitas tanah ( K ) dapat dicari dengan persamaan: 100 K = 2,713M 1,14 (10 4 )(12 a ) + 3,25(b 2) + 2,5(c 3) , a = % bahan organik; b = harkat tipe dan kelas struktur tanah; c = harkat laju kelas permeabilitas profil tanah. M = (% debu + % pasir sangat halus ) x ( 100 - % lempung ), debu berdiameter 0,05 sampai 0,002 mm ; pasir sangat halus berdiameter 0,1 sampai 0,05 mm, dan lempung berdiameter < 0,002 mm. Apabila kandungan debu dan pasir sangat halus lebih dari 70 % maka indeks faktor erodibilitas tanah ditetapkan menggunakan nomograf erodibilitas tanah seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. Data yang dikumpulkan untuk menentukan indeks erodibilitas tanah meliputi tekstur tanah, kandungan bahan organik, dan permeabilitas tanah hasil 4

analisis di laboratorium ditentukan di lapangan.

sedangkan tipe dan kelas struktur tanah

Harkat struktur tanah ditetapkan dengan berpedoman seperti yang disajikan pada Tabel 4, dan harkat permeabilitas tanah seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 3.3.2. Harkat Stuktur Tanah Struktur Tanah Ukuran Diameter Granuler sangat halus Granuler halus Granuler sedang kasar Berbentuk lempeng, pejalSumber: Arsyad ( 1989 )

Harkat 1 2 3 4

< 1 mm 1 2 mm 2 5 mm;5 10 mm

gumpal,

Tabel 3.3.3. Harkat Permeabilitas Tanah Kelas Permeabilitas Kecepatan ( cm/jam ) Sangat lambat Lambat Lambat sedang Sedang Sedang cepat CepatSumber : Arsyad ( 1989 )

Harkat 6 5 4 3 2 1

< 0,125 0,125 0,50 0,50 2,50 2,50 6,25 6,25 12,5 >12,5

5

Gambar 1. Nomograf untuk penentuan indeks faktor K (Arsyad, 1989) c. Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng ( LS ).......(3) Panjang lereng erosi dihitung mulai dari titik awal terjadinya aliran permukaan sampai suatu titik aliran tersebut masuk ke dalam saluran atau sungai, atau kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran berubah. Kemiringan lereng yang telah didapat kemudian disesuaikan dengan pedoman indeks lereng, misalnya hasil pengukuran di lapangan kemiringan lereng 2-8 %, maka kemiringan lereng tersebut termasuk dalam indeks 0,4. Klasifikasi lereng dan hubungannya dengan indeks faktor lereng dalam penelitian ini digunakan pedoman seperti yang disajikan pada Tabel 3.3.4. Tabel 3.3.4. Klasifikasi LerengKelas I II III IV V VI Sumber: Lereng ( % ) 0-3 38 8 - 15 15 - 30 30 - 45 > 45 Departemen Kehutanan (1986) Indeks LS 0,4 0,4 1,4 3,1 6,8 9,5

d. Pengelolaan Tanaman ( C )..................................................(4) Penilaian faktor pengelolaan tanaman ( C ) menggunakan data seperti pada Tabel 3.3.5. di bawah ini.Tabel 3.3.5. Nilai Faktor Penutup LahanPenggunaan Lahan/Tanaman Tanah kosong tanpa diusahakan Sawah irigasi Padi Kopi dengan penutup lahan Rempah-rempah ( cabe, jahe ) Kebun campuran dengan macam-macam penutup tanah: Kerapatan tinggi Kerapatan sedang Kerapatan rendah Hutan alam dengan pertumbuhan yang baik : a. banyak seresah/rerumputan b. sedikit seresah/rerumputan Hutan Produksi: a. memotong dengan merobohkan b. tebang pilih c. semak belukar Acniara sp ( untuk ternak ) a. tahun pertama b. tahun berikutnya Nilai Faktor C 1 0,010 0,500 0,200 0,900 0,100 0,300 0,500 0,001 0,005 0,500 0,200 0,300 0,300 0,020

6

Kacang tanah Serewangi Jagung Jagung, tembakau Kedelai Alang-alang ( imperata cylindrical) Alang-alang yang dibakar setiap tahun Rumput bede tahun kedua Kacang hijau Sorghum Rumput bede tahun pertama Sere wangi Kacang tanah Padi gogo Jagung Ubi kayu + kedelai Ubi kayu + kacang tanah Padi gogo + sorghum Padi gogo + kedelai Kacang tanah + gude Kacang tanah + kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami padi 4 ton/ha Padi gogo + mulsa jerami padi 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa-crotalaria 3 ton/ha Kacang tanah + mulsa kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton Padi gogo + mulsa crotalia 3 ton Pola tanam tumpang gilir* + mulsa jerami padi 6 ton/ha Pola tanam berurutan ** + mulsa sisa tanaman Pola tanam berurutan Pola tanam tumpang gilir + mulsa sisa tanaman Pola tanam tumpang gilir

0,170 0,560 0,660 0,610 0,890 0,020 0,060 0,002 0,161 0,242 0,267 0,434 0,452 0,561 0,637 0,181 0,195 0,345 0,417 0,495 0,571 0,096 0,049 0,128 0,136 0,259 0,377 0,387 0,079 0,347 0,496 0,357 0,588

Sumber : Bappeda Tingkat II Kabupaten Pasuruhan bekerjasama dengan Sub Balai Rehabilitasi Tanah Brantas, tahun 1987/1988. RTL-RLKT Daerah Tangkapan Air umbulan di Sub DAS Rejoso Keterangan : * : jagung+padi+ubikayu, setelah dipanen ditanami kacang tanah ** : padi+jagung+kacang tanah

e. Pengelolaan Tanah ( P ).....................................................(5) Nilai indeks faktor pengelolaan tanah sangat dipengaruhi oleh campur tangan manusia terhadap lahan yang bersangkutan. Nilai faktor pengelolaan tanah dalam penelitian ini menggunakan pedoman yang disajikan dalam Tabel 3.3.6. Tabel 3.3.6. Nilai Faktor Pengelolaan Tanah ( P )No. 1 Tindakan khusus konservasi tanah Teras bangku : a. konstruksi baik b. konstruksi sedang c. konstruksi kurang baik Teras tradisional Tanaman berjalur rumput Bahia Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur : a. kemiringan 0 8 % b. kemiringan 9 20 % c. kemiringan > 20 % Nilai P 0,04 0,15 0,35 0,40 0,40 0,50 0,75 0,90

