evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan …

18
Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021) Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 412 EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN LAMONGAN Lidya Ningrum1,*, Anak Agung Sagung Alit Widyastuty2 1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Indonesia *Email: [email protected], [email protected] Abstrak Penggunaan lahan Kabupaten Lamongan, berupa lahan terbangun 7.19% dan lahan non terbangun berupa sawah 43,76%, dengan aksesbilitas yang dilalui jalan arteri primer. Kabupaten Lamongan diarahkan menjadi kawasan peruntukan industri di Jawa Timur, sesuai RTRW Kabupaten Lamongan kawasan peruntukan industri diarahkan pada kawasan Utara Kabupaten Lamongan. Berdirinya industri- industri baru diluar kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten Lamongan dapat memicu berbagai masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kemampuan lahan, mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan peruntukan industri berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis spasial overlay untuk menghitung kemampuan lahan dan juga untuk evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan industri. Kemampuan lahan dihitung berdasarkan satuan kemampuan lahan dan didapat hasil Kabupaten Lamongan memiliki kemampuan pengembangan tinggi, cukup, dan sedang dengan Persentase kemampuan pengembangan cukup sebesar 118.307 Ha (63,7%) diikuti oleh kemampuan sedang seluas 58.523 Ha (32,3%) dan kemampuan pengembangan tinggi 4.450 Ha (2,5%). Tingkat Kesesuaian lahan eksisting terhadap kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan memiliki presentase sesuai sebesar 96% dengan luas 173.855 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan sebesar 4% atau seluas 7.425. peruntukan lahan industri di Kabupaten Lamongan yang sudah sesuai yaitu seluas 447 Ha atau 75,25% dari total luas Peruntukan lahan Industri di Kabupaten Lamongan. Sedangkan penggunaan lahan industri yang belum sesuai seluas 147 Ha atau 25,75%. Kesesuaian pola ruang RTRW dengan Kemampuan lahan pada Kabupaten Lamongan yaitu luas pola ruang yang sesuai dengan kemampuan lahan seluas 164.810 Ha atau 90,9%, sedangkan pola ruang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan seluas 16.470 Ha atau 9,1% dari total luas Kabupaten Lamongan. Kata Kunci : Kawasan Peruntukan Industri, Kemampuan Lahan, Kesesuaian Lahan PENDAHULUAN Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan 2011-2031 (Pemerintahan Kabupaten Lamongan, 2010) menyatakan bahwa Kabupaten Lamongan menjadi kawasan Pusat Kegiatan Nasional terdapat di perkotaan Lamongan yang merupakan Gerbangkertosusila. Luas wilayah Gerbangkertosusila adalah 592.584 Ha yang mencakup 7 wilayah Administrasi. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang mempunyai luas kurang lebih 1.812,8 Km2 atau 3,78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur dengan luas panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Kabupaten Lamongan terbagi

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 412

EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN

PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN LAMONGAN

Lidya Ningrum1,*, Anak Agung Sagung Alit Widyastuty2

1Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Indonesia

*Email: [email protected], [email protected]

Abstrak

Penggunaan lahan Kabupaten Lamongan, berupa lahan terbangun 7.19% dan lahan non terbangun

berupa sawah 43,76%, dengan aksesbilitas yang dilalui jalan arteri primer. Kabupaten Lamongan

diarahkan menjadi kawasan peruntukan industri di Jawa Timur, sesuai RTRW Kabupaten Lamongan

kawasan peruntukan industri diarahkan pada kawasan Utara Kabupaten Lamongan. Berdirinya industri-

industri baru diluar kawasan peruntukan industri yang telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten

Lamongan dapat memicu berbagai masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

kemampuan lahan, mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan peruntukan industri berdasarkan

RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis spasial overlay untuk

menghitung kemampuan lahan dan juga untuk evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan industri.