2 3

7

4 Tanpa tindakan konservasi Sumber : Arsyad ( 1989 )

1,00

Besar erosi selanjutnya dihitung dengan mengalikan semua faktor-faktor yang mempengaruhi laju erosi, yaitu : A = (1) x (2) x (3) x (4) x (5) A = R x K x LS x C x P Tingkat bahaya erosi dalam penelitian ini dihitung dengan kombinasi besar erosi dan kedalaman tanah efektif solum seperti disajikan pada Tabel 3.3.7. di bawah ini. Tabel 3.3.7. Klasifikasi Tingkat Bahaya ErosiErosi I Solum tanah (cm) Dalam > 90 Sedang 60-90 Dangkal 30-60 Sangat Dangkal < 30 S B SB SB SB R S B SB SB SR R S B SB < 15 15-60 II Kelas Erosi III Erosi ton/ha/tahun 60-180 180-480 > 480 IV V

B

SB

SB

SB

SB

Sumber : Departemen Kehutanan dalam Tim Fakultas Geografi ( 1987 )Keterangan : SR berat : sangat ringan, R : ringan, S : sedang, B : berat, SB : sangat

3.4.

Klasifikasi Kedalaman Tanah Efektif Tabel 3.4. Klasifikasi Kedalaman Tanah EfektifKode k0 k1 k2 k3 Klas Dalam Sedang Dangkal Sangat Dangkal Kedalaman ( cm ) > 90 50 90 25 50 < 25

Sumber : Arsyad (1989)

8

3.5. Klasifikasi dan Kriteria Tekstur Tanah Tabel 3.5. Klasifikasi dan Kriteria Tekstur TanahTekstur Tanah Pasir (sand) Simbol p Karakteristik Kandungan pasir 85% dan persentase debu 15 %. Sub klas pasir kasar (kadar pasir kasar 25 %, pasir halus < 50 %); pasir (kadar pasir kasarmenegah 25%, pasir halus-sangat halus < 50%); dan sub kelas pasir sangat halus (kadar pasir sangat halus 50%). Tanah yang mengandung 85-90% pasir dan persentase debu 1,5 kalinya persentase lempung tidak kurang dari 15 % pada bagian tas; dan pada bagian bawah mengandung tidak kurang 70-85% pasir, dengan persentase debu 2 kalinya persentase lempung tidak kurang dari 38 %. Kelompok ini dapat dibagi lagi menjadi sub klas pasir bergeluh kasar, pasir bergeluh, pasir bergeluh halus dan pasir bergeluh sangat halus. Kandungan lempung 20%, persentase debu 2 kalinya persentase lempung > 30% , kadar pasir 52%, lempung < 7%, debu < 50% dan pasir 43-53%. Kelompok ini dapat dibagi lagi menjadi geluh berpasir kasar, geluh berpasir, geluh berpasir halus dan geluh berpasir sangat halus. Kadar lempung 7-27 %, debu 28-50% dan pasir < 52%. Kadar debu 50 %, lempung 12-27 % atau debu 5080% dan lempung < 12%. Kadar debu 80% dan lempung < 12 % Kadar lempung 20-30%, debu < 28% dan pasir 45 % Kadar lempung 27-40%, dan pasir 20-45% Kadar lempung 27-40%, dan pasir < 20% Kadar lempung 35%, dan pasir 45% Kadar lempung 40%, pasir < 45% dan debu < 45% Kandungan pasir 85% dan persentase debu 15 %. Sub klas pasir kasar (kadar pasir kasar 25 %, pasir halus < 50 %); pasir (kadar pasir kasarmenegah 25%, pasir halus-sangat halus < 50%); dan sub kelas pasir sangat halus (kadar pasir sangat halus 50%).

Pasir bergeluh (loamy sand)

pg

Geluh berpasir (sandy loam) Geluh (loam) Geluh berdebu (silty loam) Debu (silt) Geluh lempung berpasir (sandy clay loam) Geluh berlempung (clay loam) Geluh lempung berdebu (silty clay loam) Lempung berpasir (sandy clay) Lempung (clay)

gp

g gd

d glp gl gld lp l

Pasir (sand)

p

Sumber : Arsyad ( 1989 )

9

3.6.

Klasifikasi Tekstur Tanah Lapisan Atas (0-30 cm) dan Lapisan Bawah (30-60 cm)

Kode Kelas Tekstur Tekstur Tanah t1 Halus Lempung berpasir, lempung berdebu, lempung t2 Agak Halus Geluh lempung berpasir, geluh berlempung, geluh lempung berdebu t3 Sedang Geluh, geluh berdebu, debu t4 Agak Kasar Geluh berpasir, geluh berpasir halus, geluh berpasir sangat halus t5 Kasar Pasir bergeluh, pasir Sumber : Arsyad ( 1989 )

3.7. Klasifikasi Permeabilitas TanahKode P1 P2 P3 P4 P5 Sumber : Arsyad ( 1989 ) Nilai P (cm/jam) < 0,5 0,5 2,0 2,0 6, 25 6,25 12,5 > 12,5 Kelas Lambat Agak Lambat Sedang Agak Cepat Cepat

3.8. Klasifikasi dan Kriteria Drainase TanahKelas Drainase Berlebihan Baik Kode d0 d1 Kriteria Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah, sehingga tanaman akan segera mengalami kekurangan air. Tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai bawah (150 cm) berwarna cerah yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. Tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas (top soil)atau pada bagian tasa lapisan bawah (sub soil) atau sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah. Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik dan tidak terdapat bercak berwarna kuning, catau kelabu. Adanya bercak pada kedalaman sekitar 40 cm dari permukaan tanah. Pada bagian bawah lapisan atas atau dekat permukaan terdapat tanah berwarnha atau bercak kelabu, coklat atau kekuningan. Pada seluruh lapisan tanah/horizon tanah terdapat warna kelabu di lapisan atas dan bawah, serta di lapisan bawah dijumpaibercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan dalam waktu yang relative lama sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Agak Baik

d2

Agak Buruk

d3

Buruk Sangat Buruk

d4 d5

Sumber : Arsyad ( 1989 )

10

3.9. Persentase Batu dan KerikilKerikil : Bahan kasar yang berdiameter > 12 mm s.d. 7,5 cm (bulat) atau sumbu panjang mencapai 15 cm (gepeng), dalam lapisan tanah atas dengan kedalaman mencapai 20 cm dari permukaan tanah Kode Kelas Kisaran (% terhadap volume tanah) b0 Tanpa Sedikit 0 15 b1 Sedang 15 - 50 b2 Banyak 50 - 90 b3 Sangat Banyak > 90 Batu Kecil : Bahan Kasar yang berdiamater 7,5 cm s.d. 25 cm (bulat) atau sumbu panjang 15 40 cm (gepeng), dalam lapisan tanah dengan kedalaman mencapai 20 cm dari permukaan tanah. Kode b0 b1 b2 b3 Kelas Tanpa Sedikit Sedang Banyak Sangat Banyak Kisaran (% terhadap volume tanah) 0 15 Volume tanah 15 50, pengolahan tanah mulai agak sulit dan pertumbuhan tanaman agak terganggu 50 90, pengolahan tanah sangat sulit dan pertumbuhan tanaman terganggu 90, pengolahan tanah tidak mungkin dilakukan

Batuan Lepas : Batuan yang tersebar di atas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm (bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (gepeng) b0 Tanpa < 0,01 luas areal b1 Sedikit 0,01-3,0 , permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah b2 b3 b4 Sedang Banyak Sangat Banyak dapat terganggu tetapi tidak menganggu tanaman 3,0 15, Permukaan tertutup, pengolahan tanah agak sulit dan luas areal produksi berkurang 15 90, Permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit. > 90, permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali tidak

dapat digunakan untuk produksi pertanian Batuan tersingkap : batuan induk yang muncul di permukaan tanah dan sangat menganggu proses pengolahan tanah. b0 Tanpa b1 Sedikit b2 b3 b4 Sedang Banyak Sangat Banyak < 2,0 permukaan tanah tertutup 2,0 - 10, permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu 10 - 15, Permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu 50 - 90, Permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat terganggu > 90, permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian Sumber : Arsyad ( 1989 )

3.10. Klasifikasi Salinitas 11

DHL tanah Kode g0 g1 g2 g3 Kelas Bebas Terpengaruh Sedikit Terpengaruh Sedang Terpengaruh Hebat Kandungan Garam (%) 0,0 0,15 0,15 0,35 0,35 0,65 > 0,65 (EC x 103 mmhos/cm) pada t 250C 0-4 4-8 8 - 15 > 15

Sumber : Arsyad ( 1989 )

3.11. Klasifikasi Ancaman Banjir dan GenanganKode o0 Kelas Tidak Pernah Kriteria Selama setahun tidak pernah terjadi banjir untuk waktu > 24 jam o1 Kadang-kadang Banjir > 24 jam terjadi tidak teratur dalam waktu kurang dari satu tahun o2 o3 Agak Sering Sering Selama waktu satu bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir untuk jangka waktu > 24 jam Selama 2 5 bulan dalam setahun secara teratur terjadi banjir selama > 24 jam o4 Selalu Selama 6 bulan atau lebih selalu dilanda banjir secara teratur selama 24 jam Sumber : Arsyad ( 1989 )

12

4. Penilaian Kelas Kemampuan Lahan Evaluasi kemampuan lahan terdiri dari 3 (tiga) metode, yaitu : 1. Metode pemerian (description) 2. Metode pengharkatan (scoring) dan 3. Metode pembandingan (matching). Penyusunan evaluasi kemampuan lahan dalam penelitian ini menggunakan metode matching, yaitu suatu penentuan kemungkinan adaptasi tipe penyempurnaan lahan dan kemungkinan-kemungkinan perbaikan kualitas lahan (Hauzing,1986).Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses matching meliputi: 1. Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan; 2. Kualitas lahan yang dipertimbangkan untuk setiap penggunaan lahan; 3. Rating kualitas lahan (persyaratan tipe penggunaan lahan). Macam matching adalah sebagai berikut: 1. Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan faktor pembatas dan kelas kemampuan lahan. 2. Arithmatic matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan faktor yang dominan sebagai penentu kelas kemampuan lahan. 3. Subjective matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan subyektivitas dalam menentukan kelas kemampuan lahan.

Penilaian kelas kemampuan lahan dapat dilakukan dengan cara mencocokkan terhadap standar kemampuan lahan atau dengan pembandingan (matching). Metode pembandingan merupakan suatu cara untuk menilai potensi lahan dengan membandingkan antara karakteristik lahan terhadap kriteria kelas kemampuan lahan. Persyaratan metode pembanding kemampuan lahan, faktor pembatas dan kriteria klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.Tabel 4. Kriteria Klasifikasi Kemampuan lahanFaktor Penghambat/Pembatas I A KE1,KE2 eo K0 t1,t2,t3 Sda P2,P3 D1 B0 O0 G0 II B KE3 e1 K1 t1,t2,t3 sda P2,P3 d2 b0 O1 g1 III C KE4,KE5 e2 K2 t1,t2,t3,t4 Sda P2,P3,P4 d3 b1 O2 g2 Kelas Kemampuan Lahan VI D KE6 e3 K2 t1,t2,t3,t4 sda P2,P3,P4 d4 b2 O3 g3 V E (*) (**) (*) (*) (*) P1 d5 b3 O4 (**) VI F (*) e4 K3 t1,t2,t3,t4 sda (*) (**) (*) (**) g3 VII G (*) e5 (*) t1,t2,t3,t4 sda (*) (**) (*) (**) (*) VIII G (*) (*) (*) t5 t5 P5 do b4 (*) (*)

1. Lereng Permukaan 2. Kepekaan Erosi 3. Tingkat Erosi 4. Kedalaman tanah 5. Tekstur Lapisan Atas 6. Tekstur lapisan bawah 7. Permabilitas 8. Drainase 9. Kerikil/batuan 10. Ancaman Banjir 11. Salinitas (***)

Sumber : CSR/FAO and Staff (1983) Catatan : (*) : dapat mempunyai sembarang sifat , (**) = Tidak berlaku (**) : Umumnya terdapat di daerah beriklim miring.