Kemampuan lahan dihitung berdasarkan satuan kemampuan lahan dan didapat hasil Kabupaten

Lamongan memiliki kemampuan pengembangan tinggi, cukup, dan sedang dengan Persentase

kemampuan pengembangan cukup sebesar 118.307 Ha (63,7%) diikuti oleh kemampuan sedang seluas

58.523 Ha (32,3%) dan kemampuan pengembangan tinggi 4.450 Ha (2,5%). Tingkat Kesesuaian lahan

eksisting terhadap kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan memiliki presentase sesuai sebesar 96%

dengan luas 173.855 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan dan penggunaan lahan yang tidak sesuai

dengan kemampuan lahan sebesar 4% atau seluas 7.425. peruntukan lahan industri di Kabupaten

Lamongan yang sudah sesuai yaitu seluas 447 Ha atau 75,25% dari total luas Peruntukan lahan Industri

di Kabupaten Lamongan. Sedangkan penggunaan lahan industri yang belum sesuai seluas 147 Ha atau

25,75%. Kesesuaian pola ruang RTRW dengan Kemampuan lahan pada Kabupaten Lamongan yaitu

luas pola ruang yang sesuai dengan kemampuan lahan seluas 164.810 Ha atau 90,9%, sedangkan pola

ruang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan seluas 16.470 Ha atau 9,1% dari total luas Kabupaten

Lamongan.

Kata Kunci : Kawasan Peruntukan Industri, Kemampuan Lahan, Kesesuaian Lahan

PENDAHULUAN

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Lamongan 2011-2031 (Pemerintahan Kabupaten Lamongan, 2010) menyatakan

bahwa Kabupaten Lamongan menjadi kawasan Pusat Kegiatan Nasional terdapat di perkotaan

Lamongan yang merupakan Gerbangkertosusila. Luas wilayah Gerbangkertosusila adalah 592.584 Ha

yang mencakup 7 wilayah Administrasi. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di

Provinsi Jawa Timur yang mempunyai luas kurang lebih 1.812,8 Km2 atau 3,78% dari luas wilayah

Provinsi Jawa Timur dengan luas panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Kabupaten Lamongan terbagi

Page 2: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 413

atas 27 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 474 desa/kelurahan (462 desa/12

kelurahan). Kondisi Topografi Kabupaten Lamongan ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan

ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter diatas

permukaan air laut. Kepadatan penduduk tahun 2018 adalah sebesar 814jiwa/km². Penggunaan lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Lamongan, berupa lahan terbangun 7.19% dan lahan non terbangun

berupa sawah 43,76%. Aksesbilitas wilayah Kabupaten Lamongan dilalui jalan arteri primer yang

menghubungkan Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Tahun 2011-2031 (Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur, 2010) menyebutkan bahwa

Kabupaten Lamongan diarahkan menjadi kawasan peruntukan industri dan kawasan industri di Jawa

Timur, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Lamongan peruntukan industri di Kabupaten lamongan dibagi menjadi 2 yaitu

pengembangan industri besar berada pada wilayah utara Kabupaten Lamongan dan industri kecil

menengah tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Kawasan peruntukan industri bentang lahan yang

diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kabupaten Lamongan menurut data BPS tahun 2019

terdapat 45 industri besar tersebar di Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup, Kecamatan

Kembangbahu, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Babat, Kecamatan Pucuk, Kecamatan Lamongan,

Kecamatan Tikung, Kecamatan Deket, dengan jumlah terbanyak pada Kecamatan Paciran dan

Kecamatan Brondong.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019 Tentang Percepatan Pembangunan

Ekonomi Di Kawasan Gresik - Bangkalan Mojokerto - Surabaya - Sidoarjo Lamongan, Kawasan Bromo

- Tengger Semeru, Serta Kawasan Selingkar Wilis Dan Lintas Selatan (Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 80 Tahun 2019, 2019) menyebutkan bahwa pemicu terbangunnya industrialisasi

adalah adanya Oil Tank Terminal di Kabupaten Lamongan yang memicu berdirinya Kawasan-Kawasan

Industri baik yang sudah dalam bentuk kawasan (dikelola oleh Pengembang Industrial Estate), maupun

rencana-rencana kawasan industri baru diluar kawasan peruntukan industri yang telah diatur dalam

rencana pola ruang RTRW Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031 (Pemerintahan Kabupaten

Lamongan, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu adanya evaluasi kesesuaian

pemanfaatan kawasan peruntukan industri berdasarkan kemampuan lahan untuk kegiatan industri di

wilayah pengembangan industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Lamongan.

METODE

A. Metode Pengumpulan Data

Page 3: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 414

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer, yaitu data yang diperoleh dari

observasi. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu BPS Kabupaten Lamongan,

Bappeda Kabupaten Lamongan, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamongan.