13

Metode matching yang digunakan adalah weight factor matching, dengan ketentuan kelas kemampuan lahan ditentukan berdasarkan faktor pembatas karakteristik lahan yang paling berat. Setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamannya sampai terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas, penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik, dan berurutan semakin besar hambatan semakin besar kelasnya Sehingga semakin berat faktor pembatas karakteristik lahannya, maka kelas kemampuan lahan juga semakin besar. Misalnya pada satuan lahan F I Al Sw, dari 11 parameter kemampuan lahan yang ada, faktor pembatas karakteristik lahan yang paling berat adalah drainase (kode do) dengan rating III, sehingga kelas kemampuan lahan dapat ditulis dengan kode III-do. Rating III merupakan kelas dan do merupakan sub kelas kemampuan lahannya. 5. Penamaan Klasifikasi Kemampuan Lahan Cara Penamaan Satuan Kemampuan Lahan III do Sub-Kelas Kelas Klasifikasi kemampuan lahan seperti yang telah diungkapkan oleh Mangunsukardjo (1985) dibagi menjadi 8 kelas satuan yang ditulis dengan angka Romawi I s.d. VIII. Setiap kelas kemampuan lahan akan memberikan alternatif kemungkinan penggunaan lahan yang ada, seperti disajikan pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5.1. Klasifikasi Kemampuan LahanKelas I Kriteria Lahan ini mempunyai sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Lahan klas I sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian. Karakteristik lahannya antara lain : topografi hampir datar-datar, ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam, drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan air baik, subur dan responsive terhadap pemupukan, tidak terancam banjir, dan di bawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman secara umum. Lahan ini mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara jika tanah diusahakan untuk pertanian. Lahan ini mempunyai beberapa hambatan yang berat yang mengurangi pilihan penggunaan lahan dan memerlukan tindakan konservasi khusus dan keduanya. Lahan ini Penggunaan Tanaman pertanian semusim, tanaman rumput, hutan dan cagar alam

II

Tanaman semusim, tanaman rumput,padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan cagar alam. Tanaman semusim, tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman

III

14

mempunyai pembatas lebih berat dari klas II dan jika dipergunakan untuk tanaman perlu pengelolaan tanah dan tindakan konservasi lebih sulit diterapkan dipelihara. Hambatan ini membatasi lama penggunaan bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi dari pembatas-pembatas tersebut. IV Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari klas III, dan pilihan tanaman juga terbatas. Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim, tindakan konservasi lebih sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran bervegetasi, dam penghambat, disamping tindakan untuk menjaga kesuburan dan kondisi fisik tanah. V Lahan klas ini tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak mudah untuk dihilangkan, sehingga membatasi pilihan penggunaannya. Tanah ini juga mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah ini biasanya terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang sesuai. VI Lahan ini mempunyai hambatan berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk penggunaan pertanian, penggunaan sangat terbatas karena mempuanyai hamabtan atau ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jika dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi. Beberapa lahan ini mempunyai perakaran dalam, tetapi karena lerengnya berat perlu konservasi yang berat untuk tanaman semusim. VII Lahan ini tidak sesuai untuk pertanian. Jika untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan pencegahan erosi yang berat. Perlu dibuat teras bangku yang ditunjang dengan cara vegetasi untuk konservasi tanah, disamping pemupukan. Lahan ini mempunyai hambatan dan ancaman berat dan tidak dapat dihilangkan. VIII Lahan ini tidak sesuai untuk pertanian, tetapi sebaiknya dibiarkan secara lami. Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak mungkin dilakukan tindakan konservasi, sehingga perlu dilindungi. Sumber : Arsyad ( 1989 )

rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan cagar alam.

Tanaman semusim dan tanaman peratnian pada umumnya, tanaman rumput, hutan produksi, penggembalaan, hutan lindung dan suaka alam. Tanaman rumput padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung dan suaka alam.

Tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung dan cagar alam

Padang rumput dan hutan produksi dengan konservasi berat

Hutan Lindung, rekreasi alam dan cagar alam

Kelas kemampuan lahan mempunyai potensi yang berbeda. Klasifikasi potensi kelas kemampuan lahan tersebut berdasarkan kriteria sesuai tidaknya suatu lahan bila dimanfaatkan untuk penggunaan lahan pertanian dan permukiman. Kelas kemampuan lahan I IV (sedang-tinggi) merupakan lahan yang dapat diusahakan atau diolah untuk pertanian dan permukiman. Kelas kemampuan lahan V VIII (rendah) merupakan lahan-lahan dengan potensi rendah atau sulit diusahakan untuk pertanian dan permukiman. Klasifikasi potensi kemampuan lahan disajikan pada Tabel 5.2. berikut ini.

15

Tabel 5.2. Klasifikasi Potensi Kemampuan LahanKlasifikasi Potensi Kemampuan Lahan Tinggi Sedang Rendah Kelas Kemampuan Lahan I, II,III IV V, VI, VII, VIII

Sumber : Arsyad (1989) dengan modifikasi

Klasifikasi kemampuan lahan yang dipergunakan adalah sistem klasifikasi yang dikemukakan oleh Hockensmith dan Steele (1943) dan Klingebil Montgomery (1973). Menurut sistem ini, lahan digolongkan ke dalam tiga kategori utama yaitu Kelas, Subkelas dan satuan kemampuan atau pengelolaan. Pengelolaan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat. Tanah dikelompokan ke dalam delapan kelas ditandai dengan huruf romawi dari I sampai VIII. Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut dari kelas I sampai kelas VIII, seperti terlihat pada Tabel 5.3. di bawah ini. Tabel 5.3. Tingkat Hambatan pada Kelas Kemampuan LahanKelas Lahan Kemampuan Cagar Alam Hambatan /bahaya meningkat kesesuaian dan pilihan penggunaan berkurang I II III IV V VI VII VIII Hutan Intensitas dan Macam Penggunaan Lahan Meningkat Penggembalaan Terbatas Sedang Intensif Terbatas Pertanaman Sedang Intensif Sangat Intensif

Sumber: Arsyad ( 1989 )

6. Contoh Perhitungan 16

6.1.

Tingkat Bahaya Erosi pada suatu satuan lahan

a. Perhitungan Indeks faktor erosivitas hujan (R) Perhitungan menggunakan rumus Lanvein dengan data tebal hujan bulanan rata-rata. EI30 = 2,21 R1,36 R = tebal hujan bulanan rata-rata (cm) Curah hujan bulanan rata-rata bulan Januari Pandean Lamper tahun 1973 = 27,21 Erosivitas hujan bulan Januari = 2,21 (27,21)1,36 = 196,44 ton/ha/thn Nilai erosivitas per stasiun hujan merupakan jumlah erosivitas bulanan ratarata dari tahun 1973-1988. Setelah mendapatkan nilai erosivitas tiap stasiun hujan, maka nilai erosivitas tiap stasiun diplotkan pada peta satuan lahan. Nilai erosivitas satuan lahan tersebut = 1500 ton/ha/thn ...............(1) b. Perhitungan Indeks faktor erodibilitas tanah (K) Didapat nilai K= 0,49.......................................................(2) c. Perhitungan Indeks faktor lereng (LS) Pengukuran di lapangan didapatkan besar lereng = 0-2 % Indeks LS berdasarkan tabel = 0,4 ...........(3) d. Perhitungan Indeks faktor tanaman (C) Pengukuran di lapangan didapatkan penggunaan lahan berupa sawah irigasi Berdasarkan tabel nilai C = 0,001.............................................(4) e. Perhitungan indeks faktor pengelolaan lahan (P) Pengukuran di lapangan didapatkan pengelolaan lahan berupa teras tradisional Berdasarkan tabel nilai P = 0,40...............................................(5) Erosi (A) A=1x2x3x4x5 = 1500 ton/ha/thn x 0,49 x 0,010 x 0,40 = 1,18 ton/ha/thn Kedalaman solum tanah = > 90 cm Tingkat Bahaya Erosi = Sangat Ringan 6.2. a. b. c. d. e. f. g. h. Kemampuan Lahan pada satuan lahan F1 I K Kemiringan lereng (l) = 0-2% Kepekaan Erosi (KE) = 0,49 Tingkat Erosi (e) = Sangat Ringan Kedalaman tanah (k) = > 90 cm Tekstur tanah atas (t) = Geluh berlempung Tekstur tanah bawah (t) = Lempung Permeabilitas tanah (P) = Agak lambat Drainase (d) = Agak jelek 17

i. Kerikil/batu (b) j. Ancaman Banjir (o) k. Salinitas (g)

= Tanpa kerikil/batuan = Kadang-kadang terjadi banjir = Bebas salinitas

Berdasarkan data karakteristik lahan tersebut maka dibuat kode dan klasifikasi untuk kelas dan sub kelas kemampuan lahan, seperti pada tabel berikut :No No Sampel 1 F1 I K Faktor Pembatas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kemiringan Lereng (l) Kepekaan Erosi (KE) Tingkat Erosi (e) Kedalaman Tanah (k) Tekstur Tanah Atas (t) Tekstur Tanah Bawah (t) Permeabilitas Tanah (P) Drainase (d) Kerikil/Batu (b) Ancaman Banjir (o) Salinitas (g) Kelas Sub Kelas Potensi kemampuan lahan Data 0-2 % 0,49 SR > 90 cm Geluh Berlempung Lempung Agak lambat Agak jelek Tanpa Kadang-kadang Bebas Kode I KE5 e0 k0 t2 t1 P2 d3 b0 o1 g0 III III ke, d Tinggi Kemampuan Lahan I III I I I I I III I II I

Jadi satuan lahan F1 I K mempunyai kelas kemampuan lahan III dengan faktor pembatas kepekaan erosi (ke) dan drainase (d), dan berpotensi tinggi untuk lahan pertanian dan permukiman.

18

7. Pemetaan Hasil Perhitungan

Peta Tanah Skala 1 : 250.000

Peta Rupabumi Skala 1 : 25.000

Interpretasi Foto Udara Skala 1: 30.000

Peta Kemiringan Lereng Skala 1 : 25.000

Peta Penggunaan Lahan Skala 1: 25.000

Peta Satuan Bentuklahan Skala 1 : 25.000

Peta Satuan Lahan Tentatif Skala 1 : 25.000

Uji Lapangan

Peta Satuan Lahan Skala 1 : 25.000

Pengambilan Sampel Tanah

Peta Lokasi Penyebaran Sampel

Analisis Laboratorium Tekstur kadar BO permeabilitas salinitas

Tabel Karakteristik Lahan

Tabel Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan

Pengukuran Faktor-faktor Kemampuan Lahan : kemiringan lereng kedalaman efektif tanah kepekaan erosi drainase ancaman banjir tingkat erosi tekstur lapisan atas tekstur lapisan bawah permeabilitas kerikil/batuan salinitas

Matching

Klasifikasi Kemampuan Lahan Tinggi I, II, III

Rendah V,VI,VII,VIII

Sedang IV

Peta Kemampuan Lahan

Diagram Alir Pembuatan Peta Kemampuan Lahan 19

435000A

440000W A

445000

450000

PETA BENTUKLAHAN DAS BABON JAWA TENGAH

L

A

U

T

J

Sriwulan Terboyo kulon Trimulyo Terboyo wetan

2

0

2

4 Km

Tanjung mas

Semarang utaraTambak rejo Kemijen

Sayung

Bentuk lahan.shp F1 (Dataran Aluvial) F2 (Dataran Aluvial Bekas Rawa) F3 (Tanggul Alam) F4 (Cekungan antar Perbukitan) M1 (Rataan Pasang Surut) Sh (Igir Struktural) Vdh (Perbukitan-Pegunungan Volkanik Terdenudasi) 9225000

Banjar dowo Muktiharjo lor Genuksari Kalisari Karangroto Kaligawe Genuk Gebang sari Kudu Sayung Rejomulyo Mlati baru Sawahbesar Mlati harjo Semarang timur Jetaksari Muktiharjo kidul Bugangan Kebon agung Bangetayu kulon