B. Metode Analisa

Metode analisis yang digunakan dalam mencapai tujuan terdiri atas dua tahapan yaitu

1) Menganalisis Kemampuan Lahan Untuk Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri

Analisis kemampuan lahan variabel yang digunakan adalah variable yang seperti

kemiringan lereng, banjir, tingkat erosi, gerak tanah, curah hujan, jenis tanah dan penggunaan

lahan terbangun. Metode yang digunakan yaitu metode skoring, overlay dan metode deskriptif

yang berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007 (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Dan

Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Output

yang dihasilkan dari analisis ini yaitu berupa peta kesesuaian lahan perumahan berdasarkan

aspek fisik. Berikut merupakan informasi mengenai skor yang ditentukan untuk menganalisis

kondisi fisik lahan.

a. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

Besar sudut dan kemiringan lereng, untuk mengetahui kelas kemiringan lereng

digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1 Pembobotan (SKL) Morfologi

Peta

Kemiringan

(%)

Nilai Peta Morfologi Nilai SKL Morfologi

(Nilai) Nilai

0-2 5 Dataran 5 Tinggi (9-10) 5

2-5 4 Landai 4 Cukup (7-8) 4

5-15 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang (5-6) 3

15-40 2 Pegunungan/

Perbukitan Terjal

2 Kurang (3-4) 2

>40 1 Pegunungan/ Perbukitan

Sangat Terjal

1

Rendah (1-2) 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

b. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng memiliki variabel yang ada dapat juga meningkatkan kualitas lereng

menjadi lebih baik sehingga akan memberikan dampak pembangunan masa depan.

Page 4: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 415

Tabel 2 Pembobotan SKL Kestabilan Lereng

Ketinggian Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai SKL Kestabilan

Lereng Nilai

< 500 5 0 - 2 % 5 Dataran 5 Tinggi (14-15) 5

2 - 5 % 4 Landai 4 Cukup (12-13) 4

500 -1500 4 5 -15 % 3 Perbukitan Sedang 3 Sedang (9-11) 3

1500 – 2500

3

15 - 40 % 2 Pegunungan/Perbukitan

Terjal 2 Kurang (6-8) 2

> 40 % 1

Pegunungan/Perbukitan

Sangat

Terjal

1 Rendah (4-5) 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

c. Satuan Kemampuan Lahan Bencana Alam

Kerentanan terhadap banjir, parameter ini dapat dinilai berdasarkan interpretasi

penggunaan lahan maupun berdasarkan data yang diperoleh dari badan terkait. Klasifikasi

dan kriteria lama penggenangan akibat banjir disajikan sebagai berikut:

Tabel 3 Pembobotan SKL Bencana Alam

Gerakan Tanah Nila

i Rawan Gempa Nilai

SKL

Bencana

Alam

Nilai

Tinggi 5 Zona Tinggi >0,4 g 5 Tinggi (10-9) 5

Menengah 4 Zona Sedang 0,3-0,4 g 4 Sedang (8-7) 4

Rendah 3 Zona Rendah 0,1-0,2 g

3 Rendah (5-6) 3

Sangat Rendah 2

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

d. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Tingkat Ketersedian sumber daya air dapat dilihat pada variabel dibawah untuk

menyesuiakan kebutuhan dengan kondisi eksisting. Bobot SKL ketersediaan air disajikan

sebagai berikut:

Tabel 4 Pembobotan SKL ketersediaan air

Peta DAS Nilai Peta Curah

Hujan Nilai

Peta

Guna

Lahan

Nilai

SKL

Ketersediaan

Air

Nilai

Baik merata 5

4000-4500

mm 5

Terbangun 2

Tinggi (11-12) 5

3500-4000

mm 4 Cukup (9-10) 4

Baik tidak merata 4 3000-3500

mm 3

Non

Terbangun

1

Sedang (7-8) 3

Setempat terbatas 3 2500-3000

mm 2 Kurang (5-6) 2

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007) e. Satuan Kemampuan Lahan Drainase

Page 5: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 416

Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan

air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun

meluas dapat dihindari SKL drainase berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan

lahan dalam mematuskan air hujan secara alami.