9230000

9230000

Gayamsari

Rejosari Sarirejo Sambirejo Siwalan Karang turi Karang tempel Pandean lamper Peterongan Lamper lor Tlogosari wetan Tlogosari kulon

Sembungharjo Wringinjajar Bangetayu wetan Penggaron lor

Tlogomulyo Kalicari Gayamsari Pendurungan tengah Palebon Jamus

Pedurungan

Semarang selatan

Lamper tengah Lamper kidul Jomblang

Kota Semarang Pedurungan lorGemah

9225000

Penggaron kidul

Sendangguwo

CandisariJatingaleh Karangrejo Tinjomoyo Ngesrep

Tandang

Pedurungsn kidul Kedungmundu Plamongansari

Karanganyar Sambiroto Sendangmulyo

Jangli

Kabupaten DemakBatursari

MranggenKebonbatur

Mangunharjo

Tembalang

9220000

9220000

Tembalang Sumurboto Bulusan Pedalangan Srondol wetan Meteseh

BanyumanikBanyumanik

Padangsari

Kramas

Rowosari

Gedawang

Jabungan Kalikayen Banyumeneng

9215000

9215000

Pudakpayung420000 440000U

Mluweh Bandarajo Susukan

460000

Kawengen9240000A L

9240000

Kabupaten SemarangUngaran9220000

K A

B.

K

E

N

D

A

L

K A

B.

D

E M

A

K

K A

B.

S

E

M

A R

A

N

G

9220000

Kalongan Kalirejo

Gondoriyo

9210000

9210000

420000

440000

460000

Leyanan

Beji

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 Hasil analisis data sekunder. 440000 445000 450000

435000 Legenda : Sungai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Batas DAS Babon

Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan kereta

Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta - Indonesia 2006

Gambar 2. Contoh Peta Bentuk Lahan DAS Babon-Jawa Tengah 20

435000A

440000W A

445000

450000

PETA LERENG DAS BABON JAWA TENGAHSriwulan

L

A

U

T

J

2

0

2

4 Km

Tanjung mas

Terboyo kulon Trimulyo Terboyo wetan Sayung

Semarang utaraTambak rejo Kemijen

Banjar dowo Muktiharjo lor Genuksari Kalisari Karangroto Kaligawe Genuk Gebang sari Kudu Sayung Rejomulyo Mlati baru Sawahbesar Mlati harjo Semarang timur Jetaksari Muktiharjo kidul Bugangan Kebon agung Bangetayu kulon

9230000

9230000

Gayamsari

Kelas Lereng Lereng Lereng Lereng Lereng

I (0 - 3 %) II (3 - 8%) III (8 - 15%) IV ( > 15%)

Rejosari Sarirejo Sambirejo Siwalan Karang turi Karang tempel Pandean lamper Peterongan Lamper lor Tlogosari wetan Tlogosari kulon

Sembungharjo Wringinjajar Bangetayu wetan Penggaron lor

Tlogomulyo Kalicari Gayamsari Pendurungan tengah Palebon Jamus

Pedurungan

9225000

Semarang selatan

Lamper tengah Lamper kidul Jomblang

Kota Semarang Pedurungan lorGemah

9225000

Penggaron kidul

Sendangguwo

CandisariJatingaleh Karangrejo Tinjomoyo Ngesrep

Tandang

Pedurungsn kidul Kedungmundu Plamongansari

Karanganyar

Jangli

Sambiroto Sendangmulyo

Kabupaten DemakBatursari

MranggenKebonbatur

Mangunharjo

Tembalang

9220000

9220000

Tembalang Sumurboto Bulusan Pedalangan Srondol wetan Meteseh

Banyumanik PadangsariBanyumanik Gedawang

Kramas

Rowosari

Jabungan Kalikayen Banyumeneng

9215000

9215000

Pudakpayung420000 440000U

Mluweh Bandarajo Susukan

460000

Kawengen9240000A L

9240000

Kabupaten SemarangUngaran9220000

K A

B.

K

E

N

D

A

L

K A

B.

D

E M

A

K

K A

B.

S

E

M

A R

A

N

G

9220000

Kalongan Kalirej o

Gondoriyo

9210000

9210000

420000

440000

460000

Leyanan

Beji

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 Hasil analisis data sekunder. 440000 445000 450000

435000 Legenda : Sungai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Batas DAS Babon

Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan kereta

Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta - Indonesia 2006

Gambar 3. Contoh Peta Lereng DAS Babon-Jawa Tengah 21

435000A

440000W A

445000PETA PENGGUNAAN LAHAN DAS BABON JAWA TENGAHSriwulan

450000

L

A

U

T

J

2

0

2

4 Km

Tanjung mas

Terboyo kulon Trimulyo Terboyo wetan Sayung

Semarang utaraTambak rejo Kemijen

Banjar dowo Muktiharjo lor Genuksari Kalisari Karangroto Kaligawe Genuk Gebang sari Kudu Sayung Rejomulyo Mlati baru Sawahbesar Mlati harjo Semarang timur Jetaksari Muktiharjo kidul Bugangan Kebon agung Bangetayu kulon

9230000

9230000

Gayamsari

Penggunaan Lahan Belukar Danau Empang Hutan rawa 9225000 Industri Kebun Permukiman Tambak garam Rawa Sawah Sawah tadah hujan Tegalan/ Ladang

Rejosari Sarirejo Sambirejo Siwalan Karang turi Karang tempel Pandean lamper Peterongan Lamper lor Tlogosari wetan Tlogosari kulon

Sembungharjo Wringinjajar Bangetayu wetan Penggaron lor

Tlogomulyo Kalicari Gayamsari Pendurungan tengah Palebon Jamus

Pedurungan

Semarang selatan

Lamper tengah Lamper kidul Jomblang

Kota Semarang Pedurungan lorGemah

9225000

Penggaron kidul

Sendangguwo

CandisariJatingaleh Karangrejo Tinjomoyo Ngesrep

Tandang

Pedurungsn kidul Kedungmundu Plamongansari

Karanganyar Sambiroto Sendangmulyo

Jangli

Kabupaten DemakBatursari

MranggenKebonbatur

Mangunharjo

Tembalang

9220000

9220000

Tembalang Sumurboto Bulusan Pedalangan Srondol wetan Meteseh

Bany umanikBanyumanik

Padangsari

Kramas

Rowosari

Gedawang

Jabungan Kalikayen Banyumeneng

9215000

9215000

Pudakpayung420000 440000U

Mluweh Bandarajo Susukan

460000

Kawengen9240000A L

9240000

Kabupaten SemarangUngaran9220000

K A

B.

K

E

N

D

A

L

K A

B.

D

E M

A

K

K A

B.

S

E

M

A R

A

N

G

9220000

Kalirejo

Kalongan

Gondoriyo

9210000

9210000

420000

440000

460000

Leyanan

Beji

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 Hasil analisis data sekunder. 440000 445000 450000

435000 Legenda : Sungai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Batas DAS Babon

Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan kereta

Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta - Indonesia 2006

Gambar 4. Contoh Peta Penggunaan Lahan DAS Babon-Jawa Tengah 22

435000A

440000W A

445000PETA SATUAN LAHAN DAS BABON JAWA TENGAHSriwulan

450000

L

A

U

T

J

2

0

2

4 Km

Tanjung mas

Terboyo kulon Trimulyo Terboyo wetan Sayung

Semarang utaraTambak rejo Kemijen

9220000

Satuan lahan F1Ik F1Ip F1Is F1It F2Is F3Ik F3Ip F3Is F4Ik F4Ip F4It M1Ip M1Is M1It VDIIk VDIIIp VDIVk VDIVt VDVk

Banjar dowo Muktiharjo lor Genuksari Kalisari Karangroto Kaligawe Genuk Gebang sari Kudu Sayung Rejomulyo Mlati baru Sawahbesar Mlati harjo Semarang timur Jetaksari Muktiharjo kidul Bugangan Kebon agung Bangetayu kulon

9230000

9230000

Gayamsari

Rejosari Sarirejo Sambirejo Siwalan Karang turi Karang tempel Pandean lamper Peterongan Lamper lor Tlogosari wetan Tlogosari kulon

Sembungharjo Wringinjajar Bangetayu wetan Penggaron lor

Tlogomulyo Kalicari Gayamsari Pendurungan tengah Palebon Jamus

Pedurungan

9225000

Semarang selatan

Lamper tengah Lamper kidul Jomblang

Kota Semarang Pedurungan lorGemah

9225000

Penggaron kidul

Sendangguwo

CandisariJatingaleh Karangrejo Tinjomoyo Ngesrep

Tandang

Pedurungsn kidul Kedungmundu Plamongansari

Karanganyar Sambiroto Sendangmulyo

Jangli

Kabupaten DemakBatursari

MranggenKebonbatur

Mangunharjo Tembalang Sumurboto Bulusan Pedalangan Srondol wetan

Tembalang

9220000

Meteseh

BanyumanikBanyumanik

Padangsari

Kramas

Rowosari

Gedawang

Jabungan Kalikayen Banyumeneng

9215000

9215000

Pudakpayung420000 440000J

Mluweh Bandarajo Susukan

460000A

KawengenAW

9 24 00 00

L

A

U

T

924 00 00

Kabupaten SemarangUngaranKalongan Gondoriyo9 22 00 00

K A

B.

K

E

N

D

A

L

K A

B.

D

E M

A

K

K A

B.

S

E

M

A R

A

N

G

922 00 00

Kalirejo

9210000

9210000

420000

440000

460000

Leyanan

Beji

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 Hasil analisis data sekunder. 440000 445000 450000

435000 Legenda : Sungai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Batas DAS Babon

Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan kereta

Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta - Indonesia 2006

Gambar 5. Contoh Peta Satuan Lahan DAS Babon-Jawa Tengah 23

Gambar 6. Contoh Peta Isoeroden DAS Babon-Jawa Tengah 24

435000A

440000W A

445000PETA TINGKAT BAHAYA EROSI DAS BABON JAWA TENGAHSriwulan

450000

L

A

U

T

J

2

0

2

4 Km

Tanjung mas

Terboyo kulon Trimulyo Terboyo wetan Sayung

Semarang utaraTambak rejo Kemijen

Tingkat Bahaya Erosi Sangat rendah Rendah Sedang Berat Sangat berat

Banjar dowo Muktiharjo lor Genuksari Kalisari Karangroto Kaligawe Genuk Gebang sari Kudu Sayung Rejomulyo Mlati baru Sawahbesar Mlati harjo Semarang timur Jetaksari Muktiharjo kidul Bugangan Kebon agung Bangetayu kulon

9230000

9230000

Gayamsari

Rejosari Sarirejo Sambirejo Siwalan Karang turi Karang tempel Pandean lamper Peterongan Lamper lor Tlogosari wetan Tlogosari kulon

Sembungharjo Wringinjajar Bangetayu wetan Penggaron lor

Tlogomulyo Kalicari Gayamsari Pendurungan tengah Palebon Jamus

Pedurungan

9225000

Semarang selatan

Lamper tengah Lamper kidul Jomblang

Kota Semarang Pedurungan lorGemah

9225000

Penggaron kidul

Sendangguwo

CandisariJatingaleh Karangrejo Tinjomoyo Ngesrep

Tandang

Pedurungsn kidul Kedungmundu Plamongansari

Karanganyar

Jangli

Sambiroto Sendangmulyo

Kabupaten DemakBatursari

MranggenKebonbatur

Mangunharjo

Tembalang

9220000

9220000

Tembalang Sumurboto Bulusan Pedalangan Srondol wetan Meteseh

Banyumanik PadangsariBanyumanik Gedawang

Kramas

Rowosari

Jabungan Kalikayen Banyumeneng

9215000

9215000

Pudakpayung420000 440000U

Mluweh Bandarajo Susukan

460000

Kawengen9 24 00 00A L

924 00 00

Kabupaten SemarangUngaran922 00 00

K A

B.

K

E

N

D

A

L

K A

B.

D

E M

A

K

K A

B.