Tabel 5 Pembobotan SKL Drainase

Peta

Ketinggian Nilai

Peta

Kemiringan

(%)

Nilai Peta Curah

Hujan Nilai SKL Drainase Nilai

<500 5 0 - 2 % 5 2500-3000 mm 2

Tinggi

(12-14) 3

2 - 5 % 4 3000-3500 mm 3 Cukup

(6-11) 2

500-1500 4 5 - 15 % 3 3500-4000 mm 4

1500-2500 3 15 - 40 % 2

4000-4500 mm 5 Kurang

(3-5) 1

>40% 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

f. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

SKL kestabilan pondasi berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk

mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang

sesuai untuk masing-masing tingkatan.

Tabel 6 Pembobotan SKL Kestabilan Pondasi

SKL Kestabilan Lereng Jenis

Tanah

Nilai

SKL

Kestabilan

Lereng

Nilai Ketinggian Nilai Kemiringan Nilai Morfologi Nilai

< 500 5

0 - 2 % 5 Dataran 5 Alluvial 5 Tinggi (18-20) 5

2 - 5 % 4 Landai 4 Latosol 4 Cukup (15-17) 4

500 -1500 4 5 -15 % 3 Perbukitan

Sedang

3

Mediteran,

Brown

Forest

3 Sedang (11-14)

3

1500 –2500 3

15 - 40 % 2 Pegunungan/

Perbukitan Terjal 2

Podsol

Merah

Kuning

2

Kurang (8-10) 2

> 40 % 1

Pegunungan/Perb

ukitan

Sangat Terjal

1 Rendah (5-7) 1

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

g. Satuan Kemampuan Lahan Erosi

Page 6: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 417

Satuan kemampuan lahan gerakan tanah didasarkan pada kenampakan erosi yang

terdapat diwilayah studi. Kriteria kenampakan erosi dinilai sebagai berikut :

Tabel 7 Pembobotan SKL Erosi

Curah

Hujan Nilai Jenis Tanah Nilai Morfologi Nilai Kemiringan Nilai SKL Erosi Nilai

2500 - 3000 1 Podsol Merah

Kuning 2

Perbukitan

sangat terjal 1 0 -2 % 5 Tinggi (7-10) 5

3000 - 3500

2

Mediteran,

Brown Forest 3 perbukitan

terjal

2

2 -5 % 4 Cukup (11-15) 4

Latosol 4 5 - 15 % 3 Kurang (16-20) 3

3500-4000 3 Alluvial 5 Perbukitan

Sedang 3

15 -40 % 2 Rendah (21-24) 2

> 40 % 1

Sumber (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

h. Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan limbah merupakan satuan untuk mengetahui

daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan

pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.

Tabel 8 Pembobotan SKL Pembuangan Limbah

Ketinggian Nilai Kemiringan

(%) Nilai Curah Hujan Nilai

Guna

Lahan Nilai

SKL

Pembuangan

Limbah

Nilai

<500 5

0 - 2 % 5 2500-3000

mm 2

Non

Terbangun 1

Tinggi (4-6) 5

2 - 5 % 4 3000-3500

mm 3 Cukup (7-8) 4

500-1500 4 5 - 15 % 3 3500-4000

mm 4

Terbangun

2

Sedang (9-10) 3

1500-2500 3 15 - 40 % 2 4000-4500

mm 5

Kurang (11-12) 2

>40% 1 Rendah (13-14) 1

Sumber :(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

i. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan

SKL kemudahan dikerjakan berfungsi untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di

wilayah dan/atau kawasan untuk digali / dimatangkan dalam proses pembangunan /

pengembangan kawasan.

Tabel 9 Pembobotan SKL Kemudahan Dikerjakan

Page 7: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 418

Ketinggian Nilai Kemiringan

(%) Nilai Jenis Tanah Nilai

SKL Kemudahan

Di Kerjakan Nilai

<500 5 0 - 2 % 5 Alluvial 5 11-15 Tinggi 5

2 - 5 % 4 Latosol 4 10-7Sedang 4

500-1500 4

5 - 15 % 3 Brown

Forest,

Mediteran

3 6-3Kurang 3 15 - 40 % 2

1500-2500 3 >40% 1

Podsol

Merah

Kuning

2 0-3Rendah 2

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

Mengoverlay setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian

nilai akhir (tingkatan kemampuan lahan paada setiap SKL) dengan bobotnya secara satu

persatu sehingga diperoleh peta jumlah nilai akhir dikalikan bobot seluruh SKL secara

kumulatif (Djayanegara, 2013). Pembobotan satuan kemampuan lahan dapat dilihat pada

tabel 10.

Tabel 10 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan

No. Satuan Kemampuan Lahan Bobot

1. SKL Morfologi 5

2. SKL Kemudahan Dikerjakan 1

3. SKL Kestabilan Lereng 5

4. SKL Kestabilan Pondasi 3

5. SKL Ketersediaan Air 5

6. SKL Terhadap Erosi 3

7. SKL Untuk Drainase 5

8. SKL Pembuangan Limbah 0

9. SKL Terhadap Bencana Alam 5

Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan

bobot dengan melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah

diperoleh dari hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga

kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan

secara kumulatif (Hardjowigeno & Widyatmaka, 2018). Sehingga didapatkan klasifikasi

pengembangan kemampuan lahan yang dijabarkan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Klasifikasi Pengembangan Kemampuan Lahan

Nilai Total Kelas Kemampuan

Lahan Keterangan

0 - 6 Zona E Kemampuan Pengembangan Rendah

6 – 15 Zona D Kemampuan Pengembangan Kurang

16 – 25 Zona C Kemampuan Pengambangan Sedang

26 – 35 Zona B Kemampuan Pengembangan Cukup

36 – 45 Zona A Kemampuan Pengembangan Tinggi

Sumber : (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007, 2007)

Page 8: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 419

2) Evaluasi kesesuaian pemanfaatan lahan kawasan peruntukan industri terhadap RTRW Kabupaten

Lamongan

Evaluasi kesesuaian pemanfaatan kawasan lahan peruntukan industri terhadap RTRW

Kabupaten Lamongan menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik overlay. Data

yang digunakan adalah peta kemampuan lahan, peta penggunaan kawasan peruntukan industri

eksisting Kabupaten Lamongan dan peta pola ruang RTRW Kabupaten Lamongan dari sumber

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan. Dengan kriteria sebagai

berikut:

Tabel 12 Kriteria Kesesuaian Lahan

SKL

Kestabil

an

Lereng

SKL

Morfolo

gi

SKL

Ketersedia

an Air

SKL

Kemudah

an

Dikerjaka

n

SKL

Pembuang

an

Limbah

SKL

Draina

se

SKL

Erosi

SKL

Benca

na

Alam

SKL

Kestabil

an

Pondasi

Peta

Guna

Lahan

Eksistin

g

Kesesuai

an

Kestabil

an

Lereng

Tinggi 0-15%,

Datar,

relative

datar,

berbukit

TInggi Tinggi Tinggi Tinggi Ting

gi

Tidak

berada

pada

daerah

rawan

tsuna

mi,

dan

geraka

n

tanah

sedang

Tinggi

Bukan

merupak

an

daerah

sawah

irigasi

Sesuai Kestabil

an

Lereng

Cukup

Cukup Cukup Cukup Cukup Cuku

p Cukup

Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007, 2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kemampuan Lahan Untuk Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri di

Kabupaten Lamongan

Kemampuan menggambarkan potensi fisik tanah secara unum untuk berbagai penggunaan

dengan mempertimbangkan resiko kerusakan tanah dan faktor-faktor pembatas tanah (limiting

factors) Sadyohutomo, (2012). Berdasarkan Permen PU 20/PRT/M/2007 yang membahas

tentang SKL analisis kemampuan lahan terdiri dari 9 satuan kemampuan lahan (SKL) yaitu

SKL Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan

Pondasi, SKL Kestabilan Ketersediaan Air, SKL Drainase, SKL Erosi, SKL Pembuangan

Limbah, dan SKL Bencana Alam. 9 variabel tersebut akan dilakukam penjumlahan nilai

dikalikan bobot dengan melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah

diperoleh dari hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian

diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan secara kumulatif.

Page 9: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 420

Kabupaten Lamongan terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Timur, dengan luas

keseluruhan wilayah mencapai 181.280 Ha dan secara administrasi sampai dengan tahun 2019

wilayahnya terbagi atas 27 Kecamatan.

1) Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

SKL morfologi pada Kabupaten Lamongan menghasilkan 4 kelas SKL morfologi yaitu

tinggi, cukup, sedang, kurang, dan rendah. SKL Morfologi dengan persentase tertinggi yaitu

54% berada pada kelas SKL Morfologi Tinggi dengan luas 98.452 Ha sedangkan SKL

Morfologi terendah dengan persentase 1% adalah kelas SKL Morfologi Rendah seluas 1.534

Ha. Peta analisis SKL Morfologi dapat dlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Analisis SKL Morfologi Kabupaten Lamongan Tahun 2020

2) Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

Analisis SKL kestabilan lereng pada Kabupaten Lamongan meliputi kelas kestabilan lereng

tinggi, cukup, sedang dan kurang. Kestabilan lereng terluas pada kelas kestabilan lereng tinggi

sebesar 92.169 Ha atau 51% sedangkan terkecil pada kelas kestabilan lereng kurang sebesar

4.872 Ha atau 2% dari luasan Kabupaten Lamongan. Analisis Kestabilan Lereng untuk

mengetahui tingkat kemantapan lereng di suatu wilayah atau kawasan dalam menerima beban

pada pengembangan wilayah dan kawasan. Kabupaten Lamongan berdasarkan analisis SKL

kestabilan lereng memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat dikembangkan

mencapai 118.939 Ha. Peta analisis SKL kestabilan lereng dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 10: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 421

Gambar 2 Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Lamongan Tahun 2020

3) Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

Analisis kemampuan lahan kestabilan pondasi bahwa luas lahan yang tertinggi pada SKL

kestabilan pondasi adalah pada kelas kestabilan cukup dengan luas mencapai 46.154 Ha

memiliki persentase sebesar 25% dan untuk kelas kestabilan tinggi mencapai 76.345 Ha

dengan persentase 42%. Kabupaten Lamongan berdasarkan analisis SKL kestabilan pondasi

memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat dikembangkan mencapai 178.406 Ha

dalam memudahkan pengembangan dan pembangunan. Peta analisis SKL kestabilan pondasi

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta Analisis SKL Kestabilan Lereng Tahun 2020

4) Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Analisis ketersedian air dapat digunakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan

kemampuan penyediaan air, guna pengembangan kawasan budidaya di atasnya. hasil analisis

Page 11: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 422

memiliki ketersedian air yang didominasi oleh kelas kestabilan sedang yaitu mencapai 147.371

Ha dan kelas kestabilan cukup mencapai 33.909 Ha. Peta analisis SKL Ketersediaan Air dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Peta Analisis SKL Ketersediaan Air Kabupaten Lamongan Tahun 2020

5) Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi

Analisis Kemampuan lahan terhadap erosi di Kabupaten Lamongan bahwa nilai yang dapat

dijadikan kelas yaitu Rendah dengan luas sebesar 63.854 Ha dan kelas Kurang dengan luas

sebesar 111.231 Ha, Satuan kemampuan lahan erosi pada Kabupaten Lamongan adalah

kelas rendah dan kelas kurang sehingga tidak tingkat erosi pada Kabupaten Lamongan

cukup rendah. Peta analisis SKL terhadap erosi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta Analisis SKL Terhadap Erosi Kabupaten Lamongan Tahun 2020

6) Satuan Kemampuan Lahan untuk Drainase

Analisis SKL drainase pada Kabupaten Lamongan yang berpotensi sebagai kawasan yang

satuan kemampuan lahan kelas cukup untuk dengan luas 119.931 Ha dan kemampuan lahan

Page 12: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 423

kelas rendah seluas 61.349 Ha yang memenuhi kebutuhan yang kemungkinan tergenang

air tidak akan berpotensi besar ini dikarenakan lokasi yang berkontur bisa mengalirkan air

ke daerah aliran sungai. Peta analisis SKL untuk drainase dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Peta Analisis SKL Drainase Kabupaten Lamongan Tahun 2020

7) Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

Analisis SKL pembuangan limbah di Kabupaten Lamongan terdapat empat kelas

pembuangan limbah yaitu Pembuangan limbah kelas tinggi seluas 5.197 Ha, pembuangan

limbah cukup seluas 46.803 Ha, pembuangan limbah kelas sedang seluas 24.949 Ha dan

pembuangan limbah kelas kurang seluas 104.331 Ha. Kabupaten Lamongan berdasarkan

analisis SKL pembuangan limbah memiliki pengembangan kemampuan lahan yang dapat

dikembangkan mencapai 76.949 Ha yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi

penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Peta

analisis SKL pembuangan limbah dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 13: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 424