S

E M

A R

A

N

G

922 00 00

Kalongan Kalirejo

Gondoriyo

9210000

9210000

420000

440000

460000

Leyanan

Beji

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 Hasil analisis data sekunder. 440000 445000 450000

435000 Legenda : Sungai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Batas DAS Babon

Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan kereta

Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta - Indonesia 2006

Gambar 7. Contoh Peta Tingkat Bahaya Erosi DAS Babon-Jawa Tengah 25

435000A

440000W A

445000PETA KEMAMPUAN LAHAN DAS BABON JAWA TENGAHSriwulan

450000

L

A

U

T

J

2

0

2

4 Km

Tanjung mas

Terboyo kulon Trimulyo Terboyo wetan Sayung

Semarang utaraTambak rejo Kemijen

9225000

Kemampuan Lahan II e II ke II ke, d III d III e III ke, d III p, d IV o VI e VI l VII e

Banjar dowo Muktiharjo lor Genuksari Kalisari Karangroto Kaligawe Genuk Gebang sari Kudu Sayung Rejomulyo Mlati baru Sawahbesar Mlati harjo Semarang timur Jetaksari Muktiharjo kidul Bugangan Kebon agung Bangetayu kulon

9230000

9230000

Gayamsari

Rejosari Sarirejo Sambirejo Siwalan Karang turi Karang tempel Pandean lamper Peterongan Lamper lor Tlogosari wetan Tlogosari kulon

Sembungharjo Wringinjajar Bangetayu wetan Penggaron lor

Tlogomulyo Kalicari Gayamsari Pendurungan tengah Palebon Jamus

Pedurungan

Semarang selatan

Lamper tengah Lamper kidul Jomblang

Kota Semarang Pedurungan lorGemah

9225000

Penggaron kidul

Sendangguwo

CandisariJatingaleh Karangrejo Tinjomoyo Ngesrep

Tandang

Pedurungsn kidul Kedungmundu Plamongansari

Karanganyar

Jangli

Sambiroto Sendangmulyo

Kabupaten DemakBatursari

MranggenKebonbatur

Mangunharjo

Tembalang

9220000

9220000

Tembalang Sumurboto Bulusan Pedalangan Srondol wetan Meteseh

Banyumanik PadangsariBanyumanik Gedawang

Kramas

Rowosari

Jabungan Kalikayen Banyumeneng

9215000

9215000

Pudakpayung420000 440000U

Mluweh Bandarajo Susukan

460000

Kawengen9 24 00 00A L

924 00 00

Kabupaten SemarangUngaran9 22 00 00

K A B.

K

E

N

D

A

L

K A

B.

D

E M

A K

K A

B.

S

E M

A R

A

N

G

922 00 00

Kalongan Kalirejo

Gondoriyo

9210000

9210000

420000

440000

460000

Leyanan

Beji

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 Hasil analisis data sekunder. 440000 445000 450000

435000 Legenda : Sungai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Batas DAS Babon

Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan kereta

Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta - Indonesia 2006

Gambar 8. Contoh Peta Kemampuan Lahan DAS Babon-Jawa Tengah 26

435000A

440000W A

445000PETA KEMAMPUAN LAHAN DAS BABON JAWA TENGAHSriwulan

450000

L

A

U

T

J

2

0

2

4 Km

Tanjung mas

Terboyo kulon Trimulyo Terboyo wetan Sayung

Semarang utaraTambak rejo Kemijen

Kemampuan Lahan Rendah ( Kelas V,VI,VII, dan Sedang (Kelas IV) Tinggi (Kelas I,II,dan III)

Banjar dowo Muktiharjo lor Genuksari Kalisari Karangroto Kaligawe Genuk Gebang sari Kudu Sayung Rejomulyo Mlati baru Sawahbesar Mlati harjo Semarang timur Jetaksari Muktiharjo kidul Bugangan VIII) Kebon agung Bangetayu kulon

9230000

9230000

Gayamsari

Rejosari Sarirejo Sambirejo Siwalan Karang turi Karang tempel Pandean lamper Peterongan Lamper lor Tlogosari wetan Tlogosari kulon

Sembungharjo Wringinjajar Bangetayu wetan Penggaron lor

Tlogomulyo Kalicari Gayamsari Pendurungan tengah Palebon Jamus

Pedurungan

9225000

Semarang selatan

Lamper tengah Lamper kidul Jomblang

Kota Semarang Pedurungan lorGemah

9225000

Penggaron kidul

Sendangguwo

CandisariJatingaleh Karangrejo Tinjomoyo Ngesrep

Tandang

Pedurungsn kidul Kedungmundu Plamongansari

Karanganyar Sambiroto Sendangmulyo

Jangli

Kabupaten DemakBatursari

MranggenKebonbatur

Mangunharjo

Tembalang

9220000

9220000

Tembalang Sumurboto Bulusan Pedalangan Srondol wetan Meteseh

BanyumanikBanyumanik

Padangsari

Kramas

Rowosari

Gedawang

Jabungan Kalikayen Banyumeneng

9215000

9215000

Pudakpayung

Mluweh Bandarajo Susukan

Kawengen

Kabupaten SemarangUngaranKalongan Gondoriyo

Kalirejo

9210000

9210000

Leyanan

Beji

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung dan Mranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311, dan 1408-623 Bakosurtanal 2001 Hasil analisis data sekunder. 440000 445000 450000

435000 Legenda : Sungai Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Desa Batas DAS Babon

Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Lokal Jalan kereta

Daya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa Tengah

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta - Indonesia 2006

Gambar 9. Contoh Peta Potensi Kemampuan Lahan DAS Babon-Jawa Tengah 27

Berdasarkan hasil klasifikasi Kemampuan Lahan tersebut, maka kemudian ditentukan kelayakan pemanfaatan ruang sebagai berikut: Lahan Kelas I s.d. IV berpotensi sedang-tinggi untuk pertanian Lahan Kelas I s.d. IV layak untuk permukiman Lahan Kelas VI dan VII sebaiknya digunakan untuk tanaman keras atau tanaman permanen sebagai tanaman pelindung tanah dari proses erosi Lahan Kelas I s.d. IV dapat diolah atau digarap untuk tanaman semusim (arable land) Lahan Kelas V s.d. VII merupakan lahan yangtidak dapat diolah atau digarap (unarable land), lahan kelas ini merupakan lahan yang harus dikonservasi dan dilindungi.

28