Gambar 7 Peta Analisis SKL Pembuangan Limbah Kabupaten Lamongan Tahun 2020

8) Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Bencana

Analisis SKL rawan bencana pada Kabupaten Lamongan terdapat 2 kelas kemampuan

lahan yaitu kelas kemampuan sedang dan kelas kemampuan rendah. Bencana alam kelas

rendah mencapai luas 176.138 Ha atau sebesar 97% dari luas Kabupaten Lamongan sedangkan

bencana alam kelas sedang seluas 5.142 Ha. Oleh sebab itu lahan yang berada pada rawan

bencana rendah masih termasuk daerah yang dapat direncanakan karena rawan bencana masih

bisa diberi arahan. Peta analisis SKL terhadap bencana dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Peta Analisis SKL Bencana Alam Kabupaten Lamongan Tahun 2020

9) Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan

Analisis SKL kemudahan dikerjakan pada Kabupaten Lamongan menghasilkan 2 kelas

SKL kemudahan dikerjakan tinggi dan sedang. Kelas kemudahan dikerjakan Tinggi dengan

luas sebesar 58.649 Ha, sedangkan kelas kemudahan dikerjakan sedang dengan luas sebesar

122.631 Ha. Satuan kemampuan lahan kemudahan di kerjakan pada Kabupaten Lamongan

yang dapat dimanfaatkan pada kelas Tinggi seluas 58.649 Ha memiliki kemudahan lahan untuk

digali / dimatangkan dalam proses pembangunan / pengembangan kawasan. Peta analisis SKL

kemudahan dikerjakan dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 14: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 425

Gambar 9 Peta Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan Kabupaten Lamongan Tahun 2020

10) Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan Kabupaten Lamongan memiliki rentang nilai dari 16 sampai 45 atau

pada kemampuan pengembangan Tinggi (Zona A) seluas 4450 Ha yang terdapat di sebagian

Kecamatan Babat, Brodong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng,

Lamongan, Laren, Maduran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukorame, Tikung dan Turi, kemampuan

pengembangan Cukup (Zona B) seluas 118.307 Ha terdapat di sebagian Kecamatan Babat,

Blubuk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng,

Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Modo, Ngimbang, Paciran,

Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung dan Turi.

Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan sedang (Zona C) seluas 58.523

Ha yang berada di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Kedungpring,

Kembangbahu, Lamongan, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo,

Sekaran, Solokuro dan Sukodadi. Lahan pada kemampuan pengembangan tinggi dan cukup

merupakan lahan yang sesuai untuk dikembangkan budidaya berupa lahan terbangun,

sedangkan pada kemampuan lahan sedang harus memiliki pembatas dan ancaman sehingga

perlu dijadikan kawasan lindung (Inkantriani, 2008). Luasan kelas kemampuan lahan di

Kabuaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 13 dan peta analisis kemampuan lahan dapat

dilihat pada Gambar 10.

Page 15: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 426

Tabel 13 Analisis Kemampuan Lahan di Kabupaten Lamongan

No Keterangan Zona Luas (Ha) Persenta

se (%) Nilai

1 Kemampuan Pengembangan Tinggi Zona A 4.450 2,5 36 – 45

2 Kemampuan Pengembangan Cukup Zona B 118.307 63,5 26 – 35

3 Kemampuan Pengembangan Sedang Zona C 58.523 32,3 16 – 25

Jumlah 181.280 100

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2020

Gambar 10 Peta Analisis Kemampuan Lahan Kabupaten Lamongan Tahun 2020

B. Evaluasi Kesesuaian pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industru terhadap RTRW

Kabupaten Lamongan

1) Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan Eksisting Terhadap Kemampuan Lahan

Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan eksisting terhadap kemampuan lahan bertujuan

untuk mengidentifikasi penggunaan lahan eksisting yang sesuai atau tidak sesuai

berdasarkan kemampuan lahan (Hutomo & Rahayu, 2013), sehingga didapatkan

kesesuaian pemanfaatan lahan eksisting dengan kemampuan lahan di Kabupaten

Lamongan menunjukkan bahwa 96% atau 173.855 Ha penggunaan lahan eksisting sesuai

dengan kemampuan lahannya sedangkan 4% atau 7.425 Ha penggunaan lahan eksisting

tidak sesuai dengan kemampuan lahannya dan untuk kesesuaian peruntukan lahan industri

eksisting di Kabupaten Lamongan dengan total luas 594 Ha menunjukan bahwa 75,25%

Page 16: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 427

penggunaan lahan industri eksisting sesuai dengan kemampuan lahannya sedangkan

24,75% tidak sesuai dengan kemampuan lahannya. dikarenakan masih terdapat lahan

terbangun pada kawasan sawah irigasi atau pada kawasan lindung. Peta Kesesuaian

penggunaan lahan eksisting terhadap kemampuan lahan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Peta Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Eksisting dengan Kemampuan Lahan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh beberapa kesimpulan bahwa Kabupaten

Lamongan memiliki Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan tinggi

yang terdapat di sebagian Kecamatan Babat, Brodong, Deket, Glagah, Kalitengah,

Karangbinangun, Karanggeneng, Lamongan, Laren, Maduran, Pucuk, Solokuro, Sugio,

Sukorame, Tikung dan Turi dengan memiliki luas 4.450 Ha (2,5 %). Sedangkan Kemampuan

Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan cukup seluas 118.307 Ha (63,5%) terdapat

di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah,

Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran,

Modo, Ngimbang, Paciran, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Pucuk, Solokuro, Sugio, Sukodadi,

Sukorame, Tikung dan Turi. Kemampuan Lahan dengan kriteria kemampuan pengembangan

sedang seluas 58.523 Ha (32,3%) yang berada di sebagian Kecamatan Babat, Blubuk,

Brondong, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran,

Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro dan Sukodadi.

Kesesuaian lahan eksisting terhadap kemampuan lahan di Kabupaten Lamongan memiliki

presentase sesuai sebesar 96% dengan luas 173.855 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan

dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan sebesar 4% atau seluas

Page 17: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 428

7.425 Ha dari total luas Kabupaten Lamongan. kawasan peruntukan lahan industri di

Kabupaten Lamongan memiliki luas 594 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan di

Kabupaten Lamongan. Berdasarkan kesesuaian penggunaan lahan eksisting dengan

kemampuan lahan, peruntukan lahan industri di Kabupaten Lamongan yang sudah sesuai yaitu

seluas 447 Ha atau 75,25% dari total luas Peruntukan lahan Industri di Kabupaten Lamongan.

Sedangkan penggunaan lahan industri yang belum sesuai seluas 147 Ha atau 25,75%.

Kesesuaian pola ruang RTRW dengan Kemampuan lahan pada Kabupaten Lamongan yaitu

luas pola ruang yang sesuai dengan kemampuan lahan seluas 164.810 Ha atau 90,9% dari luas

total Kabupaten Lamongan, sedangkan pola ruang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan

seluas 16.470 Ha atau 9,1% dari total luas Kabupaten Lamongan..

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima Kasih kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan yang telah

membatu dalam memberikan data untuk mendukung penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Djayanegara, A. (2013). Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kawasan Industri Besar Di Kota

Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Hardjowigeno, S., & Widyatmaka. (2018). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan

Tataguna Lahan. Yogyakarta: UGM Press.

Hutomo, I. A., & Rahayu, S. (2013). Identifikasi Perkembangan Dan Evaluasi Kesesuaian

Lahan Untuk Kawasan Industri Di Kota Semarang. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah

Dan Kota), 2(3).

Inkantriani, B. P. (2008). Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Industri Genuk Semarang.

Universitas Diponegoro, Semarang.

Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur. (2010). Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Jawa Timur Tahun 2011-2031.

Pemerintahan Kabupaten Lamongan. (2010). Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Lamongan Tahun 2011-2031.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007. (2007). Tentang Pedoman Teknik

Analisa Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Budaya dalam Penyusunan Rencana

Tata Ruang.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007. (2007). Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budi Daya Modul Terapan.

Page 18: EVALUASI KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN …

Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III (SNHRP-III 2021)

Prosiding Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian | 429

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2019. (2019). Tentang Percepatan

Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik - Bangkalan - Mojokerto - Surabaya -

Sidoarjo - Lamongan, Kawasan Bromo -Tengger - Semeru, Serta Kawasan Selingkar

Wilis Dan Lintas Selatan.